• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Manajemen Linen Rs, Depkes 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Manajemen Linen Rs, Depkes 2004"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Pedoman Manajemen Linen RS

Pedoman Manajernen Linen di RumahSakit Departemen KesehatanRl Direktorat Jenderal PelayananMedik 2004 Katalog dalam terbitan. Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Pedoman manajemen Linen di rumah sakit. -- Jakarta Departemen Kesehatan, 2004 I. Judul l. HEALIH SERVICES EQUIPMENT Pedoman Manajemen Linen

Tim Penyusun

1. Dr. Rarna lv{ardiati,Sp.KJ 2. Drg. Rarit Gempari, MARS 3. Dr. ElisabetLumban Tobing 4. Wahyu Dermawan

5. Betqy Farida,SKM

6. Ir, R. Bambang} {ermanto 7. Hj. YayahRoliyah, SKM 8. Hj. DjalinarTanjtrng 9. Dra. Yudi Astuti Tim Editor

1. Drg. Rarit Gempari, MARS 2. Dr. Frida Soesanti

3. Dr. Nila Kusumasari

(2)

Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit adalah melalui pemberian pelayanan yang profesional, berrmutu dan aman. Mengingat bahwa linen digunakan disetiap ruangan di rumah sakit, maka diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif. Dalam buku ini disajikan tentang manajemen linen di rumah sakit, sarana, prasarana dan peralatan pencucian, infeksi nosokomial serta kesehatan dan keselamatan kerja, prosedur pelayanan linen yang di awali dengan linen serta monitoring dan evaluasi, perencanaan sampai penatalaksanaan.

Tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada tim penyusun, sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan lancar. Kami menyadari masih banyak yang perlu untuk disempurnakan. oleh sebab itu berbagai kritik dan saran untuk sempurnanya buku ini sangat kami harapkan. Akhirnya kami harapkan buku ini dapat dijadikan salah satu buku panduan dalam meningkatkan pelayanan linen di rumah sakit.

Terima kasih Tim Penyusun Pedoman Manajemen Linen

Bab I

Pendahuluan

(3)

A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen di rumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacarn-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahlii sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja.

Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan kimia.

B. Permasalahan bahwa dalam pengelolaan linen di rurnah sakit sering di jumpai kendala kendala seperti :

1. Kualitas linen yang tidak baik, dalam arti linen sudah kaduarsa dan kerapatan benang sudah tidak memenuhi persyaratan.

2. Kualitas hasil pencucian sulit menghilangkan noda berat seperti darah, bahan kimia, dan lain-lain.

3. Unit-unit pengguna linen tidak melakukan pembasahan terhadap noda sehingga noda yang kering akan sulit dibersihkan pada saat pencucian.

4. Ruangan tidak memisahkan linen kotor terinfeksi dan kotor tidak terinfeksi. 5. Kurang optimalnya pengelolaan untuk jenis linen tertentu seperti kasur, bantal, linen berenda, dan lainJain.

6. Kurangnya koordinasi antara ruangan dengan bagian pencucian.

7. Kurangnya koordinasi yang baik dengan bagian lain khususnya dalam perbaikan sarana dan peralatan.

8. Aspek hukum apabila pengelola linen dilakukan oleh pihak ketiga. 9. Kurangnya pemahaman tentang kewaspadaan universal.

10. Kurangnya pemahaman dalam pemilihan, penggunaan dan efek samping bahan kimia berbahaya.

11. Kurangnya kemampuan dalam pemilihan jenis linen. C. Dasar Pelayanan Linen di Rumah Sakit

1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. 3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

4. PP No. 85/1999 tentang perubahan pp tahun 1999 tentang Pengelolaan limbah Berbahaya dan Racun.

5. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran Air. 6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.

7. Permenkes RI No. 472/Menkes/peraturan/1996 tentang Penggunaan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan.

(4)

8. Permenkes No. 416/Menkes/per/Ix/ 1992 tentang penyediaan Air Bersih dan Air minum.

9. PermenkesNo. 986/Menkes/Per/Xl tenrang penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.

10. Kesehatan No 983/Menkes/SK/X/1992

11. Keputusan menteri tentang Pedoman Organisasi Mutu

12. Kepmenkes Rumah Sakit' Limbah Cair bagi Kegiatan tentang di lndonesiatahun 1992 SanitasiRumah sakit

13. Pedoman Pengelolaan Linen tahun2001 14. Buku Pedoman Rumah Sakit tahun 1999

D. Tujuan Umum di rumah sakit mutu pelayanan linen Untuk meningkatkan Khusus linen di rumah sakit pelayanan pedoman dalam memberikan linen yang bersih untuk mendapatkan Infeksi nosokomial dapat terjadi pada siapa saja di setiap tempat di rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan linen dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan dengan pedoman dan prosedur kerja yang ada. Kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan semua di tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari sepuluh. Pemilihan bahan kimia yang ramah lingkungan akan mengurangi pencemaran udara, air, tanah dan lingkungan.

Pengertian Pengertian

1. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.

2. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau subsransi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.

3. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem.

4. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit.

5. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.

6. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora. 7. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain tenun.

8. Kewaspadaan universal adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh, dan selaput lendir sebagai sumber potensial untuk penularan pasien DIANGGAP infeksi HIV maupun infeksi lainnya.

Prinsip ini berlaku bagi SEMUA pasien, tanpa rnembedakan risiko, diagnosis ataupun status.

(5)

9. Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi Salmonellz dan Shigell. (sekresi dan ekskresi), HBV, dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi. 10.Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah, cairan

tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang diklasifikesikan dari seluruh pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.

11. Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi

12.(Material Safety Data Sheets) atau LDP (Lembar Data Pengaman) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis bahaya yang dapar ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.

13.Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/arau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

14.Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal.

15.Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.

16.Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan, dapat menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paiing ringan sampai paling berat.

17.Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak rnerugikan atau menimbulkan kerusakan.

(6)

Bab II

Manajemen Linen di Rumah Sakit

A. Jenis Linen yang digunakan di rumah sakit.

Ada bermacam-macam jenis linen dimaksud antara lain : 1. Spreilachen 2. Steaklachen 3. Perlak/Zeil 4. Sarungbantal 5. Sarungguling 6. Selirnut 7. Bouvenlachen 8. Alas kasur 9. Bedcwer 10.Tirai/gorden 11. Kain penyekat/scherm 12.Kelambu 13.Taplak

14.Barak schort tenaga kesehatan 15.Celemek

16.Baju pasien 17.Baju operasi

18.Kain penutup (tabunggas,troli dan alat kesehatan lainnya) 19.Macam-macam doek

(7)

20.Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi 21.Sueh lahen bayi

22.Kelambu bayi 23.Lakenbayi 24.Selimut bayi 25.Masker 26.Gurita 27.Topi kain 28.Zash lap 29.Handuk

a. Handuk untuk petugas b. Handuk pasien untuk mandi c. Handuk pasien untuk lap tangan d. Handuk pasien untuk muka

30.Linen operasi laken, topi, masker, doek, sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja instrumen, mitela, barak schort)

B. Bahan Linen yang digunakan biasanya terbuat dari : 1. Katun 100 %

2. Wool

3. Kombinasi seperti 650/o aconilic dan 35o/o wcrol 4. Silk

5. Blacu 6. Flanel 7. Tetra

8. CYC.SOo/o 50o/o lOOo/o 9. Polyester Twill/drill

Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara perawatan serta penampilan yang diharapkan.

C. Peran dan Fungsi, Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit. Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah perencanaan, pengadaan , pengelolaan, pemusnahan, kontrol dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain-ain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang membutuhkan.

(8)

1. Rendah Desinfeksi tingkat rendah Secara umum infeksi yang disebabkan karena linen relatif rendah

2. Tinggi desinfeksi tingkat tinggi

3. Sterilisasi Karena tidak kontak langsung dengan jaringan tubuh yang steril atau dengan penrbuluh darah

E. Struktur Organisasi pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dari penunjang medik. Saat ini struktur pengelolaan linen sangat beragam. Pada umumnya diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan sterilisasi bagian sanitasi, bahkan pencucian linen dapat dikontrakkan pada pihak ketiga (di luar rumah sakit) atau yang kita kenal dengan metode out sourcing. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa:

1. Beban kerja berbeda di setiap rumah sakit 2. Adanya keterbatasan Iahan di rumah sakit 3. Adanya keterbatasan tenaga kesehatan

4. Manajemen perlu berkonsentrasi pada core bisnis yaitu jasa layanan kesehatan yang artinya adalah perawatan dan pengobatan.

Kewenangan, pengaruran dan struktur organisasi unit pengelolaan linen diserahkan sepenuhnya kepada direktur rumah sakit, disesuaikan dengan kondisi di rumah sakit masing-masing.

F. Hubungan dengan Unit Lain Hubungan Kerja dengan Unit Lain Kewaspadaan umum R.lnap, R.Jalan, Instalasi, Administrasi Linen dari RS lain Linen kotor

G. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia terdiri dari : 1. Tenaga perawat (Akper, SPK)

2. Tenaga kesehatan.

3. Tenaga non medis/pekarya pendidikan minimal SMP dengan latihan khusus. H. Tata Laksana pengelolaan

Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari : 1. Perencanaan

2. Penerimaan linen kotor 3. Penimbangan 4. Pensortiran/pemilahan 5. Proses pencucian 6. Pemerasan 7. Pengeringan 8. Sortir noda 9. Penyetrikaan 10.Sortir linen rusak 11. Pelipatan

(9)

13.Penyimpanan 14.Distribusi

15.Perawatan kualitas linen 16.Pencatatan dan pelaporan

I. Skema Manajemen Linen di RS Proses pengadaan Pemberian identitas Distribusi ke unit-unit terkait yang membutuhkan Pemanfaatan linen oleh Unit-unit terkait Musnahkan Pencatatan/pelaporan

Bab III

Sarana Fisik , Prasarana dan Peralatan A. Sarana Fisik

Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri, terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru, Sebelum pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, alat) diperlukan untuk tata letak memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya dan hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang, untuk memudahkan penginstalasian termasuk instalasi listrik, uap, air panas dan penunjang lainnya, misalnya mendekatkan pouer ltouse dengan stean, boiler dan penunjang lainnya.

Sarana fisik instalasi pencucian terdiri beberapa ruang antara lain: 1. Ruang penerimaan linen, Ruangan ini memuat:

(10)

a) Meja penerima yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning untuk yang terinfeksi dan kantung warna putih untuk yang tidak terinfeksi.

b) Timbangan duduk

c) Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk diiakukan desinfeksi sesuai Standard Sanitasi Rumah Sakit.

d) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau exaust pencahayaan C = 100-200 lux sesuai fan dan penerangan minimal kategori Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.

2. Ruang pemisahan linen. Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan rnemasang fan atau exaust fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Lux sesuai Pedornan Pencahayaan Rumah Sakit, lantai dalam ruang ini tidak boleh dari bahan yang licin.

3. Ruang pencucian dan pengeringan linen Ruang ini memuat : Mesin cuci . Mesin pengering Bagi rumah sakit kelas C dan D yang belum memiliki mesin pencuci harus disiapkan : Bak pencuci yang terbagi tiga yaitu bak untuk perendam non infeksius, bak infeksius dengan desinfektan, dan bak untuk pembilas. Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya. Lantai dalam ruang ini tidak d i buat dari bahan yang licin dan diperhatikan kemiringannya. Jika rumah sakit sudah menggunakan mesin pencuci otomatis rmaka daya listrik yang diperlukan antara 4,8-5 Kva. Petunjuk penggunaan mesin pencuci harus selalu berada dekat mesin cuci tersebut agar petugas operator selalu bekerja sesuai prosedur. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang exhaust fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan C = i 00-200 Lux sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.

4. Ruang penyetrikaan linen Ruang ini memuat : lroners, pressing Penyetrikaan linen menggunakan Flatuorb ironer yang membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva - 4 Kva per alat atau jenis yang menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja uap sekitar 5 kgl cm2 dan tenaga listrik sekitar I Kva per unit alat. . Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 200 va per alat. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan exhaust = 200-500 Lux fan untuk penerangan minimal kategori pencahayaan sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.

5. Ruang penyimpanan linen Ruang ini memuat : Lemari dan rak untuk menyimpan linen, Meja administrasi Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup. Sirkulasi udara dipertahankan tetap baik dengan memasang

(11)

fan/exhaust fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Lux sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit, suhu 22-27"C dan kelembaban 457 5%F . F { .

6. Ruang distribusi linen Ruang ini memuat : Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna. Sirkulasi udara perlu d iperhatikan dengan memasang fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100-200 Lux sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.

B. Prasarana listrik

1. Prasarana Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik. Kabel yang diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan kabel dengan jenis NYY untuk instalasi dalam gedung, dan jenis NYFGBY untuk instalasi luar gedung pada kabel Feeder antara panel induk utama sampai panel Gedung Instalasi Pencucian. Pada Persyaratan lJmum instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) untuk pendistribusian daya listrik yang besar, kabel Feeder harus disambung langsung dengan Panel utama (Main Panel) Rumah Sakit, atau Panel utama Distribusi (Kios) jika rumah sakit berlangganan Tegangan Menengah (TM) 20 KV dan sudah menggunakan sistem Ring TM 20 KV. Adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi Pencucian terbagi dua bagian (line) anrara Iain :

a) Instalasi Penerangan

b) Instalasi Tenaga Daya di instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering , dan alat setrika. Disarankan menggunakan kabel dengan jenis NYY terutama pada kotak kontak langsung keperalaran tersebut, dan menggunakan tuas kontak (hand sttitch), atau kotak kontak dengan system plug dengan kemampuan 25 amper agar tidak terjadi loncatan bunga api pada saat pembebanan sesaat. Grounding harus dilakukan, terutama untuk peralatan yang menggunakan besar, digunakan instalasi kabel dengan diameter minimal sama daya dengan kabel daya yang tersalurkan. Untuk instalasi kotak kontak biasa di sarankan untuk memperhatikan penempatan , yaitu harus menjauhi daerah yang lembab dan basah. Jenis kotak kontak hendaknya yang tertutup agar terhindar dari udara lembab, sentuhan langsung dan paralel yang melebihi kapasitaspenggunaan.

(12)

C. Prasarana air

Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 4oo/o dari kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari, Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standar air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga tekanan air 2kg /mnt. Standar air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standard air bersih berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya:

1. Hardness , Garam Standard Baku Mutu (Calcium, Carbonate dan Chloride) : 0-90 ppm, Tingginya konsenrrasi Fram dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Efek pada linen dan mesin Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu-abuan dan Iinen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak (scale forzning), sehingga dapat menyumbat saluran-saluran air dan mesin

2. Iron - Fe (besi) Standard Baku Mutu : 0-0,1 ppm, Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan proses pencucian, Efek pada linen dan mesin Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellouting) dan linen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkarat. Kedua polutan tersebur (hardness dan besi) mempunyai sifat alkali, sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus dilakukan proses penetralan pH.

D. Prasarana pencucian uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses Prasarana uap dengan tekanan uap Panas pngingt detik yakni penggunaan fraksi kekeringan 5kg/cm2. Katup yang baik adalah dengan katup dan temperature ideal 70"C, (Pada skala0-100%) katup 706/.

E. Peralatandan Bahan Pencuci bahan pencuci kimiawi Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan yang dicuci/ komposisi dan kadar tenentu, agar tidak merusak yang melaksanakan dan limbah linen, mesin pencuci, kulit petugas buangannya dapat merusak lingkungan:

Peralatan pada instalasi pencucian antara lain 1. Mesin cuci Vashing Machine

2. Mesin Peras/Washing Extracnr 3. Mesin Pengering DryingTumblzr 4. Mesin penyetrika Ftztworb lroner 5. Mesin penyetrika pres Presser lronar 6. Mesin jahit / Seung Machine

(13)

Produk bahan kimia proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor di atas bereaksi tidak akan membuat dengan baik. begitu juga apabila kekurangan umum terdiri dari :

a) Bahan kimia yang dipakai secara Alkali deterjen dan Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau Peran serta membuka pori dari linen.

b) Detergen= sabun

Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara global

c) Emulsifier Mempunyai peran unruk mengemulir kotoran yang berbentuk minyak dan lemak

d) Bleach = pemutih Mengangkat kotoran/noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak sebagai desinfektan, baik pada linen yang berwarna (Ozone) dan yang putih (Chlorine).

e) Sourlpenetral Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga pH-nya menjadi 7 atau netral.

f) Softener Melembutkan linen. Digunakan pada proses akhir pencucian. Starch kanji Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi kaku, juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak sampai ke serat.

F. Pemeliharaan Ringan Peralatan Alat cuci pada Instalasi Pencucian dijalankan oleh para operator alat, dengan demikian para operator alat harus memelihara peralatannya. Berbagai kelainan pada saat pengoperasiannya, misalnya kelainan bunyi pada alat dapat segera dikenali oleh para operaror.

Pemeliharaan ringan peralaran pencucian terdiri dari :

1. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap hari dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan kimia MPC (Mubi Purpose Chaner) dan dikeringkan dengan lap kering. Untuk bagian tombol/kontrol digunakan lap kering dan jangan terlalu ditekan, dikarenakan pada bagian ini biasanya tertulis prosedur dengan semacam stiker yang mudah terhapus. Setelah pemakaian, kosongkan air untuk mengurangi kandungan air dalam mesin sekecil mungkin. Jika terbentuk noda putih di dalam mesin cuci, cucilah bagian dalam drum dengan air bersih.

2. Pemeriksaan bagian bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada beartng, engsel pintu alat atau roda yang berptrtar. Berilah minyak pelumas atau fatl gemuk. Penggantian genlukl fat secara total disarankan dua tahun sekali. Jenis dan produk minyak pelumas mesin yang digunakan dapat diketahui dari buku Operating Manual setiap mesin. Buku ini selalu menyertai peralatan pada saart penerimaan barang.

(14)

3. Pemeriksaan V-bel dilakukan setiap satu bulan yakni secara visual dengan melihat keretakan lempeng V-belt, dan dengan perabaan untuk menilai kehalusan V-belt dan ketegangannya (kelenturan), toleransi pengukuran 0,2-O,5 mm. Jika melebihi atau sudah ridak memenuhi syarat Vbelt tersebut segeradiganti.

4. Pemeriksaan pipa uap panas (steam) dilakukan setiap akan dimulai menjalankan alat pencucian. Setiap saluran diperiksa dahulu terurama pada pipa yang terbungkus strofodm (isolasi) dengan cara dilihat apakah masih terbungkus dengan baik dan tidak ada semburan air atau uap. Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan pencucian harus dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika teriadi kebocoran, harus segera dilaporkan pada teknisi rumah sakit untuk diperbaiki

(15)

Bab IV

Inf eksi Nasokomial serta Kesehatan dan K eselamatan Ke rja (K3) A. Pencegahan Infeksi Nosokomial

1. Pengertian Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen yang patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit.

Yang dimaksud agen adalah bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit. Infeksi Capat bersifat lokal atau general (sisremik). Infelai lokal ditandai dengan adanya inflamasi yaitu sakit, panas, kemerahan, pembengkakan dan gangguan fungsi. Infeksi sistemik mengenai seluruh tubuh yang ditandai dengan adanya demam, menggigil, takikardia, hipotensi dan tanda-tanda spesifik lainnya.

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di rumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka infeksi ketingkat serendah rendahnya, perlu adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial . Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter/perawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsur/profesi yang ada di rumah sakit

2. Batasan infeksi nosokomial apabila: Suatu infeksi dinyatakan sebagai a) Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak

sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

b) Infeksi timbul sekurang-kurangnya 1 x 24 jam sejak mulai dirawat. Lebih lama dari masa terjadi pada pasien dengan masa perawatan c) Infeksi inkubasi.

d) Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

(16)

3. Sumber infeksi Yang merupakan sumber infeksi adalah :

a) Petugas rumah sakit (perilaku). Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan. Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik. Menderita suatu penyakit.

b) Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya). Penyimpanan yang kurang baik. Dipakai berulang-ulang. Rusak atau tidak layak pakai. Kotor Lewat batas waktu pemakaian atau kurang bersih / tidak steril Pasien Kebersihan kurang .

c) Menderitapenyakitkronik/menahun.

d) Kondisi yang sangat lemah (gizi buruk) Menderita penyakit menular/infeksi Lingkungan. Tidak ada sinar (matahari, penerangan) yang masuk. Ventilasi/sirkulasi udara kurang baik . Ruangan lembab . Banyak serangga yang sering menimbulkan

4. Faktor-faktor terjadinya infeksi

a) Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit yang dapat menjadi sumber infeksi bagi lingkungan dan pasien lain.

b) Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya. c) Adanya kontak langsung anrara pasien dengan petugas rumah sakit

yang terinfeksi.

d) Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi.

e) Kurangnya perhatian tindakan aseptik dan antiseprik. f) Kondisi pasien yang lemah.

5. Pencegahan untuk mencegah /mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu diperhatikan :

a) Petugas Bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure(SOP) untuk pelayanan linen.

b) Memperhatikan aseptik dan antiseptik.

 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.

 Bila sakit segera berobat.

 Alat-alat. Perhatikan kebersihan (alat-alat laundry, troli untuk transportasi linen) Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan (fifo).

c) Linen yang rusak segera diganti (afkir) Ruangan/lingkungan Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan, Penerangan cukup. Ventilasi/sirkulasi udara baik Pembersihan secara berkala Lantai kering dan bersih Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan

(17)

I. LatarBelakang Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari sepuluh. Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis maupun jumlahnya. Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua pekerja di rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya potensial yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian anrara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja, bila bahaya di lingkungan kerja tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjanya. Khusus untuk petugas rumah sakit di instalasi pencucian menerima ancaman kerja potensial dari lingkungan bila keselamatan keria tidak diperhatikan dengan tepat.

II. Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja

Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri atas :

1) Ruang lingkup usaha kesehatan kerja Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :

 Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

 Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahreraan sosial.

 Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekejaan yang sesui dengan kemampuan fisik , pekerjaannya.

 Kapasitas kerja dan beban kerja Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara

(18)

ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja, serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara optinral. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang prima merupakan modal seseorang untuk mencapai produktivitas yang diharapkan. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, kebugaran jasmani dan keseharan mental. Beban kerja meliputi beban fisik maupun mental. Akibat beban , kerja yang telalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat

kerja-2) Kondisi lingkungan kerja (debu, zat kimia) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerjaan. Beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat keria.

3) Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkan;

a. Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Faktor dilapangan menunjukkan terdapat kesenjangan antara pengetahuan tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan usaha untuk mencegahnya antara kondisi dan emosi. Misalnya alat pelindung kerja yang ridak digunakan secara tepat oleh pekerja, kemungkinan terpajang melalui kontak langsung atau tidak tersedianya pelindung. untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah yang penting adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan upaya perlindungan dan penanggurangan kemudian dilakukan pengendalian.

III. Potensi Bahayapada tnstalasipencucian 1. Bahaya Mikrobiologi Bahaya mikrobiologi adalah penyakit arau gangg*an kesehatan yang diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti baftreri, virus, ricketsia, parasit dan jarnur. Petugas pencucian yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen. Penelitian bakteriologis pada instalasi pencucian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu sebelum cucian mulai diproses. Mikroorganisme tersebut adalah :

(19)

 Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium taberculosis adalah mikro organisme penyebab tuberkulosis dan paling sering menyerang paru-paru (90%). Penularannya melalui percikan atau dahak penderita.

Pencegahan: mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan Instalasi Pencucian. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP. - Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan alat yang digunakan. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rurnah sakit terhadap penyakit TBC dan penularannya. Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP.

 Virus Hepatitis B Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komp likasinya, lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai pengidap (carrier) kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan. Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Pencegahan:

 Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit hepatitis B dan penularannya. Menggunakan APD sesuai SOP.

 Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan peralatan yang dipergunakan terurama bila terkena bahan infeksi.

 Memberikan vaksinasi pada petugas. Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjasesuai SOP. Virus HIV (Human Imuno deficiency Virus) Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS Acuaired Imuno deficiency Simdroma). Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya virus ke tubuh sampai timbulnya AIDS bergantung pada daya tahan tubuh seseorang dan gaya hidup sehatnya. HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air susu ibu. sekreta dan ekskreta tubuh. Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang mengandungvirus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.

Pencegahan:

 Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastik keras yang berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan,

(20)

kedap air dan berwarna khusus serta diberi label Bahan Menular/AIDS selanjutnya dibakar.

 Menggunakan APD sesuai SOP. Bahaya Bahan Kimia Debu dari linen debu dapat berasal bahan linen itu sendiri Pada instalasi Pengukuran dapat Ehrtrid Atton Drtst Sarnptrer Dengan memakai alat Vertbdl Semua ruangan dan Personal Dust diukur banyaknya debu dalam NBA adalah 0 '2 mil yang sesuai pler. Debt:lnen (cotton &tst) ligram/m3' Efek kesehatan dapat terjadi penimbunan debu dalam Paru-Paru N4ekanisme u t'ggt td"'^ y""g mengandung^deb n rt d en gan -. "'i ""il'^'"hi ke masuk t da *",i, kearm;ilf;T :i:l,i;l.i:T,f iSf,fi : memPunyal uKura dalam PernaPasan dapat terjadi pneumoconiosis' Pada pema.lananyang lama di paru-parudengantti.l",::k"t dimana partikellJ"iri"*pai ^y""g disebabkanoleh serat linen/ bernapas.r"t""ilo"""io'i' hampir samadengan kapasdisebut b;;t;;;;t' ctia"littinosis Mond'ay Feaer' tl'ut T;ghness araw asmavang a"b:;;'i;"d"! yaitu lah hari.p:"".T" kerfa sete libur karenagtltl" t"'1"di pada hari keduadan bila PemaParan Senin,seringg+t" hit"t'g pada berat' berlanjutmaka geialamakln r Pengendalian teihadaPsumber Pencegahan keluar dari sumbernyadengan Diusahakanagardebu tidak sumberdebu' mengisolasi SOP Memakai APD sesuai Ventilasi Yangbaik -Dengan alathealexhausur kimia ") Bahaya bahan di instaiasipencuciandiakibatkan r Sebagianbesardari bahaya dll' ;;"rjen' desinfekt*"' ""t Pemutih' oleh zat ki*; ;;t;t dan besar'luas aiakib"ikan tergantungdari Tingkat 'i'iltJy"ig 3l PedomanManaicmcnLincn

39. 'Walaupun lama pemajanan. zat kimia yang sangat toksik sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya,pemajanan terhadap bahan kimia yang membahayakan ridak dapat dielakkan. OIeh karena itu sikap hati-hati rerhadap semua jenis bahan kimia yang dipakai manusiadan potensialmasuk ke dalam tubuh. Sebagian dari informasi bahankimia tersebur dapat dibaca pada label kemasandari produsennyayang lazim disebut h4SDSs. Penanganan zat-zatkimia di instalasipencucian .a. Alkali Guna : bubuk penambahsifat alkali Ciri-ciri khusus: bubuk kekuningandenganpH 12,0- 13,0 Sifat : bila

(21)

terkena panas akan terkomposrsimenjadi gas yang mungkin beracundan iritasi, tidak mudah terbakar. Bahaya kesehatan: - Iritasi mata, iritasi kulit - Bila terhirup menyebabkan edemaparu - Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selapurlendir. Pertolongan pertarna: - Mata : cuci seceparnya <ienganair banyakbanyak. Kulit : cuci kulit secepatnya denganair, ganti pakaian yang terkontaminasi. -Terhirup : pindahkan dari sumber. - Tertelan : cuci rnulut, minum satu atau dua gelasair atau susu. Pertolongan selanjutnya: dengan mencari pertolongan medis anpa ditunda. PcdomanManaicmcn Linen

40. Tindakan pencegahan: - Kontrol teknis,gunakan.r,entilasi setempat, peralatan pernapasarr sendiri. - Memakai APD - Penyimpanan_dan pengangkaran simpan di ternpar : asiinya, wadah terturup, di bawah kondisi k.ring, ventilasi yang baik, jauhkan dari asamdan hindarki dari suhu ekstrim {. Detergen Guna: detergen laundry bubuk. Ciri-ciri khusus : serbuk putih berwarnabiru dengan pH I1,0-12,0 Sifat : Bila rcrkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin beracundan iritasi, tidal mudah t"rb"klr. Bahaya keschatan: -Iritasi raara,iritasi kulit. - Bila rerhirup : menyebabkanedemaparu. - Bila terrelan : menyebabkan kerusakan seiapur lendir. Perrolonganperrarna: - Mata : cuci secepatnya denga.n banyak air. - Kulit : cuci secepatnya dengan banyak air, ganti pakai.anyang rerkena. - Terhirup : pindahkan dari sumber. - Tenelan : bersihkanbahandari mulut, minum I arau 2 gelasair arau susu. Pertolongan selanjutnya : dengan rnencari pertolongan medis tanpa <iirunda. Pcdoman Manajemen Lincn 13

41. Tindakan pencegahan : - Kontrol teknis gunakan ventilasi setempat. Peralatan pernafasansendiri mungkin diperlukan jika bekerla untuk waktu yang lama. - Memakai APD. - Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat aslinya, wadah tertutup di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan hindarkan dari suhu ekstrim. * Emulsifier Guna : cairan pengemulsi lernak/mi ny aV,dan pre qt o ner Ciri-ciri umum : larutan bening, tidak berwarna, ketrtal, pH 10,0-11,0 .Sifat : rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar. Bahaya kesehatan : ' Iritasi mata. iritasi kulit -Bila terhirup menyebabkan iritasi - -Bila tertelan menyebabkan iritasi Pertolongan pertama: - Mata: aliri dengan air selama 15 menit. - Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air. - Terhirup: pindahkan dari sumber. - Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua

(22)

gelasair, jangan berusaha untuk muntah. Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda. 34 Pcdoman Manaiemcn Lincn

42. Tindakan pencegahan : - Kontrol teknis, gunakan ventilasi exshattst Peralatan pernaPasansendiri. - lr4ernakai APD - Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan sinar matahari langsung, hindari sumber Panas' .l Blcach (Ol<sigen Bleacb dan Chlorin e Bhach) Oksigen Blcacb Guna : bubuk Pemutih beroksigen Ciri-ciri : bubuk putih dengan pH 10,0-1 I '0 Sifat : bereaksi dengan bahan-bahan pereduksi, tidak mudah terbakar, beracun untuk ikan (dilarutkan dulu sebelum dibuang ke selokan atau sumber air). Bahaya kesehatan : Iritasi berat pada mata' rasa terbakar pada kulit' ' - Bila terhirup menyebabkan iritasi, oedem paru' - Bila tertelan menyebaL'kan rasa terbakar Pertolongan pertama : - Mata: cuci secePatnYadengan air - Kulit : cuci kulit secePatnvadengan air, ganti pakaian ,ttangterkontaminas i' - Terhirup : pindahkan dari sumber - Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda PcdomanManaicmcn Lincn

43. Tindakan pencegahan: - Kontrol reknis,gunakanventilasiserempat peralatan pernafasansendiri mungkin diperlukan untuk penggunaanyang lama- Memakai APD -Penyimpanandan pengangkutan:simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan dari asam,hindari ,.r^L.. Panas. {' Chlorine Bleach Guna: bubuk pemurih berklorin Ciri-ciri khusus : bubuk putih dengan pH g,0-9,0 Sifat: bcreaksidengan asamakan mengeluarkan keluarnya gas klorin dengan cepar, tidak mudah terbakar. Bahayakescharan : - Iritasi berat pada mata, rasatcrbakar pada kulit. - Blla rerhirup mcnyebabkaniritasi salurannapas,asma, edema paru <iankanker paru. - Bila tertelan menyebabkan rasaterbakar Pertolonganperrama: Mata : cuci sccepatnyadengan air -Kulir : cuci kulir secepatnya denganair, ganri pakaian yang terkontaminasi. - Terhirup: pindahkan dari sumber. - Tertelan : cuci mulut, minum saruatau dua gelasair atau susu. Pertolongan selanjunrya: dengan rnencari pertolongan medis tanpa ditunda PcdomanManajemcn Lincn

44. Tindakan pencegahan : - Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat peralatan p e rn a p a s a n s e n d i ri mungki n di perl ukan untuk penggunaan yang lama. -MemakaiAPD P e n y i rn p a n a n d a n p e n g a n gkutan : si mpan di tempat s e j u k

(23)

d a n k e ri n g , j a u h k a n dari asam, l i i ndari sumber Panas. * Sour/peiretral, Guna : bubuk pengasam/penetraiisir laundry. Ciri-ciri khusus : bubuk berwarna biru dengan pH 4,0- 5'0 Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan sulfur dioksida keluar, tidal-mudah terbakar. Bahaya kesehatan : - Iritasi berat pada mata, iritasi pada kulir. - Bila rerhirup menyebabkan iritasi Bila tertelan menyebabkan iritasi. Pertolongan pertama: -Mata : cuci secepatnya dengan air - Kulit: cuci kulit seceparnyadengan air, ganri pakaian yang terkontaminasi. - Terhirup : pindahkan dari sumber - Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua geiasair atau susu Pertolongan selanjutnya : dengan mencari perrolongan medis tanpa dituncia PedomanManajcmcn Lincn

45. Tindakan pencegahan : - Kontrol teknis, gunakan ventilasi serempar peralatar.r p e rn a p a s a n s e n d i ri mungki n di perl ukan untuk penggunaan yang lama. - M e m a k a i AP D . Pe n y i mp a n a n d a n p e n g angkutan : si mpan di ten' rpar s e j u k d a n k e ri n g , j a u h k a n dari asam, l i i ndari sumber Panas. * Softener Guna : cairan pelunak dan pelembut kain. Ciri-ciri khusus : cairan merah muda, opak dan mudah merrgalir, pH 4,0-5,0 Sifat : stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar. Bahaya kesehatan : -Iritasi berat pada mata, iritasi pada kulit. - Bila terhirup menyebabkan iritasi. - Bila tertelan menyebabkan iritasi. Pertolongan pertama : - Mata : cuci secepatnyadengan air. - Kulit : cuci kulit secepatnyadengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi. ' - Terhirup: pindahkan dari sumber. - Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dtra selasair atau susu. Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda Pcdoman Manajcmcn Lincn

46. Tindakan pencegahan: - Kontrol teknis, gunakan ventilasi seremparperalatan p e rn a fa s a n s e n d i ri mungki n d;perl ukan untuk penggunaan yang lama. - Memakai AI,D. Penyimpanan dan pengangkutan : sinrpan ditempat sejuk dan kering, hindari suhu yang ekstrim. * Stacb Guna : bahan pengkanji. Ciri-ciri khusus : bubuk puth mudah tercural.r. Sifat : stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar. Bahaya kesehatan: -Iritasi pada mata, kenrungkinan iritasi pada kulit. - Bila rerhirup menyebabkan irirasi - Bila rerrelan kemungkinan menyebabkan iritasi. Pertolongan pertama : - Mata: cuci secepatnya dengan air. - Kulit : cuci krrlit seceparnyadengan air, ganri pakaian yang terkontarninasi. -Terhirup : pindahkan dari sumber. - Tenelan : c'ci mulut, minum sanrdua gelasair arau susu. Pertolongan

(24)

selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda. Tindakan pencegahan: - Kontrol teknis, gunakan ventilasi serempar peralatan PcdomanManajcmcnLincn 39

47. untuk sendiri mungkin diperlukan PernaPasan Yanglama' Penggunaan - Memakai APD' : simpan di tempat seiuk Penyimpanandan pengangkutan yang ekstrim' tit" ktt'l''tg' hir'dari suhu dalam waktu lama dapat Pemajat't" Ott'"n antiseptik alergi' Formaldehide d-tt"'ttitis'-ekseme' *.r,y"b"bltt dan desinfektan' banyak "nti"ptik gangguansaluran .nt"'p"kt"^tlo*p""t-".a"ri dermatitis k"ni'k' zat ini d^P";;'t^'i;o+uf dan bersifat karsinogenik' pt""ft'"" r Perlindungan: r '/ '/ '/ { t. SOP sesuai Dengan memakai APD sesudahbeker'ia Segeramencuci tangan perorangan Meningkatka:'rhigienes tubuh dengangizi yang baik' Memperkuat daya tahan BahaYa Fisik-a *) Bising yang dapar dianikan sebagaisuara kesehatankerja, bising Dalam (peningkatan t,"'1.,.."," kuantitatif menurunka" ilil;;."" (penyempitan secarakualitatif anrbang ptndt"g"'"1)."t1ttgtt spektrumP";;;;;*"t)'berkaitandtt'g*faktorintensit"''frekuensi' masalah r"ii" birirrg merupakan durasi d^^ p:;;"k**.'pi."*rfr teriadi *'i' P'iai"n bisingvang yang salah;;;;;;a 4Ti -*i" dalam waktu yang (85 dB atau lebih), pada intens;;il;;da"h y"ng bertingkat dan menyebabkan lama memb,i.'.r.t' r."*.rrrrif Loss(NIHL)' woiJ nl*"-Heaing gangguanPt"&;;;-a.*p^ r Pengukuran keria,digunakan bisingd-ilingLrrngan Unnrh mengetahuiinrensitas paiananpekeria sedanfl.on""*T. *t"if "i tingkat ,oond' L' "t-'*ter' PcdomanManaicmcnLincn 40

48. lebih tepat digunakan noise dose meterkarena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama delapan jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah delapan jam per hari. r Pengendalian - Sumber: mengurangi intensitas bising '/ '/ - Desain akustik Menggunakan mesin/alar yang kurang bising Media : mengurangi transmisi bising dengan cara ,/ '/Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada dinding, langit-langit dan lantai. ./ - Menjauhkan sumber dari pekerja. Menutup sumber bising dengan barrier. Pekerja: mengurangi penerimaan bising ,/ Menggunakan APD Berupa sumbat telinga (earplug) yang dapat rnenurun_ kan pajanan scbesar6-30 dB arau penutup telinga (ear vnufrJ yang dapat men-urunkan 20-40 dB. ,/ Ruang isolasi untuk isdrahat. ./ Rotasi pekerja unruk periode w-aktu rertentu anrara lingkungan kerja yang bising dengan yang ridak bising. ./ PengenCalian secaraadministratif dengan menggunakan jadwal kerja sesuai NAB. *) Cahaya r Pencahayaandi instalasi pencucian

(25)

perlu karena ia berhubungan langsung dengan: - Keselamatan petugas PedomanManajcrncnLincn

49. - Kesehatan yang lebih baik r Peningkatanpencermatan Suasana Fng nyaman Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata dan kelainan lain berupa : - Akomodasi dan konvergensi terganggu - *) I(etajamanpenglihatanterganggu - I Iritasi(konjungtivitis) Sakit kepala Pencegahan : dengan pencahayaanyang cukup sesuai dengan standard rumah sakit (minimal 200 Lux) Listrik r Kecelakaan tersengat iistrik dapat terjadi pada perugas laundry oleh karena dukungan pengetahuan listrik yang belum men-radaiPada umumnyayang terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik microshok dimana listrik mengalir ke badan perugas melalui sistem peralatan yang tiCak baik. r Efek kesehatan - r Luka bakar di tempat tersengar aliran listrik Kaku pr.da otot ditempat yang tersengat listrik Pengendalian: -Enginering '/ Pengukuran ]aringan/instalasi listrik ,/ NAB bocor arus 50 milliamper, 60 Hz (sakiO { Pemasanganpengaman/alat pengamanan sesuaikerentuan '/Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator PedomanManaicmcnLincn

50. - Administrasi r' '/ - Penempatan petugassesuaiketrampilan faktu kerja petugas digilir Memakai sepatu/sandalisolasi *) Panas r Panas dirasakan bila suhu udara di arassuhu nyaman (26-28"C) dengan kelembaban anrara 6O-70o/o. Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah panas lembab. I Pengukuran : dengan mempergunakan Temperaan(MBGT) r Efek kesehatan : Vet BuIb Globe (pingsan karena panas) - Ifeatsyncope - IIeat disorder (kumpulan gejala yang berhubungan ciengan kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan t u b u h ) s e p e rri: '/ ,/ Ifeat crampsadalah spasme oror yang disebabkan cairan dengan elektrclit yang rendah, masuk ke dalam orot, akibat banyak cairan tubuh keluar melalui keringar, sedangkan penggantinya hanya air minum biasa tanpa elektrolit. ,/ r IIeat stress/heat exhaustion, terasa panas dan tidak n y a ma n , k a re n a d e h i d rasi , rekanan darah turLrn menyebabkan gejala pusing dan mual. Ifeat strohe disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam mengarur pengeluaran keringar, suhu tubuh dapat mencapai 40,5"C. Pengendalian - Terhadap lingkungan PedomanManajemcnLincn 43

51. '/ Isolasi peralatan yang menimbulkan panas '/ Menyempurnakan sistem ventilasi dengan : Ventilasi yang ditempatkan diatas sumber Panas yang bertujuan menarik

(26)

udara Panaskeluar ruangan (c{apat digunakan kipas angin di langitJangit ruangan)' ' ' Kipas angin untuk ' Pemasangan alat pendingin. Petugas' Terhadap pekerja: - '/ "/ Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat <iekat tempat kerja dan kalau perl''r disediakan extra salt. Hindarkan petugas yang harus bekerja di lingkungan panas apabila berbadan gemuk sekali dan berpenyakit kardiovaskular. '/ Secara administratif yaitu Pengaturan walrtu kerja dan istirahat berkaitan dengan suhu ruangan *) Pengaturan r,t'aktu kerja dan istirahat berkaitan dengan suhu ruangan. Getaran r Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan gerakan o.silasi.Vbrasi dapat terjadi lokal atau seluruh tubuh . r Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani Petugasmelalui transmisi/penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh rubuh atauPun getaran setemPat yang merambat melalui tangan atau lengan operator. r Efek kesehatan ' Terhadap sistem peredaran darah : dapat berupa kesemutan Pcdoman Manaicmcn Lincn

52. jari tangan waktu bekerja, parese. - Terhadap sistem tulang, sendi dan otot, berupa gangguan osteoarticular (gangguan pada sendi jari tangan ) - Terhadap sistcm syaraf : parasresi, menurunnya sensivitas, gangguan kemampuan membedakan dan selanjutnya atrofi- - Pemajanan terhadap getaran seluruh tubuh dengan frekuensi 4-5 Hz dan 6-12 Hz dikai*an dengan fenomena resonansi (kenaikan amplitudo getaran organ), terutama berpengaruh buruk pada susunan sarafpusat. r Pengukuran : alat yang digunakan adalah Vibration Meter (alat unnrk mengukur frekuensi dan intensitas di area kerja) r Pengendalian: - - Pengendalian administratifdilakukan dengan pengaturen j a sesuai TLY (Tre sb oId Lim it Valuc) . I adwal ker - 4. Terhadap sumber, dittsahakan menurrrnkan getaran dengan bantalan anti vibrasi/isolator dan pemeliharaan mesin yang baik Terhadap pekerja, tidak ada pelindung klusus, hanya dianjurkan menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan terhadap gangguan vaskular. Ergonomi r Ergonomi yairu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan pekerja. Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah, apalagi dalam sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah sehrnggaker.iamenjadi kurang efisien. Hal ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologi. Pcdoman Manajcmcn Lincn 45

(27)

53. r Ge.lala : penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jarirrgan otot, saraf atau pembuluh darh (Iou bach pain). r Pengukuran : dinilai dari banyaknya keluhan yang adahubungannya pada saat melakukan pekerjaan. I Pengendalian Mengangkat barang berat Tubuh kira mampu mengangkat beban seberat badan sendiri, kira-kira 50 kg bagi laki-laki dewasa dan 40 kg bagi wanira dewasa. Lebih dari itu, besar kemungkinan terjadi bahaya. Bila berat beban yang akan diangkal lebih dari setengah dari berat badan sr pengangkat (lebih dari 25 kg untuk lakilaki arau lebih dari 2C kg untuk ..vanita) maka beban harus dibagi dua. Cara mengangkat beban yang beratnya kurang dari 25 kg - Sebaii<nya tidak dijunjung, oleh karena menjunjung rnemerlukan renaga yang lebih besar. - Mengangkat beban di samping barang '/ ,/ - Bila beban mempunyai pegangan, beban boleh dibarva di samping. Sebelum rnengangkat, dekatkan kaki dan badan ke barang tersebut, dan angkar dalarn keadaan badan tegak dan tulang punggung lurus Mengangkat beban didepan ./ Mendekat ke beban/barang. { Renggangkan kedua kaki, barang berada di antara kedua kaki sedikit di sebelah depan. { Luruskan tulang punggung (boleh melengkung) dan badan sedikit dicondongkan ke depan. { Badan diturunkan dengan sedikit membengkokkan lutut Pcdoman Manajcmen Lincn

54. dan panggul sampai rangan dapat mencapai barang. ./ Lengan aras harus sedekat atau serapar mungkin ke badan dan rangan memegang barang. r' Angkat barang ke atas periahanJahan, jangan disentakkan atau direnggutkan. Sewaktu mengangkat ke atas rulang punggung harus rerap lurus, tegangkan dan kencangkan otot Perur. Cara mengangkat beban yang beratnya lebih dari 25 ke : - Beban dapat dibagi dua Bila beban dapat dibagi dua, beban tersebur boleh diangkar oleh satu orang. Bagi dua beban dan gunakan pemikul, separuh beban di depan dan separuh di belakang. -Beban tidak dapat dibagi tsila beban yang hendak diangkat lebih dari separuh berat badan dan tidak dapat dibagi, maka hendaklah diangkat ber d u a a ta u b e ra ma i -ra m a i . Cara terbai k adal ah dengan m em b u a t p e n Bg a n ru n g (c a ntel an) pada barang dan m en g a n g k a tn y a d e n g a n to n g kat pemi kul . S atu orang di depan dan satu orang di belakang, baik penggantung maupun tongkat pemikul harus kuat. Posisi duduk - Tinggi alas duduk sebaiknya dapat diseter antara 3g dan 4g cm. - Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak. - Kursi harus memungkinkan cukup kcbebasan bagi gerakan Perugas. Posisi berdiri Berdiri tidak lebih dari 6 iam. PcdomanManaicmcn Lincn 47

(28)

55. B ahay a Ps i k o s o s i a l Di antara berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat pekerjaan di rumah sakit, faktor psikososial juga memerlukan perhatian antara lain: I Stress, yaitu ancaman fisik dan psikologis dari faktor lingkungan terhadap kesejahreraan individu. Stress dapat disebabkan oleh : - Tuntutan pekerjaan Beban kerja yang berlebih maupun yang kurang, tekanan rvaktu, tanggung jawab yang berlebih maupun yang kurang. -Dukungan dan kendala Hubungan yang ddakbaikdengan atasan, teman sekerja, adanya berita yang tidak dikehendaki/gosip, adanya kesulitan keuangan, d[. Manifestasi klinik : depresi, ansietas,sakit kepala, kelelahan dan kejenuhan, gangguan pencernaa{r dan gangguan fungsi organ lainnya Pengendalian: - Menjaga kebugaran jasmani dari pekerja-. -Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan rasa menyenangkan dalam bekerja, misalnya adanya makan siang bersama, adanya kegiatan piknik bersama. 6. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat k er ja, b a h a n d a n p ro s e s p e n g o l ahannya, tempat kerj a dan lingkungannya serta c r^-c ra melakukan pekerjaan. Kecelakaan adaiah kejadian yang tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Beberapa bahaya potensial untuk ter.iadinya kecelakaan kerja di Instalasi Pencucian. PcdomanManaicmcnLincn

56. 1) Kebakaran lJnsurterdapattiga unsrrrbersama-sama' Kebakaranteriadi apabila terbakardan b"f,^t vans mudah t,;fi unsur tersebut"d;i;;;;t**' nva an g ;"n t"u"t'^ t-misal bah van 8"h.,'-b'i'1; panas. ad a Pa da m es ln c uc l' Penanggulangan: I Legislatif r 1 tahun t 970 tentang keselamatan Mengacu pada UU No' ria' k-e terhadaP bahan-bahan Yang r SistemPenYimPananYangbaik mudah terbakar' terhadap kemungkinan timbulnya Penqawasan : Pengawasan terus menerus' k blk.rtn dilakukan secara r diri Jalan untuk mcnYelamatkan sekurang h"1Y: *tttliliki Secara ideal semua bangunan d,itt pada 7 ":":-.1;::: kurangnya 2 t"i;; ptt']tt"-^: kebakaran yang teryaol ' s e ti ap tt' h " i " p b e rte n ta n g .n api untuk r r I uogerak ke arah sehinggatak ""ffii'itt'p"tt" alan penyelamatdemikian harus nrenyelama'rt"t Jit?''Itlan-i cukup ;th"l""g d* barang-barang' dipelihara b."ih:;;;;k arahyang jelas. diberi"t^nda-tanda lebar,mudah ..riil;j; kebakaran penanggulangan Perlengkapanpemadamdan kebakaranmeliputi Alar-alat pemadamdan penanggulangan 2 ienis : - TerPasang tetaP di temPat - DaPat bergerak atau dibawa

(29)

harus ditemPatkan Pada Alat-alat pemadam kebakaran terjadi kebakaran, mudah temPat-tem Pat yan| t"y."t terlihat dan mudah diambil' 49 PcdomanManajemcnLincn

57. 2) T e rp e l e s e t/te rj a tu h r Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada instalasi pencucian r Talaupun jarangterjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan cedera yang berat s€perti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak r Penanggulangan: - Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali sepatu yang longgar - Konstruksi iantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang tidak licin - Pemeliharaan lantai : '/ Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran s e p e rti p a s i r, d e b u, mi nyxl q yang memudahkan terpeleset. r' L a n ta i y a n g c a c a r mi sal nya banyak l ubang atau permukaannya miring harus segera diperbaiki. Telah dibahas masalah-masalah kesehatan kerja di instalasi pencucian, diharapkan ini dapat membantu petugas untuk memahami masalah kesehatan kerja dan dapar melakukan upaya antisipasi terhadap akibat yang ditimbulkannya sehingga tercapai budaya sehat dalam bckerja. 50 PcdomanManaicmcn Lincn

58. Bab V Pr o s e d u r P e l a y anan Linen V.A. Perencanaan Linen V.A.l. SentralisasiLinen S ent r alis as i m e ru p a k a n s u a tu k e h a ru s an yang di mul ai dari prose perencanaan, pemantauan dan evaluasi, dimana merupakan suatu siklus ber put ar . S if a t l i n e n a d a l a h b a ra n g h a bi s pakai . S upaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu kondisi yang selalu siap baik segi kualiras maupun kuantitas, nraka diperlukan sistem pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik. Untuk itu diperlukan kesepakaran-kesepakatan baku dan merupakan satu kebijakan yang turun dari pihak Top Leuel Managementya^g kemudian diaplikasikan menjadi suatu srandard yang harus dijalankan dan dilaksanakan dengan prosedur tetap (prorap) dan petunjuk teknis (juknis) yang selalu dievaluasi. V.A.2.Standarisasi Linen Linen adalahistilah untuk menyebutkanseluruhproduk tekstilyang berada di rumah sakityang meliputi iinen di ruang perawaran maupun baju bedah di ruang opirasi (OK), sedangkanbaju perawar,jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam(anifortn). Secara fungsionallinen digunakan untuk baju, alas,pembungkus,lap, dan sebagainya, sehinggadalam perkembanganmanajemennyamenjadi tidak sederhanalagi, berhubung tiap bagian di rumah sakir mempunyai PcdomanManajcmcnLincn 5l

(30)

59. yang besar' frekuensicuci yang spesifikasipekeriaan,jumlah kebutuhan yang majemukd.a1irnageyang tinggi, k.t.rb"t"r",t ptr"ditan' Penggunaan antaralain : Untt'k itu diperluk"n tt"nd"rd linen' t"Ii'ii."n"i. 1. Standard Produk Berhubungsatanakesehatanbersifatuniversal'makasebaiknya produk yang sama' agar ,.ti.p ,uri.h sakit mempunyai standar tk"l" ekonomi' Produk bisa diproduksi massaldan menc"p"i memberii<'nkenyamananpadaw'aktu dengan k"^l;;; ;;fi "ut' yanglebih lama' Penggunaan dan mempunyai.waktu pemakaiannya dibandingkan produk sehingga,tt*" tko"o-i leblh optimum yang lebih murah' desain 2. Standard Padadasarrryabajurumahsakitlebihmelnentingkanfungsinya ergonomisdan yang sederhana' daripadau"lJUt'yt' maka desain pada baju bedah unisex *.r.,p"tt^" pilihan y""g ijtd'-terutama -Sizing system dengan-pembedaan warna' dan ba.iu pt'itt'' untuk mengakomodasikan diaplikasikat p"dt bt1"-b""1" tertentu "Pt+tt:'.' bebcraparumah individu p.-.ft"i' Untuk kepentingan yang flat' Yang ."ki. m.r,gg;;;k"" spreillaien yangfned.selain pada waktu tidak kala?' pt"ii"Lnyt ad"l"h p"ttimbtngan ptttggi"tan kancing dan sambungan-sambungan p.-.h","tt',' taju lebih baik dihindari' 3. Standardmateriai denganfungsi' caraPerawatan Pemilihan rnaterialharusdisesuaikar kain yang digunakan dan penam;il;; ;t"g diharapkan' Beberapa 650/o' CYC 5Oo/o-5OVo,TC 100o/o, Cotion di rumah .ifu, "r,i.r"i"in ataurlill/drill, dengan 1007odengananyamanplat 35o/o,Po|yester soiltehase' *"Y':!:lh,nt' i"bih sp'iifik' proses "p"'ti ' "kh;;;'s yay^ngmempunyaisifat dan-penggunaanP(J coated^,danlebagain berbagai pilihan tersebut Dengan Penggunaant""tt"t'' "d"nyt untuk i"gi kitt uituk mendapatkanhasil terbaik -"-t.rrtjttft^" setiaP Produk' PcdomanManaicmenLincn

60. farna padakain/baju juga memberikannuansatersendiri,sehingga secarapsikologis mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pemilihan warna sangatpenting. Alternatif dari kain warna yang polos adalah kain dengan corak motif; trend ini yang lebih santai dan modern. memberikan nua-nsa 4. Standardukuran Ukuran linen sebaiknya dipertirnbangkan tidak hanya dari si.si dan biayaoperasional tetapijuga dari biayapengadaan penggunaan, yang timbul. Makin luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya. Dengan adanyaukuran tempat tidur yang standard,misalnya : 90 x 200 cm. maka ukuran linen bisa distandarkanmeniadi : - Laken l5O x275 cn - Steek laken 75 x 160 cm - Zeil T0xll0cm - Sarungbantal 50 x 70 cm Standardjumlah dengan posisi 3 par Idealnya jumlah stok linen 5 par (kapasitas)

(31)

berputar di ruangan: stok 1 par terpakai , stok I par dicuci , stok 1 par cadangan dan 2 par mengendap di logistik : I par sudah terjahit dan 1 par berupa lembaran kain. Untuk jumlah linen yang digunakan di ruang rawat dan operasi perhitungan rincinya sebagaiberikut : Linen kamar Penggantian iincn kamar di rumah sakit sangat bervariatif, dari 1 x t hari sampai lx 3 hari. Apabila rata-rata I x2hari, sedangkan jumalah tempat tidur 300 dan BOR 80%, dengan lama pencucian I hari, serta rellcana par stok 3, maka kebutuhan linennya adalah: PcdomanMenaiemcnLincn 53

61. - Linen OK Persediaan linen OK yang i{1a] sangatkrusial, mengingat standardprosedurdi ruang OK saniar ketar. Apabila rumah sakit dengan 5 ruang OK dan frekuensi operasi 5 kali/hari, yang masing--"rirrg dirangani oleh 7 operaror, lama cuci linen t hari dan par stok 3, maka kebutuhan linennya adaiah : Namun ada rumah sakir tertenru yang menambah saf"tl stoch menjadi 4 par,.mengingar ..ring terjadinya keadaan di luar rencana sehari_hari. 5 x5x7xtx3=525 6. Standard penggunaan Linen yang baik seharusnyarahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur normal. Sebaiknyasetiap rumah ,"ki, _*"o.*k;;;r""_ dard kelaikan sebuah linen, a"r,g"r, umur linen, kondisi "p"k'.h fisik atau dengan frekuensi.uli. unt.rk iiu sebaiknya rinen diberi identitas sebagai berikut : Tgl. Beredar :7 Sept.2002 Item ukuran No. ID :005- i25 160x 275 RU: MLT >4 Pcdoman Manajcmcn Linen

62. Informasi yang ditampilkan : - Logo rumah sakit dan nama rumah sakit (informasi jelas) - Tanggalberedarmisalnya7 Sepr.2002 (informasijelas) - Item ukuran : Laken 160 x 275 (informasiicias) - No. ID : 005 - 125 adalahNo. Identitasdari laken yang bernomor 005. beredar sejumlah125 dan laken tersebut - RU : MLT adalahRU : Ruangan ; MLT : Melati adalah penegasan bahrva linen yang beredar hanya di Ruangan Melati. MesinCuci V.A.3. Persyaratan mesin cuci : i. Mesin cuci dengan k-apasitasbesu (di atas 100 kg) y""g disarankan memiliki 2 (dua) kompartemen (pinu) yang membedakan antara memasukkan linen kotor inFeksius/nonCengan hasil pencucian linen bersih. Antara 2 kompartemen dibatasi oleh panisi y"ng kedap air. llaksud dari pemisahan tersebut adaiah menghindari kontaminasi dari linen kotor dengan linen bersih baik dari lantai, alat maupun udara. 2. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil (25-lOO kg) tanpa penyekat seperti pada point I dapat digunakan dengan memperhatikan batas rLrang kotor dan bcrsih dengan jelas. 3. P ipa pe m b u a n g a n l i mb a h c a i r h asi l pencuci an (p.m.nasan dialirkan ke dalam sistem pembuangan yang desinfeksi)

(32)

lanS4sung terpendam dalam tapah menuju IPAI. 4. Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk membantu proses pemanasan-desinfeksi : -Pencatat suhu (termometer) pada mesin cuci. - Tcrmostaat unruk rnembannr meningkatkan suhtr pada mesin cuci. - Ghcslkaca untuk melihat level air. Pcdoman Manajcmcn Lincn 55

63. - FIou rneter padainlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah airyang dibutuhkan pada saat penBenceranbahan kimia terurama pada saat desinfelai. V.A.4. Tenaga Laundry Untuk mencegah infeksi ya'g terjadi di dalam pelaksanaan ker.ia terhadap tenaga pencuci maka periu ada pencegahan dengan : - Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala - Pemberian imunisasi - Pekerja yang memiliki r uam , k o n d i s i k u l i t poliomyelitis, tetanus, BCG dan hepatitis permasalahan dengan kulit : luka-luka, e k s fo l i a ri f ti dak bol eh nrel akukan penc uc i a n . V.B. Penatalaksanaan Linen Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi organismeberpindah : ' Di ruanganruangan Pcrjalananrransportasilinen kotor Pencuciandi laundry Penyimpanan linen bersih -Distribusi linen bersih Lincn kotor yang dapar dicuci di laundry dikategorikan: - 56 Linen kotor infeksius : linen yang terkontaminasidengan darah, 'cairan tubuh dan feses teruramayang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salruonell"a dan shigella (sekresidan eksresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yangdapat terlarut di air dan kembali ditutup dengankantung luar berwaina kuning bertuliskan terinfeksi. Pcdoman Mana.icrnenLincn

64. - Linen kotor tidak terinfeksi : Iinen yang ridak terkontaminasi darah, cairan rubuh dan feses y".g d"ri fnri"n lainnya secaiarutin sungguhpun -b.r"i"l m.tngkin lincn yang-diklasifikasikan dari seluruh y"r,gL"r"r"l d"ri rr'ib.r r.r"rg .p"ri.n_p"rl.n isolasi yang rerinfeksi. Linen atatrpakaianpasieny-ang terinfeksi^bahaya khusus sepertiLessa lfeuer atauantraxsebaiknya dil"k,rk""n.uroklaf s"b"i";;iki;;r, ke laundry (pencucian)atau konsuriasikan dengan bagi"n y"f *Jrlri"ni inckri. Untuk lebih r, 3rPerlnclPenanganan linen dibedakan dengan lokasi sebagai bcrikut. e. Pengelolaanlinen di ruangan di atasy.ansdimaksud.densan iinen yang infeksius ::lT:l*Pr:tkan sPesifikdiperlakuk"., ,.o.. i.huru, d.ng"r, kantung t,"." ;;J;t?secara Persyararan kanrung linen di ruangan_ruangan : l) Kantung lirren infeicsius(dapar dipakai ulrng) [ru;: l linen infeksius terdiri dari dua kantung yang rnemiliki Kanrung dalam h:Ht dari bahan plasrik rahan panas hingga

(33)

I00oC dan hf'"tT: [[t;'denganbagianvangterbukamerupakan _ _ r !frarna bening (Jkuran kccil hingga sedang Kantung luar (dapat dipakai ulang) _ Terbuat dari bahan plastik rahanpanas hingga l00oC dan tahan bocor PcdomenManajcmcn Lincn ,7

65. - Bentuk segi empat - 7arna kuning bertuliskan linen infeksius - Ukuran sedanghingga besar' 2) Kanrung linen non infeksius (dapat dipakai ulang) - Terbuat dari bahan plastik tahan panashingga 100"C dan tahan bocor - Bentuk segiempat - Warna putih bertuliskanlinen kotor tidak terinfeksi - Ukuran sedanghingga besar Penangananlinen dimulai dari prosesuerbeden(penggantianlinen). aerbeden dilakukanoleh peiawatdimana sebelumdilakukan Pelaksanaan linen kotor dengandemikian penggantianlinen bersih harusmelepaskan tersebutakan kontak denganlinen kotor baik itu denganlinen perav,'ar kotor infeksius maupun tidak terinfeksi. Prosedur unruk linen kotor infeksius; 1. Biasakanmencuci tangan hygienis dengan sabun paling tidak melakukan pekerjaan. 10-15 detik sebelumdan sesudah Z. Gunakan APD : sarungtangarr,maskerdan apron . cmber dengantulisan 3. Persiapkanalat dan bahan : sikat, spayer, linen infeksius, kantung dalam linen infeksius, kantung luar linen infeksius, lem warna merah untuk tutup dan sebagai segel. 4. Lipat bagianyang terinfeksi di bagiandalam lalu masukkanlinen kotor infeksius ke dalam ember tertutup dan bawa ke spoel hoch. 5. Noda darah atau fesesdibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air dalam spra.verdan rnasukkan ke dalam kantung transparan dengan pemisahan antara linen warna dan linen putih (kantung khusus linen kotor infeksius). Sampah .ie PcdomanManaicmcnLinen

66. t er c a m p u r s e p e rti j a ru m s u nti k penampungan jarum suntik. temP atkan di w adah 6. Lakukan penutupan kantung dengan bahan lem kuat yang berwarna merah (masih dapat lepas pada suhu pemanasandesinfeksi) yang juga berfungsi sebagai segel. 7. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup/ segel dimasukkan kembali ke dalam kantung luar berwarna (sesuai dengan standard). 8. Siapkan troli linen kotor dekat ruangsltoel hoch. 9. Kumpulkan ke troli linen kotor siap dibawa ke laundry dalam kcadaan tertutup. Prosedur untuk linen kotor tidak terinfeksi : i. Biasakan mencuci tangan hygienic dengan sabun paling tidak 10 -15 detik sebelum dan sesudahmelakukan pekerjaan. 2. Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron. 3. Persiapkan alat dan bahan : sikat, spayer, embcr dengan tulisan linen ticiak terinfeksi , kantung iinen tidak terinfeksi. 4. Lipar bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu

Referensi

Dokumen terkait

Menurut pasal 190 UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan

23 tahun 1992 tentang Kesehatan; selanjutnya dalam pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, agar

umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang Kesehatan , yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik untuk pelayanan

Hal ini didukung oleh kebijakan Departemen Kesehatan RI tentang pengobatan tradisional seperti yang tercantum dalam UU No 23 tahun 1992 pasal 47

23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja

Secara umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik untuk

Menurut undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam

Secara umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik