• Tidak ada hasil yang ditemukan

@MEMBANGUN INFORMASI (SJDI) HUKUM SISTEM JARINGAN DOKUMENTASI DAN BIDAI{G KETENAGAIG&IAATT WARTA INFORMASI PERATURAN PERUND${G-UNDANGAI{

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "@MEMBANGUN INFORMASI (SJDI) HUKUM SISTEM JARINGAN DOKUMENTASI DAN BIDAI{G KETENAGAIG&IAATT WARTA INFORMASI PERATURAN PERUND${G-UNDANGAI{"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

@

MEMBANGUN MANUSIA KARYA NOMOR TAHUN TRIWULAN

WARTA INFORMASI PERATURAN

PERUND${G-UNDANGAI{

BIDAI{G

KETENAGAIG&IAATT

SISTEM

JARINGAN DOKUMENTASI DAN

INFORMASI

(SJDI)

HUKUM

PROYEK PENYEMPURNAAN PERATURAN PERUNDANG.UNDANGAN KETENAGAKERJAAN

BIRO HUKUM

DEPARTEMEN TENAGA KERIA R.I.

JL. GATOT SUBROTO KAV. 51 JAKARTASELATAN

(2)

KATA

PENGANTAR

Penerbitan

warta

Informasi

Peraturan

perundang-undangan

Ketenagakerjaan

(WIRATA)

merupakan

salah

satu

upaya

penyebarluasan

informasi hukum

di

bidang ketenagakerjaan

dalam

rangka

kegiatan

Proyek

Penyempurnaan

peraturan

perundang-undangan

Ketenagakerjaan Tahun Anggaran

2000.

Dengan

diterbitkannya

Wirata ini,

diharapkan

informasi

bagi

pembaca

tentang

peraturan

ketenagakerjaan

baik

dalam bentuk

abstrak

secara

lengkap.

dapat dijadikan

bahan

perundang-undangan

maupun

pemuatannya

Akhirnya

kritik

dan

saran

pembaca

kami

harapkan

untuk

kesem"nurnaan

penerbitan

berikutnya.

Jal<arta,

Septcmber

2000

Pimpinan Proyek

purnaan Peraturan

(3)

SAMBUTAN

Sebagai

tindak

lanjut

dari ratifikasi

konvensi

ILO

No.

82

dan

98

yang

intinya memberikan iaminan kebebasan berserikat, perlindungan berorganisasi dan hak berunding

bersama,

telah

diundangkan Undang-undang

No.

27 Tahun

2000

tentang'

Serikat

Pekeria/Serikat

Buruh.

Dikeluarkannya

undang-undang

ini

merupakan tonggak yang berseiarah dalam dunia ketenagakeriaan Indonesia serta

membuktikan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan dan menegakan hak asasi pekeria, khususnya hak dalam berorganisasi dan berunding bersama.

Sebagai

wuiut

nyata

dari

updya yang

berkelaniutan

untuk

meningkatkan keseiahteraan pekerja dan keluarganya, maka telah diterbitkan Keputusan Menteri Tenaga Keria No. KEP'181/MEN/2000 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral

Regional

Industri

Pengolahan Kayu,

Indusei

Kayu Lapis,

Industri

Pengolahan Karet

dan

Rotan

untuk

Propinsi Kalimantan Tengah, serta Keputusan Menteri

Tenaga

Keria

No.

KEP-185/MEN/2000

tentang

Perubahan

Up"h

Minimum Regional untuk Propinsi DKI Jakarta.

Di

bidang

peningkatan pelayanan pemberian

ijin

mempekerjakan tenaga keria

-warga negara asing pendatangr telah diterbitkan Keputusan Menteri Tenaga Keria No. KEP-172IMEN/2000 tentang Penunjukan Peiabat Pemberi

Iiin

Mempekeriakan Tenaga Keria

Varga

Negara

Asing

Pendatang

Untuk

Pekerjaan

Yang

Bersifat Sementara

Atau

Mendesak

dan

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

No.

KEP-173IMEN/2000 tentang Jangka

Vaktu

Iiin

Mempekerjakan Tenaga Keria 'S/arga Negara Asing Pendatang.

Berkaitan dengan upaya pengembangan

sumbet

daya manusia,

maka

melalui Keputusan Presiden

No.

16 Tahun 2000 tentang Tuniangan Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat,

Instruktur Latihan

Keria"

Penera, Jagawana,

dan

Teknisi

Kehutanan,

diharapkan Inss:uktur

Latihan

Kerja

sebagai pjung

tombak dalam

pengembangan

sumber

daya

manusia, dapat

meningkatkan profesionalismenya.

Penerbitan

kali

ini

dilengkapi

pula

dengan Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan' Rakyat

Republik

Indonesia

(MPR-RI)

Nomor IIIIMPR/2000

tentang

Sumber

Hukum Dan Tata Urutan

Perattran

Perundang-undangan.

TAP MPR

ini

menggantikan TAP MPRS

No.

)O(/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber

Tertib Hukum

Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Penrndang-undangan Republik Indonesia.

Dikeluarkannya Ketetapan

MPR telah

membawa perubahan

yang

mendasar mengenai Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan khususnya peraturan pada

tingkat pelaksanaan di instansi dan departemen.

Semoga berbagai pihak dapat memetik manfaat dari informasi yang kami sampaikan

melalui

Bulletin "'V'irata" Nomor34 ini.

September 2000 Biro Hukum,

iii

(4)

l.

2.

J.

4. 5.

DAFTAR

ISI

Kata Pengantar

Kata Sambutan

Daftar

Isi

...

Daftar Katalog

Subjek Peraturan Perundang-undangan.

...

Abstrak

Peraturan Perundang-undangan

:

-

Undang-undang

Republik

Indonesia

Nomor 21

Tahun

2000

tentang

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

-

Keputusan Presiden

Republik

Indonesia

Nomor

16

Tahun 2000

tentang

Tunjangan Jabatan

Fungsional

Penggerak Swadaya Masyarakat,

Instruktur

Latihan

Kerja,

Penera,

Jagawana.

dan

Teknisi

Kehutanan

-

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja Nomor

KEP-138/MEN/2000

tentang

Perubahan

Atas

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

Nomor

KEP-204/MEN/19994

tentang

Penempatan Tenaga

Kerja

Indonesia

Ke

Luar

Negeri.

...

-

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja Nomor

KEP-149lMENl2000

tentang

Tata Cara Perijinan

Lembaga

Pelatihan

Kerja.

-

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

Nomor

KEP-172/MEN12000

tentang

Penunjukan Pejabat

Pemberi

Ijin

Tenaga

Kerja

Warga

Negara

Asing

Pendatang

Untuk

Pekerjaan

yang

Bersifat

Sementara

atau

Mendesak.

Halaman

i

lll

v

1 6

I

9

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

173IMEN

12000

tentang

Jangka

Mempekerjakan

Tenaga

Kerja

Warga

Nomor

KEP-Waktu

Ijin

Negara

Asing

Pendatang.

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja Nomor

KEP-181/MEN/2000 tentang

Penetapan

Upah

Minimum

Sektoral

Regional

Industri

Pengolahan

Kayu

(Saw-Mill/Moulding),

Industri

Kayu Lapis,

Industri

Pengolahan

Karet dan

Rotan

Propinsi

Kalimantan

Tengah.

...

(5)

-

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja Nomor

KEP-185/MEN 120A0

tentang

Perubahan

Upah

Minimum

-

Regional Propinsi

DKI

Jakarta.

-

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

Nomor

KEP-29581M/5J12000

tentang Jam

Wajib

Mengajar

dan

Melatih Bagi

Instruktur Latihan

Kerja

di

Lingkungan

Departemen Tenaga Kerja.

6.

Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

Republik

Indonesia

(MPR-RI)

Nomor

III/MPR/2000

tentang

Sumber

Hukum Dan

Tata

Urutan

Peraturan

Perundang-undangan

Undang-undang

Republik

Indonesia

Nomor

2l

Tahun

2000

tentang

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Keputusan Presiden

Republik

Indonesia

Nomor

16

Tahun

2000

tentang Tunjangan

Jabatan

Fungsional

Penggerak

Swadaya

Masyarakat,

lnstruktur Latihan

Kerja,

Penera,

Jagawana

dan

Teknisi

Kehutanan.

...

...:...

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

Nomor

KEP-138/MEN/2000

tentang

Perubahan

Atas

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja Nomor

I<EP-204/MEN/19994

tentang

Penempatan

Tenaga

Keqia

Indonesia

Ke

Luar

Negeri.

1,3 ^1,4 15 7. 9. 45 10. 11.

Keputusan

Menteri

Tenaga

149lMENl2000 tentang

Tata

Kerja

Nomor

KEP-Cara

Perijinan

Lembaga

52

55

Pelatihan Kerja.

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

Nomor

KEP-172lMENl2000

tentang

Penunjukan Pejabat Pemberi

Ijin

Tenaga

Kerja

Warga

Negara

Asing Pendatang

Untuk

Pekerjaan yang

Bersifat

Sementara

atau

Mendesak

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

Nomor

KEP-173/MEN

12000

tentang Jangka

Waktu

Ijin

Mempekerjakan

Tenaga

Kerja

Warga Negara

Asing

Pendatang.

...:

63

12.

(6)

13.

I(cputusan

Mcntcri

Tcnaga

l(crja

Nonror

lCllr-l8l/MEN12000

tentang

Penetapan

upah

Minimunr

Sektoral

Regional

Indursfri Pengolahan

l(ayu

(Saw-Mill/Moulding),

Industri

l(ayu

Lapis,

Industri

pengolahan

Karet

dan

Rotan Propinsi I(alimantan Tengah. ...,...

14.

t5.

I(eputusan

Menteri

Tenaga

I(eda

185/MEN12000

tentang

Perubahan

Itegional

Propinsi

DKI

Jakarta.

Nomor

KEP-Upah

Minimum

68 73 76

ir

I(eputusan

Menteri

Tenaga

2958/M/S112000

tentang

Jam

Melatih Bagi Instruktur

Latihan

l(erya

Wajib

I(erja

Nomor

l(EP-Mengajar

dan

di

Lingkungan

17.

Departemen

Tenaga

Kerja.

.

16.

Peraturan Pemerintah Pengganti

undang-undang Nomor

3

Tahun

2000 Tentang Perubahan

Atas

Undang-Undang

Nomor

I

I

Tahun

1998 Tentang Perubahan Berlakunya

Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

1997

Tentang

I(etenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah

Republik

Indonesia

Nomor

83

Tahun

2000

Tentang

Perubahan

Atas

peraturan

Pemerintah

Nomor

14

Tahun

Ig93

Tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga

I(erja

sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan

pemerintih

(7)

I

ndonesia,

Sekretzr

ri:rt

Ka

binet

IPeraturan Perundang-undangan]

Undang-undang

R.I.

No. 21 Tahun 2000

tanggal

4

Agustus 2000, tentang Serikat

Pekerja/Serikat

Buruh.

Jakarta,

2000.

LL.

DEPNAKER.

17

HAL.

UU.

TENAGA

KERJA

*

SERIKAT

PEKERJA.

DEPNAKER.

Indonesia,

Sekretariat

Kabinet

[Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan Presiden R.I.

No.

l6

Tahun 2000

tanggal

2l

Pebruari

2000,

lentang

Tunjangan

Jabatan

Fungsional

Penggerak Swadaya Masyarakat,

Instruktur

Latihan

Kerja,

Penera,

J

agawana,

dan

Teknisi

Kehutanan. Jakarta,

2000.

LL.

DEPNAKER.

8

HAL.

KEPPRES.

TENAGA

KERJA

INSTRUKTUR

TLINJANGAN

JABATAN

DEPNAKER.

Indonesia, Departemen

Tenaga

Kerja

[Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No.

KEP-13844EN12000

tanggal

9

Juni

2000,

tentang

Perubahan

Atas

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja No.

KEP-204/MEN1L999 tentang Penempatan Tenaga

Kerja

Indonesia

Ke Luar

Negeri,

Jakarta,2000.

LL.

DEPNAKER.

3

HAL.

KEPMEN.

(8)

Indonesia, Departemen Tenaga

Kerja

[Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No. KEP-I49A4EN/2000

tanggal

19

Juni

2000,

tentang

Tata

Cara

Perijinan

Lembaga

Pelatihan

Kerja,

Jakarta,2000.

LL.

DEPNAKER.

13 HAL.

KEPMEN

TENAGA

KERJA

_ LEMBAGA PELATIHAN KEzuA

_

PEzuJINAN

DEPNAKER

Indonesia, Departemen Tenaga

Kerja

[Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No. KEP-172IMEN/2000

tanggal

11

Juli

2000,

tentang

Penunjukan Pejabat

Pemberi

Ijin

Tenaga

Kerja

Warga Negara

Asing

Pendatang

Untuk

Pekerjaan

Yang

Bersifat

Sementara

Atau

Mendesak,

J

akul:a, 2000.

LL.

DEPNAKER. 2

HAL.

KEPMEN

TENAGA

KERJA

_

IJIN

TKWNA

DEPNAKER

Indonesiao

Departemen

Tenaga

Kerja

[Peraturan Perundang,undangan]

Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No.

KEP-173/MEN12000

tanggal

I

I

Juli

2000,

tentang

Jangka

waktu

Ijin

Mempekerjakan

Tenaga

Kerja

Warga Negara

Asing

Pendatang, Jakarta,2000.

LL.

DEPNAKER.

3

HAL.

KEPMEN.

(9)

Indonesia, Departemen

Tenaga

Kerja

lPeraturan Perundang-undangan]

Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No. I(EP-181/MEN|2000

tanggal

20

Juli

2000, tentang

Penetapan

Upah

Minimum

Sektoral Regional

Industri

Pengolahan

Kayu

(Saw-Mill/Moulding)

Industri

Kayu

Lapis,

Industri

Pengolahan

Karet

dan Rotan

Propinsi Kalimantan

Tengah,

Jakarta,

2000.

LL.

DEPNAKER.

2

HAL,

KEPMEN.

TENAGA

KERJA

_

UPAH

*

KALTENG

DEPNAKER

Indonesia, Departemen Tenaga

Kerja

[Peraturan Perundang-undangan]

Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No. KEP-185/MEN|200A

tanggal 26

Juli

2000, tentang Perubahan Upah

Minimum

Regional Propinsi

DKI

Jakarta,

J

akarta,

2000.

LL.

DEPNAKER.

2

HAL.

KEPMEN.

TENAGA

KERJA

-

UPAH

_

DKI

DEPNAKER

Indonesia, Departemen

Tenaga

Kerja

fPeraturan Perundang-undangan]

Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No.

KEP-2958/M/SJ12000

tanggal

26

Mei

2000, tentang

Jam

Wajib

Mengajar

Dan Melatih

Bagi

Instruktur

Latihan

Kerja

Di

Lingkungan

Departemen

Tenaga

Kerja,

Iakarta,2000.

LL.

DEPNAKER.

3

HAL.

KEPMEN

(10)

TENAGA KERJA

-

SERIKAT PEKERJA

2000

UNDANG-UNDANG NOMOR

HAL.

UNDANG.UNDANG

NOMOR

PENGESAHAN

TENTANG

BURUH

2I

TAHUN

2OOO

LL.

SETNEG

47

2I

TAHUN

2OOO TENTANG

SERIKAT

PEKERJA/SERIKAI

ABSTRAK

: -

Kemerdekaan

berserikat,

berkumpul,

mengeluarkan

pikiran

baik

secara

lisan

maupun

secara

tertulis,

memperoleh pekerjaan

dan

penghidupan

yang

layak

bagi

kernanusiaan, serta

mempunyai kedudukan

yang

sama

dalam hukum

merupakan

hak

setiap

warga

negara.

-

Serikat

pekerja/serikat

buruh

merupakan sarana untuk

memperjuangkan,

melindungi,

dan

membela

kepentingan

dan

kesejahteraan

pekerja/buruh

beserta

keluarganya,

serta mewujudkan hubungan

industrial

yang harmonis, dinamis

dan

berkeadilan.

Berdasarkan pertimbangan

tersebut

perlu

ditetapkan

dengan

undang-undang.

-

Dasar hukum Undang-undang

ini

adalah

:

Pasal

5

ayat

(l),

Pasal

20

ayat

(2),

Pasal

27

dan

Pasal

28

UUD

1945; UU No.

18

Tahun

1956;

UU

No.

39

Tahun

1999.

-

Undang-undang

ini

mengatur tentang

:

a.

Pengertian

serikat

pekerja/serikat

buruh,

serikat

pekerja/serikat

buruh

diperusahaan,

serikat

pekerja/serikat

buruh

diluar

perusahaan,

federasi

serikat

pekerja/serikat

buruh,

konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh,

pengusaha,

perusahaan,

perselisihan

antar

serikat

pekerjaiserikat buruh

dan

Menteri.

(11)

c.

Pembentukan.

d.

Keanggotaan.

e.

Pemberitahuan

dan

Pencatatan.

f.

Hak dan Kewajiban.

g.

Perlindungan Hak Berorganisasi.

h.

,Keuangan dan Harta Kekayaan.

i.

Penyelesaian Perselisihan.

j.

Pembubaran.

k.

Pengawasan dan

Penyidikan.

l.

Sanksi.

m. Ketentuan-lain-1ain.

n.

Ketentuan peralihan.

o.

Ketentuan penutup.

CATATAN

: -

Undang-undang

ini

mulai

berlaku pada tanggal

4

Agustus 2000.

(12)

TENAGA KERJA

-

INSTRUKTUR

_

TUNJANGAN JABATAN

2000

KEPUTUSAN PRESIDEN NO.

16

TAHUN

2OOO

LL.

SETNEG

8

HAL.

KEPUTUSAN

PRESIDEN

R.I. NOMOR

16

TAHUN

2OOO

TENTANG

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGGERAK SWADAYA

MASYARAKAT, INSTRUKTUR

LATIHAN

KERJA,

PENERI,

JAGAWANA, DAN TEKNISI KEHUTANAN.

ABSTRAK

: -

Dalam

rangka

meningkatkan

mutu,

prestasi,

pengabdian

dan

gairah kerja,

dipandang

perlu

memberikan tunjangan jabatan fungsional bagi pegawai

negeri

sipil

yang

ditugaskan

secara

penuh

sebagai

penggerak

swadaya masyarakat,

instruktur

latihan

kerja,

penera,

jagawana

dan

teknisi

kehutanan.

-

Dasar hukum keputusan

ini

adalah

:

i,t'l-l

:1T

$l#y?#'iy*J?

iffJi

il":

ii

No.

16

Tahun

1994;

Keppres

No,

87

Tahun

lggg.

-

Keputusan

ini

mengatur tentang

a.

Pegawai

negeri

sipil

yang

diangkat

dan ditugaskan

secara

penuh

dalam

jabatan fungsional

penggerak

swadaya

masyarakat,

instruktur

latihan

kerja,

penera,

jagawana dan

teknisi

kehutanan diberikan

tunjangan jabatan

setiap

bulan.

b.

Besamya

tunjangan

jabatan fungsional

tercantum

dalam

lampiran Keputusan Presiden

ini.

CATATAN

:

Keputusan

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

2l

Pebruari

2000.

(13)

TENAGA KBRJA

-

PENEMPATAN

2000

KEPUTUSAN

MENTERI

NO. KEP.I38/MBN/2OOO

LL.

DEPNAKER

3

HAL.

KEPUTUSAN

MENTERI TENAGA

KERJA

NOMOR

KEP-I38/MENIaOOO

TENTANG

PERUBAHAN

ATAS

KEPUTUSAN

MENTERI TENAGA

KERJA

NOMOR

KEP-204/MEN/1999

TENTANG PENEMPATAN TENAGA KER.IA KE LUAR NEGERI.

ABSTRAK

: -

Dalam

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

No.

KEP-204lMENl2000

tentang

Penempatan

Tenaga Kerja

Indonesia

Keluar Negeri perlu

di

ubah,

untuk

itu

perlu

ditetapkan dengan Keputusan

Menteri.

-

Dasar hukum keputusan

ini

adalah

:

UU No.

14

Tahun 1969;

Kepmen

No.

204/MEN/1999.

-

Keputusan

ini

mengatur

tentang

:

l.

Direktur

Jenderal

atas nama

Menteri dalarn

waktu

paling lambat

10 hari

kerja

sejak

diterimanya

permohonan dan

rekomendasi

dari

Kepala

Kantor

Wilayah

Departemen

Tenaga

Kerja

menetapkan

keputusan

tentang

:

Penerbitan

SIUP

-

PJTKI

apabila

permohonan

dikabulkan.

Penerbitan surat penolakan

apabila

permohonan

ditolak.

2.

Persyaratan pendaftaran

TKI.

a. b.

(14)

TENAGA

KERJA

LEMBAGA PELATIHAN

KERJA

PERIZINAN.

2000

KEPUTUSAN MENTERI

h[O.

KEP-149/MEN/2OOO

LL.

DEPNAKER.

KEPUTUSAN

MENTERI

TENAGA

KERJA

NOMOR

KEB.

149/MENI2OOO

TENTANG

TATA

CARA LEMBAGA

PELATIHAN

KERJA.

ABSTRAK

: -

Untuk

melaksanakan

ketentuan

Pasal

23

Peraturan

Pemerintah

Nomor 71

Tahun

1991

tentang

Pelatihan

Kerja, untuk

itu

perlu

ditetapkan dengan

Keputusan

Menteri.

-

Dasar hukum kePutusan

ini

adalah

:

UU No.

14 Tahun

1969;

PP

No.

7l

Tahun

l99l;

Keppres

No.

136

Tahun 1999.

,

Keputusan

ini

mengatur tentang

:

a.

Perijinan

dan

pendaftaran.

b.

Syarat

dan

tata

caraPeizinan.

c.

Syarat

dan

tata

cara

pendaftaran.

d.

Pelaporan.

e.

Pencabutanizin.

f.

Pembinaan

(15)

TENAGA KERJA

_

IJIN

_

TKWNA PBNDATANG

2OOO

KEPUTUSAN

MENTERI NO.

KEP.I7LIMEN/2OOO

LL.

DBPNAKE,R

3

HAL.

KEPUTUSAN

MENTERI TENAGA

KERJA

NOMOR

KEP-172IMEN/2OOO

TENTANG

PENUNJUKAN

PEJABAT

PEMBERI

IJIN

MEMPEKERJAKAN TENAGAKERJA

WARGA

NEGARA

ASING

PENDATANG

UNTUK

PEKERJAAN

YANG

BBRSIFAT

SEMENTARA ATAU MENDESAK.

ABSTRAK

Hx',t.:ffi.H"t1ii:il?*'1ff"'*:l;;?ffiff;

pendatang,

maka

perlu diatur

pejabat

yang

berwenang

memberi

ijin

penggunaan

TKWNA

Pendatang yang

melakukan kegiatan dilepas pantai atau pekerjaan yang

bersifat

mendesak

yang

jangka

waktunya

tidak

lebih

dari

60

hari kerja,

untuk

itu

perlu

ditetapkan

dengan

Keputusan Menteri.

-

Dasar hukum keputusan

ini

adalah

:

Keppres

No. 355/M

Tal-run 1999;

Permenaker

No.

PER-03/MEN/r

990.

-

Keputusan

ini

mengatur

tentang

:

a.

Menunjuk Kakanwil

Depnaker

sebagai

Pejabat yang

bertindak

atas

nama

Menteri

Tenaga

Kerja

untuk

rnemberikan

Uitt

mempekerjakan TKWNA

Pendatang dalam

hal

:

-

TKWNA

Pendatang

akan

dipekerjakan

dilepas

pantai

dengan

menggunakan

Dahsuskin

(kemudahan khusus keimigrasian)

b.

Pengguna

yang

akan

mempekerjakan

TKWNA

Pendatang

untuk

pekerjaan

lepas pantai

dengan

menggunakan

Dahsuskin

yang

jangka

waktunya

lebih

dari

60 hari wajib

mengajukan

permohonan

rencana

penggunaan

tenaga

kerja

warga

negara

asing

pendatang

kepada

Direktur

Jenderal

Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja.

CATATAN

:

Keputusan

ini

mulai

berlaku sejak

tanggal

I

I

Juli

2000.

(16)

TENAGA KERJA

_

JANGKA WAKTU

IJIN

TKWNA

PENDATANG

2000

KtrPUTUSAN

MBNTBIII

NO. KBP-I73/MEN

l2OOO

LL.

DEPNAKBR

KEPUTUSAN

MENTERI TENAGA

KERJA NOMOR

KEP-I?3/MEN/2OOO

TENTANG

JANGKA

WAKTU

IJIN

MEMPE'

KERJAKAN

TENAGA KERJA WARGA

NEGARA

ASING

PENDATANG

ABSTRAK

: -

Untuk

rneningkatkan

pelayanan

pemberian

tjin

rnernpekerjakan

TKWNA

Pendatang,

perlu

dilakukan

p.nyrruuiun

jangka

waktu

berlakunya

rencana penggunaan tenaga

kerja warga

negara asing pendatang

dan

ijin

rrempekerjakan tenaga

kerja

warga

negara

asing

pendatang,

untuk

itu

perlu

ditetapkan

dengan

Keputusan

Menteri.

'

Dasar

hukurn

keputusan

ini adalah

:

UU No.

3

Tahun

1958; Keppres

No.

75

Tahun

1975;

Keppres

No. 355/M Tahun

1999; Permenaker

No.

PEI{-03/MllN/1990;

Permenaker

No.

PER-0I/MEN/1999;

Permenaker

No. PER-02/MEN/l

998.

-

Keputusan

ini

mellgatur tentang

:

a.

Tenaga kerja warga

negara

asing

pendatang

dapat

bekerja

diwilayah Republik

Indonesia atas

dasar

permintaan

pengguna

dan atau sponsor yang

telah

memperoleh

tjin

dari

instansi

yang

berwenang sesuai dengan

bidang

kegiatannya.

b. Pengguna

dan atau

sponsor

yang

akan

menpeketjakan

tenaga

kega

warga negara

asing

pendatang

wajib rnemiliki

Rencana

Penggunaan

TKWNA

Pendatang

(RPTK)

yang

disahkan

oleh

Direktur

Jenderal Pembinaan

Penempatan

Tenaga

Kerja

atau pejabat Yang

ditunjuk.

c.

RPTK

merupakan syarat

untuk

mernperoieh tjin

rnempekerj akan

TKWNA

Pendatang

(IKTA)'

d.

RPTK diberikan untuk jangka waktu paling lama

5

(lima)

tahun

dan dapat

diperpanjang.

(17)

TENAGA KERJA

_

UPAH.- KALTENG

2000

KEPUTUSAN

MENTERI

NO.

KEP-181/MEN/2OOO

LL.

DEPNAKER

KEPUTUSAN

MENTERI

TENAGA

KER.}A NOMOR

KEP-181/MENI2OOO

TENTANG

PBNETAPAN

UPAH

MINIMUM

SEKTORAL REGIONAL INDUSTRI PENGOLAHAN

KAYU

LAPIS

(SAW.MILL/MOULDING), INDUSTRI

KAYU

LAPIS,

INDUSTRI

PENGOLAHAN

KARET DAN

ROTAN PROPINSI

KALIMANTAN

TENGAH.

ABSTRAK

: -

Dalam

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

No.

KEP-20/MEN/2000 .tanggal

18

Pebruari

2000

tentang

Penetapan

Upah Minirnum

Regional

pada

26

(dua

puluh

enam) Propinsi

di

Indonesia dan Upah

Minimum

Sektoral Regional

pada

20

(dua puluh)

Propinsi

di

Indonesia

belum

termasuk

ketetapan

upah

minimum

sektoral regional

industri

pengolahan

kayu

(Saw-Mill/Moulding), industri

kayu

lapis,

serta

industri

pengolahan karet dan rotan

untuk propinsi

Kalimantan

Tengah

sebagairnana

Rekomendasi

Gubernur

No.

56l179llPem,

untuk

itu

perlu

ditetapkan

dengan

Keputusan

Menteri.

-

Dasar hukum keputusan

ini

adalah

:

Keppres

No. 355/M Tahun 1999

Permenaker

No.

PER-0

1/MEN/1999: Kepmenaker

No. 28IMEN/

1994.

-

Keputusan

ini

mengatur

tentang

:

a.

Menetapkan

upah

minimum

sektoral

industri industri

pengolahan

kayu

Mill/Moulding), industri kayu lapis,

serta

pengolahan

karet

dan

rotan

untuk

Kalimantan Tengah.

b. Besarnya

upah

minimum

sektoral

tercantum dalam Tabel

Amar

Kedua.

regional

(Saw-industli

propinsi

regional

ll

(18)

c.

Perusahaan

yang telah

memberikan

upah

lebih

tinggi

dari

ketetapan

upah

minimum

sektoral

regional dilarang

rnengurangi

atau

menurunkan

upah

sesuai dengan

Pasal

17

Peraturan Menteri

Tenaga

Kerja No.

PER-01/}v{EN/1999 tentang Upah

Minimum.

CATATAN

:

Keputusan

ini

ditetapkan pada

tanggal

20

Juli

2000

dan

mulai

berlaku

pada

tanggal

I

April

2000.

(19)

TENAGA KERJA

-

UPAH

-

DKI

2000

KEPUTUSAN

MENTERT NO.

KEP-185/MEN/2OOO

LL.

DEPNAKER

3

HAL.

KEPUTUSAN

MENTERI TENAGA

KERJA

NOMOR

KEP.

185/MENI2OOO

TENTANG PERUBAHAN

UPAH

MINIMUM

REGIONAL

PROPINSI

DKI

JAKARTA.

ABSTRAK

: -

Dalarn

rangka pelaksanaan

hasil

kesepakatan

Tripartit

Daerah Propinsi

DKI

Jakarta,

serta

rekomendasi

Gubernur Kepala Daerah

Tingkat

I DKI

Jakarta tentang

Usulan

Kenaikan

Upah Minimum

Regional (UMR)

Tahun

2000,

perlu

merubah

UMR

Propinsi

DKI

yang

ditetapkan dengan Keputusan

Menteri

Tenaga Kerja

No. KEP-20/MEN/2000.

-

Dasar hukum keputusan

ini

adalah

:

Keppres

No. 355/M Tahun

1999;

Permenaker

No.

PER-0l

/MEN/ 1999

Kepmenaker

No.

I

7/MEN/2000.

-

Keputusan

ini

mengatur tentang

:

a.

Upah Minirnum Regional

(UMR)

Propinsi DKI

Jakarta

dari Rp.

286.000,- (dua ratus delapan puluh

enam

ribu

rupiah)

menjadi

Rp.

344.257,-

(tiga

ratus

empat

puluh

empat

ribu

dua ratus

lirna

puluh tujuh

ribu

rupiah).

b.

Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

No.

KEP-20/MEN/2000 Lampiran

I

butir 9

dinyatakan

tidak

berlaku lagi.

CATATAN

:

Keputusan

ini

ditetapkan pada

tanggal

26 Juli

2000

dan

mulai

berlaku

pada

tanggal

I

September 2000.

(20)

TENAGA KERJA

-

INSTRUKTUR

-

MENGAJAR

2OOO

KEPUTUSAN

MENTERI

NO.

KEP-2958/M/SJ/2OOO

LL.

DEPNAKER

KEPUTUSAN

MENTERI TENAGA

KERJA

NOMOR

KEP'

2958/M/SJ/2OOO

TENTANG JAM

WAJIB

MENGAJAR

DAN

MELATIH

BAGI

INSTRUKTUR

LATIHAN

KERJA

DI

LINGKUNGAN DEPARTEMEN TENAGA KERJA.

ABSTRAK

: -

Dalam

rangka

meningkatkan profesionalisme

serta

kinerja

instruktur

latihan

kerja

dilingkungan

Departernen Tenaga

Kerja, perlu

ditetapkan

standar

jam

wajib

mengajar

dan

melatih,

untuk

itu

perlu

ditetapkan dengan Keputusan

Menteri.

-

Dasar hukum

kePutusan

ini

adalah

:

UU

No.

14

Tahun

1969;

UU No. 8

Tahun

1974;

UU

No. 43 Tahun

1999; PP

No. 3

Tahun

1980;

Keppres

No. 16

Tahun

2000;

KePmenPan

No'

24/MENPAN/I990.

-

Keputusan

ini

mengatur tentang

:

l.

Standar

minimal

pelaksanaan tugas

pokok bagi

ILK

dalam

I

rninggu ditetapkan sebanyak

40

jam.

2,

Jumlah

jam wajib

mengajar

dan melatih

teori

dan

praktek bagi

ILK

setiap

minggu

ditetapkan

sebagai

berikut

:

a.

ILK

dengan jenjang jabatan

Asisten

ILK

Muda,

Golongan

Ruang

Gaji II/a

sampai dengan

Ajun

ILK

Muda,

Golongan

Ruang

Gaji

IVd

ditetapkan

selama

4

iam.

b.

ILK

dengan

jenjang jabatan

Ajun

ILK

Madya,

Golongan Ruang

Gaji

III/a

sampai ruang

Gaji

III/d

ditetapkan

selama

6

jam.

c.

ILK

dengan

jenjang

Jabatan

ILK

Madya,

Golongan

Ruang

Gaji IV/a

sampai dengan

ILK

Utama

Muda,

Golongan

Ruang

Gaji

IV/c

ditetapkan

selama

8

jam.

(21)

KETETAPAN

MAJ ELIS

PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

NOMOR

III/MPR/2OOO

TENTANG

SUMBER

HUKUM

DAN

TATA URUTAN

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

DENGAN

RATIMAT TUHAN YANG MAHA

ESA

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

a. bahwa dari pengalaman perjalanan sejarah bangsa dan dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan, maka bangsa Indonesia telah sampai

kepada

kesimpulan

bahwa dalam

penyelenggataan

berbangsa

dan bernegara, supremasi

hukum

haruslah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh;

bahwa Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia

yang

berdasarkan atas

hukum perlu

mempertegas sumber

hukum yang

merupakan pedoman bagi penyusunan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia; bahwa

untuk

dapat mewujudkan supremasi hukum

perlu

adanya aturan hukum yang merupakan peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan tata urutannya;

bahwa dalam rangka memantapkan perwujudan

otonomi

daerah perlu r4enempatkan peraturan daerah dalam tata urutan peraturan perundang-undangan;

bahwa

Sumber

Tertib Hukum

Republik

Indonesia

dan Tata

Urutan

Peraturan

Perundangan

Republik

Indonesia

berdasarkan Ketetapan

MPRS

Nomor XXA{PRS|L966

menimbulkan kerancuan pengertian, sehingga

tidak

dapat

lagi

dijadikan

landasan penyusunan peraturan perundang-undangan,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf

a,b,c,d

dan

e

dipandang

perlu

menetapkan

Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik

Indonesia

tentang

Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.

b.

c.

d

e.

(22)

Mengingat

Memperhatikan

: l.

: l.

2. 3. 4. 5.

Pasal

I

ayat (2), Pasal 2, dan Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor

VA{PR/I973

tentang

Peninjauan Produk-Produk

yang

berupa Ketetapan-Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

Sementara Republik Indonesia;

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Ralryat Republik Indonesia

Nomor

DUMPR/1978 tentang Perlunya Penyempurnaan yang Termaktub dalam Pasal

3

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/lr4PR/l973;

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor

ILMPR/1999

tentang Peraturan

Tata

Tertib

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

I/MPR/2000 tentang

Perubahan

Pertama

Atas

Ketetapan

Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik

Indonesia

Nomor

IIA4PR/1999 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VMPR/2000 tentang Jadwal Sidang Tahunan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tanggal T sampai dengan

l8

Agustus 2000; Permusyawaratan

dalam

Sidang Tahunan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tanggal

7

sampai dengan

l8

Agustus 2000 yang membahas Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Sumber

Hukum

dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan,

yang

telah

dipersiapkan

oleh

Badan

Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;

Putusan Rapat Paripurna ke-9 Tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

MEMUTUSKAN

:KETETAPAN

MAJELIS

PERMUSYAWARATAN

RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

TENTANIG SUMBER

HUKUM

DAN

TATA

TJRUTAN PERATURAN PERUNDANG-TJNDA}{GA}I. 3.

(23)

Pasal 1

(l)

Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan.

(2)

Sumber hukum

terdiri

atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.

(3)

Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang

tertulis

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang

adil

dan beradab, Persatuan Indonesia,

dan Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh hikmat

lebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengun

r.*uiudkan

suatu

Keadilan

sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, dan batang tubuh undang-undang Dasar 1945.

Pasal2

Tata urutan

peraturan perundang-undangan merupakan pedoman dalam pembuatan aturan hukum di bawahnya.

Tata urutan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah ;

1.

Undang-Undang Dasar 1945;

2.

Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat Republik Indonesia;

3.

Undang-Undang,

4.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);

5.

PeraturanPemerintah;

6.

Keputusan Presiden;

7.

Peraturan Daerah.

Pasal3

(l)

Undang-Undang

Dasar

1945 merupakan hukum dasar

tertulis

Negara

Republik

Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.

(2)

Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat Republik Indonesia merupakan putusan Majelis Permusyawaratan

Rakyat

sebagai pengemban

kedaulatan

ral<yat

yang

ditetapkan

AUam sidang-sidang Majelis Permusyaw aratan Rakyat.

(3)

Undang-undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden untuk melaksanakan

Undang-Undang

Dasar

1945

serta Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

Republik Indonesia.

(4)

Peraturan

pemerintah pengganti undang-undang

dibuat oleh

Presiden

dalam

hal

ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut :

a.

Peraturan pemerintah pengganti undang-undang harus

diajukan

ke

Dewan

perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(24)

b.

Dewan perwakilan Rakyat dapat menerima atau menolak peraturan pemerintah pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan'

c.

Jika ditolak Dewan

perwakilan Rakyat, peraturan pemerintah pengganti undang-undang

tersebut harus dicabut.

(5)

peraturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah undang-undang.

(6)

Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden

untuk

menjalankan fungsi

Aan

tugasnya berupa

pengaturan

pelaksanaan

administrasi

negara

dan

administrasi pemerintahan.

(7)

peraturan daerah merupakan peraturan

untuk

melaksanakan aturan

hukum

di

atasnya dan

menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan'

a.

peraturan daerah propinsi dibuat oleh dewan perwakilan

rakyat

daerah propinsi bersarna

dengan gubernur.

b.

peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/ kota bersama buPati/walikota.

c.

peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau yang setingkat, sedangkan

tata

cara pembuatan peraturan desa atau yang setingkat

diatur

oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pasal 4

(l)

Sesuai dengan tata urutan peraturan perundang-undangan ini, maka setiap aturan hukum yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan aturan hukum yang lebih tinggi.

(2)

peraturan atau keputusan Mahkamah

Agung,

Badan Pemeriksa Keuangan, menteri, Bank Indonesia, badan, iembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh Pemerintah tidak boleh bertentangan

dengin

ketentuan yang termuat dalam tata aturan peraturan perundang-undangan ini.

Pasal5

(l)

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

berwenang

menguji

undang-undang

terhadap

Undang-Unbang Dasar 1945, dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(2)

Mahkamah

Agung

berwenang menguji peraturan perundang-undangan

di

bawah

undang-undang.

(3)

pengujian

dimaksud

ayat

(2)

bersifat

aktif

dan dapat

dilaksanakan

tanpa melalui

proses peradilan kasasi.

(25)

(4)

Keputusan Mahkamah

Agung

mengenai pengujian sebagaimana dimaksud ayat

(2)

dan ayat (3) bersifat mengikat.

Pasal 6

Tata cara pembuatan undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan pengujian peraturan perundang-undangan oleh Mahkamah Agung serta pengaturan ruang lingkup keputusan presiden diatur lebih lanjut dengan undang'undang.

Pasal T

Dengan ditetapkannya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang Sumber Hukum

dan Tata

Urutan

Peraturan

Perundang-undangan

ini,

maka

Ketetapan

MPRS

Nomor

XXA4PR/1966 tentang

Memorandum

DPR-GR

mengenai Sumber

Tertib Hukum

Republik Indonesia

dan Tata Urutan

Peraturan Perundangan

Republik

Indonesia dan Ketetapan Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

Republik Indonesia

Nomor

IXA{PW1978 tentang

Perlunya

penyempurnaan

yang

Termaktub dalam Pasal

3

ayat

(l)

Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

V/MPR/I973

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal8

Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

l8

Agustus 2000

MA.'ELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

Ketuao

ttd

Prof.Dr.H.M. Amien Rais

Wakil,Ketua,

Wakil Ketua,

ttd

ttd

Prof.Dr.Ir.Ginanjar

Kartasasmita

Ir.

Sutjipto

Wakil

Ketua,

Wakil Ketua,

ttd

ttd

H.

Matori

Abdul

Djalil

Drs.H.M.Husnie Thamrin

Wakil

Ketua,

Wakil Ketua,

ttd

ttd

Dr.Hari

Sabarno,M.B.A.,M.M

Prof.Dr.Jusuf

Amir

Feisal, S.Pd.

Wakil Ketua,

ttd

Drs.H.A.Nazri Adlani

(26)

Menimbang

"a.

Mengingat

b.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR

21

TAHUN

2OOO

TENTANG

SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUI{

DENGAN

RAHMAT TUHAN YANG MAHA

ESA

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA,

bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan

pikiran

baik

secara

lisan

maupun

secara

tulisan,

memperoleh

pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, serta mempunyai kedudukan yang sama dalarn hukum merupakan hak setiap warga negara;

bahwa dalam rangka mewujudkan kemerdekaan berserikat, pekerja/buruh berhak membentuk dan mengembangkan

serikat

pekerja/serikat buruh yang bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab;

bahwa serikat

pekerja/serikat

buruh

merupakan sarana

untuk

memperjuangkan,

melindungi,

dan

membela

kepentingan

dan

kesejahteraan pekerja/buruh

beserta keluarganya,

serta

mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada

huruf,

a,b,

dan

c

perlu

ditetapkan Undang-undang tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

l.

Pasal

5

ayat

(1),

Pasal

20

ayat

(2),

Pasal

27,

dan Pasal

28

Undang-Undang Dasar 1945

sebagaimana

telah diubah

dengan

Perubahan Pertama Tahun 1999;

2.

Undang-undang

Nomor

18

Tahun

1956 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional

Nomor 98

mengenai Berlakunya Dasar-Dasar daripada

Hak untuk

Berorganisasi

dan

untuk

Berunding

Bersama (Lembaran

Negara

Tahun

1956

Nomor

42,

Tambahan Lembaran Negara

Nomor

I 050);

Undang-undang

Nomor 39 Tahun

1999

tentang

Hak

Asasi

Manusia (Lembaran

Negara Tahun 1999

Nomor

165,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);

(27)

Dengan Persetujuan

Df,WAN

PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:

UNDANG-UNDANG

TENTANG

SERIKAT

PEKERJA/SERIKAT

BURUH.

BAB

I

Kf,TENTUAN UMUM

Pasal

I

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

L

Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik

di

perusahaan maupun

di

luar perusahaan,

yang

bersifat

bebas,

terbuka, mandiri, demokratis,

dan

bertanggung

jawab guna

memperjuangkan,

membela

serta melindungi

hak

dan kepentingan pekerja/buruh

serta

meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya,

2.

Serikat pekerja/serikat buruh

di

perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh

di

satu perusahaan atau di beberapa perusahaan.

3.

Serikat pekerja/serikat buruh

di

luar

perusahaan adalah serikat pekerja/ serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang

tidak

bekerja di perusahaan.

4.

Federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan serikat pekerja/ serikat buruh.

5. Konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh

adalah gabungan

federasi serikat pekerj a/serikat buruh.

6.

Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

7.

Pengusaha adalah .

a.

orang

perseorangan,

persekutuan,

atau

badan

hukum

yang menjalankan suatu perusahaan

milik

sendiri;

(28)

b.

orang

perseorangan, persekutuan,

atau

badan

hukum

yang

secara

berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c.

orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam

huruf

a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,

milik

orang

perseorangan, persekutuan,

atau

badan

hukum

baik

milik

swasta maupun

milik

negara yangmempekerjakan pekeda/buruh dengan memberi upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Perselisihan

antar serikat

pekerja/antar

serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh

adalah perselisihan

antara serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi

serikat

pekerja/ serikat buruh, dan serikat pekeda/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh lain, karena tidak adanya persesuaian paham

mengenai keanggotaan

serta

pelaksanaan

hak

dan

kewajiban keserikatpekerjaan.

10.

Menteri

adalah menteri

yang

bertanggung

jawab

di

bidang

ketenaga-kerjaan.

BAB

TI

ASAS,

SIFAT,

DAN TUJUAN

Pasal 2

(l)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/

serikat buruh

menerima Pancasila sebagai dasar negara

dan

Undang-Undang

Dasar 1945

sebagai

konstitusi Negara

Kesatuan

Republik Indonesia.

(2)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/ serikat buruh mempunyai asas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal3

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/ serikat buruh mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.

8.

(29)

Pasal4

(l)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/ serikat burutr bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan

hak

dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/ buruh dan keluarganYa'

(2)

Untuk

mencapai

tujuan

sebagaimana dimaksud dalam

ayat

(l)

serikat pekerja/serikai

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat

pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi :

a.

sebagai

pihak

dalam

pembuatan

perjanjian

kerja

bersama

dan

penyelesaian perselisihan industrial;

b.

sebagai

wakil

pekerja/buruh

dalam

lembaga

kerja

sama

di

bidang ketelagakerjaan sesuai dengan tingkatannya,

c.

sebagai sarana menciptakan

hubungan

industrial yang

harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d.

sebagai sarana

penyalur

aspirasi

dalam

memperjuangkan

hak

dan kePentingan anggotanya;

e.

sebagai perencana, pelaksana

dan

penanggung

jawab

pemogokan

peterla/Uuruh

sesuai dengan

peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

f.

sebagai

wakil

pekerja/buruh

dalam

memperjuangkan kepemilikan

saham di Perusahaan.

BAB

trI

PEMBENTUKAN

Pasal5

(l)

Setiap pekerja/buruh berhak membentuk

dan

menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

(2)

Serikat

pekerja/serikat

buruh dibentuk oleh

sekurang-kurangnya

l0

(sepuluh) orang Pekerj a/buruh.

(30)

Pasal6

(l)

Serikat pekerja/serikat

buruh

berhak membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh.

(2)

Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) serikat pekerja/serikat buruh"

Pasal T

(l)

Federasi serikat pekerja/serikat

buruh

berhak membentuk

dan

menjadi anggota konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.

(2)

Konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh dibentuk

oleh

sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja/serikat buruh.

Pasal S

Penjenjangan

organisasi

serikat

pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh

diatur

dalam

anggaran

dasar

dan/atau anggaran rumah tangganya. Pasal g

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh

dibentuk atas

kehendak bebas pekerja/buruh

tanpa

tekanan

atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai

politik,

dan pihak manapun.

Pasal

l0

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh.

Pasal 11

(l)

Setiap

serikat

pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

(2)

Anggaran

dasar

sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(l)

sekurang-kurangnya harus memuat .

a.

nama dan lambang;

b.

dasar negara, asas dan tujuan;

(31)

d.

tempat kedudukan;

e.

keanggotaan dan kepengurusan;

f.

sumber dan pertanggungjawaban keuangary dan

g.

ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga,.

BAB

IV

KEANGGOTAAN

Pasal 12

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekeda/serikat

buruh

harus terbuka

untuk

menerima anggota

tanpa

membedakan aliran

politik,

agama, suku bangsa, dan jenis kelamin. Pasal 13

Keanggotaan serikat pekerja/serikat

buruh

federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh diatur

dalam

anggaran

dasar

dan

anggaran rumah tangganya.

Pasal L4

(l)

Seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh di satu perusahaan,

(2)

Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata tercatat pada

lebih

dari

satu

serikat pekerja/serikat

buruh, yang

bersangkutan harus menyatakan secara

tertulis

satu serikat pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.

Pasal 1.5

Pekerja/buruh yang mendudukijabatan tertentu di dalam satu perusahaan dan jabatan

itu

menimbulkan pertentangan kepentingan antara

pihak

pengusaha dan pekerja/buruh, tidak boleh menjadi pengurus serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan yang bersangkutan.

Pasal 16

(1)

Setiap serikat pekerja/serikat

buruh

hanya dapat menjadi anggota dari satu federasi serikat pekerja/serikat buruh.

(2)

Setiap federasi serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.

(32)

Pasal 17

(l)

Pekeda/buruh

dapat berhenti

sebagai

anggota serikat

pekerja/serikat buruh dengan pernyataan tertulis.

(2)

Pekerja/buruh

dapat

diberhentikan

dari

serikat

pekeda/serikat buruh

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dar/atau anggaran rumah tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan.

(3)

Pekerja/buruh,

baik

sebagai pengurus maupun sebagai anggota serikat pekerja/serikat

buruh yang

berhenti

atau

diberhentikan sebagaimana

dimaksud dalam

ayat

(l)

dan ayat

(2)

tetap

bertanggung

jawab

atas

kewajiban

yang belum

dipenuhinya

terhadap

serikat

pekerja/serikat buruh.

BAB

V

PEMBERITAHUAN

DAN

PENCATATAN

Pasal 18

(1)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/

serikat buruh yang telah terbentuk

memberitahukan secara tertulis

kepada instansi

pemerintah

yang

bertanggung

jawab

di

bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat.

(2)

Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(l)

dengan dilampiri :

a.

daftar nama anggota pembentuk;

b.

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

c.

susunan dan nama pengurus. Pasal 1.9

Nama dan lambang serikat pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh yang akan

diberitahukan

tidak boleh

sama

dengan

nama dan

lambang

serikat

pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat terlebih dahulu.

Pasal 20

(1)

Instansi pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal

18

ayat

(1), wajib mencatat dan memberikan nomor

bukti

pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh

yang

telah

memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud

dalam Pasal

2,

Pasal

5

ayat

(2),

Pasal

6

ayat

(2),

Pasal

7

ayat (2),. Pasal I

l,

(33)

Pasal

l8

ayat

(2),

dan Pasal 19, selambat-lambatnya

2l

(dua puluh satu) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan.

(2)

Instansi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

l8

ayat

(1)

dapat menangguhkan pencatatan dan pemberian nomor

bukti

pencatatan dalam hal serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/ serikat buruh belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2,

Pasal

5

ayat

(2),

Pasal

6

ayat

(2),

Pasal

7

ayat

(2),

Pasal 11, Pasal

l8

ayat(2), danPasal 19.

(3)

Penangguhan sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(2),

dan

alasan-alasannya diberitahukan secara

tertulis

kepada

serikat

pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh

yang bersangkutan selambat-lambatnya 14 (empat belas)

hari

kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan.

Pasal 21

Dalam

hal

perubahan anggaran

dasar

danlatau

anggaran

rumah

tangga,

pengurus serikat

pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh

memberitahukan

kepada instansi

pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat

(1)

paling lama

30

(tiga

puluh)

hari

terhitung

sejak tanggal perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tanggatersebut.

Pasal22

(l)

Instansi pemerintah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal

18 ayat

(l),

harus mencatat serikat pekerja/serikat

buruh,

federasi dan konfederasi

serikat

pekerja/serikat

buruh yang telah

memenuhi

.

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal

5

ayat

(2),

Pasal

6

ayat (2), Pasal

7

ayat(2),

Pasal 11, Pasal

l8

ayat

(2),

dan Pasal 19 dalam buku pencatatan dan memeliharanya dengan baik.

(2)

Buku

pencatatan sebagaimana dimaksud dalam

ayat

(1),

harus dapat dilihat setiap saat dan terbuka untuk umum.

Pasal 23

Pengurus

serikat

pekerja/serikat

buruh,

federasi

dan

konfederasi

serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai

nomor

bukti

pencatatan harus memberitahukan secara

tertulis

keberadaannya kepada

mitra

kerjanya sesuai

dengan tingkatannya.

(34)

Pasal24

Ketentuan mengenai tata cara pencatatan diatur lebih lanjut dengan keputusan menteri.

BAB

VI

HAK

DAN

KEWAJIBAN

Pasal 25

(1)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi

serikat

pekerjal serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak :

a.

membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;

b.

mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial;

c.

mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;

d.

membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan

u saha peningkatan kesej ahteraan pekerj a/buruh;

e.

melakukan kegiatan

lainnya

di

bidang

ketenagakerjaan

yang

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2)

Pelaksanaan hak-hak sebagaimana dimaksud dalam

ayat

(1)

dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 26

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dapat berafiliasi dan/atau bekerja sama dengan serikat pekerja/serikat

buruh

internasional dan/atau organisasi

internasional

lainnya

dengan ketentuan

tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal2T

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berkewajiban :

a.

melindungi

dan

membela

anggota

dari

pelanggaran

hak-hak

dan

memperjuangkan kepentingannya;

b.

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;

c.

mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai

Referensi

Dokumen terkait

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yang berhubungan dengan variabel independen yaitu modal usaha, pengalaman berwirausaha, dan inovasi produk

Suatu kondisi emosional karyawan dengan adanya kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, apabila harapan yang ada pada individu dapat terjadi

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu metoda yang dapat digunakan untuk perencanaan penataan kawasan, khususnya kawasan agroindustri kopi Arabika di

Dengan hasil pembahasan Di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan perlindungan mengenai Pekerja rumah tangga tidak diatur secara eksplisit namun Pengaturan tentang

Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten.. Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten.. Ketapang), Taman

Selanjutnya untuk memberikan gambaran arah dan sasaran yang jelas serta sebagaimana pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Negeri Yogyakarta diselaraskan dengan arah

Opini adalah pendapat/pikiran/pendirian yang dapat ditulis melalui media teks untuk disampaikan kepada orang lain melalui media cetak (khususnya majalah, surat kabar) dan

Minyak atsiri dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau