49 BAB 5
PEMBAHASAN DAN HASIL
Di dalam Bab 5 ini akan dibahas perolehan data yang didapat melalui kuesioner yang disebarkan pada penghuni apartemen Trillium sebagai sebagai objek ( Lampiran 1). Data tersebut akan diolah dengan menggunakan metode analisis faktor secara deskriptif.
5.1 Deskripsi Responden Pemnghuni
Tabel 5.1 Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
laki-laki 71 61.7 61.7 61.7
perempuan 44 38.3 38.3 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.2 Frekuensi Status Apartemen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
milik sendiri 70 60.9 60.9 60.9
sewa 45 39.1 39.1 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.3 Frekuensi Lama Menghuni
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
kurang dari 12 bulan 9 7.8 7.8 7.8
12 - 24 bulan 88 76.5 76.5 84.3
25 - 36 bulan 14 12.2 12.2 96.5
lebih dari 36 bulan 4 3.5 3.5 100.0
Total 115 100.0 100.0
50
Tabel 5.4 Frekuensi Tipe Apartemen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 kamar tidur 7 6.1 6.1 6.1 2 kamar tidur 95 82.6 82.6 88.7 3 kamar tidur 13 11.3 11.3 100.0 Total 115 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.5 Frekuensi Usia Penghuni
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
kurang dari 25 tahun 7 6.1 6.1 6.1
25-40 tahun 77 67.0 67.0 73.0
41-60tahun 31 27.0 27.0 100.0
Total 115 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.6 Frekuensi Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SMP (sederajat) 8 7.0 7.0 7.0 SMA (sederajat) 3 2.6 2.6 9.6 Perguruan tinggi 104 90.4 90.4 100.0 Total 115 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.7 Frekuensi Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid swasta 64 55.7 55.7 55.7 mahasiswa/ pelajar 11 9.6 9.6 65.2 lainnya 40 34.8 34.8 100.0 Total 115 100.0 100.0
51
Tabel 5.8 Frekuensi Status Pernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
menikah 56 48.7 48.7 48.7
belum menikah 59 51.3 51.3 100.0 Total 115 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.9 Frekuensi Penghasilan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid kurang dari Rp.4.000.000 6 5.2 5.2 5.2 Rp.4.000.000-Rp.6.500.000 10 8.7 8.7 13.9 Rp.6.500.000-Rp.8.000.000 16 13.9 13.9 27.8 lebih dari Rp.8.000.000 83 72.2 72.2 100.0 Total 115 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Melalui Tabel 5.1 terlihat bahwa responden didominasi dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 61,7%. sedangkan untuk responden perempuan sebesar 38,3%.
Pada apartemen dikenal dua jenis status kepemilikan pada konsumen yang menghuni apartemen, yaitu sewa dan milik. Dari responden terlihat bahwa kebanyakan status kepemilikan responden merupakan apartemen milik. Pada Tabel 5.2 responden yang menyewa apartemen untuk dihuni sebesar 39,1%. Sedangkan apartemen dengan status milik sebesar 60,9%.
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari penghuni apartemen menghuni antara 12 hingga 24 bulan, yaitu sebanyak 76,5%. Sedangkan frekuensi terbanyak kedua pada durasi 25 hingga 36 bulan, yaitu sebesar 12,2%.
Tipe unit apartemen yang paling banyak dihuni pada apartemen ini adalah tipe 2 kamar tidur. Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa tipe apartemen 2 kamar tidur memiliki frekuensi 95 unit dari total 115 unit, atau sebesar 82,6%. Untuk tipe unit tertinggi kedua adalah tipe 3 kamar tidur, yaitu sebesar 11,3%.
52
Dari kategori kelompok usia, mayoritas responden adalah kelompok umur antara 25 hingga 40 tahun yaitu sebesar 67% % ( pada Tabel 5.5). Sedangkan. Untuk kelompok umur 41 hingga 60 tahun sebanyak 27%.
Tabel 5.6 menunjukkan frekuensi pendidikan terakhir responden, dan dapat dilihat bahwa sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah perguruan tinggi yaitu sebesar 90,4%. Pendidikan terakhir tertinggi kedua adalah SMP (sederajat), yaitu sebesar 7%. Dan pada urutan terakhir adalah SMA, yaitu sebesar 2,6%.
Pada Tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa responden yang menghuni apartemen menengah atas mayoritas dari kelompok pekerja swasta, yaitu sebesar 55,7%. Sedang diurutan kedua kelompok adalah lainnya sebesar 38,1%. Untuk kelompok pekerjaan ini mayoritas responden tidak berkenan untuk memberikan informasi jenis pekerjaan secara detail karena faktor privasi. Kelompok perkerjaan pada urutan terakhir adalah pelajar/mahasiswa, yaitu sebesar 9,6%.
Tabel 5.8 menjelaskan bahwa kelompok responden berdasarkan status pernikahan didominasi oleh kelompok responden yang belum menikah,yaitu 51,3%. Sedangkan kelompok yang sudah menikah sebesar 48,7%.
Pada Tabel 5.9 terlihat bahwa mayoritas responden yang menghuni apartemen menengah atas memiliki pendapatan lebih dari Rp.8.000.000 yaitu sebesar 72,2%. Kelompok responden urutan kedua memiliki pendapatan antara Rp.6.500.000 - Rp.8.000.000 yaitu sebesar 13,9% . Urutan kelompok responden ketiga yaitu antara Rp.4.000.000 – Rp.6.500.000 sebesar 8,7%. Dan diurutan terakhir kelompok responden dengan pendapatan dibawah Rp.4.000.000 yaitu sebesar 5,2%.
5.2 Deskripsi Urutan secara Umum
Dalam menetukan kelompok urutan terlebih dahulu dilakukan uji beda dengan menggunakan Anova ( Analysis of varience ) dengan jenis klasifikasi tunggal atau satu jalan. Anova satu jalan adalah uji hipotesis komparatif rata-rata sejumlah sampel, bila pada setiap sampel hanya terdiri atas satu kategori ( Sugiono,2013). Melalui definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan menggunakan uji anova adalah untuk menguji varian ata perbedaan dari nilai
rata-53
rata data. Terdapat dua hipotesis yang akan muncul melalui uji anova, yaitu Ho jika nilai rata- rata setiap data sama atau tidak ada beda, dan Ha jika nilai rata- rata data berbeda. Pada penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk melakukan uji Anova tersebut. Hasil uji berupa angka, jika nilai yang muncul lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima yang artinya tidak ada beda antara rata- rata data, sedangkan jika nilai yang muncul kurang dari 0,05 maka Ha diterima yang artinya terdapat beda pada rata- rata data.
Tabel 5.10 Hasil Perhitungan dengan Menggunakan ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 236.1826 114 2.071777 1.529848 0.000301 1.231614 Within Groups 5450.806 4025 1.354237
Total 5686.988 4139
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Pada Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa nilai yang muncul sebagi hasil uji adalah 0,000301 atau kurang dari 0,05, sehingga nilai rata-rata data yang diperoleh berbeda ( Ha diterima), sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut yaitu pengelompokan indikator.
Deskripsi urutan secara umum merupakan urutan indikator yang diurutkan dari yang paling mempengaruhi menuju yang paling tidak berpengaruh. Data tersebut didapat melalui variabel yang diperoleh seperti yang telah dijelaskan pada bab 3. Penamaan indikator indikator dapat dilihat pada Lampiran 3.
Untuk dapat mengurutkan diperlukan mean dan standar deviasi digunakan software SPSS. Pengumpulan data diperoleh dengan skala Likert dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan untuk urutan indikator berdasarkan mean dan standar deviasi dapat dilihat pada Lampiran 4. Urutan variabel 5 teratas berdasarkan mean yaitu keamanan penghuni, privasi, pengaruh teman, dekat dengan mall, dan status kepemilikan. Sedangkan untuk urutan 5 variabel teratas berdasarkan standar deviasi adalah privasi, kelengkapan furnitur, keamanan penghuni,bonus dan konsep hunian praktis.
Dengan adanya data mean dan standar deviasi, maka dapat dilakukan pengelompokan indikator dengan menggunakan diagram kartesius. Pada diagram
54
kartesius sumbu x mewakili mean, sedangkan sumbu y mewakili standar deviasi. Pada diagram tersebut akan dibagi menjadi empat bagian yang diperoleh dari nilai rata-rata mean dan nilai rata-rata standar deviasi, yaitu kuadran I,II,III, dan IV. Kuadran I merupakan kelompok tertinggi, sehingga indkator yang berada di dalam Kuadran I adalah indikator yang memiliki nilai mean tinggi dan nilai standar deviasi rendah, dan merupakan kelompok paling berpengaruh dalam mempengaruhi masyarakat untuk menghuni apartemen.
Kuadran II merupakan kelompok tertinggi kedua dalam mempengaruhi masyarakat untuk menghuni apartemen, dengan nilai mean tinggi standar deviasi rendah. Indikator dalam kuadran II merupakan indikator yang cukup berpengaruh. Kuadran III memiliki nilai mean rendah standar deviasi rendah, yang artinya indikator dalam kuadran ini dianggap kurang memberikan pengaruh terhadap responden, dan Kuadran IV memiliki nilai mean rendah dan standar deviasi tinggi, yang merupakan kelompok indikator paling tidak berpengaruh.
Pada Gambar 5.1 terlihat pengelompokan indikator berdasarkan pembagian kuadran, dan kelompok indikator yang paling berpengaruh terdapat pada kuadran I yaitu dekat dengan mall,memiliki fasilitas olah raga, memiliki minimarket, persepsi hunian praktis,kelengkapan furnitur, faktor keamanan penghuni,luas unit ,desain fasad, harga, pengaruh tren hunian masyarakat urban, pengaruh isu apartemen merupakan hunian modern, diskon, bonus/ insentif, iuran, servis karyawan, privasi, kebanggaan, pengaruh teman, serta pengaruh tenaga penjual. Sedangkan untuk indikator yang paling tidak dominan adalah kedekatan dengan fasilitas pendidikan, kedekatan dengan rumah sakit, kedekatan dengan tempat rekreasi, memiliki fasilitas game room, pengaruh orang tua, pengaruh pasangan, dan pengaruh saudara.
Dan pada Gambar 5.1 juga terlihat bahwa variabel keamanan penghuni serta privasi merupakan indikator yang paling dominan dalam mempengaruhi masyarakat untuk menghuni apartemen menengah atas.
55
Gambar 5.1 Diagram Kartesius Pengelompokan Indikator Sumber : Analisis Penelitian, 2014
5.3 Analisis Faktor Inferensial
Merupakan metode analisis data dengan metode statistik inferensial, tujuanya untuk dapat menyimpulkan keseluruhan data induk atau suatu populasi dengan menggunakan sebagian data atau sampel ( Sugiarto, 2002). Pada sub bab ini, data akan duji secara statistik untuk memperoleh variabel yang dianggap penting secara statistik. Dalam uji tersebut akan ada variabel-variabel yang dihilangkan karena tidak memenuhi standar nilai uji.
Uji pertama adalah Correlation Matrix yang tujuannya untuk dapat mengetahui hubungan antar variabel independen. Dan dikatakan memiliki hubungan antar independen jika nilai determinan mendekati 0 ( nol) dan nilai signifikasi pada Sphericity kurang dari 5% (0.05). Pada Tabel 5.11 dapat dilihat I III
II IV
56
bahwa nilai signifikasi pada Sphericity mendekati nol atau kurang dari 0.05. dan memiliki nilai determinan sebesar 2.584 X 10-5 atau dapat dikatakan mendekati 0. Sehingga data dapat dilanjutkan pada tes berikutnya.
Tabel 5.11 KMO dan Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. .700 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 815.311 df 231 Sig. .000
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Uji kedua adalah uji kecukupan data dengan menggunakan Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling (KMO) dan Measure of Sampling Adequacy (MSA). Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah variabel yang diambil sudah cukup untuk difaktorkan. Data dianggap telah memenuhi syarat jika nilai KMO dan MSA lebih dari 0.5. Pada Tabel 5.11 diperoleh niali KMO sebesar 0.700 atau dapat dikatakan lebih dari 0.5. Data pada penelitian ini telah diuji KMO dan MSA sebanyak tiga kali untuk dapat diuji ke tahap selanjutnya. Sebanyak 12 variabel tidak diikut sertakan agar diperoleh nilai yang memenuhi standar uji. Variabel yang dikeluarkan yaitu, kedekatan dengan area bisnis, kedekatan dengan fasilitas pendidikan, kedekatan dengan fasilitas rekreasi, memiliki fasilitas game area, kelengkapan furnitur,keamanan penghuni,keamanan parkir, desain interior ,harga , tren,privasi, dan pengaruh saudara.
Uji selanjutnya adalah komunalitas. Uji ini tujuannya adalah mengtahui nilai yang disumbangkan oleh suatu variabel pada faktor yang nantinya terbentuk. Nilai minimum untuk dapat dilakukan pengelompokan variabel adalah sebesar 50% atau 0.5. Pada Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa nilai faktor loading yang muncul pada seluruh variabel diatas 0.5, sehingga keseluruhan variabel dapat dikelompokkan.
Tabel 5.12 merupakan table hasil ekstraksi yang tujuannya memperoleh variabel yang dianggap telah mewakili variabel yang lain. Syarat suatu variabel
57
bisa mewakili variabel lainnya yaitu memiliki nilai Eigenvalue lebih dari 1. Pada Tabel 5.12 tampak bahwa hanya ada 7 variabel yang memiliki nilai lebih dari 1, sehingga 24 variabel nantinya akan dikelompokkan menjadi 7 kelompok variabel.
Tabel 5.12 Hasil Ekstraksi dengan Eigenvalue dan MSA
no indikator faktor eigen value % of varience cumulative % faktor loading 1 p6 1 4.023 18.287 18.287 0.875 2 p7 0.801 3 p1 0.787 4 p9 0.592 5 p17 2 2.99 13.591 31.878 0.79 6 p16 0.701 7 p15 0.642 8 p21 0.448 9 p33 3 2.161 9.821 41.699 0.803 10 p31 0.684 11 p14 0.66 12 p5 0.568 13 p25 4 1.833 8.332 50.031 0.831 14 p24 0.807 15 p23 0.693 16 p29 5 1.435 6.524 56.556 0.714 17 p28 0.673 18 p30 0.643 19 p36 6 1.178 5.355 61.911 0.734 20 p10 0.725 21 p35 7 1.128 5.127 67.038 0.701 22 p26 0.627
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Untuk dapat mengetahui variabel anggota dari 7 kelompok tersebut, dapat menggunakan Tabel Rotated Component Matrix seperti tampak pada Tabel 5.12. Suatu variabel menjadi anggota dari suatu kelompok jika memiliki nilai besar pada kolom kelompok tersebut. Sehingga diperoleh pengelompokan variabel sebagai berikut.
Faktor 1 : P1 (dekat dengan kawasan kantor )
58
P7 ( memiliki fasilitas olahraga )
P9 ( memiliki fasilitas minimarket )
Faktor 2 : P15 ( pengaruh citra pengembang )
P16 (iklan)
P17 (desain fasad)
P21 ( status kepemilikan)
Faktor 3 : p5 ( dekat fasilitas rekreasi)
P14 ( faktor luas unit) P31 ( pengaruh pasangan)
P33 (pengaruh anak )
Faktor 4 : P23 ( diskon)
P24 ( bonus )
P25 ( iuran)
Faktor 5 : P28 ( kemudahan pembayaran)
P29 ( privasi )
P30 ( kebanggaan)
Faktor 6 : p10 ( konsep hunian praktis)
P36 ( pengaruh tenaga penjual)
Faktor 7 : P26 ( pameran)
59
5.3.1 Penamaan Faktor Faktor 1 ( Lokasi dan Produk )
Faktor 1 ini terdiri dari 4 variabel, yaitu dekat dengan kawasan kantor, dekat dengan mall , memiliki fasilitas olahraga, dan memiliki fasilitas minimarket. Pada aplikasi teori motivasi dalam strategi pemasaran (Suryani,2013), terdapat hal-hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah positioning.
Positioning yang merupakan gabungan dari teori motivasi dan teori bauran
pemasaran, sehingga di dalamnya terdapat atribut- atribut penting untuk menunjang pemasaran suatu produk. Atribut tersebut seperti produk, promosi, harga, dan lokasi distribusi.
Atribut produk merupakan segala sesutatu yang menjadi ciri produk tersebut. Dalam industri properti, atribut produk dapat berupa luasan, fasilitas, dan desain bangunan. Sedangkan lokasi distribusi merupakan sejauhmana konsumen memperoleh kemudahan untuk mendapatkan suatu produk.dalam industri properti lokasi dapat berupa memberikan kemudahan konsumen menuju suatu tempat dari lokasi hunian.
Dengan penjelasan tersebut, maka faktor 1 diberi nama faktor lokasi dan produk.
Faktor 2 ( Komunikasi Pemasaran )
Di dalan faktor ini terdapat 4 variabel, yaitu pengaruh citra pengembang, iklan, desain fasad dan status kepemilikan. Dalam pemasaran dikenal adanya komunikasi pemasaran, yaitu proses penyampaian pesan suatu sumber kepada penerima dengan media tertentu ( Suryani,2013). Terdapat alternatif komunakasi pemasaran, yaitu dengan iklan, penjualan personal yang memungkinkan penjual berinteraksi langsung dengan pembeli, promosi penjualan (dapat berupa insentif jangka pendek), hubungan masyarakat dan publisitas dengan cara menjalin relasi yang tujuannya sebagai penguatan citra produk maupun citra perusahaan, pemasaran langsung dengan mengenalkan produk melalui media tertentu, serta pemasaran interaktif.
60
Melalui penjelasan tersebut, maka faktor 2 diberi nama faktor komunikasi pemasaran.
Faktor 3 ( Legitimasi Keluarga )
Di dalan faktor ini terdapat 4 variabel, yaitu dekat dengan fasilitas rekreasi, luas unit apartemen, pengaruh pasangan,dan pengaruh anak. Legitimasi merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Dengan adanya legitimasi peran dalam keluarga maka akan diperoleh kebutuhan dalam keluarga tersebut. Sebagai contoh dalam hunian, banyaknya anggota keluarga akan memepengaruhi luas hunian. Dan aktivitas anggota keluarga akan mempngaruhi lokasi hunian. Sehingga dengan penjelasan tersebut, faktor 3 diberi nama faktor legitimasi keluarga.
Faktor 4 ( Stimuli Kontras )
Dalam teori perilaku konsumen dikenal istilah persepsi, yaitu suatu proses yang timbul akibat adanya stimuli yang kemudian akan diseleksi, diorganisasikan, dan diinterpretasikan ( Setiadi,2010). Stimuli adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu ( Setiadi,2010). Dalam pemasaran stimuli dapat berupa kata-kata, gambar, simbol, kebijakan pemasaran, serta pengaruh tenaga penjual. Terdapat faktor- faktor yang merupakan karakter suatu stimuli, salah satunya adalah kontras atau perbedaan yang mencolok. Implementasi faktor kontras dapat berupa kebijakan pemasaran yang memberdakan dengan produk lain seperti diskon, bonus, dan harga. Dengan penjelassan tersebut, maka faktor 4 diberikan naman faktor stimuli kontras.
Faktor 5 ( Stimuli Internal )
Faktor memiliki 3 variabel di dalamnya, yaitu terdiri dari kemudahan pembayaran, privasi, dan kebanggaan. Stimuli internal merupakan faktor stimuli yang berasal dari dalam individu sendiri, dan faktor utama yang mempengaruhi perhatian konsumen adalah harapan, motif, dan kemampuan ( Suryani,2012). Sehingga dengan pengertian tersebut faktor 5 deiberi nama faktor stimuli internal.
61
Faktor 6 ( Intepretasi )
Faktor 6 memiliki 2 variabel di dalamnya, yaitu terdiri dari persepsi hunian praktis, dan pengaruh tenaga penjual. Dalam perilaku konsumen, intepretasi adalah proses yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar oleh konsumen untuk memberikan makna yang tepat terhadap stimuli yang diberikan (Suryani,2012). Stimuli yang diberikan pada konsumen dapat berasal dari dalam diri konsumen ataupun dari luar diri. Contoh stimuli dari dalam diri adalah stereotipi atau prasangka. Prasangka ini diperoleh dari pengetahuan serta ingatan konsumen, sehingga saat muncul stimuli dari luar mengenai hal yang pernah dirasakan oleh konsumen, maka akan memunculkan persepsi yang behubungan dengan stimuli tersebut. Sedangkan untuk stimuli dari luar sebagai contoh adalah efek halo, yaitu persepsi berdasarkan ciri seperti penampilan tenaga penjual.
Dari penjelasan tersebut, maka faktor ini diberi nama faktor intepretasi.
Faktor 7 ( Elaborasi )
Faktor 7 memiliki 2 vaariabel di dalamnya, yaitu terdiri dari pameran dan pengaruh teman. Elaborasi adalah cara berpikir yang relevan terhadap isu yang ada ( Engel,1984 ). Di dalam teori Kemungkinan Elaborasi oleh Petty dan Cacioppo segala metode yang bersifat persuasif. Terdapat 2 rute pada teori ini, yaitu rute sentral dan rute periferal. Rute sentral atau tengah merupakan cara komunikasi persuasif secara langsung, sehingga memungkinkan seseorang untuk berargumen secara aktif dan berhati-hati dalam menanggapi. Metode ini biasa digunakan penjual atau seseorang untuk mengajak seseorang yang lain untuk suatu tujuan.
Rute yang kedua adalah rute periferal atau rute pinggir, merupakan komunikasi persuasif diluar argumentasi, seperti pengaruh lingkungan. Implementasi metode ini seperti penekanan dedikasi terhadap suatu produk, pemberian diskon, menekankan pada seseorang terhadap kelangkaan atau isu-isu lainnya. Dengan penjelasan tersebut maka faktor ini dinamakan faktor elaborasi.
62
5.4 Deskripsi Responden Kelompok Konsumen Investasi
Tabel 5.13 Frekuensi Jenis Kelamin Konsumen Investasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
laki- laki 31 62.0 62.0 62.0
perempuan 19 38.0 38.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.14 Frekuensi Usia Konsumen Investasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
24 - 35 bulan 2 4.0 4.0 4.0
lebih dari 36 bulan 48 96.0 96.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.15 Frekuensi Tipe Apartemen Konsumen Investasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
1 kamar tidur 18 36.0 36.0 36.0
2 kamar tidur 32 64.0 64.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.16 Frekuensi Tingkat Pendidikan Konsumen Investasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SMA (sederajat) 1 2.0 2.0 2.0 S1 46 92.0 92.0 94.0 S2 3 6.0 6.0 100.0 Total 50 100.0 100.0
63
Tabel 5.17 Frekuensi Pekerjaan Konsumen Investasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid BUMN 7 14.0 14.0 14.0 Swasta 11 22.0 22.0 36.0 businessman 32 64.0 64.0 100.0 Total 50 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.18 Frekuensi Status Pernikahan Konsumen Investasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid menikah 44 88.0 88.0 88.0 belum menikah 6 12.0 12.0 100.0 Total 50 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.19 Frekuensi Penghasilan Konsumen Investasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Rp 4.000.000 - Rp 6.000.000 1 2.0 2.0 2.0 Rp 6.000.000 - Rp 8.000.000 7 14.0 14.0 16.0 lebih dari Rp 8.000.000 42 84.0 84.0 100.0 Total 50 100.0 100.0
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Tabel 5.13 hingga Tabel 5.19 merupakan hasil pengolahan data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada konsumen investasi apartemen (Lampiran 2). Melalui Tabel 5.13 hingga Tabel 5.19 dapat disimpulkan bahwa pemilik apartemen didominasi oleh jenis kelamin laki- laki, yaitu sebesar 62 % dari total 50 responden konsumen investasi. Data ini sama dengan data demografi konsumen menghuni yang juga didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebagai pemilik.
Pada Tabel 5.15 dapat dilihat bahwa tipe yang banyak diminati atau dipilih oleh konsumen investasi adalah tipe 2 kamar tidur, yaitu sebesar 64%.
64
Untuk kelompok usia, dapat dilihat pada Tabel 5.14, bahwa mayoritas konsumen investasi berada dikelompok umur 25-40 tahun serta 41-60 tahun, yang masing- masing sebesar 50%. Data ini berbeda dengan data demografi penghuni yang mayoritas berada di kelompok umur 25-40 tahun saja.
Tabel 5.16 menunjukan bahwa tingkat pendidikan konsumen investasi kebanyakan adalah S1, yaitu sebesar 92%. Peringkat kedua data perada pada tingkat S2 yaitu sebesar 6%. Dan pada peringkat terakhir adalah tingkat SMA (sederajat), yaitu sebesar 2 %.
Mayoritas konsumen investasi pada apartemen Trillium bekerja sebagai
businessman , seperti terlihat pada Tabel 5.17 kelompok perkerjaan businessman
sebesar 64%. Untuk tingkat terbanyak kedua adalah kelompok pekerjaan swasta, yaitu sebesar 22%, dan untuk tingkat yang terakhir adalah kelompok pekerjaan BUMN yaitu sebesar 14%.
Pada Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen investasi memiliki status sudah menikah, yaitu sebesar 88%. Sedangkan untuk yang belum menikah sebasar 12 %.
5.5 Deskripsi Karakter Kelompok Responden
5.5.1 Faktor Individu
Selain dengan menggunakan diskripsi demografi, kecenderungan karakter individu konsumen, dapat peroleh dengan menggunakan crosstab serta chisquare. Pada Tabel 5.20 merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan crosstab serta chi square pada Lampiran 3 hingga Lampiran 8, dan didapat bahwa terdapat hubungan antara motivasi kelompok konsumen dengan beberapa data demografi. Yaitu tipe unit apartemen, pendidikan terakhir, pekerjaan, status pernikahan. Hasil hubungan tersebut dapat diartikan bahwa motivasi konsumen dalam menggunakan apartemen bergantung atau berhubungan dengan, pendidikan terakhir, pekerjaan, serta status pernikahan.
Sebagian besar penghuni memiliki umur antara 25 hingga 40 tahun (67%), memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi (90.4%) dan bekerja pada sektor swasta (55.7%). Motivasi para penghuni menghuni apartemen Trillium
65
Surabaya bisa terjadi karena lokasi hunian yang berdekatan dengan area aktivitas kerja penghuni tersebut. Karena dengan menggunakan metode analisis chi square diperoleh hubungan antara pekerjaan dengan motivasi konsumen dalam menggunakan apartemen Trillium. Dan hal yang berpengaruh pada motivasi dari dalam diri berikutnya adalah tipe unit apartemen penghuni yang disesuaikan dengan kebutuhan. Bagi penghuni yang belum menikah atau penghuni yang termasuk keluarga baru merasa masih belum memerlukan hunian yang luas, sehingga apartemen menjadi solusi hunian.
Tabel 5.20 Perbandingan Kelompok Konsumen dari Faktor Individu
Faktor
Individu Penghuni Investasi
Hasil Tes Chi Square Jenis kelamin Laki –laki (71%) Laki-laki ( 62%) Tidak berhubungan
Usia 25-40 tahun ( 67%) 40-60 tahun ( 50%) Tidak berhubungan
Pendidikan terakhir Perguruan tinggi (90.4%) Perguruan tinggi ( 92%) Tidak berhubungan
Pekerjaan Swasta (55.7%) Pengusaha ( 64%) Berhubungan
Status pernikahan Belum menikah (51.3%) Menikah (88%) Berhubungan Penghasilan >Rp. 8juta > Rp 8juta (84%) Berhubungan Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Mayoritas konsumen investasi memiliki umur antara 40 hingga 60 tahun (50%), yang memiliki pendidikan terkahir perguruan tinggi (92%), dan bekerja sebagai pengusaha (64%). Dengan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen kelompok investasi termasuk golongan keluarga mapan, sehingga investasi merupakan motivasi bagi kelompok ini dalam menggunakan apartemen Trillium.
5.5.2 Atribut Produk
Tabel 5.21 merupakan hasil crosstabulasi dan chi square pada Lampiran 11 hingga Lampiran 25, antara kelompok konsumen dengan indikator
66
atribut apartemen. Diperoleh bahwa terdapat hubungan antara kelompok konsumen dengan beberapa indikator dari atribut produk. Indikator yang berhubungan yaitu dekat dengan kantor, dekat dengan area bisnis, dekat dengan fasilitas pendidikan, dekat dengan rumah sakit, dekat dengan fasilitas rekreasi, dekat dengan mall, memiliki fasilitas game room , keamanan parkir, desain interior, harga, status kepemilikan, pameran, dan kebanggaan.
Tabel 5.21 Perbandingan Kelompok Konsumen dari Atribut Produk
Atribut Produk Penghuni investasi Hasil Tes Chi Square
Dekat dengan kantor Setuju (60%) Netral (40%) Berhubungan
Dekat dengan area bisnis
Netral (51.3%) Setuju (62%) Berhubungan
Dekat dengan fasilitas pendidikan Tidak setuju (57.4%) Setuju (60%) Berhubungan Dekat dengan RS Tidak setuju (56.5%) Setuju (64%) Berhubungan
Dekat dengan fasilitar rekreasi
Tidak setuju
(47.8%) Netral (46%) Berhubungan
Dekat dengan mall Setuju (66%) Setuju (62%) Berhubungan Fasilitas game room
Netral (48.7%)
Tidak setuju
(42%) Berhubungan
Keamanan parkir Netral (45.2%) Setuju (90%) Berhubungan Desain interior Netral (47.8%) Setuju (62%) Berhubungan
Harga Setuju (62.6%) Netral (54%) Berhubungan
Promosi melalui
pameran Setuju (53.9%) Setuju (50%) Berhubungan
Kebanggaan Setuju (61.8%) Setuju (66%) Berhubungan
Sumber : Analisis Penelitian, 2014
Indikator dekat dengan kantor, dekat dengan area bisnis, dekat dengan fasilitas pendidikan, dekat dengan fasilitas rekreasi, dan dekat dengan mall merupakan indikator yang diperoleh dari variabel lokasi. Dengan menggunakan analisis deskripsi urutan indikator, lokasi memang bukan sebagai variabel paling
67
berpengaruh, namun variabel lokasi tetep menjadi pertimbangan dalam memilih apartemen untuk digunakan sebagai hunian maupun sebagai investasi.
Indikator memiliki fasilitas Game Room , keamanan parkir, desain interior, dan status kepemilikan merupakan indikator yang diperoleh dari variabel atribut produk. Atribut produk merupakan karakter yang menjadi pembeda antara produk satu dengan produk lainnya. Dan hal ini juga digunakan konsumen dalam pencarian informasi suatu produk. Pada apartemen Trillium fasilitas merupakan salah satu atribut yang diunggulkan, dan menjadi salah satu variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam menggunakan aparetemen.
Harga dan pameran merupakan indikator yang diperoleh dari variabel harga dan promosi. Pada Lampiran 35 terlihat bahwa terdapat hubungan antara harga dengan motivasi konsumen. Hal ini dapat terjadi karena harga merupakan indikator yang berhubungan dengan kemampuan konsumen untuk menkonsumsi suatu produk. Sedangkan pameran ( Lampiran 39) adalah salah satu media bagi produsen untuk memberikan informasi pada konsumen mengenai produk. Dan informasi yang diperoleh tersebut dapat memberikan dampak saat konsumen mengalami pengenalan kebutuhan.
5.5.3 Pengaruh Lingkungan
Tabel 5.22 merupakan hasil uji crosstab dan chi square pada Lampiran 41 hingga Lampiran 46. Indikator diperoleh dari variabel pengaruh lingkungan. Sama halnya dengan indikator sebelumnya bahwa tidak semua indikator pada variabel pengaruh lingkungan memiliki hubungan dengan motivasi kelompok konsumen. Indikator yang berhubungan adalah pengaruh orang tua, pengaruh pasangan, pengaruh anak, pengaruh saudara ,dan pengaruh teman.
Indikator- indikator tersebut memiliki hubungan motivasi konsumen dapat terjadi karena memang pengaruh orang sekitar merupakan salah satu cara dalam memperoleh informasi. Pada teori kemungkinan elaborasi oleh Patty dan Cacciopo ( dalam Engel,1983), terdapat dua jenis rute dalam pemberian informasi yang bersifat persuasi, yaitu rute central dan rute periferal. Rute central dengan
68
argumen secara langsung, sedangkan perferal ajakan secara tidak langsung dengan menggunakan media tertentu.
Tabel 5.22 Perbandingan Kelompok Konsumen dari Pengaruh Lingkungan
Pengaruh Lingkungan Penghuni Investasi Hasil Tes Chi Square
Pengaruh orangtua Tidak setuju (48.7%) Netral (44%) Berhubungan Pengaruh pasangan Tidak setuju (47.9%) Netral (80%) Berhubungan Pengaruh anak Tidak setuju (88.7%) Setuju (44%) Berhubungan Pengaruh saudara Tidak setuju (66.1%) Setuju (64%) Berhubungan
Pengaruh teman Setuju (84.4%) Setuju(64%) Berhubungan
Pengaruh tenaga penjual Setuju (53.9%) Setuju (44%) Tidak Berhubungan Sumber : Analisis Penelitian, 2014