STANDARDISASI KOMPETENSI TEKNIK INSPEKSI QUALITY
CONTROL
DI PT. UNITED TRACORS PANDU ENGINEERING
Heri Sudarmaji, Jalu Aji Sang Resi
Program Studi Teknik Produksi dan Proses Manufaktur Politeknik Manufaktur Astra Jakarta
Gedung Astra (B) Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II, Jakarta Utara 14330
Abstrack--PT. United Tractors Pandu Engineering (PT. UTPE) merupakan anak perusahaan dari PT. United Tractors Tbk, yang bergerak di bidang engineering dan industri alat berat. Quality Control sangat mengandalkan kemampuan inspektor dalam proses pengendalian mutu baik produk maupun komponen dari subcont. Sedangan kompetensi yang dimiliki oleh tiap inspektor saat ini belum sesuai dengan standar minimum yang terdapat pada SKKNI. Job description tiap job title saat ini juga belum sesuai dengan KKNI yang berlaku dan proses inspeksi yang dilakukan oleh inspektor juga belum memiliki standar kerja yang baku. Dengan kondisi yang demikian, sulit dilakukan identifikasi kompetensi dan peningkatan kemampuan inspektor Quality Control. Penilaian terhadap performa inspektor sulit untuk dipantau karena belum memiliki dokumen acuan standar. Dibuatlah standardisasi kompetensi teknik untuk inspektor Quality Control dengan pembuatan standar kerja yang sesuai dengan SKKNI dan kebutuhan perusahaan, job description baru yang sesuai dengan KKNI, serta inspection working standard untuk mempermudah inspektor dalam melakukan proses inspeksi. Dari hasil standardisasi yang telah dilakukan, dibuatlah Individual Developme Plan (IDP) sebagai usulan peningkatan kompetensi yang belum dimiliki oleh inspektor.
2
Gambar 2.2 Model sebab akibat kompetensi Spencer dan Spencer
I. PENDAHULUAN
PT. United Tractors Pandu Engineering (PT. UTPE) merupakan anak perusahaan dari PT. United Tractors Tbk, yang bergerak di bidang industri alat berat pertambangan. Perusahaan ini terletak di kawasan industri Jababeka 1, Cikarang, yang terbagi atas tiga plant dan satu head office. Pada kesempatan kali ini, penulis berkesempatan melaksanakan praktik kerja industri di Quality Control (QC).
Sistem yang berjalan pada inspeksi Quality Control sangat bergantung pada kompetensi teknik man power yang ada saat ini. Sehingga ketika terjadi rotasi atau penambahan man power, akan timbul kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan bagi man power baru yang menempati posisi yang ditinggalkan pada Quality Control karena belum adanya standar kompetensi teknik pada bagian tersebut. Selain hal tersebut, kepala seksi Quality Control belum dapat melakukan pemantauan matriks kompetensi serta kebutuhan man power secara berkala karena belum adanya standar acuan.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu fungsi manajemen yang membantu manager dalam melakukan rekrutmen, memilih, melatih, serta mengembangkan anggota dari suatu organisasi. Tanpa Manajemen Sumber Daya Manusia yang baik, organisasi tidak akan mampu untuk berkembang secara maksimal. (Ramachandra, 2009).
2.2. Kompetensi
Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai definisi kompetensi, karakteristik kompetensi, serta klasifikasi kompetensi yang masing-masing dijabarkan pada sub bab berikut:
2.2.1. Definisi dan Karakteristik Kompetensi
Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi dapat didefinisikan sebagai karakteristik dasar yang dimiliki seseorang yang berperan terhadap kriteria kinerja yang efektif. Sedangkan, Byars dan Rue (1997) mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik individu yang dapat dilihat saat diberikan pekerjaan. Gordon (1988) berpendapat bahwa di dalam konsep kompetensi terdapat beberapa dimensi, antara lain adalah:
1. Pemahaman
Kedalaman kognitif pada setiap individu. 2. Kemampuan
Ukuran ketrampilan seorang individu dalam melakukan pekerjaan yang diberikan.
3. Pengetahuan
Melingkupi kesadaran tentang apa yang seharusnya dilakukan.
4. Minat
Ketertarikan seorang individu terhadap suatu kegiatan/bidang.
5. Sikap
Reaksi yang diberikan seorang individu terhadap aksi dari luar lingkungannya.
6. Nilai
Standar yang dianggap benar dan dipercaya seorang individu.
Gambar 2.1 Model gunung es dan lingkaran kompetensi Spencer dan Spencer Sumber: Spencer dan Spencer, 1993 (hlm. 11).
Dalam model gunung es tersebut, disebutkan bahwa terdapat bagian yang tampak dan tersembunyi. Bagian yang tampak meliputi ketrampilan dan pengetahuan yang akan dilihat melalui perilaku. Sedangkan bagian yang tersembunyi meliputi sikap, karakter, nilai, serta motif, dan bakat.
Untuk itu, terdapat hubungan sebab akibat diantara karakteristik-karakteristik tersebut. Karakteristik personal akan mempengaruhi perilaku, selanjutnya, perilaku akan berdampak pada kinerja individu. Berikut merupakan diagram hubungan sebab akibat tersebut.
Sumber: Spencer danSpencer, 1993 (hlm. 13). 2.2.2. Klasifikasi Kompetensi
Pada tahap awal pengklasifikasian kompetensi, kompetensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu kompetensi manajerial dan juga kompetensi teknis. Kompetensi manajerial berkaitan dengan kemampuan manajerial individu dalam mengatur organisasi, sedangkan kompetensi teknis berkaitan dengan keterampilan individu dalam mengerjakan hal-hal secara teknis. Seiring dengan perkembangan jaman, pengklasifikasian kompetensi mengalami perubahan. Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi dapat dibagi menjadi treshold dan differentiating. Treshold competency merupakan
3
kemampuan dasar individu dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Fogg (2004), semakin tinggi motivasi individu terhadap pekerjaannya, akan semakin tinggi hasil yang akan dicapai.
2.2.3. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi
Sub bab ini menjelaskan tentang perbedaan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dan manajemen sumber daya manusia konvensional serta dampak MSDM-BK tersebut.
2.2.4. Perbedaan Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi dan Manajemen Sumber Daya Manusia Konvensional
Menurut Siswanto (2013) Manajemen Sumber Daya Manusia yang bersifat konvensional pada umumnya pengambilan keputusan untuk suatu jabatan ditentukan melalui spesifikasi jabatan dan juga kualifikasi individu pegawai. Kebutuhan akan informasi tersebut dapat dilihat melalui sikap pegawai pada masa kerjanya, curriculum vitae, serta ketrampilan calon pegawai yang ingin menduduki jabatan tersebut.
Siswanto (2013) mendefinisikan Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi sebagai serangkaian keputusan untuk mengelola hubungan ketenagakerjaan (mulai dari calon pegawai, pegawai, sampai dengan pensiunan) secara optimal mulai dari proses rekrutmen, seleksi, penempatan, pemeliharaan (kinerja, kompensasi, dan kesejahteraannya) dan pengembangan (pendidikan, pelatihan, dan karirnya) serta terminasi untuk mencapai tujuan organisasi (memelihara dan meningkatkan kinerja).
2.2.5. Dampak Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi Dengan adanya manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi, pemilihan pegawai terhadap suatu jabatan akan lebih akurat dan cepat. Dengan adanya sistem kode pada setiap kompetensi, dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi dapat dikembangkan dan diintegrasikan menjadi satu sistem sehingga setiap kompetensi jabatan yang dibutuhkan dapat dilihat secara sistem. 2.3. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor pekerjaan.
2.4. Standar
Standar atau lengkapnya standar teknis, adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu kebiasaan, konvensi, produk perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima umum dan bersifat dominan sering disebut sebagai "standard de facto".
2.4.1. Standar Kompetensi Kerja Nasional SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.5. Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan) sering disebut juga diagram Ishikawa atau cause and effect diagram (diagram sebab akibat). Penemunya adalah Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo.
Gambar 2.3 Fishbone Diagram III. PENYAJIAN DATA
3.1. Profil Perusahaan
Gambar 3.1 Logo PATRIA Sumber: www.patria.co.id
PT. United Tractors Pandu Engineering adalah salah satu perusahaan manufaktur alat berat dan engineering terkemuka di Indonesia dengan brand PATRIA. Didirikan sejak 8 Februari 1983 di kawasan industri Jababeka 1, Cikarang, Jawa Barat dengan saham 99,9% dimiliki oleh PT. United Tractors Tbk yang juga tergabung dengan PT. Astra International Tbk. Karakteristik unik dari PT. United Tractors
4
Pandu Engineering adalah menyesuaikan produk berdasarkan kebutuhan pelanggan (mass costumize). 3.2. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan
3.2.1. Visi
Menjadi perusahaan engineering dan energi logistik terbaik di region, dengan menyediakan produk serta layanan yang berkualitas untuk mencapai profitabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
3.2.2. Misi
Memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi para pemegang kepentingan.
3.2.3. Nilai Perusahaan
Adapun nilai-nilai perusahaan merupakan kepanjangan dari PATRIA itu sendiri, yaitu:
1. Provide Quality Product
2. Achieve Stakeholders Satisfaction 3. Treat Organization with Respect 4. Reputable Provider
5. Innovation Spirit 6. Aim for World Class 3.3. Kompetensi Man Power
Ada 3 kompetensi dasar yang diterapkan oleh PT. United Tractors Pandu Engineering, yaitu:
Sumber: Human Cpital Division PT. UTPE
Kompetensi tersebut harus dimiliki oleh karyawan di seluruh departemen perusahaan. Untuk mempermudah dalam penerapan, maka dibuatlah dokumen standar untuk masing-masing kompetensi serta perlu dievaluasi di tiap departemen. Basic kompetensi tersebut dibuat oleh perusahaan dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung pada PT. United Tractors Pandu Engineering serta merujuk pada kompetensi ASTRA.
3.4. Quality Control
Terdiri dari 2 section yaitu:
1. Quality Inspection, memiliki tugas untuk melakukan pengecekan dalam proses produksi mulai dari pemeriksaan barang yang datang dari sub-contractor, pemeriksaan pada saat proses produksi, sampai dengan unit produk selesai dan siap pengiriman.
2. Quality Planning, memiliki tugas untuk melakukan pengawasan mutu supaya produk yang dihasilkan memiliki keunggulan komparatif sesuai dengan persyaratan mutu perdagangan internasional atau lebih dikenal dengan ISO.
1.5. Man Power Quality Control
Berdasarkan job desc masing-masing man power inspeksi Quality Control, ada beberapa pekerjaan yang memerlukan sertifikasi kompetensi khusus sesuai dengan standar nasional. Jenis pekerjaan yang membutuhkan sertifikasi kompetensi seperti pengoperasian alat dan kalibrasi.
1.6. Deskripsi Golongan Jabatan PT United Tractors Pandu Engineering
Sesuai dengan nilai-nilai perusahaan, terdapat 7 klasifikasi golongan jabatan dan pada tiap golongan memiliki perbedaan baik dari segi kompetensi maupun skill. Berikut ini merupakan hal-hal yang membedakan dari tiap golongan:
Golongan 1
Operator baru dan melakukan pekerjaan teknis sepenuhnya.
Golongan 2
Operator atau jabatan setara yang sudah berpengalaman. Melakukan pekerjaan teknis dan mampu melakukan perbaikan masalah.
Golongan 3
Staff operasional atau jabatan setara. Melakukan analisa sederhana dan memiliki wewenang terhadap operator.
Golongan 4
Sudah tidak melakukan pekerjaan teknis melainkan menjalankan organisasi dibawahnya dan melakukan pekerjaan yang bersifat analisa.
Golongan 5
Kepala departemen atau divisi yang bertanggung jawab terhadap departemen/divisinya masing-masing serta melakukan pekerjaan yang terkait dengan departemen/divisi lain.
Golongan 6
General manajer yang memimpin divisi departemen dibawahnya.
Golongan 7 Gambar 3.2 Basic Competency PT. United
5
Pimpinan grup perusahaan yang mengatur jalannya perusahaan serta relasi dengan perusahaan terkait ataupun tidak terkait.
Sumber: Human Capital Division PT. UTPE 1.7. Perumusan Masalah
Saat ini di Quality Control PT. United Tractors Pandu Engineering belum terdapat standar kompetensi teknik untuk inspektor, baik berupa sertifikasi kompetensi nasional, standar profesi nasional, standar kerja inspeksi dan matriks skill kompetensi. Hal tersebut menyebabkan urutan proses pekerjaan inspeksi belum sesuai dengan standar baik komponen dari subcont maupun hasil produksi sub compo dan big compo.
Proses Inspeksi
Sumber: Observasi penulis
Urutan proses inspeksi yang dilakukan oleh inspektor belum sesuai dengan standar. Meskipun terdapat check sheet untuk pengecekan, namun secara prosedur urutan kerja belum ada dokumen resmi yang distandarkan oleh Quality Control PT. UTPE. IV. ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisis
4.1.1. Kompetensi Perusahaan
Dari data basic competency perusahaan dapat dilihat bahwa technical competency belum memiliki penjabaran poin-poin secara spesifik. Standar yang diterapkan pada Quality Control PT. United Tractors Pandu Engineering hanya memenuhi 2 kompetensi utama yaitu behavior competency dan bussines management competency.
4.1.2. Standar Kerja
Pemetaan kebutuhan man power dapat diketahui setelah standar kerja Quality Control dibuat sesuai dengan jenis pekerjaan yang terdapat dalam departemen. Standar kerja yang telah dibuat dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap
kompetensi inspektor. Standar kerja yang telah dibuat dapat dilihat pada lampiran. Pembuatan standar kerja dilakukan dengan mengacu pada job desc Inspection Quality Control, proses bisnis Quality Control, check sheet inspeksi dan data golongan jabatan inspektor.
4.1.3. Kompetensi Inti
Kompetensi inti perusahaan mengacu pada visi, misi, tujuan, dan nilai yang merupakan elemen penting bagi seluruh karyawan (visi, misi, tujuan, dan nilai perusahaan dapat dilihat pada sub bab 3.2). Untuk inspektor Quality Control, terdapat kompetensi yang wajib dimiliki untuk dapat melakukan penjaminan terhadap kualitas produk.
4.1.4. Kompetensi Pendukung
Kompetensi pendukung yang dibutuhkan disesuaikan dengan proses bisnis dan nilai-nilai perusahaan. Kompetensi pendukung ini ditentukan berdasarkan studi literatur dan juga digunakan untuk pembuatan standar kerja sebagai soft skill yang harus dimiliki oleh setiap karyawan perusahaan sebagai penunjang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan job desc masing-masing.
4.2. Fishbone Diagram
4.2.1. Analisis Penyebab dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan fishbone diagram di bawah, maka dibuatlah pemecahan masalah sesuai dengan akar permasalah yang ditemukan.
4.3. Aturan Yang Digunakan Sebagai Acuan Dalam Penyusunan Standar Kerja Dalam proses pembuatan standar kerja dan job description, digunakan beberapa peraturan pemerintah sebagai standar acuan terutama yang terkait dengan penyusunan kriteria unjuk kerja.
4.4. Proses Standardisasi
Dalam proses standardisasi terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan, berikut ini merupakan alur tahapan pembuatan Inspection Working Standard, Job Gambar 3.3 Proses Inspeksi
6
Description, dan Standar Kerja Departemen Quality Control.
4.4.1. Pembuatan Standar Kerja
Human Capital Division PT. UTPE belum memiliki standar kompetensi teknik untuk Quality Control, sehingga perlu dibuat standar kerja Quality Control yang berisi tentang deskripsi pekerjaan, lingkup pekerjaan, pekerjaan yang dilakukan, kompetensi yang harus dikuasai, tanggung jawab, wewenang, prasyarat, jenjang karir, acuan SKKNI, dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh tiap inspektor.
4.4.2. Pembuatan Job Description Dengan Acuan SKKNI
Job description inspektor Quality Control saat ini belum sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Terdapat beberapa tanggung jawab pekerjaan yang tidak sesuai dengan level golongan dalam perusahaan maupun level Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI).
4.4.3. Pembuatan Inspection Working Standard
Proses inspeksi yang dilakukan oleh inspektor saat ini belum memiliki urutan proses yang standar dan cenderung mengandalkan check sheet serta kemampuan tiap inspektor itu sendiri. Hal tersebut tidak akan menjadi masalah selama output dari proses inspeksi sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan perusahaan, namun akan menjadi masalah ketika terjadi hal sebaliknya.
4.5. Golongan Jabatan Inspektor Dengan Level KKNI
Golongan yang terdapat pada perusahaan apabila dikelompokkan sesuai dengan level KKNI maka seperti pada tabel diatas. Golongan perusahaan dibuat berdasarkan kompetensi kerja dan lamanya masa kerja pada perusahaan.
Berdasarkan tabel diatas, maka kompetensi dan kriteria kerja inspektor harus sesuai dengan level KKNI-nya. Namun apabila melihat Tabel 3.2 Data Golongan Jabatan Inspection Quality Control, maka golongan kerja inspektor saat ini belum sesuai dengan level KKNI-nya. Terdapat beberapa sertifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh masing-masing inspektor.
4.6. Pengendalian Standar
Dengan standardisasi kompetensi yang telah dilakukan, perlu dilakukan pengendalian terhadap standar yang telah dibuat. Standar kerja yang telah dibuat harus diaudit secara berkala untuk memastikan inspektor bekerja sesuai dengan job desc yang telah dibuat. Kompetensi inspektor juga harus diuji sesuai dengan kapasitas kerjanya.
4.7. Evaluasi Hasil
Standardisasi yang telah dilakukan dengan pembuatan standar kerja, job description sesuai SKKNI, dan pembuatan inspection working standard, maka dapat dilakukan beberapa evaluasi yaitu: 1. Kompetensi inspektor Quality Control PT. UTPE
belum terpenuhi dan perlu dilakukan training maupun sertifikasi kompetensi guna memenuhi standar pada tiap job title.
2. Standar kerja dan job description baru yang telah disusun sesuai dengan SKKNI harus disosialisasikan kepada seluruh inspektor Quality Control.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Standardisasi yang telah dilakukan menghasilkan standar kerja Quality Control, Job Description Quality Control, dan Inspection Working Standard yang digunakan sebagai dokumen acuan dalam penjagaan kualitas serta pengembangan kompetensi inspektor. Dari standardisasi kompetensi teknik ini dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kompetensi teknik Inspection Quality Control sebagian besar telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan SKKNI.
2. Beberapa kompetensi dan sertifiksi yang belum dimiliki oleh inspektor harus dibuatkan Individual Develop Plan (IDP) untuk diajukan ke perusahaan untuk memenuhi standar kompetensi.
7
3. Kompetensi Inspektor Quality Control dapat dipantau dengan adanya matriks skill dan job description baru.
4. Human Capital Division dapat melakukan rekrutmen inspektor baru dengan menggunakan acuan standar kerja Quality Control yang telah dibuat.
5.2. Saran
1. Untuk tetap sesuai dengan standar yang telah dibuat, perlu dilakukan control terhadap kegiatan inspeksi yang dilakukan.
2. Matriks skill inspektor harus dilakukan pembaruan tiap tahun sebagai bahan evaluasi dan pengembangan kompetensi serta karir inspektor itu sendiri.
3. Inspektor yang memiliki penguasaan kompetensi lebih, sebaiknya diberi project yang sesuai dengan spesialisasinya untuk mendapatkan percepatan karir dan peningkatan kinerja.
4. Inspektor yang belum memiliki sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya seperti pada tabel 4.3, harus dibuatkan Individual Development Plan (IDP) dan ditindak lanjuti dengan sertifikasi kompetensi guna memenuhi standar yang telah dibuat. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. (2015). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Jakarta.
[2]. Fogg, Milton. (2004). The Greatest Networker in the World. New York: The Three Rivers Press.
[3]. Gordon. (1988). Pembelajaran Kompetensi. Jakarta: Rineka Cipta.
[4]. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas. (2007). Pedoman Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Jakarta: Pemerintah. [5]. Mathis, R.L & Jackson, J. H. (2002). Human
Resource Management, Alih Bahasa. Jakarta: Salemba Empat.
[6]. Ramachandra, K., Shivarudrappa, D., & Gopalakrishna, K.S. (2009). Human Resource Management. New Delhi: Himalaya Publishing House.
[7]. Siswanto, J. (2008). A New Innovative Job Analysis Method for Modern Organizations in Turbulent Environment. Proceedings of the 9th Asia Pasific Industrial Engineering & Management Systems Conference (hlm. 678-685). Bali, Indonesia: Nusa Dua.
[8]. Siswanto, J. (2013). Implementasi Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi Terpadu: Strategi Pengembangan Organisasi Pendekatan Sistem. Bandung: Penerbit ITB.
[9]. Spencer, L.M., & Spencer, S.M. (1993). Competence at Work: Models for Superior Performance. New York: John Wiley & Sons. [10]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia. (2011). Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Konstruksi-Bidang Pekerjaan Umum Jabatan Kerja Quality Assurance Engineer. Jakarta.
[11]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2017). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer Bidang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih. Jakarta.
[12]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2009). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang Dari Logam Bidang Industri Barang Logam Lainnya Dan Kegiatan Jasa Pembuatan Barang-Barang Dari Logam Sub Bidang Welding Inspector. Jakarta.
[13]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2004). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan. Jakarta.
[14]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2007). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang Dari Logam Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub Bidang Pengelasan SMAW. Jakarta.
[15]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2010). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang Dan Logam Bidang Industri Barang Logam Lainnya Dan Kegiatan Jasa Pembuatan Barang-Barang Dari Logam Sub Bidang Welding Supervisor. Jakarta.
[16]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2016). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Industri Pengolahan
8
Golongan Pokok Industri Barang Logam, Bukan Mesin Dan Peralatannya Bidang Coating. Jakarta.
[17]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2016). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Mesin Dan
Perlengkapan Yang Tidak Dapat
Diklasifikasikan Di Tempat Lain (YTDL) Bidang Industri Logam Mesin. Jakarta. [18]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia. (2016). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional, Ilmiah Dan Teknis Golongan Pokok Kegiatan Kantor Pusat Dan Konsultasi Manajemen Bidang Sistem Manufaktur. Jakarta.
[19]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2016). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional, Ilmiah Dan Teknis Golongan Pokok Kegiatan Kantor Pusat Dan Konsultasi Manajemen Bidang
Hubungan Pelanggan (Customer
Relationship Management). Jakarta.
[20]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2016). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional, Ilmiah Dan Teknis Golongan Pokok Kegiatan Kantor Pusat Dan Konsultasi Manajemen Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. [21]. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia. (2018). Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Mesin Dan Perlengkapan Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Di Tempat Lain (YTDL) Bidang Industri Alat Berat. Jakarta