• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Eksis ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Eksis ISSN :"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 120

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENINGKATAN LABA

PERUSAHAAN DI SAMARINDA

Rifadin Noor1), Marwanto2), Besti Wahyu3)

[email protected], [email protected], [email protected]

123Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Samarinda

123 Jl. Cipto Mangunkusumo, Sungai Keledang, Kec. Samarinda Seberang Kota Samarinda, 75242

ABSTRACT

The research aims to analyse and prove the partial influence and simultaneous influence of transparancy, accountability, responsibility, indepen-dency, fairness.The research method uses a survey method, there are 30 respondents. Data collection using poll. The collected Data was analyzed using classical assumption test techniques, research hypothesis testing using multiple regression analyses with IBM SPSS Statistics 25 for Windows. The results of this study show that partial transparency has a positive and insignificant effect on the increase in profit, accountability positively and insignificant effect on increased profit, negative responsibility and insignificant to profit, independency positively and insignificant influence on profit, fairness positively and insignificant influence on profit. The simultaneous Good Corporate Governance jointly affects the increase of profit.

Keywords: Good Corporate Governance, Transparancy, Accountability, Responsibility, Independency, Fairness, Profitabi.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh parsial dan pengaruh simultan dari transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kesetaraan terhadap peningkatan laba. Metode penelitian ini menggunakan metode survai, terdapat 30 responden. Pengumpulan data menggunakan angket. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis uji asumsi klasik, pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan program IBM SPSS Statistics 25 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial transparancy berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap peningkatan laba, accountability berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap peningkatan laba, responsibilityberpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap laba, independency berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap laba, fairness berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap laba. Secara simultan Good Corporate Governance secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan laba.

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Fairness

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan penting pendirian suatu Perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatkan nilai Perusahaan. Saat ini kondisi ekonomi Perusahaan yang ditandai dengan persaingan global sangat mempengaruhi kelangsungan suatu Perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga kelangsungan usahanya dan mampu memenangkan persaingan dengan perusahan lain. Kemampuan Perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya dan memenangkan setiap persaingan sangat dipengaruhi dengan kondisi keuangan dari Perusahaan tersebut.

Adapun cara lain dalam meningkatkan kelangsungan usaha dalam sebuah Perusahaan adalah dari kinerja Perusahaan. Kinerja Perusahaan merupakan salah satu ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsi-fungsi keuangan dalam Perusahaan yakni dalam hal peningkatan laba dari sebuah Perusahaan. Ukuran kinerja Perusahaan yang baik diawali dengan adanya kepercayaan dari investor terhadap suatu Perusahaan bahwa dana yang mereka investasikan dalam kondisi yang aman dan diharapkan akan memberikan return yang baik pula.

(2)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 121

Seperti yang kita ketahui banyaknya krisis ekonomi yang melanda Perusahaan di Indonesia. Salah satunya adalah krisis yang ada di beberapa negara lain di Asia pada pertengahan tahun 1997 diidentifikasi terkait dengan buruknya kinerja Perusahaan dan rendahnya daya saing Perusahaan-Perusahaan di negara tersebut serta lemahnya proteksi terhadap investor (Setiawan, dkk., 2005 dalam Lestari, 2013). Dan alasan kedua terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 yang melanda Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara telah memunculkan wacana yang berkaitan dengan permasalahan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance).

Untuk mengatasi krisis tersebut, maka Perusahaan perlu memiliki suatu sistem pengelolaan Perusahaan yang baik, melalui penerapan Good Corporate Governance (GCG). Darmawati, dkk dalam Mulyati (2011) menyatakan bahwa GCG merupakan salah satu kunci elemen dalam meningkatkan efisien ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan anatara manajemen Perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholder lainnya. Perusahaan yang mempraktikkan GCG akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai Perusahaan maupun dalam peningkatan laba Perusahaan. Lemahnya

corporate governance ditandai dengan adanya tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

mengabaikan kepentingan para investor, sehingga menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan. Apabila para investor memiliki keraguan terhadap sebuah Perusahaan maka hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan Perusahaan.

Selanjutnya, untuk mendukung upaya reformasi yang dilakukan pemerintah kemudian bermunculan berbagai inisiatif yang digagas oleh berbagai kalangan yang menaruh kepedulian untuk membangun kembali Indonesia setelah krisis. Berbagai organisasi yang memelopori pentingnya praktik tata kelola Perusahaan yang baik di Indonesia antara lain, Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan Lembaga Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI). Tujuan organisasi tersebut untuk mempromosikan kepedulian terhadap tata kelola. Didalam penelitian ini mekanisme GCG meliputi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit.

Menurut Jensen dan Meckling (dalam Tuarita 2015) kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang dapat digunakan untuk membantu mengendalikan masalah keagenan. Mekanisme Corporate Governance yang juga sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai Corporate Governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komite audit dan komisaris independen. Kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan Perusahaan yakni dalam hal peningkatan laba. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai Perusahaan sehingga labaPerusahaan juga akan meningkat.

Beberapa Perusahaan di Samarinda telah menggunakan prinsip Good Corporate Governance. Diantaranya Perusahaan Hexindo, United Tractors, Pegadaian, BRI, Mandiri, Bank Kaltim dan masih banyak lagi.Apabila terjadi peningkatan Perusahaan dengan menerapkan tata kelola keuangan yang baik diseluruh aktivitas Perusahaan. Sehingga dampaknya, terhadap Perusahaan adalah keuangan Perusahaan menjadi transparan, dapat dipertanggung jawabkan, adanya kejujuran, akuntabilitas, dan independent. Sehingga apabila hal tersebut telah berjalan dengan baik maka akan berdampak dalam kemajuan Perusahaan khususnya dalam peningkatan laba.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tata kelola Perusahaan yang baik dan struktur kepemilikan terhadap profitabilitas Perusahaan. bahwa ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Dari perbedaan variabel yang mereka teliti maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Peningkatan Laba Perusahaan di Samarinda”.

TINJAUAN PUSTAKA

(3)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 122

Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan Perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan Perusahaan. Hal ini sejalan dengan agency theory yang menekankan pentingnya pemilik Perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan Perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dan kepemilikan Perusahaan, yaitu agar pemilik Perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang se-efisien mungkin dengan dikelolanya Perusahaan dengan tenaga-tenaga profesional. Tenaga-tenaga-tenaga profesional, bertugas untuk kepentingan Perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen Perusahaan, sehingga dalam hal ini para profesional tersebut berperan sebagai agents-nya pemegang saham. Semakin besar Perusahaan yang dikelola memperoleh laba semakin besar pula keuntungan yang didapatkan agents. Sementara pemilik Perusahaan (pemegang saham) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya Perusahaan yang dikelola oleh manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan Perusahaan.

Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer, sehingga munculah konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer (agen). Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya. Kontrak dibuat antara pemilik dengan manajer diharapkan dapat meminimumkan konflik antar kedua kepentingan tersebut (Darwis, 2009).

Good Corporate Governance (GCG)

Definisi menurut Cadbury dalam Sutedi (2012:1) menyatakan bahwa Good Corporate Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan Perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan Perusahaan. GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajeman Perusahaan. Dengan catatan hak disini adalah hak dari seluruh

stakeholders dan bukan hanya terbatas kepada satu stakeholders saja.

Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan Perusahaan untuk

menciptakan niai tambah (value added) untuk semua stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban Perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja Perusahaan, kepemilikan, dan

stakeholders. Secara singkat, ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu fairness, transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena

penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Prinsip Good Corporate Governance

Komite Nasional kebijakan Governance pada tahun 2006 telah mengeluarkan pedoman umum Good

Corporate Governance Indonesia. Pedoman GCG merupakan panduan bagi Perusahaan dalam membangun,

melaksanakan dan mengkomunikasikan praktik GCG kepada pemangku kepentingan (Tuarita, 2011:40). Dalam pedoman tersebut KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) memaparkan prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:

1. Transparan (Transparancy)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholder. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan stakeholder lainnya.

(4)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 123

Perusahaan harus dapat mempertanggung-jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan Perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan prinsip GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ Perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran (Fairness)

Kewajaran atau Fairness yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan perundangan yang berlaku. Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya. Penegakkan prinsip fairness ini terutama ditujukan terhadap pemegang saham mayoritas maupun minoritas. Fairness juga perlu diperluas pada pola perlakuan kepada stakeholders lainnya, misalnya pola hubungan dengan karyawan.

Peningkatan Laba (Profitabilitas)

Profitabilitas adalah kemampuan Perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) dalam Nogroho (2015) profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan Perusahaan yang ditunjukkan dengan laba yang dihasilkan. Laba dijadikan indikator oleh stakeholder untuk menilai sejauh mana kinerja manajemen mengelola Perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi dapat menarik investor untuk menanamkan modal karena manajemen Perusahaan dianggap berhasil menjalankan operasional Perusahaan. Sebaliknya jika Perusahaan memiliki tingkat profitabilitas rendah maka investor cenderung tidak tertarik menanamkan modalnya (Sudana dan Arlindania, 2011 dalam Yoehana 2013).

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2017:63). Maka, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

H1: Transparancy berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan laba Perusahaan. H2: Akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan laba Perusahaan. H3: Responsibilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan laba Perusahaan. H4: Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan laba Perusahaan. H5: Fairness berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan laba Perusahaan.

H6: Diantara transparancy, accountability, responsibility, independency, fairness manakah yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan laba Perusahaan.

(5)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 124

Gambar 1 Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Sugiyono (2017: 38) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yakni variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

Variabel independen sering juga disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat. sedangkan variabel dependen sering juga disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering juga disebut sebagai variabel terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan analisis statistik deskriptif. Pendekatan kuantitatif digunakan pada penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dalam angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dan atau permodelan matematis.

Populasi

Kuncoro (2009:123) Populasi penelitian adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang berada di perusahaan Hexindo, Pegadaian, BRI, BCA, Mandiri, Bank Kaltim, Trakindo, SLJ yang menggunakan atau melakukan prinsip Good Corporate Governance.

(6)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 125

Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki kriteria-kriteria tertentu. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan yang berada di Samarinda diantaranya: perusahaan Hexindo, Pegadaian, BRI, BCA, Mandiri, Bank Kaltim, PT WIKA, Trakindo, SLJ.

b. Perusahaan yang menggunakan atau melakukan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer. Data primer yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Sumber data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari hasil pengisian kuesioner pegawai yang mengetahui prinsip Good Corporate Governance di masing-masing Perusahaan yang berada di Samarinda.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengelolanya. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber dan digunakan untuk menunjang informasi yang diperlukan dalam kajian yang berupa sumber pustaka yang dapat mendukung penulisan penelitian serta diperoleh dan literatur yang relevan dari permasalahan, sebagai dasar pemahaman terhadap obyek penelitian dan untuk menganalisisnya secara tepat.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mempermudah pengumpulan data ini, maka peneliti harus menggunakan instrumen pengumpulan data, dimana instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun cara yang ditempuh dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner (Angket)

Sugiyono (2017:142) mendefinisikan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Metode yang digunakan adalah dengan kuesioner. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pernyataan atau pertanyaan tertulis mengenai variabel yang berkaitan dengan peningkatan laba Perusahaan kepada pegawai untuk dijawab.

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap peningkatan laba di Perusahaan Samarinda yang telah dilakukan pada 30 orang responden. Pengumpulan data dari penelitian ini pengaruh prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap peningkatan laba Perusahaan, dilakukan dengan cara kuesioner untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan permasalahannya.

Hasil Instrumen Hasil Uji Validitas

Uji validitas dikatakan valid apabila koefisien korelasi antara skor item kueisioner dengan total dari sebuah variabel lebih besar dari koefisien korelasi yang ada dalam tabel distribusi korelasi (r hitung >r tabel), korelasi tersebut signifikan pada α = 0,05 (nilai signifikan < 0,05). Hasil pengujian validitas indicator dilihat pada tabel berikut:

(7)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 126

Tabel 1 Tabel Uji Validitas

Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan

Transparancy X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 0,689 0,689 0,808 0,689 0,296 0,296 0,296 0,296 Valid Valid Valid Valid Akuntabilitas X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 0,649 0,782 0,770 0,873 0,296 0,296 0,296 0,296 Valid Valid Valid Valid Responsibilitas X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 0,874 0,904 0,826 0,799 0,296 0,296 0,296 0,296 Valid Valid Valid Valid Independensi X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 0,843 0,824 0,943 0,901 0,296 0,296 0,296 0,296 Valid Valid Valid Valid Kewajaran X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 0,834 0,941 0,903 0,895 0,296 0,296 0,296 0,296 Valid Valid Valid Valid Peningkatan laba Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 0,914 0,805 0,886 0,869 0,849 0,296 0,296 0,296 0,296 0,296 Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui realibel atau tidaknya suatu variabel, dilakukan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 atau hampir mendekati 1 maka pernyataan yang digunakan reliabel. Apabila Cronbach Alpha. < 0,6 maka pernyataan yang digunakan tidak reliabel. Hasil pengujian reliabilitas terhadap kueisioner menghasilkan koefisien Cronbach Alpha sebagai berikut:

Tabel 2 Tabel Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach's Alpha Keputusan

Transparancy ,687 Reliabel

Akuntabilitas ,770 Reliabel

Responsibilitas ,872 Reliabel

Independensi ,896 Reliabel

Kewajaran ,916 Reliabel

Peningkatan laba ,913 Reliabel

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Cara yang digunakan untuk menguji tidak terjadinya multikolinieritas adalah menganalisis matrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan Tolerance dan VIF.

(8)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 127

Tabel 3

Tabel Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) Transparancy ,671 1,490 Accountability ,389 2,570 Responsibility ,513 1,949 Independency ,837 1,195 Fairness ,776 1,288

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai VIF variabel transparancy (X1) adalah 1,490 < 10 menunjukan tidak adanya Multikolinearitas, accountability (X2) adalah 2,570 < 10 menunjukan tidak adanya Multikolinearitas, responsibility (X3) adalah 1,949 < 10 menunjukan tidak adanya Multikolinearitas,

independency (X4) adalah 1,195 < 10 menunjukan tidak adanya Multikolinearitas, fairness (X5) adalah

1,288 < 10 menunjukan tidak adanya Multikolinearitas.

Uji Normalitas

Uji Normalitas yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak terdistribusi secara normal. Data akan terdistribusi normal jika signifikansi > 0,05 (Ghozali dalam mudrik, 2018). Hasil Uji Normalitas tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4 Tabel Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov-Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,41319772

Most Extreme Differences Absolute ,143

Positive ,110

Negative -,143

Test Statistic ,143

Asymp. Sig. (2-tailed) ,122c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar signifikansi 0,122 > 0,05, hal ini berarti data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal.

Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan yang lain. Ada dua cara pendeteksian ada tidaknya

Heterokedastisitas, yaitu dengan metode grafik dan metode statistik. Metode grafik biasanya dilakukan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Sedangkan metode statistik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasii ada tidaknya masalah Heterokedastisitas, beberapa metode tersebut adalah Uji Park, Uji Glejser, Uji Spearman, Uji Goldfeld-Quandt, Uji Bruesch-Pagan-Godfrey dan Uji White. Cara yang digunakan untuk mencari Heterokedastisitas menggunakan uji Spearman. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 25 sebagai berikut:

(9)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 128

Tabel 5

Tabel Uji Heterokedastisitas

Correlations

Res

Spearman’s rho Transparancy

Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N ,025 ,896 30 Akuntabilitas Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N ,044 ,818 30 Responsibilitas Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N ,052 ,784 30 Independensi Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N ,138 ,468 30 Fairness Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N ,004 ,981 30 Peningkatan laba Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N 1,000 30

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi atau sig.(2-tailed) variabel Transparancy (X1) sebesar 0,896, variabel Akuntabilitas (X2) sebesar 0,818, variabel Responsibilitas (X3) sebesar 0,784, variabel Independensi (X4) sebesar 0,468, variabel Fairness (X5) sebesar 0,981. Karena nilai kelima variabel bebas (X) > α = 5% = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala heterokedastisitas. Artinya model regresi yang digunakan pada penelitian ini layak untuk dilakukan.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode (t-1) atau sebelumnya. Hal ini terjadi biasanya dalam data yang berbentuk runtut waktu (time series). Dalam penelitian ini data bukan dalam bentuk runtut waktu, jadi kemungkinan tidak terjadi autokorelasi, namun dalam penelitian ini dapat ditunjukkan bukti untuk melihat tidak terjadinya autokorelasi dengan menggunakan Uji Durbin Watson (DW test).

Tabel 6

Tabel Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model

Durbin-Watson

1 1,952

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 6 model summary dapat dilihat nilai Durbin Waston, DW=1.952 > DU = 1,8326 artinya tidak terdapat autokorelasi positif antara variabel independen.

Uji Pengaruh Simultan (F Test)

Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen (bebas) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat). Pengujian uji-f dilakukan menggunakan tingkat signifikansi level 0,05 (α=5%). Jika nilai sig. < 0,05 atau F hitung > F tabel, artinya variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji-f dapat dilihat pada tabel berikut:

(10)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 129

Tabel Hasil Uji F

Model F Sig.

1 Regression 3,808 ,011b

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Pada Tabel 7 diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,808 yang lebih besar dari nilai Ftabel (taraf signifikansi

5%) sebesar 2,62 dan nilai signifikansi sebesar 0,011 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5% atau 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel transparancy, accountability, responsibility, independency,

fairness secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel peningkatan laba.

Uji Parsial (Uji-t)

Uji signifikan parameter individual (uji statistik t) dimaksudkan untuk melihat apakah variabel secara individual mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ada didaerah penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabel bebas dan variabel terikat ada hubungannya.

b. Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 ada didaerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel bebas dan variabel terikat tidak ada hubungannya.

Tabel 8 Tabel Hasil Uji T

Model Nilai Sig Uji t

Transparancy (X1) 0,717 Akuntabilitas (X2) 0,211 Responsibilitas (X3) 0,880

Independensi (X4) 0,083

Fairness (X5) 0,104

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Koefisien Determinasi (R2/R Square)

Koefisien Determinasi dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar variabel peningkatan laba dipengaruhi oleh variabel transparancy, accountability, responsibility, independency, fairness. Hasil Uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9

Tabel hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

1 ,665a ,442 ,326

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,442 atau 44,2 %. Hal itu menunjukkan bahwa 44,2% peningkatan laba dipengaruhi oleh variabel transparancy, accountability,

responsibility, independency, fairness. Sedangkan 55,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam penelitian ini.

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda adalah analisis dengan menggunakan sebuah variabel terikat dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas. Yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel terikat secara simultan terhadap variabel bebas yang dinyatakan dengan persamaan linier sebagai berikut:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑏4𝑋4 + 𝑏5𝑋5 + 𝑒 Keterangan :

(11)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 130

Y = Peningkatan Laba A = Konstanta b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien Regresi X1 = Transparancy X2 = Accountability X3 = Responsibility X4 = Independency X5 = Fairness e = Standard error Tabel 10

Tabel Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) 2,932 3,967 Transparancy 0,091 0,247 Akuntabilitas 0,398 0,309 Responsibilitas -0,039 0,253 Indenpendensi 0,357 0,197 Fairness 0,309 0,183

Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 10 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: 𝑌 = 2,932 + 0,091 𝑋1 + 0,398 𝑋2 − 0,039 𝑋3 + 0,357 𝑋4 + 0,309 𝑋5 + 𝑒 Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Koefisien Konstanta sebesar 2,932, artinya jika variabel transparancy (X1), akuntabilitas (X2), responsibilitas (X3), independensi (X4), fairness (X5) maka peningkatan laba sebesar 2,932.

2. Nilai variabel Transparancy (X1) sebesar 0,091 dan bernilai positif artinya semakin tinggi Transparancy Perusahaan di Samarinda maka peningkatan laba Perusahaan di Samarinda meningkat sebesar 0,091. 3. Nilai variabel Accountability (X2) sebesar 0,398 dan bernilai positif artinya semakin tinggi Accountability

Perusahaan di Samarinda maka peningkatan laba Perusahaan di Samarinda meningkat sebesar 0,398. 4. Nilai variabel Responsibility (X3) sebesar 0,039 dan bernilai negatif artinya semakin tinggi Responsibility

Perusahaan di Samarinda maka peningkatan laba Perusahaan di Samarinda mengalami penurunan sebesar 0,091.

5. Nilai variabel Independency (X4) sebesar 0,357 dan bernilai positif artinya semakin tinggi Independency Perusahaan di Samarinda maka peningkatan laba Perusahaan di Samarinda meningkat sebesar 0,357.

Nilai variabel Fairness (X5) sebesar 0,309 dan bernilai positif artinya semakin tinggi Fairness Perusahaan di Samarinda maka peningkatan laba Perusahaan di Samarinda meningkat sebesar 0,309.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh

Good Corporate Governance (GCG) terhadap peningkatan laba di Perusahaan di Samarinda, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama menyatakan bahwa “Transparancy berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap peningkatan laba” ditolak, artinya transparancy tidak mempengaruhi peningkatan laba Perusahaan. 2. Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Accountability berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

peningkatan laba” ditolak, artinya accountability tidak mempengaruhi peningkatan laba Perusahaan. 3. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “Responsibility berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

(12)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 131

4. Hipotesis keempat menyatakan bahwa “Independency berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap peningkatan laba” ditolak, artinya independency tidak mempengaruhi peningkatan laba Perusahaan. 5. Hipotesis kelima menyatakan bahwa “Fairness berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

peningkatan laba” ditolak, artinya fairness mempengaruhi peningkatan laba Perusahaan.

6. Hipotesis keenam menyatakan bahwa “Transparancy, Accountability, Responsibility, Independency, dan

Fairness berpengaruh positif terhadap peningkatan laba” diterima, artinya Transparancy, Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness mempengaruhi peningkatan laba Perusahaan.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa simpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu: 1. Bagi seluruh perusahaan khususnya Perusahaan perbankan, diharapkan menjadikan hasil penelitian ini

sebagai wacana untuk lebih mengoptimalkan penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan Perusahaan. Karena tata kelola Perusahaan yang baik akan menarik bagi para investor untuk melakukan investasi di Perusahaan tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar memperluas dan menambah variabel dan objek yang diteliti agar kemampuan generalisasi menjadi lebih kuat, serta mempertimbangkan teknis penelitian seperti wawancara langsung, dan melihat laporan keuangan di dalam perusahaan agar pertanyaan kuesioner sesuai dengan yang diharapkan bagi peneliti.

DAFTAR RUJUKAN

Algifari. (2013). Statistika Induktif: Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Darwis, H. (2009). Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan. Journal of Keuangan dan Perbankan, 419, 418-430.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). (2003). Indonesia Company Law. http://www.fcgi.or.id (Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)

Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program. IBM SPSS 25 edisi 9. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Nasrulloh. (2016). Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,

dan Independensi terhadap Kinerja bagi Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Ilmiah

Hutapea, Amanda Julita. (2013). Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan

Sektor Perbankan. Skripsi, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Diponegoro. Semarang.

Indriastuti, Maya. (2014). Korelasi Penerapan Prinsip-Prinsip Corporate Governance dengan Manajemen

Laba. Fakultas Ekonomi Unissula.

Kuncaraningsih, Hana Septi. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kepuasan Muzakki. Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Kuncoro, Mudrajad. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

(13)

Volume 15 No 1 April 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 132

Lestari, Prasetya Puji. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Mahadwartha, Putu Anom dan Jogiyanto Hartono. (2002). Uji Teori Keagenan dalam Hubungan

Interpendensi antara Kebijakan Hutang dengan Kebijakan Dividen. Simposium Nasional Akuntansi V. Semarang.

Mulyati, Siti Murni. (2011). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan. Semarang: Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Novi. (2010). Komite Audit. http://dank26novi.wordpress.com (Diakses pada tanggal 8 Desember 2018) Nugroho, Rosalendro Eddy. (2018). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengangguran di

Indonesia Periode 1998-2014. Jurnal PASTI Vol X No. 2, 177-191.

Nurohmah, Alif. (2012). Analisis Pengaruh Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap

Kepercayaan Nasabah pada bank Muamalat Kendal. Semarang: Skripsi, Fakultas Syari’ah, Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Organization For Economic Corporation and Development (OECD). (2004). Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance.

Pradhono. (2004). Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi

Terhadap Return yang Diterima Pemegang Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 6 No. 2.

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Laba dan Nilai Perusahaan. Makassar: Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, 2007.

Sastra, I Made Bhaskara & Erawati, Ni Made Adi. (2017). Pengaruh Penerapan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance dan Budaya Tri Hita Karana pada Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana Vol 19 No. 421-451

Sembiring, Edi Gia Gunanta Ras. (2017). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan terhadap Profitabilitas Perusahaan. Riau: Skripsi, Jurusan Business Administration Faculty of Social and Political Sciences University of Riau.

.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Surya, I., & Yustiavandana, I. (2008). Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sutedi, Adrian. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Tuarita, Siti A. (2015). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan. Makassar: Skripsi.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Cabang Bengkulu dapat mempertahankan dan lebih baik lagi dalam mengimplementasikan prinsip- prinsip good corporate governance (GCG) yang meliputi keterbukaan

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada PT Perkebunan Nusantara memungkinkan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Bahbutong untuk memperbaharui

Kemudian implementasi Good Corporate Governance (GCG) pada KSPPS Berkah Mitra Hasanah dalam penerapan prinsip GCG menurut perspektif ekonomi islam dapat disimpulkan bahwa

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG), Kepemimpinan Transformasional dan Self Efficacy terhadap Kinerja Karyawan pada BTN Syariah Semarang..

Penelitian ini dilakukan untuk menguji Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kualitas Laba Dengan Persistensi Laba Sebagai

Penilaian governance process • bertujuan untuk menilai efektivitas proses pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance GCG yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur

Apa dampak buruk bagi perusahaan jika prinsip GCG tidak dijalankan Tanpa penerapan prinsip Good Corporate Governance GCG, perusahaan dapat menghadapi beberapa dampak buruk, antara

KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi prinsip- prinsip Good Corporate Governance GCG yang disingkat dengan “TARIF” yaitu prinsip transparancy,