• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
368
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri. Pemberian kewenangan dimaksudkan agar daerah dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang didukung dengan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance). Upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat dimaksud dilaksanakan melalui prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.

Masa bakti Bupati/Wakil Bupati Bogor periode 2008-2013 telah berakhir di penghujung tahun 2013. Selanjutnya sesuai dengan amanat undang-undang, Bupati/Wakil Bupati Bogor terpilih periode 2013-2018 yaitu pasangan Drs. H. Rachmat Yasin, MM dan Hj. Nurhayanti, SH, MM, M.Si yang dilantik pada tanggal 30 Desember 2013 wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013- 2018. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah 5 (lima) tahunan yang menjabarkan visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati terpilih. Untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, maka visi, misi dan program tersebut dijabarkan melalui strategi pembangunan daerah berupa kebijakan dan program pembangunan, beserta kerangka pendanaan pembangunan serta kaidah pelaksanaannya.

Walaupun undang-undang secara jelas menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri, namun dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah tetap harus memperhatikan antara perencanaan pembangunan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan antar pemerintah daerah, sehingga pencapaian tujuan pembangunan daerah mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional salah satunya yaitu tercapainya target kesejahteraan masyarakat pada tahun 2015 yang disebut Millenium Development Goals (MDGs). Aspek hubungan tersebut memperhatikan kewenangan yang diberikan, baik yang terkait dengan hubungan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, pelayanan umum maupun keuangan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

(2)

Dalam rangka perencanaan pembangunan nasional, pemerintah daerah harus memperhatikan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat dan struktur tata pemerintahan. Oleh karena itu tujuan dan sasaran pembangunan daerah harus memperhatikan permasalahan yang menjadi lingkup nasional maupun amanat pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Alokasi sumber daya daerah harus mendukung penyelesaian masalah nasional maupun penyelesaian masalah yang ada di daerah masing-masing. Oleh karena itu sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. RPJMD merupakan penjabaran dari visi misi dan program Kepala Daerah yang dalam penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-2030, dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 disusun berdasarkan beberapa pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah;

2. Pendekatan partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan ini adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki terhadap dokumen perencanaan pembangunan daerah serta menciptakan konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan keputusan;

3. Pendekatan atas-bawah (top-down) dan bawah-atas (bottom-up), pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas tersebut diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik ditingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan serta desa/kelurahan, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah;

4. Pendekatan politik, pendekatan ini memandang bahwa pemilihan kepala daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan para calon kepala daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran

(3)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan kepala daerah saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 disusun melalui tahapan perencanaan partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan daerah Kabupaten Bogor.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum yang dijadikan pedoman dan secara langsung terkait dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

(4)

7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

11. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

(5)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

18. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

21. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tahun 2010, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 0199/M.PPN/04/2010 dan Menteri Keuangan Nomor PMK.95/PMK.07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018;

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 7);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 19);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 27);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2009

(6)

1.3 Hubungan Antar Dokumen

Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, maka keberadaan RPJMD Kabupaten Bogor 2013-2018 merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 maupun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor 2005-2025, serta dari keberadaannya akan dijadikan sebagai pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk penyusunan Renstra SKPD. Selanjutnya, untuk setiap tahun selama periode perencanaan akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bogor sebagai acuan bagi SKPD untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD. Dalam kaitan dengan sistem keuangan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, maka penjabaran RPJMD ke dalam RKPD Kabupaten Bogor untuk setiap tahunnya, akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Bogor pada setiap tahun anggaran.

Gambaran tentang hubungan antara RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 dengan dokumen perencanaan lainnya, baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1.

Hubungan Antara Penyelarasan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

(7)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

1.4 Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan gambaran umum penyusunan RPJMD agar substansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik, meliputi latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, serta maksud dan tujuan.

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Menjelaskan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah.

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Memuat permasalahan pembangunan daerah dan berbagai isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan 5 (lima) tahun ke depan.

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, serta tujuan dan sasaran setiap misi pembangunan.

BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Memuat dan menjelaskan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih.

BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Memuat kebijakan umum dan keterkaitan antara sasaran masing-masing misi dengan strategi yang dipilih, arah kebijakan, indikator kinerja dan program pembangunan daerah.

BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

(8)

Menguraikan program prioritas Bupati, dan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait, beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD dan pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan yang disertai kebutuhan pendanaan. Selain itu disajikan pula indikator 25 penciri yang merupakan top priority pembangunan Kabupaten Bogor 5 (lima) tahun kedepan.

BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Memuat indikator kinerja daerah yang dapat memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Memuat pedoman transisi untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setelah RPJMD periode 2013-2018 berakhir serta kaidah pelaksanaan RPJMD.

BAB XI. PENUTUP

Pada Bab ini memuat ringkasan atau kesimpulan dari rencana pembangunan Kabupaten Bogor dilengkapi dengan target pencapaian kinerja akhir periode perencanaan yaitu pada tahun 2018.

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013 adalah untuk menggambarkan perencanaan pembangunan lima tahunan Kabupaten Bogor yang akan dijadikan pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan, baik bagi Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam membangun kesepahaman, kesepakatan dan komitmen bersama guna mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah Kabupaten Bogor secara berkesinambungan.

Adapun tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 adalah : 1. Menjabarkan visi, misi dan program kepala daerah terpilih sekaligus

menetapkannya menjadi visi, misi dan program pembangunan Kabupaten Bogor; 2. Menjadi pedoman penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat

(9)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

SKPD, Kebijakan Umum APBD (KUA), serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Kabupaten Bogor;

3. Menjadi sarana untuk menampung aspirasi masyarakat dan membangun konsensus antar stakeholders dalam menentukan arah pembangunan Kabupaten Bogor selama lima tahun mendatang.

(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,304 Ha, secara geografis terletak di antara 6º18'0" - 6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45" - 107º13'30" Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya :

- Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi;

- Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak;

- Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta;

- Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur; - Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor.

Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500–1.000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000–2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000–2.500 meter dpl. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.

Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500–5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20°- 30°C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata–rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata– rata sebesar 146,2 mm/bulan.

(11)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 8 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3) DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) DAS Cileungsi; (6) DAS Cikarang; (7) DAS Cibeet; (8) DAS Ciberang. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 900 jaringan irigasi pedesaan, 95 situ dan 201 mata air.

Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang di dalamnya meliputi 417 desa dan 17 kelurahan (434 desa/kelurahan), yang tercakup dalam 3.882 RW dan 15.561 RT. Pada tahun 2012 telah dibentuk 4 (empat) desa baru, yaitu Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Desa Urug dan Desa Jayaraharja Kecamatan Sukajaya serta Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin.

Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokkan menjadi: sawah irigasi/tadah hujan seluas 69.959,37 ha (22,89%), kebun campuran seluas 62.965,17 ha (21,07%), semak belukar seluas 52.575,49 ha (17,20%), hutan seluas 40.576,7 ha (13,58%), permukiman seluas 40.790 ha (13,35%), ladang/tegalan seluas 33.815 ha 11,06% serta selebihnya berupa badan air dan rawa.

Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 berjumlah 5.111.769 jiwa (angka sementara), yang terdiri dari penduduk laki-laki 2.616.873 jiwa dan penduduk perempuan 2.494.807 jiwa. Jumlah penduduk tersebut hasil proyeksi penduduk dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,44 persen dibanding tahun 2012. Angka ini merupakan laju pertumbuhan penduduk proyeksi selama kurun waktu 1 tahun (hasil proyeksi dari tahun 2012).

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi mencapai Rp. 109,67 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 14,35 persen dari tahun sebelumnya.

(12)

Tabel 2.1.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)

NO. 2012*) 2013**) Distribusi (%) Pertumbuh an (%) (1) (3) (4) (5) (6) I 4.946.529,80 6.174.193,48 5,63 24,82

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

dan Perikanan 3.584.125,89 4.492.110,97 4,10 25,33 2 Pertambangan & Penggalian 1.362.403,91 1.682.082,52 1,53 23,46

II 64.040.698,89 71.287.409,57 65,00 11,32

3 Industri Pengolahan 57.150.219,71 63.192.527,95 57,62 10,57 4 Listrik, Gas dan Air 2.804.934,10 3.123.458,52 2,85 11,36 5 Konstruksi 4.085.545,08 4.971.423,11 4,53 21,68

III 26.918.368,69 32.209.132,39 29,37 19,65

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 18.547.813,88 22.665.072,11 20,67 22,20 7 Pengangkutan & Komunikasi 4.001.149,29 4.672.465,38 4,26 16,78 8 Keuangan, Persewaan &Jasa

Perusahaan 1.412.588,49 1.608.025,54 1,47 13,84 9 Jasa-jasa 2.956.817,04 3.263.569,36 2,98 10,37 95.905.597,38 109.670.735,45 100,00 14,35 LAPANGAN USAHA (2) SEKTOR PRIM ER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER PDRB KABUPATEN BOGOR

Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

Dari Tabel 2.1. sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 63,17 trilyun atau memiliki andil sebesar 57,60 persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp.18,55 trilyun (19,34 persen). Sedangkan sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp.1,58 trilyun (1,44 persen).

Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder pada tahun 2013 mencapai Rp.71,26 trilyun, atau meningkat 11,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 19,74 persen yaitu dari Rp.26,92 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp.32,23 trilyun pada tahun 2013. Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 24,82 persen atau dari Rp. 4,95 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp. 6,17 trilyun pada tahun 2013.

(13)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

Tabel 2.2.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)

NO. 2012*) 2013**) Distribusi (%) Pertumbuh an (%) (1) (3) (4) (5) (6) I 1.998.117,38 2.179.957,45 5,63 9,10 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

dan Perikanan 1.608.438,92 1.759.438,29 4,54 9,39 2 Pertambangan & Penggalian 389.678,46 420.519,15 1,09 7,91

II 24.877.113,84 26.066.046,25 67,30 4,78 3 Industri Pengolahan 22.273.315,43 23.264.924,59 60,07 4,45

4 Listrik, Gas dan Air 1.326.483,67 1.379.464,92 3,56 3,99

5 Konstruksi 1.277.314,74 1.421.656,73 3,67 11,30

III 9.655.512,28 10.485.830,17 27,07 8,60 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.392.800,62 7.024.861,02 18,14 9,89

7 Pengangkutan & Komunikasi 1.142.183,19 1.240.391,71 3,20 8,60

8 Keuangan, Persewaan &Jasa

Perusahaan 662.344,81 700.746,03 1,81 5,80 9 Jasa-jasa 1.458.183,66 1.519.831,41 3,92 4,23 36.530.743,49 38.731.833,87 100,00 6,03 PDRB KABUPATEN BOGOR LAPANGAN USAHA (2) SEKTOR PRIM ER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER

Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara

Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2013 diprediksi mengalami peningkatan sebesar 6,03 persen, yaitu dari Rp. 36,53 triliun pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 38,73 triliun pada tahun 2013. Kinerja kelompok sektor primer tahun 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 9,10 persen dari tahun sebelumnya, kelompok sektor sekunder meningkat 4,78 persen, dan kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 8,60 persen. Tabel 2.2 menunjukkan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Bogor beserta distribusi dan pertumbuhannya pada tahun 2012 dan 2013.

Tabel 2.2. menunjukkan bahwa kinerja perekonomian tertinggi dicapai oleh sektor konstruksi yang mendorong pertumbuhan sebesar 11,30 persen. Terlaksananya berbagai pembangunan infrastruktur serta kemudahan dan adanya subsidi bunga kepemilikian rumah meningkatkan kinerja perekonomian sektor konstruksi. Kinerja yang cukup tinggi juga ditunjukkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 9,89 persen. Kinerja sektor ini didukung oleh kinerja subsektor perdagangan yang mencapai 9,99 persen karena adanya peningkatan output berbagai barang dan jasa di Kabupaten Bogor. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga menunjukkan kinerja yang membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, sektor ini tumbuh sebesar 9,39 persen yang didorong oleh program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah mulai memperlihatkan hasil yang menggembirakan.

(14)

Berdasarkan time series dari tahun 2001-2013, terlihat bahwa secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berada pada kisaran 4-6 persen. Terjadi perlambatan pertumbuhan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh krisis keuangan global pada tahun 2008 yang dampaknya dirasakan oleh perekonomian Kabupaten Bogor. Pertumbuhan yang sempat melambat ini kemudian meningkat kembali pada tahun-tahun berikutnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi akan tumbuh sebesar 6,03 persen, meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,99 persen. Peningkatan ini hampir menyamai laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 yang mencapai 6,04. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama periode 2001-2013 ditunjukkan pada Gambar 2.1.

3,94 4,50 4,84 5,58 5,85 5,95 6,04 5,58 4,14 5,09 5,96 5,99 6,03 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 Gambar 2.1.

LPE Kabupaten Bogor Tahun 2001-2013 (%)

Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per kapita per tahun. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. PDRB per kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator pendapatan per kapita. Gambar 2.2. memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku dan konstan.

Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

(15)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR 17,09 7,10 19,22 7,32 21,45 7,58 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 berlaku konstan 2011 2012 2013 Gambar 2.2.

PDRB Perkapita per Tahun Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013 (juta rupiah)

Gambar 2.2. memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp. 21,45 juta dari tahun sebelumnya Rp. 19,22 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 11,63 persen pada tahun 2013.

Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil dapat digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Bila dilihat atas dasar harga konstan, PDRB per kapita atas dasar harga konstan naik menjadi Rp. 7,58 juta dari tahun sebelumnya Rp. 7,32 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 3,49 persen pada tahun 2013. Jika dibandingkan kenaikan PDRB atas harga berlaku dan konstan, maka kenaikan PDRB perkapita atas harga berlaku mencatatkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan harga konstan. Hal ini disebabkan pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa.

Selain realisasi dari kondisi ekonomi sebagaimana telah dikemukakan di atas, indikator lain untuk melihat taraf kesejahteraan masyarakat yang biasa digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk Miskin.

(16)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat prediksi pencapaian dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komposit Kabupaten Bogor mencapai 73,45 poin. Kondisi ini menunjukkan bahwa realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 73,08 poin. Hal ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari seluruh komponen IPM, baik komponen pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), kesehatan (angka harapan hidup) maupun komponen ekonomi (kemampuan daya beli masyarakat). Angka IPM sebesar 73,45 poin di atas, sesuai dengan klasifikasi UNDP termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera atas;

2. Prediksi dan realisasi komponen pembentuk IPM berdasarkan estimasi BPS yaitu:

a. Angka Harapan Hidup (AHH) diprediksi sebesar 70 tahun, lebih tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 69,70 tahun;

b. Angka Melek Huruf (AMH) diprediksi sebesar 95,35 persen, lebih tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 95,27 persen;

c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) diprediksi sebesar 8,04 tahun, lebih tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 8,00 tahun;

d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity = PPP) yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan, diprediksi mencapai sebesar Rp. 636.620,-/kapita/bulan, lebih tinggi dari tahun 2012 yaitu sebesar Rp.634.520,-/kapita/bulan.

3. Indikator lainnya yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan adalah penurunan angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan data dari basis data terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), pada tahun 2013 berjumlah 446.890 jiwa (8,82 persen), lebih rendah dari tahun 2012 yang berjumlah sebanyak 447.290 jiwa (8,74 persen), berarti mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 400 jiwa atau turun sekitar 0,08 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

Untuk lebih jelasnya, Realisasi dari Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor disajikan pada tabel berikut :

(17)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

Tabel 2.3.

Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013

No. Indikator Realisasi Kinerja

2011* 2012* 2013**

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) 72,58 73,08 73,45

Komponen IPM terdiri dari;

a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) 69,28 69,70 70,00

b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) 95,09 95,27 95,35

c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 7,99 8,00 8,04 d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Konsumsi

riil per kapita) (Rp/kap/bln) 631,63 634,52 636,62

2. Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 470.500 447.290 446.890

Sumber : BPS Kabupaten Bogor; Tahun 2012 dan TNP2K pusat. *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Fokus kesejahteraan masyarakat terdiri dari (1) pendidikan, (2) Kesehatan, (3) Pertanahan, dan (4) Ketenagakerjaan, hasil evaluasi berdasarkan permendagri No 54 Tahun 2010, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

Pendidikan

Pendidikan merupakan prioritas Nasional dan menjadi target dalam rangka untuk meningkatkan ksejahteraan masyarakat. Capaian kinerja pembangunan bidang pendidikan sampai dengan 2012 relatif berfluaktif dengan tingkat kecenderungan tidak sesuai target. Pencapaian APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebesar 27,57%, APM SD/MI/SDLB/paket A sebesar 108,09%, APM SMP/SMPLB/Paket B sebesar 84,74%, APM SMA/SMK/MA/SMALB/paket C sebesar 40,24%, RLS sebesar 8,04%, dan AMH sebesar 95,35% serta Rata-rata nilai Ujian Nasional, yaitu : SD/MI sebesar 7,40%, SMP/MTs sebesar 5,52%, SMA/SMK/MA sebesar 6,93%.

Kesehatan

Analisis kinerja kesehatan di lihat dari angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, dan prosentase balita gizi buruk. Hasil evaluasi menunjukkan capaian realisasi kinerja angka usia harapan hidup (tahun) masih di bahwa target RPJMD. Jika dilihat berdasarkan nasional, bahwa kesehatan merupakan prioritas nasional, maka seharusnya Kabupaten Bogor juga harus ikut melaksanakan program tersebut untuk mencapai prioritas nasional, setidaknya kabupaten Bogor harus menargetkan Angka

(18)

Kelangsungan Hidup Bayi mencapai 80.00% tentu hal ini tidak mudah karena harus di dukung oleh infrastruktur sarana dan prasarana kesehatan lebih baik.

Ketenagakerjaan

Secara garis besar penduduk dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun-64 tahun. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Namun hasil evaluasi menunjukan bahwa nilai Rasio Penduduk yang Bekerja dengan Angkatan Kerja tidak sesuai target, sehingga kemungkinan jumlah pengangguran masih besar.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Seni budaya

Jumlah group kesenian di Kabupaten Bogor sampai pada tahun 2012 sebanyak 114 group, dengan rasio per 10.000 penduduk sebesar 0.0098. Sedangkan gedung kesenian yang dimiliki Kabupaten Bogor hanyalah satu unit, tentu ini menjadi tantangan dalam rangka untuk meningkatkan seni budaya di Kabupaten Bogor.

Olahraga

Jumlah organisasi di Kabupaten Bogor memiliki pertumbuhan yang cukup pesat. Pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah organisasi olahraga adalah sebanyak 74, dengan rasio per 10.000 penduduk mencapai 0.0197. Hal perlu diapresiasi mengingat bahwa jumlah gedung olah raga hanya 4 unit tahun 2012.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Untuk menganalisis capaian kinerja daerah pada aspek pelayanan umum terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variabel yang dianalisis menurut kabupaten dan kecamatan di Kabupaten Bogor. Indikator variabel aspek pelayanan umum dilihat berdasarkan fokus urusan wajib dan urusan pilihan yaitu :

(19)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah Kabupaten Bogor melaksanakan 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Hasil evaluasi terhadap kinerja berdasarkan urusan dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

Pendidikan

Semua angka indikator yang dipakai menunjukkan peningkatan dari awal tahun 2008 sampai dengan 2012, namun demikian jika dibandingkan target kinerja yang ditetapkan masih ada yang tidak sesuai target.

Kesehatan

Di Kabupaten Bogor, urusan kesehatan merupakan tugas dan fungsi dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, RSUD Ciawi, RSUD Leuwiliang dan RSUD Cileungsi. Jika dilihat dari aspek Peningkatan layanan Spesialis, di empat rumah sakit tersebut masih di dominasi oleh RSUD Cibinong dengan jumlah 16 dokter dan kemudian diikuti oleh RSUD Ciawi. Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit relatif tidak sama, yang paling tinggi adalah RSUD Ciawi, dari 42.53% pada tahun 2008 hingga mencapai 83.80% pada tahun 2012, diikuti oleh RSUD Leuwiliang dimana Peningkatan ketersediaan tempat tidur kelas III Rumah Sakit pada tahun 2012 mencapai 72.90%. Cakupan Desa Siaga Aktif di kabupaten Bogor cukup berkembang dari tahun ke tahun, hingga pada tahun 2012 mencapai 214. Dari semua fasilitas ini agar membuat urusan kesehatan cukup berkembang baik yang juga digambarkan dari Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan hingga mencapai 100% dari tahun ke tahun.

Pekerjaan Umum

Jaringan jalan di Kabupaten Bogor terdiri atas Jalan Nasional, Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten serta jalan lingkungan permukiman. Hingga tahun 2013 jumlah panjang jalan nasional adalah sepanjang 124,85 km dengan jumlah ruas 11, panjang jalan provinsi adalah sepanjang 121,820 km dengan jumlah ruas 10 serta jalan kabupaten adalah sepanjang 1.748,915 km dengan jumlah ruas sebanyak 458 ruas. Untuk jalan lingkungan permukiman yang meliputi jalan perumahan dan jalan desa dari data pemetaan sepanjang 6.662,89 km dengan jumlah panjang jalan yang terdata sepanjang 1.038,17 km dengan jumlah ruas 505 ruas.

Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Bogor tahun 2013 ditunjukkan dari indikator panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik yang mencapai 76,27% dengan rata-rata panjang jalan kabupaten per jumlah penduduk hanya mencapai sekitar 0,32 m/jiwa hal

(20)

ini menunjukkan bahwa kapasitas penanganan jalan yang ditangani masih sangat rendah terhadap jumlah penduduk yang sangat tinggi di wilayah Kabupaten Bogor. Dari jumlah panjang jalan kabupaten yang ditangani tersebut, sekitar 2,23% sempadan jalan digunakan oleh pedagang kaki lima dan bangunan liar dan baru sekitar 31,38% jalan yang memiliki trotoar dan drainase. Dari jumlah jalan yang memiliki drainase tersebut hanya sekitar 39,09% yang memiliki drainase yang baik.

Untuk jaringan irigasi hingga tahun 2013 tercatat luas daerah irigasi (D.I) yang ada di Kabupaten Bogor adalah 1.479 Ha yang berada di 2 D.I Kewenangan Nasional, 4.482 Ha yang berada di 19 D.I kewenangan Pemerintah Provinsi, dan 47.121 Ha yang berada di 990 D.I kewenangan Pemerintah Kabupaten. Dari jumlah daerah irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten memiliki panjang saluran sepanjang 2.313,198 km. Kondisi rasio jaringan irigasi di wilayah Kabupaten Bogor hingga tahun 2013 mencapai 4,909 m/ha dengan total luas irigasi kabupaten dalam kondisi baik mencapai 63,50%. Terkait sektor pemakaman dan persampahan, hingga tahun 2013, rasio tempat pemakaman umum persatuan penduduk mencapai 24,95 sedangkan rasio tempat pembuangan sampah per satuan penduduk mencapai 1,99 dengan mengandalkan TPA Galuga sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah yang masih beroperasi untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.

Perumahan

Berdasarkan indikator rasio rumah layak huni di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mencapai 0,18 yang menunjukkan bahwa sekitar 1 rumah layak huni di wilayah Kabupaten Bogor ditempati oleh sekitar 6 jiwa penduduk. Dengan asumsi bahwa setiap rumah tangga terdiri dari 4 orang jiwa maka dengan nilai tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat rumah tangga di wilayah Kabupaten Bogor yang belum menikmati rumah layak huni. Nilai tersebut diperkuat dengan data rumah layak huni yang baru mencapai 98,33% sehingga masih ada sekitar 1,67% atau sekitar 83.982 unit bangunan rumah tidak layak huni yang masih belum tertangani di Wilayah Kabupaten Bogor. Dari jumlah tersebut lingkungan permukiman kumuh yang masih terdapat di Kabupaten Bogor sebesar 0,94% dari luas wilayah Kabupaten Bogor yang masih perlu ditangani. Terkait penyediaan prasarana perumahan dan permukiman seperti air bersih dan listrik, bahwa pada tahun 2013 jumlah rumah tangga pengguna air bersih baru mencapai 44,08% yang terdiri dari sambungan perpipaan PDAM serta sambungan pipa dan non pipa dari penyediaan sarana air bersih pedesaan. Untuk akses penduduk terhadap air minum di Kabupaten Bogor sebagian besar menggunakan pasokan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Kahuripan yang bersumber pada 32 unit sumber pelayanan air

(21)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

bersih dengan kapasitas total 2.270,5 liter/detik baik yang diambil dari sumber mata air, sumur air tanah dalam dan instlasi pengolahan air lengkap (air permukaan). Dari jumlah air bersih yang diproduksi tersebut, hingga tahun 2011, jumlah penduduk yang terlayani oleh jaringan PDAM adalah sebanyak 678.374 jiwa atau sekitar 13,27%. Dari jumlah tersebut maka sambungan penyediaan air bersih yang bersumber dari sarana air bersih pedesaan mencapai sekitar 30,81%. Sedangkan untuk penyediaan prasarana listrik, jumlah rumah tangga pengguna listrik telah mencapai 82,88%.

Penataan Ruang

Acuan penataan ruang Kabupaten Bogor yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tahun 2005-2025, hingga saat ini sedang memasuki tahun keenam sejak ditetapkan dan memasuki tahun kedelapan dari tahun perencanaan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan dapat dilakukan peninjauan kembali. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahun 2013 telah dilakukan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Bogor dan disepakati untuk di revisi.

Perencanaan detil rencana tata ruang di Wilayah Kabupaten Bogor berupa Rencana Detail Tata Ruang telah selesai disusun untuk 40 kecamatan. Untuk saat ini dokumen perencanaan detil tersebut sedang dalam proses pengesahan termasuk dengan peraturan zonasi sebagai kelengkapan yang tidak terpisahkan.

Pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor sepenuhnya mengacu pada RTRW Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 17 tahun 2000, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tahun 2005-2025. Sebagai upaya pengendalian terhadap perijinan pemanfaatan ruang, telah dibuat Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang yang menetapkan secara rinci aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan peruntukan ruang di lokasi yang akan dimanfaatkan.

Pola ruang di Kabupaten Bogor mencakup kawasan lindung dan budidaya. Sebagian besar wilayah di sebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Bogor menjadi kawasan lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor.

Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan

(22)

perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor serta beberapa kawasan yang menjadi kawasan strategis Kabupaten Bogor.

Keseluruhan penataan ruang sebagaimana diuraikan diatas telah mengacu pada : (1) Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN); (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) yang mengarahkan pengembangan permukiman Kabupaten Bogor untuk mendorong pengembangan Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan Jakarta; dan (3) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 yang menetapkan Kabupaten Bogor sebagai bagian pengembangan Kawasan Andalan Bodebekpunjur dalam sektor agribisnis, industri dan pariwisata (wisata agro dan alam), simpul pendukung pengembangan wilayah Bodebekpunjur dan sebagai wilayah konservasi.

Kinerja sektor penataan ruang dilihat berdasarkan rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB yang hingga pada tahun 2013 mencapai sebesar 26,95%. Sedangkan indikator ruang publik yang berubah peruntukkannya relatif kecil sebesar 0,04% walaupun jika dilihat dari rasio bangunan yang ber-IMB per satuan bangunan hanya sekitar 5,34% dari jumlah total bangunan.

Terkait penanganan bangunan tanpa ijin di kawasan puncak maka pemerintah daerah Kabupaten Bogor telah berupaya melakukan penertiban dengan pembongkaran bangunan tanpa ijin. Penertiban ini dilakukan di kawasan puncak sebagai salah satu upaya konservasi kawasan puncak sebagai penyangga DKI Jakarta dan menjadi prioritas utama penertiban bangunan tanpa ijin. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Dinas Tata Bangunan dan Permukiman (DTBP) Kabupaten Bogor terdapat 304 pemilik bangunan yang tidak memiliki ijin di kawasan puncak. Dari jumlah tersebut, 294 pemilik sudah mendapat teguran dan diantaranya 99 pemilik sudah dibongkar dengan jumlah 211 unit bangunan. Dari 195 pemilik bangunan yang telah mendapat teguran dan belum dibongkar diperkirakan terdapat ± 400 unit bangunan yang selanjutnya akan dilimpahkan kepada Satpol PP untuk ditertibkan.

Maka dari 400 unit bangunan yang menjadi target akan dilakukan pelaksanaan penanganan/ penertiban bangunan / villa tanpa izin dengan mempertimbangkan proses

(23)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

penyelidikan dari PPNS, struktur bangunan, letak, kontur wilayah dan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian penanganan/ penertiban bangunan/ villa tanpa izin dikawasan puncak dapat optimal dan tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari.

Perhubungan

Cakupan pelayanan transportasi darat meliputi jaringan jalan dan jaringan jalan rel. Hingga tahun 2013 jumlah terminal yang ada di Kabupaten Bogor mencapai 6 unit terminal dari 9 terminal yang direncanakan akan dibangun yang berada di Cileungsi, Laladon, Leuwiliang, Jasinga, Bojonggede dan Cibinong. Penyediaan terminal ini terus dikembangkan untuk memberikan pelayanan transportasi kepada sekitar 5.089.679 penumpang/tahun dan sekitar 18.192 unit kendaraan yang telah dikeluarkan ijin trayek. Dilihat dari data tersebut maka diperkirakan setiap harinya setiap unit kendaraan memiliki tingkat kinerja kendaraan angkutan umum sebesar 130,45%.

Dari data diatas terlihat bahwa jumlah armada angkutan umum cukup besar dibandingkan dengan tingkat jumlah penumpang yang diangkut karena jenis angkutan umum yang digunakan adalah jenis angkutan umum perkotaan dengan kapasitas angkut yang kecil. Dengan demikian perlu dilakukan restrukturisasi angkutan umum menjadi jenis angkutan umum masal dengan kapasitas angkut menengah hingga besar (Bis, LRT, Monorel dsb) sehingga rasio kinerja angkutan umum dapat lebih optimal.  Perencanaan pembangunan

Perencanaan pembangunan ini secara umum merupakan tugas dan fungsi dari Bappeda dan secara berkala terus menghasilkan produk-produk seperti (1) dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA nomor 27 tahun 2008, (2) Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA nomor 7 tahun 2009, (3) Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA, dan (4) Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD, seluruh dokumen ini umumnya ada dan tersedia dan dihasilkan oleh Bappeda sesuai dengan periode penerbitannya. Saat ini bagian perencanaan mengembangkan sebuah system yang dikenal dengan e-Planning. Sistem ini bertujuan untuk mempercepat proses perencanaan pembangunan yang sesuai dengan visi – misi kepala daerah terpilih.

Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup dilihat berdasarkan kondisi persampahan, akses penduduk terhadap air minum, pencemaran status mutu air serta cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air. Dari sisi persampahan, jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk kabupaten Bogor pada tahun 2013 yang mencapai lebih dari 5 juta

(24)

penduduk maka jumlah timbulan sampah yang dihasilkan mencapai 10.290 m3/hari sedangkan kapasitas jumlah sampah yang terangkut hanya mampu sebesar 1.050 m3/hari. Berdasarkan data tersebut maka cakupan persentase penanganan sampah di kabupaten Bogor baru mencapai sekitar 29,34% dengan tingkat kapasitas tempat pembuangan sampah per jumlah penduduk hanya sekitar 19,99%.

Kondisi lingkungan hidup dilihat berdasarkan penilaian status mutu air, menunjukkan bahwa hasil kajian yang dilakukan Badan Pengendalian Hidup Daerah kualitas beberapa sungai yang melintas di Kabupaten Bogor, diantaranya Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan Sungai Cileungsi berada pada level tercemar berat (Level D). Pemerintah Kabupaten Bogor telah secara rutin melakukan pengamatan terhadap sungai-sungai di 8 DAS utama, yaitu Sungai Cisadane, Cileungsi, Cikeas, Ciliwung, Citeureup, dan Kali Bekasi. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa penurunan kualitas air sungai tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya industri dan padatnya permukiman, namun juga sifat air sungai sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti topografi dan komposisi geologis lahan yang dilalui oleh sungai serta kerusakan lahan di hulu sungai.

Kebutuhan sarana dan prasarana pengolahan limbah cair sangat besar sejalan dengan banyaknya industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya yang menghasilkan limbah cair. Rata-rata volume limbah cair per tahun selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2013, yang dihasilkan dari industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya sebanyak 314.178,92 m3/bln.

Pertanahan

Realisasi Indikator kinerja urusan pertanahan yang dicapai pada tahun 2013 antara lain prosentase luas lahan bersertifikat mencapai 26,50 Ha/1000 jiwa penduduk. Ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap penduduk di Kabupaten Bogor memiliki lahan bersertifikat sebesar 265 m2. Nilai tersebut terus meningkat sejak tahun 2008 sehingga menunjukkan adanya kesadaran masyarakat terhadap tertib administrasi pertanahan di Kabupaten Bogor. Peningkatan nilai persentase luas lahan bersertifikat juga mendorong penerimaan daerah dari sisi pajak.

Kependudukan dan Catatan Sipil

Rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk hingga pada 2012 sebesar 0.068, demikian pula Rasio bayi berakte kelahiran mencapai 0.839 pada tahun 2012, dan hal ini sejalan juga dengan Rasio pasangan berakte nikah.

Kepemilikan KTP di Kabupaten Bogor baru mencapai 69.28% pada tahun 2012. Ini tentu menjadi perhatian bagi dinas terkait, karena akan cukup bermasalah dari administrasi kependudukan. Jumlah penduduk (jiwa) Kabupaten Bogor meningkat pesat menjadi

(25)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

5.26 juta jiwa pada tahun 2012. OPD perlu melakukan strategi yang tepat terkait dalam mengurangi laju pertumbuhan penduduk, sehingga ketersediaan database kependudukan skala kabupaten merupakan suatu program yang mendesak untuk memastikan penduduk tetap secara pasti dan akurat.

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Dari seluruh indikator seperti persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah, Partisipasi perempuan di lembaga swasta, Rasio KDRT, Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur, Partisipasi angkatan kerja perempuan, Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan terlihat dari tahun ke tahun memiliki perkembangan yang positif bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Partisipasi angkatan kerja perempuan mencapai 50.15% tahun 2012.

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Indikator Rata-rata jumlah anak per keluarga menunjukkan perbaikan yang signifikan, karena tingginya rasio penggunaan Rasio akseptor KB, Cakupan peserta KB aktif dan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga yang sehat.

Sosial

Indikator dari urusan sosial antara lain adalah Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi (buah), PMKS yg memperoleh bantuan sosial dan Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi relatif meningkat dari tahun ke tahun, hingga mencapai 157 unit pada tahun 2012. PMKS yg memperoleh bantuan sosial dan Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial relatif menurun dengan tingkat prosentase yang sama. Kedua indikator tersebut diketahui pada tahun 2012 mencapai 0.03 persen. Ini mennjukkan bahwa penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Bogor relative menurun setiap tahunnya.

Ketenagakerjaan

Angka partisipasi angkatan kerja mencapai 61.74 persen pada tahun 2012. Sementara angka sengketa pengusaha-pekerja sejak tahun 2009 relative mengalami peningkatan namun pada tahun 2012 menurun dari 186 kasus pada tahun 2011 menjadi 179 kasus. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat, sehingga pengangguran akan semakin besar, dimana tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 mencapai 9,07%.

(26)

Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

Usaha kecil menengah di Kabupaten Bogor sangat penting bagi perekonomian karena turut menyumbang PDRB sektor industri dangan pengolahan yang mecanpai 59,59% dan menyumbang penyerapan tenaga kerja sektor industri dan pengolahan mencapai 28,86%.

Pada tahun 2006 jumlah koperasi sebanyak 1446 koperasi, yang aktif sebanyak 800, sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan jumlah koperasi sebanyak 1588 koperasi, dan yang aktif sebanyak 943 koperasi. Demikian pula pada tahun 2012 prosentase koperasi yang aktif di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 66,33% sebanyak 1103 koperasi. Di Kabupaten Bogor, Usahan Kecil Menengah (UKM) juga merupakan tulang punggung ekonomi Kabupaten Bogor. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil hingga pada tahun 2012 mencapai sekitar 11.216 UKM naik dari tahun 2011 sebanyak 10.000 UKM lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4.

Perkembangan Koperasi di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010

Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak Jumlah Aktif Tidak 1 NANGGUNG 23 8 15 19 4 15 19 9 10 20 9 11 19 9 10 2 LEUWILIANG 55 40 15 55 40 15 43 37 6 62 38 24 45 30 15 3 LEUWISADENG 9 7 2 9 7 2 11 10 1 14 11 3 12 10 2 4 PAMIJAHAN 24 13 11 24 13 11 21 15 6 29 14 15 23 12 11 5 CIBUNGBULANG 43 26 17 48 31 17 40 33 7 52 32 20 42 25 17 6 TENJOLAYA 6 2 4 6 2 4 6 2 4 79 31 48 15 7 8 7 CIAMPEA 65 25 40 65 25 40 68 33 35 9 8 1 68 28 40 8 DRAMAGA 31 15 16 34 18 16 37 26 11 38 22 16 37 21 16 9 CIOMAS 55 33 22 58 36 22 57 37 20 68 35 33 55 33 22 10 TAMAN SARI 20 12 8 19 11 8 19 15 4 25 16 9 21 13 8 11 CIJERUK 20 10 10 21 11 10 20 8 12 26 15 11 21 11 10 12 CIGOMBONG 37 19 18 38 20 18 37 28 9 42 23 19 36 18 18 13 CARINGIN 46 20 26 51 25 26 51 46 5 54 31 23 53 27 26 14 CIAWI 61 34 27 63 36 27 63 46 17 74 50 24 63 36 27 15 CISARUA 58 27 31 59 28 31 59 45 14 62 45 17 64 33 31 16 MEGAMENDUNG 43 15 28 43 15 28 43 28 15 47 25 22 45 17 28 17 SUKARAJA 42 20 22 53 31 22 52 38 14 62 36 26 53 31 22 18 BABAKAN MADANG 9 6 3 11 8 3 12 8 4 20 15 5 16 13 3 19 SUKAMAKMUR 9 2 7 9 2 7 9 5 4 9 5 4 9 2 7 20 CARIU 8 6 2 9 7 2 10 7 3 11 9 2 11 9 2 21 TANJUNG SARI 5 1 4 8 4 4 8 5 3 13 8 5 9 5 4 22 JONGGOL 29 12 17 32 15 17 33 28 5 38 25 13 33 16 17 23 CILENGSI 68 40 28 80 52 28 78 62 16 92 76 16 83 55 28 24 KLAPANUNGGAL 10 9 1 12 11 1 12 11 1 25 12 13 15 14 1 25 GUNUNGPUTRI 70 38 32 74 42 32 70 58 12 95 65 30 87 55 32 26 CITEUREUP 96 62 34 102 68 34 94 81 13 118 89 29 99 65 34 27 CIBINONG 175 106 69 180 111 69 183 157 26 230 155 75 206 137 69 28 BOJONGGEDE 46 21 25 50 25 25 47 25 22 57 35 22 51 26 25 29 TAJURHALANG 26 9 17 26 9 17 26 21 5 28 13 15 29 12 17 30 KEMANG 39 28 11 43 32 11 44 35 9 56 39 17 47 36 11 31 RANCABUNGUR 9 7 2 11 9 2 8 6 2 14 7 7 8 6 2 32 PARUNG 38 23 15 43 28 15 42 26 16 53 40 13 45 30 15 33 CISEENG 29 21 8 29 21 8 19 14 5 32 15 17 19 11 8 34 GUNUNGSINDUR 19 12 7 21 14 7 26 15 11 28 22 6 26 19 7 35 RUMPIN 23 15 8 24 16 8 21 16 5 26 18 8 21 13 8 36 CIGUDEG 19 12 7 21 14 7 20 14 6 27 15 12 20 13 7 37 SUKAJAYA 6 2 4 6 2 4 6 2 4 6 4 2 6 2 4 38 JASINGA 24 14 10 24 14 10 20 15 5 27 13 14 20 10 10 39 TENJO 19 7 12 19 7 12 19 16 3 20 13 7 19 7 12 40 PARUNG PANJANG 32 21 11 36 21 15 34 30 4 40 33 7 37 26 11 Jumlah 1.446 800 646 1.535 885 650 1.487 1.113 374 1.828 1.167 661 1.588 943 645 No Kecamatan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

(27)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

Kebudayaan

Indikator urusan Kebudayaan di Kabupaten Bogor adalah (1) Penyelenggaraan festival seni dan budaya, (2) Sarana penyelenggaraan seni dan budaya, dan (3) Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan. Dilihat dari capaian pada urusan kebudayaan masih terlihat cukup baik dan hal ini masih sesuai dengan target RPJMD Kabupaten Bogor.

Kepemudaan dan Olahraga

Realisasi dari capaian kinerja Urusan Kepemudaan dan Olahraga, dari seluruh indikator sampai tahun 2012 terlihat memiliki perkembangan positif, masih sesuai dengan target RPJMD Kabupaten Bogor.

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Dari beberapa indikator keberhasilan Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri terutama terhadap Penegakan PERDA meningkat, hingga mencapai 14.69% pada tahun 2012, dengan Angka kriminalitas yang tertangani adalah sebesar 4.32% pada tahun 2012. Kinerja ini masih di bawah target RPJMD Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 9.35% pada tahun 2012.

Otonomi Daerah

Ketahanan Pangan

Realisasi ketahanan pangan dengan indikator Ketersediaan pangan Utama tercapai pada tingkat 64,36% pada tahun 2012. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan masyarakat dalam rangka revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam penyediaan, distribusi dan konsumsi pangan bagi seluruh penduduk secara berkelanjutan, dengan jumlah cukup, mutu layak, aman, dan halal, didasarkan pada optimasi pemanfaatan sumber daya dan berbasis pada keragaman sumberdaya domestik. Kebijakan tersebut diarahkan pada terwujudnya kemandirian pangan masyarakat, yang antara lain ditandai oleh indikator secara mikro, yaitu pangan terjangkau secara langsung oleh masyarakat dan rumah tangga, serta secara makro yaitu pangan tersedia, terdistribusi dan terkonsumsi dengan kualitas gizi yang berimbang, pada tingkat individu dan wilayah.

Pemberdayaan Masyarakat Desa

Terdapat delapan indikator ukuran kinerja dari Urusan pemberdayaan masyarakat desa di Kabupaten Bogor, yaitu (1) Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga

(28)

Jumlah LSM (lembaga), (4) LPM Berprestasi (lembaga), (5) PKK aktif (6) Posyandu aktif (7) Swadaya Masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dan (8) Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat.

Statistik

Urusan statistik dalam hal ini memiliki indikator kinerja yaitu penyusunan buku ”kabupaten dalam angka” dan penyusunan Buku ”Indikator Ekonomi Daerah”. Secara berkala urusan ini melakukan update data secara berkala dengan waktu tahunan.

Kearsipan

Secara umum Pengelolaan arsip secara baku yang merupakan indikator kinerja dari Urusan kearsipan, dimana tingkat keberhasilan mencapai 88,76% pada tahun 2012.

Komunikasi dan Informatika

Secara umum tidak semua indikator yang ada secara langsung di tangani oleh dinas, seperti rasio wartel/warnet terhadap jumlah penduduk, jumlah penyiaran radio/TV local dan jumlah surat kabar nasional/lokal, yang secara langsung dapat diintervensi oleh dinas adalah pembuatan dan pengelolaan website pemerintah daerah, dimana indikator ini telah dibentuk sejak tahun 2008 sebanyak 1 unit. Cakupan layanan komunikasi dan informatika untuk surat kabar telah menjangkau hingga ke pelosok wilayah. Telekomunikasi di Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang pesat sebagai imbas dari perkembangan teknologi dan informasi. Pemanfaatan ruang udara untuk telekomunikasi yang menunjang kegiatan ekonomi serta peningkatan akses masyarakat masih memerlukan perhatian dari pemerintah daerah.

Perpustakaan

Urusan perpustakaan terlihat bahwa jumlah perpustakaan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2008 mencapai 125 hingga pada tahun 2012 mencapai 206. Selain itu jumlah pengunjung perpustakaan pertahun juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan tingkat koleksi buku mencapai 27.98% pada tahun 2012. Tinggi jumlah pengunjung perpustakaan per tahun menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat dalam membaca buku yang merupakan sumber dari ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka masyarakat akan jauh dari keterpencilan dan keterbelakangan.

Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Ketertiban masyarakat diperlukan untuk menciptakan stabilitas daerah dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram. Kabupaten Bogor dengan kondisi geografis dan wilayah yang begitu luas, serta statusnya sebagai penyangga

(29)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR

ibukota negara, maka memungkinkan sering terjadinya gangguan ketentraman dan ketertiban umum, antara lain : (1) Masih banyaknya PKL yang berjualan di tempat– tempat yang bukan peruntukannya seperti di trotoar, bahu jalan bahkan sampai ke badan jalan. Kondisi ini telah menyebabkan kemacetan arus lalu lintas sehingga kenyamanan para pengguna jalan terganggu, seperti di Kecamatan Cibinong, Ciawi, Cileungsi, Citeureup, Parung, Cisarua dan Leuwiliang; (2) Masih adanya masyarakat yang mendirikan bangunan liar yang berdiri di atas tanah milik negara/pemerintah daerah. Apabila hal ini terus dibiarkan maka dapat menyebabkan berkurangnya aset negara/pemerintah daerah; (3) Masih maraknya praktek prostitusi dan banyaknya warung remang-remang yang dikhawatirkan dapat merusak moral dan menimbulkan penyakit masyarakat; (4) Masih banyaknya jumlah bangunan yang tidak memiliki IMB; (5) Masih adanya masyarakat yang belum mentaati peraturan daerah; (6) Masih banyaknya badan usaha, masyarakat dan perorangan, yang belum memiliki perijinan atau belum lengkap perijinannya atau sudah memiliki perijinan tapi sudah tidak berlaku. Hal ini berpotensi menyebabkan kerugian negara/pemerintah daerah dari sektor retribusi perijinan; (7) Masih banyaknya penambang liar galian C; (8) Maraknya demonstrasi massa terjadi di Kabupaten Bogor yang berasal dari berbagai elemen masyarakat dengan berbagai kepentingannya.

Kegiatan-kegiatan penanggulangan gangguan ketenteraman dan ketertiban umum yang telah dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja antara lain adalah : (1) Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di beberapa kecamatan yang paling banyak jumlah PKL-nya dan paling mengganggu ketertiban umum dibandingkan dengan kecamatan lainnya; (2) Penertiban Warung Remang-remang/PSK di beberapa kecamatan, yaitu : Parung, Kemang, Tajurhalang, Cileungsi, Megamendung dan Cisarua; (3) Penertiban Bangunan Liar di beberapa kecamatan, yaitu : Cibinong, Cileungsi, Kemang, Parung, Sukaraja, Babakan Madang, Bojonggede dan Tamansari; (4) Penertiban Bangunan tanpa IMB; (5) Penertiban Galian Liar Golongan C; (6) Penertiban Reklame/Spanduk di 5 kecamatan, yaitu : Cibinong, Sukaraja, Ciawi, Cisarua, dan Megamendung; (7) Penertiban dan pengawasan tempat hiburan yang menyalahi perijinan dan peruntukannya; (8) Penertiban tempat peternakan yang tidak memiliki ijin serta mengganggu kenyamanan masyarakat; dan (9) Penyuluhan dan pencegahan penyakit masyarakat (PEKAT).

Selama pelaksanaan tugas, ditemukan berbagai kendala sebagai berikut: (1) Masih kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik secara kualitas maupun kuantitas dibandingkan dengan cakupan wilayah Kabupaten Bogor. Bila ditinjau dari luas wilayah dan banyaknya penduduk, maka jumlah anggota Polisi Pamong Praja yang ideal adalah 500 orang, dengan perbandingan 1 orang personil berbanding 8.000 penduduk; (2)

Gambar

Gambar  2.2.  memperlihatkan  PDRB  perkapita  Kabupaten  Bogor  atas  dasar  harga  berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari

61 Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa dilema yang Jepang alami pada saat pengambilan keputusan untuk berkomitmen pada Protokol Kyoto adalah karena

2011 sangat memberi peluang optimalisasi diplomasi Indonesia dalam berperan memecahkan berbagai masalah yang ada baik di dalam negeri maupun di dalam kawasan

Alat penghubung geser tersebut menghasilkan interaksi yang diperlukan untuk aksi komposit antara balok baja profil dan pelat beton, yang sebelumnya hanya menghasilkan lekatan

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

G Kerja-kerja membekal dan memasang kabel bawah tanah 4 teras 25mm PVC/SWA/PC untuk sambungan dari Feeder Pillar ke tiang (first pool) termasuk aksesori kelengkapan, sambungan

Diagram dekomposisi merupakan suatu bagian terstruktur yang menjelaskan bagian dari tiap proses sistem informasi e-commerce pada PT Bumi Sriwijaya Abadi Palembang yang