• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Syukur alhamdulilah, tahun ini buku DATA DEMOGRAFI, EKONOMI, DAN SOSIAL BUDAYA KOTA MADIUN 2017 dapat diselesaikan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Syukur alhamdulilah, tahun ini buku DATA DEMOGRAFI, EKONOMI, DAN SOSIAL BUDAYA KOTA MADIUN 2017 dapat diselesaikan dengan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Syukur alhamdulilah, tahun ini buku DATA DEMOGRAFI, EKONOMI, DAN SOSIAL BUDAYA KOTA MADIUN 2017” dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam publikasi ini disajikan data-data demografi, ekonomi, dan sosial budaya diantaranya mengenai data penduduk, ketenagakerjaan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan indikator lainnya. Publikasi ini disajikan secara kuantitatif sehingga dapat memberi gambaran mengenai hasil pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Madiun.

Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung dalam publikasi ini, disampaikan terima kasih. Saran perbaikan selalu diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini dimasa mendatang.

Semoga publikasi ini bermanfaat.

(3)

Daftar Isi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii Daftar Tabel ... iv Daftar Gambar ... v I. Gambaran Umum ... 1 1.1 Letak Geografi... 1 1.2 Topografi ... 2 1.3 Wilayah ... 2 II. Demografi ... 3 2.1 Jumlah Penduduk ... 3 2.2 Pertumbuhan Penduduk ... 4 2.3 Kepadatan Penduduk ... 5

2.4 Struktur dan Komposisi Penduduk ... 5

2.5 Kepadatan PenduAngka Beban Tanggungan (ABT) ... 7

III. Ekonomi ... 10

3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 10

3.2 Struktur Ekonomi ... 12

3.3 Pertumbuhan Ekonomi ... 14

3.4 PDRB Per Kapita ... 16

3.5 Inflasi ... 17

3.6 Pengeluaran Penduduk ... 20

(4)

IV. Sosial Budaya ... 24

4.1 Pendidikan ... 24

4.1.1 Angka Buta Huruf (ABH) ... 25

4.1.2 Angka Partisipasi Sekolah ... 26

4.1.3 Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah 29 4.1.4 Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan ... 33

4.1.5 Fasilitas Pendidikan ... 34

4.2 Kesehatan ... 36

4.2.1 Angka Kematian Bayi ... 37

4.2.2 Angka Harapan Hidup ... 39

4.2.3 Fasilitas Kesehatan ... 41

4.2.3.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan .…………..……...………41

4.2.3.2 Jumlah Tenaga Medis .……….………....…….42

4.2.4 Penolong Persalinan ... 43

4.2.5 Pemberian ASI ... 45

4.2.6 Keluhan Kesehatan ... 46

4.2.7 Keluarga Berencana ... 52

4.3 Umur Kawin Pertama ... 54

4.4 Kemiskinan ... 56

4.5 Perumahan ... 59

4.6 Agama ... 66

V. Penutup ... 69

(5)

Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah Kota Madiun Menurut Kecamatan………….…….… 2

Tabel 2 JumlahPenduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin dan

Kecamatan Tahun 2016 ………..……….. 4

Tabel 3 Jumlah Penduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin dan

Kelompok Umur Tahun 2016 ... 9

Tabel 4 PDRB ADHB dan ADHK Kota MadiunTahun 2010-2016

(JutaRupiah) ..……… 11

Tabel 5 DistribusiPersentase PDRB ADHB Kota MadiunTahun

2012-2016………. 13

Tabel 6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota di Wilayah

Karesidenan MadiunTahun 2012-2016 ………. 15

Tabel 7 InflasiBeberapa Kota Inflasi di JawaTimurTahun 2015-2016 … 19

Tabel 8 Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok

Makanan dan Non Makanan Kota MadiunTahun 2012-2016 …… 21

Tabel 9 Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan dan Non Makanan di Wilayah Karesidenan

MadiunTahun 2016 ……… 22

Tabel10 APS Penduduk Kota MadiunTahun 2013-2016 …..……… 27

Tabel 11 APS Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Wilayah

Karesidenan Madiun Tahun 2016 ……….………. 28

Tabel 12 EYS, MYS dan Indeks Pendidikan Kota Madiun Tahun

2010-2014 ……….. 30

Tabel 13 Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah

Kabupaten/ Kota di Wilayah Karesidenan Madiun Tahun 2016

……… 31

(6)

Tabel 14 Perentase Penduduk Kota Madiun Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2016... 34 Tabel 15 Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Kota

Madiun Tahun 2016 ... 35 Tabel 16 Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Madiun Tahun 2015-2016 .... 38 Tabel 17 AHH dan Indeks Kesehatan Kota Madiun Tahun 2012-2016 ... 39

Tabel 18 AHH dan Indeks Kesehatan Kabupaten/ Kota di Wilayah

Karesidenan Madiun Tahun 2016 ... 40 Tabel 19 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota

Madiun Tahun ... 41

Tabel 20 Jumlah Tenaga Medis Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di

Kota Madiun Tahun 2016 ... 42

Tabel 21 Jumlah Tenaga Keperawatan Puskesmas Menurut Kecamatan

di Kota Madiun Tahun 2016 ... 43 Tabel 22 Persentase Anak Usia 0-23 Bulan Menurut Jenis Kelamin dan

Lama Pemberian ASI Tahun 2016 ……… 46

Tabel 23 Persentase Penduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin dan

Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir Tahun

2016………..……..……….. 47

Tabel 24 Persentase Penduduk Kota Madiun yang Berobat Jalan

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 ………... 48

Tabel 25 Persentase Penduduk Menurut Alasan Tidak Berobat Jalan

Tahun 2016 ……….. 50

Tabel 26 Persentase Penduduk Menurut Tempat Berobat yang

Dikunjungi Selama Satu Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin

(7)

Daftar Tabel

Tabel 27 Jumlah Pasangan Usia Subur, Peserta KB Baru dan Peserta KB

Aktif di Kota Madiun Tahun 2016 …….………. 52

Tabel 28 Jumlah Pasangan Usia Subur dan Peserta KB Aktif Menurut

Kecamatan Kota Madiun Tahun 2016 ……..……… 54

Tabel 29 Persentase Perempuan Usia 10 Tahun keatas yang Pernah

Kawin Menurut Umur Kawin Pertama ……….. 55

Tabel 30 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Madiun Tahun

2012-2016 ……….………. 57

Tabel 31 Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/ Kota di Wilayah

Karesidenan Madiun Tahun 2012-2016 (000) ………..….. 58

Tabel 32 Persentase Tempat Tinggal Menurut Fasilitas Tempat Tinggal

Kota Madiun Tahun 2016 ………..………. 61

Tabel 33 Jumlah Penduduk Kota Madiun Menurut Kecamatandan Agama

Tahun 2016 ………..………. 67

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Piramida Penduduk Kota Madiun Tahun 2016 ….…………..…… 7

Gambar 2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Madiun Tahun 2012-2016 .….... 14

Gambar 3 PDRB per Kapita Kota Madiun Tahun 2012-2016 (Juta

Rupiah)……… 17

Gambar 4 Perkembangan Inflasi Kota Madiun Tahun 2012-2016

(Persen) ……… 18

Gambar 5 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Kota Madiun Tahun 2016 ... 20 Gambar 6 Angka Buta Huruf Kabupaten/ Kota di Wilayah Karesidenan

Madiun Tahun 2016 ... 26 Gambar 7 Persentase Persalinan Menurut Tenaga Penolong Persalinan

Terakhir Kota Madiun Tahun 2016 ... 44

Gambar 8 Persentase Penduduk Menggunakan Jaminan Kesehatan

untuk Berobat Jalan Tahun 2016 ... 49

Gambar 9 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan yang

Ditempati Tahun 2016………..……….……….….. 62

Gambar 10 Persentase Rumah Tangga Menurut Atap Rumah Terluas Kota Madiun Tahun 2016 ... 63 Gambar 11 Persentase Rumah Tangga Menurut Dinding Terluas Kota

Madiun Tahun 2016 ... 63

Gambar 12 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah Kota

Madiun Tahun 2016 ... 64

Gambar 13 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Kota

Madiun Tahun 2016 ... 65

Gambar 14 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Tempat

(9)

I

(10)

GAMBARAN UMUM

1.1 Letak Geografis

Kota Madiun merupakan bagian dari 38 kabupaten/kota yang berada di dalam teritorial pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Kota Madiun berada di bagian Barat Provinsi Jawa Timur, yang secara astronomis terletak antara 70-80

Lintang Selatan dan 1110-1120 Bujur Timur. Berdasarkan letak geografi, Kota

Madiun berada di tengah-tengah Kabupaten Madiun dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:

 Utara : Kecamatan Madiun (Kabupaten Madiun)  Selatan : Kecamatan Geger (Kabupaten Madiun)  Barat : Kecamatan Jiwan (Kabupaten Madiun)  Timur : Kecamatan Wungu (Kabupaten Madiun)

Kota Madiun terletak sekitar 172 km sebelah Barat Kota Surabaya atau sekitar 114 Km sebelah Timur Kota Surakarta. Salah satu anak sungai terbesar Bengawan Solo mengalir di kota ini yaitu Bengawan Madiun.

Laut Jawa Selat Madura Propinsi Jawa Tengah Samudra Indonesia Selat Madura Laut Jawa

(11)

Gambaran Umum

1.2 Topografi

Secara umum topografi wilayah tidak berbukit (dataran) dan kontur tanahnya stabil, sehingga wilayahnya cocok dijadikan sebagai pusat bisnis/ perdagangan/ industri. Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63 meter hingga 67 meter dari permukaan air laut Letaknya yang berada di tengah-tengah wilayah Surabaya dan Yogyakarta yang merupakan salah satu kota yang dilalui alat transportasi bus antar provinsi, angkutan berat dan kereta api. Letaknya yang strategis menjadikan wilayah Kota Madiun sering mendapat julukan sebagai Kota Gadis (perdagangan, pendidikan dan industri), Kota Brem, Kota Pelajar, Kota Sepur, Kota Pecel.

1.3 Wilayah

Luas wilayah Kota Madiun sekitar 33,23 km² atau 0,072 persen dari total luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota Madiun terbagi atas 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman dan Kecamatan Kartoharjo. Dari ketiga kecamatan tersebut, Kecamatan Taman memiliki wilayah terluas yaitu sekitar 12,46 Km2 (37,50 persen), disusul dengan Kecamatan Kartoharjo (32,29

persen) dan Kecamatan Manguharjo (30,21 persen). Tabel 1

Luas Wilayah Kota Madiun Menurut Kecamatan

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Luas Wilayah ( % ) Jumlah kelurahan

(1) (2) (3) (4)

Manguharjo 10,04 30,21 9

Taman 12,46 37,50 9

Kartoharjo 10,73 32,29 9

Kota Madiun 33,23 100,00 27

Sumber : BPS Kota Madiun

(12)

II

(13)

Demografi

DEMOGRAFI

Demografi/kependudukan meliputi ukuran, struktur dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian serta migrasi. Dalam melaksanakan pembangunan manusia, penduduk adalah central dari modal dasar dan sasaran pembangunan, sehingga data tentang kependudukan menjadi sangat vital dalam penentuan kebijakan pembangunan yang berorientasikan manusia sebagai sasaran utamanya. Selain itu data kependudukan juga sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, karena penduduk merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Fungsi obyek bermakna penduduk menjadi target dan sasaran pembangunan yang dilakukan oleh penduduk. Fungsi subyek bermakna penduduk adalah pelaku tunggal dari sebuah pembangunan. Kedua fungsi tadi diharapkan berjalan seiring dan sejalan secara integral.

2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah. Bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia, hal ini akan menjadi potensi daerah dalam pembangunan. Sebaliknya, bila meningkatnya jumlah penduduk tidak diiringi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik akan menjadi beban dalam pembangunan daerah.

(14)

Jumlah penduduk Kota Madiun Tahun 2016 sebesar 210.037 jiwa, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2015 jumlah penduduk Kota Madiun sebesar 208.248 jiwa. Bila dilihat menurut jenis kelamin, penduduk Kota Madiun didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 107.188 jiwa atau sebesar 51,03 persen, sedangkan penduduk laki-laki sebesar 102.849 jiwa atau sebesar 48,97 persen.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2016

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Manguharjo 30.772 29.598 62.877

Taman 43.528 45.485 89.013

Kartoharjo 28.549 29.598 58.147

Jumlah 102.849 107.188 210.037

Sumber : Dinas Dukcapil Kota Madiun

2.2 Pertumbuhan Penduduk

Angka pertumbuhan penduduk menunjukkan rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode/waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dengan persentase. Rumus untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah:

dimana: r = angka pertumbuhan penduduk

Pt = jumlah penduduk pada tahun akhir

P0 = jumlah penduduk pada tahun awal

(15)

Demografi

Pertumbuhan penduduk Kota Madiun Tahun 2016 sebesar 0,86 persen. Pertumbuhan ini akibat pertambahan jumlah penduduk tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015.

2.3 Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk atau population density dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan wilayah dalam memberikan daya tampung dan daya dukung terhadap penduduk yang ada.

Tingkat kepadatan penduduk dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat kepadatan penduduk menghasilkan rata-rata jumlah penduduk per km2.

Makin besar jumlah penduduk pada setiap km2 yang bertempat tinggal di suatu

daerah maka semakin padat penduduknya. Kepadatan penduduk Kota Madiun tahun 2016 sebesar 6.321 jiwa/Km2, yang artinya setiap 1 Km2 di Kota Madiun

dihuni oleh sekitar 6.321 jiwa. Kepadatan penduduk tahun 2016 mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 6.267 jiwa/Km2.

2.4 Struktur dan Komposisi Penduduk

Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan penduduk secara lebih khusus, biasa dilihat dari struktur/komposisi penduduk. Struktur atau komposisi penduduk yang biasa dilakukan dilakukan menurut jenis kelamin dan umur.

(16)

a. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin

Ukuran yang biasa digunakan untuk membandingkan antara komposisi penduduk laki-laki dan perempuan dikenal dengan sex rasio. Perbandingan dapat dilakukan terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan atau menurut kelompok umur tertentu.

Rumus sex rasio adalah:

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan Kota Madiun lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan sekitar 51,03 persen, sedangkan sisanya sebesar 48,97 persen adalah penduduk laki-laki. Sex rasio tahun 2016 sebesar 95,95. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95-96 penduduk laki-laki.

b. Komposisi penduduk menurut umur

Komposisi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk menggambarkan piramida penduduk. Piramida penduduk adalah dua buah diagram batang, pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan dalam kelompok interval usia penduduk lima tahunan. Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri dan penduduk wanita di sebelah kanan. Grafik dapat menunjukkan jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk total.

(17)

Demografi

Gambar 1

Piramida Penduduk Kota Madiun Tahun 2016

Penduduk Kota Madiun mempunyai komposisi yang hampir seimbang untuk setiap golongan umur. Hal menarik yang bisa dilihat dari piramida penduduk Kota Madiun adalah pada usia 60 tahun ke atas. Pada usia ini jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Hal ini menandakan bahwa angka harapan hidup penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki.

2.4 Angka Beban Tanggungan (ABT)

Informasi komposisi penduduk menurut umur digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan pemerintah daerah. Bila struktur umur mengarah pada kelompok usia muda, maka arah pembangunan akan ditujukan pada bidang kesehatan ibu dan anak, pendidikan dan pengendalian kelahiran. Sedangkan bila struktur umur mengarah pada kelompok usia tua, maka program pemerintah akan diarahkan pada bidang jaminan hari tua.

(18)

Berdasarkan kelompok umurnya, penduduk Kota Madiun tahun 2016 sebagian besar berada pada range usia 15-64 tahun yaitu sebesar 123.594 jiwa. Kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif, sehingga kondisi seperti ini akan sangat mendukung tercapainya sasarab pembangunan karena sumber daya manusia yang produktif sebagai modal dasar pembangunan banyak tersedia.

Komposisi penduduk menurut umur juga sering dipakai untuk menghitung angka beban tanggungan (ABT) atau dependency ratio. Rumus yang digunakan adalah:

Angka beban tanggungan Kota Madiun tahun 2016 sebesar 42,08. Angka ini berarti setiap 100 orang usia produkstif (15-64 tahun) menanggung sekitar 42-43 orang non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Semakin rendah angka beban tanggungan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena beban yang ditanggung semakin berkurang.

(19)

Tabel 3

Jumlah Penduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2016

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0-14 19.088 18.174 37.262

15-64 59.775 63.819 123.594

65+ 6.034 8.717 14.751

Jumlah 84.897 90.710 175.607

Sumber : BPS Kota Madiun

(20)

III

(21)

Ekonomi

EKONOMI

3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, penggunaan dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan (riil).

PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

(22)

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk.

5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

Tabel 4

PDRB ADHB dan ADHK Kota Madiun Tahun 2010-2016 (Juta Rupiah)

Tahun ADHB ADHK

(1) (2) (3) 2012 7.533.581,1 6.937.699,6 2013 8.390.362,8 7.470.676,7 2014 9.214.100,7 7.965.267,8 2015 10.192.067,5 8.455.436,3 2016 11.185.109,4 8.954.697,1

Sumber : BPS Kota Madiun

Nilai PDRB Kota Madiun dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2012, PDRB Kota Madiun atas dasar harga berlaku sebesar 7,53 trilyun rupiah

(23)

Ekonomi

Nilai PDRB Kota Madiun dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2012, PDRB Kota Madiun atas dasar harga berlaku sebesar 7,53 trilyun rupian dan terus mengalami kenaikan mencapai 11,18 trilyun rupiah tahun 2016. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2012 sebesar 6,94 trilyun rupiah dan terus mengalami kenaikan hingga mencapai 8,95 trilyun rupiah.

3.2 Struktur Ekonomi

Peranan atau kontribusi masing-masing kategori menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peranan masing-masing kategori dalam kemampuan menciptakan nilai tambah sehingga bisa menggambarkan ciri khas ekonomi, andalan, potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan kebijakan publik dari pemerintah daerah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonominya. Apabila struktur ekonomi ini disajikan dari waktu ke waktu maka dapat dilihat perubahan struktur perekonomian yang terjadi. Pergeseran struktur ekonomi ini sering dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku.

(24)

Struktur lapangan usaha masyarakat Kota Madiun tetap bertumpu pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Hal ini dapat terlihat dari besarnya peranan lapangan usaha kategori ini terhadap total PDRB yang memberikan sumbangan terbesar selama tahun 2012-2016 yang berkisar antara 24,41-24,97 persen. Peranan lapangan usaha terbesar kedua yaitu kategori industri pengolahan yang memberikan peranan pada tahun 2012-2016 berkisar antara 16,06-16,62 persen. kemudian disusul dengan kategori informasi dan komunikasi, kategori jasa keuangan dan asuransi, jasa pendidikan serta kategori konstruksi. Sementara peranan lapangan usaha kategori yang lain, kontribusinya di bawah 5 persen.

Tabel . 5

Distribusi Persentase PDRB ADHB Kota Madiun Tahun 2012-2016

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 1,09 1,03 1,00 0,96 0,91

2. Pertambangan dan Penggalian 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02

3. Industri Pengolahan 16,62 16,32 16,18 16,06 16,16

4. Pengadaan listrik dan gas 0,07 0,07 0,07 0,08 0,08

5. Pengadaan air, pengelolaan sampah 0,24 0,24 0,23 0,22 0,22

6. Konstruksi 6,85 6,78 6,65 6,52 6,42

7. Perdagangan besar dan eceran 24,41 24,97 24,92 24,82 24,96

8. Transportasi dan pergudangan 2,81 2,89 3,05 3,15 3,22

9. Penyediaan akomodasi dan makan

minum 4,60 4,52 4,51 4,56 4,68

10. Informasi dan komunikasi 14,08 13,89 13,73 13,68 13,63

11. Jasa keuangan dan asuransi 9,40 9,87 10,23 10,37 10,53

12. Real estate 2,57 2,59 2,57 2,69 2,67

13. Jasa perusahaan 0,68 0,67 0,67 0,68 0,68

14. Administrasi pemerintahan 3,82 3,55 3,32 3,23 3,13

15. Jasa pendidikan 7,65 7,67 7,87 7,88 7,72

16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,21 1,20 1,24 1,29 1,27

17. Jasa-lainnya 3,87 3,71 3,73 3,79 3,70

(25)

Ekonomi

3.3 Pertumbuhan Ekonomi

Nilai pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari komponen-komponen pembentuknya yang dapat diamati secara kategorial. Pertumbuhan ekonomi kategorial adalah pertumbuhan ekonomi secara total yang mencerminkan nilai pertumbuhan rata-rata tertimbang dari seluruh kegiatan ekonomi yang membentuknya dengan penimbang masing-masing nilai tambah bruto atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi Kota Madiun selama tahun 2012-2016 relatif stabil dengan nilai diatas 5 persen. Tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Kota Madiun sebesar 5,90 persen mengalami sedikit perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebsar 6,15 persen.

Gambar 2

Pertumbuhan Ekonomi Kota Madiun Tahun 2012-2016 9.00 8.00 7.68 7.00 6.62 6.83 6.15 6.00 5.90 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2012 2013 2014 2015 2016

(26)

Bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Wilayah Karesidenan Madiun, pertumbuhan ekonomi Kota Madiun selama tahun 2012-2016 merupakan yang tertinggi. Pertumbuhan terbesar kedua tahun 2016 adalah Kabupaten Magetan yaitu sebesar 5,31 persen. Disusul dengan Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Madiun yang masing-masing sebesar 5,29 persen dan 5,27 persen. Pertumbuhan ekonomi terkecil tahun 2016 adalah Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ngawi yaitu sebesar 5,21 persen. Secara umum, pertumbuhan kabupaten/kota di Wilayah Kresidenan Madiun masih berada diatas lima persen.

Tabel 6

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Wilayah Karesidenan Madiun Tahun 2012-2016 Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kabupaten Pacitan 6,33 5,87 5,21 5,10 5,21

Kabupaten Ponorogo 5,98 5,14 5,21 5,25 5,29

Kabupaten Madiun 6,12 5,67 5,34 5,26 5,27

Kabupaten Magetan 5,79 5,85 5,10 5,17 5,31

Kabupaten Ngawi 6,63 5,50 5,82 5,08 5,21

Kota Madiun 6,83 7,68 6,62 6,15 5,90

(27)

Ekonomi

3.4 PDRB Per Kapita

Total nilai PDRB atas dasar harga berlaku suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, maka akan dihasilkan PDRB Per kapita. PDRB Per kapita menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Dengan demikian besar kecilnya nilai PDRB per kapita ditentukan oleh besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan suatu daerah dengan banyaknya jumlah penduduk yang ada di daerah tersebut.

Berdasarkan gambar dibawah tampak bahwa PDRB per kapita Kota Madiun selama lima tahun terakhir selalu meningkat. Dari 43,71 juta tahun 2012 terus meningkat mencapai 68,69 juta di tahun 2016. Hal ini menunjukkan, bahwa secara umum kesejahteraan masyarakat Kota Madiun dari tahun ke tahun semakin membaik. Hal yang pelu diingat bahwa indikator PDRB per kapita masih banyak mengandung kelemahan dalam analisis tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah. Indikator ini tidak memberikan gambaran riil pendapatan asli masyarakat karena belum memperhitungkan pendapatan yang keluar (transfer out) dari luar daerah.

(28)

Gambar 3

PDRB per Kapita Kota Madiun Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah)

3.5 INFLASI

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan suatu indeks yang menggambarkan perkembangan harga beberapa barang/jasa yang terjadi setelah tahun dasar. Sedangkan secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu.

Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup masyarakat.

Tingkat inflasi yang berfluktuasi tinggi menggambarkan besarnya ketidakpastian nilai uang, tingkat produksi, distribusi dan arah perkembangan ekonomi, sehingga dapat membahayakan perekonomian secara keseluruhan.

(29)

Ekonomi

Sebaliknya inflasi yang rendah juga tidak menguntungkan perekonomian karena menggambarkan rendahnya daya beli dan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang pada gilirannya memperlambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kestabilan/pengendalian inflasi perlu dijaga agar pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Gambar 4

Perkembangan Inflasi Kota Madiun Tahun 2012-2016 (Persen) 8 7.40 7.52 6 3.51 4 2.75

2 2.25 0 2012 2013 2014 2015 2016

Dari perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun 2016 dengan tahun dasar tahun 2012, tingkat inflasi Kota Madiun sebesar 2,25 persen.Laju inflasi selama tahun 2012-2016 angkanya berada dibawah dua digit. Hal tersebut mengindikasikan bahwa inflasi dan kondisi perekonomian Kota Madiun masih terkendali.

(30)

Kota Madiun merupakan salah satu kota inflasi nasional di Jawa Timur. Tingkat inflasi dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Dari perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun 2016 dengan tahun dasar tahun 2016, tingkat inflasi Kota Madiun sebesar 2,25 persen.

Jika dibandingkan dengan 8 kota inflasi di Provinsi Jawa Timur, inflasi Kota Madiun menempati posisi keenam. Inflasi Kota Madiun tahun 2016 masih berada di bawah inflasi Jawa Timur (2,74 persen) dan inflasi nasional (3,02 persen). Inflasi pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 0,5 poin persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 dengan nilai inflasi sebesar 2,75 persen.

Tabel 7

Inflasi Beberapa Kota Inflasi di Jawa Timur Tahun 2015-2016

Kabupaten/Kota 2015 2016 (1) (2) (3) Kota Surabaya 3,43 3,22 Kota Malang 3,32 2,62 Kota Kediri 1,71 1,30 Kabupaten Jember 2,31 1,93 Kabupaten Banyuwangi 2,15 1,91 Kabupaten Sumenep 2,62 2,19 Kota Probolinggo 2,11 1,53 Kota Madiun 2,75 2,25 Jawa Timur 3,08 2,74 Nasional 3,35 3,02

(31)

Ekonomi

3.6 Pengeluaran Penduduk

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan kesejahteraan penduduk adalah tingkat pendapatan. Besarnya pendapatan dapat dilihat melalui pendekatan pengeluaran. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pengeluaran per kapita riil Kota Madiun tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar yaitu 3,08 persen.

Bila dilihat menurut golongan pengeluaran per kapita, pengeluaran penduduk Kota Madiun terbesar berada pada golongan pengeluaran satu juta dan keatas yaitu sebesar 52,53 persen disusul dengan pengeluaran per kapita antara lima ratus ribu rupiah sampai dengan dibawah tujuh ratus lima puluh ribu rupiah sebesar 20,40 persen.

Gambar 5

Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Kota Madiun Tahun 2016

60 50 40 30 20 10 0 200.000-299.999 300.000-499.999 500.000-749.999 750.000-999.999 ≥1.000.000

Data Demografi, Ekonomi dan Sosial Budaya Kota Madiun Tahun 2017 20 Ekonomi

(32)

Bila dilihat menurut kelompok makana dan non makanan, selama tahun 2012-2016 pengeluaran rata-rata per kapita lebih banyak untuk pengeluaran non makanan. Tahun 2016 jumlah pengeluaran makanan sebesar 544.762 rupiah atau sebesar 38,15 persen. Sedangkan sisanya sebesar 61,85 persen dengan rata-rata pengeluaran sebulan sebesar 883.286 rupiah.

Tabel. 8

Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan dan Non MakananKota Madiun Tahun 2012-2016

Kelompok Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Makanan 291.520 411.261 422.569 493.941 544.762 Non Makanan 335.378 623.354 538.432 891.387 883.286 Jumlah 626.898 1.034.615 961.001 1.385.328 1.428.048

Sumber : BPS Kota Madiun

Perkembangan tingkat kesejahteraan juga dapat dilihat dari besarnya pengeluaran non makanan. Semakin tinggi pengeluaran non makanan. Semakin tinggi pengeluaran non makanan dapat menjadi indikasi adanya perbaikan tingkat kesejahteraan. Bila dilihat pada tabel dibawah, selama tahun 2012-2016 pengeluaran makanan lebih kecil daripada pengeluaran non makanan. Hal ini menggambarkan bahwa secara umum penduduk Kota Madiun sejahtera.

(33)

Ekonomi

Tabel. 9

Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan dan Non Makanan di Wilayah Karesidenan Madiun Tahun 2016

Kabupaten/Kota

Pengeluaran (Rupiah) Persentase

Makanan Non

Makanan Jumlah Makanan Makanan Non Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kabupaten Pacitan 381.413 345.438 726.851 52,47 47,53 100,00 Kabupaten Ponorogo 291.719 332.807 624.526 46,71 53,29 100,00 Kabupaten Madiun 373.987 380.583 754.570 49,56 50,44 100,00 Kabupaten Magetan 360.408 405.412 765.820 47,06 52,94 100,00 Kabupaten Ngawi 347.835 268.843 616.678 56,40 43,60 100,00 Kota Madiun 544.762 883.285 1.428.048 38,15 61,85 100,00

Bila dibandingkan dengan Kabupaten lain di Wilayah Karesidenan Madiun, rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Kota Madiun jauh lebih besar dibandingkan dengan daerah lain. Rata-rata pengeluaran per kapita terendah di Wilayah Karesidenan Madiun adalah Kabupaten Ngawi yaitu sebesar 616.678 rupiah. Dilihat dari kelompok makanan dan non makanan, rata-rata pengeluaran per kapita Kota Madiun baik makanan maupun non makanan merupakan yang terbesar. Untuk kelompok makanan rata-rata pengeluaran per kapita terkecil adalah Kabupaten Ponorogo, sedangkan untuk kelompok non makanan rata-rata pengeluaran per kapita terkecil adalah Kabupaten Ngawi.

(34)

Rata-rata pengeluaran per kapita di Wilayah Karesidenan Madiun didominasi oleh pengeluaran kelompok non makanan yaitu Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kota Madiun dengan persentase masing-masing sebesar 53,29 persen; 50,44 persen; 52,94 persen dan 61,85 persen. Hanya Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ngawi saja yang persentase pengeluaran makanan lebih besar daripada pengeluaran non makanan dengan persentase masing-masing sebesar 52,47 persen dan 56,40 persen.

(35)

IV

(36)

SOSIAL BUDAYA

4.1 Pendidikan

Jika tidak ingin tertinggal dengan bangsa lain maka kategori pendidikan harus dinomorsatukan, sebab kategori pendidikan berkaitan erat dengan kualitas SDM. Selain itu pendidikan juga berkorelasi dengan kemiskinan. Artinya semakin baik mutu pendidikan maka kualitas SDM akan semakin baik pula dan hal ini dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Namun peningkatan pendidikan bukan tanpa kendala. Masalah muatan kurikulum yang kurang memenuhi kebutuhan dunia kerja maupun akademis dan mutu tenaga pengajar atau pendidik yang masih kurang dari yang diharapkan menjadi masalah dalam peningkatan pendidikan. Selain itu biaya pendidikan terkadang terasa terlalu mahal untuk murid yang berasal dari golongan ekonomi tertentu. Hal tersebut merupakan masalah dalam dunia pendidikan kita.

Untuk melihat tingkat keberhasilan pemerintah dalam upayanya membangun kualitas SDM serta untuk melihat tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap program yang telah dijalankan pemerintah di bidang pendidikan maka digunakan beberapa indikator pendidikan, indikator pendidikan yang sering dipakai antara lain sebagai berikut :

(37)

Sosial Budaya

- Angka Buta Huruf (ABH)

- Angka Partisipasi Sekolah (APS) - Angka Harapan Lama Sekolah - Rata-rata lama sekolah

- Tingkat pendidikan yang ditamatkan 4.1.1 Angka Buta Huruf

Perkembangan informasi yang kian mengglobal hanya dapat diakses dengan budaya baca tulis. Angka Buta Huruf (ABH) merupakan indikator yang paling mendasar dalam bidang pendidikan karena angka ini menunjukkan kemampuan baca tulis orang dewasa (10 tahun ke atas). Artinya ABH juga menunjukkan kemampuan orang dewasa dalam mendapatkan informasi berupa tulisan. Angka Buta Huruf (ABH) diperoleh dari jumlah penduduk yang tidak bisa baca tulis (baik huruf latin dan huruf lainnya) pada suatu kelompok umur (10 tahun ke atas maupun 10-44 tahun) dibagi jumlah penduduk pada kelompok umur tersebut kali 100. Semakin tinggi ABH menunjukkan semakin banyak penduduk yang tidak bisa baca tulis, artinya semakin banyak penduduk yang tidak mampu mengakses perkembangan informasi, hal ini mengindikasikan kualitas SDM yang rendah.

(38)

Gambar. 6

Angka Buta Huruf Kabupaten/Kota di Wilayah Karesidenan Madiun Tahun 2016

ABH Kota Madiun tahun 2016 sebesar 3,60 persen. Dengan kata lain, sebesar 96,40 persen penduduk Kota Madiun telah dapat membaca dan menulis. Bila dibandingkan dengan beberapa daerah di Wilayah Karesidenan Madiun (Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan), ABH Kota Madiun merupakan yang paling rendah. Hal ini menandakan kualitas SDM Kota Madiun lebih bagus dibandingkan dengan daerah lain di Wilayah Karesidenan Madiun.

4.1.2 Angka Partisipasi Sekolah

Indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu.

(39)

Sosial Budaya

Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai. Semakin tinggi APS berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan tertentu.

Tabel 10

APS Penduduk Kota Madiun Tahun 2013-2016

Uraian 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) APS Penduduk Usia 7-12 100,00 100,00 100,00 100,00 APS Penduduk Usia 13-15 100,00 100,00 100,00 100,00 APS Penduduk Usia 16-18 78,70 81,73 87,77 86,49 APS Penduduk Usia 19-24 24,74 26,67 38,10 34,69

Sumber : BPS Kota Madiun

Nilai ideal APS adalah 100. Berkaitan dengan program wajib belajar 9 tahun maka APS penduduk usia 7 -12 tahun dan 13 -15 tahun atau setingkat dengan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kota Madiun mencapai angka 100. APS Kota Madiun pada usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun telah mencapai 100 persen, kondisi tersebut menandakan bahwa program wajar 9 tahun telah berhasil diwujudkan.

(40)

Tabel 11

APS Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Karesidenan Madiun Tahun 2016

Kabupaten/Kota APS Penduduk Usia

7-12 13-15 16-18 19-24 (1) (2) (3) (4) (5) Kabupaten Pacitan 100,00 96,04 68,71 15,13 Kabupaten Ponorogo 100,00 99,50 83,53 31,86 Kabupaten Madiun 98,44 98,23 80,25 22,17 Kabupaten Magetan 98,81 98,87 88,50 28,11 Kabupaten Ngawi 100,00 98,75 75,19 18,06 Kota Madiun 100,00 100,00 86,49 34,69

Sumber : BPS Kota Madiun

Bila dilihat dalam wilayah Karesidenan Madiun, APS 7-12 tahun yang mencapai 100 meliputi Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Ngawi dan Kota Madiun. Sudah selayaknya kalau APS penduduk pada jenjang pendidikan yang paling rendah ini dapat terjaga perkembangannya. Sedangkan untuk APS penduduk usia 13 – 15 tahun, hanya Kota Madiun yang telah mencapai angka 100. Tahun 2016, APS penduduk usia 13-15 terendah adalah Kabupaten Pacitan yaitu sebesar 96,04.

Tak bisa dipungkiri bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin banyak biaya yang diperlukan. Tak heran jika angka partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan semakin rendah. Apalagi perbandingan APS penduduk usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun dengan APS penduduk usia 16-18 tahun selama ini masih agak tertinggal.

(41)

Sosial Budaya

APS penduduk usia 16-18 tahun di wilayah Karesidenan Madiun tahun 2016 berkisar antara 68,71-86,49 persen. APS Kota Madiun tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah Karesidenan Madiun. Sedangkan untuk APS penduduk usia 19-24 tahun semakin menurun. APS penduduk usia 19-24 tahun di wilayah Karesidenan Madiun tahun 2016 berkisar antara 15,13-34,69. Sama halnya dengan APS penduduk usia 16-18 tahun, APS penduduk usia 19-24 Kota Madiun juga merupakan yang tertinggi di wilayah Karesidenan Madiun yaitu sebesar 34,69.

4.1.3 Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah

Indikator pendidikan yang merepresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM adalah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator ini dapat dimaknai sebagai ukuran kualitas sumber daya manusia.

Angka harapan lama sekolah menggambarkan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Sementara indikator rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal.

Derajat pendidikan suatu daerah dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah penduduknya. Pendidikan ditempuh secara berjenjang dan selama waktu tertentu. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah penduduk suatu daerah, maka dapat diartikan semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk daerah tersebut dan diyakini memiliki sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

(42)

Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah selama periode 2012-2016 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 naik sebesar 0,13 tahun, yaitu dari 14,06 tahun di tahun 2015 menjadi 14,19 tahun di tahun 2016. Artinya bahwa setiap anak usia 7 tahun di Kota Madiun mempunyai harapan lamanya mengenyam pendidikan sekitar 14,19 tahun atau hampir sampai perguruan tinggi tahun kedua.

Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM adalah rata-rata lama sekolah. Kondisi rata-rata-rata-rata lama sekolah pada tahun 2016 mencapai 11,09 tahun, berarti penduduk mengenyam pendidikan selama 11 sampai 12 tahun (setara dengan kelas 2 atau 3 SLTA). Program Wajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah sudah terlampaui dan sudah selayaknya kalau dilanjutkan menjadi wajar 12 tahun atau lulus tingkat SLTA.

Tabel 12

EYS, MYS dan Indeks Pendidikan Kota Madiun Tahun 2010-2014

Tahun Angka Harapan Lama Sekolah

Angka Rata-rata

Lama Sekolah Indeks Pendidikan

(1) (2) (3) (4) 2012 12,56 10,68 0,70 2013 13,33 10,86 0,73 2014 13,64 10,90 0,74 2015 14,06 11,08 0,76 2016 14,19 11,09 0,76

(43)

Sosial Budaya

Selama 5 tahun terakhir, MYS naik sebesar 0,41 tahun, setiap tahun rata-rata naik 0,08 tahun. Hal itu menunjukkan bahwa tidak mudah bagi pemerintah untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk. Untuk itu diperlukan peran maupun partisipasi, baik dari pemerintah dan masyarakat untuk mendorong penduduk bersekolah setinggi-tingginya. Semakin tinggi rata-rata tingkat pendidikan, akan semakin tinggi pula kualitas manusianya. Secara umum, kenaikan kedua indikator pendidikan tersebut menyebabkan naiknya indeks pendidikan, yaitu dari 0,70 tahun 2012 menjadi 0,76 tahun 2016.

Angka harapan lama sekolah adalah lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan dapat dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Jika dibandingkan dengan daerah lain di Wilayah Karesidenan Madiun, tahun 2016 angka harapan lama sekolah Kota Madiun merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 14,19 tahun. Sedangkan harapan lama sekolah Kabupaten Pacitan merupakan yang terendah yaitu sebesar 12,19 tahun.

Tabel 13

Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Wilayah Karesidenan Madiun Tahun 2016

Kabupaten/Kota Harapan Lama Sekolah (EYS) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Indeks Pendidikan (1) (2) (3) (4) Kabupaten Pacitan 12,19 6,89 0,57 Kabupaten Ponorogo 13,69 6,97 0,61 Kabupaten Madiun 13,11 7,00 0,60 Kabupaten Magetan 13,71 7,66 0,64 Kabupaten Ngawi 12,65 6,54 0,57 Kota Madiun 14,19 11,09 0,76

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

(44)

Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yg telah dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Jika dibandingkan dengan daerah lain di Wilayah Karesidenan Madiun, angka rata-rata lama sekolah tahun 2016 Kota Madiun merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 11,09 tahun jauh meninggalkan daerah lainnya yang mempunyai nilai rata-rata lama sekolah yang berkisar antara 6,54-7,66 tahun.

Jika dikonversikan dengan jenjang pendidikan yang sesuai dengan waktu 11 tahun, maka dapat dikatakan bahwa penduduk Kota Madiun rata-rata bersekolah hingga kelas 2 SLTA, lebih tinggi dari daerah lain di Wilayah Karesidenan Madiun yang kurang lebih hanya sampai kelas 1 SLTP. Meski belum terlalu tinggi namun jenjang sekolah rata-rata Kota Madiun telah sedikit melampaui target pendidikan dasar 9 tahun.

Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah merupakan komponen penghitung angka indeks pendidikan. Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah Kota Madiun merupakan yang tertinggi di Wilayah Karesidenan Madiun sehingga angka indeks pendidikan Kota Madiun juga merupakan yang tertinggi bila dibandingkan dengan wilayah lain di Karesidenan Madiun. Indeks pendidikan Kota Madiun sebesar 0,76 sedangkan indeks pendidikan Kabupaten/Kota lain di Wilayah Karesidenan Madiun masih dibawah 0,64 dengan indeks pendidikan terendah adalah Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ngawi yang sebesar 0,57.

(45)

Sosial Budaya

4.1.4 Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Tingkat pendidikan penduduk menentukan kualitas SDM suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan menjadi potensi daerah dalam pembangunan, sebaliknya SDM yang rendah akan menghambat proses pembangunan daerah.

Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan, sebesar 45,80 persen penduduk Kota Madiun masih berpendidikan rendah (tidak punya ijazah SD dan Tamat SD sederajat). Sisanya 54,20 persen telah berpendidikan tamat SLTP ke atas. Hanya sekitar 16,89 persen penduduk Kota Madiun telah berpendidikan setara perguruan tinggi (D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3).

Bila dilihat menurut jenis kelamin, penduduk dengan pendidikan rendah (tidak punya ijazah/tamat SD sederajat) baik laki-laki maupun perempuan memiliki persentase yang hampir sama yaitu sebesar 45,81 persen untuk laki-laki dan 45,79 persen untuk perempuan. Demikian juga untuk penduduk dengan pendidikan SLTP keatas juga memiliki persentase yang hampir sama yaitu 54,18 persen untuk laki-laki dan 54,19 persen untuk perempuan.

(46)

Tabel 14

Persentase Penduduk Kota Madiun

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2016

Pendidikan yang

Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) Tidak punya ijazah SD 4,77 9,36 7,16 SD sederajat 41,04 36,43 38,64 SMP sederajat 9,23 8,13 8,66 SMA sederajat 29,21 28,14 28,65 D1/D2/D3 2,61 4,39 3,53 D4/S1 10,31 12,57 11,49 S2/S3 2,83 0,98 1,87 Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kota Madiun

4.1.5 Fasilitas Pendidikan

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang mendukung, jumlah sekolah serta tenaga pendidik yang berkualitas. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu beban mengajar guru. Kualitas mengajar guru yang baik akan memberikan dampak terhadap kualitas ilmu pengetahuan yang mampu ditangkap oleh siswa.

Jumlah sekolah di Kota Madiun tahun 2016 sebanyak 157 sekolah dengan terbanyak berada pada jenjang pendidikan dasar yaitu SD/MI yang berjumlah 84 sekolah. Sedangkan jumlah murid di sekolah Kota Madiun pada tahun 2016 berjumlah 48.381 siswa dengan murid terbanyak pada jenjang pendidikan SD/MI dengan murid sebanyak 20.899 siswa.

(47)

Sosial Budaya

Jumlah guru di sekolah Kota Madiun tahun 2016 sebanyak 3.696 orang dengan terbanyak berada pada jenjang pendidikan SMA/MA dengan jumlah guru sebanyak 1.644 orang.

Rasio murid-guru akan menentukan keberhasilan dalam pendidikan. Semakin tinggi rasio berarti semakin banyak murid yang menjadi beban seorang guru. Tahun 2016 rasio murid-guru sebesar 13. yang artinya tiap satu orang guru mengajar 13 murid. Rasio murid-guru tertinggi terjadi pada jenjang pendidikan dasar yaitu 17 untuk SD dan 18 untuk MI.

Tabel 15

Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Kota Madiun Tahun 2016 Jenjang

Pendidikan Sekolah Murid Guru Murid-Guru Rasio

(1) (2) (3) (4) (5) SD 68 14.790 891 17 MI 16 6.109 331 18 SMP 23 10.392 726 14 MTs 4 1.437 104 14 SMA 41 13.900 1.514 9 MA 5 1.753 130 13 Jumlah 157 48.381 3.696 13

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kota Madiun

(48)

4.2 KESEHATAN

Jika indikator-indikator pendidikan seperti yang disebutkan diatas digunakan untuk melihat tingkat pembangunan intelektual masyarakat, maka indikator kesehatan dipakai untuk melihat kualitas fisiknya. Bagaimanapun kualitas fisik sumber daya manusia menentukan kekuatan suatu daerah. Beberapa indikator kesehatan yang sering dipergunakan untuk melihat derajat kesehatan masyarakat pada suatu daerah antara lain:

- Angka Kematian Bayi (AKB) - Angka Harapan Hidup (AHH) - Penolong persalinan

- Penolong Persalinan

Selain indikator-indikator tersebut masih ada data-data penunjang yang memperjelas gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat, antara lain data mengenai :

- Jumlah fasilitas kesehatan - Jumlah tenaga kesehatan - Lama pemberian ASI

(49)

Sosial Budaya

4.2.0 Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi merupakan indikator penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat si bayi tinggal dan erat kaitannya den gan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai satu hari sebelum ulang tahun pertama (0-11 bulan). Kematian bayi diukur dengan menghitung jumlah AKB di suatu wilayah yang dimaksud. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup (KH). AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. AKB merefleksikan faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhi terjadinya kematian bayi seperti diare, infeksi saluran nafas, status gizi dan kondisi prenatal seperti tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

(50)

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, AKB secara umum ada 2 macam, yaitu AKB endogen dan AKB eksogen. AKB endogen atau AKB

neo natal yaitu kematian bayi pada bulan pertama setelah dilahirkan yang pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa bayi sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat pada saat kehamilan seperti usia ibu pada saat persalinan dan asupan gizi pada saat ibu sedang hamil. Sementara itu AKB eksogen atau post neo natal adalah kematian bayi setelah berusia 1 bulan sampai menjelang 1 tahun yang disebabkan oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar seperti penolong persalinan, pemberian ASI ekslusif, imunisasi, pemberian asupan gizi pada bayi.

Tabel 16

Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015-2016

Tahun Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) 2015 7,63 5,79 6,75 7,29 2016 10,51 3,92

Sumber : Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Madiun

AKB Kota Madiun tahun 2016 sebesar 7,29/1.000 kelahiran hidup, ini artinya pada tahun 2016 diantara 1000 kelahiran hidup di Kota Madiun ada 7-8 bayi yang meninggal dunia sebelum usia tepat 1 tahun. Angka ini sedikit mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 6,75/1.000 kelahiran hidup.

(51)

Sosial Budaya

4.2.2 Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan.

Idealnya AHH dihitung berdasarkan angka kematian menurut umur atau disebut Age Specific Death Rate (ASDR). Datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Namun sistem registrasi penduduk di Indonesia termasuk Kota Madiun belum memungkinkan, sehingga untuk menghitung AHH digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpack Lite.

Kegunaan AHH adalah sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. AHH yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan seperti kampanye kecukupan gizi terutama pada bayi, termasuk pemberian imunisasi dan posyandu.

Tabel 17

AHH dan Indeks Kesehatan Kota Madiun Tahun 2012-2016

Tahun AHH Indeks Kesehatan

(1) (2) (3) 2012 72,33 0,81 2013 72,38 0,81 2014 72,41 0,81 2015 72,41 0,81 2016 72,44 0,81

Sumber : BPS Kota Madiun

(52)

Selama tahun 2012-2016 perkembangan AHH Kota Madiun terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2012 AHH penduduk Kota Madiun 72,33 tahun dan sampai dengan tahun 2016 naik sebesar 0,11 tahun, sehingga angka harapan hidup penduduk menjadi 72,44 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penduduk Kota Madiun mampu bertahan hidup dari lahir sampai dengan berumur 72 tahun. Sedangkan indeks kesehatan Kota Madiun tahun 2012-2016 memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,81.

AHH tertinggi di Wilayah Karesidenan Madiun tahun 2016 adalah Kota Madiun yaitu sebesar 72,44 sedangkan AHH terendah adalah Kabupaten Madiun dengan nilai AHH sebesar 70,55. Seiring dengan besarnya nilai AHH, indeks kesehatan tertinggi adalah Kota Madiun dengan nilai sebesar 0,81 dan indeks kesehatan terendah adalah Kabupaten Madiun dengan nilai sebesar 0,78.

Tabel 18

AHH dan Indeks Kesehatan Kabupaten/Kota di Wilayah Karesidenan Madiun Tahun 2016

Kabupaten/Kota AHH Indeks Kesehatan

(1) (2) (3) Kabupaten Pacitan 71,18 0,79 Kabupaten Ponorogo 72,18 0,80 Kabupaten Madiun 70,55 0,78 Kabupaten Magetan 72,09 0,80 Kabupaten Ngawi 71,63 0,79 Kota Madiun 72,44 0,81

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

(53)

Sosial Budaya

4.2.3 Fasilitas Kesehatan

4.2.3.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan secara langsung maupun tidak langsung akan mampu meningkatkan

akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka menunjang pembangunan di bidang kesehatan, disediakan beberapa fasilitas kesehatan di Kota Madiun.

Tahun 2016, jumlah rumah sakit yang ada di Kota Madiun sebanyak 8 unit baik itu rumah sakit pemerintah maupun swasta dengan jumlah rumah sakit terbanyak berada di Kecamatan Manguharjo yaitu sebanyak 4 unit. Sedangan penyelenggara upaya kesehatan yang menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas yaitu Puskesmas di Kota Madiun sebanyak 6 unit.

Tabel 19

Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Madiun Tahun 2016 Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Posyandu Poskesdes

Manguharjo 4 2 80 26 9

Taman 1 2 123 24 9

Kartoharjo 3 2 67 12 9

Kota Madiun 8 6 270 62 27

Sumber : Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Madiun

(54)

Jumlah fasilitas kesehatan terbanyak di Kota Madiun adalah Posyandu dengan jumlah 270 unit dan jumlah terbanyak berada di Kecamatan Taman. Untuk fasilitas kesehatan Posbindu dan Poskesdes di Kota Madiun tahun 2016 ada sebanyak 62 unit dan 27 unit.

4.2.3.2 Jumlah Tenaga Medis

Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kota Madiun telah memadai. Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang memadai harus diikuti dengan jumlah tenaga medis yang memadai juga agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik.

Pelayanan kesehatan di Kota Madiun didukung oleh tenaga kesehatan seperti dokter 235 orang, bidan 258 orang, perawat 905 orang, ahli kesehatan masyarakat 18 orang, apoteker 24 orang, ahli gizi sebanyak 52 orang, analis kesehatan sebanyak 64 orang dan ahli rontgen 27 orang.

Tabel 20

Jumlah Tenaga Medis Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Madiun Tahun 2016

Unit Kerja Spesialis Dokter Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Gigi Spesialis

(1) (2) (3) (4) (5) Puskesmas - 17 8 - Rumah Sakit 122 79 10 2 Sarana Pelayanan Kesehatan Lain - 69 - - Kota Madiun 122 165 18 2

(55)

Sosial Budaya

Sebanyak 69,38 persen tenaga medis terutama dokter paling terdapat di rumah sakit. Hanya sekitar 8,14 persen saja jumlah dokter yang ada di Puskesmas. Doketer yang bertugas di Puskesmas dibantu juga dengan tenaga keperawatan lainnya yaitu bidan, perawat dan perawat gigi. Jumlah bidan yang ada di Puskesmas di Kota Madiun tahun 2016 berjumlah 45 orang dengan jumlah perawat terbanyak berada di Puskesmas yang ada di Kecamatn Taman. Sedangkan jumlah perawat dan perawat gigi yang ada di Puskesmas di Kota Madiun masing-masing berjumlah 49 0rang dan 16 orang. Jumlah perawat terbanyak berada di Puskesmas di Kecamatan Kartoharjo.

Tabel 21

Jumlah Tenaga Keperawatan Puskesmas Menurut Kecamatan di Kota Madiun Tahun 2016

Kecamatan Bidan Perawat Perawat Gigi

(1) (2) (3) (4)

Manguharjo 10 13 6

Taman 18 15 5

Kartoharjo 17 21 5

Kota Madiun 45 49 16

Sumber : Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Madiun

4.2.4 Penolong Persalinan

Proses kelahiran adalah proses lahirnya janin usia 5 bulan ke atas dari dalam kandungan ke luar dunia, dimulai dengan tanda-tanda kelahiran, lahirnya bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya plasenta.

(56)

Penolong persalinan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi keselamatan bayi dan ibu melahirkan. Penolong persalinan adalah salah satu faktor penyebab kematian bayi kala lahir. Penolong persalinan disini ada dua yaitu penolong pertama persalinan dan penolong terakhir persalinan. Dalam hal ini hanya akan dibahas penolong terakhir persalinan.

Penolong persalinan terakhir di Kota Madiun tahun 2016 telah menggunakan tenaga medis yaitu dokter kandungan, bidan dan perawat. Penolong kelahiran terbesar tahun 2016 adalah dokter kandungan yaitu sebesar 52,78 persen, disusul dengan perawat sebesar 38,21 persen dan bidan sebesar 9,01 persen.

Gambar 7

Persentase Persalinan Menurut Tenaga Penolong Persalinan Terakhir Kota Madiun Tahun 2016

9.01

38.21

52.78

(57)

Sosial Budaya

4.2.5 Pemberian ASI

Salah satu upaya untuk menekan kekurangan gizi pada balita adalah dengan memberikan ASI ekslusif. Air Susu Ibu adalah cairan formula tersehat untuk bayi yang mengandung nutrisi stabil (terbentuk dari nutrisi yang mengalir di darah sang ibu), kadar lemak, gula, air dan protein yang dosisnya tepat sesuai dengan kebutuhan balita.

Di dalam ASI terdapat zat yang membentuk kekebalan tubuh bayi bernama kolostrum dan akan keluar pada saat awal kelahiran bayi. Zat ini merupakan antibodi yang sangat bagus untuk kekebalan. WHO menganjurkan agar para ibu menyususi balitanya secara eksklusif sampai umur 6 bulan (sebelum diberikannya makanan tambahan) atau maksimal 2 tahun.

ASI bisa mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit dan alergi. Selain itu bayi yang diberi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.

(58)

Tabel 22

Persentase Anak Usia 0-23 Bulan Menurut Jenis Kelamin dan Lama Pemberian ASI Tahun 2016

Jenis Kelamin Lama Pemberian ASI (bulan)

1-6 7-11 12-15 16-19 20-23

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Laki-laki 44,09 32,01 18,25 0,00 5,65

Perempuan 65,63 14,25 12,86 0,00 7,27

Total 52,64 24,96 16,11 0,00 6,29

Sumber : BPS Kota Madiun

Sedemikian besar manfaat ASI bagi kesehatan jasmani dan perkembangan mental dan spiritual anak. Namun sayang sebagian besar bayi di Kota Madiun mendapat ASI kurang dari 2 tahun hanya sekitar 1-6 bulan saja dengan persentase sebesar 52,64 persen.

Seperti daerah perkotaan pada umumnya di mana penduduk perempuan banyak yang bekerja, yang mau tak mau usahanya dalam memberi ASI kepada bayinya menemui kendala. Namun tak sedikit juga kaum ibu yang kurang mempunyai kesadaran akan pentingnya ASI bagi kesehatan jasmani dan mental anaknya.

4.2.6 Keluhan Kesehatan

Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan diperlukan peran aktif semua pihak, baik penyedia layanan kesehatan, masyarakat dan pemerintah. Kesehatan merupakan anugerah yang harus kita syukuri, dengan badan yang sehat kita dapat melakukan aktivitas apapun.

(59)

Sosial Budaya

Setiap orang pasti pernah mengalami gangguan kesehatan/keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan disini adalah keadaan seseorang yang

mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena

gangguan/penyakit yang sering dialami penduduk seperti panas, pilek, diare, pusing, sakit kepala maupun karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminalitas ataupun keluhan lainnya.

Selama tahun 2016, sebesar 37,76 persen penduduk Kota Madiun mengalami keluhan kesehatan. Bila dilihat menurut jenis kelamin, penduduk yang mengalami keluhan kesehatan lebih banyak penduduk perempuan daripada penduduk laki-laki. Dari total penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, sebanyak 54,06 persen memilih untuk berobat jalan, sedangkan sisanya cenderung memilih untuk mengobati sendiri misalnya dengan membeli obat tanpa resep.

Tabel 23

Persentase Penduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin dan Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir Tahun 2016

Jenis Kelamin Mengalami Keluhan Kesehatan

Ya Tidak

(1) (2) (3)

Laki-laki 37,00 63,00

Perempuan 38,48 61,52

Total 37,76 62,24

Sumber : BPS Kota Madiun

(60)

Berobat jalan adalah upaya anggota rumah tangga yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatanmodern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah anggota rumah tangga. Selama tahun 2016, diantara penduduk yang mengalami gangguan kesehatan, sebesar 54,06 persen melakukan berobat jalan. Bila dilihat dari jenis kelaminya, ternyata penduduk yang banyak berobat jalan adalah penduduk perempuan yaitu sebesar 57,92 persen sedangan penduduk laki-laki yang berobat jalan sebesar 49,77 persen.

Tabel 24

Persentase Penduduk Kota Madiun yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

Jenis Kelamin Mengalami Keluhan Kesehatan

Ya Tidak

(1) (2) (3)

Laki-laki 37,00 63,00

Perempuan 38,48 61,52

Total 37,76 62,24

Sumber : BPS Kota Madiun

Sekarang ini telah ada fasilitas yang disediakan yang bias digunakan oleh penduduk untuk berobat jalan yaitu menggunakan jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan disini adalah program bantuan social untuk pelayanan kesehatan. Menurut UU no. 40 tahun 2014 tentang system jaminan sosial nasional, jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

(61)

Sosial Budaya

Diantara penduduk yang berobat jalan sebagian besar, sebagian besar penduduk Kota Madiun telah menggunakan jaminan kesehatan dalam melakukan obat jalan. Tahun 2016, sebesar 74,44 persen penduduk telah menggunakan jaminan kesehatan dalam berobat jalan. Bila dilihat menurut jenis kelamin, tenyata penduduk perempuan yang mengunakan jaminan kesehatan lebih banyak 1,33 poin persen dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Penduduk perempuan yang berobat jalan menggunakan jaminan kesehatan sebesar 75,02 persen sedangkan penduduk laki-laki sebesar 73,69 persen.

Gambar 8

Persentase Penduduk Menggunakan Jaminan Kesehatan untuk Berobat Jalan Tahun 2016

76 75.02 75 74.44 73.69 74 73 72

Laki-laki Perempuan Total

Meskipun mengalami keluhan kesehatan, ternyata tidak semua penduduk melakukan obat jalan. Ada beberapa alas an yang menyebabkan penduduk tidak melakukan berobat jalan diantaranya tidak punya biaya, waktu tunggu pelayanan yang lama dan memilih untuk mengobati sendiri.

(62)

Penduduk yang tidak melakukan berobat jalan ternyata yang menjadi alasan yang paling banyak adalah mereka memilih untuk mengobati sendiri. Mengobati sendiri disini adalah upaya anggota rumah tangga/keluarga dengan melakukan pengobatan sendiri (tanpa dating ke tempat fasilitas kesehatan atau memanggil dokter/petugas kesehatan ke rumahnya) agar sembuh atau lebih ringan keluhan kesehatannya, missal dengan cara minum obat modern, jamu, kerokan, kompres, pijat dan lainnya.

Pada tahun 2016, penduduk yang mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialaminya sebesar 80,61 persen. Nilai ini jauh bila dibandingkan dengan alasan lainnya diantaranya merasa tidak perlu sebesar 15,26 persen. Bahkan alasan tidak berobat jalan karena tidak punya biaya dan waktu tunggu lama tidak sampai satu persen yaitu masing-masing sebesar 0,51 persen dan 0,43 persen.

Tabel 25

Persentase Penduduk menurut Alasan Tidak Berobat Jalan Tahun 2016

Alasan tidak Berobat

jalan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak punya biaya berobat 0,49 0,53 0,51

Waktu tunggu pelayanan

lama 0,00 0,89 0,43

Mengobati sendiri 81,32 79,86 80,61

Merasa tidak perlu 14,93 15,61 15,26

Lainnya 3,26 3,11 3,19

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Gambar

Tabel  1   Luas  Wilayah Kota Madiun Menurut Kecamatan………….…….…  2  Tabel  2   JumlahPenduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin dan
Tabel 14  Perentase Penduduk Kota Madiun Menurut Pendidikan
Gambar 1  Piramida Penduduk Kota Madiun Tahun 2016 ….…………..……  7  Gambar 2  Pertumbuhan Ekonomi Kota Madiun Tahun 2012-2016 .…...
Tabel Jumlah Penduduk Kota Madiun Menurut Jenis Kelamin   dan Kelompok Umur Tahun 2016
+4

Referensi

Dokumen terkait

BORANG PENGESAHAN KOPERASI CALON PERSIDANGAN NEGERI KEDAH 2021 (Diisi oleh Koperasi yang mengesahkan Pencalonan) Butir-Butir Koperasi.. Tarikh Menjadi Anggota Koperasi :

Potential Strategic System Information (PSIS) Dapat dicontohkan seperti pada sebuah perpustakaan yang mempunyai kegiatan pengentrian data katalog pada OPAC yang

Prima Tani bertujuan untuk mempercepat waktu, meningkatkan kadar dan memperluas prevalensi adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan

Untuk mengetahui keterkaitan aktivitas matahari dengan gangguan geomagnet, dalam tulisan ini akan dianalisa gangguan geomagnet yang teramati di Stasiun

Pembagian tugas dan tanggung jawab antara manajer dan operator dalam organisasi UPJA ditujukan untuk dapat memberikan pelayanan jasa Alsintan kepada petani/kelompok tani,

7 14.00-16.00 B Skills Lab:Eversi kelopak mata, Pemeriksaan visus, Reflek pupil Refleks Cahaya Kornea (Hirschberg Test), Dan Gerak Bola Mata, Sensibilitas kornea,

Najwa Shihab juga menyinggung tentang logo partai Berkarya seperti pada pin yang dipakai oleh Tommy Soeharto, logo tersebut mirip dengan logo partai Golkar..

Manfaat dari strategi pembuatan catatan terbimbing (Guided Note-Taking) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan diharapkan sebagai salah satu alternatif strategi