• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LETAK CABANG BUAH TERHADAP HASIL. TANAMAN MELON (Cucumis Melo) Sarwono dan Siswadi ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LETAK CABANG BUAH TERHADAP HASIL. TANAMAN MELON (Cucumis Melo) Sarwono dan Siswadi ABSTRACT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LETAK CABANG BUAH TERHADAP HASIL TANAMAN MELON (Cucumis Melo)

Sarwono dan Siswadi ABSTRACT

The purpose of this research was to know the influence of situation branch the fruit on the yield melon plant. This research have been conducted on August 26th until November 24th 2012 in Matesih village, Matesih subdistrik, Karanganyar Regency, at Latosol soil type with place hight 200 meters above the sea level.

This method use single factor bassed use Randomized Completely Block Design (RCBD), consisted of six treatment and four replications. The as for treatment shall be as follows (P1 : et leaf d” 8, P2 : et leaf 9, 10 and 11, P3 : et leaf 12, 13 and 14, P4 : et leaf 15, 16 and 17, P1 : et leaf 18, 19 and 20 and P1 : et leaf e” 21).

The result of this research showed was :

Situation branch the fruit treatment influence for the diameters of fruit, volume of fruit, weight of fruit per plant and weight of fruit per plot.

Weight of fruit highest 13,20 kg/plot (39,28 ton/ha), reached from reached from P3 treatment (et leaf 12, 13 and 14). Weight of fruit lowest 9,70 kg/plot (28,87 ton/ha), reached from P6 treatment (et leaf e” 21).

Keyword: Influence Of Situation Branch, Melon Plant A. PENDAHULUAN

Tanaman melon merupakan salah satu tanaman holtikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik serta mempunyai nilai-nilai gizi tinggi. Menurut Rukmana (20013), penanaman melon yang ditanam dengan lanjaran (ajir) perlu dilakukan pemangkasan (perempelan) untuk memelihara pertumbuhan dan buah, adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

1. Setelah tanaman berdaun 4-5 helai, titik tumbuhnya dipangkas agar keluar cabang-cabang baru dan dipelihara 2 cabang yang tumbuh seregam.

2. Tunas-tunas yang tumbuh diketiak daun yang tumbuh di ruas ke 1-5 semuanya dipangkas. 3. Tunas-tunas yang tumbuh diketiak daun yang tumbuh di ruas ke 6-9 dipelihara untuk dibuahkan.

4. Di atas buah yang terpilih (dipelihara) disisakan 1 helai daun dan titik tumbuhnya dipangkas. 5. Di atas ruas ke 9, semua tunas yang tumbuh di ketiak daun dipangkas sampai ruas ke 23. 6. Pada ruas ke 25, titik tumbuhnya dipangkas.

7. Sebanyak dua ruas di bawah titik tumbuhnya yang dipangkas, percabangan dipelihara tetapi buahnya dibuang (ditempel).

Pada budidaya melon, berbagai sarana produksi telah diterapkan oleh petani, baik pupuk maupun obat-obatan, tetapi produktivitasnya masih rendah. Hal ini terkait dengan kurang perhaatiannya para petani tentang letak buah melon yang dibudidayakan, padahal letak buah ini akan mempengaruhi produksi baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha penempatan buah pada ruas batang yang sesuai agar produksi melon meningkat. Untuk mengetahui pengaruh letak cabang buah terhadap hasil tanaman melon. Diduga dengan peletakkan cabang buah pada daun 12, 13 dan 14 akan memberikan hasil yang optimal pada tanaman melon.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode faktor tunggal dengan rancangan dasar RAKL (Rancangan Acak Kelompok Lengkap) yang terdiri dari enam perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang empat kali. Adapun perlakuan-perlakuan tersebut adalah :

(2)

P4 : pada daun 15, 16 dan 17 P5 : pada daun 18, 19 dan 20 P6 : pada daun e” 21

Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan yang digunakan untuk penelitian meliputi : - Benih tanaman melon varietas MAI 119 - Puuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCI) - Pupuk kandang

- Polybag - Kertas koran - Bolam 15 watt

- Mulsa plastik hitam perak - Furadan 3G

- Antracol 70 WP

2. Alat yang digunakan untuk penelitian : - Cangkul - Garpu - Roll meter - Hand Spayer - Gembor - Sabit - Tali Rafia - Ajir - Tugal - Ember - Papan nama - Kaleng - Timbangan Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan, dilakukan dengan analisis sidik ragam dengan uji F pada taraf 5% dan 1%. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diameter Buah Perlakuan (Treatment) Purata (Mean) Notasi Duncan (Duncan Notation) P1 (pada daun ≤ 8) P2

(pada daun 9, 10 dan 11) P3

(pada daun 12, 13 dan 14) P4

(pada daun 15, 16 dan 17) P5

(pada daun 18, 19 dan 20) P6 (pada daun ≥ 21) 14,45 14,87 15,12 13,89 13,30 12,61 bc c c abc ab a

Keterangan: Perlakuan yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan.

(3)

Berdasarkan tabel 1 hasil jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa diameter buah tertinggi pada perlakuan P3 (15,12 cm), berbeda tidak nyata dengan P1, P2 dan P4. Diamter buah terendah diperoleh pada perlakuan P6 (12,61 cm) berbeda tidak nyata dengan P4 dan P5.

Penanaman melon dengan letak cabang buah pada daun e” 21 (P6) diameter buah yang dihasilkan tanaman melon terkeicl. Hal ini disebabkan letak buah terlalu tinggi dari permukaan tanah. Hal ini dapat berakibat transpor air dan unsur hara ke buah terhambat, karena naiknya unsur hara dan air sangat dipengaruhi oleh transpirasi pada daun (Saputro, 1996).

Penanaman melon dengan letak cabang buah pada daun 12, 13 dan 14 (P3), diamter buah yang dihasilkan tanaman melon terbesar. Hal ini disebabkan letak cabang buah terletak pada tengah batang melon, sehingga transpor hasil asimilasi ke buah lebih mudah. Meningkatnya kadar asimilat pada buah dapat meningkatkan diameter buah pada melon. Untuk memelihara buah yang baik pada budidaya melon pada ruas 10-13 (Rukmana, 2003).

A. Volume Buah

Tabel 2. Pengaruh letak cabang buah terhadap volume buah (lt)

Perlakuan (Treatment) Purata (Mean) Notasi Duncan (Duncan Notation) P1 (pada daun ≤ 8) P2

(pada daun 9, 10 dan 11) P3

(pada daun 12, 13 dan 14) P4

(pada daun 15, 16 dan 17) P5

(pada daun 18, 19 dan 20) P6 (pada daun ≥ 21) 1,64 1,73 1,81 1,58 1,48 1,36 cd de e bc ab a

Keterangan: Perlakuan yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan.

Berdasarkan tabel 2 hasil jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa volume buah tertinggi pada perlakuan P3 (1,81 lt), berbeda tidak nyata dengan P2. Volume buah terendah diperoleh pada perlakuan P6 (1,36 lt), berbeda tidak nyata dengan P5.

Peningkatan letak cabang buah mulai pada daun d” 8 (P1), pada daun 9, 10 dan 11 (P2) sampai dengan pada daun 12, 13 dan 14 (P3), volume buah yang dihasilkan oleh melon semakin meningkat. Meningkatnya ketinggian letak buah dapat meningkatkan suplai karbohidrat ke buah. Pada fase reproduktif sebagian besar karbohidrat disimpan dalam struktur penyimpanan (buah) dan tanaman menyimpan sebagian besar karbohidrat yang dihasilkan.

B. Berat Buah Per Tanaman

Tabel 3. Pengaruh letak cabang buah terhadap berat buah per tanaman (Kg) Perlakuan (Treatment) Purata (Mean) Notasi Duncan (Duncan Notation) P1 (pada daun ≤ 8) P2

(pada daun 9, 10 dan 11) P3

(pada daun 12, 13 dan 14) P4

(pada daun 15, 16 dan 17) P5

(pada daun 18, 19 dan 20) P6 1,53 1,60 1,66 1,44 1,32 1,21 cd cd d bc ab a

(4)

C. Berat Buah Per Petak

Tabel 4. Pengaruh letak cabang buah terhadap berat buah per petak (Kg)

Perlakuan (Treatment) Purata (Mean) Notasi Duncan (Duncan Notation) P1 (pada daun ≤ 8) P2

(pada daun 9, 10 dan 11) P3

(pada daun 12, 13 dan 14) P4

(pada daun 15, 16 dan 17) P5

(pada daun 18, 19 dan 20) P6 (pada daun ≥ 21) 12,22 12,75 13,20 11,48 10,63 9,70 cd d d bc ab a

Keterangan: Perlakuan yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan.

Berdasarkan tabel 4 hasil jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa berat buah per petak tertinggi pada perlakuan P3 (13,20 Kg), berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2. berat buah per tanaman terendah diperoleh pada perlakuan P6 (9,70 kg), berbeda tidak nyata dengan P5. Letak cabang buah pada daun e” 21 (P6) berat per petak terrendah. Hal ini menunjukkan bahwa translokasi air ke buah terhambat, padahal sebagian besar buah melon terdiri atas air. Selama pertumbuhan buah, buah tersebut lebih banyak menerima air melalui phloem dari pada yang mereka transpiriasikan (Sutejo dan Kartasapoetra, 1989).

E. Tebal Daging Buah

Tabel 5. Pengaruh letak cabang buah terhadap tebal daging buah (cm) Perlakuan (Treatment) Purata (Mean) Notasi Duncan (Duncan Notation) P1 (pada daun ≤ 8) P2

(pada daun 9, 10 dan 11) P3

(pada daun 12, 13 dan 14) P4

(pada daun 15, 16 dan 17) P5

(pada daun 18, 19 dan 20) P6 (pada daun ≥ 21) 3,91 4,02 4,08 3,77 3,62 3,42 bc c c abc abc a

Keterangan: Perlakuan yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan.

Berdasarkan tabel 5, hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa tebal daging buah tertinggi pada perlakuan P3 (4,08 cm), berbeda tidak nyata dengan P1, P2, P4 dan P5. Tebal daging buah terendah diperoleh pada perlakuan P6 (3,42 cm), berbeda tidak nyata dengan P4 dan P5.

Penanaman melon dengan letak cabang pada buah daun 12, 13 dan 14 (P3), tebal daging buah yang dihasilkan oleh tanaman melon paling tebal. Dengan letak cabang buah pada daun 12, 13 dan 14, dapat berakibat hasil fotosintesis yang dapat tersimpan dalam buah semakin banyak sehingga daging buah menjadi tebal. Dengan letak cabang buah pada daun 12, 13 dan 14, maka letak buah dari daun bagian atas buah dan bawah buah lebih dekat dengan buah.

(5)

F. Kadar Gula

Tabel 6. Pengaruh letak cabang buah terhadap kadar gula Perlakuan (Treatment) Purata (Mean) Notasi Duncan (Duncan Notation) P1 (pada daun ≤ 8) P2

(pada daun 9, 10 dan 11) P3

(pada daun 12, 13 dan 14) P4

(pada daun 15, 16 dan 17) P5

(pada daun 18, 19 dan 20) P6 (pada daun ≥ 21) 15,38 15,58 15,67 15,01 14,59 14,13 bc bc c abc ab a

Keterangan: Perlakuan yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan.

Berdasarkan tabel 6, hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kadar gula tertinggi pada perlakuan P3 (15,67 cm), berbeda tidak nyata dengan P1, P2 dan P4. Kadar gula terendah diperoleh pada perlakuan P6 (14,13), berbeda tidak nyata dengan P4 dan P5.

Peningkatan letak cabang buah mulai pada daun d” 8 (P1) pada daun 9, 10 dan 11 (P2) sampai dengan pada daun 12, 13 dan 14 (P3), kadar gula dalam buah yang dihasilkan oleh melon semakin meningkat. Meningkatnya ketinggian letak buah dapat meningkatkan suplai karbohidrat ke buah. Kadar gula dalam buah sangat erat hubungannya dengan aktivitas fotosintesis, karena pada proses tersebut dihasilkan senyawa gula seperti karbohidrat (Tohari, 1992). Sehingga dengan meningkatnya kadar karbohidrat pada buah dapat berpengaruh pada peningkatan kadar gula pada buah.

KESIMPULAN

Perlakuan letak cabang buah berpengaruh terhadap diamter buah, volume buuah, berat buah per tanaman, berat buah per petak, tebal daging buah dan kadar gula. Letak cabang buah pada daun 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 dapat meningkatkan hasil tanaman melon.

Berat buah tertinggi 13,20 kg/petak (39,28 ton / ha), diperoleh pada perlakuan P3 (letak buah pada daun 12, 13 dan 14). Berat buah terendah 9,70 kg/petak (28,87 ton/ha), diperoleh pada perlakuan P6 (letak buah pada daun e” 21).

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, SS., 1999, Pengantar Agronomi, Gramedia. Jakarta. 197 hal.

Isbandi, D., 1989, Dasar-dasar Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 253 hal.

Prajnata, F., 2002, Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses Beragrobisnis, Penebar Swadaya, Jakarta. 163 hal.

Rukmana, R., 2003, Budidaya Melon Hibrida, Kanisius, Yogyakarta. 68 hal.

Samadi, B., 1995, Intensifikasi Budidaya Bawang Merah, Kanisius, Yogyakarta. 43 hal. Seputro, D., 1996, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia, Jakarta. 231 hal.

Setiadi dan Parimin, 2001, Bertanam Melon, Penebar Swadaya, Jakarta. 96 hal. Setiadi, 1995, Bertanam Melon, Penebar Swadaya, Jakarta. 42 hal.

Susilo, H., 1992, Fisiologi Tanaman Budidaya, Terjemahan Franklin P.G. Pearce R.B. and Mitchell R.L., 1985. Physiology of Crop Plants. UI. Press Jakarta. 427 hal.

Sutrian, Y., 1991, Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Rineka Cipta, Jakarta. 231 hal.

Tamburian, Y., Saenong, S. Dan Ala, A., 1991. Penentuan Waktu Tanam Kedelai dan Populasi

Jagung pada Pertanaman Tumpangsari terhadap Produktivitas Lahan, Agrikam Vol 7. No. 1, 1991 hal 7-12.

Gambar

Tabel 3. Pengaruh letak cabang buah terhadap berat buah per tanaman (Kg)
Tabel 4. Pengaruh letak cabang buah terhadap berat buah per petak (Kg) Perlakuan  (Treatment)  Purata  (Mean)  Notasi Duncan  (Duncan Notation)  P 1  (pada daun ≤ 8)  P 2
Tabel 6. Pengaruh letak cabang buah terhadap kadar gula

Referensi

Dokumen terkait

pada explosive power otot lengan merupakan salah satu aspek yang akan banyak mempengaruhi kemampuan servis atas, dan koordinasi koordinasi mata–tangan sangat

Potensi lingkungan sumber nektar dan serbuksari yang berupa jenis pembungaan dominan telah ‘dipetakan’ tempat dan waktunya secara sederhana di Jawa oleh peternak lebah madu

Dari beberapa penjelasan di atas, apabila tersebut dihubungkan dengan istilah pendidikan, secara sederhana teori pen-didikan dapat diartikan sebagai berikut: Teori

Dengan melihat gambaran morfologi pada sediaan yang kami dapatkan pada penelitian ini kami berpendapat bahwa pewarnaan imunositokimia ini bisa meningkat- kan akurasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis; (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan macromedia flash ; (2) respons siswa terhadap

Selain itu, terdapat lembar penilaian yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan model problem solving , angket respon siswa terhadap pelaksanaan

Tahapan uji produk selain bertujuan guna melakukan pengujian terhadap kualitas dan standar produk juga sebagai sarana uji produk pada pasar serta untuk mengetahui

Dan perkara penyucian hati tersebut ini berlaku pada anakanak harus berterusan sehingga ajal membawanya, karenanya penyucian diri bersifat amali dan bertahap, dan