• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL BAHAN AJAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL BAHAN AJAR KEPERAWATAN KOMUNITAS"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

MODUL

BAHAN AJAR

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :

Ns. Dewi Apriliyanti, M.Kep.

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang Cetakan pertama, Juli 2020

Penulis : Ns. Dewi Apriliyanti, M.Kep Jumlah Halaman : 98

VISI DAN MISI

STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

1. Visi

Menjadi Pusat Pendidikan Tenaga Keperawatan yang Pancasilais, Profesional, Unggul dalam Bidang Keperawatan Komunitas dan dapat Berkompetisi Secara Nasional Maupun Internasional pada Tahun 2025.

2. Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan jenjang D3, S1 dan profesi.

b. Melakukan berbagai kegiatan pengembangan dan penelitian guna pengembangan ilmu dan teknologi dibidang keperawatan/kesehatan.

c. Melakukan berbagai pengembangan pelayanan keperawatan melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat, bekerjasama dengan berbagai pihak dan menggunakan berbagai sumber, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.

(3)

3

SUSUNAN ISI MODUL

BAB I PENDAHULUAN

BAB II ISI BAGIAN TOPIK PEMBELAJARAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Topik 1 : Praktik Keperawatan Komunitas dan Upaya Menjaga Mutu di Puskesmas

- Konsep Dasar Praktik Keperawatan Komunitas - Legislasi Keperawatan

- Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Komunitas - Upaya Menjaga Mutu

Topik 2 : Bidang Khusus Dalam Praktik Keperawatan Komunitas - UKS

- Industri

Topik 3 : Pemberdayaan dan Penyembuhan Dalam Komunitas - Partisipasi dan Penyembuhan Dalam Komunitas - Pemberdayaan Komunitas melalui Penelitian

Partisipatori

Topik 4 : Kebijakan Kesehatan untuk Kota dan Komunitas Sehat - Promosi Kesehatan

- Kebijakan Publik Sehat

- Penerapan Kebijakan Kesehatan untuk Kota dan Komunitas

Topik 5 : Kompetensi Budaya dalam Kemitraan dengan Komunitas

- Keberagaman, etnisitas, dan Budaya - Budaya, Sehat-Sakit, dan Keperawatan - Sistem Pelayanan Kesehatan Cultural Topik 6 : Proses Asuhan Keperawatan Komunitas

- Pengkajian Komunitas - Inti Komunitas

- Lingkungan

- Pelayanan Kesehatan dan Sosial

- Ekonomi, Keamanan dan Transfortasi - Komunikasi dan Pendidikan

- Analisis dan Diagnosis Keperawatan Komunitas - Analisis Komunitas

- Perencanaan Program Kesehatan Komunitas - Validasi Diagnosis Keperawatan Komunitas - Penerapan Teori Berubah dalam Perencanaan

Kesehatan Komunitas

- Tujuan Kesehatan Komunitas - Kolaborasi

- Aktivitas Program BAB III PENUTUP

(4)

4 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perawatan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, dimana keterampilan hubungan antar manusia serta keterampilan organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi dengan keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan tenaga sosial, demi memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan keperawatan berkelanjutan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif.

Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.

Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi. Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu (innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada mata kuliah Keperawatan Komunitas antara lain:

(5)

5 Topik 1 : Apa yang dimaksud dengan Praktik Keperawatan

Komunitas dan Upaya Menjaga Mutu?

Topik 2 : Apa yang dimaksud dengan Bidang Khusus Dalam Praktik Keperawatan Komunitas?

Topik 3 : Apa yang dimaksud dengan Pemberdayaan dan Penyembuhan Dalam Komunitas?

Topik 4 : Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Kesehatan untuk Kota dan Komunitas Sehat?

Topik 5 : Apa yang dimaksud dengan Kompetensi Budaya dalam Kemitraan dengan Komunitas?

Topik 6 : Apa yang dimaksud dengan Asuhan Keperawatan Komunitas?

1.3 Tujuan

Tujuan pada mata kuliah Keperawatan Komunitas antara lain:

Topik 1 : Untuk mengetahui tentang Praktik Keperawatan Komunitas dan Upaya Menjaga Mutu

Topik 2 : Untuk mengetahui tentang Bidang Khusus Dalam Praktik Keperawatan Komunitas

Topik 3 : Untuk mengetahui tentang Pemberdayaan dan Penyembuhan Dalam Komunitas

Topik 4 : Untuk mengetahui tentang Kebijakan Kesehatan untuk Kota dan Komunitas Sehat

Topik 5 : Untuk mengetahui tentang Kompetensi Budaya dalam Kemitraan dengan Komunitas

Topik 6 : Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Komunitas

(6)

6

BAB II

ISI BAGIAN TOPIK

PEMBELAJARAN

(7)

7

TOPIK 1

Praktik Keperawatan

Komunitas dan Upaya

Menjaga Mutu di Puskesmas

1.1 KONSEP DASAR PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS 1. Pengertian Keperawatan Komunitas

Proses keperawatan tidak hanya mencakup masalah individu namun juga meliputi keluarga, kelompok serta masyarakat pada umumnya. Paradigma pelayanan keperawatan yang mengalami perubahan menjadi upaya promotif dan preventif semakin menekankan peran perawat yang tidak hanya membantu seorang individu untuk bebas dari penyakit yang diderita namun juga lebih pada menstimulasi tumbuhnya kemandirian masyarakat dalam melaksanakan upaya preventif dan promotif yang pada akhirnya mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Perawat sebagai pemberi asuhan yang komprehensif mampu menekan stresor dan meningkatkan peran komunitas dalam mengatasi stresor melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier. Upaya ini dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan sekaligus memberikan perhatian kepada masyarakat serta memberi kemampuan pada masyarakat untuk mampu mempertimbangkan pengaruh masalah kesehatan masyarakat terhadap kesehatan individu, keluarga atau kelompok (Fallen dan Dwi K, 2010).

Kesadaran yang dimiliki masyarakat akan memunculkan upaya untuk menyumbangkan tenaga, dana, pikiran dan kemampuan untuk melaksanakan upaya kesehatan. Keperawatan Komunitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan risiko tinggi agar mampu mencapai status derajat

(8)

8 kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan dan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977).

Jadi keperawatan komunitas merupakan suatu sintesa dari praktik ilmu keperawatan dengan ilmu kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat tanpa membatasi kelompok yang diberikan asuhan keperawatan. Seluruh masyarakat tanpa memandang umur dan golongan tertentu terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas.

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Beberapa pengertian keperawatan komunitas diatas dapat dapat disimpulkan bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu penerapan asuhan keperawatan yang memadukan ilmu keperawatan dan kesehatan masyarakat dalam melibatkan dukungan dan peran aktif masyarakat dalam melaksanakan pelayanan preventif dan kuratif secara komprehensif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Tujuan umum asuhan keperawatan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal, yang berarti masyarakat tidak hanya terbebas dari penyakit namun mampu produktif sampai usia senja. Sedangkan tujuan khusus pemberian asuhan keperawatan komunitas menurut R Fallen dan R Budi Dwi K (2010) antara lain :

(9)

9 a. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang konsep sehat dan

sakit

b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan kelompok serta masyarakat pada umumnya untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka menangani masalah keperawatan.

c. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus di rumah, panti dan di masyarakat yang membutuhkan pembinaan dan asuhan keperawatan

d. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan asuhan keperawatan di rumah

e. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.

f. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat optimal.

Pencapaian tujuan pemberian asuhan keperawatan komunitas bukan hanya merupakan tanggung jawab dari perawat namun lebih pada seluruh anggota masyarakat. Adapun fungsi pemberian asuhan

keperawatan komunitas menurut Mubarak (2006) antara lain adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan

(10)

10 penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan.

2. Area Praktik Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan praktik upaya promotif dan proteksi kesehatan pada sekelompok populasi manusia dengan menggunakan ilmu keperawatan, social dan kesehatan masyarakat (American Publik Health Association, 1996).

Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama peningkatan kesehatan, mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua kelompok masyarakat melalui kondisi yang diciptakan dimana orang bisa menjadi sehat dan lebih sehat dari semula.

Perawat kesehatan komunitas bisa bekerja sama dengan komunitas dan populasi untuk mengurangi risiko angka kesakitan serta meningkatkan, mempertahankan dan memperbaiki kembali kesehatan.

Perawat kesehatan komunitas melakukan advokasi untuk merubah suatu sistem dan mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan pengembangan komunitas, koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ilmu kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok yang meliputi:

a. Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologi, pekerja social, nutrisionis dan pendidik kesehatan.

b. Organisasi kesehatan pemerintah. c. Penyedia layanan kesehatan.

d. Organisasi dan koalisi masyarakat.

e. Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hokum dan unit gawat darurat.

f. Industri dan bisnis.

(11)

11 Menurut Depkes RI (2006), pelayanan keperawatan komunitas dapat diberikan langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan seperti:

1. Unit

Pelayanan kesehatan yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain lain)

2. Rumah

Perawat home care memberikan pelayanan pada keluarga dirumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care adalah untuk

meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit ataupun yang berisiko.

3. Sekolah.

Perawat sekolah dapat melakukan perawat day care, selain itu dapat juga melakukan pemeriksaan secara keseluruhan (screening), mempertahankan kesehatan dan memberikan pendidikan kesehatan. 4. Tempat kerja atau industri.

Perawat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus esakitan atau kecelakaan minimal ditempat kerja dan industri. Selain itu perawat

juga memberikan pendidikan kesehatan 5. Barak penampungan.

Perawat memberikan tindakan langsung pada kasus penyakit akut, kronis serta kecacatan fisik ganda dan mental.

6. Kegiatan Puskesmas Keliling.

Diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di pedesaan dan kelompok terlantar. Bentuk pelayanan seperti pengobatan sederhana, screening kesehatan, kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.

7. Panti atau kelompok khusus lain seperti panti asuhan anak, panti wreda, panti social, rumah tahanan.

(12)

12 8. Pelayanan pada kelompok resiko tinggi:

a. Kelompok wanita, anak dan lansia yang mendapat perlakuan kekerasan.

b. Pusat pelayanan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan obat.

c. Tempat penampungan kelompok dengan HIV/AIDS dan Wanita Tuna Susila.

3. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran Keperawatan Komunitas menurut Anderson (1988) memiliki 3 tingkatan yaitu:

a. Tingkat individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan pada individu yang memiliki masalah kesehatan tertentu seperti penderita HIV/AIDS, kolera, diare atau bahkan ibu hamil dan anak dengan gangguan tumbuh kembang yang ditemukan di klinik, atau puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan pada individu.

b. Tingkat keluarga

Pada tingkat keluarga sasaran kegiatan adalah keluarga yang salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan tertentu yang meliputi keluarga dengan anggota keluarga yang resiko tinggi seperti ibu hamil dengan anemia, hipertensi, riwayat perdarahan ataupun eklampsia dan keluarga yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan seperti keluarga dengan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) secara rutin, keluarga pasien TBC yang memiliki riwayat drop out dan lain-lain. Pada tingkat ini perawat mengukur pelaksanaan tugas keluarga yang meliputi pengenalan masalah kesehatan, pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan yang muncul, memberikan perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan sumber daya masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

(13)

13 Pada tingkat ini, perawat melihat sasaran sebagai kesatuan yang utuh dalam komunitas sebagai klien yang diberikan pembinaan, misalnya pembinaan pada kelompok khusus masyakat (contohnya masyarakat penderita kusta di Desa Tanjung Pinang Kel. Pahandut Seberang Kec. Pahandut), dan pembinaan desa atau masyakat bermasalah (misalnya upaya asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKES Eka Harap Palangka Raya Tahun 2017 di Desa Tanjung Pinang Kel. Pahandut Seberang Kec. Pahandut dengan permasalahan utama penyakit tidak menular (PTM) yang meliputi hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain.

4. Kriteria masyarakat binaan

Masyarakat yang dijadikan binaan dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Mudah dijangkau

b. Mampu berkomunikasi terhadap keluarga dengan baik c. Minat dan tanggapan keluarga positif.

d. Kategori status sosial ekonomi yang rendah

e. Tersedia wadah peran serta masyarakat (posyandu, dana sehat, dasa wisma, PKK, polindes dan lainnya).

f. Tidak terlalu rawan daerahnya

5. Kegiatan dalam asuhan keperawatan komunitas

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. a. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1.Penyuluhan kesehatan masyarakat 2.Peningkatan gizi

(14)

14 3.Pemeliharaan kesehatan perseorangan

4.Pemeliharaan kesehatan lingkungan 5.Olahraga secara teratur

6.Rekreasi

7.Pendidikan seks.

b. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah

2. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit

2) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin

dan nifas

3) Perawatan payudara

4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir. d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan

(15)

15 melalui kegiatan: Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.

e. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti (Sumantri, B., 2011).

6. Faktor yang mempengaruhi kesehatan

Menurut Hendrik L Blum (1980) ada 4 faktor utama yang mempengaruhi kesehatan masyarakat diantaranya digambarkan dalam diagram sebagai berikut.

(16)

16 Berdasarkan gambar diatas menjelaskan bahwa besaran panah menunjukkan besar pengaruh ke empat faktor tersebut terhadap derajat kesehatan. Faktor perilaku memiliki pengaruh yang paling besar sedangkan faktor genetik memiliki pengaruh yang paling kecil. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lawrence Green tahun 1995 yang menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah faktor perilaku.

a. Faktor Perilaku

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat penampunga air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.

(17)

17 b. Faktor Lingkungan

Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya, Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu-ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan. Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti diare dan lainnya.

c. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau

(18)

18 kelompok masyarakat. Misalnya, jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan, serta informasi tentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap Kab/Kota.

d. Faktor Genetik

Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi. Untuk itu perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit. Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua penderita diabetes melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya. Oleh karenanya, ia harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun manusia adalah pelatuknya (trigger). Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan

(19)

19 akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

1.2 LEGISLASI KEPERAWATAN

1. Definisi Legal Praktik Keperawatan

Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum bermaksud melindungi hak publik, misalnya undang-undang keperawatan bermaksud melindungi hak publik dan kemudian melindungi hak perawatan.

Praktik keperawatan adalah Tindakan mandiri perawat professional melalui kerja sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.

Dengan demikian seseorang perawat profesional yang dalam memberikan praktik asuhan keperawatan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan/ hukum, maka dapat diartikan bahwa praktik asuhan keperawatan tersebut legal.

Jadi, legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan Sah, sesuai dengan Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab medis/kesehatan maupun tanggung jawab hukum.

(20)

20 Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya untuk:

1. Memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum

2. Melindungi perawat dari liabilitas

Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu disusun peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari profesi keperawatan. Perundang-undangan yang mengatur praktik keperawatn disebut undang-undang atau peraturan praktik kepperawatan. Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.

2. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).

Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktek keperawatan.Legislasi praktek keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek perawat.

Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang ―Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya.Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.‖

1. Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi perawat.

(21)

21 a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan

b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan

d. Menapis IPTEK keperawatan e. Menilai boleh tidaknya praktik f. Menilai kesalahan dan kelalaian

3. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan

a. Harus jelas membedakan tiap kategori tenaga keperawatan.

b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab atas sistem keperawatan.

c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.

d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.

4. Fungsi legislasi keperawatan

a. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.

b. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan

c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap kategori tenaga keperawatan.

d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat. e. Memotivasi pengembangan profesi.

f. Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.

Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain : 1. Surat Izin Perawat (SIP)

Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktek keperawatan.

Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib) mendaftarkan diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan

(22)

22 menjalankan pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi. Sasarannya adalah semua perawat.Sedangkan yang berwenang mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan kabupaten/kota diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.

Jenis dan waktu registrasi :

a. Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan.

b. Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.

2. Surat Izin Kerja (SIK)

Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.SIK hanya berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.

3. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok.SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktek perorangan atau kelompok dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.

(23)

23 1.3 RUANG LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. Pelayanan keperawatan keluarga adalah bagian dari keperawatan kesehatan komunitas. Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang rentang kehidupan dan sesui tahap perkembangan keluarga.

Ruang lingkup pelayanan keperawatan komunitas meliputi: 1. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

 Penyuluhan kesehatan masyarakat  Manajemen nutrisi

 Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan kelompok

 Pemeliharaan kesehatan lingkungan

 Olahraga secara teratur

 Rekreasi

Manajemen body mind  Pendidikan seks

 Pendidikan kesehatan pemanfaatan tanamana obat keluarga (TOGA)

2. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan

(24)

24 masyarakat. Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada anggota keluarga agar bebas dari penyakit atau cedera melalui kegiatan:

 Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

 Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

 Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,

puskesmas maupun kunjungan rumah

 Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.

 Pencegahan merokok

 Olah raga dan program kebugaran fisik

screening dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi; pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus dan screening osteoporosis.

3. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

 Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari

puskesmas dan rumah sakit

 Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu

bersalin dan nifas

 Perawatan payudara

 Perawatan tali pusat bayi baru lahir

Pembimbingan terhadap keluarga (coaching) untuk mengatasi

masalah kesehatan akibat perilaku yang tidak sehat

 Melakukan tindakan keperawatan dasara seperti: batuk efektif, inhalasi sederhana, tehnik relaksasi, stimulasi kognitif, latihan rentang gerak (ROM), perawatan luka, dll.

Terapi komplementer antara lain: pijat bayi, herbal terapi,

meditasi, dll. 4. Upaya Rehabilitatif

(25)

25 Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

 Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti

penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

 Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

5. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS) atau pekerja seks komersial (PSK), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

1.4 UPAYA MENJAGA MUTU

Mutu sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan kemampuanya dalam memuasakan kebutuhan konsumen,baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat (Imbalo S.Pohan .2006).Mutu tidak lepas dari kata kualitas atau mutu itu sendiri.

(26)

26 Kualitas mengandung banyak definisi dan makna di antaranya seperti;

(1) Mutu adalah kualitas

(2) Bebas dari kerusakan atau cacat

(3) Kesesuaian; pengguna,persyaratan atau tuntunan (4) Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal

(5) Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap awal

(6) Kepuasan pelanggan; dalam arti klien itu sendiri maupun keluarganya.

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta diberikan sesuai standart dan etika profesi.

Layanan kesehatan yang bermutu sering dipersepsikan sebagai suatu layanan kesehatan yang di butuhkan, dalam hal ini akan di tentukan oleh profesi layanan keshatan dan sekaligus di inginkan oleh klien(individu) ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.

1. Proses Upaya Menjaga Mutu Di Puskesmas

Beberapa kegiatan yang harus di lakukan dalam upaya menjaga mutu di puskesmas antara lain sebagai berikut:

1. Monitoring atau pemantauan yang secar objektif, fungsi ini di laksanak secara rutin dengan mengumpulkan informasi tentang aspek-aspek penting dalam pemberian pelayanan.

2. Pengkajian (assessment). Di laksanakan secara periodic untuk mengkaji informasi yang terkumpul dalam rangka mengidentifikasi masalah-masalah penting dan kemungkinan untuk meningkatkanmutu pelayanan.

3. Koreksi pada tindakan hal-hal yang kurang baik serta meningkatkan mutu dan kewajaran pelayanan terhadap klien. Pengambil tindakan atau koreksi dalam rangka memecahkan masaalah-masaalah yang di

(27)

27 temukan di temukan dapat dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pengkajian.

4. Evaluasi yang objektif.untuk menilai apakah tindakan yang di ambil secara efekif atau tidak.

5. Umpan balik (feedback). Hasil-hasil yang di peroleh dari pelaksanaan tindakan-tindakan yang terpilih dan di sepakati,di informasikan kepadfa semua pihak yang terkait

2. Evaluasi Dan Penilaian Mutu Pelayanan Keprerawatan Komunitas Mutu layanan kesehatan dapat di ukur melalui tiga cara yaitu;

1) Pengukuran mutu prospektif

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Pengukurannya akan ditunjukan terhadap struktur atau imput layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus dimiliki sumber daya tertentu agar dapat menghasilkan suatu layanan yang bermutu seperti berikut;

 Pendidikan profesi kesehatan

Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu.

 Perizinan

Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat izin kerja (SIK) dan surat izin praktek (SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan (Ners). Dengan demikian denagn profesi kesehatan lain harus mempunyai izin kerja sesuai dengan profesinya.

 Standardisasi

Dengan menetapkan standarisasi,seperti dtandarisasi peralatan, tenaga, gedung,sistem,organisasi,anggaran,dll setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar yang

(28)

28 sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama mutunya

 Sertifikasi

Merupakan langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai Ners yang teregistrasi adalah contoh sertifikasi.

 Akreditasi

Merupakan pengakuan bahwa suatu intitusi layanan kesehatan seperti rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan.

2) Pengukuran mutu restrospektif

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan, wawancara, pembuatan kuesioner dan penyelenggaraan pertemuan.

3) Pengukuran mutu konkuren

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Penukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kandang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan mengadakan pertemuan dengan klien,keluarga,atau petugas kesehatan.

Referensi

Brown,L.D. 1992. Quality Assurance cof health care in Developing countries,quality assurance project,center for human service. Bethesda, Maryland.

(29)

29 Pohan, I.S. 2007. jaminan mutu layanan kesehatan; dasar-dasar

pengertian dan penerapan. Jakarta EGC.

Sulastomo. 2000. manajemen kesehatan. Jakarta; Gramedia

Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan. http://bkulpenprofil.blogspot.com/2013/10/menget ahui-legislasi-praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 15 Juli 2020

Dicky.2013. Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik

Profesional.http://putrakietha.blogspot.com/2013/11/pola-hubungan-kerja-perawat-dalam.html#ixzz3DUpWd8di. Diakses tanggal 16 Juli 2020.

Didit, Ditya. 2011. Praktik

Keperawatan. http://dityanurse.blogspot.com/2011/04/praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 17 Juli 2020

Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC. Krista. 2011. Praktek Keperawatan Profesional.

http://ns- krista.blogspot.com/2011/11/praktek-keperawatan-profesional.html. Diakses tanggal 16 Juli 2020.

Moshii, El. 2013. Makalah Aspek Legal Keperawatan. (http://el-

moshii.blogspot.com/2013/11/makalah-aspek-legal-keperawatan.html.Diakses 16 Juli 2020.

Rizka, Aditya. 2012. Aspek Legal Praktik dalam Keperawatan. http://theadityarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalam-keperawatan.html Diakses tanggal 16 Juli 2020.

Eka Diah Kartiningrum, dkk. 2017. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Mojokerto : STIKes Majapahit Mojokerto.

Demikianlah rangkuman materi dari Topik ini, untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi yang sudah dipelajari, silahkan

Anda menjawab pertanyaan di bawah ini ! Tes 1

(30)

30 1. Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Komunitas ?

a. suatu sintesa dari praktik ilmu keperawatan dengan ilmu kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat tanpa membatasi kelompok yang diberikan asuhan keperawatan.

b. Suatu proses keperawatan yang hanya mencakup masalah kelompok serta masyarakat pada umumnya.

c. Suatu paradigma keperawatan yang tidak mengalami perubahan promotif dan preventif

d. Suatu proses asuhan yang komprehensif namun menekan stresor dan meningkatkan kemandirian dalam mengatasi stresor.

2. Sebutkan salah satu faktor yang tidak termasuk dalam faktor utama untuk mempengaruhi kesehatan masyarakat ?

a. Faktor Ekonomi b. Faktor Perilaku c. Faktor Lingkungan d. Faktor Genetik

3. Ruang lingkup pelayanan keperawatan komunitas meliputi…. a. Upaya Promotif dan Preventif

b. Upaya Promotif, Preventif dan Kuratif

c. Upaya Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif

d. Upaya Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif dan Resosialitatif

4. Seorang klien dirawat inap 7 hari di Rumah sakit karena mengalami penyakit menular dan dinyatakan baru sembuh, sehingga boleh kembali pulang ke rumah. Klien ingin kembali beraktivitas di tengah masyarakat namun merasa kurang percaya diri dengan kondisinya. Maka upaya pelayanan keperawatan komunitas apakah yang tepat dalam ruang lingkupnya?

a. Preventif b. Kuratif c. Rehabilitatif d. Resosialitatif

(31)

31 5. Sebutkan yang tidak termasuk salah satu pengukuran mutu secara

prospektif pada mutu layanan kesehatan, yaitu…? a. Sertifikasi

b. Akreditasi c. Standarisasi d. Kompensasi

(32)

32

Bidang Khusus Dalam Praktik

Keperawatan Komunitas

2.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah.

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.

UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya.

2.2 Sejarah Singkat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha kesehatan sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan Kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri.

Dalam tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Depdikbud dan Depkes tentang kelompok kerja

(33)

33 UKS. Untuk mencapai Pemantapan dan pembinaan secara terpadu ditetapkan Surat keputusan bersama antara Mendikbud, Menkes, Mendagri dan Menag Tanggal 3 September 1980 tentang Pokok Kebijaksanaan dan Pengembangan UKS N0. 408a/U/1984, No 3191/Menkes/SKBVI/1984, No 74/th/1984, No 61/1984.

Sedangkan tentang Tim Pembina UKS, No 408b, No 319a/MenkesSKB/VI/1984, No 74a/1984, No 61/1984 yang disempurnakan dengan No 0372a/P/1989, No 390a/Menkes/SKB/VI 1989, No 140a/1989, No 30a tahun 1989 Tanggal 12 Juni 1989.

2.2.1 Dasar Kebijaksanaan

Dasar kebijaksanaan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah adalah Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Pembinaan Anak Sekolah.

2.2.2 Pola Pembinaan

Pembinaan Kesehatan Anak, dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

 Pembinaan bayi, balita dan anak pra sekolah (umur 0 – 6 tahun)

 Pembinaan kesehatan anak usia sekolah (umur 7 – 21 tahun), yang dibagi menjadi 3 kelompok :

1. Pra remaja (umur 7 – 12 tahun) 2. Remaja (13 — 21 tahun)

3. Dewasa muda (19 – 21 tahun)

Pola pembinaan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan kesehatan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.3 Alasan Perlunya Upaya Kesehatan Sekolah

1. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan.

2. Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat.

(34)

34 3. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi

dengan baik.

4. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.

5. Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia anak-anak yang menerapkan wajib belajar.

6. Pendidikan kesehatan melalui anak-anak Sekolah sangat efektif untuk merubah perilaku dan kebisaan ibu sehat umumnya.

2.4 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 2.4.1 Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

2.4.2 Tujuan Khusus

Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup:

1. menurunkan angka kesakitan anak sekolah

2. meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental maupun sosial.

3. agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah.

4. meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.

5. meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol dan Obat berbahaya lainnya.

(35)

35 Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:

1. sekolah taman kanak-kanak 2. pendidikan dasar

3. pendidikan menengah 4. pendidikan agama 5. pendidikan Kejuruan

6. pendidikan khusus (sekolah luar biasa)

Untuk sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada Kelas I, III dan kelas VI, dengan alasan:

Kelas I merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertiannya tentang kesehatan. Disamping itu kelas satu adalah saat yang baik untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya. Kelas III untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS.

Kelas V1 dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.

2.6 Sasaran Pembinaan UKS 1. peserta didik

2. pembina UKS (teknis dan nonteknis)

3. sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan lingkungan sekolah.

(36)

36 Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan Trias UKS, yang terdiri dari:

1. pendidikan kesehatan 2. pelayanan kesehatan

3. pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.

Dengan demikian Trias UKS merupakan perpaduan antara upaya pendidikan dengan upaya pelayanan kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah.

Pelayanan kesehatan merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas belajar dan prestasi belajar.

Sedangkan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat merupakan gabungan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.

Demikianlah rangkuman materi dari Topik ini, untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi yang sudah dipelajari, silakan

(37)

37

Topik 3 :

Pemberdayaan dan

Penyembuhan Dalam

Komunitas

Pemberdayaan komunitas adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh komunitas (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan komunitas.

Dalam Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs), terdapat delapan tujuan (goal) yang hendak dicapai sampai tahun 2015 oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia, dengan tujuan pertama adalah mengatasi dan/atau memberantas kemiskinan dan kelaparan (United Nations, 2000).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah dengan melaksanakan program pemberdayaan komunitas. Konsep pemberdayaan komunitas ini merupakan sebuah proses pembangunan jejaring interaksi dalam rangka meningkatkan kapasitas dari sebuah komunitas, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup. Komunitas ini sendiri tidak bertujuan untuk mencari dan menetapkan solusi, namun membentuk struktur penyelesaian masalah atau menghadirkan pelayanan bagi komunitas.

(38)

38 Daya merupakan kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak, sedangkan berdaya berarti berkekuatan, bertenaga, berkemampuan memiliki akal, cara untuk mengatasi sesuatau. Pemberdayaan komunitas dapat diartikan suatu usaha untuk memberikan kekuatan, tenaga, kemampuan, mempunytai akal/atau cara mengatasi masalah dalam kehidupan komunitas. Upaya pemberdayaan komunitas berarti mamampukan dan memandirikan komunitas dalam kebijakan pembangunan nasional harus berwujud dalam tiga aspek kebijakan utama Yaitu :

1. Menetapkan suasana untuk iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki komunitas, baik sumber daya alam maupun sistem nilai tradisonal dalam menata kehidupan komunitas.

2. Memperkuat potensi yang dimiliki komunitas, baik potensi lokal yang telah memberdaya dalam menata kehidupan komunitas melalui pemberian masukan berupa bantuan dana, pembagunan prasarana dan sarana baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran didaerah.

3. Melindungi melalui pemihakan kepada komunitas yang lemah untuk mencegah persiangan yang tidak seimbang dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi.

3.2 Tujuan Pemberdayaan Komunitas

Pemberdayaan komunitas ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan komunitas dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan komunitas bertujuan untuk:

(39)

39 1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan

kesehatan individu, kelompok, dan komunitas.

2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.

3. Menimbulkan kemampuan komunitas untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat.

Suatu komunitas dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila: 1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehata.

2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi komunitas setempat.

3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.

4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.

Prinsip pemberdayaan komunitas

1. Menumbuhkembangkan potensi komunitas. 2. Mengembangkan gotong-royong komunitas. 3. Menggali kontribusi komunitas.

4. Menjalin kemitraan. 5. Desentralisasi.

(40)

40 1. Memfasilitasi komunitas melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan komunitas meliputi pertemuan dan pengorganisasian komunitas.

2. Memberikan motivasi kepada komunitas untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar komunitas mau berkontribusi terhadap program tersebut.

3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada komunitas dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

Ciri pemberdayaan komunitas

1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh komunitas atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.

2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan komunitas.

3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Komunitas (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan komunitas.

4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.

5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan komunitas dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health education. 6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat

digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang.

(41)

41 3.3 Konsep dan Ruang lingkup Pemaberdayaan Komunitas

1. Power dan Empowerment

Konsep impowerment itu sendiri merupakan sebuah konsep yang masih terlalu umum dan kadang-kadang hannya menyentuh ―cabang‖ atau ―daun‖ namun tidak menyentuh ―akar‖ permasalahan, baik yang bersifat mendasar maupun yang akan terjadi dalam proses. Kita harus menempatkan konsep pemberdayaan itu tidak hannya indivudual, tertapi juga secara kolektif (individual self empowerment maupun collektive self empowerment), dan sesuatu itu harus menjadi bagian dari aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan demikian, konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradap manjadikan semakin imfektif secara struktural, baik didalam kehidupan keluarga, komunitas, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan sebagainya.

2. Pengertian Pemberdayaan Komunitas

Pemberdayaan adalah terjamahan dari empowerment. Menurut Mernam Webster Oxford English Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian yaitu :

a. to give power atau to memberikan kekuasaan, mengalihkan atau mendelegasikan otoritas dari pihak lain.

b. to give ability to atau enable atau usaha untuk emmberikan kemampuan.

c. usaha untuk memberikan kemampuan.

Hulme dan Tunner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal dan nasional. Oleh karena itu, pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-hubungan kekuasaan/kekuatan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial.

(42)

42 Menurut definisinya, pemberdayaan komunitas dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan komunitas (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, memengaruhi dan mengendalikan kelembangaan komunitas secara bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan (strength) kepada komunitas. Keberdayaan komunitas adalah unsur-unsur yang memungkinkan komunitas mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) maupun mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karena itu, memberdayakan komunitas merupakan upaya untuk (terus-menerus) meningkatkan harkat dan mertabat lapisan komunitas ―bawah‖ tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan komunitas adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian komunitas.

Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh komunitas (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara lasung maupun tidak lansung berpengaruh dalm kesehatan komunitas.

3. Aspek Pemberdayaan Komunitas

Pemberdayaan komunitas sebagaimana telah tersirat dalam definisi yang diberikan, ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek yaitu :

a. peningkatan kepemilikan aset (sumber daya fisik dan finansial) serta kemanpuan (secara individu dan kerlopok) untuk memamfaatkan aset tersebut demi perbaikan kehidupan mereka; b. Hubunagan antara individu dan kelompoknya, kaitannya dengan

pemikan aset, dan kemampuan mamamfaatkannya; c. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan;

d. Pengemabangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal, regional maupun global.

(43)

43 4. Unsur-unsur Pemberdayaan Komunitas

Upaya pemberdayaan komunitas perlu memperhatikan sedikitnya empat unsur pokok yaitu :

a. Aksesibilitas imformasi, karena imformasi merupakan kekuasaan baru kengitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas negosiasi, dan akuntabilitas;

b. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan;

c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatas namakan rakyat;

d. Kapasitas organisasi lokal, kengiatannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi warga komunitas, serta memobilitasi sumber daya untuk memcahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan komunitas terdapat tiga jalur kegitan yang harus dilaksanakan yaitu :

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi komunitas untuk berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan komunitasnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan;

b. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya;

c. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki komunitas (empowering).

d. Strategi Pemberdayaan Komunitas

Dalam rangka pemberdayaan komunitas, bisa dilakukan beberapa strategi yaitu :

(44)

44 a. melakukan penguatan lembaga dan organisasi komunitas guna mendukung peningkatan posisi tawar dan akses komunitas untuk memperoleh dan memamfaatnya imput sumber daya yang dapat meningkatakan kegiatan ekonomi;

b. mengembangkan kapasitas komunitas melalui bantuan peningkatan keterampilan dan pengetahuan, penyediaan prasarana dan serana seperti, modal, imformasi pasar dan tehnologi, sehingga dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang layak, khususnya bagi keluarga dan kelompok komunitas yang miskin;

c. mengembangkan sistem pelindungan sosial terutama bagi komunitas yang terkena musibah bencana alam dan komunitas yang terkena dampak krisis ekonomi;

d. Menguragi berbagai bentuk pengaturan yang mehambat komunitas untuk mambangun lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk membangun kesepakatan antara kelompok komunitas dan dengan organisasi sosial politik;

e. Membuka ruang gerak yang seluas-luasnya bagi komunitas untuk melibat dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik melalui pengembangan forum lintas yang dibangun dan dimiliki komunitas setempat;

f. mengembangkan potensi komunitas untuk membangun lembaga dan organisasi keswadayaan komunitas di tingkat lokal dan memperkuat solidaritas dan ketahanan sosial komunitas dalam memecahkan berbagi masalah kekomunitasan dan khususnya untuk membantu komunitas miskin dan rentan sosial.

5. Program Pemberdayaan Komunitas

Untuk mendukung amanat GBHN 1999-2006, program-program pembangunan yang akan dilaksanakan untuk meningkatakn pemberdayaan komunitas adalah sebagai berikut ‗

(45)

45 Tujuan program adalah meningkatkan kapasitas organisasi sosial dan ekonomi komunitas yang dibentuk oleh komunitas setempat sebagai wadah bagi pengemabangan interaksi sosial, pengololaan poternsi komunitas setempat dan sumber daya dati pemerintah. Serta wadah partisipasi dalam pengambilan keputusan publik.sasaran yang ingin dicapai adalah berkembangnya organisasi sosial dan ekonomi komunitas setempat yang dapat maningkatkan ekonomi, sosial dan politik. b. Pragram Pemaberdayaan Komunitas Miskin

Program ini merupakan bagian yang tidak terpoisahkan dari program penanggulangan kemiskinan. Tujuan poram ini adalah meningkatakan kemampuan dan keberdayaan keluarga dan kelompok komunitas miskin melalui penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum berupa sarana dan prasaran sosial ekonomi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan perdiayaan sumber daya produksi, miningkatkan kegiatan usaha kecil, menengah, dan imformal dipedesaan dan perkotaan, mengembangkan sistem pelindungan sosial bagi keluarga dan kelompok komunitas yang rentang sosial dan tidak mampu mangatasi dan akibat goncangan ekonomi, terkena sakit atau cacat, korban kejahatan dan berusia lanjut dan berpotensi menjadi miskin. Sasaran yang dicapai dari program ini adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin dan kelompok komunitas yang miskin dan berpotensi menjadi miskin.

Kegitan pokok yang dilakukan adalah :

a. Peningakatan kemampuan pemerinatah daerah untuk mambantu pengembangan jaringan kerja keswadayaan;

b. Pelngembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan;

c. Pengemabangan forum komunikasi antar tokoh penggerak kegiatan keswadayaan;

d. Pengembangan kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan keswadayaan;

Referensi

Dokumen terkait

Event Tree Analysis (ETA) adalah metode yang menunjukkan dampak yang mungkin terjadi dengan diawali oleh identifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap tahapan yang

Jadi dalam penelitian ini penulis berusaha semaksimal mungkin mendeskripsikan suatu gejala peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang atau mengambil masalah-masalah

Peristiwa keluarga yang terjadi di masa lalu dapat diamati pada masa sekarang dengan melihat jejak-jejaknya, seperti kebiasaan, norma, dan benda-benda peninggalan

Abstrak: Pengembangan Bahan Ajar Buku Penuntun Praktik Preventive Dentistry Jurusan Keperawatan Gigi. Tujuan penelitian adalah: 1) Mendeskripsikan potensi dan kondisi