• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

1. PENDAHULUAN

Strategi peningkatan kesejahteraan rakyat secara nasional oleh pemerintah Indonesia 2004-2009 dikenal dengan istilah Triple Track Strategy. Suatu strategi ekonomi holistik yang mengutamakan:

1. Pro-Growth : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengedepankan investasi dan ekspor;

2. Pro-Employment : Menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja;

3. Pro-Poor : Merevitalisasi pertanian, kehutanan, kelautan, dan ekonomi pedesaan untuk

menanggulangi kemiskinan, serta program lain yang langsung menyentuh masyarakat miskin. Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) ditujukan sebagai bahan evaluasi pembangunan nasional maupun daerah dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Sakernas menghasilkan indikator secara makro situasi ketenagakerjaan. Sakernas yang terakhir diselenggarakan pada Februari 2008.

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi DIY pada Februari 2008 sebesar 6,04 persen. Dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2007 (6,10 %), dan keadaan Februari 2007 (6,08 %), TPT Februari 2008 mengalami penurunan. Jumlah penganggur di Provinsi DIY pada Februari 2008 diperkirakan sebesar 119,78 ribu orang, bertambah sekitar 900 orang bila dibandingkan keadaan Februari 2007 yang sebesar 118,88 ribu orang, atau sekitar 4.580 orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang sebesar 115,20 ribu orang. Penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) sebesar 23 persen dari orang yang bekerja. Jika dihitung jumlahnya mencapai sekitar 425,3 ribu orang.

Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2008 diperkirakan sebesar 1,86 juta orang, bertambah sekitar 28 ribu orang bila dibandingkan keadaan Februari 2007 yang sebesar 1,83 juta orang, atau sekitar 89,5 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang sebesar 1,77 juta orang.

Penduduk yang bekerja paling banyak di sektor pertanian dan perdagangan yaitu masing-masing sebesar 35,3 persen dan 23,0 persen. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah jasa kemasyarakatan (16,3 %), industri (13,2 %), dan konstruksi (5,6 %).

(2)

2. BEBERAPA KONSEP DASAR

Data ketenagakerjaan yang dihasilkan Sakernas dan survei lain oleh BPS menggunakan konsep baku angkatan kerja (Standard Labour Force Concept) rekomendasi ILO (International Labor

Organization). Sakernas mengumpulkan datanya dengan pendekatan rumah tangga.

Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu angkatan kerja (AK) dan bukan angkatan kerja (BAK). Angkatan kerja (AK) meliputi penduduk usia kerja yang bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan BAK merupakan penduduk usia kerja yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan, tapi melakukan kegiatan bersekolah, mengurus rumahtangga, atau kegiatan lainnya. Periode rujukan (time reference) pengamatan terhadap kegiatan adalah selama seminggu yang lalu ketika disurvei.

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Mereka yang punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok dan sebagainya, tergolong sebagai bekerja.

Dikategorikan sebagai penganggur terbuka adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dapat dihitung dari perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja.

3. PERKEMBANGAN ANGKA PENGANGGURAN DI PROVINSI DIY

Dari tahun ke tahun TPT di Provinsi DIY cenderung tidak mengalami perubahan besar kecuali pada Nopember 2005 yang cukup tinggi yaitu sekitar 7,59 persen. Kenaikan harga BBM yang cukup besar dan musim kemarau panjang pada saat itu kemungkinan dapat menjadi penjelas. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa TPT di Provinsi DIY hanya sekitar 6 persen. TPT di Provinsi DIY pada Februari 2008 sekitar 6,04 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan keadaan pada Agustus 2007 (6,10 %), demikian juga terhadap keadaan Februari 2007 (6,08 %). Meskipun demikian, jumlah penganggur di Provinsi DIY pada Februari 2008 diperkirakan terdapat 119,78 ribu orang, bertambah bila dibandingkan keadaan Februari 2007 yang sekitar 118,88 ribu orang.

Sementara TPT secara nasional pada Februari 2008 sebesar 8,46 persen atau sekitar 9,43 juta orang. TPT nasional ini mengalami penurunan dari kondisi Februari dan Agustus 2007 yang masing-masing sebesar 9,75 dan 9,11 persen.

(3)

Gambar 1

Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Daerah Tempat Tinggal di Provinsi DIY, Nopember 2005 – Februari 2008 (%)

10,37 8,36 8,87 8,41 8,24 8,42 4,12 3,64 3,3 3,11 3,26 3,03 7,59 6,25 6,31 6,08 6,1 6,04 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Nop-05 'Feb 06 Ags 06 'Feb 07 Ags 07 'Feb 08

Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan

Gambar 1 menunjukkan bahwa TPT di perkotaan selalu lebih tinggi dibanding di pedesaan. Tingginya TPT di perkotaan dipengaruhi oleh beragamnya lapangan pekerjaan di perkotaan yang biasanya sebagai pusat perekonomian, sementara di pedesaan umumnya didominasi pertanian dengan daya tampungnya yang terbatas. Angkatan kerja baru yang mencari pekerjaan pindah atau mondok di perkotaan, sehingga pengangguran menjadi lebih nampak di daerah perkotaan. Sementara itu, penduduk daerah pedesaan biasanya tidak terlalu selektif dalam memilih pekerjaan, sehingga mereka akan melakukan kegiatan apa saja walaupun hanya sebagai pekerja keluarga. Penganggur yang tersisa di daerah pedesaan mungkin sebagian di antaranya memang mencari pekerjaan di pedesaan juga, dan sebagian lagi tetap tinggal di desanya sambil mencari pekerjaan dengan cara melaju (melajo, commute, ulang-alik, pulang-pergi) ke perkotaan.

Bila dibedakan menurut jenis kelamin, pada Februari 2008 TPT perempuan di Provinsi DIY (6,91 %) lebih tinggi daripada TPT laki-laki yang sebesar 5,38 persen. Terdapat kecenderungan yang sama dengan kondisi di Indonesia pada umumnya, dimana TPT perempuan dan laki-laki masing-masing secara berturut-turut sekitar 9,29 persen berbanding 7,94 persen.

Di antara penduduk yang sudah bekerja masih terkandung di dalamnya pekerja setengah pengangguran, yakni yang waktu kerjanya kurang dari 35 jam seminggu. Keadaan Februari 2008 setengah pengangguran ini mencakup 23 persen dari orang yang bekerja. Jika dihitung jumlahnya mencapai 425,3 ribu orang. Lebih dari separohnya (62,24 %) tergolong ”setengah pengangguran sukarela” karena tidak mau/tidak berusaha mencari pekerjaan lain, dan selebihnya (37,76 %) tergolong ”setengah pengangguran terpaksa” karena masih mau/berusaha mencari pekerjaan lain. Sekitar 56 persen dari ”setengah pengangguran” tersebut adalah perempuan.

(4)

4. STRUKTUR KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY

Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Provinsi DIY pada Februari 2008 mengalami perubahan yang berarti dibanding kondisi periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2008 diperkirakan sebesar 1,86 juta orang, bertambah sekitar 28 ribu orang bila dibandingkan keadaan Februari 2007 yang sebesar 1,83 juta orang, atau sekitar 89,5 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang sebesar 1,77 juta orang.

TPAK (tingkat partisipasi angkatan kerja) yang merupakan perbandingan antara penduduk tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa TPAK di Provinsi DIY pada Februari 2008 sekitar 69,95 persen, meningkat dibandingkan keadaan pada Agustus 2007 (68,56 %). Pola perkembangan TPAK di Provinsi DIY pada periode 2005-2008 juga menunjukkan pola yang menarik. TPAK pada bulan Agustus cenderung lebih rendah bila dibandingkan kondisi bulan Februari.

Tabel 1

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan di Provinsi DIY, Nopember 2005 - Februari 2008 (dalam ribuan)

Uraian Nov 2005 Feb 2006 Agst 2006 Feb 2007 Agst 2007 Feb 2008

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Angkatan kerja 1.850,84 1.871,97 1.868,52 1.954,42 1.889,44 1.983,53

Bekerja 1.710,39 1.754,95 1.750,58 1.835,54 1.774,24 1.863,75 Pengangguran Terbuka 140,45 117,02 117,95 118,88 115,20 119,78

Bukan Angkatan Kerja 799,51 790,80 831,75 771,87 866,35 852,24

Penduduk Usia Kerja 2.650,35 2.662,78 2.700,27 2.726,29 2.755,80 2.835,77

TPAK 69,83% 70,30% 69,20% 71,69% 68,56% 69,95%

TPT 7,59% 6,25% 6,31% 6,08% 6,10% 6,04%

Sektor pertanian dan perdagangan menyerap pekerja paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sekitar 35,3 persen dan 23,0 persen pada Februari 2008. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah jasa kemasyarakatan (16,3 %), industri (13,2 %) dan konstruksi (5,6 %). Bila ditinjau dari lapangan pekerjaan, maka selama satu tahun terakhir persentase penduduk yang bekerja di sektor Pertanian, Perdagangan, Transportasi, dan Jasa Kemasyarakatan pada Februari 2008 lebih tinggi dibandingkan keadaan Februari 2007.

Dari 1,86 juta orang yang bekerja di Provinsi DIY, terdapat 31,8 persen penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan. Jika dilihat dari sisi gender, masih sekitar 33,6 persen tenaga kerja perempuan bekerja dengan status pekerja tidak dibayar. Kegiatan formal dan informal dapat dilihat berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal hanya terdiri dari kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Februari 2008 sekitar 64,3 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan informal.

(5)

Tabel 2

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Februari 2006 - Februari 2008

Tabel 3

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama

Februari 2006 - Februari 2008 100,0 100,0 100,0 100,0 TOTAL 18,9 16,7 17,8 21,8

Pekerja Tak Dibayar

5,2 7,6

8,3 4,4

Pekerja Bebas di Non Pertanian

2,9 2,4

2,9 3,2

Pekerja Bebas di Pertanian

31,8 33,9 31,7 31,9 Buruh / Karyawan 3,9 3,1 3,0 2,7

Berusaha dibantu buruh tetap

24,6 23,0

23,0 23,6

Berusaha dibantu buruh tidak tetap

12,6 13,3 13,3 12,4 Berusaha Sendiri (5) (4) (3) (2) (1) Februari Agustus Februari Februari 2008 2007 2006 Status Pekerjaan Utama

100,0 100,0 100,0 100,0 TOTAL 18,9 16,7 17,8 21,8

Pekerja Tak Dibayar

5,2 7,6

8,3 4,4

Pekerja Bebas di Non Pertanian

2,9 2,4

2,9 3,2

Pekerja Bebas di Pertanian

31,8 33,9 31,7 31,9 Buruh / Karyawan 3,9 3,1 3,0 2,7

Berusaha dibantu buruh tetap

24,6 23,0

23,0 23,6

Berusaha dibantu buruh tidak tetap

12,6 13,3 13,3 12,4 Berusaha Sendiri (5) (4) (3) (2) (1) Februari Agustus Februari Februari 2008 2007 2006 Status Pekerjaan Utama

100,0 100,0 100,0 100,0 TOTAL 16,3 16,8 15,1 15,0 Jasa Kemasyarakatan 2,3 2,7 2,3 2,2 Keuangan 3,2 3,3 3,1 3,2 Transportasi 23,0 24,5 21,9 22,1 Perdagangan 5,6 8,6 9,7 5,5 Konstruksi 0,1 0,1 0,1 0,1

Listrik, Gas, dan Air

13,2 11,8 14,3 13,7 Industri 1,0 1,3 1,3 0,7 Pertambangan 35,3 30,8 32,1 37,6 Pertanian (5) (4) (3) (2) (1) Februari Agustus Februari Februari 2008 2007 2006 Lapangan Pekerjaan Utama

100,0 100,0 100,0 100,0 TOTAL 16,3 16,8 15,1 15,0 Jasa Kemasyarakatan 2,3 2,7 2,3 2,2 Keuangan 3,2 3,3 3,1 3,2 Transportasi 23,0 24,5 21,9 22,1 Perdagangan 5,6 8,6 9,7 5,5 Konstruksi 0,1 0,1 0,1 0,1

Listrik, Gas, dan Air

13,2 11,8 14,3 13,7 Industri 1,0 1,3 1,3 0,7 Pertambangan 35,3 30,8 32,1 37,6 Pertanian (5) (4) (3) (2) (1) Februari Agustus Februari Februari 2008 2007 2006 Lapangan Pekerjaan Utama

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai wujud sila keempat yaitu Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang Demokratis. Demokrasi Sebuah kata yang setiap Negara/ bangsa selalu mengagungkannya. kata tersebut

Waktu yang digunakan mahasiswa mengunakan internet antara10 sampai 40 jam per bulannya, artinya mahasiswa Universitas Bina Darma termasuk dalam kategori medium users ,

Langkah-langkah utama yang dilakukan dalam perancangan awal antara lain 1) Membuat kerangka modul pembelajaran biologi berbasis metakognisi tentang materi sistem koordinasi yang

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah dan gambaran perilaku merokok di dalam rumah kepada masyarakat

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel penelitian, pada penelitian terdahulu variabel yang digunakan adalah earning per share, debt

Menurut hemat saya, posisi Pemerintah Tiongkok sebenarnya sudah jernih dan ada ketegasan terhadap Huakiao, orang Tiongkok yang tetap mempertahankan WN-Tiongkok dan

Desain bendung Batang Air Haji berdasarkan hasil perhitungan sebagai berikut, lebar efektif bendung 37 meter, mercu bendung tipe ogee, tinggi bendung 3 meter, tipe kolam

berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Sandjaja No. Saat ini Universitas Katolik Soegijapranata Semarang memiliki 13 program studi yaitu Arsitek, Sipil, Manajemen,