• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI

TEKSTIL 2

IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SELULOSA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi Tekstil 2

NAMA : MILA NURAIDA

NPM : 16020111

GROUP : 2K4

DOSEN : MAYA K., S.Si.T., M.T. ASISTEN : 1. KURNIAWAN, S.T., M.T.

2. WITRI A. S., S.ST.

(2)

A. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mengidentifikasi jenis zat warna yang digunakan pada kain selulosa berdasarkan golongannya dengan cara melunturkan zat warna dan mengamati sifat-sifat atau karakteristik zat warna yang diuji.

2. Untuk mengetahui kandungan zat warna yang digunakan pada kain selulosa dengan cara melunturkan zat warnanya.

3. Terampil dalam menggunakan mikroskop B. DASAR TEORI

Golongan I

Zat warna golongan I merupakan zat warna yang luntur dalam larutan Amoniak mendidih atau Asam Asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna direk, zat warna asam, zat warna basa, dan zat warna direk dengan resin.

1) Zat Warna Direk

Zat warna direk bersifat larut dalam air, sehingga dapat langsung dipakai dalam pencelupan serat selulosa seperti katun, rayon dan rami. Zat warna direk relatif murah harganya dan mudah pemakaiannya, tetapi warnanya kurang cerah dan tahan luntur hasil celupannya kurang baik.

Selain itu, zat warna direk juga mempunyai daya afinitas yang besar terhadap serat selulosa. Dan beberapa diantaranya dapat mencelup serat binatang berdasarkan ikatan hidrogen. Kebanyakan zat warna direk merupakan senyawa azo yang disulfonasi.

Kelarutan zat warna direk merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan karena zat warna direk dengan kelarutannya yang tinggi akan memudahkan dalam pemakaiannya. Tidaknya hanya itu, pada proses pencelupannya pun relatif lebih mudah rata. Akan tetapi, di lain pihak kelarutan yang tinggi juga akan mengurangi substantifitas zat warna dan tahan luntur warna terhadap pencucian hasil celupnya lebih rendah.

(3)

 Larut dalam air

 Tahan luntur kurang baik, karena hanya membentuk ikatan hidrogen dengan serat  Biasanya digunakan untuk mencelup serat selulosa

 Ukuran molekulnya besar sehingga kecerahan warnanya kurang  Memiliki muatan negatif

Contoh struktur zat warna direk dapat dilihat pada gambar 2.2.1

Gambar 2.2.1 C.I. Direct Blue 95

2) Zat Warna Asam

Zat warna asam adalah zat warna yang dalam pemakaiannya memerlukan bantuan asam mineral atau asam organic untuk membantu penyerapan, atau zat warna yang merupakan garam natrium asam organic dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna. Zat warna asam banyak digunakan untuk mencelup serat protein dan poliamida. Beberapa di antaranya mempunyai susunan kimia seperti zat warna direk sehingga dapat mewarnai serat selulosa.

Zat warna asam termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Pada umumnya zat warna asam mempunyai ketahanan cuci dan ketahanan sinar yang baik. Sifat ketahanan tersebut sangat dipengaruhi oleh berat molekul dan konfigurasinya.

(4)

 Larut dalam air

 Tahan luntur terhadap pencucian dan cahaya bervariasi

 Biasanya digunakan untuk pencelupan dan pencapan serat wool, sutera, dan poliamida

 Membentuk ikatan ionik dengan serat

 Memiliki ukuran molekul yang kecil sehingga kecerahan warnanya tinggi dan warnanya beraneka ragam

Contoh struktur zat warna asam dapat dilihat pada gambar 2.2.2.

Gambar 2.2.2 C.I. Acid Brown 87

3) Zat Warna Basa

Zat warna basa dikenal juga sebagai zat warna Mauvin, terutama dipakai untuk mencelup serat protein seperti wol dan sutera. Zat warna ini tidak mempunyai afinitas terhadap selulosa, akan tetapi dengan pengerjaan pendahuluan (mordanting) memakai asam tanin, dapat juga mencelup serat selulosa. Zat warna basa yang telah dimodifikasi sangat sesuai untuk mencelup serat poliakrilat dengan sifat ketahanan yang cukup baik.

(5)

Berikut ini merupakan karakteristik dari zat warna basa.

 Larut dalam air

 Memiliki muatan positif

 Warnanya cerah dan beraneka ragam  Tidak tahan pencucian, gosokan, dan sinar

 Biasanya digunakan untuk pencelupan serat wool, sutera, poliamida, akrilat, dan CDP

Contoh struktur zat warna basa dapat dilihat pada gambar 2.2.3.

Gambar 2.2.3 C.I. Basic Brown 5

Golongan II

Zat warna golongan II merupakan zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan Natrium Hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali ke warna semula setelah oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna bejana, zat warna belerang, zat warna bejana belerang atau hydron dan oksidasi.

(6)

Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya harus dirubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leukoyang tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali ke bentuk semula yaitu pigmen zat warna bejana.

Senyawa leuko zat warna bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan golongan antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya dalam larutan hipiklorit. Umunya zat warna turunan tioindigo dan karbasol warna hampir hilang dalam uji hipoklorit dan di dalam larutan pereduksi warnanya menjadi kuning.

Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan hidrogen dan ikatan sekunder seperti gaya-gaya Van Der Wall. Tetapi karena bersifat hidrofob maka ketahanan cucinya lebih tinggi daripada zat warna yang berikatan ionik dengan serat.

Zat warna bejana larut adalah leuco zat warna bejana yang distabilkan dalam suasana alkali, sehingga dalam pemakaiannya lebih mudah karena larut dalam air dan tidak memerlukan proses pembejanaan.

Zat warna bejana yang berasal dari zat warna bejana jenis indigo dikenal dengan nama dagang indigosol sedang yang berasal dari zat warna bejana jenis antrakuinon dikenal dengan nama dagang antraso.

(7)

Zat warna bejana larut harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk pencelupan bahan katun kualitas tinggi. Selain untuk mewarnai katun, zat warna bejana larut juga digunakan terutama untuk pencelupan sutra atau wol.

Berikut ini merupakan karakteristik dari zat warna bejana.

 Tidak larut dalam air

 Memiliki tahan luntur yang tinggi terhadap air  Warnanya beraneka ragam

 Biasanya digunakan untuk pencelupan dan pencapan serat selulosa  Membentuk ikatan hidrogen dengan serat

 Memiliki tahan sinar yang tinggi

 Tidak tahan terhadap oksidator yang mengandung klor

Contoh struktur molekul zat warna bejana dapat dilihat pada gambar 2.2.4.

Gambar 2.2.4 C.I. Vat Green 3

2) Zat Warna Belerang

(8)

yang dihubungkan dengan kromogen lainnya melalui jembatan disulfida (-S-S), sehingga strukturnya menjadi relatif besar.

Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai kromofor. Struktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan tidak larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor natriumsulfide dan soda abu untuk melarutkannya. Untuk membentuk zat warna maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan bantuan oksidator-oksidator lainnya.

Struktur zat warna belerang dan pereduksiannya.

(9)

Gambar 2.2.5 C.I. Sulphur Yellow 8

Golongan III

Zat warna golongan III merupakan zat warna yang rusak oleh reduksi dengan Natrium Hidrosulfit dalam suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam Amoniak atau Asam Asetat tidak dapat mencelup kembali kain kapas putih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna direk dengan iring logam, zat warna direk dengan iring formaldehida, zat warna direk yang diazotasi atau dibangkitkan, dan zat warna naftol.

1) Zat Warna Naftol

Zat warna naftol atau zat warna ingrain merupakan zat warna yang terbentuk di dalam serat dari komponen penggandeng (coupler), yaitu naftol dan garam pembangkit, yaitu senyawa diazonium yang terdiri dari senyawa amina aromatik. Zat warna ini juga disebut zat warna es atau ”ice colours”, karena pada reaksi diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es. Penggunaannya terutama untuk pencelupan serat selulosa. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mencelup serat protein (wol dan sutera) serta serat poliester.

Zat warna naftol termasuk golongan zat warna azo yang tidak larut dalam air. Untuk membedakan dengan jenis zat warna azo lainnya sering juga disebut zat warna azoic. Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat selulosa kurang baik dan bervariasi.

(10)

dan substantivitas tinggi, misalnya Naftol AS-BO. Sifat utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang kurang, terutama tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan sinarnya sangat baik. Zat warna naftol baru mempunyai afinitas terhadap serat selulosa setelah diubah menjadi naftolat, dengan jalan melarutkannya dalam larutan alkali.

Garam diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit tidak mempunyai afinitas terhadap selulosa, sehingga cara pencelupan dengan zat warna naftol selalu dimulai dengan pencelupan memakai larutan naftolat, kemudian baru dibangkitkan dengan garam diazonium.

Zat warna naftol dapat bersifat poligenik, artinya dapat memberikan bermacam--macam warna, bergantung kepada bermacam--macam garam diazonium yang dipergunakan dan dapat pula bersifat monogetik, yaitu hanya dapat memberikan warna yang mengarah ke satu warna saja, tidak bergantung kepada macam garam diazoniumnya.

Berikut ini merupakan karakteristik dari zat warna naftol.

 Tidak larut dalam air  Ukuran molekulnya kecil

 Membentuk ikatan hidrogen dan fisika dengan serat  Warnanya cerah namun keanekaragamannya terbatas

 Memiliki tahan luntur yang tinggi, kecuali terhadap gosokan  Biasanya digunakan untuk mencelup kapas

Contoh struktur zat warna naftol dapat dilihat pada gambar 2.2.6.

Gambar 2.2.6 Naphthol AS-BO

(11)

Zat warna golongan IV ini merupakan zat warna yang luntur oleh pelarut organik dimetilformamida 1:1 dan dimetilformamida 100%. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna pigmen dan zat warna reaktif.

1) Zat Warna Pigmen

Zat warna pigmen hanya berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus yang dapat berikatan dengan serat sehingga dalam proses pencapan dan pencelupannya perlu dibantu dengan binder yang berperan sebagai zat pengikat antara serat dan zat warna, sehingga ketahanan lunturnya sangat ditentukan oleh kekuatan pelapisan zat warna oleh binder.

Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor saja sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut binder/penggikat karena tidak dapat berikatan dengan serat. Unsur-unsur yang terdapat didalam zat warna pigmen antara lain, garam-garam organik, oksida organik, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain. Zat warna ini luntur dalam dimetilformamida pekat dan dimetilformamida 1:1 kecuali untuk zat warna pigmen ftalosianin atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik

Tidak seperti zat warna lainnya yang digunakan pada pencelupan bahan tekstil, maka zat warna pigmen yang tidak mempunyai auksokrom ini digunakan juga untuk mewarnai tekstil. Pada umumnya dilakukan dengan cara pencapan, akan tetapi seringkali juga digunakan untuk mencelup bahan dengan kualitas kasar sampai sedang.

Untuk pencelupan, karena tidak memiliki auksokrom maka tidak dapat digunakan untuk mencelup benang dengan cara exhaust. Untuk mencelup kain digunakan cara padding dan pada umumnya hanya mewarnai pada permukaan saja. Sifat ketahanan lunturnya sangat ditentukan oleh kekuatan pelapisan zat warna oleh binder yang digunakan. Binder ini dapat membentuk lapisan film dengan bantuan asam yang diperoleh dari katalis dan adanya panas pada waktu curing.

(12)

 Tidak larut dalam air  Warnannya cerah

 Memiliki tahan gosok dan tahan cahaya yang kurang (rendah)

 Biasanya digunakan untuk mencelup serat kapas, polyester, dam campuran keduanya

Contoh struktur molekul zat warna pigmen dapat dilihat pada gambar 2.2.7

Gambar 2.2.7 C.I. Pigment Green 37

2) Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Zat warna reaktif yang pertama diperdagangkan dikenal dengan nama Procion. Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa, serat protein seperti wol dan sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini. Selain itu serat poliamida (nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif untuk mendapatkan warna muda dengan kerataan yang baik.

(13)

mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul kecil maka kilaunya baik.

Berikut ini merupakan karakteristik dari zat warna reaktif.

 Larut dalam air

 Memiliki tahan luntur yang baik

 Biasanya digunakan untuk mencelup serat selulosa, protein, dan poliamida  Membentuk ikatan kovalen dengan serat

 Memiliki ukuran molekul yang kecil sehingga kecerahan warnanya tinggi

Contoh struktur molekul zat warna reaktif dapat dilihat pada gambar 2.2.8.

Gambar 2.2.8C.I. Reactive yellow 15

C. ALAT DAN BAHAN Golongan I

1) ALAT

 Tabung Reaksi  Rak Tabung Reaksi  Penjepit Tabung Reaksi  Pipet Tetes

 Pipet Ukur  Filler

 Gelas Kimia  Batang Pengaduk  Pembakar Bunsen  Kaki Tiga Penyangga  Kassa Asbes

(14)
(15)

Golongan III & IV  Kaca Penutup (Cover Glass) 2) BAHAN

 Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3-4 potong untuk setiap kain contoh uji.

 Ditambahkan larutan Amoniak 10% kurang lebih sebanyak 3 mL.  Dididihkan hingga sebagian besar zat warna terekstraksi (luntur).  Contoh uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna.

(16)

 Kapas putih, Wool, dan Akrilat dimasukkan sebanyak 1-2 potong ke dalam larutan ekstrak zat warna tersebut kemudian ditambahkan NaCL sebanyak 5-10 mg.  Dididihkan kira-kira selama 1-2 menit.

 Setelah itu, baik kapas putih, wool, maupun akrilat diambil dan pisahkan dari larutan ekstrak zat warna tersebut.

 Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin lalu dimasukkan ke dalam oven hingga kering.

 Diamati perubahan warnannya.

 Pencelupan kembali kain kapas lebih tua dibandingkan dengan wool dan akrilat menunjukkan zat warna direk.

2) Zat Warna Asam

Apabila dalam uji zat warna direk terjadi pelunturan warna tetapi tidak mencelup kembali kain kapas atau hanya menodai dengan warna yang sangat muda, maka dikerjakan dengan pengujian untuk zat warna asam.

 Larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan Amoniak 10% dinetralkan dengan Asam Asetat 10%.

(Diperiksa dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas pH)  Ditambahkan lagi Asam Asetat 10% sebanyak kurang lebih 1 mL.

 Kapas putih, wool, dan akrilat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tersebut lalu dididihkan selama kira-kira 1 menit.

 Setelah itu, baik kapas putih, woolm maupun akrilat diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna tadi.

 Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.  Dimasukkan ke dalam oven agar kering.

 Diamati perubahan warnanya.

 Pencelupan kembali wool oleh larutan ekstraksi dalam suasana asam menunjukkan adanya zat warna asam.

3) Zat Warna Basa

Apabila dalam uji zat warna direk tidak terjadi pelunturan atau hanya luntur sedikit, maka dilakukan pengujian untuk zat warna basa.

 Masing-masing kain contoh uji dipotong kecil-kecil dengan menggunakan gunting kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

 Asam Asetat Glasial ditambahkan sebanyak kurnag lebih 1 mL.

 Ditambahkan pula air sebanyak 3-5 mL kemudian dididihkan sampai terjadi ekstraksi pada zat warna.

(17)

(Sebaiknya larutan ekstrak zat warna tadi dibagi menjadi dua. Satu bagian untuk pencelupan dan satu bagian lagi untuk uji penentuan).

 Kapas putih, wool, dan akrilat dimasukkan ke dalam larutan ekstrak zat warna kemudian dididihkan selama kurang lebih 2 menit.

 Pencelupan kembali kain akrilat dengan warna tua menunjukkan adanya zat warna basa.

4) Uji Penentuan

 Ditambahkan larutan Natrium Hidroksida 10% kurang lebih sebanyak 3 mL (sampai alkalis) ke dalam larutan ekstrak zat warna.

 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit kemudian ditambahkan larutan eter sebanyak 3 mL.

 Larutan tersebut dikocok dan dibiarkan memisah (larutan ekstrak zat warna di bawah dan eter di atas).

 Lapisan eter kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang lain.  Ditambahkan 1-3 mL Asam Asetat 10% lalu dikocok lagi.

 Pewarnaan kembali lapisan larutan asam tersebut dengan warna yang sama dengan warna asli menunjukkan adanya zat warna basa.

Golongan II

1) Zat Warna Golongan II

 Contoh uji dipotong kecil-kecil dengan menggunakan gunting kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksinya masing-masing.

 Ditambahkan air sebanyak 2-3 mL dan NaOH 10% kurang lebih sebanyak 2 mL.  Dididihkan selama kurang lebih 1 menit.

 Setelah itu ditambahkan Na2S2O4 dan dididihkan kembali selama 1 menit.

 Conton uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna lalu diangin-angin atau dioksidasi dengan udara.

 Warna kembali menunjukkan zat warna golongan II. 2) Zat Warna Belerang

 Contoh uji yang sudah dipotong kecill-kecil dimasukkan ke dalam tabung reaksi.  Ditambahkan air sebanyak 2-3 mL dan juga Natrium Karbonat kemudian

(18)

 Setelah itu, dimasukkan Na2S.

 Dipanaskan kembali selama kurang lebig 1-2 menit sampai mendidih.  Contoh uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna.

 Kemudian dimasukkan kapas putih dan HCl ke dalam larutan ekstrak zat warna tersebut.

 Dididihkan selama kurang lebih 1-2 menit.

 Kapas tersebut kemudian diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna.  Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.

 Setelah tidak licin, dibiarkan terkena udara.

 Kain kapas akan tercelup kembali dengan warna yang sama dengan warna contoh asli tetapi lebih muda.

3) Uji Penentuan I

 Contoh uji dididihkan dalam 3 mL larutan NaOH 10% kemudian dicuci bersih (kurang lebih sebanyak 2 kali dengan menggunakan air mengalir).

 Contoh uji bersih tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan HCl 15% kurang lebih sebanyak 2 mL.

 Dididihkan kurang lebih selama 1 menit.  Setelah selesai kemudian dibiarkan dingin.

 Ditambahkan SnCl2 10% kurang lebih sebanyak 3 mL.

 Kertas Timbal Asetat diletakkan pada mulut tabung (Kertas Pb Asetat = Kertas saring yang dibasahi dengan larutan Pb Asetat 10%).

 Kemudian dipanaskan hingga muncul warna cokelat atau hitam pada tengah-tengah kertas Pb Asetat tersebut.

 Warna cokelat atau hitam pada kertas Pb Asetat menunjukkan zat warna belerang. 4) Uji Penentuan II

 Contoh uji direndam dengan larutan NaOCl 10% selama kurang lebih 5-10 menit.  Zat warna belerang akan rusak dalam waktu 5 menit.

5) Zat Warna Bejana

 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan air kurang lebih sebanyak 2 mL dan NaOH 10% kurang lebih sebanyak 2 mL.

 Dididihkan selama beberapa menit.

 Ditambahkan Na2S2O4 kemudian dididihkan kembali selama 1 menit hingga

larutan ekstrak zat waran terbentuk.

(19)

 Setelah itu, kapas putih dan NaCl dimasukkan ke dalam larutan ekstrak zat warna tadi dan dididihkan selama kurang lebih 2 menit.

 Dibiarkan dingin terlebih dahulu.

 Kain kapas tersebut diambil lalu dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.  Diangin-angin atau dibiarkan terkena udara.

 Kapas tercelup kembali dengan warna contoh asli tetapi lebih muda. 6) Uji Penentuan I

 Contoh uji dimasukkan ke dalam lelehan parafin.

 Setelah itu lelehan parafin diletakkan di atas kertas saring.

 Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna, maka menunjukkan adanya zat warna bejana.

Catatan : Zat warna belerang tidak mewarnai parafin. Golongan III & IV

1) Zat Warna Naftol

 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

 Ditambahkan 1-2 mL Piridina 100% lalu dididihkan kurang lebih selama 1 menit.  Pewarnaan dalam piridina menunjukkan adanya zat warna naftol.

(Sisa piridina dimasukkan ke dalam tempat yang disediakan) 2) Uji Penentuan I

 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

 Ditambahkan 1 mL NaOH 10% dan 3 mL alcohol kemudian dididihkan selama beberapa menit hingga terjadi pelunturan pada contoh uji.

 Ditambahkan Na2S2O4 kemudian dipanaskan atau dididihkan kembali (warna

tereduksi).

 Setelah itu didinginkan.

 Warna rusak menunjukkan zat warna naftol atau reaktif (dengan oksidasi warna akan kembali).

 Ke dalam filtrat (lunturan) ditambahkan kapas putih dan NaCl. Kemudian dididihkan selama kurang lebih 2 menit.

 Kapas berwarna kuning dan berpendar di bawah sinar ultra violet lembayung menunjukkan zat warna naftol.

3) Uji Penentuan II

 Contoh uji dimasukkan ke dalam lelehan lillin parafin.

(20)

4) Zat Warna Pigmen

 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung dan ditambahkan larutan DMF 1 : 1 kurang lebih sebanyak 3 mL.

 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit dan diamati warnanya.

 Setalah itu, sama seperti halnya pengerjaan pada poin 1 dan 2, contoh uji

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan DMF 100% kurang lebih sebanyak 3 mL.

 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit dan diamati warnanya.

 Pewarnaan muda pada larutan DMF 1 : 1 dan pewarnaan tua dalam DMF 100% menunjukkan adanya zat warna pigmen.

5) Uji Penentuan I

 Contoh uji dimasukkan kedalam tabung dan ditambahkan sebanyak 3 mL larutan HCl 1% lalu dididihkan selama 5 menit.

 Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.

 Serat dari kain contoh uji tersebut diambil dan diamati di bawah mikroskop.  Bila terdapat partikel-partikel zat warna pada permukaan serat, menunjukkan zat

warna pigmen dengan zat pengikat. Sedangkan apabila terdapat di seluruh serat menunjukkan zat warna pigmen dengan pemcelupan polimer.

6) Uji Penentuan II

Khusus zat warna pigmen yang berwarna biru. Menunjukkan zat warna pigmen Aleian Biru apabila :

 Contoh uji ditetesi HNO3 pekat maka akan berwarna violet.

 Contoh uji ditetesi H2SO4 pekat maka akan berwarna hijau.

7) Zat Warna Reaktif

 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan DMF 1 : 1 sebanyak 3 mL.

 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit.

 Setelah itu, sama seperti halnya pengerjaan pada poin 1 dan 2, contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan DMF 100% sebanyak 3 mL.

(21)

 Diamati warna kedua larutan ekstraksinya. Apabila ekstraksi DM 1 : 1 terwarnai sangat muda dan ekstraksi DMF 100% tidak terwarnai maka menunjukkan adanya zat warna reaktif.

8) Uji Penentuan I

 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan NaOH 5% kurang lebih sebanyak 3 mL.

 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit.

 Diasamkan dengan menggunakan larutan Asan Sulfat pekat kurang lebih sebanyak 2-3 tetes.

 Serat wool dimasukkan ke dalamnya kemudian dididihkan selama beberapa menit.

 Setelah itu dicuci hingga tidak licin di bawah air mengalir dan diangin-angin agar kering.

 Pewarnaan pada serat wool menunjukkan adanya zat warna reaktif. 9) Uji Penentuan II

 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan (Asam Sulfat 0,2% dan 6 mg Na2SO4) sebanyak 3 mL.

 Dididihkan selama beberapa menit.

 Serat wool dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan tadi lalu dididihkan kembali selama 3 menit.

 Setelah dididihkan, dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.  Diangin-angin hingga kering.

 Pewarnaan pada serat wool menunjukkan adanya zat warna reaktif. 10) Uji Penentuan III

 Conroh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan NaOCl 10% selama kurang lebih 5-10 menit.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

 Penuntuk Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung 1993  https://id.scribd.com/doc/97342471/Pencelupan-Zat-Warna-Bejana-Dan-Belerang

(Sabtu, 16 September 2017 pukul 08.45 WIB)

https://www.academia.edu/9657436/Identifikasi_zat_warna_pd_selulosa (Sabtu, 16 September 2017 pukul 09.25 WIB)

https://www.academia.edu/24914086/LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGUJIAN_DAN_EV

ALUASI_TEKSTIL_II

Gambar

Gambar 2.2.1 C.I. Direct Blue 95
Gambar 2.2.2 C.I. Acid Brown 87
Gambar 2.2.3 C.I. Basic Brown 5
Gambar 2.2.4 C.I. Vat Green 3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.. Pada

Jumlah total dissolve solid pada boiler harus kecil yaitu dibawah 2000 ppm sehingga harus diinjeksikan phospat (PO4 - ) yang berguna untuk mengikat zat-zat padat yang

Daun lengkap memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,