• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Otomasi

Otomasi adalah penggunaan berbagai sistem kontrol untuk peralatan operasi seperti mesin, proses di pabrik-pabrik, boiler dan panas mengobati oven, beralih pada jaringan telepon, kemudi dan stabilisasi kapal, pesawat dan aplikasi lain dengan campur tangan manusia minimal atau dikurangi. Beberapa proses telah benar-benar otomatis.

Manfaat terbesar dari otomatisasi adalah bahwa hal itu menghemat tenaga kerja, bagaimanapun, juga digunakan untuk menghemat energi dan bahan dan untuk meningkatkan kualitas, akurasi dan presisi. Otomatisasi jangka, terinspirasi oleh kata sebelumnya otomatis (berasal dari robot), tidak banyak digunakan sebelum tahun 1947, ketika General Motors mendirikan departemen otomatisasi. [1] Ia selama waktu ini industri yang cepat mengadopsi pengendali umpan balik, yang diperkenalkan di tahun 1930-an. [2] Otomatisasi telah dicapai dengan berbagai cara termasuk mekanik, hidrolik, pneumatik, listrik, perangkat elektronik dan komputer, biasanya dalam kombinasi. Sistem yang rumit, seperti pabrik-pabrik modern, pesawat terbang dan kapal biasanya menggunakan semua teknik gabungan ini. Sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknologi yang berkaitan dengan aplikasi mekanik, elektronik dan sistem yang berbasis komputer (komputer, PLC atau mikro). Semuanya bergabung menjadi satu untuk memberikan fungsi terhadap manipulator (mekanik) sehingga akan memiliki fungsi tertentu.

(2)

Sejarah perkembangan sistem otomasi bermula dari governor sentrifugal yang berfungsi untuk mengontrol kecepatan mesin uap yang dibuat oleh james watt pada abad ke delapan belas. Dengan semakin berkembangnya komputer maka peran-peran dari sistem otomasi konvensional yang masih menggunkan peralatan-peralatan mekanik sederhana sedikit demi sedikit memudar. Penggunaan komputer dalam suatu sistem otomasi akan menjadi lebih praktis karena dalam sebuah komputer terdapat milliaran komputasi dalam beberapa milli detik, ringkas karena sebuah PC memiliki ukuran yang relatif kecil dan memberikan fungsi yang lebih baik daripada pengendali mekanis.

2.2 Sistem Otomasi pada pabrik

Pada pengendalian otomasi penuh, pemantauan dapat dilakukan secara realtime (seketika). Pemantauan didukung oleh Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA). Masing-masing proses pengolahan ditampilkan pada layar (display) di ruang kendali. Jika terjadi masalah pada sebuah proses, langsung terbaca pada sistem kontrol ini sehingga lebih mudah mencari titik masalah dan memperbaikinya. Begitu juga perawatan peralatan.

Dilihat dari segi waktu dan tenaga kerja, investasi pada otomasi penuh ini jauh lebih menguntungkan. Sebagai ilustrasi, pada proses sterilisasi secara manual. TBS dimasukkan ke dalam tangki perebusan dengan lori, kemudian operator menutup tangki secara manual. Pengaturan uap (membuka dan menutup ketel) dan tekanan dilakukan manual. Begitu juga membuka dan menutup tangki pembuangan pada bagian bawah tangki perebusan.

(3)

Dengan sistem manual, ada kemungkinan katup tangki belum tertutup sempurna. Hal ini sangat berbahaya karena temperatur uap perebusan sekitar 120oC. Jika

mengunakan cara manual, katup uap dibuka-tutup dengan tangan. Ada kemungkinan belum tertutup. Sangat berbahaya karena temperatur uap sekitar 120oC. Waktunya juga

kurang efisien.

2.3 Pengertian Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA)

SCADA(Supervisory Control and Data Acquisition) adalah sistem kendali industri berbasis komputer yang dipakai untuk pengontrolan suatu proses, seperti:

1. proses industri: manufaktur, pabrik, produksi, generator tenaga listrik.

2. proses infrastruktur: penjernihan air minum dan distribusinya, pengolahan limbah, pipa gas dan minyak, distribusi tenaga listrik, sistem komunikasi yang kompleks, sistem peringatan dini dan sirine

3. proses fasilitas: gedung, bandara, pelabuhan, stasiun ruang angkasa.

Beberapa contoh lain dari sistem SCADA ini banyak dijumpai di lapangan produksi minyak dan gas (upstream), jaringan listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah (power transmission and distribution) dan beberapa aplikasi yang dipakai untuk memonitor dan mengontrol areal produksi yang cukup luas.

Sistem SCADA biasanya terdiri dari:

1. Antarmuka manusia mesin (Human-Machine Interface)

2. Unit terminal jarak jauh yang menghubungkan beberapa sensor pengukuran dalam proses-proses di atas

(4)

4. Infrastruktur komunikasi yang menghuhungkan unit terminal jarak jauh dengan sistem pengawasan, dan

5. PLC atau Programmable Logic Controller

Gambar 2.1 Diagram SCADA

(Sumber: Allen, Bradley. 2005. SCADA System)

Yang dimaksud dengan Supervisory Control atau Master Terminal Unit (MTU) adalah kendali yang dilakukan di atas kendali lokal atau Remote Terminal Unit (RTU), sebagai ilustrasi, pada suatu ladang minyak dan gas (Oil and Gas Field) ada beberapa sumur minyak (Oil Well) yang berproduksi. Hasil minyak mentah (Crude Oil) dari masing-masing sumur produksi tersebut dikumpulkan di stasium pengumpul atau Gathering Station (GS) di mana proses lanjutan terhadap minyak mentah yang terkumpul tersebut dilakukan. Biasanya pada masing-masing sumur minyak produksi terpasang suatu sistem (RTU) yang memonitor dan mengontrol beberapa kondisi dari sumur minyak produksi tersebut. Kendali lokal dilakukan pada masing-masing production well dan supervisory control yang berada di stasiun pengumpul, melakukan kontrol dan monitoring kepada semua production well yang ada di bawah supervisi. Jika salah satu

(5)

production well mengalami gangguan, dan stasiun pengumpul tetap harus memberikan dengan production rate tertentu, maka supervisory control akan melakukan koordinasi pada production well lainnya agar jumlah produksi bisa tetap dipertahankan.

Pada umumnya jarak antara RTU dengan MTU cukup jauh sehingga diperlukan media komunikasi antara keduanya. Cara yang paling umum dipakai adalah Komunikasi Radio (Radio Communication) dan Komunikasi Serat Optik (Optical Fiber Communication).

Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan adalah Power Line Communication, Radio Data, Serat optik dan kabel pilot. Pemilihan media komunikasi sangat bergantung kepada jarak antar site, media yang telah ada dan penting tidaknya suatu titik.

Pengaturan sistem tenaga listrik yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa adanya sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti seorang pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen dihadapannya. Pengaturan sistem tenaga listrik dapat dilakukan secara manual ataupun otomatis. Pada pengaturan secara manual, operator mengatur pembebanan pembangkit dengan melihat status peralalatan listrik yang mungkin dioperasikan misalnya Circuit Breaker (CB), beban suatu pembangkit, beban trafo, beban suatu transmisi atau kabel dan mengubah pembebanan sesuai dengan frekuensi sitem tenaga listrik. Pengaturan secara otomatis dilakukan dengan aplikasi Automatic Generating Control (AGC) atau Load Frequency Control (LFC) yang mengatur pembebanan pembangkit berdasar setting yang dihitung terhadap simpangan frekuensi.

(6)

Salah satu hal yang penting pada sistem SCADA adalah komunikasi data antara sistem remote (remote station / RTU) dengan pusat kendali. Komunikasi pada sistem SCADA mempergunakan protokol khusus, walaupun ada juga protokol umum yang dipergunakan. Protokol yang dipergunakan pada sistem SCADA untuk sistem tenaga listrik diantaranya :

1. IEC Standar meliputi IEC 60870-5-101 yang berbasis serial komunikasi dan IEC 60870-5-104 yang berbasis komunikasi ethernet.

2. DNP 3.0 3. Modbus

4. Proprietary solution, misalnya KIM LIPI, HNZ, INDACTIC, PROFIBUS dan lain-lain.

2.4 Prinsip Kerja SCADA

Alat otomatis pemulih gangguan serta dapat dilakukan seketika atau menangani gangguan secara langsung (real time) dari jarak jauh, itulah prinsip kerja SCADA. SCADA mengumpulkan data yang diperoleh dari RTU (remote terminal unit) pada MTU (master terminal unit) dan mengeksekusi perintah terhadap sistem yang sedang berjalan tersebut. sesuai dengan prinsip kerja tersebut, maka terdapat dua elemen penting yang berperan dalam SCADA, yaitu:

1. Terdapat proses sistem atau mesin yang dipantau.

2. Adanya jaringan peralatan HMI (human machine interface) ke sistem melalui sensor ataupun luaran kontrol.

(7)

Dilihat dari karakteristik sistem kontrolnya, sistem SCADA terbagi menjadi dua, yaitu open loop (komunikasi jarak jauh) dan closed loop (komunikasi jarak dekat). Perbedaan diantara keduanya hanyalah alat komunikasi yang digunakan, dimana pada sistem kontrol open loop, sistem SCADA menggunakan jaringan WAN (wireless area network) dengan dilengkapi sistem radio (pengirim dan penerima sinyal) untuk ribuan I/O dan pengontrolan bisa dilakukan dengan jarak ribuan kilometer. Untuk closed loop, sistemnya mirip dengan DCS (distributed control system), dimana sistem ini merupakan sistem atau unit pengumpul dan kontrol data yang biasanya ditempatkan pada area terbatas dan sistem komunikasi yang digunakan oleh DCS berupa LAN (local area network).

2.5 Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, cangkang dan tandan kosong.

Gambar 2.2 Brondolan & Bagiannya (sumber: astra-agro.co.id)

(8)

Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, & kimia. Kualitas produk sangat penting peranannya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit disbanding minyak nabati lainnya.

Proses pengolahan kelapa sawit merupakan proses ekstraksi CPO secara mekanis dari TBS yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap yang berjalan seara berkesinambungan, kegagalan satu tahap proses akan berpengaruh terhadap proses-proses berikutnya. Atas dasar tersebut maka dilakukan proses control disetiap stasiun dalam memproduksi minyak tersebut.

2.6 Alur Proses Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)

Secara umum ada beberapa tahapan pengoalahan TBS agar dapat menghasilkan CPO. Berikut ini merupakan tahapan proses pengolahan:

Gambar 2.3 Alur Proses Pengolahan TBS (Sumber: Data Perusahaan)

(9)

Untuk buah kelapa sawit tandan buah segar (TBS) dapat diolah harus melalui proses penerimaan meliputi penimbangan, grading, dan penampungan sementara di loading ramp selanjutnya diangkut untuk direbus dalam sterilizer. TBS yang sudah matang untuk selanjutnya ditebah dengan unit Threser untuk memisahkan brondolan dengan janjangnya.

Brondolan yang sudah terpisah akan diperas untuk diambil minyaknya, minyak selanjutnya akan diolah di stasiun klarifikasi (pemurnian) & ampas hasil pemerasan minyak akan diolah di stasiun kernel (inti sawit). Selanjutnya output minyak CPO dan Kernel akan ditempatkan pada peampungan storage atau bunker untuk selanjutnya dapat dikirim ke customer.

2.7 Produksi dan Sistem Produksi

Produksi dalam pengertian sederhana adalah kegiatan menghasilkan sesuatu dengan cara mengubah suatu masukan (input) menjadi sebuah keluaran (output) yang memiliki nilai lebih dari sebelumnya. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

(10)

Gambar 2.4 Sistem Produksi (Sumber: Wahyuni, DW., 2012)

Sub sistem-sub sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pengendalian Kualitas, Penentuan Standar-standar Operasi, Penentuan Fasilitas Produksi, Perawatan Fasilitas Produksi, dan Penentuan Harga Pokok Produksi.

Sub sistem–sub sistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses produksinya).

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, operasi dan pemeliharaan, perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi pada suatu perusahaan manufacturing harus memiliki bagian-bagian atau organ.

(11)

Gambar 2.5 Contoh Sistem Produksi Sebuah Perusahaan (Sumber: Anwar., Asmawarni. 2013)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa sistem produksi berawal dari pemahaman terhadap keinginan dan harapan para pelanggan berdasarkan temuan-temuan dari kegiatan pemasaran termasuk permintaan langsung dari para pelanggan terhadap produk-produk tertentu. Data dan informasi tentang keinginan pelanggan kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk rancangan produk atau jasa untuk mengetahui part, komponen dan sub-assembly apa yang dibutuhkan termasuk ukuran, spesifikasi, jenis bahan, jumlah masing-masing item yang dibutuhkan untuk setiap unit produk yang diinginkan.

Berdasarkan hasil rancangan ini kemudian ditentukan proses pembuatan (manufacturing) di lantai pabrik yang meliputi tahapan proses. Data dan informasi yang telah tersedia kemudian disampaikan kepada bagian cost accounting untuk menilai kelayakan pembiayaan dan penerimaan. Bila dinilailayak maka diteruskan kepada

(12)

pabrik yang meliputi jadwal tentative proses operasi, jadwal dan jumlah kebutuhan bahan baku (raw material) dan bahan tambahan dari luar (bought-out items) dan jadwal operasi dan kapasitas fasilitas produksi yang akan digunakan dan lain-lain. Berdasarkan jadwal-jadwal tersebut, rencana pengadaan bahan, kapasitas stasiun kerja, tenaga operator disusun dan kemudian diimplementasikan. Monitoring dan pengendalian operasi di lantai pabrik dilakukan secara rutin untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan termasuk penyimpangan mutu (spesifikasi) dari setiap item yang dikerjakan.

Apabila penyimpangan tidak dapat dihindarkan maka tindakan perbaikan yang meliputi penjadwalan ulang sisa operasi di lantai pabrik segera dilakukan, pengadaan tambahan bahan bila diperlukan dan sebagainya. Beberapa sumber penyimpangan yang umum terjadi ialah kesalahan dalam pembuatan rancangan part dan komponen, kekeliruan dalam penentuan waktusetup dan operasi, ketidaksesuaian mutu bahan, kerusakan pada fasilitas produksi dan lain-lain. Produk yang telah selesai diangkut ke gudang penyimpanan untuk dikirimkan kepada para pelanggan sesuai dengan jadwal pengiriman yang disepakati.

2.8 Clarification Stasion pabrik kelapa sawit

Sebuah pabrik kelapa sawit pastinya memproduksi minyak kelapa sawit dalam jumlah besar. Dibutuhkan tanda buah segar dalam jumlah yang besar pula. Sehingga perlu disediakan kolam limbah pabrik kelapa sawit. Stasiun klarifikasi dikenal pula sebagai stasiun pemurnian. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh minyak kelapa sawit dalam kondisi yang benar-benar murni. Di dalam stasiun ini terdapat beberapa mesin yang siap

(13)

bekerja untuk memurnikan Crude Palm Oil dari kelapa sawit. Dan setiap mesin diatur dengan posisi sesuai waktu kerja untuk klarifikasi dari minyak kelapa sawit.

Stasiun Klarifikasi dari Vibrating Screen hingga Sand Cyclone, mesin yang bekerja pada stasiun pemurnian yang pertama adalah Vibrating Screen. Atau, juga dikenal sebagai Vibrating Feeder. Apakah bahan diarahkan ke bagian samping atau ke bagian bawah menjadi tugas mesin yang lebih umum dikenal dengan Vibrating Screen dalam stasiun klarifikasi pabrik sawit. Vibrating Screen berguna melakukan penyaringan minyak agar bebas dari kotoran. Kemudian mesin Crude Oil Tank bekerja sebagai penampung CPO pada proses yang terjadi di Vibrating Screen. Mesin ini bekerja pada suhu 90°C sampai 100°C. Hasil akhir dari mesin Crude Oil Tank adalah air, minyak, dan lumpur. Lanjut mesin Continuous Tank yang bekerja melakukan pemisahan minyak dan sludge berdasarakan BJ atau berat jenis dari masing-masing. Hasil kerja dari mesin Continuous Tank akan membentuk tiga lapisan. Lapisan teratas adalah minyak, lapisan tengah adalah sludge, dan lapisan terbawah adalah kombinasi kotoran, sludge, serta air. Mesin pada stasiun klarifikasi berikutnya Sludge Tank. Mesin ini untuk melakukan penampungan sludge. Sludge yang dikeluarkan oleh mesin Continuous Tank, ditampung Sludge Taink. Sludge jelas tidak dapat bersih seratus persen. Pasti ada pasir halus yang terikut pada pengolahan minyak kelapa sawit di stasiun klarifikasi. Sehingga Sand Cyclone yang bertugas untuk melakukan pemisahan antara sludge dengan pasir halus.

Menuju Sludge Separator hingga Recovery Tank, Sludge Separator harus mengolah sludge yang bebas dari kotoran. Sludge Separator bekerja dengan Buffer Tank agar pemisahan minyak dengan sludge menjadi lebih mudah. Kemudian Clean Oil Tank menjadi mesin yang perlu bekerja sesuai SOP agar dapat menghasilkan minyak kelapa sawit yang

(14)

berkualitas tinggi. Clean Oil Tank bekerja pada suhu 90°C sampai 95°C. Tentu saja dalam kerja mesin yang terdapat dalam proses stasiun klarifikasi, tentu perlu saling melengkapi. Pada mesin Clean Oil Tank masih memungkinkan minyak yang dimurnikan terdapat kotoran. Untuk itu, tugas dari Alfa Laval Purifier inilah yang hendak memurnikan pengolahan minyak kelapa sawit. Dari minyak kelapa sawit yang dihasilkan Vacuum Dryer bekerja mengurangi atau menyerap kadar air yang terkandung pada minyak tersebut. Prinsip kerja Vacuum Dryer ini adalah hisapan air dengan memperhatikan tekanan pompa yang digunakan. Terkahir dalam stasiun klarifikasi pabrik sawit adalah Recovery Tank. Mesin ini menjadi penopang atau wadah minyak yang keluar dari mesin Condensate Sterilizer maupun Sludge.

Cara kerja stasiun klarifikasi untuk memurnikan CPO menjadi minyak kelapa sawit murni diperlukan kerja beberapa mesin. Setiap mesin ditata sesuai dengan urutan kerja dalam proses pemurnian minyak kelapa sawit. Sehingga setiap proses dalam stasiun pemurnian dapat berjalan dengan lancar dan tepat. Menghasilkan minyak kelapa sawit sesuai standar dan mutu yang telah ditetapkan oleh pabrik minyak kelapa sawit.

2.9 Cara Kerja Clarification Stasion

Salah satu proses mesin pabrik sawit adalah di stasiun klarifikasi kelapa sawit, dimana proses pemurnian minyak sawit kasar (CPO) dan penyimpanannya harus sesuai dengan Standard yang telah ditetapkan. Industri kelapa sawit merupakan indutri yang sangat populer. Industri ini berkembang sangat pesat di Indonesia. Usaha ini bukanlah usaha yang baru dalam industri di Indonesia ini. Hasil yang diberikan dari adanya industri kelapa sawit ini adalah minyak kelapa sawit. Penggunaan minyak ini memang

(15)

sedang dikembangkan. Perkembangan industri kelapa sawit ini tentunya memiliki peralatan dan mesin – mesin khusus. Karena untuk memproses kelapa sawit ini memerlukan proses yang panjang, maka tak heran mesin – mesin yang digunakan untuk memproduksi minyak kelapa sawit ini juga sangat banyak. Berikut proses yang digunakan untuk memproses kelapa sawit:

1. Penyimpanan Minyak Sawit Mentah (CPO)

CPO ini adalah kepanjangan dari Crude Palm Oil yang berarti minyak kelapa sawit mentah. Crude Palm Oil ini diperoleh dari kelapa sawit yang merupakan hasil ekstraksi dari proses pengempaan daging dari buah kelapa sawit. Setelah buah kelapa sawit ini diekstrak, maka akan membutuhkan wadah untuk menampungnya. Tangki timbun CPO inilah yang akan menjadi tempat atau wadah untuk menyimpan CPO yang akan diproses nantinya. Tangki ini akan menyimpan minyak sawit mentah hingga akhirnya tiba saatnya untuk diproses lebih lanjut. Maka itu, suhu di dalam tangki penyimpanan ini juga perlu dijaga dengan baik supaya tidak memengaruhi kandungan yang ada di dalam minyak kelapa sawit mentah.

2. Penjernihan Minyak Sawit

Pengolahan kelapa sawit ini memang memerlukan beberapa tahap. Salah satunya adalah pemisahan minyak dan sludge. Untuk pemisahan ini menggunakan cara sentrifugal. Karena di dalam minyak ini masih terdapat air dan zat padat di dalamnya. Minyak di sini masih belum memenuhi standar untuk dijual. Sehingga akan memerlukan proses lanjutan yang berupa proses penjernihan. Proses penjernihan minyak ini menggunakan oil purifier machine atau mesin pembersih minyak. Di dalam mesin pembersih minyak ini ada endapan yang memiliki brush strainer yang memiliki tujuan

(16)

untuk menyaring fibre dan juga kotoran di dalamnya. Brush strainer yang ada pada oil purifier machine ini ada yang berbentuk Rotary Brush Strainer yang juga disebut dengan Rotary Brush Filter, kemudian ada juga Auto Brush Strainer yang kadang juga disebut dengan Automatic Brush Filter Strainer. Dan yang terakhir ada Westfalia Brush Strainer yang tentunya juga ada pada Rotary Brush Strainer Manufacturers. Pemisahan minyak kelapa sawit dengan kotoran yang ada di dalamnya ini merupakan salah satu proses penting dalam pengolahan minyak kelapa sawit.

Gambar 2.6 Oil Purifier (sumber Data Perusahaan)

(17)

Gambar 2.7 Rotary Brush Strainer (Data Perusahaan)

3. Pengurangan Kadar Air Pada Minyak

Vacuum Oil Dryer ini biasa juga disebut dengan Vacuum Dryer Oil atau Vacuum Dryer Palm Oil Mill ini memiliki fungsi untuk mengurangi kadar air yang berada di dalam minyak. Caranya adalah dengan menyemprotkan minyak, kemudian kandungan airnya akan dihisap dalam kondisi vacuum. Di dalam mesin Vacuum Dryer Kelapa Sawit ini terdiri dari tabung hampa udara yang di dalamnya terdapat sejumlah nozzle injektor. Di dalam Vacuum Dryer ini memiliki tekanan yang sangat rendah sampai di bawah tekanan atmosfer.

(18)

Gambar 2.8 Vacuum Oil Dryer (Data Perusahaan)

Proses yang panjang untuk menjadikan minyak mentah kelapa sawit sampai akhirnya menjadi minyak kelapa sawit yang digunakan ini memang sangat beragam. Dengan pengembangan kelapa sawit yang semakin dikelola dengan baik ini tentunya akan membuat Palm Oil Mill Community bisa menjaga dengan baik Oil Purifier System Aind Process dalam menggunakan Vacuum Oil Purifier dalam mengolah kelapa sawit yang ada di masing – masing tempat pemrosesannya.

(19)

Gambar 2.9 Mesin-mesin Stasiun Klarifikasi (Sumber: Data Perusahaan)

2.10 Mesin-mesin pada stasiun klarifikasi

Dasar kerja pada stsiun klarifikasi ini yaitu proses pemisahan minyak dengan pengendapan secara gravitasi dan proses pemisahan minyak oleh gaya sentrifugal. Adapun tujuan pengolahan di stasiun klasifikasi adalah melakukan penjernihan minyak kasar. Melakukan pemisahan antara minyak dengan air dan zat padat yang ada pada sludge. Menurunkan kandungan kotoran dan air yang ada di CPO. Mendapatkan minyak CPO yang memenuhi standar mutu yang disyaratkan, maka untuk mendapatkan itu semua stasiun ini mengunakan meson-mesin sebagai berikut:

1. Continuous Clarifier Tank (CCT)

Continuous clarifier tank berfungsi memisahkan minyak murni dari minyak kasar yang masih mengandung air dan zat padat secara gravitasi. Crude oil terdiri dari campuran minyak, air dan NOS. water dan NOS adalah sludge. Jadi Crude oil adalah campuran cairan dari Oil dan sludge. Oil dan sludge mempunyai density yang

(20)

menjadi dua lapisan/layer. Cairan yang mempunyai density yang lebih rendah akan menempati lapisan atas dalam hal ini adalah Oil. Pemisahan Oil dan Sludge ini berlangsung di Continuous Clarifier Tank. Diluted Crude Oil (selanjutnya disebut crude oil) setelah keluar dari vibrating screen lalu dipanaskan di Crude Oil Tank menjadi temperaturnya 95 oC kemudian dipompakan ke Distribution Tank dan dari

tanki ini crude oil didistribusi sesuai dengan kapasitas masing-masing CCT secara proporsional.

Proses lebih jauh pemisahan kedua cairan ini dapat diterangkan dengan Hukum Stokes. Selain daripada Hukum Stokes, Basic principle dari CCT adalah harus memperhatikan luasan penampang tanki dimana oil membentuk lapisan, lalu kedalaman/tinggi tanki untuk pengendapan zat padat dan konsentrasi underflow yang diinginkan.

Untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan maka harus melakukan setting pada continuous clarifier tank ini, hal yang harus diperhatikan adalah Over digestion dalam digester, temperatur di digester dipertahankan 90 – 95°C jangan sampai melebihi karena akan terjadi over cooking. Minyak yang terjadi selama digestion dalam digester segera dikeluarkan melalui drain digester (virgin oil). Kapasitasnya sama dengan 4,5-6 jam retention time untuk menjaga kulitas minyak agar tetap baik maka harus menjaga retention time CCT dalam waktu 5 jam. Serta hal yang diperhatikan lainnya adalah Oil Skimmer, ini berfungsi untuk mengutip minyak yang telah terbentuk di bagian atas CCT. Tebal lapisan minyak ini dipersyaratkan 45 – 60 cm untuk menjamin wet oil yang dihasilkan tidak terikut oleh sludge/dirt.

(21)

Crude Oil Tank berfungsi untuk menaikkan kembali temperature crude oil yang telah disaring di Vibrating Screen. Dalam proses penyaringan di vibrating screen dengan luasan area (diameter 60 inchi), 2 x penyaringan tentunya mengalami penurunan temperature. Rata-rata temperature keluar dari vibrating screen adalah 86°C. Untuk menaikkan kembali temperature crude oil ini menjadi 95 C perlu diciptakan hot/heat bank (Tabungan Panas) yaitu dengan cara membagi Crude Oil Tank menjadi dua kompartemen. Pertama kompartemen dengan volume yang lebih besar dimana dalam kompartemen berisi coil (life steam coil dan close coil) dan kedua kompartemen untuk reservoir suction untuk pompa. Kompartemen yang berisi coil inilah sebagai hot/heat bank. Antara dua kompartemen dipisahkan pelat pemisah sekaligus sebagai media overflow dari kompartemen pertama ke kompartemen kedua. Retention time pada crude oil tank ini selama 30-45 menit untuk menjaga minyak tetap baik dijaga pada 45 menit retention tiime.

3. Oil Vacuum Drier

Wet Oil yang dihasilkan dari CCT ditampung dalam wet oil tank yang berkapasitas 15 m3. Selanjutnya minyak dalam tanki ini dipanaskan dengan temperature 90 – 95 C. Dengan volume minyak yang dipertahankan minimal ¾ volume dan temperature 90-95 C membuat sebagian dirt akan mengendap di dasar tanki (bottom cone) yang nantinya akan didrain. Sekalipun dirt secara alamiah mengendap namun kadar dirtnya masih tinggi untuk standard pasar, sehingga perlu dilakukan penurunan dirt di mesin purifier. Dalam purifier sekalipun tujuan utamanya adalah mengurangi dirt namun sejalan dengan itu dalam purifier terjadi penurunan moisture dalam wet oil. Misalnya saja dari kadar air sebelum purifier 0.67 % setelah

(22)

purifier menjadi 0,5%. Selanjutnya kadar air (moisture) wet oil ini diturunkan lagi untuk memenuhi standard yaitu 0.18 %, penurunan moisture ini dilakukan dalam oil vacuum drier. Prinsip kerja vacuum drier adalah mengurangi kadar moisture wet oil dari purifier (0.5% - 0.6%) menjadi (0.18%) dengan cara memanfaatkan sifat phisik yang berbeda daripada minyak dan air pada tekanan vacuum. Tekanan 10-20mmHg Saat spray di nozzle moisture akan berubah menjadi uap dan moisture yang butirannya lebih kecil-kecil pada tekanan vacuum dalam vacuum drier. Namun tidak semua moisture dapat keluar dari dalam wet oil atau masih terperangkap atau terikat dalam wet oil.

4. Brush Strainer

Berfungsi untuk menangkap serabut – serabut yang sangat halus yang masih terikut dalam sludge agar tidak terjadi penyumbatan pada nozzle Sludge Centrifuge 5. Vacuum Dryer.

Vacuum Dryer berfungsi sebagai alat untuk mengurangi kadar air di CPO secara maksimal yang berbentuk tabung silinder berkapasitas 15 ton / jam dan dilengkapi dengan nozzle penyemprot, gelas penduga, dan katup apung pengontrol level CPO dari bahan stainless. Alat ini bekerja dengan tekanan – 0.8 s/d -1.0 Bar.

6. Sludge Centrifuge

Sludge Centrifuge merupakan alat pemisah yang didisain untuk memisahkan minyak dari komponen sludge dari air dan bahan lain yang merupakan bukan komponen minyak non oil solid (NOS). Pada dasarnya prinsip kerja dari alat ini adalah sama dengan Oil Purifier atau Sludge Separator, yaitu memanfaatkan

(23)

perbedaan densitas bahan dengan menggunakan daya putar, hanya saja pada Sludge Centrifuge menggunakan putaran yang relatif lebih rendah dibanding dengan Oil. 7. Vibrating Screen

Fungsi vibrating screen adalah memisahkan non oil solid (NOS) yang terdiri dari sampah, serat fiber yang berukuran besar serta pasir yang terikut bersama crude oil karena tidak terendapkan di sand trap tank. Ditambahkannya air panas dengan tujuan agar pemisahan partikel-partikel pasir dapat memisah dengan baik disamping untuk mengurangi terjadinya clogging (penyumbatan) pada screen. Salah satu fungsi nya juga untuk menjaga agar tidak sering terjadi penyumbatan pada nozzle sludge sentrifuges.

2.11 Break Even Point

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

BEP menjadi penting digunakan apabila perusahaan membuat usaha agar tidak mengalami kerugian, padaperusaha jasa atau manufaktur. Berikut manfaat yang dapat diambil ialah:

1. Sebagai alat perencanaan untuk hasilkan laba

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

(24)

4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.

Setelah mengetahui manfaat BEP dalam usaha yangdirintis, kompenen yang berperan yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap. Pada praktiknya, untuk memisahkan dan menentukan suatu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi, maka dari itu apabila tidak memproduksi maka tidak ada biaya variabel.

Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan praktiknya. Bagaimana cara menghitungnya?

Dalam menyusun perhitungan BEP, perlu menentukan 3 elemen dari rumus BEP yaitu:

1. Fixed cost (biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang harus keluarkan walaupun hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.

(25)

2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan.

3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli.

2.12 Pendekatan Grafik

Gambar 2.10 Grafik BEP (Sumber : Munawir.,Drs, 1976)

2.13 Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan

(26)

ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.

Ada banyak pendapat yang di kemukakan oleh berbagai pihak terhadap pengertian tentang investasi. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah baru dan sebagainya. Investasi juga diartikan sebagai pengeluaran yang di lakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri- industri.

Dalam perhitungan pendapatan nasional dan ststistik, investasi meliputi hal yang lebih luas lagi. Dalam perhitungan pendapatan nasional, investasi meliputi: “Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai di proses dan barang jadi.” (Sukirno, 1994).

Dalam model keynesian dimana di asumsikan bahwa semua pendapatan harus dikeluarkan untuk di konsumsi atau di tabung, dan jumlah prekonomian dapat di bagi dua yaitu antara pengeluaran untuk barang-barang konsumsi dan barang modal, dan posisi keseimbangan dalam prekonomian di tentukan pada saat jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran sehingga investasi sama nilainya dengan tabungan.

Dalam kaitanya dengan perusahaan dimana perusahan melakukan investigasi guna mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, di mana dana investasi tersebut salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang di tabung pada lembaga-lembaga keuangan, maka dapat di kemukakan bahwa: Investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara

(27)

keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang di perlukan dalam proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan kontruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.” (Deliarnov, 1995)

Sementara itu Dj. A Simarmata dalam bukunya mendefinisikan investasi yang lebih luas yang di kaitkan dengan perkembangan pasar modal sekarang yakni, investasi adalah setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang dengan aman. Dari berbagai pendapat tentang definisi mengenai investasi, penulis berpendapat terdapat satu kesamaan arti yaitu investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegitan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang. Secara umum terdapat dua jenis investasi, yaitu:

1. Investasi yang terdorong (Induced Invesment)

Investasi yang terdorong (induced Invesment), yakni investasi yang tidak diadakan akibat adanya penambahan permintaan, pertambahan permintaan yang di akibatkan pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan bertambah, maka tambahan permintaan akan di gunakan untuk konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan. Sudah pasti apabila ada tambahan permintaan, maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.

2. Investasi otonom (Outonomous Invesment).

Investasi otonom (Outonomou Invesment), yaitu investasi yang di laksanakan atau diadakan secara bebas, artinya investasi yang di adakan bukan karena pertambahan

(28)

permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau daerah. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak di pengaruhi oleh pendapatan nasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan. (Sukirno, cipto, 2004)

2.14 Metode Nilai Bersih Sekarang(NPV)

Pada pembahasan NPV ini memperhitungkan pengaruh waktu terhadap nilai uang sudah dimasukkan ke dalam perhitungan. Dua metode yang paling banyak dipakai di dalam mengevaluasi manfaat ekonomis suatu usulan proyek investasi adalah metode periode pengembalian dan metode rata-rata tahunan tingkat kembali akuntansi, akan tetapi sayang mempunyai beberapa kelemahan dan kesukaran seringkali muncul ketika dihadapkan kepada proyek investasi yang dilematis. Untuk menerapkan metode nilai bersih sekarang dan metode tingkat kembali internal maka diperlukan beberapa langkah, yaitu:

Langkah pertama, Menetapkan tarif bunga (diskonto) yang tepat. Menetapkan tarif bunga (diskonto) yang tepat kelihatannya mudah akan tetapi sebetulnya melalui proses perenungan dan pemikiranyang cukup panjang. Kesalahan di dalam menentukan tarif bunga (diskonto) akan berakibat cukup serius terhadap diterima atau ditolaknya suatu usulan proyek investasi yang akan kita lakukan. Diperlukan perses penjaringan dan pembandingan yang hati-hati, kira-kira berapa prosen suatu tarif bunga (diskonto) atau tarif diskonto itu dianggap layak dan wajar. Penetapan tarif bunga (diskonto) yang terlalu

(29)

besar akan menyebabkan ditolaknya suatu usulan proyek padahal pihak lain menerimanya dan mengoperasionalkannya secara berhasil. Sedangkan menetapkan tarif bunga (diskonto) yang terlalu rendah akan menyebabkan suatu usulan proyek investasi diterima padahal pihak lain menolaknya. Tarif bunga (diskonto) akan menggambarkan tingkat kembali minimal yang akan diterima.

Meskipun demikian, tarif bunga (diskonto) yang tepat sangat tergantung, kepada derajat ketidakpastian suatu proyek investasi serta tingkat inflasi yangsedang melanda suatu negeri. Karena farif bunga (diskonto) merupakan titik tolak diterima atau ditolaknya suatu proyek investasi maka penetapan tarif bunga (diskonto) ini merupakan prosespengambilan keputusan yang paling rumit.

Langkah kedua, Menghitung nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih yang merupakan hasil diharapkan dari diterimanya suatu proyek investasi. Langkah ketiga, Menghitung nilai sekarang dari pengeluaran proyek investasi. Pengeluaran proyek Investasi yang dikeluarkan perusahaan seringkali tidak satu kali melainkan beberapa kali selama periode tertentu, misal selama satu tahun. Karena pengeluaran kas seringkali beberapa kali maka perlu ditarik ke awal periode, sehingga analisis akan dimulai dari titik awal yang sama.

Langkah keempat, Mengurangkan nilai sekarang dari pengeluaran proyek investasi dari nilai sekarang aliran kas masuk bersih. Perbedaan atau selisih ini disebut dengan istilah nilai sekarang bersih (net present value), yang secara matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

(30)

atau …….[1] Dimana:

k = discount rate

At = Cash Flow pada periode t n = periode

PVproceed = PV berjalan ((EAT+Dep. Investasi) x DF) PVoutlays = Total Investasi

Pada metode NPV (nilai bersih sekarang) ini tolok ukur yang digunakan adalah sebagai berikut:

Jika NPV ≥0, maka proyek diterima Jika NPV < 0, maka proyek ditolak

Jika suatu keputusan dihadapkan pada pemilihan beberapa alternatif proyek, maka yang akan dipilih adalah proyek yang mempunyai hasil NPV yang paling besar.

2.15 Metode internal rate of return (IRR)

Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR menunjukkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan demikian untuk mencari IRR kita harus menaikkan discount factor (DF) sehingga tercapai nilai NPV sama dengan nol.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka langkah-langkah perhitungan IRR adalah sebagai berikut:

(31)

2. Memilih discount factor tertentu untuk mencapai NPV = 0 3. Pada discount factor pemilihan pertama dihitung besarnya NPV

4. Jika NPV yang diperoleh masih positif, sedangkan yang diharapkan NPV = 0 maka kita pilih discount factor yang ke dua dengan harapan akan memperoleh NPV = 0

5. Misalnya dengan DF pada pemilihan yang ke dua dan seterusnya sampai memperoleh NPV yang negatif (NPV < 0)

6. Karena NPV yang kita peroleh positif dan negatif, maka kita harus membuat interpolasi antara DF di mana NPV positif dengan DF di mana NPV sama dengan negatif agar tercapai NPV = 0.

7. Untuk mendapatkan nilai IRR digunakan rumus interpolasi

Keterangan:

i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif. i2 =Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif 8. Hasil perhitungan IRR tersebut kemudian dibandingkan dengan tingkat bunga bank

yang berlaku, jika IRR hasil perhitungan > bunga bank yang berlaku maka proyek atau gagasan usaha tersebut layak untuk diusahakan.

2.16 Metode Payback Period (PP)

Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh

) ( 2 1 ) ( ) ( ) ( 1 I I NPV NPV NPV I IRR    

(32)

dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).

Selanjutnya menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay. Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan.

Rumus:

(33)

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula

a = Jumlah investasi mula-mula

b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1 Jika arus kas per tahunnya berbeda jumlahnya

Parameter:

- Periode pengembalian lebih cepat: layak - Periode pengembalian lebih lama: tidak layak

- Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih

Kelebihan dan Kelemahan Payback Period Kelebihan:

- Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi.

- Memberikan informasi mengenai lamanya break even project.

Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya.

- Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.

(34)

- Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh sesudah payback periode tercapai.

- Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang) - Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan.

- Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah irencanakan.

2.17 Metode rasio biaya manfaat (Benefit Cost Ratio (BCR)

Keterbatasan anggaran pemerintah merupakan hal yang umum ditemui. Di sisi lain, pemerintahdihadapkan pada berbagai alternatif program yang akan dilaksanakan. Hal tersebutmenyebabkan pemerintah harus jeli dalam menentukan program yang diprioritaskan. Pemilihanprioritas suatu proyek tidak mudah. Dalam memutuskan kelayakan suatu proyek yangberhubungan dengan sektor publik, pemerintah dihadapkan pada banyak pertimbangan danpermasalahan. Dalam hal ini, prioritas yang dipilih harus mempertimbangkan kepentingan publikatau masyarakat umum.

Terkait dengan proses pengambilan keputusan mengenai kelayakan suatu proyek atau program, pemerintah memerlukan suatu alat analisis yang mampu digunakan dalam meminimalkankesalahan dalam pemilihan keputusan. Salah satu analisis yang dapat digunakan sebagai alatuntuk memilih program yang layak diprioritaskan adalah dengan menggunakan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) atau disebut juga analisis manfaat dan biaya.

(35)

2.18 Forecasting (peramalan)

Peramalan merupakan aktivitas fungsi bisnis yang memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Peramalan merupakan dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis. Peramalan menggunakan teknik-teknik peramalan yang bersifat formal maupun informal (Gaspersz, 1998).

Kegiatan peramalan merupakan bagian integral dari pengambilan keputusan manajemen. Peramalan mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum pasti (intuitif). Peramalan memiliki sifat saling ketergantungan antar divisi atau bagian. Kesalahan dalam proyeksi penjualan akan mempengaruhi pada ramalan anggaran, pengeluaran operasi, arus kas, persediaan, dan sebagainya. Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses peramalan yang akurat dan bermanfaat (Makridakis, 1999):

Pengumpulan data yang relevan berupa informasi yang dapat menghasilkan peramalan yang akurat. Pemilihan teknik peramalan yang tepat yang akan memanfaatkan informasi data yang diperoleh semaksimal mungkin. Terdapat dua pendekatan untuk melakukan peramalan yaitu dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

Cost Benefit BCR  PWC PWB BCRpresent  EUAC EUAB BCRannual  ) ( 1 ) ( 1 unfeasible layak tidak investasi BCR feasible layak investasi BCR    

(36)

Metode peramalan kualitatif digunakan ketika data historis tidak tersedia. Metode peramalan kualitatif adalah metode subyektif (intuitif). Metode ini didasarkan pada informasi kualitatif. Dasar informasi ini dapat memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Keakuratan dari metode ini sangat subjektif (Materi Statistika, UGM).

Metode peramalan kuantitatif dapat dibagi menjadi dua tipe, causal dan time series. Metode peramalan causal meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan variabel yang diprediksi seperti analisis regresi. Peramalan time series merupakan metode kuantitatif untuk menganalisis data masa lampau yang telah dikumpulkan secara teratur menggunakan teknik yang tepat. Hasilnya dapat dijadikan acuan untuk peramalan nilai di masa yang akan datang (Makridakis, 1999).

Forecasting adalah peramalan atau perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi. Ramalan yang dilakukan pada umumnya akan berdasarkan data yang terdapat di

masa lampau yang dianalisis dengan mengunakan metode-metode

tertentu. Forecasting diupayakan dibuat dapat meminimumkan pengaruh ketidakpastian tersebut, dengan kata lainbertujuan mendapatkan ramalanyang bisa meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur dengan Mean Absolute Deviation, Absolute Error, dan sebagainya. Peramalan merupakan alat bantu yang sangat penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien (Subagyo, 1986).

Peramalan permintaan memiliki karakteristik tertentu yang berlaku secara umum. Karakteristik ini harus diperhatikan untuk menilai hasil suatu proses peramalan permintaan dan metode peramalan yang digunakan. Karakteristik peramalan yaitu faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berlaku juga di masa yang akan

(37)

datang, dan peramalan tak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan (Baroto, 2002).

Penggunaan berbagai model peramalan akan memberikan nilai ramalan yang berbeda dan derajat dari galat ramalan (forecast error) yang berbeda pula. Seni dalam melakukan peramalan adalah memilih model peramalan terbaik yang mampu mengidentifikasi dan menanggapi pola aktivitas historis dari data. Model-model peramalan dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok utama, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Metode kualitatif ditujukan untuk peramalan terhadap produk baru, pasar baru, proses baru, perubahan sosial dari masyarakat, perubahan teknologi, atau penyesuaian terhadap ramalan-ramalan berdasarkan metode kuantitatif.

2.19 Metode Peramalan

Model kuantitatif intrinsik sering disebut sebagai model-model deret waktu (Time Series model). Model deret waktu yang populer dan umum diterapkan dalam peramalan permintaan adalah rata-rata bergerak (Moving Averages), pemulusan eksponensial (Exponential Smoothing), dan proyeksi kecenderungan (Trend Projection). Model kuantitatif ekstrinsik sering disebut juga sebagai model kausal, dan yang umum digunakan adalah model regresi (Regression Causal model) (Gaspersz, 1998).

1. Weight Moving Averages (WMA)

Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan di masa yang akan datang. metode rata-rata bergerak akan efektif diterapkan apabila permintaan pasar terhadap produk

(38)

diasumsikan stabil sepanjang waktu. Metode rata-rata bergerak terdapat dua jenis, rata-rata bergerak tidak berbobot (Unweight Moving Averages) dan rata-rata bobot bergerak (Weight Moving Averages). Model rata-rata bobot bergerak lebih responsif terhadap perubahan karena data dari periode yang baru biasanya diberi bobot lebih besar.

2. Single Exponential Smoothing (SES)

Pola data yang tidak stabil atau perubahannya besar dan bergejolak umumnya menggunakan model pemulusan eksponensial (Exponential Smoothing Models). Metode Single Exponential Smoothing lebih cocok digunakan untuk meramalkan hal-hal yang fluktuasinya secara acak (tidak teratur).

Permasalahan umum yang dihadapi apabila menggunakan model pemulusan eksponensial adalah memilih konstanta pemulusan (α) yang diperirakan tepat. Nilai konstanta pemulusan dipilih di antara 0 dan 1 karena berlaku 0 < α < 1. Apabila pola historis dari data aktual permintaan sangat bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu, nilai α yang dipilih adalah yang mendekati 1. Pola historis dari data aktual permintaan tidak berfluktuasi atau relatif stabil dari waktu ke waktu, α yang dipilih adalah yang nilainya mendekati nol (Gaspersz, 1998).

3. Regresi Linier

Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai variabel tergantung dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel

(39)

bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.

Model analisis Regresi Linier adalah suatu metode populer untuk berbagai macam permasalahan. Menurut Harding (1974) dua variabel yang digunakan, variabel x dan variabel y, diasumsikan memiliki kaitan satu sama lain dan bersifat linier. Rumus perhitungan Regresi Linier yaitu sebagai berikut.

a. Regresi Linier Sederhana

Keterangan: Y = hasil peramalan

n = periode

a = perpotongan dengan sumbu tegak

b = menyatakan slope atau kemiringan garis regresi

Rumus tersebut digunakan untuk menghitung persamaan yang bisa digunakan untuk meramalkan nilai n+x, namun persamaan ini mencari 2 parameter terlebih dahulu yaitu a dan b sehingga kurang efektif dalam pengolahan data secara alogaritma.

b. Linier Equations

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut y = a + bx didapat dari persamaan garis dibawah ini

(40)

Dengan rumus ini dari parameter x1, x2 dan y1, y2 akan bisa langsung bisa didapatkan persamaan garis guna melakukan peramalan nilai deret n+x tanpa harus menghitung parameter terlebih dahulu seperti pada regresi linier sederhana.

2.20 Biaya dan Modal Proyek

Di dalam membangun sebuah proyek atau rencana bisnis, di perlukan biaya dan modal untuk menjalankannya, biaya dan modal tersebut bisa dikatakan sebagai sumber daya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya ini tentu sangat menentukan bagaimana perusahaan dapat menjalankan bisnisnya secara lancar.

1. Aktiva

Aktiva (assets) adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Dalam bahasa sederhana aktiva merupakan semua hal yang menjadi milik perusahaan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

2. Aktiva Lancar (Current Assets)

Aktiva lancar (Current assets) adalah aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu satu tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan, yang mana yang lebih lama. Aktiva lancar meliputi: kas dan bank, surat berharga, deposito jangka pendek, piutang awal yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, piutang usaha, piutang lain-lain, persediaan, pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar, pembayaran pajak di muka, biaya dibayar di muka (premi asuransi, bunga, alat tulis dan keperluan kantor).

(41)

Aktiva tetap (fixed assets/plant & equipment) adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva tetap meliputi aktiva yang dapat disusutkan dan tidak dapat disusutkan. Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaatnya. Contoh dari aktiva tetap adalah tanah, bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan

4. Aktiva tidak berwujud (intangible assets)

Adalah aktiva tidak lancar dan tidak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum pada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain. Aktiva tidak berwujud antara lain dapat berbentuk: hak paten, hak cipta, franchise, merk dagang dan good will.

5. Aktiva lain-lain (miscellaneous assets)

Aktiva lain-lain (miscellaneous assets) menggambarkan pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi / penyertaan maupun aktiva tidak berwujud, seperti: aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kapada pemegang saham, beban yang di tangguhkan dan aktiva lancar lainnya.

6. Modal Kerja (working capital)

Menurut Weston dan Brigham (1981, p.266) Modal Kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Jadi modal kerja ini disebut modal kerja bruto (gross

(42)

working capital). Sedang modal kerja bersih (net working capital) adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Manajemen modal kerja didefinisikan secara luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar maupun huntang lancar.

(43)

2.21 Referensi Jurnal/Kajian Penelitian Terdahulu

NO PENULIS JUDUL RINGKASAN

1 Budihono,

Nandar Cundara, Dadang Redantan

Analisa Kelayakan Investasi Otomasi Proses Pembuatan Rubber Grip Di PT. Fast Precision Manufacturing

Indonesia. (Studi kasus pada PT. Fast Precision Manufacturing

Indonesia)

Pada proses pembuatan rubber grip masih melakukan manual operasi yang memiliki beberapa kelemahan, maka diperlukan otomasi dalam pembuatan rubber grip ini. Hasil penelitian menunjukkan investasi otomasi lebih layak dibandingkan dengan investasi manual. (Sumber: E-Journal Universitas Riau)

2 Eni Setyowati, Siti Fatimah Nh.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri Di Jawa Tengah Tahun 1980-2002

Indonesia membutuhkan

investasi sebagai penanganan krisis ekonomi sejak tahun 1997. Penanaman modal dalam negeri di Jawa Tengah pada tahun 1980–2002 mengalami fluktuasi.

Dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel sukubunga, inflasi, PDRB dan tenaga kerja terhadap investasi dalam negeri. (Sumber: E journal Undip Semarang)

3 Natalia Christanti dan Linda Ariany

Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan

Fokus dalam penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor

(44)

Melakukan Investasi dalam melakukan keputusan investasi dengan menggunakan klasifikasi faktor dari (Nagy dan Obenberger, 1994) dimana klasifikasi faktor ini dibagi dalam dua sudut pandang economic dan behavioral motivation. (Sumber: e-resources.perpusnas.go.id) 4 Andini Prastiwi, Christiono Utomo Analisa Investasi Perumahan Green Semanggi Mangrove Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan proyek pembangunan Perumahan Green Semanggi Mangrove terhadap segi finansial dengan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, dan PI kemudian diuji tingkat sensitivitasnya untuk mengetahui kelayakan proyek pembangunan tersebut. Hasil perhitungan analisa

sensitivitas, dapat dilihat bahwa investasi proyek Perumahan Green Semanggi Mangrove akan tetap bisa diterima sampai batas maksimum biaya investasi bertambah hingga 25%.

(Sumber:

(45)

5 Ni Luh Putu Rassri Gayatri, I Ketut Mustanda

Pengaruh Struktur

Modal, Kebijakan

Dividen Dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan

Penelitian bertujuan mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal (DER), kebijakan dividen (DPR) dan keputusan investasi

(PER) terhadap nilai

perusahaan (PBV) pada

perusahaan manufaktur di BEI periode 2008-2012. Hasilnya struktur modal dan keputusan investasi berpengaruh positif signifkan terhadap nilai

perusahaan, sedangkan

kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (Sumber: economic-ejournal.org)

6 Ambrose Jagongo PhD, Vincent S. Mutswenje

A Survey of the Factors Influencing Investment Decisions: The Case of Individual

Investors at the NSE (Sebuah Survei dari

Faktor yang

Mempengaruhi

Keputusan Investasi: Kasus Individu

Investor di NSE)

Peneliti menemukan bahwa faktor yang paling penting yang

mempengaruhi keputusan

investasi individu adalah reputasi perusahaan, status perusahaan dalam industri,

diharapkan pendapatan

perusahaan, keuntungan dan kondisi pernyataan, kinerja perusahaan saham, harga per

saham, rasa terhadap

(46)

Investor. (Sumber: International Journal og U- and E- Service, science and Technology)

7 Robert E.Carpenter, Alessandra Guariglia

Cash flow, investment,

and investment

opportunities: New tests using UK panel data

Korelasi antara arus kas dan investasi sangat kontroversial. Beberapa berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh kendala keuangan, berbeda dengan korelasi antara arus kas dan peluang investasi yang tidak diukur menggunakan metode Tobin Q. Ketika variabel ini ditambahkan dalam regresi investasi, dari arus kas akan jatuh untuk perusahaan besar, tetapi tetap tidak berubah untuk perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya arus kas berasal dari bagaimana mengurangi friksi kredit. (Sumber: International Journal og U- and E- Service, science and Technology)

8 Molapo, Senei, Damane Moeti

Determinants Of Private Investment In Lesotho

Secara empiris meneliti faktor-faktor penentu investasi swasta di Lesotho selama periode 1982-2013.

(47)

bahwa investasi swasta secara positif dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi publik ketika sedang terkena dampak negatif kenaikan tingkat harga. Koefisien yang sangat signifikan dan positif dari

pertumbuhan ekonomi

menegaskan prinsip akselerator di Lesotho, sedangkan investasi publik menguraikan peran penting pemerintah dalam meletakkan infrastruktur untuk sekelompok investasi swasta. Koefisien negatif dari tingkat harga umum melambangkan pentingnya stabilitas harga dalam merangsang investasi swasta. Selain itu, menegaskan bahwa ketidakstabilan ekonomi makro negatif mempengaruhi investasi swasta di Lesotho. (Sumber: Directory of Open Access Journal)

(48)

9 Alekseev, A N State Regulation of Investment Activities in Russian Mechanical Engineering

Pembahasan penelitian ini ialah berkenaan regulasi aktivitas investasi pada teknik mesin di

Rusia. Peneliti

menganalisis dinamika indikator kinerja dan peran investasi dalam meningkatkan regulasi. Hasil Penelitian menjelaskan bidang utamanya adalah peraturan Negara pada proses investasi dan memvalidasi langkah-langkah praktis untuk meningkatkan efisiensi dari kegiatan investasi berdasarkan pada peningkatan iklim investasi dan meningkatkan daya tarik investasi industri untuk berbagai kelompok investor. (Sumber:

Technoligy Innovation

Management Review) 10 Shan, Ren Liang;

Zhang, Cun Jian; Zhao, Xin; Wu, Shu Jing

Analysis on Influence Factors of Coal Mine Capital Construction Investment Efficiency

Dengan perkembangan

ekonomi, dan struktur investasi yang lebih kompleks, lebih mengarahkan investasi yang lebih terdiversifikasi. Efisiensi investasi modal dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Menganalisis dan mengevaluasi efisiensi

(49)

investasi secara obyektif dan adil untuk menemukan faktor-faktor yang sangat penting untuk setiap investasi. Penelitian lain di dalam dan luar negeri, penelitian ini menganalisis faktor yang

mempengaruhi efisiensi

investasi konstruksi tambang batubara dari tingkat teoritisnya. (Sumber: JSTOR Scholarly Journal Achieve)

Gambar

Gambar 2.1 Diagram SCADA
Gambar 2.2 Brondolan &amp; Bagiannya  (sumber: astra-agro.co.id)
Gambar 2.3 Alur Proses Pengolahan TBS  (Sumber: Data Perusahaan)
Gambar 2.4 Sistem Produksi  (Sumber: Wahyuni, DW., 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahan organik mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan stabilitas agregat tanah dan penambahan sisa- sisa tanaman secara terus- menerus dapat meningkatkan kandungan

Gejala tersebut : dorongan untuk sering buang air kecil , peradangan pada alat kelamin atau vagina , pembakaran dan sensasi gatal pada vagina yang disertai

Pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana bentuk kekerasan atas nama agama bisa terjadi dalam lingkup orang beragama? 2) Bagaimana dasar yang

Perumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah dapat menentukan kondisi optimum suhu dan waktu reaksi metanolisis minyak curah, dan mengetahui hasil produk

Perbedaan hasil analisis yang relatif kecil sebagaimana disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa analisis ISUS-CLS dengan menggunakan metode MDS untuk menentukan

tersebut sesuai dengan hasil penelitian efek fraksi etil asetat ekstrak etanol akar pasak bumi terhadap aktivitas fagositosis makrofag dari cairan peritoneum mencit jantan

1 Abdullah Fitriantoro &amp; Rekan Andhika Plasa Blok A3, Surabaya Surabaya 031 - 5473634 021 5471072 Rudi Ardiyanto, S.T.. Citra Wisata Blok

Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka