LAPORAN PRAKTIKUM
ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE
Dosen pengampu
: Dr. Netty Ermawati, SP
Teknisi
: Bpk. Frengky
Bu. Novita
Disusun oleh:
Kelompok 3
Khayan Atmawijaya
NIM : A41170426.
Divanda Rifka R.F .
NIM : A41170408.
M. Dzulkifli
NIM : A41170375.
Fery Fajri M.H.
NIM : A41170427.
Muh Ali Khusen A.
NIM : A41170355.
Mita Septi Ekasari
NIM : A41170458.
Rizal Maulana I.
NIM : A41170422.
PROGAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dasawarsa terakhir ini, pemakaian enzim yang sifatnya efisien, selektif, mengkatalisis reaksitanpa produk samping dan ramah lingkungan meningkat pesat. Industri enzim telah berkembang pesat dan menempati posisi penting dalam bidang industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta lingkungan, menjadikan teknologi enzim sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi dalam bidang industri Amilase merupakan enzim yang menghidrolisis molekul pati untuk menghasilkan produk bervariasi, salah satunya yaitu dekstrin. Enzim ini memiliki peranan penting pada aplikasi industri dan bioteknologi, diantaranya pada industri makanan, tekstil, dan kertas Amilase didapatkan dari berbagai macam sumber, seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Mikroorganisme adalah sumber enzim yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan tanaman dan hewan. Sebagai sumber enzim, mikroorganisme lebih menguntungkan karena lebih cepat tumbuh sehingga diharapkan produksi enzim dapat berlangsung dalam waktu yang relatif singkat.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses hidrolisis oleh enzim pada biji yang dikecambahkan.
2. Mahasiswa dapat mengatahui pengaruh suhu dan pH pada proses hidrolisis oleh enzim.
BAB 2 DAFTAR PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Suhu lingkungan sangat mempengaruhi mikroorganisme, seperti halnya untuk semua organisme yang lain. Mikroorganisme biasanya rentan karena suhu mereka bervariasi pada lingkungan eksternal. Faktor paling penting yang mempengaruhi adalah pengaruh suhu pada pertumbuhan, dimana sensitivitas temperatur pada reaksi enzim-katalis. Setiap enzim memiliki suhu dalam fungsi optimal. Pada beberapa suhu di bawah optimal, menjadikan proses katalik berhenti. Kenaikan suhu dari suhu rendah, tingkat kenaikan katalisis yang teramati sama untuk suhu yang optimal. Kecepatan reaksi kira-kira akan berlipat ganda untuk setiap kenaikan 10 °C suhu (Prescott et al., 2008: 136).
Sel-sel mikroba tidak dapat mengontrol suhu mereka dan karena itu menganggap suhu lingkungan sebagai habitat alami mereka. Kelangsungan hidup mikroba tergantung pada kemampuan beradaptasi pada berbagai variasi suhu yang ditemui di habitanya. Suhu kisaran untuk pertumbuhan mikroba dapat dinyatakan sebagai tiga suhu kardinal. Suhu minimum adalah suhu terendah yang memungkinkan metabolisme mikroba dan di bawah suhu tersebut aktivitasnya terhambat. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi dimana pertumbuhan dan metabolisme dapat dilanjutkan. Jika suhu naik atas maksimum, pertumbuhan akan berhenti, tapi jika terus naik melampaui titik itu, enzim dan asam nukleat akhirnya akan menjadi permanen tidak aktif atau dikenal sebagai denaturasi, dan sel akan mati. Berdasarkan hal tersebut diketahui mengapa panas bekerja dengan baik sebagai agen untuk mengendalikan mikroba. Suhu optimum mencakup rentang kecil, menengah antara minimum dan maksimum, yang menunjukkan tingkat tercepat pertumbuhan dan metabolisme (Kathleen, 2005: 201).
optimal pada kisaran suhu 50-65 °C. Termofilik ekstrim memiliki suhu optimal lebih dari termofil, dan dapat bertoleransi pada suhu lebih dari 100 °C.
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 13 November 2017 pukul 13.00 sampai 15.00 WIB di Laboratorium Biosains Politeknik Negeri Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1Alat yang di gunakan praktikum:
Mortar dan alu
Sentrifus
Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
Ependoft
3.2.2Bahan yang di gunakan pratikum:
Kacang hijau berkecambah 24 jam
HCL
Buffer Asetat
Iodin
Enzim
3.3 Prosedur kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang di butuhkan
Mengambil 3 gram sampel kacang hijau lalu di gerus menggunakan mortar sampai halus
Memberi buffer asetat dengan PH 5,5
Menghomogenkan sampel dengan di kocok manual dan di masukan ke dalam falcon tube
Memasukan falcontube yang berisi sampel ke dalam sentrifus dalam jangka waktu 10 menit
Mengambil supernatant masing-masing 0,5 ml, lalu membagi menjadi 4 pelakuan atau 4 tabung yaitu :
o Tabung pertama di inkubasi pada suhu ruang 10 menit
o Tabung ke 2 diinkubasi pada suhu 50oC dengan waktu 10 menit
o Tabung ke 3 diinkubasi pada suhu 100oC dengan waktu 10 menit
o Tabung ke 4 hanya ditambah HCl 5N, 2 tetes
Masing masing tabung di beri 0.5 ml subtrat dan 0.5 ml enzim
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Kecepatan Enzim Amilase dalam menghidrolisis Pati Perlakuan dan
4.1.2 Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Aktivitas Amilase
Ket Notasi: --- : warna biru
--+ : warna biru kecoklatan iodin,perbandingan dari 4 perlakuan dengan masing – masing sampel yang sama tetapi berbeda dalam perkecambahan. Pada biji kering suhu normal kecepatan enzim amilase dalam menghidrolisis pati tidak terjadi perubahan warna hingga suhu 50oC. Hal ini dibuktikan pada
pengaruh suhu dan PH terhadap aktivitas amilase suhu normal hingga 50oC yang tetap berwarna
kuning/bening. Namun,pada suhu 100oC dan pemberian HCl kecepatan enzim amilase dalam
menghidrolisis pati mulai mengalami perubahan yang buktikan dengan perubahan warna biru kecoklatan. Pada biji yang direndam semalaman suhu normal dan 50oC kecepatan enzim amilase
dalam menghidrolisis pati mulai menunjukkan aktivitas yang dibuktikan dari mulai terjadi sedikit perubahan warna pada menit 0 sampai 5 tetapi hingga menit 10 tidak menunjukkan terjadi perubahan warna. Hal ini mengindikasikan bahwa enzim tidak dapat bekerja dengan sempurna pada suhu normal dan 50oC, namun data tersebut seharusnya mencantunkam bahwa pada suhu
kecepatan enzim amilase dalam menghidrolisis pati mulai menunjukkan sedikit perubahan warna dari setiap menitnya. Pengaruh suhu dan PH terhadap aktivitas amilase pada suhu 100oC mulai
mengalami perubahan biru kecoklatan dan pada sampel yang diberi larutan HCl mengalami perubahan warna biru yang menunjukkan bahwa enzim tidak dapat bekerja pada suhu 100oC dan
larutan HCl. Pada biji yang dikecambahkan selama 24 jam data menunjukkan terhadap kecepatan enzim amilase dalam menghidrolisis pati mengalami perubahan warna dari bening menjadi biru baik mulai dari suhu normal hingga pemberian larutan HCl. Sehingga biji yang dikecambahkan selama 24 jam tidak dapat bekerja dengan baik pada suhu normal,suhu 50oC,suhu 100oC, dan larutan HCl. Perlakuan pada biji yang dikecambahkan selama 48 jam
terhadap kecepatan enzim amilase dalam menghidrolisis pati tidak mengalami perubahan warna pada suhu normal dan suhu 50oC yang dibuktikan terhadap pengaruh suhu dan PH terhadap
aktivitas amilase yang menunjukkan sampel masih berwarna kuning/bening. Namun, pada suhu 100oC dan pemberian larutan HCl menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi biru yang
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa aktivitas enzim bila bekerja dengan baik maka larutan akan semakin bening, karena telah terhidrolisis secara sempurna, sengkan apabila enzim kurang bekerja secara maksimal, maka larutan akan berwarna lebih gelap, karena tidak dapat terhidrolisis secara sempurna. Sifat kerja enzim sangat di pengaruhi oleh pengaruh suhu,konsentrasi, dan pH. Semakin tinggi suhu dan semakin asam larutan maka akan merusak kerja enzim yang tidak dapat terhidrolisis.
5.2 Saran