MATEMATIKA ANAK KELOMPOK A TK SRIWIDARI DESA KEPONGPONGAN KECAMATAN TALUN
KABUPATEN CIREBON SKRIPSI
Diajukan sebagai Syarat Guna
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Oleh : NIACI SARTIKA NIM. 2016.4.4.1.00557
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM IAI BUNGA BANGSA CIREBON
ii
METODE BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN BALOK ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MATEMATIKA ANAK KELOMPOK A TK SRIWIDARI
DESA KEPONGPONGAN KECAMATAN TALUN KABUPATEN CIREBON Oleh: NIACI SARTIKA NIM: 2016.5.5.1.00557 Menyetujui, Pembimbing I, Neni Budiani, M.Pd NIDN. 8821390019 Pembimbing II, Muslimah, M.Pd NIDN.0428029202
iii
Skripsi yang berjudul “Metode Bermain dengan Menggunakan Balok Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Keccamatan Talun Kabupaten Cirebon” Oleh NIACI SARTIKA NIM. 2016.5.5.1.00557, telah diajukan dalam Sidang Munaqosah Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal ...
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
Cirebon, Juli 2020 Sidang Munaqosah,
Ketua, Sekretaris,
Merangkap anggota, Merangkap anggota
Dr.H.Oman Fathurohman, M.A Drs. Sulaiman, M.Pd
NIDN. 8886160017 NIDN. 21180962021
Penguji I, Penguji II,
Nama Dosen Nama Dosen
iv
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah IAI Bunga Bangsa Cirebon
di Tempat
Assalāmu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi dari Niaci Sartika Nomor Induk Mahasiswa 2016.5.5.1.00557, berjudul “Metode Bermain dengan Menggunakan Balok Angka Untuk Meningkat kan Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Keccamatan Talun Kabupaten Cirebon”.
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Tarbiyah Islam IAI Bunga Bangsa Cirebon untuk dimunaqasahkan.
Wassalāmu’alaikumWr. Wb. Pembimbing I, Neni Budiani, M.Pd NIDN. 8821390019 Pembimbing II, Muslimah, M.Pd NIDN. 0428029202
v
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Metode Bermain dengan Menggunakan Balok Angka untuk Mengembangkan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Keccamatan Talun Kabupaten Cirebon” beserta isinya ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan/ plagiat dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika yang berlaku pada masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/ sanksi apa pun yang dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim terhadap karya saya ini.
Cirebon, Juli 2020
Yang membuat pernyataan,
NIACI SARTIKA NIM: 2016.5.5.1.00557
vi Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah, Tuhan Semesta Alam atas segalah rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, Sahabatnya, dan bagi kita pengikutnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak yang sangat baik. Penulis sadar dan sangat menghargai pihak-pihak yang telah membantu penyusunan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Alm. Drs. H. Ahmad Basuni, selaku Ketua Yayasan IAI Bunga Bangsa Cirebon
2. Bapak Dr. H. Oman Fathurohman, MA. selaku Rektor IAI Bunga Bangsa Cirebon
3. Bapak Drs. Sulaiman, M.M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah 4. Ibu Suzana, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini
5. Ibu Neni Budiani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I 6. Ibu Muslimah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II
7. Civitas Akademik Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia dini, Bapak dan Ibu Dosen yang tidak akan terlupakan jasanya selama ini. 8. Kedua orang tua tercinta, saudara dan kerabat, yang selalu
memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil sehingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah sama-sama berjuang menggapai impian.
10. Serta kepada pihak-pihak yang belum penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih banyak.
vii
kekurangan baik dari segi isi maupun teknik penulisan.
Tanpa pertolongan dan seizin-Nya penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas akhir ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak.
Cirebon, Juli 2020 Penulis
NIACI SARTIKA NIM : 2016.5.5.1.00557
viii
Niaci Sartika. NIM. 2016.5.5.1.00557 : Metode Bermain Dengan Menggunakan Balok Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon
Permasalahan dari penelitian ini yaitu belum optimalnya pengembangan kognitif matematika pada anak kelompok A Tk Sriwidari dikarenakan proses pembelajaran yang monoton. Hal ini seharusnya menjadikan guru dalam memberikan materi pembelajaran yang aktif dan kreatif, dengan bermain anak akan semakin banyak berkreatifitas mengembangkan bakat termasuk dalam pengembangan kognitif matematika tersebut. Anak dapat lebih berpikir kritis dan logis seperti hal yang anak lakukan yaitu menggunakan simbol, mengklasifikasikan benda dan mengurutkan benda. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penggunaan Metode Bermain dengan Menggunakan Balok Angka untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok A TK Sriwidsri Kecamatan Talun Kabupten Cirebon ? tujuan penelitian ini adalah Meningkatnya Pengenalan Angka melalui Metode Bermain Balok Angka Anak Usia Dini Kelompok A di Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan subjek penelitian anak kelompok A1 yang berjumlah 11 anak. Alat pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu observasi dan dokumentasi. Metode observasi sebagai metode pokok, sedangkan metode dokumentasi sebagai pelengkap dan penunjang bagi peneliti. Data dianalisis secara reduksi data, display data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan kogntiitf matematika anak kelompok A lebih optimal apabila guru lebih maksimal menggunakan media balok berdasarkan indikator yang ingin dicapai, hal ini dapat memberikan pengelaman belajar secara langsung dengan bermain balok angka, bermain secara kelompok, memberi kesempatan untuk berpendapat melalui tanya jawab, juga melakukan pengulangan dan evaluasi. Dari hasil data observasi bahwa diperoleh 4 anak mulai berkembang, dan 7 anak belum berkembang.
ix
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... .ii
NOTA DINAS ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... ...1 B. Identifikasi Masalah ... 5 C. Pembatasan Masalah ... ... 5 D. Rumusan Masalah ... ... 5 E. Tujuan Penelitian ... ... 5 F. Manfaat Penelitian ... ... 6
BAB II KAJIAN PUTAKA A. Kajian Teori ... 8
1. Hakikat Metode Bermain ... 8
a. Pengertian Bermain ... 8
b. Tahapan Perkembangan Bermain ... 9
c. Fungsi dan Manfaat Bermain ... 11
2. Hakikat Balok Angka... 13
a. Pengertian Balok ... 13
b. Manfaat Permainan Balok Angka ... 15
c. Tahapan-Tahapan Bermain Balok Angka ... 16
x
b. Perkembangan Kognitif Anak... 18
c. Teori-Teori Kognitif AUD ... 20
d. Teori Kognitif dalam Pandangan Islam ... 21
B. Kerangka Berpikir ... 22
C. Penelitian Relavan ... 23
D. Hipotesis Tindakan ... 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 25 B. Desain Penelitian ... 25 1. Jenis Penelitian ... 25 2. Lokasi ... 26 3. Waktu ... 26 C. Subjek ... 27 1. Data Anak ... 27 2. Data Guru ... 28 D. Prosedur Tindakan ... 29 1. Siklus I ... 30 a. Perencanaan ... 30 b. Pelaksanaan ... 30 c. Tindakan ... 31 d. Refleksi ... 31 2. Siklus II ... 32 a. Perencanaan ... 32 b. Pelaksanaan ... 33 c. Tindakan ... 33 d. Refleksi ... 34
xi
G. Teknik Instrumen Penelitian ... 38 H. Indikator Keberhasilan ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Awal Sebelum... 80 B. Pelaksanaan Tindakan Kelas ...
C. Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas ...
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Data Anak Kelompok A1 Tabel 3.3 Data Guru Tk Sriwidari Tabel 3.4 Tabel Konvensi Persentase
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Peningkatan Kemampuan Kognitif Matematika Berbasis Kelompok
Tabel 3.6 Rubik Pedoman Observasi Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika
Tabel 3.7 Persentase Indikator Penilaian
Tabel 3.8 Rubrik Observasi Kemampuan Kognitif Tabel 3.9 Rekapitulasi Kemampuan Kognitif
Tabel 4.1 Hasil Pra Tindakan Kemampuan Kognitif Matematika Melalui Metode Bermain Balok Angka
Tabel 4.2 Hasil Siklus I Perkembangan Kognitif Matematika Menggunakan Balok Angka
Tabel 4.3 Hasil Siklus II Perkembangan Kognitif Matematika Menggunakan Balok Angka
Tabel 4.4 Tabel Rekapitulasi Metode Bermain Menggunakan Balok Angka untuk Mengembangkan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Swidari desa Kepongpongan
xiii
Grafik 4.1 Pra Tindakan Kemampuan Anak Menggunakan Metode Bermain Balok Angka
Grafik 4.2 Rekapitulasi Pra Tindakan dan Siklus I Metode Bermain Balok Angka untuk Kemampuan kognitif
Grafik 4.3 Rekapitulasi Pra Tindakan, Siklus 1 dan Siklus II Kemampuan Kognitif Anak Menggunakan Metode Bermain Balok Angka Grafik 4.4 Rekapitulasi Metode Bermain Menggunakan Balok Angka untuk
Mengembangkan Kognitif Matematika Anak Kelompok A Tk Swidari desa Kepongpongan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi siapapun, termasuk bagi anak. Pada saat ini banyak sekaali pendidikan yang diberikan kepada anak pra sekolah yang dikenal dengan istilah pendidikan anak usia dini, bertujuan untuk memberikan bekal dasarbagi kehidupan anak dimasa yang akan datang sekaligus mempersiapkan anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Karena pada usia nol sampai usia delapan tahun merupakan rentang usia kritis (Mursid 2014). Menurut NAEYC (National Associaton for the Education of
Young Children), berpendapat bahwa anak usia dini adalah dimana anak
berada pada rentang usia 0-8 tahun mencakup dalam program pendididkan di TPA (tempat penitipan anak), pendidikan prasekolah negeri maupun swasta, Tk atau SD tingkat awal (Mukni Amini 2014).
Pendidikan anak usia dini adalah masa yang menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab pendidikan yang dimulai dari anak usia dini yang akan membekas dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui suasana yang baik dan harmonis, serasi dan menyenangkan.
Peraturan pemerintah No.58 Tahun 2009 Tentang standar pendidikan Anak Usia Dini bahwa salah satu unsur yang harus ada dalam kurikulum pendidikan anak usia dini sebagai lingkup perkembangan terdapat : Perkembangan agama dan mora; b) Fisik motorik; c) Kognitif; d) Bahasa; e) sosial emosional.
Dalam undang-undang sisdiknas nomor 20 tahaun 2003, peraturan tentang pendidikan anak usia dini pasal 1 ayat 1, bahwa : “Pendidikan Anak Usia Dini merupaka suatu upaya pembinan ditujukan kepada anak usia 0-6 melalui pemberian rangsangan pendidikan bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani supaya anak mempunyai kesiapan dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
(Dr Nusa Putra 2016) Menurut Shapiro (1997: 184&283) menyarankan belajar melalui permainan yang menyengkan dan menantang. Kegiatan bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak adalam mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Bermain merupakan awal dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karena itu bermain dangat penting bagi anak-anak. Salah satu upaya meningkatkan kemampuan kognitif matematika yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode bermain dengan balok angka.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah proses yang tak terhindarkan ketika otak menjadi matang, pikiran menjadi matang, dan pemahaman meningkat. Sedangkan menurut Malkus, Feldman dan Gardner dalam Sujiono (2013:78) bahwa perkembangan kognitif sebagai kapasitas untuk bertumbuh, menyampaikan dan menghargai maksud dalam penggunaan sistem simbol yang secara kebetulan ditonjilkan dalam bentuk pengaturan. Menurut Suyanto (2005) matematika atau berhitung sangat penting dalam kehidupan kita. Setiap hari, bahkan setiap menit kita menggunakan matematika. Pada saat belanja, menghitung jumlah benda, menghitung waktu, tempat, jarak dan kecepatan merupakan fungsi matematika, maka dari itu matematika sangat penting bagi kehidupan kita, termasuk anak usia dini. Dalam Al-qur’an membahas tentang penjumlahan, Allah berfirman :
ا ٗع ۡسِت ْاوُداَد ۡزٱ َو َهيِنِس ٖتَئْاِم َثََٰلَث ۡمِهِف ۡهَك يِف ْاىُثِبَل َو ٥٢
,فهكلا ةرىس[ ٥٢
]
Artinya : “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)” [Al Kahf : 25]
Ayat ini menerangkan tentang lamanya waktu pemuda Al-Kahfi yang tinggal di dalam gua, yaitu 300 ditambah 9 tahun menjadi 309 tahun.
Media balok Cuisenaire merupakan salah satu alat permainan edukatif. Dengan menggunakan media ini, anak tidak hanya bermain medianya saja, tetapi dapat mengenal lambang bilangan 1-10, dan berperan penting dalam mengembangkan keemampuan dasar
matematika bagi anak usia dini sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Cucu Eliyawati (2005, hlm.69) bahwa balok cuisenaire diciptakan untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan lambang bilangan, dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam bernalar. Diharapkan dengan media balok anak mampu mengenal lambang bilangan dan meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak usia dini.
Berdasarkan hasil observasi mengenai Perkembangan Kognitif yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak Sriwidari kecamatan Talun kabupaten Cirebon, menemukan fakta bahwa kemampuan kognitif matematika anak kelompok A masih kurang optimal karena anak kelompok A sebagian anak belum mampu menyebutkan nama bilangan 1-10 saat ditunjuk lambang bilangannya. Saat diajak untuk menyebutkan secara bersamaan terlihat mampu walaupun hanya membuka mulut tanpa mengucapkannya, ada yang secara berurutan mampu dan bisa menyebutkan 1-10 namun ketika diacak anak masih bingung dan keliru menyebutkannya. Sebagian anak belum mampu menyebutkan bilangan sesuai jumlah gambar benda yang berkisar 1-10, anak belum mampu mencocokan jumlah gambar sesuai dengan lambang bilangan, beberapa anak yang masih belum mampu membuat gambar sesuai lambang bilangan, anak masih belum mengetahui dan membuat bentuk lambang bilangan 1-10 ada yang tidak tahu bentuk 4 (empat) itu bagaimana, ada yang sudah mengetahui namun terbalik arahnya. Selain itu pembelajaran dalam mengenal lambang bilangan lebih sering menggunakan LKA dan buku tulis, kegiatan belajar kurang menggunakan permainaan, dan alat peraga untuk membilang kurang berbagai variasi, hanya menggunakan alat peraga yang sudah sering digunakan seperti menghitung jumlah sedotan, berhitung dengan kartu angka.
Dari jumlah 23 anak didik yang terdiri dari 11 anak perempuan dan 12 anak laki-laki, hanya 10 anak yang bisa mengikuti kegiatan bilangan dan yang 13 anak belum dapat mengenal lambang bilangan secara urut dan acak. Penyebabnya karena kurangnya media yang menarik dan alat permainan yang mampu menimbulkan semangat anak dalam melakukan kegiatan mengenal lambang bilangan, maka perlu
distimulasi melalui permainan balok angka supaya anak-anak merasa tertarik dan senang dalam kegiatan mengenal lambang bilangan pada kelompok A usia 4-5 tahun di Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “METODE BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN BALOK ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOGNITIF MATEMATIKA ANAK KELOMPOK A TK
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, terdapat beberapa masalah. Adapun masalahnya sebagai berikut:
1. Anak kelompok A TK Siwidari belum dapat mengetahui lambang bilangan 1-10 secara acak
2. Anak kelompok A TK Sriwidari belum dapat mengurutkan angka 1-10
3. Anak kelompok A TK Sriwidari belum dapat meniru membuat angka 1-10
4. Anak kelompok A TK Sriwidari belum dapat membuat bentuk sesuai lambang bilangan
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka perlu dibatasi masalahnya sebagai berikut. Metode Bermain Menggunakan Balok Angka Dalam Meingkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Kelompok A Usia 3-4 tahun di TK Sriwidari tahun 2019/2020.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu Bagaimana Penggunaan Metode Bermain dengan Mengggunkan Balok Angka untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kelompok A TK Sriwidsri Kecamatan Talun Kabupten Cirebon ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah untuk mengetahui meningkatnya Pengenalan Angka melalui Metode Bermain Balok Angka Anak Usia Dini Kelompok A di Tk Sriwidari Desa Kepongpongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
F. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya Pelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan perbaikan pembelajaran, banyak sekali manfaat bagi sekolah, guru dan anak. 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah menjadi salah satu acuan teori dan praktek serta tolak ukur dalam mengetahui metode bermain menggunakan balok angka dalam meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak kelompok A di sekolah. Bisa dijadikan untuk penelitian lain berhubungan dengan meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok A Tk Sriwidari desa Kepongpongan kecamatan Talun kabupaten Cirebon.
a. Hasil dari penelitian memberikan sebuah pemikiran terhadap pengembangan strategi pembeajaran khususnya pembelajaran untuk meningkatkan pengenalan anak yaitu dengan permainan balok angka.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dengan pokok permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi sekolah:
1) Sekolah bisa menerapkana metode pembelajaran pengenalan angka yang tepat yaitu melalui permainan balok angka sehingga kualitas pendidikan anak meningkat.
2) Sekolah menjadi lebih maju karena menerima pemikiran yang positif yang tercermin dari peningkatan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak.
3) Sekolah mendapatkan kontribusi yang baik dalam peningkatan proses pembelajaran untuk semua bidang pengembangan.
b. Manfaat bagi guru:
1) Memberikan pengetahuan mengenai metode bermain menggunkan balok angka meningkatkan kemampuan anak kelompok A dan menambah ilmu tentang penelitian.
2) Guru mengetahui dan menerapkan metode pembelajaran pengenalan angka melalui permainan balok angka, sehingga kemampuan guru dapat berkembang dalam menambah inovasi pembelajaran yang terkait dengan matematika.
3) Guru untuk memperbaiki kinerja dalam perbaikan pembelajaran dalam peningkatan pengenalan angka pada anak.
c. Manfaat bagi anak:
1) Meningkatkan inisiatif anak untuk berhitung melalui metode bermain balok angka sambil belajar.
2) Meningkatkan kemampuan anak dalam mengkonsepkan bentuk-bentuk geometri dengan lambang bilangan.
3) Minat dan motivasi belajar anak akan meningkat melalui metode pembelajaran yang menyenangkan.
80 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Hakikat Metode Bermain a. Pengertian Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain.
Menurut Plato bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa alat yang dipergunakan alat yang memberikan pengertian, memberikan informasi, kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak (Barnawi 2016).
Menurut Montessori bermain adalah kerja anak-anak yang sesungguhnya atau lebih dari sekedar belajar (Britton, 1992: 20). (Suyadi M.Pd.I & Maulidya Ulfah 2012)
Menurut Smith and Pellegrini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif dan positif (Musfiroh 2008).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa bermain adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dibutuhkan oleh anak guna memperluas pengetahuan anak dengan cara yang menyenangkan.
b. Tahapan Perkembangan Bermain
Menurut Piaget tahapan kegiatan bermain adalah sebagai berikut.
1) Permainan Sensori Motorik (3/4 bulan-6 bulan).
Kegiatan ini merupakan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi, permainan
sensori merupakan pengalaman dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive assimilation.
2) Permianan Simbolik (2-7 tahun).
Permainan simbolik merupkan ciri periode pra-operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini, anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuintitas dan sebagainya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (8-11 tahun). Anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules tempat kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas) Kegitan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga.kegiatan ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak.
Sedangkan Menurut Hurlock tahapan bermain adalah sebagai berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Merupakan kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan akan lebih luas ketika anak sudah dapat merangkak karena akan semakin banyak mengenal benda disekitarnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Karena antara usia 2-3 tahun itu hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanank-Kanak-anak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau layaknya seperti teman bermainnya.
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa ini jenis aminan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dialkukan oleh orang dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali saat anak mendekati pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain. (Kurnia 2012)
Adapun tahapan bermain disesuaikan dengan kondisi sosial anak-anak. Parten mengemukakan enam tahapan bermain bagi anak usia dini, yaitu:
a) Unoccupied, anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol;
b) Solitary, anak dalam sebuauh kelompok tengah asyik bermain sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain dan tidak peduli terhadap apapun yang terjadi;
c) Onlooker, anak melihat dan memperhatikan serta melakukan komunikasi dengan anak-anak lain namun tidak ikut terlibat dalam aktivitas bermain yang tengah terjadi; d) Parallel, anak-anak bermain dengan alat-alat permainan
yang sama, tetapi tidak tejadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat main;
e) Associative, anak bermain bersama saling pinjam alat permainan, tetapi permainan itu tidak mengarah pada satu tujuan, tidak ada pembagian peran dan pembagian alat main;
f) Cooperative, anak-anak bermain dalam kelompok terorganisir, dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata, dimana setiap anak mempunyai pembagian peran sendiri. Pada tahap bermain jenis cooperative, terdapat satu atau dua anak yang bertugas sebagai pemimpin atau pengarah jalannya permaianan (Rohmah 2016)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan bermain merupakan suatu proses dalam menerima rangsangan berdasarkan atau sesuai usia anak.
c. Fungsi dan Manfaat Bermain
Dalam buku konsep dasar PAUD, Suyadi M.Pd.I & Maulidya Ulfah (2012) menyebutkan bahwa Montessori mengemukakan manfaat bermain:
1. Menyenangkan hati anak anak akan merasa dirinya nyaman ketika bermain tidak merasa tertekan,
2. Meningkatkan keterampilan anak anak dapat mengenal dan memahami benda disekitar tanpa disadari
3. Meningkatkan perkembangan anak 4. Anak dapat Memecahkan masalah
5. Menanamkan rasa tanggung jawab pada anak karemna bermain adalah sama dengan bekerja bagi orang dewasa
Fungsi dan manfaat bermain meliputi aspek perkembangan seperti diuraikan berikut:
(Elfiadi 2016) Perkembangan Kognitif melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya.
1. Perkembangan Bahasa Aktivitas bermain bagaikan laboratorium bahasa anak, memperkaya pembendaharaan kata anak dan melatih kemampuan komunikasi anak.
2. Perkembangan Moral Bermain dapat membantu anak dalam menumbuhkan sikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, berenggang rasa dan sebagainya.
3. Perkembangan Sosial dan Emosional Bermain bersama dapat menumbuhkan rasa belajar membina hubungan dengan sesamanya.
Perkembagan Fisik Kegiatan bermain anak untuk mengerakan dan melatih seluruh otot tubuhnya.
Perkembangan Kreativitas Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan untuk menuangkan ide gagasannya tanpa merasakan takut.
Adapun manfaat main bagi anak usia dini dalam buku (Mukthtar 2016) yang sangat penting di antaranya:
a. Aspek fisik
Anak dapat melakukan kegiatan yang melibatkan gerakaan-gerakan tubuh yang mmembuat anak menjadi sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat, sehingga akan merangsang kecerdasan bodly kinestetic-nya baik dalam bentuk motorik kasar ataupun motrik halus.
b. Aspek Sosial emosional
Anak merasa senang ketika bersama teman yang lain bermain bersama-sama. Di thun-tahun pertama kehidupan, orangtua merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Ini akan membangun kecerdasan interpersonal dan intrapersonal anak.
c. Aspek Kognitif
Anak belajar mengenal akan pengalaman mengenai objek-objek tertentu seperti: benda dengan permukaan kasar halus, rasa aman, manis dan asin. Anak belajar bahasa dan berkomunikasi timbal balik. Anak akan memerhatikan sesuatu, memusatkan perhatian mengamati dan melakukan, dengan melihat buku-buku bergambar akan
terbangun kecerdasan linguistik, spasial visual, dan logic
mathematic.
d. Aspek Seni
Kemampuan dan kepekaan anak untuk menikuti irama, nada berbagai bunyi, gerak serta menghargai hasil karya yang kreatif. Anak akan terbangun kecerdasan musical, linguistik, dan bodly kinestetic.
e. Mengasah Ketajaman Pengindraan Pengindraan anak perlu diasah agar anak f. Media terapi
Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermaain perilaku anak lebih bebas. Untuk melakukan terapi perlu dilaksanakan oleh ahlinyadan tidak dilakukan sembarangan.
g. Media Intervensi
Bermain daapat digunakan untuk melatih konsentrasi atau pemusaatan perhatian pada tugas tertentu. Contohnya pada hambatan perkembangan bahasa, sosial, komukasi. Menurut Sylvia Ashton Warner (1963) dalam Soendari & Wismiarti (2010), “kata pertama harus bermakna bagi anak.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat bermain yaitu meningkatkan segala aspek kemampuan anak baik pengembangan baik nilai agama moral, pengetahuan umum sekitar (kognitif), bahasa, sosial emosional, motorik anak, dan seni.
2. Hakikat Balok Angka a Pengertian Balok
Konsep bermain balok pertama kali dikembangkan oleh Caroline Pratt, 1890. Dengan keahliannya mengolah kayu, Caroline menciptakan pendekatan belajar melalui balok. Dengan bantuan balok anak menggunakan seluruh kekuatan mentalnya,
menemukan hal-hal yang berhubungan membuat kesimpulan-kesimpulan ia belajar untuk berpikir. (purwanti 2013)
Menurut Chambel permainan balok merupakan aktifitas otot besar dimana permainan ini dapat mengembangkan koordinasi mata dan tangan melatih keterampilan motorik halus, melatih anak dalam pemecahan masalah, permainan yang memberikan anak kebebasan berimajinasi, sehingga hal-hal baru dapat tercipta. (Chambel 1997).
Sedangkan menurut Mulyadi bermain balok adalah jenis kegiatan yang kontruktif, dimana anak mampu membangun sesuatu dengan menggunakan balok-balok yang disediakan. Hal itu juga senada dengan pendapat Chandra mengatakan bahwa bermain balok adalah kemampuan dalam mengonstruksi struktur yang digunakan oleh anak untuk mengungkapkan ide-ide kreatif (Chandra 2008).
Konsep bermain balok pertama kali dikembangkan oleh Caroline Pratt, 1890. Dengan keahliannya mengolah kayu, Caroline menciptakan pendekatan belajar melalui balok. Dengan bantuan balok anak menggunakan seluruh kekuatan mentalnya, menemukan hal-hal yang berhubungan membuat kesimpulan-kesimpulan ia belajar untuk berpikir. (purwanti 2013)
Balok angka adalah suatu media visual yang terbuat dari kayu mempunyai bentuk yang dapat dillihat dan digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini. Balok angka merupakan media yang diciptakan oleh Montessori pada tahun 1909(Hainshtock, 1909;90). Media ini terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang terdiri dari sepuluh unit balok dengan warna merah dan biru. Setiap segmen warna merah dan biru memiliki jumlah 1 balok. Balok pertama mempunyai ukuran terpendek adalah merah. Balok kedua yaitu dua kali ukuran balok yang pertama dengan setengah balok berwarna merah dan setengahnya biru. Balok ketiga adalah tiga kali ukuran balok pertama menjadi dibagi tiga bagian yaitu merah, biru, merah.
Sedangkan angka-angka pada balok terdiri dari angka 1 sampai 10.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa bermain balok salah satu cara menggunakan alat edukatif diharapkan mengenal konsep bilangan anak dapat berkembang. Karena saat anak membuat suatu bangunan anak terlebih dulu akan memilih jumlah balok yang dipakai, yang memiliki bentuk yang sama, warna sama kemudian membentuknya menjadi suatu bangunan.
b Manfaat Permainan Balok Angka
Menurut Jalal, (2002 : 35 ) adapun manfaat yang diperoleh anak melalui bermain balok angka sebagai berikut:
1. Pengembangan fisik; yang mencakup koordinasi, persespsi visual, pengembangan motorik, orientasi spasial/ruang, dan koordinasi motorik bagus.
2. Sosial Emosional, pengembangan kompetensi, kesuksesan, harga diri, kemandirian, inisiatif, persamaan, kerjasama, negosiasi, kompromi, responsibilitas/tanggung jawab, kepemimpinan, konsep ilmu sosial, dan emosi yang wajar.
3. Kreativitas; asosiasi, hubungan, pemecah masalah, mencari solusi baru dan eksplorasi sensori.
Hal ini sesuai pendapat dalam jurnal (yulianinngsih 2019) menyatakan manfaat permainan balok yaitu:
a. Memperkenallkan anak bermacam bentuk balok b. Memotivasi untuk membuat sesuatu dari bentuk
balok
c. Mengembangkan kreatifitas sesuai daya imajinasi anak
d. Mengembangkan kognitif dalam hal berpikir khususnya dalam berhitng permulaan yaitu mengenal konsep bilangan dengan mudah.
Menurut (Rachmat 2017) manfaat bermain balok yaitu: i) Anak menjadi kreatif
ii) Fleksibel dalam berpikir
iii) Senang menjajaki lingkungannya iv) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat v) Suka menerima rangsangang
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa manfaat permainan balok merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan kreatifitas anak, berfikir logis terutama dalam meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak.
c Tahapan- tahapan Bermain Balok Angka
Menurut Essa (2001:299) terdapat tahapan-tahapan menggunakan balok angka untuk mengenalkan lambang blilangan sebagi berikut:
1) One-to-one correspondence, korrespondensi satu-satu adalah cara dimana anak mulai memahami tentang konsep bilangan dengan cara mencocokkan item yang sesuai dengan item yang lain. Anak menyebutkan satu balok yang jumlahnya satu, menunjuk dua balok yang jumlahnya dua.
2) Rote counting, menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka, membilang yang akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka.
3) Retional counting, menghitung rasional dimana anak akurat menempel nama angka untuk serangkaian objek yang dihitung, sehingga anak mengerti makna angka dan pengenalannya.
Anak-anak usia lima tahun mengembangkan pengertian lebih baik tentang bilangan dan nama bilangan. Mereka menghitung keping coklat pada eskrim dan tertarik untuk menulis angka bilangan dan mempelajari bilangan hal ini dituturkan oleh (Shapiro, 1995:393).
1. Anak dapat dibagi menjadi beberapa kelompok ataupun dapat bermain sendiri
2. Anak diberikan berbagai macam jenis balok
3. Anak menyusun balok tersebut menjadi suatu bangunan sesuai dengan keinginannya sendiri atau sesuai instruksi 4. Anak mnyusun jumlah balok yang dipakai untuk
membuat bangunan tersebut, menyusun bentuk balok yang sama dan warna balok yang sama.
Sedangkan menurut Bredekamp dan Copple anak usia 5-6 tahun dapat memilih balok berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran, anak dapat menyusun balok berdasarkan urutan terkecil ke yang terbesaar bahkan sebaliknya.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tahapan bermain balok merupakan kegiatan dilakukan dengan berbagai macam agar anak merasa tertarik
3. Hakikat Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini a. Pengertian Kognitif
Menurut Sumiarti Patmonodewo (1994; 39), perkembangan kognitif yaitu menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasi berbagai cara berpikir dalam menyelesaikan sebuah masalah dapat di pergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.
Sedangkan Menurut Pudjiarti kemampuan kognitif dapat diartikan dengan kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep bar, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi dilingkungannya serta kemampuan menggunakan daya ingat dalam menyelesaikan soal-soal sederhana (Khadijahh 2016) hal. 31.
Sementara Menurut Piaget dalam Asrul dkk menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan syaraf. (Asrul 2016) h. 188
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa kognitif merupakan suatu perkembangan sistem syaraf memperlajari konsep kemampuan anak dalam berpikir secara nyata bertujuan agar dapat menyelesaikan masalah sendiri.
b. Perkembangan Kognitif Anak
Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif dalam empat tahapan, masing-masing berhubungan dengan usia dan tersusun dari pemikiran yang berbeda beda. Tahapan Piaget itu adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Menurut Desmita dalam Asrul dkk tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensor dengan tindakan fisik seperti menanggapi dan menyentuh. Karekteristiknya anak yang berada pada tahap ini sebagai berikut:
a. Berpikir melalui gerakan b. Gerakan refleks
c. Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya d. Cenderung intuitif, egosentris, tidak rasioanal
dan tidak logis.
2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Tahap ini anak mulai melakukan sesuatu sebagai hasil meniru dan mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi
3. Tahap Operasional-konkrit (7-11)
Tahap ini anak mulai bisa berpikir logis mengenai peristiwa konkrit.
4. Operasional Forrmal (11 tahun-dewasa)
Pada tahap ini anak mulai berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis dan idealistik.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seorang terjadi melalui tiga tahap yang diteentukan oleh cara dia melihat lingkungannya. Tahap pertama adalah tahap en-aktif, dimana individu melakukan aktivitas-aktivitas untuk memahami lingkungannya. Tahap kedu adalah tahap ikonik dimana ia melihat dunia atau lingkungannya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal. Tahap simbolik dimana ia mempunyai gagasan secara abstrak yang banyak dipengaruhi bahsa dan logika; komunikasi dilakukan dengan bantuan simbol sistem. (Ibid h. 191). Pengembangan kognitif anak usia dini diarahkan pada pengembangan auditory, visual, taktil, kinestetik, aritmatika, geometri, dan sains.(Khadijah, Op.cit., h.50).
Makin dewasa semakin dominan sistem simbol seseorang. Untuk belajar sesuatu, Bruner berpendapat tidak perlu menunggu sampai anak mencapai suatu tahap perkembnagn tertentu. Apabila bahan yang diberikan sudah diatur dengan baik, maka individu dapat belajar meskipun umurnya belum memadai. Dengan kata lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Prinsip-prinsip belajar Bruner adalah sebagai berikut. Makin tinggi tingkat perkembnagan intelektual, makin meningkat pula ketidak tergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan. Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi. Data yang diolah atau informasi yang diterima dari luar perlu diolah secara mental. (Yaumi 2013)
Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemmpuan untuk menguatkan pendapat dan gagasan melalui simbol. Untuk mengembangkan kognisi seseorang diperlukan interaksi yang sistematik antara pengajar dan peserta didik. Dalam perkembangan kognisi seseorang, semakin tinggi tingkatannya semakin meningkat pula kemampuan untuk memikirkan beberapa alternatif secara serentak dan kemampuan untuk memberikan perhatian terhadap beberapa stimulu dan situasi sekaligus. (Wendi 2013) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan kognitif merupakan suatu langkah satu demi langkah dalam menerima pengetahuan sesuai usia dan dapat dilakukan juga diekspresikan masing-masing anak.
c. Teori-Teori Kognitif Anak Usia Dini Menurut Ahli
Teori kognitif berhubungan dengan bagaiman kita memperoleh, memproses dan menggunakan informasi. (Kholis 2009)
1. Teori Uni Factor Teori ini dikenal sebagai teori kapasitas umum, menurut teori ini intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum
2. Teori Two Factor Intelegensi berdasarkan suatu faktor mental umum
3. Teori Multi Factor Teori ini mengatakan intelegensi terdiri dari bentuk hubungan neural antara stimulus dengan respon
4. Teori Sampling Goldfrey H. Thomson mengajukan teorinya yang disebut dengan teori sampling. Menurut teori ini :intelegensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berikan dari bebragai pengalaman. Inlegensi terbatas pada sampel dari kemampuan atau pengalaman dunia nyata”.ibid, h. 34
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Kognisi menunjukan pada konsep tentang pengenalan. “Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. (Mulyati 2005)
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teori kognitif yaitu suatu ilmu tentang perkembangan dan pengetahuan umum yang dapat di temukan di lingkungan sekitar dengan tujuan mengembangkan kemampuan anak yang sudah dimiliki.
d. Teori Perkembangan Kognitif dalam Pandangan Islam Agama islam menjelaskan bahwa manusia pada saat dilahirkan tidak mengetahui apapun, tetapi Allah memberikan kemampuan mendengar, melihat, meraba, merasa, dan hati untuk mendaptkan pengetahuan, penjelasan ini terdapat dalam Al-Qur,an surat An-Nahl/16:78:
ۡيَش َنىُمَلۡعَت َلَ ۡمُكِت ََٰههمُأ ِنىُطُب ۢهِّم مُكَج َر ۡخَأ ُ هللَّٱ َو ٗ ۡفَ ۡأَٱ َو َر ََٰٰۡبَ ۡأَٱ َو َ ۡمهسلٱ ُمُكَل َ َعَج َو ا ِ َةَدَة َنو ُرُك ۡشَت ۡمُكهلَعَل ٨٧ Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”
Ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas bahwa:
Kemampuan mendengar, melihat, dan berpikir manusia berkembang secara bertahap. Semakin dewasa seseorang semakin berkembang kemampuannya dan akan semakin mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Hikmah
diciptakan kemampuan berpikir manusia secara bertahap agar dia mampu menjalankan ketaatannya kepada Tuhan. (sit 2015)
Kemampuan manusia berkembang sesuai usianya sehingga dalam ajaran islam menjelaskan bahwa anak-anak tidak dibebani dosa atas perbuatannya. Hal ini berdasarkan pada kemampuan berpikir manusia dalam menerima syariat islam. Rasulullah menunjukan sikap memahami perkembangan kemampuan berpikir pada anak-anak, ketika hasan dan husein cucu Rasul naik ke punggungnya ketika sedang sholat beliau memperpanjang sujudnya, sampai kedua cucunya turun. Beliau tidak menegur cucunya sebab beliau memahami hal ynag dilakukan Hasan dan Husein bukan sebuah kesalahan karena meraka belum memahami tidak boleh mengganggu orang yang sholat.
B. Kerangka Berpikir
Anak didik Taman Kanak-kanak Sriwidari sebagian besar masih mengalami kesulitan dalam kegiatan berhitung. Kondisi ini diamati sebagai masalah yang harus diatasi. Salah satu cara diantaranya dengan memberikan rangsangan supaya anak-anak didik Taman Kanak-kanak Sriwidari dapat meningkatkan kemampuan dalam berhitung. Rangsangan ini dapat kita berikan melalui permainan dengan mediaa balok angka. Metode ini sangat menarik bagi anak-anak Taman Kanak-kanak Sriwidari untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
C. Penelitian yang Relavan
1. Penelitian oleh Lukiyana Alfianti dalam observasinya yang jberjudul Pengembangan Kemampuan Berhitung menggunakan Alat Permainan Edukatif Balok Angka kelompok A di RA Mashyitoh bahwa dapat disimpulkan bahwa hubungan signifikan antara penggunaan alat edukatif balok angka terhadap kemampuan berhitung, adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel x terhadap y adalah sebanyak 75% dilakukan dua siklus.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianingsih, dkk berjudul Penerapan Permainan Balok Angka untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak kelompok B di TA Al Kautsar diperoleh dari hasil temuan data dan pembahasan yaitu melalui penerapan permainan balok angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak yang rentang usia 5-6 tahun, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan presentase mencapai 50%.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Vitri Purwanti dalam judul Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Balok Angka pada Anak kelompok B di TK Universal Ananda
Kondisi Awal Tindakan KBM sebelum menggunalan media balok angka Perkembang an kognitif matematika Anak kurang sekali KBM setelah menggunalan media balok angka siklus I dan siklus II Perkembang an kognitif matematika Anak siklus I cukup baik dan siklus II berkembang baik
kesimpulan yang didapat bahwa malalui permainan balok angka terbukti dari rekapitulasi penilaian kemampuan anak didik dalam berhitung menggunakan balok angka berkembang sangat baik, kemampuan anak meningkat menjadi 86%.
D. Hipotesis Tindakan
Menurut Sugiyono (2010: 96) hipotesis merupakan jawaban sementaraa terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Ho : Tidak terdapat peningkatan kemampuan berhitung anak didik Tk Sriwidari Kelompok A dengan menggunakan balok angka. Ha : Terdapat peningkatan kemampuan berhitung anak didik Tk
80 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan metode bermain balok angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada indikator memahami angka, menggunakan simbol dan mengklasifikasikan dengan metode bermain balok angka anak kelompok A Tk Sriwidari desa Kepongpongan kecamatan Talun kabupaten Cirebon.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif menjelaskan peristiwa yang dilakukan dalam penelitian ini sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan yang lengkap dalam pelaksanaan tindakan. Pendekatan kuantitatf digunakan untuk menganalisis data hasil belajar mengajar atau membandingkan nilai peserta didik sebelum dan sesudah penelitian tindakan dilakukan. (Hidayat 2016)
B. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classrom Action Research. Menurut Mill (2000) peneltian tindakan kelas adalah penyelidikan yang sistematis yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah untuk mengetahui praktik pembelajaran.
Sedangkan menurut McTaggart dalam Hanurawan, (2001) penelitian tindakan kelas merupakan langkah-langkah nyata dalam mencari cara yang paling cocok untuk memperbaiki keadaan, lingkungan daan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan atau lingkungan tersebut. Menurut Hamzah (2011) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan melalui refleksi diri, dengan tujuan meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.
2. Lokasi
Dalam penentuan lokasi penelitian Moleong (2017 hlm. 127) berpendapat bahwa lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek penelitian yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.
Penelitian ini dilaksanakan di Tk Sriwidari desa Kepongpongan kecamatan Talun Kabupaten Cirebon. Diadakan penelitian ditempat ini karena dalam perkembangan kognitif matematika anak yang masih belum berkembang baik.
3. Waktu
Penelitian ini berlangsung selama kurun waktu 3 bulan, yaitu mulai dari bulan Okober sampai bulan Desember 2019.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Program Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Menyiapkan ijin penelitian 2 Menyiapkan ijin penelitian ke sekolah
3 Perencanaan 4 Siklus I 5 Pengumpula n Data 6 Siklus II 7 Tahap penyelesain Laporan Data C. Subjek
Menurut Moleong (2017 hlm. 132) mendeskripsikan sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun subjek yang menjadi sasaran pengamatan dan informan pada penelitian ini meliputi kriteria subjek penelitian sebagai berikut:
1. Data Anak
Kelompok A yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas A1 berjumlah 11 anak dan kelas A2 berjumlah 12 anak. Dalam penelitian ini subjek peneltiannya adalah anak-anak kelompok A1 Tk Sriwidari Tahun Pelajaran 2019-2020 yang berjumlah 11 anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Berikut data anak kelompok A1:
Tabel 3.2
No Nama Anak L/P 1 AB L 2 AN L 3 AS P 4 DH L 5 DZ P 6 ED L 7 RY L 8 FZ P 9 KHA P 10 LS P 11 DN L 2. Data Guru
Tenaga kependidikan di Tk Sriwidari yang dipimpin oleh ibu SH dan tenaga pendidik di Tk Sriwidari yaitu berjumlah 3 yang terdiri 1 guru kelompok B, 1 guru kelompok A1 dan 1 guru kelompok A2. Berikut data guru Tk Sriwidari adalah:
Tabel 3.3
Data Guru Tk Sriwidari
No Nama L/P Jabatan Status
Pendidikan 1 SH P Kepala Tk S1 2 SS P Guru S1 3 ES P Guru SI 4 NS P Guru SMA (sedang men- empuh S1) D. Prosedur Tindakan
Menurut Suharsimi Arikunta (2002), terdapat empat komponen dalam prosedur tindakan penelitian yaitu perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observasing), dan Refleksi (Reflecting).
Berikut ini skema tindakan kelas menurut suharsimi Arikunta
Gambar 1 Skema Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Kegiatan awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada yaitu dengan melakukan observasi dikelas pada saat kegiatan bermain balok angka di kelompok A1 Tk Sriwidari. Dari hasil kegiatan awal tersebut kemudian peneliti menetapkan kegiatan bermain balok angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak. Adapun penelitian tindakan kelas sebagai berikut : PELAKSANAAN PENGAMATAN PENGAMATAN PERENCANAAN REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGAMATAN PENGAMATAN REFLEKSI SIKLUS II
1. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang peneliti lakukan dalam tahap perencanaan ini sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang memuat serangakaian kegiatan pembelajaran dalam satu hari. Menentukan tema, sub tema, indikator, kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan media pembelajaran.
2. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
3. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai kemampuan kognitif matematika anak.
4. Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan selama pembelajaran dilakukan berupa foto.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi disekolah. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPPH yang telah dibuat kemudian guru (peneliti) mengamati keterlibatan anak dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan bermain balok angka. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan disampakan.
2. Guru memberikan contoh kepada peserta didik tentang kegiatan cara bermain balok angka.
3. Guru memberikan bimbingan pada peserta didik dalam kegiatan bermain balok angka.
4. Anak didik mengerjakan kegiatan bermain balok secara kelompok.
5. Guru melakukan pengamatan pada peserta didik dalam kegiatan bermain balok angka.
c. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung , guru melakukan pengamatan kepada peserta didik selama kegiatan bermain balok angka berlangsung dan dalam melakukan pengamatan ini guru menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan yang telah dibuat untuk mengamati secara langsung bagaimana perkembangan kognitif matematika anak saat proses pembelajaran.
d. Refleksi
Tahap ini yaitu tahap refleksi dilakukan pada akhir tiap siklus dan berdasarkan hasil refleksi inilah dapat diketahui apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan harapan peneliti serta untuk mengetahui apakah diperlukan atau tidaknya siklus selanjutnya.
Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
2. Data yang sudah diperoleh dari lembar instrumen observasi dianalisis kemudian guru/peneliti melakukan refleksi terhadap hasil observasi.
3. Guru melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi serta segala hal yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukan.
Apabila refleksi ini belum berhasil, maka bertujuan untuk menyusun rencana tindakan perbaikan untuk siklus II. 2. Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang peneliti lakukan dalam tahap perencanaan ini sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang memuat serangakaian kegiatan pembelajaran dalam satu hari. Menentukan tema, sub tema, indikator, kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan media pembelajaran.
2. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
3. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai kemampuan kognitif matematika anak. 4. Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan
kegiatan selama pembelajaran dilakukan berupa foto. b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi disekolah. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPPH yang telah dibuat kemudian guru (peneliti) mengamati keterlibatan anak dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan bermain balok angka. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan disampakan.
2. Guru memberikan contoh kepada peserta didik tentang kegiatan cara bermain balok angka.
3. Guru memberikan bimbingan pada peserta didik dalam kegiatan bermain balok angka.
4. Anak didik mengerjakan kegiatan bermain balok secara kelompok.
5. Guru melakukan pengamatan pada peserta didik dalam kegiatan bermain balok angka.
c. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung , guru melakukan pengamatan kepada peserta didik selama kegiatan bermain balok angka dan dalam melakukan pengamatan ini guru menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan yang telah dibuat untuk mengamati secara langsung bagaimana perkembangan kognitif matematika anak saat proses pembelajaran.
Tahap ini yaitu tahap refleksi dilakukan pada akhir tiap siklus dan berdasarkan hasil refleksi inilah dapat diketahui apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan harapan peneliti serta untuk mengetahui apakah diperlukan atau tidaknya siklus selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Guru memperoleh data dari lembar instrumen observasi. 2. Data yang sudah diperoleh dari lembar instrumen
observasi dianalisis kemudian guru/peneliti melakukan refleksi terhadap hasil observasi.
3. Guru melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi serta segala hal yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukan.
Peneliti dengan adanya perbaikan di siklus II ini peserta didik lebih aktif dan kreatif lagi dari pada siklus I. Pengamatan yang dilakukan pada saat observasi pada peserta didik saat kegiatan pembelajaran berlangsung, pada siklus II ini dapat dilihat hasil peningkatan kemampuan kognitif matematika anak melalui kegiatan bermain balok angka.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses ini dilakukan untuk mencari data yang diperlukan peneliti. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Adler & Adler menyebutkan bahwa observasi merupakan salah satu dasar fundamental dari semua metode
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan perilaku manusia.
Sedangkan menurut Morris mendefinisikan observasi sebagai mencatat suaatu gejala dengan membantu instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain.
Adapun menurut Arikunto (2006) observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ketempat yang akan diselidiki.
Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu tindakan dalam proses mengamati suatu subjek atau objek dengan cara langsung melihat ke lapangan untuk mendapatkan data dan hasil dari observasi tersebut.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan cara melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung dan mencatatnya pada lembar instrumen observasi (Rating Scale), kemudian data yang didapat dari hasil observasi tersebut akan dianalisis. Data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat :
a. Observasi awal sebelum ada tindakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif awal anak.
b. Pada saat proses pembelajaran setelah ada tindakan yang bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan kemampuan kognitif anak yang diharapkan sesuai dengan tujuan peneliti.
c. Pada saat terakhir proses pembelajaran dalam penelitian ini untuk mengetahui perkembangan kemampuan
kognitif akhir anak setelah dilaksanakannya beberapa proses tindakan dalam pembelajaran.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015), dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Pada penelitian ini dokumentasi sebagai alat untuk penilaian seperti foto-foto kegiatan anak saat bermain balok angka, dokumen yang berisi tentang kegiatan harian anak pada saat pengamatan berlangsung dan tulisan seperti penilaian harian anak.
3. Daftar Ceklis
Menurut Casta (2014) daftar ceklis adalah alat pengumpulan data yang berupa daftar tentang aspek-aspek perilaku dan kondisi tertentu yang diambil datanya.
Daftar ceklis dalam penelitian ini digunakan saat anak-anak melaksanakan kegiatan pembelajaran metode bermain menggunakan balok angka sesuai indikator pencapaian anak.
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan yaitu mengurutkan angka 1-10, menggunakan simbol, dan mengklasifikasikan, saat itu pula peneliti menyiapkan instrumen penelitian daftar ceklis yang nantinya apabila kemampuan anak berkembang sangat baik peneliti memberi tanda ceklis pada kolom bawa angka 4, apabila anak berkembang sesuai harapan guru memberi tanda ceklis pada kolom bawah angka 3, apabila anak mulai berkembang peneliti memberikan tanda ceklis pada kolom bawah angka 2 dan apabila anak belum berkembang maka peneliti memberi tanda ceklis pada kolom bawah angka 1.
F. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini, setelah memperoleh semua data. Teknik analisis data yaitu metode untuk mendapat kan sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah yang tentang sebuah penelitian.
Pada analisis data ini menggunakan penelitian secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan chek list untuk mengetahui perkembangan kognitif matematika anak kelompok A Tk Sriwidari diperoleh dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu sebagai berikut:
a. Menganalisis Ketuntasan Aspek Kognitif Matematika Anak Menurut Casta (2014) untuk mengetahui tingkat keberhasillan dari penelitian ini dapat di analisis menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F x 100 % N
Keterangan :
P = Angka Presentase
F = frekuensi data yang di amati N = Number of Cases (Jumlah Data)
Dalam analisis dengan rumus persentase, peneliti akan memberikan indikator keberhasilan meningkatkan kemampuan kognitif matematika anak kelompok A Tk Sriwidari. Berdasarkan kriteria kesesuaian diatas kita tentukan status suatu data penelitian dengan tabel konversi sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tabel Konvensi Persentase
86% – 100% Sangat Baik
76 % – 85% Baik
60% – 75% Cukup Baik
55% - 59% Kurang
<54% Sangat Kurang
b. Mencari nilai rata-rata ketuntasan perkembangan kognitif matematika yang diperoleh anak melalui rumus:
Keterangan :
R = Nilai rata-rata
M = Jumlah rata-rata aspek kemampuan anak N = Jumlah aspek
c. Mencari rata-rata nilai yang diperoleh anak melalui rumus :
Keterangan : R = Nilai Rata-rata
X = Jumlah semua nilai N = Jumlah anak
d. Dalam menghitung persentase ketuntasan kemampuan kognitif matematika anak dengan rumus :
Keterangan :
P = Ketuntasan keterampilan motorik halus P = Jumlah anak yang tuntas belajar N = Jumlah anak keseluruhan
100% = Bilangan tetap
Menurut pedoman diatas akan diperoleh hasil perbandingan nilai rata-rata siklus I dan siklus II, apabila nilai presentase pada siklus II meningkat maka hasil belajar peserta didik meningkat.
G. Teknik Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2012 hlm.148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Semua fenomena yang ada dalam penelitian disebut varibel
Menurut Suharsimi Arikunto (2005, hlm.101) instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Pada penelitian ini terdapat instrumen yang digunakan yaitu daftar cek atau chek list merupakan pedoman observasi berisi daftar semua aspek yang akan diteliti, sehingga peneliti hanya memberi tanda (√) pada aspek perkembangan. Daftar cek adalah alat observasi yang praktis digunakan, karena semua aspek yang akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perkembangan yang harus dicapai oleh anak kelompok A. Adapun panduan observasi bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis kelompok. Berikut kisi-kisi pedoman yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Lembar Observasi Peningkatan Kemampuan Kognitif Matematika Berbasis Kelompok
Sumber PERMENDIKBUD Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Berikut ini merupakan rubrik kegiatan pengamatan dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok A Tk Sriwidari menggunakan model pembelajaran kelompok.
Indikator Kegiatan Keterangan
Memahami Angka 1. Mengurutkan Angka Anak dapat mengurutkan balok angka 1-10
2. Menggunakan Balok Anak dapat menunjukkan dan mengenal benda tiga dimensi di sekitarnya Menggunakan Simbol Berbentuk Lingkaran
Sebagai Perumpamaan Donat
3. menggunakan Balok Berbentuk Segitiga Sebagai Atap Rumah Mengklasifikasikan 4. Mengelompokkan
balok Sesuai Bentuk, Warna dan Ukuran yang sama
Anak dapat mengenal bentuk, warna dan
ukuran juga
mengelompokkan benda yang sama.
Tabel 3.6
Rubik Pedoman Observasi
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika
Indikator Kegiatan Deskriptif skor
Memahami Angka
Mengurutkan Balok Angka
1-10
Jika anak belum dapat mengurutkan balok angka 1-10
1 Jika anak mulai dapat
mengurutkan balok angka 1-10
2 Jika anak dapat
mengurutkan balok angka 1-10
3 Jika anak mampu
mengurutkan balok angka 1-10 4 Menggunakan Simbol Menggunakan Balok Angka Bentuk Lingkaran Menjadi Sebuah Perumpamaan Donat
Jika anak belum dapat menggunakan balok bentuk lingkaran menjadi sebuah perumpamaan Donat
1
Jika anak mulai dapat menggunakan balok bentuk lingkaran menjadi sebuah perumpamaan Donat
2
Jika anak dapat menggunakan balok bentuk lingkaran menjadi sebuah perumpamaan Donat
3
Jika anak mampu menggunakan balok bentuk lingkaran menjadi sebuah perumpamaan Donat 4 Menggunakan Balok Angka Bentuk Segitiga
Jika anak belum dapat menggunakan balok bentuk segitiga menjadi sebuah
Menjadi Sebuah Perumpamaan Atap rumah perumpamaan atap rumah1
Jika anak mulai dapat menggunakan balok bentuk segitiga menjadi sebuah perumpamaan atap rumah 2
Jika anak dapat menggunakan balok bentuk segitiga menjadi sebuah perumpamaan atap rumah 3
Jika anak mampu menggunakan balok bentuk segitiga menjadi sebuah perumpamaan atap rumah 4 Mengklasifikasikan Mengelompok kan Balok Sesuai Bentuk, Warna dan Ukuran
Jika anak belum dapat mengelompokkan balok sesuai bentuk, warna dan ukuran
1 Jika anak mulai dapat
mengelompokkan balok sesuai bentuk, warna dan ukuran
2 Jika anak dapat
mengelompokkan balok sesuai bentuk, warna dan ukuran
3 Jika anak mampu
mengelompokkan balok sesuai bentuk, warna dan ukuran