• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERATURAN TERAPI RUMATAN METADON DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM) PUSKESMAS MANAHAN SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERATURAN TERAPI RUMATAN METADON DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM) PUSKESMAS MANAHAN SURAKARTA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERATURAN TERAPI RUMATAN METADON DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON

(PTRM) PUSKESMAS MANAHAN SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh : Ghea Sugiharti J 500 080 106

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA 2012

(2)

ABSTRACT

Ghea Sugiharti

The relationship between depression level with the consistent metadon maintenance therapy at consistent Metadon Maintenance Therapy Program (MMTP) public healt Service Manahan Surakarta

Faculty of medicine of Muhammadiyah University Surakarta

Metadon Maintanance Therapy Program (MMTP) is one of program the program that reduces disadvantage caused by injected drugs using the substitution therapy with Metadon in liquid form as oral medicines. The symptomps of a depression is anhedonia, anergia, and depressive affect. The purpose of this research to find out relationship between depressive level and the consistent Metadon Maintanance Therapy at the Metadon maintenance Therapy Program at the public healt service Manahan Surakarta.

The research design which is used is analysis description by cross sectional approaches with chi square data analysis test. By using total sampling the number of respondent is 34 persons concict of 17 respondendt who are treated in consistent therapy and 17 respondent are not treated in consistent therapy.

Among the above mentioned respondet who are treated in consistent therapy, there are 7of them suffered the form depression among respondent who are not treated in consistent therapy there are 14 persons who suffered fcrom depression.

There are 14 respondent who are not treated in consistent therapy suffered from depression and 10 respondent who are treated in consistent therapy are not suffered from depression, 3 respondent who are not treated in consistent therapy are not suffered from depression. An analysis test shows 0,390 contingency coefficient with is 0,013. Significance and obtains a comparison of counted Chi-Square > Chi-Square table (6,10 > 5,34) so the Ho is rejected. The conclution is that there is low corelation between the depression level and consistent metadon maintenance therapy. This case is related to the limited number of metadon maintenance therapy patients at the MMTP clinic public healt service Manahan Surakarta.

(3)

ABSTRAK

Ghea Sugiharti

Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Keteraturan Terapi Rumatan Metadon di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah satu program pengurangan dampak buruk dari penggunaan narkoba suntik (Harm reduction) menggunakan terapi subtitusi dengan metadon dalam sediaan cair dengan cara diminum. Gejala depresi adalah anhedonia, anergia, dan afek depresif. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon di klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan uji analisis data Chi-Square.

Dengan menggunakan total sampling, jumlah responden dalam penelitian ini adalah 34 orang, terdiri dari 17 orang responden teratur dan 17 orang responden tidak teratur terapi. Dari jumlah tersebut responden yang teratur terapi tapi mengalami depresi sebanyak 7 orang, responden yang tidak teratur terapi dan mengalami depresi sebanyak 14 orang, responden yang teratur terapi dan tidak mengalami depresi sebanyak 10 orang, responden yang tidak teratur terapi namun tidak mengalami depresi sebanyak 3 orang.

Dari hasil uji analisis didapatkan koefisien Contingency sebesar 0,390 dengan signifikansinya sebesar 0,013 dan diperoleh perbandingan Chi-Square hitung > Chi-Square tabel (6.10>5.34), maka Ho ditolak. Kesimpulannya terdapat hubungan yang lemah antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon. Ini berhubungan dengan terbatasnya jumlah pasien terapi rumatan metadon di Klinik PTRM Puskesmas Manahan dalam penelitian.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Depresi termasuk kendala kesehatan dunia karena telah mempengaruhi sekitar 121 juta orang di seluruh dunia dan telah menjadi salah satu faktor utama kecacatan di seluruh dunia (WHO, 2010). Depresi merupakan penyakit “seluruh tubuh” yang tidak hanya melibatkan tubuh tetapi juga suasana hati dan fikiran. Kasus ini dapat berpengaruh pada pola makan dan tidur, serta penilaian terhadap diri sendiri (Franklin, 2003).

Gangguan depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Prevalensi gangguan depresi pada populasi dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health Organization tahun 2007 menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, bahwa di Indonesia prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan deperesi tercatat sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang lebih sebanyak 150.000.000 jiwa. Jadi terdapat 1.740.000 jiwa yang saat ini telah mengalami gangguan mental emosional (Depkes RI, 2010). RISKESDAS Jawa Tengah menunjukkan bahwa prevalensi masalah kesehatan jiwa di Provinsi Jawa Tengah sebesar 12% (Dinkes Jateng, 2007).

Tabel I.1

Prevalensi gangguan kesehatan jiwa Kota / kabupaten Prevalensi

Banjarnegara 30,5%

Surakarta 11,3%

Kudus 2,5%

(Dinkes Jateng, 2007)

Depresi tidak hanya dialami oleh orang pada umumnya, tetapi juga seringkali dialami oleh pasien ketergantungan opioid. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat perubahan prilaku dan kenaikan angka depresi pada pasien ketergantungan opioid yang belum pernah mendapatkan terapi rumatan. Banyak kepustakaan mengenai penyalahgunaan zat menyebutkan bahwa sekitar 90% orang yang menyalahgunakan zat menderita gangguan psikiatrik, dan yang tersering adalah gangguan depresi. Deykin et al dalam penelitiannya di tahun 1992 yang mengikutsertakan 233 partisipan yang dirawat karena ketergantungan zat, menemukan bahwa 24,7% diantaranya memenuhi kriteria DSM IIIR untuk depresi ( Kandouw dkk, 2007 ).

Di Indonesia narkotika dibedakan menjadi tiga golongan. Golongan 1 adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

(5)

dan dilarang penggunaannya oleh pemerintah. Contohnya kokain, ganja, heroin, dan opium. Golongan 2 adalah narkotika yang digunakan untuk pengobataan sebagai pilihan terakhir. Contohnya metadon dan morfin. Sedangkan golongan 3 adalah narkotika yang banyak digunakann untuk pengobatan dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan yang sangat dilegalkan pemerintah. Contohnya kodein (Kepmenkes RI no.350, 2008)

Heroin adalah narkotika golongan 1. Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan sebutan putauw. Heroin didapatkan dari pengeringan ampas bunga opium. Penggunaannya sangat dilarang oleh pemerintah karena memiliki potensi sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan (Kepmenkes RI no.350, 2008)

Metadon adalah narkotika golongan 2 yang merupakan salah satu terapi rumatan yang efektif menurunkan skala depresi pada pasien ketergantungan opioid. Terapi rumatan subtitusi metadon di Indonesia baru diterapkan pada bulan Januari 2003 di klinik metadon RSKO Jakarta dan pada bulan Februari 2003 di klinik metadon RS Sanglah Bali ( Utami dkk, 2008 ). Di Surakarta, klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) sudah dimulai sejak tahun 2009 oleh wali kota Surakarta (Depkes Jateng, 2009).

Program layanan kesehatan PTRM bagi penyalahguna narkoba suntik (Penasun) di Manahan Surakarta, telah mulai dibuka pelayanannya pada bulan Oktober 2009, namun baru diresmikan pada hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2009. Di klinik PTRM puskesmas Manahan telah tercatat 45 orang penasun mengikuti terapi ini dan sampai dengan Januari 2010 sudah 31 orang penasun secara rutin datang ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan terapi metadon (www.dinkesjatengprov.go.id, diakses tanggal 16 maret 2011).

Dengan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon. Penelitian ini ditujukan untuk pasien terapi rumatan di klinik PTRM Puskesmas Manahan Surakarta.

B. Rumusan masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon di klinik PTRM Puskesmas Manahan?

C. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui adakah hubungan tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon di klinik PTRM Puskesmas Manahan.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

Bagi pemangku kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa, penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan tentang pentingnya keteraturan terapi metadon dan metode dalam penanganan pasien ketergantungan opioid yang mengalami depresi.

2.

Manfaat praktis

Memberi informasi tambahan tentang hubungan tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon khususnya di klinik PTRM Puskesmas Manahan.

(6)

Bab II

Metode Penelitian

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di klinik PTRM puskesmas Manahan dan pengambilan data dilakukan selama bulan Agustus sampai dengan September tahun 2011.

C. Subyek penelitian

Pasien terapi rumatan di klinik PTRM puskesmas Manahan. 1. Kriteria inklusi :

a. Tingkat pendidikan minimal SMP b. Tidak dalam keadaan sakau

c. Pasien teratur terapi rumatan metadon di PTRM puskesmas Manahan yang paling tidak kurang dari dua hari berturut turut tidak meminum metadon.

2. Kriteria eksklusi :

a. Pasien yang telah tiga hari berturut-turut dalam catatan rekam medik tidak patuh untuk meminum metadon

b. Gangguan jiwa berat

c. Masih menggunakan opioid berdasarkan keterangan pemeriksaan dokter di klinik PTRM puskesmas Manahan.

D. Desain pencuplikan (Sampling Design)

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

E. Besar sample

Untuk menentukan besarnya estimasi sample digunakan rumus penelitian analitik kategorik tidak berpasangan (Sopiyudin, 2010):

Keterangan : Zα = deviat baku α Zβ = deviat baku β

P1 = proporsi kelompok judgement peneliti Q1 = 1 – P1

(7)

Q2 = 1 – P2

P1 – P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P = proporsi total (P1 + P2)/2

Q = 1 – P

Dengan data sebagai berikut :

Zα = 1,96 ; Zβ = 0,84 ; P = 0,6 ; Q = 0,4 ; P1 = 0,7 ; P2 = 0,5 ; P1-P2 = 0,2

92,8 (dibulatkan menjadi 93)

Dari data tersebut diatas dapat diketahui estimasi besar sample sebesar 93. F. Variabel penelitian

1. Variabel bebas : Keteraturan terapi metadon 2. Variabel tergantung : Tingkat depresi

G. Definisi operasional variabel 1. Variabel bebas

Keteraturan terapi metadon a. Definisi :

Keteraturan tahapan terapi yang harus di jalankan oleh pasien terapi rumatan metadon

b. Skala pengukuran : nominal Pembagian :

- Teratur : kurang dari dua hari tidak meminum metadon

- Tidak teratur : tiga hari berturut-turut tidak meminum metadon Alat ukur :

Rekam medik pasien

2. Variabel tergantung Tingkat depresi

a. Definisi :

Tingkat depresi adalah derajat depresi yang dialami oleh pasien. b. Skala pengukuran : nominal

(8)

Pembagian :

- Skor 0-16 = tidak adanya depresi - Skor 17-63 = depresi

Alat ukur :

Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)

H. Kerangka penelitian

(

Sampel pasien terapi rumatan metadon

Teratur terapi Tidak teratur

terapi

Kuesioner BDI

Purposive sampling

Analisis data

SPSS 17 Populasi pasien terapi

rumatan metadon

(9)

I. Analisis data

Hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon dianalisis menggunakan uji Chi-Square

J. Jadwal penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan dengan jadwal sebagai berikut :

No. Kegiatan Bulan

I II III IV V VI 1. Penyusunan proposal usulan penelitian 2. Seminar proposal usulan penelitian 3. Persiapan alat dan bahan penelitian 4. Pelaksanaan penelitian 5. Analisis data 6. Penyusunan laporan 7. Seminar hasil penelitian

(10)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian

1. Gambaran umum dan lokasi penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani program terapi rumatan metadon di klinik PTRM Puskesmas Manahan. Klinik PTRM Puskesmas Manahan diresmikan pada tanggal 1 Desember 2009 bertepatan dengan hari AIDS sedunia (Dinkes Jateng, 2007).

Pasien yang tercatat di klinik PTRM Puskesmas Manahan pada awal pembukaan sebanyak 29 orang. Pada Januari 2010 tercatat 31 orang penasun secara rutin datang untuk mendapatkan pelayanan terapi rumatan metadon. Dari semenjak awal aktifnya pelayanan hingga tahun 2011 telah tercatat sebanyak 34 pasien telah menjalani program rumatan metadon ( Profil Puskesmas Manahan, 2011).

Tempat pelayanan Klinik PTRM terletak disebelah barat Puskesmas, semula tempat ini merupakan rumah dinas perawat yang tidak digunakan, kemudian diubah menjadi klinik PTRM. Akses masuk ke klinik ini terpisah dengan pasien umum, sehingga memudahkan bagi penasun untuk datang dan mendapatkan pelayanan di Klinik PTRM. Jadwal pelayanan PTRM dapat di akses setiap hari, tanpa terkecuali hari libur. Hal ini memudahkan penasun untuk mendapatkan pelayanan setiap hari dengan meminum metadon dan pemeriksaan dokter. Klinik PTRM Puskesmas Manahan memiliki unit farmasi yang bertugas memberikan metadon yang harus di minum oleh pasien dan unit pengawasan yang mengawasi pasien saat melakukan terapinya. Pengawasan pasien saat terapi biasanya di lakukan oleh petugas puskesmas atau dokter yang juga mengontrol pemberian dosis pada pasien (Profil Puskesmas Manahan, 2011).

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2011 di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta. Dalam dua bulan penelitian di dapatkan pasien yang terdaftar di klinik PTRM puskesmas Manahan hanya sebesar 34 orang sehingga pada akhirnya penulis menggunakan tehnik pengambilan sample total sampling. Pasien yang tercatat di klinik PTRM Puskesmas Manahan Surakarta mayoritas terdiri dari pasien pria yaitu sebanyak 33 orang sedangkan pasien wanita hanya 1 orang. Sebagian besar pasien berlatar belakang pendidikan SMA dan mayoritas bekerja sebagai wirausaha (Profil Puskesmas Manahan, 2011).

2. Deskripsi variabel-variabel hasil penelitian a. Berdasarkan jenis kelamin

Tabel IV.1

Deskripsi berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki – laki 33 97

(11)

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 33 orang (97%), dan yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 1 orang (3%).

b. Berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel IV.2

Deskripsi berdasarkan tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase

S1 2 5.8

SMA 32 94.2

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan memperlihatkan responden yang berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 32 orang (5.8%) sedangkan responden yang berlatar belakang pendidikan S1 sebanyak 2 orang (94.2%). Artinya seluruh responden pada penelitian ini telah menjalani wajib belajar 9 tahun.

c. Berdasarkan status pernikahan

Tabel IV.3

Deskripsi berdasarkan status pernikahan.

Status Pernikahan Jumlah Persentase

Menikah 20 58.8

Tidak menikah 14 41.2

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan memperlihatkan responden yang berstatus telah menikah sebanyak 20 orang (58.8%) sedangkan responden yang berstatus tidak menikah sebanyak 14 orang (41.2%).

d. Berdasarkan status pekerjaan

Tabel IV.4

Deskripsi berdasarkan status pekerjaan.

Status pekerjaan Jumlah Persentase

Bekerja 16 47.1

(12)

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan memperlihatkan responden yang saat ini memiliki pekerjaan sebanyak 16 orang (47.1%) sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 18 orang (52.9%)

3. Deskripsi hasil penelitian

a. Berdasarkan ada atau tidaknya depresi Tabel IV.5

Deskripsi tentang ada tidaknya depresi pada responden.

Status Depresi Jumlah Persentase

Depresi 21 orang 61.8

Tidak depresi 13 orang 38.2

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan memperlihatkan responden yang mengalami depresi berjumlah 21 orang (61.8%), dan yang tidak mengalami depresi sejumlah 13 orang (38.2%).

b. Berdasarkan hubungan depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon Tabel IV.6

Deskripsi hubungan antara depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon.

Status Depresi Teratur Tidak teratur Jumlah Persentase

Depresi 7 14 21 61.8

Tidak depresi 10 3 13 38.2

Jumlah 17 17 34 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan responden yang mengalami depresi tetapi teratur terapi sebanyak 7 orang, responden yang mengalami depresi tetapi tidak teratur terapi sebanyak 14 orang, responden yang tidak mengalami depresi dan teratur dalam terapi sebanyak 10 orang, responden yang tidak mengalami depresi tetapi tidak teratur terapi sebanyak 3 orang.

(13)

B. Analisis hubungan tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon di klinik PTRM Puskesmas Manahan Surakarta

1. Tabulasi Silang Keteraturan Terapi dengan Tingkat Depresi Tabel IV.7

Tabel tabulasi silang hubungan antar keteraturan dengan tingkat depresi.

Uji yang memenuhi untuk table 2x2 diatas adalah uji Chi-Square karena pada sel terdapat nilai expected yang lebih dari lima.

2. Hasil analisis hubungan tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon Tabel IV.8

Hasil analisis hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon.

Status Depresi Teratur Tidak teratur KK P Value

Depresi 7 14

Tidak depresi 10 3 6.103 0.39 0.013

Jumlah 17 17

Variabel depresi pada tabel diatas menunjukan nilai signifikansi sebesar 0.013 dengan nilai Chi-Square sebesar 6.103. karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak. Karena nilai koefisien kontingensi 0.39 dapat diketahui bahwa terdapat korelasi yang lemah antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi, kemungkinan hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah pasien terapi rumatan metadon yang menjadi responden dalam penelitian ini yang hanya berjumlah 34 responden. Namun jika dilihat dari angka signifikansinya sebesar 0.013 dan lebih kecil dari 0.05 ini bermakna bahwa ada hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi metadon di klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan.

Status Keteraturan Depresi Tidak Depresi Jumlah

teratur Count 7 10 17

Expected 10.5 6.5 17.0

tidak teratur Count 14 3 17

Expected 10.5 6.5 17.0

Jumlah Count 21 13 34

(14)

C. Rasio Prevalensi

Tabel IV.9

Tabel 2x2 rasio prevalensi

Status Depresi Teratur Tidak teratur Jumlah Depresi (+) 7 (A) 14 (B) 21 (A+B) Tidak depresi (-) 10 (C) 3 (D) 13 (C+D) Jumlah 17 (A+C) 17 (B+D) 34 (N) Dengan menggunakan tabel 2x2 maka rasio dapat dihitung dengan formula berikut :

RP = A/(A+B) : C/(C+D) interpretasi hasil :

1. RP=1 (faktor resiko tersebut tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek) 2. RP >1 (variable tersebut merupakan factor resiko terjadinya penyakit) 3. RP<1 (factor resiko yang diteliti justru mengurangi penyakit)

Hasil :

RP = a/(a+b) : c/(c+d) = 7/(7+14) : 10/(10+3) = 3 : 1.3

= 2.3

Hasil penghitungan rasio prevalensi berjumlah 2.3 menunjukan interpretasi hasil yaitu lebih besar dari 1 maka hal ini berarti ketidak teraturan terapi rumatan metadon merupakan faktor resiko terjadinya depresi pada responden.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris apakah terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon di klinik PTRM Puskesmas Manahan Surakarta. Karena jumlah pasien di klinik PTRM Puskesmas Manahan Surakarta sebanyak 34 orang, maka tehnik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah total sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, hasilnya sesuai dengan landasan teori dan pada uji hipotesis, yaitu didapatkan adanya hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon di klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta.

Hasil dari pengolahan data dengan uji beda Chi-Square dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 18 for Windows menunjukan koefisien kontingensi yaitu sebesar 0.39 dari angka tersebut dapat diketahui bahwa terdapat korelasi yang lemah antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi, hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah responden sehingga perbandingannya lebih sempit. Sedangkan untuk signifikansinya didapatkan angka probabilitas sebesar 0.013 dari angka probabilitas tersebut dapat diketahui bahwa korelasi tersebut berkorelasi secara signifikan oleh karena angka tersebut dibawah 0,05. Diperoleh pula

(15)

Chi-Square hitung sebesar 6.10 dan Chi-Chi-Square tabelnya sebesar 5,34. Oleh karena Chi-Chi-Square hitung > Chi-Square tabel (6.10>5.34), maka Ho ditolak. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon di klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta. Hasil penghitungan rasio prevalensi berjumlah 2.3 hal ini menunjukan interpretasi hasil yang lebih besar dari 1 maka ini berarti ketidak teraturan terapi rumatan metadon merupakan faktor resiko terjadinya depresi pada responden.

Depresi merupakan suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai dengan hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien depresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi dan hilangnya nafsu makan, serta pikiran tentang kematian atau bunuh diri (Maramis, 2003)

Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat perubahan prilaku dan kenaikan angka depresi pada pasien ketergantungan opioid yang belum pernah mendapatkan terapi rumatan metadon dan yang tidak teratur menjalankan terapi. Makinlama seseorang menyalahgunakan zat, makin lama pula ia harus menanggung segala masalah dan akibat dari kebiasaannya tersebut sehingga akan makin mudah menderita gangguan depresi (Kandouw, 2007).

Depresi yang diderita oleh pasien terapi rumatan metadon merupakan masalah yang perlu diperhatikan secara serius, karena jika tak dikenali dan ditatalaksana dengan baik, maka depresi yang muncul akibat ketidak teraturan terapi rumatan selanjutnya akan dapat menjadi salah satu alasan untuk mengulangi kebiasaannya, dengan tujuan mengobati diri sendiri dari nyeri atau sakit yang dirasakan (Kandouw, 2007).

Terapi metadon adalah salah satu terapi bagi pengguna heroin untuk mengatasi masalah yang ditimbulkannya. Program terapi metadon dilakukan dalam jangka panjang karena itu disebut Program Rumatan Metadon (PRM) mengingat pasien perlu mengubah kebiasaan penggunaan yang memerlukan pembiasaan hidup sehat dalam jangka panjang (Depkes RI, 2007).

Ketidak teraturan terapi pasien yang kemudian menyebabkan naiknya tingkat depresi tersebut berawal dari rasa bosan pasien terhadap panjangnya rangkaian terapi rumatan metadon yang membutuhkan waktu lama, kemudian muncul perasaan ragu terhadap keberhasilan terapi rumatan metadon sehingga hal ini mendorong pasien untuk cenderung tidak teratur menjalankan terapi dan akhirnya kembali menggunakan heroin. Selain itu gejala ketergantungan akan lebih sering muncul karena ketidak teraturan terapi yang di jalankan pasien, dan mempengaruhi semangat pasien untuk kembali sembuh. Hal inilah yang mencetuskan kenaikan tingkat depresi pada pasien rumatan yang tidak teratur menjalankan terapi rumatan metadon (Kandouw, 2007)

Pada tahapan terapi rumatan metadon apabila pasien kurang mampu mengambil keputusan hal ini seringkali diterjemahkan sebagai Denial dan atau resisten. Denial merupakan mekanisme defensif yang seringkali menghambat pemulihan. Denial berada dalam alam bawah sadar, tujuannya adalah agar pasien membebaskan diri dari konflik emosional dari dalam dirinya. (Depkes RI, 2007).

Resistensi adalah dimana pasien melakukan anti terapeutik. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari perasaan tak nyaman dan perasaan bersalah. Resistensi juga merujuk pada keadaan yang tak termotivasi. Resistensi dan denial menghambat keberhasilan terapi dan terlihat pada keadaan pasien yang tak termotivasi (Depkes RI, 2007).

Ada beberapa faktor dalam perubahan perilaku antara lain tahapan perilaku prakontemplasi, kontemplasi, preparasi, aksi dan rumatan. Pada tahap prakontemplasi klien datang ke layanan terapi hanya untuk menyenangkan keluarga saja, bukan untuk merubah

(16)

perilaku penggunaannya. Pada tahap kontemplasi pasien telah mulai memikirkan perubahan perilaku namun belum bergerak kearah perubahan tersebut. Pada tahap persiapan klien berencana memulai perubahan dalam waktu dekat dan dalam banyak kasus telah pasien mempelajari betapa berharganya berubah dan belajar dari kesalahan orang lain. Saat mulai menapaki tahap bertindak pasien berupaya dan menunjukan perubahan perilaku dan lingkungan yang mempengaruhinya dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapinya. Saat telah menginjak tahap rumatan pasien akan mempertahankan perilaku yang telah berhasil dirubahnya dalam tahap tindakan dan menghindarkan diri dari kekambuhan (Depkes RI, 2007).

Dalam pelaksanaan penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan penelitian antara lain 1. Penelitian ini hanya terpusat pada satu klinik PTRM.

2. Sedikitnya jumlah pasien di Klinik PTRM Puskesmas Manahan sehingga cakupan dan perbandingannyapun tidak terlalu luas.

(17)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan di klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta bahwa

1. Ada hubungan antara tingkat depresi dengan keteraturan terapi rumatan metadon.

2. Pasien yang tidak teratur menjalani terapi rumatan metadon mempunyai kecenderungan tingkat depresi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien yang teratur menjalankan terapi rumatan metadon.

B. Saran

1. Bagi pemerintah selaku pemangku kebijakan agar dapat menerapkan pembinaan dan pengawasan bagi penyalahguna narkoba suntik untuk mulai menjalani program terapi rumatan metadon.

2. Bagi pengelola klinik Program Terapi Rumatan Metadon diharapkan untuk lebih mengoptimalkan program konseling untuk mengurangi depresi pada pasien terapi rumatan metadon.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktek. Edisi revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Beck, AT. 1985. Depression causes and treatment. Philadelphia. University of Pensylvania Press.

Dahlan, S. 2010. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Depkes RI. 2007. Pharmaceutical care untuk penderita gangguan depresif.

http://tunggulpharmacist.files.wrdpress.com/2010/03/pharmaceutical care untuk pasien depresi.pdf . Diakses pada 10 maret 2011.

Depkes RI. 1993. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta : Depkes.

Depkes RI. 2007. Modul dan kurikulum pelatihan program terapi rumatan metadon. Jakarta. Depkes RI. 2010. Kesehatan jiwa sebagai prioritas Global. http://depkes.go.id/index.php/

component/content/article/37 infokesehatan/52 kesehatan jiwa sebagai prioritas global.html Diakses pada 10 maret 2011.

Dinkes Jateng. 2007. Riset kesehatan dasar provinsi Jawa Tengah www.dinkesJatengprov.go.id /download/mi/riskesdas_Jateng 2007.pdf . Diakses pada 4 april 2011.

Franklin, DJ. 2003. Psychology information. http://www.psycologyinfo.com/depression/ description.html. Diakses pada 10 maret 2011.

Hawari, DH. 1988. Manfaat pemeriksaan LMMPI sebagai penunjang / pelengkap diagnosi klinik ciri / gangguan kepribadian ( Aziz 2, PPDGJ-II ) bagian I dalam majalah psikiatri tahun XXI No. 4 desember 1988.

Iskandar, Y. 1984. Stres, anxietas, dan penampilan. Edisi I. Jakarta: Dharma Graha Press.

Japardi, I. 2002. Efek neurologis pada penggunaan heroin (putauw). http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/1979/1/bedah-iskandar%20japardi9.pdf. Diakses tanggal 08 Agustus 2011.

Kandouw, A. Kandouw, JES. Elvira, DS. Ariawan, I. 2007. Proporsi gangguan depresi pada penyalah gunaan zat yang menjalani rehabilitasi di RS Marzoeki Mahdi. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/156_08proporsi gangguan derpresi penyalahguna.html. Diakses pada 4 april 2011.

Kaplan, HI. Benjamin, JS. Jack, AG. 2010. Gangguan mood.dalam:sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatrik. Edisi 7.Jilid 1.Jakarta : Binarupa Aksara. Halaman 777-833.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 350/MENKES/SK/IV/2008 tentang Penetapan rumah sakit dan satelit uji coba pelayanan terapi rumatan metadon serta pedoman program terapi rumatan metadon.

Maramis, A. 2003. Depresi dalam : penanganan depresi dan anxietas di pelayanan primer. Surabaya : Indopsy. Halaman 20-22.

Maramis, WF. 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga Univerity Press. Halaman 237.

Nevi, A. 2009. Terapi metadon cegah penularan HIV AIDS pada penasun. www.dinkes Jateng prov.go.id. Diakses pada 16 maret 2011.

Preston, A. 2006. Buku saku metadon. Jakarta.

Purba, JS. 2006. Peran neuroendokrin pada depresi. Jurnal kedokteran dan farmasi dexa medica No.3, Vol. 19. Juli-September. Hal 123-125. http://www.dexa

(19)

medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_juli-sept2006.pdf. Diakses pada 16 maret 2011.

Sastroasmoro, S. Ismail, S. 2010. Dasar – dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.

Somar, L. 2001. Rehabilitasi pecandu narkoba. Jakarta : PT. Grasindo. Sugiyono. 2007. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Utami, SD. Sarasvita, R. Isfandari, S. Hanati, IN. Asril, A. Mardiati, R. 2008. Program terapi rumatan metadon di Indonesia pada tahap uji coba 2003-2005. http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/081824.pdf. Diakses pada 10 maret.

WHO. 2010. Depression. http://www.who.int/mentalhealt/management/depression/definition/en/ Diakses pada 10 maret 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Sekolah Luar Biasa bagian B di Manado sangat dibutuhkan oleh anak-anak tunarungu dengan memakai t ema ”arsitektur bagi p enyandang cacat tunarungu, mata

Gambar 15 Analisis gen scFv pada sel P. pastoris transforman dan non- transforman menggunakan PCR koloni.. pastoris transforman dan non- transforman dibawah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) PhET-3S dapat berperan dalam pembelajaran remedial terhadap peningkatan penguasaan konsep larutan elektrolit dan

layer ini menyediakan data trasnport yang bisa diandalkan dan efektif biayanya dari komputer sumber ke komputer tujuan, yang tidak tergantung pada jaringan. fisik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kembali dari peneliti terdahulu yaitu ingin mengetahui apakah benar terdapat pengaruh secara langsung antara kesadaran merek

Apakah pemilihan media pembelajaran yang telah anda pilih telah anda pertimbangkannya dengan pertimbangan produksi, pertimbangan peserta didik, pertimbangan isi dan

[r]

a) Penilaian bagi bahagian penerbitan adalah berdasarkan penilaian secara sumatif iaitu hasil penerbitan dinilai mulai calon mendapat kelayakan sarjana/Ph.D dan