• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN ND PADA AYAM BURAS 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN ND PADA AYAM BURAS 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN ND PADA AYAM BURAS1

PENDAHULUAN

Masalah ND sejak diketemukan untuk per-tama kali pada tahun 1926 oleh Kraneveld di Batavia (Jakarta) (Picard, 1928) sampai saat ini masih selalu menjadi topik hangat . Tidak saja untuk Indonesia tetapi juga di negara lain . Bukan saja di negara yang masih ada penyakit itu, juga negara-negara bebas . Menurut data FAO/WHO/ OIE, ND tersebar di seluruh dunia kecuali beberapa negara seperti Australia, Newsealand, Amerika Utara dan Eropa Barat, bebas dari penyakit ini (Anon, 1985) . Karena mereka berhasil men-cegahnya dengan sistem karantina yang ketat.

Di negara-negara berkembang, seperti Indo-nesia, ND merupakan penyakit menular yang sa-ngat merugikan (Copland, 1987) . Baik pada ayam komersial maupun pada ayam kampung atau ayam bukan ras (buras) . Kerugian akibat ND setiap tahun untuk Indonesia tercatat senilai Rp 142 milyar, akibat kematian unggas dan merosotnya produksi dan kualitas telur, biaya rnanajemen, obat dan vaksin/vaksinasi . ND merupakan pe-nyakit nomor satu dari 11 pepe-nyakit menular pen-ting lainnya (Parsons and Vere, 1984) .

Sejak ND ditemukan tadi, sampai saat ini telah tak terhitung dana yang dikeluarkan oleh pemerin-tah dan rakyat, untuk menanggulanginya . Baik biaya operasional, pengadaan vaksin dan peneli-tiannya. Namun pengendalian penyakit, masih saja menemui hambatan, terutama pada ayam buras . Berbagai sistem pengendalian seperti ring vaksinasi, vaksinasi pada INTAB dan lainnya telah diintroduksikan, masih juga belum memuaskan. Akibat berbagai masalah yang sangat kompleks yang saling kait, satu dengan lainnya. Masalah tadi antara lain adalah ayam buras, lingkungan, wabah, vaksin, vaksinasi, kendala dan organisasi pelaksana pengendalian ND.

AYAM BURAS

Ayam buras mempunyai arti penting bagi eko-nomi pedesaan dan sumber protein hewani Nasional (Ronohardjo et al, 1989) . Fungsi ayam

P. Ronohardio dan Yusuf Halim

(Balai Penelitian Veteriner, Bogor)

buras bagi petani antara lain sebagai tabungan, ritual dan rekreasi . Malahan sementara peneliti berpendapat bahwa ayam ini dianggap sebagai tabungan yang tak terurus, karena para petani tak pernah atau jarang memeliharanya dengan baik, kecuali di beberapa KK dimana sistem INTAB diintroduksi (Ditjennak, Mutalib et al, 1985) . Pasar untuk ayam buras selama ini masih kuat dan daging ayam buras tetap banyak penggunanya .

Populasi ayam buras di Indonesia diperkirakan saat ini sekitar 175 juta ekor (Anon, 1985) . Ter-sebar di seluruh wilayah tanah air dan dipunyai oleh hampir setiap KK di pedesaan . Rata-rata pemilikan ayam buras di Kabupaten Bogor adalah 14-21 ekor/KK, di Riau (daerah transmigrasi) 15-30 ekor/KK, di Kendal 12-25 ekor/KK dan di Kupang 10-20 ekor (Ronohardjo et al, 1989 ; Darminto et al, 1990) . Tetapi tidak jarang yang mencapai lebih dari 100 ekor/KK, apabila sistem INTAB (intensifikasi ayam buras) mereka anut (Masudana et al, 1985) .

Pada dasarnya ayam buras dipelihara secara ekstensif . Sore dikandangkan dan pagi hari di lepas serta dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri. Jarang yang diberi makan secara reguler . Malahan di beberapa tempat ayam tadi ada yang jarang pulang, malam mereka tidur bertengger di pohon sekitar perumahan petani . Dedak kalau ada merupakan makanan utama bagi ayam yang diper-hatikan oleh pemiliknya . Sumber protein bagi ayam, sangat tidak tetap karena tergantung pada apa yang mereka peroleh di pekarangan atau ladang sekitar rumah. Misalnya serangga, hewan-hewan kecil yang dapat mereka tangkap dan bangkai hewan lainnya. Karena itu tidak meng-herankan kalau pertumbuhannya lambat . Dan produksinya pun terbatas . Jumlah telur 70 butir/ ekor/tahun sudah dianggap sangat baik .

Hasil penelitian BALITVET pada ayam yang dipelihara secara ekstensif, mortalitas pada anak ayamnya tinggi, mencapai 30-40% malah ada kalanya 70%. Karena oleh induknya anak ayam tadi dibawa ke pekarangan/ladang, dimana ter-dapat berbagai predator . Antara lain ular, burung

1 Makalah dipresentasikan pada pertemuan teknis PPS se DKI Jakarta tanggal 4 Januari 1995 .

(2)

LINGKUNGAN

WARTAZOA Vol. 4 No. 1-2, Pebruari 1995

elang, musang, kucing clan anjing liar. Atau oleh induknya mereka ditinggalkan di tempat mencari makan . Anak-anak ayam tadi hasil penetasan induk dalam kotak atau tempat lain, apa adanya, yang dapat disediakan petani . Karena itu tidak mengherankan kalau daya tetas telur ayam buras rendah . Kalau sarang penetasan berbentuk kerucut daya tetas dapat diperbaiki, hingga men-capai 80-90% . Penetasan diadakan setiap saat, sepanjang telurnya tersedia clan dimaui oleh petani .

Sistem pemeliharaan ekstensif, tidak jelek. Karena ayam buras suclah terbiasa dengan sistem ini . Secara ekonomik sistem ini bagi para petani kecil sangat menguntungkan . Karena masukan yang cliberikannya sangat minim clan hasilnya pun cukup . Namun dalam skala besar sistem ini sa-ngat sukar berkembang . Karena itu pemerintah mengintroduksi INTAB . Namun dengan sistem ini menurut pengamatan penulis, mortalitas anak ayam di beberapa daerah tetap tinggi . Hal terse-but antara lain disebabkan karena penyediaan ruang yang masih kurang memadai atau sangat terbatas, dimana anak ayam masih sering bercam-pur dengan ayam dewasa clan dipelihara di tempat yang sama dari waktu ke waktu, sehingga berba-gai penyakit sering clitularkan oleh ayam dewasa ke anak ayam yang relatif belum kuat . Tempat pemeliharaan yang sama sepanjang tahun, me-ngakibatkan tempat itu menjadi kurang sehat clan banyak tercemar penyakit . Lain dari pada itu modal untuk penyediaan INTAB pun relatif tidak sedikit bagi petani kecil . Rupa-rupanya sistem ini tidak dapat/sukar diterapkan secara menyeluruh bagi setiap petani kecil karena masalah tadi clan masalah pakan yang harus ada setiap saat. Se-hingga INTAB merupakan masalah baru yang masih perlu dikaji .

Keadaan lingkungan sekitar ayam buras di pedesaan sangat berpengaruh terhadap kelestarian ayam tadi . Berkat proses domestikasi, seleksi genetik clan adaptasi yang sangat lama, ayam buras telah menyatu dengan kondisi ling-kungannya . Mereka dapat hidup disegala tempat da- lam kondisi yang berbeda-beda . Dan telah merupakan suatu sistem tersendiri yang tidak da-pat clipisahkan antara petani clan ayam tersebut .

Ditinjau dari segi lingkungan, ayam buras ber-peran dalam menjaga kelestarian alam clan menjadi salah satu hewan yang turut menjaga stabilitas lingkungan pedesaan. Ayam buras turut menjadi pembersih kotoran rumah tangga, termasuk juga

kotoran manusia, clan turut menjaga lingkungan dengan memakan semua serangga sebagai sum-ber protein hewani baginya. yang mungkin sangat merugikan petani . Namun demikian keadaan lingkungan dimana ayam tadi hidup adakalanya kurang menguntungkan pada ayam buras. Karena predator selalu mengancam clan alam pun adakalanya kurang rumah .

Kematian anak ayam banyak terjadi pada mu-sim-musim hujan . Anak ayam yang basah kuyup biasanya ditinggalkan begitu saja oleh induknya clan akhirnya mati atau dimakan predator . Lain dari pada itu, walau pun ND kasusnya dapat terjadi setiap saat, tetapi wabahnya terjadi pada pergan-tian musim kering ke hujan . Data yang terkumpui menunjukkan bahwa pada bulan Oktober-Novem-ber di mana musim hujan mulai, wabah ND me-letus di mana-mana (Ronohardjo, et al, 1989; Darminto et al ; 1993) . Setidaknya untuk daerah Bogor, Kendal, Riau, Kalimantan Selatan, Su-lawesi Selatan clan Timor. Akibat wabah ini jutaan ayam di Indonesia menjadi korban . Terutama ayam yang tidak mempunyai kekebalan dalam tubuhnya clan ayam buras yang dipelihara secara ekstensif yag paling menderita akibat serangan wabah ini .

PENYAKIT DAN WABAH ND

Banyaknya ragam penyakit unggas dapat menyerang ayam buras, selain ND . Baik penyakit viral, bakterial, mikotik maupun parasiter (Rono hardjo, et al, 1985) . Penyakit viral yang pernah terditeksi menyerang ayam buras antara lain IB, Marek's, LL, Gumboro clan Cacar. Kecuali IB ; Marek's, LL clan Cacar telah lama dikenal di Indo-nesia . Sedang IB baru terditeksi setelah penyakit ini telah terbukti ada di ayam ras . Karena itu tidak mengherankan kalau pada suatu saat para peneliti menditeksi penyakit viral lain, yang saat ini telah ada di ayam ras, jugs terditeksi pada ayam buras . Hampir semua penyakit bakterial yang sering menginfeksi ayam ras, seperti Koriza, CRD clan tipoid unggas juga sering ditemukan pada ayam buras. Demikian juga penyakit parasiter, baik endo-parasit, ektoparasit clan parasit darah yang

biasa terdapat pada ayam ras.

Korban akibat serangan penyakit di atas cukup banyak, tetapi petani masih kurang tanggap akan bahaya penyakitnya. Dan kalau ada kema tian dianggapnya biasa clan bangkainya dibuang .

Mereka baru risau kalau yang terjadi wabah tadi ND . Sehingga segala kematian ayam yang jum-lahnya besar mereka kategorikan akibat serangan ND. Namun demikian keluhan-keluhan akan

(3)

pe-P. RONOHARDJO DAN YUSUFHALIM: Pengendaiian ND Pada A yam Buras

nyakit oleh petani yang merupakan peternakan semi intensif, di sana-sini, mulai timbul . Karena mereka mulai sadar akan kerugian akibat penyakit-penyakit tadi .

Di muka telah ditulis bahwa ND, secara spo-radis, dapat terjadi sepanjang tahun . Karena itu ayam buras sangat penting artinya bagi sumber penularan ND untuk peternakan ayam komersial ayam ras . Sedang wabah ND terjadi pada pergan-tian musim kering ke hujan. Akibat musim hujan ini kondisi kesehatan ayam merosot, banyak me-ngalami stres akibat kurang makan, suhu ling-kungan variabel clan lain-lain. Sehingga mereka relatif kurang tahan terhadap serangan penyakit .

Letupan wabah di suatu daerah, biasanya dimulai oleh introduksi ayam baru, yang berasal dari daerah lain, ke tempat tersebut oleh seorang petani . Walaupun pada saat petani tadi mem-beli/membawa ayam baru tadi, keadaannya sehat, petani ini tidak sadar bahwa ayam yang dibawanya sedang dalam masa tunas ND . Dalam kondisi peternakan ekstensif, kontak antar ayam di pekarangan sangat mungkin. Dengan demikian, apabila ayam baru tadi sakit, penularan virus ND yang dibawanya sangat mudah ke ayam setem-pat. Maka terjadilah penularan lateral antar ayam . Dengan cara ini penyakit merambat dari satu KK ke KK yang lain . Penyabaran virus ND juga di permudah oleh sifat virus itu sendiri yang relatif tahan terhadap kondisi lingkungan . Apa lagi kalau virus ini terbungkus oleh produk biologi induk semang, seperti lendir pernafasan atau tinja ayam . Oleh perantaraan udara , burung, hewan kecil liar, alat-alat pertanian yang tercemar, virus ND ini dapat juga disebarkan . Karena itu masuk akal, kalau belum semua ayam dalam satu kandang terserang, penyakit ini belum reda. Lain dari pada itu kebiasaan keluarga petani yang membuang ayam mati, atau sisa-sisa penyembelihan ayam sakit ke tempat sampah begitu saja, juga memper-cepat penyebaran penyakit antar ayam . Karena ayam mati atau sisa-sisa penyembelihan tadi da-pat dimakan oleh ayam lain .

Peran manusia dalam penyebaran wabah ND sangat besar. Para petani membawa clan menjual ayam sakit ke pasar yang aclakalanya jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya clan disambung oleh pembeli lain untuk membawa ayam tadi ke kampungnya, merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam penyebaran ND . Pengalaman menunjukkan dalam survei penyakit bahwa mem-peroleh ayam buras sakit di pasar, lebih mudah dibanding mencarinya di pedesaan . Para tengku-lak ayam yang membawanya dengan kenclaraan bermotor sampai ratusan kilometer jauhnya dari

tempat asal ayam buras menambah luas penye-baran wabah . Selain itu virus ND ini pun tercecer sepanjang jalan yang dilalui oleh angkutan ayam clan infeksi lateral antar ayam dalam keranjang ayam para tengkulak pun terus terjadi, yang ak-hirnya ND sampai ke tujuan yang baru.

Korban akibat wabah ND pada ayam buras bervariasi dari satu kelompok ayam ke kelompok lainnya . Tergantung atas umur clan keadaan ayam pada waktu terjadi wabah. Pada ayam yang tidak divaksinasi data yang terkumpul untuk daerah Bogor, pada waktu penulis mengadakan penelitian lapang vaksin ND per-oral, mencapai 79,6% ; di Timor 98% clan di Riau 61 %. Sedang kematian yang diawasi untuk daerah Riau pada anak ayam 18-45%, dara 4-28% clan dewasa 3-10% . Tapi ticlak jarang bahwa ayam dalam satu KK musnah semuanya, kalau ticlak divaksinasi .

VAKSIN

Pada saat ini telah banyak vaksin yang ber-edar di pasar, baik produk dalam negeri maupun impor . Kedua macam produk ini ticlak berbecla, semuanya baik, asal potensinya terjamin . Pada dasarnya vaksin tadi ada dua macam, yaitu vaksin aktif clan inaktif. Vaksin inaktif berisi virus ND mati yang harus diberikan persuntik, sedang yang aktif berisi virus hidup yang dapat diberikan

melalui suntik, air minum, tetes atau semprot. Dengan adanya Balai Pengujian Mutu clan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH), kualitas vaksin ND pada saat ini Iebih terjamin di banding masa lalu . Karena merupakan suatu keharusan para pe-ngusaha untuk mengujikan vaksinnya, sebelum dipasarkan . Vaksin tadi dapat dipakai untuk se-mua jenis ayam baik ras maupun buras . Namun demikian, hasil dari vaksinasi ini masih ada saja keluhan para peternak, bahwa ayamnya masih ada yang terserang ND .

Lain dari pada vaksin konvensional, pada saat ini sedang dikembangkan vaksin dari virus ND apatogen velogenik tahan panas yang dapat di pakai peroral dicampur pakan . Di Malaysia di-masukkan dalam lapisan pelet pakan ayam . Sedang di Indonesia dengan campur gabah atau nasi aron . Metode terakhir ini yang saat sekarang telah banyak diteliti oleh ACIAR karena dianggap lebih sederhana clan murah .

VAKSINASI

Masalah ND pada peternakan komersial pada umumnya telah dapat ditanggulangi dengan baik dengan vaksinasi yang reguler . Beberapa metode

(4)

vaksinasi seperti dengan suntik, tetes, air minum clan semprot telah banyak diterapkan . Walaupun pada umumnya berhasil baik, adakalanya masih terdapat di beberapa peternakan yang terserang wabah ND . Hasil penelitian BALITVET menunjuk-kan bahwa vaksinasi sistem 4, memberimenunjuk-kan hasil yang memuaskan . Sistem tadi meliputi vaksinasi DOC umur 4 hari dengan tetes memakai Bi atau F, 4 minggu dengan suntik (La .Sota), 4 bulan suntik (Komarov), clan setiap 4 bulan sekali de-ngan suntik . Kalau tersedia vaksin inaktif dalam ajuvan minyak pada umur 4 bulan tadi, dapat disuntik dengan vaksin ini clan kemudian tidak perlu ulangan . Sangat dianjurkan kepada para peternak untuk menguji titer HI kelompok ayam-nya 14 hari setelah vaksinasi . Adakalaayam-nya masih terjadi serangan ND walaupun ayam tersebut telah divaksinasi, mungkin hal tadi disebabkan oleh potensi vaksin kurang memadai, tidak tepat waktu atau pada peternakan tadi terdapat penyakit lain, seperti IBD, atau kontaminasi pakan oleh aflatoxin clan/atau insektisida yang clapat bertindak sebagai immunosupresi .

Vaksinasi pada ayam buras yang dipelihara secara intensif (INTAB) dapat diterapkan metode vaksinasi pada ayam ras . Dengan tetes clan sun-tik .

Masalah vaksinasi pada ayam buras yang dipelihara secara ekstensif dengan metode kon-vensional, sukar diterapkan . Karena menangkap ayam ini, ekor per ekor, hampir tidak mungkin . Apalagi di beberapa daerah ayam tersebut sete-ngah liar clan tidur pun tidak pernah dalam kan-dang, tetapi bertengger pada cabang pohon . Namun demikian, dari pengalaman dilapangan menunjukkan, bahwa mengumpulkan ayam-ayam tadi oleh petani tidak sulit, hanya memanggil clan menebarkan pakan di halaman rumah, ayam tadi berclatangan clan berkumpul . Kenyataan yang demikian ini, kemudian menimbulkan suatu ga-gasan, bahwa vaksinasi dengan cara mencampur vaksin dalam pakan, mungkin dapat membantu menanggulangi masalah ND yang sangat merugi-kan ini . Untuk itu diperlumerugi-kan suatu galur virus ND yang ticlak ganas (lentogenik) yang khusus, yang lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan .

Balitvet terus berupaya mencari virus ND, untuk keperluan vaksinasi dengan jalan mencam-pur dengan pakan ayam, yang sesuai untuk keper luan tersebut . Dari beberapa virus ND, maka dicari variannya yang tahan panas dengan harap-an variharap-an ini kemudiharap-an dapat dipakai untuk vak-sinasi per-oral tadi . Pada saat ini telah diciptakan 3 varian yang mempunyai harapan baik. Beberapa uji laboratorium, clan lapang memberi petunjuk,

WARTAZOA Voi. 4 No. 1-2, Pehruari 1995

bahwa vaksin ini cukup baik, walaupun di sana sini masih harus diadakan penelitian lanjut, agar hasilnya lebih sempurna.

Dari hasil beberapa percobaan menunjukkan bahwa gabah clan nasi aron, adalah transport medium untuk vaksin ND per-oral yang diciptakan Balitvet, yang terbaik. Dibanding dengan beras, jagung clan gaplek atau dedak. Pelarut vaksin yang terbaik adalah aquadest atau air sumur yang bersih . Air leding tidak baik untuk dipakai pelarut karena mengandung kaporit yang dapat mem-bunuh virus vaksinnya .

Aplikasi vaksinasi per-oral ini sangat seder-hana, yaitu 1 ml vaksin ND pekat di larutkan dalam 1/2 gelas air sampai homogen. Kemudian vaksin dalam air bersih ini dituangkan ke dalam tempat lain (baskom plastik atau beremail) clan ditambah-kan 1 kg gabah sedikit demi sedikit sambil dicam-pur. Kalau semua gabah telah dicampur dengan baik, maka vaksin pada gabah ini slap untuk dipakai vaksinasi 100 ekor ayam buras segala umur. Dengan jalan menebarkan gabah ini ditem-pat bersih/tanah di sekitar ayam yang hendak divaksinasi . Vaksinasi sebaiknya dilaksanakan pagi hari pada waktu ayam berkumpul clan belum berkeliaran, agar semua ayam memperoleh vaksi-nasi . Pada anak ayam yang masih kecil, ke-mungkinan memperoleh vaksinasi dengan cara ini pun kecil karena mereka dikalahkan oleh ayam-ayam yang lebih besar. Sebaiknya anak ayam-ayam tadi divaksinasi terpisah dari ayam-ayam lainnya .

Sampai saat ini, vaksinasi .per-oral ini telah dicoba di laboratorium clan lapangan . Sebegitu jauh hasilnya tidak mengecewakan . Tetapi tidak memberi proteksi 100% . Hasil percobaan labora-torium untuk ayam buras sekitar 60-70% protek-tif, setelah ditantang dengan virus ND ganas . Demikian juga dilapangan . Tetapi pada kejadian wabah ND, proteksinya bervariasi antara 60-90% tergantung atas berbagai faktor, diantaranya umur ayam, ketekunan para petani dalam memberikan vaksinnya clan saat vaksinasi tadi diadakan . Kalau vaksinasi diadakan pada musim wabah, dam-paknya negatif, karena kekebalan belum timbul clan ayam sudah menderita penyakit . Awal vaksi-nasi yang terbaik adalah pada musim kering, di-mana nanti pada waktu musim wabah ND datang (pada musim peralihan kemarau ke hujan) ayam-ayam telah kebal .

Perlu dicatat disini, bahwa vaksinasi ke I diikuti oleh pemberian booster dengan cara yang sama, 3 minggu pasca vaksinasi I . Ulangan vaksi nasi berikutnya diberikan setiap bulan, mengingat penetasan ayam baru terjadi setiap saat.

(5)

Dari pengalaman penulis dalam berbagai uji lapang vaksin ND per-oral, sungguhpun cara ini sangat sederhana mudah serta lebih praktis dari cara konvensional, keberhasilannya masih diten-tukan oleh kesungguhan para petani siempunya ayam itu sendiri . Beberapa masalah yang masih mempengaruhi hasil vaksinasi ini, masih saja di-temukan, walaupun aplikasi vaksinasi sudah san-gat dipermudah . Masalah tadi antara lain adalah 1 . Kesungguhan petani

Banyak petani pemilik ayam buras belum sadar benar bahwa ayam buras mempunyai arti ekonomi yang potensial dalam menyumbang pen dapatan mereka . Oleh sebab itu, kebanyakan mereka hanya mempunyai rasa pemilikan, tetapi kurang mempunyai rasa pemeliharaan . Ayam di-anggapnya sebagai modal yang boleh dilupakan clan ticlak harus diurus . Kalau mereka memer-lukannya, mereka petik hasilnya, tetapi kurang berusaha untuk mencari upaya agar ayam mereka dapat berkembang dengan baik.

Kematian ayam merupakan hal yang biasa clan cukup mereka buang kalau sudah mati atau di-konsumsi kalau masih sempat mereka sembelih. Karenanya, kesungguhan mengadakan vaksinasi masih kurang dihayati . Ada suatu kejadian bahwa vaksin yang seharusnya telah diberikan, masih tetap disimpan di rumah selama 14 hari dalam kondisi kamar, sehingga vaksin tadi rusak, atau sama sekali tidak diberikan. Sehingga ayamnya menjadi sumber petaka pada musim wabah clan musnah ketika wabah datang, sedang ayam tetangganya selamat, karena is lebih bersungguh-sungguh. Juga adakalanya mereka merupakan/ti-dak mau memberi booster yang semestinya diberikan 3 minggu setelah vaksinasi pertama. 2. "Key farmer"

Kerja sama dengan petani andalan/"key farmer" setempat, belum tentu menjamin hasil vaksinasi . Karena petani demikian, beban tugas nya semakin berat, segala masalah pertanian bi-asanya dilimpahkan kepadanya, sehingga akhir-nya mereka jenuh . Sedang imbalan untuk tugas-tugas itu sama sekali ticlak ada. Tetapi "key farmer" yang berdedikasi pada kelompok lainnya memberi hasil yang memuaskan dalam pengen-dalian masalah ND di kelompoknya .

P. RONOHARDJO DAN YUSUFHALIM: Pengendalian ND Pada Ayam Buras

'KENDALA 3 . Kemasan vaksin

Balitvet telah berupaya-untuk mengemas vak-sin sekecil mungkin agar hal ini lebih menerap dalam pengendalian ND pada ayam buras di pede saan yang dipelihara ekstensif . Yaitu dengan cara mengemas per 100 ekor/botol . Tapi karena pemilikan ayam oleh petani setempat hanya 10-30 ekor, atau malahan ada yang lebih kecil lagi dari itu, maka 1 botol vaksin tadi harus dimanfaatkan oleh 3-10 KK . Hal ini pun merupakan kendala . Kepada siapa vaksin ini harus diberikan, clan antar mereka, biasanya, saling sungkan untuk memin-tanya . Demikian juga gabah atau nasi aron yang hanya 1 kg untuk campuran vaksin ini, masih sangat berarti bagi para petani yang adakalanya mereka enggan membaginya pada petani lain, kalau hal itu terjadi berulangkali .

4. Ulangan vaksinasi

Pengebalan ternak terhadap penyakit menular ticlak cukup hanya dilakukan satu kali clan ke-mudian dilupakan . Apalagi pada ND dimana keke balan yang ditimbulkan relatif singkat dibanding pada penyakit ternak besar. Lagi pula penetasan ayam buras yang berlangsung sepanjang waktu, hingga ayam-ayam baru yang tidak mempunyai daya perlindungan selalu ada setiap saat ditempat itu . Untuk kesemua ini, vaksinasi ND pada ayam buras perlu ulangan yang lebih sering dibanding dengan hal yang sama pada ayam ras atau ternak besar . Idealnya vaksinasi itu harus dilakukan setiap bulan . Kesadaran para petani yang daya talarnya sangat sederhana perlu dipacu untuk ini . 5 . Waktu tepat

Vaksinasi ND dapat dilaksanakan setiap saat. Tetapi untuk menghadapi bulan-bulan wabah setiap tahun perlu dicari waktu yang paling ber manfaat, agar ayam buras pada saat musim wabah tiba (pergantian musim kemarau ke hujan) telah mempunyai daya lindung yang cukup . Karena itu pengendalian ND secara masal disuatu daerah perlu mengacu pada masalah ini. Peng'a-laman menunjukkan bahwa vaksinasi yang dimulai pada musim wabah atau pada saat ada kasus ND di suatu tempat pada musim peralihan tadi, hasil-nya sangat kurang memuaskan. Angka kematian masih tetap tinggi . Hal ini disebabkan oleh karena daya lindung hasil vaksinasi ini belum cukup, tetapi virus ND ganas ditempat itu telah gen-tayangan. Awal vaksinasi ND masal, karenanya,

(6)

sebaiknya diadakan pada musim kemarau dan terus diikuti oleh ulangan vaksinasinya secara reguler .

6. Monitoring hasil vaksinasi

Sungguhpun titer HI pada ayam buras tidak dapat dipakai pegangan secara mutlak, karena banyak ayam pasca vaksinasi yang titer HI-nya rendah, malahan sama sekali tidak bertiter, sela-mat bila ditantang dengan virus ND ganas . Tetapi ayam lain yang titer HI-nya relatif tinggi malahan mati. Namun demikian adakalanya titer HI pasca vaksinasi ini, masih bermanfaat untuk dipakai memonitor pre-pasca vaksinasi .

7 . Kekebalan

Pada ayam buras yang dipelihara secara eks-tensif, untuk mengetahui kekebalan yang diperoleh hasil suatu vaksinasi adakalanya baik clan adakalanya kurang baik dalam arti titer HI-nya. Namun demikian daya lindungnya cukup memberi hasil yang menggembirakan, walaupun tidak 100% . Dari pengalaman beberapa penelitian la-pang, daya lindung tadi mencapai > 60%. Daya lindung ini cukup memberi nilai tambah komperatif bagi para petani kecil dibanding kalau ayam terse-but tidak divaksinasi . Yang paling tepat untuk mengetahui kekebalan ayam buras pasca vaksi-nasi adalah dengan jalan mengumpulkan contoh ayam tadi secara acak, lalu ditantang dengan virus ND ganas .

ORGANISASI PENGENDALIAN

Pengalaman menunjukkan bahwa keberhasil-an pengendalikeberhasil-an ND pada ayam buras ekstensif juga tergantung atas organisasi si pelaksananya . Keikut sertaan DISPET setempat besar artinya dibanding kalau dinas tadi tidak turut secara lang-sung . Atau hanya turut pada awal, tetapi ke-mudian meninggalkannya.

Peran PPS/PPL dalam masalah ini sangat penting karena mereka tadi merupakan ujung tom-bak yang langsung mengetahui medan dan karak ter para kelompok taninya. Kerjasama antara PPS/PPL dengan "Key farmer" biasanya telah ter-jalin dengan baik, juga mereka telah berpenga-laman dan menguasai ilmu penyuluhan yang han-dal . Dengan demikian transfer tehnologi yang diharapkan dalam vaksinasi ini dapat berlangsung dengan baik sekali .

WARTAZOA Vol. 4 No. 1-2, Pebruan 1995

Karena dalam masalah vaksinasi per-oral yang dicampur gabah merupakan tehnologi baru yang masih perlu diperkenalkan kepada para petani, peran peneliti dari Balitvet masih diperlukan . Baik untuk memberikan demonstrasi cara vaksinasi, maupun memonitor clan evaluasi akhir hasil vak-sinasi ini .

Untuk mengkoordinasi vaksinasi ini, DISPET berperan besar dan dibantu oleh PPS . PPL clan "key farmer" menjadi pelaksana di lapangan . Se belum pelaksanaan ini dimulai data populasi ayam dan pemilikan ayam per KK harus dipersiapkan. Hal ini penting untuk dipakai mengevaluasi hasil vaksinnya dan menilai Benefit Cost Ratio pada akhir vaksinasi yang sangat diperlukan bagi pe-megang kebijakan .

KESIMPULAN

Ayam buras yang berpotensi dalam penyediaan protein hewani secara nasional, lebih lagi bagi para petani kecil dan ekonomi pedesaan masih selalu dibayangi oleh ND yang kalau terjadi wabah, angka kematiannya dapat mencapai 90% atau lebih . Sehingga kerugian menyeluruh untuk ND ini ditaksir Rp 142 milyar/th .

Penanggulangan ND pada ayam buras dengan jalan vaksinasi per-oral yang dicampur gabah atau nasi aron di beberapa daerah, telah menunjukkan hasil yang menggembirakan . Sungguhpun demikian vaksin ini sampai sekarang belum dilepas untuk produksi masal . Karena beberapa penelitian lanjut masih diperlukan, untuk mendukung hasil-hasil yang sudah mulai terkumpul. Dalam makalah ini dibahas tentang pengendalian ND pada ayam buras yang dipelihara ekstensif, dengan vaksin ND tahan panas yang diberikan bersama gabah . Juga diulas masalah kendala yang ada dalam pe-ngawasan pengendalian ini . Dengan harapan bah-wa hasil diskusinya dapat memberikan manfaat bagi fihak-fihak yang berminat .

DAFTAR PUSTAKA

Anon, 1985a . Animal health year book No .25 . Animal and production health series .

FAO/WHO/OIE.

Anon, 1986 . Buku statistik peternakan . Ditjennak Deptan Jakaryta Copland, J .W . 1987 . New-castle disease in poultry . ACIAR Camberra . 7-9 .

(7)

Darminto, P. Ronohardjo, N. Suryana, B . Moerad, Widayati dan Hardiman. 1990. Penelitian la-pangan vaksin ND per-oral di Propinsi Riau .Penyakit Hewan, 39 :1-9 .

Darminto, P.W. Daniels and P . Ronohardjo . 1993 . Studies on the epidemiology of Newcastle Disease in Eastern Indonesia by serology and characterisation of the viral isolates asing panels of monoclonal antibody, Penyakit He-wan 46 :67-75 .

Ditjennak. 1985 . Petunjuk pemeliharaan ayam buras .

Masudana, I .W., K.Tono dan N.P.G . Sarini . 1984-1985 . Tinjauan ekonomis intensifikasi vaksi-nasi ND pada ayam buras di daerah Warn'asari dan desa Blimbingsari Kecamatan Malaya Kabupaten Jembrana 1983-1984 . Laporan Tahunan Diskeswan .

P. RONOHARDJO DAN YUSUF HALIM: Pengendalian ND Pada A yam Buras

Mutalib, A. Salman dan Djamaludin . 1985 . Lapor-an vaksinasi ND pada ayam kampung di Aik-mal, Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat . Laporan Diskeswan.

Parson, S .A. and D.T. Vere . 1984. A benefit cost analysis of the Bakitw-an Project Bogor, Indo-nesia, Camberra, ACT, Australia ADAB. Picard, W.K . 1982 . Pseudovogelpes . Ned. Ind .

Bld . V. Dierg . 1-52 .

Ronohardjo, P., A.J . Wilson and R .G. Hirst. 1985 . Current livestock disease status in Indonesia. Penyakit Hewan. 29 :317-326 .

Ronohardjo, P., Darminto, M. Isa Dirja dan N . Suryana . 1989. Vaksinasi per-oral terhadap penyakit tetelo pada ayam kampung dengan vaksin (RIVS) V4 di Kabupaten Bogor, Indo-nesia. Penyakit Hewan . 37 :40-47 .

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini merupakan monitoring ketinggian air sungai yang memberikan informasi kepada pengawas sungai dan masyarakat berupa tinggi beserta status sungai secara real time melalui

Tanda yang tepat digunakan untuk perbandingan pecahan dengan adalah ..... Hermanto sedang bermain lego, ia mempunyai 10

Key word: patchouli oil, patchouli alcohol, synthesis organonitrogen compound, Ritter 27.. reaction, toxicity

The old-style version negotiation process stated that if the “version” parameter is missing, then a service metadata document compliant to the highest-supported version shall

Jika terdapat data sebaran V dalam sebuah bidang, maka gradient dari V dapat ditentukan dengan tool MATLAB gradient kemudian untuk menggambarkan hasil perhitungan gradient

Uji aktivitas katalis dilakukan menggunakan fotokatalis pada reaksi esterifikasi dengan pereaksi metanol dengan perbandingan minyak dan metanol 10:120 b/b dengan variasi

Permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai biaya perjalanan, pendapatan, kepemilikan moda dan jenis kelamin terhadap pemilihan moda sepeda motor dan KRL Commuterline

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari.. Oleh: