• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh ANDI ARDIANSYAH H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh ANDI ARDIANSYAH H"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

ANDI ARDIANSYAH H14102053

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

Kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa semakin meningkat, hal ini terlihat dari beraneka ragam barang yang dihasilkan baik model, ukuran serta kualitas produk. Begitu pula dengan kondisi yang terjadi pada industri sepeda motor di Indonesia. Keberadaan industri sepeda motor menjadi perhatian karena kemampuannya dalam menghadapi perubahan situasi ekonomi dan pasar yang masih luas memungkinkan bagi industri sepeda motor untuk berkembang terus di Indonesia. Dalam industri sepeda motor terdapat asosiasi yang beranggotakan sebagian besar perusahaan-perusahaan sepeda motor. Keberadaan asosiasi dalam suatu industri memungkinkan timbulnya perilaku yang bersifat negatif antara perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota asosiasi. Permasalahan yang dianalisis adalah hubungan struktur, perilaku dan kinerja pada industri sepeda motor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa bagaimana hubungan struktur, perilaku dan kinerja pada industri sepeda motor di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer yang diperoleh dari BPS, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesa (AISI) dan literatur pustaka dengan jumlah observasi 17 tahun, dari tahun 1986 sampai dengan 2003.

Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) yang diolah dengan Eviews 4.1. Variabel bebas yang digunakan antara lain CR2, Xeff, Growth dan Dummy krisis moneter pada tahun 1997 yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan (PCM).

Dalam menganalisis perilaku yang terjadi pada industri sepeda motor, dilakukan kajian mengenai strategi harga, produk dan promosi. Selanjutnya, peranan asosiasi juga menjadi kajian dalam analisis perilaku industri sepeda motor. Demi menunjang analisis perilaku maka dilakukan proses wawancara dengan pihak yang berkompeten dalam industri sepeda motor.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel utama struktur pasar, yaitu CR2 dengan PCM sebagai variabel kinerja. Begitu pula dengan Xeff yang berhubungan positif terhadap PCM. Variabel

Dummy berhubungan negatif terhadap PCM, sedangkan Growth tidak signifikan

pada taraf nyata 5 persen sehingga diduga tidak mempengaruhi model. Para produsen sepeda motor melakukan beberapa perilaku dalam menjalankan usaha seperti penentuan harga yang mengikuti perkembangan harga bahan baku dan produsen menciptakan produk dengan model-mode terbaru serta melakukan promosi melalui media massa, elektronik, pendirian retail serta melakukan purna jual. Kesimpulan yang diperoleh ternyata pada industri sepeda motor telah terjadi hubungan positif antara struktur pasar dan kinerja yang menunjukan tingkat keuntungan.

(3)

Oleh

ANDI ARDIANSYAH H14102053

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(4)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Andi Ardiansyah

Nomor Registrasi Pokok : H14102053 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pada Industri Sepeda Motor di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr NIP : 131849397

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :

(5)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2006

Andi Ardiansyah

(6)

1984 dari pasangan Ayah Ma’ih dan Ibu Tarsih. Penulis adalah anak tunggal. Penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar pada tahun 1996 di SD Jaya Sari Cibitung. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP PGRI Cibitung dan lulus pada tahun 1999. Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMUN 1 Cikarang. Kemudian di tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Program Studi Ilmu Ekonomi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi HIPOTESA.

(7)

dilimpahkan Allah SWT sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Analisis

Struktur, Perilaku dan Kinerja Pada Industri Sepeda Motor Di Indonesia

”. Penelitian ini

membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PCM

(Price-Cost-Margin) pada industri sepeda motor. Tujuan utama adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan

yang diperoleh industri sepeda motor. Selain itu, penelitian ini juga

menganalisa berbagai perilaku yang ditunjukkan oleh produsen sepeda

motor. Perilaku dianalisa melalui strategi harga, produk, promosi dan

peranan asosiasi. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama

kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr yang telah memberikan

bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan

skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Akhirnya penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis,

yaitu Bapak Ma’ih, Ibu Tarsih, Opah dan Omah serta orang yang selalu

memberikan dorongan, yaitu Sri Nuraeni. Tidak lupa juga penulis ucapkan

terima kasih kepada teman-teman, yaitu Royan, D’hika, Lambok, Uya, Ion

Suparlan, Ryan, Ade Holis, Granson, Esti Fitri Lestari, Komeng, Agung,

Salim, Ismail Hadikusuma, dan teman-teman yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

(8)

Bogor, Juli 2006

Andi Ardiansyah

H14102053

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.4. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Struktur Pasar ... 5

2.2. Perilaku Pasar ... 8

2.3. Kinerja Suatu Industri ... 9

2.4. Hubungan Struktur Perilaku dan Kinerja ... 10

2.5. Penelitian Terdahulu ... 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

3.1. Kerangka Pemikiran ... 13

3.2. Hipotesis Penelitian ... 14

IV. METODELOGI PENELITIAN ... 16

4.1. Jenis dan Sumber Data ... 16

4.2. Metode Analisis ... 16

4.2.1. Struktur Pasar ... 17

(10)

4.2.3. Kinerja ... 19

4.2.4. Analisis Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja ... 19

4.2.4.1. Persamaan Model Analisis... 19

4.2.4.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik OLS ... 21

V. GAMBARAN INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA ... 24

5.1. Sejarah Pertumbuhan Industri Sepeda Motor ... 24

5.2. Periode pada Industri Sepeda Motor ... 26

VI. HASIL DAN PEMBAHASAAN ... 27

6.1. Struktur Pasar ... 27

6.1.1. Pangsa Pasar ... 28

6.1.2. Konsentrasi ... 29

6.2. Perilaku Pasar ... 30

6.2.1. Strategi Harga dan Produk ... 30

6.2.2. Strategi Promosi ... 31

6.3. Kinerja Industri ... 32

6.4. Hubungaan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja ... 34

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

7.1. Kesimpulan ... 39

7.2. Saran ... 40

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Contoh Tipe Pasar ... 6

2. Data Penjualan Masing-Masing Perusahaan (Unit) ... 27

3. Data Pangsa Pasar Masing-Masing Perusahaan (%) ... 28

4. Nilai PCM Industri Sepeda Motor ... 32

5. Nilai Efisiensi-X Industri Sepeda Motor ... 33

6. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Sepeda Motor ... 34

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kerangka Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar ... 11

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data hasil Penghitungan Growth Tahun (1987-2003) ... 43

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa semakin meningkat, hal

ini terlihat dari beraneka ragam barang yang dihasilkan baik model, ukuran serta

kualitas produk. Begitu pula dengan kondisi yang terjadi pada industri sepeda

motor di Indonesia. Berbagai kombinasi telah dilakukan untuk memperoleh model

dan ukuran yang baru. Pangsa pasar industri sepeda motor di Indonesia cukup

besar mulai dari pelajar, mahasiswa, sampai karyawan. Besarnya pasar motor

dikarenakan masyarakat membutuhkan sarana transportasi yang lebih efisien

sekaligus menjadi alat produksi maupun bisnis terutama motor bebek. Indonesia

menjadi pasar sepeda motor ketiga terbesar di dunia, setelah Cina dan India.

Sedangkan Thailand dan Vietnam menempati urutan keempat dan kelima. Pasar

yang besar tersebut dikuasai oleh tiga perusahaan besar yaitu Honda, Yamaha,dan

Suzuki. Sisanya terbagi antara Kawasaki, Piaggio, Kanzen, dan Kymko (AISI,

2005). Saat ini penetrasi pasar sepeda motor di Indonesia baru mencapai 1 di

banding 12 orang, sangat jauh di banding Thailand, yang mencapai 1 di banding 3

orang (AISI, 2005). Namun kebutuhan terhadap alat transportasi sepeda motor

semakin tinggi, seiring dengan semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk,

tingkat mobilitas, pembangunan dan perbaikan sarana jalan.

Data AISI (2005) menyebutkan pada 2002, penjualan sepeda motor

sebesar 2.308.916 unit, pada 2003 naik menjadi 2.806.105 unit dan tahun 2004

mencapai 3.900.518 unit, atau meningkat rata-rata 30,26 persen pertahun. Data di

(15)

periode 2001; 2002; 2003 mengalami peningkatan masing-masing 15.492.148;

18.061.414 dan 23.312.945, atau meningkat rata-rata 22,83 persen pertahun.

Berdasarkan data tersebut Executive Vice President Director Astra Honda Motor,

Tossin Himawan (Tempo, 2005) mengatakan bahwa pasar sepeda motor akan

tumbuh 10 persen. Artinya, permintaan sepeda motor tahun 2006 akan meningkat

menjadi 5,6 juta unit.

Pasar yang masih terbuka luas membuat pabrikan motor mancanegara

tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satunya adalah TVS Motor

Company, produsen dari Chennai, India. Tahun 2006 TVS akan membangun

pabrik di Indonesia dengan kapasitas produksi 120.000 unit per tahun, dengan

nilai investasi sebesar US$ 100 juta (Tempo, 2005). TVS juga mentargetkan

menguasai 5 persen pasar motor dalam waktu tiga tahun. Saat ini pasar motor di

Indonesia di dominasi oleh AHM (Astra Honda Motor) yang memiliki pangsa

pasar rata-rata 54 persen antara tahun 1987 sampai 2003, dengan total penjualan

sepanjang tahun 2005 mencapai 2,5 juta unit (AISI, 2005).

Kedudukan perusahaan yang memiliki kekuatan di dalam pasar sering

dikaitkan dengan perilaku-perilaku yang dilakukan untuk mempertahankan

dominasi kekuatannya. Perusahaan-perusahaan besar sepeda motor di Indonesia

berpotensi untuk melakukan perilaku-perilaku tertentu yang dapat merugikan

konsumen. Perilaku tersebut ditunjukkan dalam bentuk kekuatan pasar untuk

menentukan harga, produksi, dan koordinasi yang erat antar sesama perusahaan

(16)

Perusahaan-perusahaan besar juga berpeluang memimpin pasar yang

memiliki kemampuan untuk menghambat masuknya perusahaan baru di dalam

pasar. Bentuk hambatan masuk diperlihatkan melalui berbagai tindakan yang

dilakukan perusahaan besar seperti iklan dan paten.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam skala nasional, pengembangan industri sepeda motor mampu

memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menyokong pertumbuhan

ekonomi dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Dari sisi permintaan,

kebutuhan sepeda motor di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke

tahun. Hal ini dikarenakan sepeda motor merupakan alat transportasi yang sangat

efisien untuk digunakan dalam berbagai kegiatan.

Pada industri sepeda motor, terdapat asosiasi yang beranggotakan

perusahaan-perusahaan besar dan menengah. Keberadaan asosiasi dari tahun ke

tahun semakin diperhitungkan dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan

adanya asosiasi tersebut memungkinkan munculnya perilaku-perilaku tertentu dari

perusahaan-perusahaan yang tergabung didalamnya seperti kolusi.

Permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi PCM (Price-Cost Margin)?

2. Bagaimana perilaku yang dilakukan oleh produsen industri sepeda motor di

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Beradasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi PCM (Price-Cost

Margin).

2. Mengkaji perilaku yang dilakukan oleh produsen industri sepeda motor di

Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat sebagai:

1. Informasi mengenai industri sepeda motor di Indonesia,

2. Pembelajaran bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan,

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Shepherd (1979) ekonomi industri adalah cabang dari ilmu

makroekonomi yang menganalisis perusahaan, pasar, dan industri. Menurut Koch

(1980) ekonomi industri adalah suatu studi teoritis dan empiris tentang kajian

struktur pasar dan perilaku penjual maupun pembeli yang mempengaruhi kinerja

dan kesejahteraan ekonomi. Sedangkan menurut Jaya (2001) teori-teori yang

terdapat dalam ekonomi industri menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor

yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja sehingga tercapai tingkat

efisiensi bagi perusahaan, industri serta perekonomian nasional secara

keseluruhan. Hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja adalah suatu konsep

yang dipelajari dalam ekonomi industri.

2.1. Struktur Pasar

Struktur pasar dapat menunjukkan lingkungan persaingan antara penjual

dan pembeli melalui proses terbentuknya harga dan jumlah produk yang

ditawarkan dalam pasar (Jaya, 2001). Struktur pasar memiliki beberapa

elemen-elemen penting yaitu pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan masuk pasar.

Elemen-elemen tersebut akan menggambarkan ukuran perusahaan-perusahaan

yang bersaing di dalam suatu pasar.

1. Pangsa Pasar

Pangsa pasar adalah persentase perusahaan dari total pendapatan industri yang

dapat diukur dari 0 persen hingga 100 persen (Jaya, 2001). Semakin tinggi

(19)

perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang tinggi akan

menciptakan monopoli yang mengejar keuntungan semaksimal mungkin.

Apabila setiap perusahaan pangsa pasarnya rendah maka akan tercipta

persaingan yang efektif. Tabel 2.1 menunjukan beberapa tingkatan pangsa

pasar dan tipe pasar yang tercipta mulai dari monopoli murni sampai dengan

persaingan murni.

Tabel 2.1. Contoh Tipe Pasar PANGSA PASAR

(%)

TIPE PASAR CONTOH

100 % 60-100 % 50-100 % 40-60 % 10 % < 5 % Monopoli Oligopoli Ketat Perusahaan Dominan Oligopoli Longgar Persaingan Monopolistik Persaingan Murni PLN, Telkom, PAM.

Perbankan lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku.

Surat kabar lokal/nasional, film kodak, batu baterai.

Kayu, perkakas rumah, perangkat keras, obat-obatan.

Pedagang eceran, pakaian. Sapi dan unggas.

Sumber : Jaya (2001). 2. Konsentrasi

Menurut Jaya (2001) konsentrasi adalah kombinasi pangsa pasar dari

perusahaan-perusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling

ketergantungan. Kelompok perusahaan ini terdiri dari dua sampai delapan

perusahaan. Kombinasi pangsa pasar mereka membentuk suatu tingkat

(20)

adalah suatu ukuran dalam angka persentase yang menunjukkan tingkat

konsentrasi produksi atau penjualan dari perusahaan-perusahaan yang ada di

dalam suatu industri. Penghitungan tingkat konsentrasi yang dipakai dalam

analisis SCP (Struktur-Conduct-Performance) adalah rasio konsentrasi.

Pengukuran rasio konsentrasi dapat menggunakan ukuran-ukuran perusahaan

terbesar seperti dua perusahaan terbesar, empat perusahaan terbesar, dan

delapan perusahaan terbesar.

3. Hambatan Masuk Pasar

Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau

kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk.

Hambatan-hambatan ini mencakup seluruh cara dengan menggunakan

perangkat tertentu yang sah seperti paten dan franchise (Jaya, 2001). Faktor

lain dari hambatan masuk adalah dengan pengukuran Minimum Efficiency

Scale (MES). Pesaing baru tidak akan masuk kecuali yakin akan memperoleh

keuntungan setelah masuk ke dalam pasar. Jika MES relatif besar terhadap

pasar, perusahaan baru tidak akan dapat membuka pabrik yang beroperasi

secara efisien tanpa meningkatkan output industri. Sedangkan perusahaan

yang di bawah MES tidak akan dapat bersaing dengan perusahaan yang telah

ada di pasar. Hambatan masuk seringkali diperlukan sebagai subjek

perusahaan monopoli dan oligopoli untuk mengambil strategi dalam

menghadapi pendatang baru. Hal ini akan dapat meningkatkan kekuatan pasar

yang menghambat perusahaan baru untuk masuk ke pasar. Perusahaan baru

(21)

lebih tinggi dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang

telah lama ada. Kondisi ini membuat suatu batasan antara pendatang baru

dengan perusahaan yang sudah lama berdiri.

2.2. Perilaku Pasar

Menurur Hasibuan (1993) perilaku pasar adalah pola tanggapan dan

penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan didalam pasar untuk mencapai

tujuannya. Biasanya perilaku itu dilakukan dengan melihat kondisi pasar yang

akan dimasuki atau kondisi pasar ketika mereka berusaha. Pada pasar monopoli

dimana terdapat kekuatan pasar pada perusahaan tertentu, perilaku perusahaan

bertujuan untuk menggapai kondisi perekonomian secara umum bukan untuk

menghadapi pesaing. Perilaku perusahaan monopoli dalam menetapkan harga dan

jumlah produk bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Monopoli juga menetapkan tingkat harga secara administratif bukan melalui

mekanisme pasar.

Perilaku setiap perusahaan akan sulit diperkirakan pada kondisi pasar

oligopoli. Berbeda halnya dengan kondisi pasar persaingan sempurna dimana

perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga, pada kondisi pasar oligopoli

yang dipimpin oleh suatu perusahaan dominan pada umumnya perusahaan yang

mendominasi pasar akan berlaku seperti halnya perusahaan monopoli. Perusahaan

monopoli akan menaikan harga untuk memperoleh keuntungan lebih. Sedangkan

pada pasar oligopoli, tindakan yang dilakukan terkait dengan kebijakan yang

(22)

2.3. Kinerja Suatu Industri

Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan

perilaku pasar (Hasibuan, 1993). Kinerja dalam kaitannya dalam ekonomi

memiliki banyak aspek namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu

efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam industri (Jaya, 2001).

Dalam mengukur kinerja suatu industri, variabel yang paling umum digunakan

adalah Price-Cost Margin (PCM). Penggunaan PCM sebagai variabel kinerja

pertama kali digunakan oleh Collins dan Preston pada tahun 1968. Selain PCM,

pengukuran kinerja dapat juga dilakukan dengan metode rasio dari kelebihan

keuntungan terhadap penjualan, tingkat pengembalian dari aset atau modal, dan

nilai pasar dari surat-surat berharga perusahaan.

PCM didefinisikan sebagai suatu indikator kinerja yang merupakan

perkiraan pasar dari keuntungan perusahaan. PCM dapat diperoleh dengan

membagi antara nilai tambah dikurangi upah yang harus dibayarkan terhadap nilai

barang yang dihasilkan (Jaya, 2001). Nilai tambah adalah nilai total output

dikurangi nilai total input. Upah yang dibayarkan merupakan total pengeluaran

perusahaan untuk membayar tenaga kerja sedangkan nilai barang yang dihasilkan

adalah bagian dari nilai output perusahaan yang menunjukan jumlah total dari

hasil produksi. Perumusan PCM akan digunakan sebagai proksi keuntungan

(23)

2.4. Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja

Struktur perilaku dan kinerja saling berinteraksi yang mempengaruhi

proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat dengan efektif dan efisien.

Keterkaitan itu dapat terlihat dari garis panah yang putus-putus yang

menghubungkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya (Gambar 1).

Hubungan ini tidak hanya bersifat satu arah tetapi dapat berhubungan timbal

balik. Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep SCP dalam

ekonomi industri (Jaya, 2001). Struktur pasar dapat ditandai dengan berbagai

indikator seperti jumlah penjual, jumlah pembeli, skala pembeli dan ukuran

distribusi perusahaan. Struktur pasar dapat pula diketahui dengan ada atau

tidaknya hambatan bagi pendatang baru, kondisi integrasi horizontal dan

intergrasi vertikal serta diferensiasi produk. Struktur pasar akan mempengaruhi

perilaku pasar terutama dalam hal sikapnya terhadap kebijakan harga, strategi

pengembangan usaha serta strategi dalam produk. Selanjutnya struktur dan

perilaku yang dilakukan oleh perusahaan akan mempengeruhi kinerja dalam

perkonomian. Kinerja yang baik terutama mencangkup harga yang rendah,

efisiensi, inovasi dan keadilan.

Hubungan struktur dan kinerja, dapat dilihat dari variabel CR

(Consentration Rasio) atau HHI (Indeks Hirschman-Herfindahl) yang

dibandingkan dengan PCM. Apabila PCM memiliki hubungan positif dengan

konsentrasi, maka hipotesis SCP dibenarkan. Pada pasar yang terkonsentrasi

perusahaan-perusahaan didalamnya mudah untuk meraih keuntungan yang tinggi,

(24)

menandakan adanya kekuasaan pasar yang menyebakan keuntungan yang diraih

akan semakin tinggi pula.

Sumber : Hasibuan (1993)

Gambar 1. Kerangka Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja STRUKTUR PASAR

Jumlah pembeli Jumlah penjual

Skala pembeli Kondisi ongkos Diferensiasi produk Integrasi vertikal Kondisi entry Integrasi horizontal

Konglomerasi

PERILAKU

Strategi harga Paksaan Strategi produk Taktik legal Strategi promosi Advertensi

Penelitian dan inovasi KONDISI PASAR

Sisi Permintaan Sisi Penawaran

Elastisitas Bahan baku Tingkat pertumbuhan Teknologi

Substitusi Ketahanan produk

Strategi pemasaran Nilai atau berat Cara pembelian Sikap bisnis Sifat-sifat siklis dan musiman Organisasi buruh

KINERJA

Efisiensi alokatif Kemajuan teknologi Efisiensi teknis Kualitas produk Efek inflasi Kesempatan kerja Pemerataan Laba

(25)

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang ekonomi industri dengan menggunakan analisis SCP

sudah umum digunakan. Penelitian yang sudah dilakukan antara lain analisis SCP

pada industri rokok kretek (Putri, 2004), industri ban (Delima, 2005) dan industri

tepung terigu pasca penghapusan monopoli bulog (Alistair, 2004).

Penelitian-penelitian di atas memiliki tujuan yang sama yaitu melihat

hubungan antara struktur pasar dan perilaku usaha terhadap kinerja suatu industri.

Hasil dari penelitian-penelitian di atas berbeda-beda, terutama hubungan antara

konsentrasi dengan proksi keuntungan. Konsentrasi dengan proksi keuntungan

ada yang berhubungan negatif dan ada pula yang berhubungan positif. Struktur

pasarnya diukur dengan metode CR2 dan kinerja pasar diukur dengan PCM. Indikator yang digunakan untuk mengetahui kekuatan pasar dalam suatu industri

adalah tingkat konsentrasi, nilai tambah, rasio modal dan tenaga kerja, luas pasar,

skala perusahaan, serta hambatan untuk masuk pasar. Sedangkan indikator untuk

kinerja perusahaan yang digunakan adalah tingkat upah pekerja. Adanya perilaku

yang kondusif diukur dari perilaku-perilaku industri terhadap sesamanya dan juga

pemerintah. Bentuk perilaku tersebut biasanya diwujudkan dalam bentuk

asosiasi-asosiasi dan perusahaan-perusahaan yang melakukan kerja sama dan persetujuan

dalam pasar untuk menetapkan tingkat harga.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa ada

faktor lain yang juga dapat mempengaruhi struktur, perilaku, dan kinerja industri

(26)

dapat mempengaruhi secara langsung kepada perilaku perusahaan dan kemudian

(27)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian mengenai hubungan struktur pasar dengan kinerja industri

biasanya menggunakan indikator tingkat konsentrasi dan keuntungan. Dalam

penelitian hubungan struktur pasar dengan kinerja industri sepeda motor ini

tingkat konsentrasi yang diukur adalah CR2. Ketersedian data menjadi hambatan untuk menentukan variabel yang dapat digunakan. Sehingga variabel yang

digunakan dalam menganalisis hubungan struktur pasar dan kinerja pada industri

sepeda motor adalah PCM, kemudian faktor lain yang dapat mempengaruhi

keuntungan adalah efisiensi internal (Xeff), pertumbuhan nilai barang yang

dihasilkan dimana faktor ini menunjukkan permintaan pasar (Growth), dan

variabel dummy krisis. Dengan analisis menggunakan pendekatan SCP untuk

melihat struktur, perilaku dan kinerja industri sepeda motor, dapat juga dilihat

permasalahan apa saja yang dihadapi industri sepeda motor saat ini.

Setelah menganalisis struktur dan kinerja serta melihat bagaimana

hubungannya kemudian akan dianalisis perilaku dari perusahaan-perusahaan yang

terdapat dalam industri sepeda motor. Dalam analisis perilaku dari industri sepeda

motor dilakukan secara deskriptif. Pada bagan kerangka pemikiran (Gambar 3)

menunjukkan bahwa kotak dengan garis putus-putus tidak masuk kedalam

(28)

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran

3.2. Hipotesis Penelitian

Penelitian sebelumnya mengenai hubungan struktur pasar dan kinerja

menunjukkan sebagian besar terdapat hubungan yang positif antara tingkat

konsentrasi dengan tingkat keuntungan. Beberapa mendapatkan hubungan yang

negatif, hal ini dikarenakan adanya perbedaan proksi yang digunakan dalam setiap Industri sepeda motor

Kondisi Dasar Kondisi permintaan - Elastisitas harga - Elastisitas silang - Elastisitas pendapatan Struktur Konsentrasi (CR2) X-efisiensi (Xeff) Pertumbuhan (growtrh) Dummy Kinerja Price-Cost Margin Perilaku Kolusi Strategi Harga Promosi

(29)

penelitian. Konsentrasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap efisiensi industri.

Pengaruh negatif terjadi apabila konsentrasi tinggi akan menciptakan monopoli,

yang selanjutnya akan menimbulkan kerugian sosial berupa inefisiensi.

Sedangkan pengaruh positif terjadi bila perusahaan yang memiliki kekuatan pasar,

demi mempertahankan posisinya akan cenderung memperhatikan efisiensi internal

dalam berproduksi.

Hipotesis yang dapat dirumuskan mengenai SCP industri sepeda motor

yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Efisinsi-X (Xeff) memiliki hubungan positif dengan PCM;

2. Dummy memiliki hubungan negatif dengan PCM;

3. Konsentrasi dua perusahaan terbesar (CR2) memiliki hubungan yang positif terhadap PCM;

(30)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur yang dilakukan kepada Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, BPS dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Data ini digunakan untuk melengkapi informasi untuk menunjang hasil penelitian yang dilakukan. Data sekunder yang digunakan adalah data industri sepeda motor.

Data yang dikumpulkan dari tahun 1986 sampai dengan tahun 2003 meliputi data nilai input, nilai output,nilai tambah, nilai barang yang dihasilkan, serta pengeluaran upah pekerja. Data sekunder yang diperlukan adalah data perkembangan produksi masing-masing perusahaan sepeda motor dari tahun 1986 sampai dengan tahun 2003. Data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang terkait antara lain Departemen Perindustrian dan Departemen Pedagangan, BPS, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. Selain data sekunder yang diperoleh dari lembaga dan instansi-instansi terkait, sumber-sumber data penelitian juga diperoleh dari literatur koran, buku, dan media elektronik. Data yang digunakan adalah data aktual yang tercantum dalam pustaka yang kemudian diolah lebih lanjut.

4.2. Metode Analisis

Data yang telah didapatkan dianalisis secara deskriptif, kuantitatif, dan kualitatif. Analisis deskriptif untuk memberikan gambaran hasil penelitian.

(31)

Analisis kuantitatif untuk melihat pengaruh variabel-variabel yang saling berhubungan. Sedangkan analisis kualitatif untuk melakukan kajian mengenai perilaku yang ditumbulkan oleh produsen dan pihak terkait di dalam industri sepeda motor.

4.2.1. Struktur Pasar

Elemen struktur pasar yang diteliti dalam penelitian ini adalah pangsa pasar dan konsentrasi.

a. Pangsa pasar

Menurut literatur Neo-Klasik landasan posisi pasar suatu perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya. Rumus untuk mengukur pangsa pasar adalah :

msi = tot i s s x 100 % (4.1) Dimana:

msi : Pangsa pasar perusahaan ke-i (%)

si : Penjualan perusahaan ke-i

stot : Penjualan total seluruh perusahaan

b. Konsentrasi

Tingkat konsentrasi merupakan suatu variabel. Berdasarkan tingkat konsentrasi dapat diketahui tipe pasar yang dihadapi oleh suatu industri. Rumus yang digunakan adalah :

(32)

CRm =

= m i i ms 1 (4.2) Dimana:

CRm = Rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%)

msi = Pangsa pasar perusahaan ke-i (%)

4.2.2. Analisis Perilaku

Perilaku perusahaan ataupun pihak terkait di dalam industri sepeda motor, dapat dilihat dari analisis hubungan antara struktur pasar dengan kinerja. Beberapa elemen dalam perilaku pasar diantaranya strategi harga, strategi promosi dan strategi produk.

1. Strategi Harga

Strategi ini tergantung dari beberapa faktor produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini akan dilihat bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan oleh industri sepeda motor serta apakah ada perilaku kesepakatan harga antar sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat.

2. Strategi Promosi

Dalam suatu industri terdapat pula kebijakan lain seperti perilaku advertensi yang dilakukan sebagai strategi promosi dalam menarik konsumen.

3. Strategi Produk

Industri sepeda motor akan melakukan strategi dalam mengeluarkan produknya. Dalam hal ini yang akan dilihat apakah terdapat strategi khusus dalam menentukan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk.

(33)

4.2.3. Kinerja

Kinerja diukur dengan menggunakan analisis Price-Cost Margin (PCM) dan efisiensi-X. Analisis PCM menggunakan rumus :

PCM = output Nilai total upah tambah nilai − x100% (4.3)

Efisiensi yang dihitung dalam hal ini adalah efisiensi internal (efisiensi-X) yang menggambarkan suatu produksi dan perusahaan dikelola dengan baik.Rumus untuk menghitung efisiensi-X adalah :

Xeff = industri input nilai industri tambah nilai x100% (4.4)

4.2.4. Analisis Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja 4.2.4.1. Persamaan Model Analisis

Analisis yang dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara struktur pasar dan kinerja industri sepeda motor mengacu kepada penelitian terdahulu yaitu analisis SCP pada industri rokok kretek (Putri, 2004), industri ban (Delima, 2005) dan industri tepung terigu pasca penghapusan monopoli bulog (Alistair, 2004) yang menggunakan model persamaan PCM. Variabel PCM digunakan sebagai penentu kinerja selanjutnya sebagai proksi keuntungan. Data keuntungan masing-masing perusahaan tidak selalu dipublikasikan untuk menjaga kepentingan perusahaan, sehingga digunakan PCM sebagai proksinya.

Variabel struktur pasar yang utama adalah CR2. Varibel CR2 merupakan ukuran yang baik dalam menentukan struktur pasar dan kekuatan pasar. Semakin

(34)

tinggi rasio konsentrasi pada suatu industri, maka potensi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk memperoleh keuntungan semakin besar.

Variabel efisiensi-X digunakan dalam model persamaan karena kemampuan perusahaan dalam menekan biaya produksi, dapat menciptakan kontribusi terhadap nilai tambah yang diperoleh. Pada akhirnya nilai tambah tersebut akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Variabel Growth diduga dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Jika permintaan pasar terhadap suatu barang meningkat, maka perusahaan akan meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada. Adanya peningkatan dalam jumlah produksi akan berdampak terhadap meningkatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :

PCMt = β0 + β1CR2t + β2Xefft + β3Dummyt + β4Growth + ut (4.5)

Keterangan :

PCM : Proksi keuntungan total industri

CR2 : Rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar

Xeff : Efisiensi internal dalam industri

Dummy : Variabel pembeda periode sebelum dan sesudah krisis (D=0,

sebelum krisis dan D=1, setelah krisis)

Growth : Pertumbuhan nilai produksi yang menunjukkan permintaan pasar

β0 : Nilai konstanta

(35)

t : Tahun penelitian dari tahun 1987 sampai 2003 ut : Unsur gangguan (stochastic disturbance)

Pertumbuhan (Growth) nilai produksi dihitung dengan menggunakan rumus : (4.6)

Pengujian model persamaan regresi berganda ini, menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Squares, OLS). Analisa model persamaan PCM, digunakan program Eviews 4.1 dan Minitab. Estimasi tanda dari koefisien variabel bebas adalah β1>0, β2>0, β3>0 yang artinya, masing-masing variabel bebas memiliki hubungan positif terhadap PCM. Semakin besar nilai F-statistik dan semakin kecil probability F-statistik, maka akan memberi pengaruh nyata terhadap PCM.

4.2.4.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik OLS

Dalam melakukan analisis metode OLS perlu diperhatikan masalah pelanggaran asumsi klasik. Model persamaan yang baik harus terhindar dari pelanggaran asumsi model linier klasik. Pelanggaran yang harus dihindari dalam proses pengujian model persamaan regresi adalah multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas (Gujarati, 1978).

Multikorelasi didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas pada model persamaan. Multikolinearitas dapat menyebabkan koefisien variabel bebas cenderung tidak signifikan terhadap variabel respon. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat koefisiensi korelasi antar variabel

% 100 x 1) -(t tahun pada riil Output 1) -(t tahun pada riil Output t tahun pada riil Output Growth= −

(36)

bebas yang terdapat pada matriks korelasi. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari |0.8| maka dapat disimpulkan terjadi multikolinearitas pada model persamaan yang digunakan.

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antara unsur gangguan (galat) pada tahun sekarang dengan galat pada tahun sebelumnya Autokorelasi bisa terjadi pada data deret waktu (time series). Pengujian Autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan Breusch-godfrey serial

Correlation LM Test, yang hasil kesimpulannya dapat diketahui dari nilai Probability Obs*R-squared. Jika nilai Probability Obs*R-squared lebih kecil dari

taraf nyata, maka tidak terjadi autokorelasi didalam model persamaan. Begitu pula sebaliknya, jika nilai probability Obs*R-squared ternyata lebih besar dari taraf nyata, maka terjadi autokorelasi pada model persamaan yang digunakan.

Taraf nyata (α) didefinisikan sebagai resiko kesalahan maksimum yang dapat ditolerir dalam menyimpulkan hipotesis H1. H1 merupakan hipotesis alternatif dari hipotesis yang ingin diuji atau hipotesis nol (H0). Taraf nyata (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%, artinya hanya sebesar 0.05 resiko kesalahan yang dipilih untuk menerima kesimpulan hipotesis H1.

Untuk melihat besarnya pengaruh nyata pada model persamaan yang dipakai, maka dilakukan uji probability statistik dan F-statistik. Probability t-statistik menunjukan besarnya pengaruh nyata untuk masing-masing variabel. Apabila probability untuk masing-masing variabel bebas bernilai lebih kecil dari α (prob<5%), maka dapat disimpulkan variabel bebas tersebut berpengaruh nyata

(37)

pada taraf 5%. Begitu pula sebaliknya, jika probability lebih besar dari α, maka variabel bebas tersebut tidak mempengaruhi PCM pada taraf 5%.

Probability F-statistik digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

secara keseluruhan dari variabel bebas terhadap PCM. Hipotesis untuk melakukan uji F-statistik adalah :

H0 : semua βi = 0, artinya tidak ada variabel bebas yang berpengaruh terhadap PCM.

H1 : βi ≠ 0, artinya minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap PCM.

Apabila probability F-statistik kurang dari α (prob<5%), maka kesimpulannya adalah tolak H0, artinya minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi PCM secara nyata. Namun sebaliknya, jika probability F-statistik lebih besar dari α (prob>5%), maka dapat disimpulkan terima H0, artinya tidak ada varibel bebas yang berpengaruh terhadap PCM.

(38)

V. GAMBARAN INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA

5.1. Sejarah Pertumbuhan Industri Sepeda Motor

Industri sepeda motor sudah cukup lama berada di Indonesia. PT Astra

Honda Motor adalah salah satu contoh pabrik tertua di Indonesia. Pada tanggal 11

Juni 1971 PT Astra Honda Motor berdiri tetapi dengan nama PT Federal Motor,

baru setelah tanggal 31 Oktober 2000 mengganti namanya dengan PT Astra

Honda Motor. Pada saat awal terbentuknya perusahaan, keseluruhan komponen

masih didatangkan dari Jepang dalam bentuk terurai. Baru mulai tahun 1971

seiring dengan ketentuan pemerintah untuk melakukan program lokalisasi

komponen secara bertahap komponen mulai dibuat di dalam negeri. Jumlah

produksi mengalami peningkatan secara bertahap. Total produksi yang sekitar

1.500 unit selama tahun 1971, meningkat menjadi 30.000 unit pada tahun 1972.

Saat ini kandungan lokal untuk tipe bebek sudah mencapai 92 persen. Ini berarti

hanya tinggal 8 persen komponen yang perlu diimpor dari luar, yaitu yang

berkaitan dengan bagian mesin saja. Jumlah akumulasi produksi PT Astra Honda

Motor lebih dari 15 juta unit sejak didirikan pada tahun 1971 sampai dengan 22

September 2005 (AISI, 2005).

PT Astra Honda Motor merupakan sinergi keunggulan teknologi jaringan

pemasaran di Indonesia, antara Honda Motor Company Limited, Jepang dan PT

International Tbk, Indonesia. PT Astra Honda Motor adalah perusahaan dengan

Penanaman Modal Asing (PMA). Keunggulan teknologi Honda Motor diakui di

(39)

maupun di lintasan balap, sehingga menjadikannya sebagai pelopor kendaraan

yang ekonomis.

Sejak pemerintahan Orde Baru UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing (PMA) dan UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) mulai diberlakukan. Kebijakan tersebut telah merangsang dan

meningkatkan investasi di berbagai bidang perekonomian termasuk industri

sepeda motor. Peningkatan dilakukan dengan cara pembangunan pabrik-pabrik

sepeda motor baru dan perluasaan pabrik-pabrik yang telah ada.

Pada tahun 1972 berdiri pabrik sepeda motor kedua yaitu PT Dan Motor

Vespa Indonesia dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang

berkantor pusat di Jl. Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Meskipun sepeda motor dengan tipe scooter ini tidak terlalu banyak peminatnya,

akan tetapi PT Dan Motor Vespa Indonesia masih dapat bertahan hingga saat ini.

Tahun 1974 kembali berdiri dua pabrik sepeda motor ketiga PT Yamaha

Indonesia Motor dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (yang berkantor pusat

di Jl. Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat) dan PT Indomobil Suzuki International

(yang berkantor di Wisma Indomobil). PT Indomobil Suzuki International

langsung mengambil penjualan di posisi kedua sedangkan PT Yamaha Indonesia

Motor berada pada posisi ketiga. Pada tahun 1989 penjualan PT Yamaha

Indonesia Motor meningkat hingga mengalahkan PT Indomobil Suzuki

International hingga tahun 2001. Pada tahun 1994 berdiri kembali pabrik sepeda

motor yaitu PT Kawasaki Motor Indonesia dengan Penanaman Modal Asing, PT

(40)

5.2. Periode pada Industri Sepeda Motor

Pada tahun 1985-1987 Kelesuan ekonomi dunia yang mulai tampak

tahun1983-1984, dan puncaknya terjadi pada tahun 1985-1987, berimbas pada

penurunan perekonomian di Indonesia. Sebagian besar sektor industri mengalami

penurunan besar. Namun penjualan pada industri sepeda motor mengalami

peningkatan dari tahun ketahun. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia

membutuhkan alat transportasi yang lebih efisien daripada sebelumnya.

Sebelum terjadi krisis moneter (Juli 1997), kegiatan usaha industri sepeda

motor menunjukkan performance yang sangat menggembirakan. Pengaruh krisis

moneter terhadap industri sepeda motor mulai terasa pada bulan September 1997.

Hal ini terjadi karena melemahnya nilai tukar Rp terhadap US$ yang secara

langsung berpengaruh kepada ketersediaan suku cadang kendaraan bermotor yang

komponen bahan baku impornya masih tinggi. Tahun 1998, penjualan sepeda

motor menurun menjadi 517.914 unit dibandingkan tahun 1997 yang mencapai

1.852.906 (Tabel 6.1).

Pada tahun 1999, bangsa Indonesia mulai pulih dari krisis dan sedikit demi

sedikit membangun kembali perekonomian. Sehingga mulai tahun 1999 sampai

dengan tahun 2003, penjualan industri sepeda motor di Indonesia mengalami

peningkatan kembali. Industri sepeda motor di Indonesia merupakan industri yang

tahan terhadap krisis. Krisis hanya menyebabkan penurunan PCM pada industri

(41)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAAN

6.1. Struktur Pasar

Untuk melihat bagaimana struktur pasar industri sepeda motor di

Indonesia maka hal pertama yang perlu diketahui adalah perkembangan penjualan

sepeda motor. Tabel 6.1 menunjukkan data penjualan masing-masing perusahaan

pada tahun 1987 sampai dengan 2003.

Tabel 6.1. Data Penjualan Masing-Masing Perusahaan (Unit)

Tahun PT Astra Honda Motor PT Kawasaki Motor Indonesia PT Danmotor Indonesia PT Indomobil Suzuki International PT Yamaha Indonesia Motor Total 1987 133.934 22.883 60.037 30.138 246.992 1988 150.570 19.559 44.676 43.268 258.073 1989 168.390 17.052 50.006 56.638 292.086 1990 236.138 18.491 68.155 91.915 414.699 1991 253.408 13.272 76.157 97.345 440.182 1992 264.285 13.451 84.818 124.360 486.914 1993 364.800 14.545 81.169 161.030 621.544 1994 425.997 17.488 128.644 213.075 785.204 1995 520.725 21.747 20.567 200.464 272.095 1.035.598 1996 693.150 51.775 17.413 300.246 364.318 1.426.902 1997 886.942 80.060 16.095 378.745 491.064 1.852.906 1998 286.308 16.148 3.105 84.406 127.947 517.914 1999 291.562 30.321 3.638 97.040 164.841 587.402 2000 489.527 52.678 5.943 162.591 268.683 979.422 2001 942.003 66.709 6.690 299.643 335.725 1.650.770 2002 1.437.934 53.890 5.209 442.396 369.487 2.308.916 2003 1.577.895 66.726 3.100 584.254 574.130 2.806.105 Sumber: AISI, 1987-2003

Perusahaan terbesar yang menguasai penjualan pada tahun 1987 sampai

dengan 2003 adalah PT Astra Honda Motor. Posisi kedua pada tahun 1987-1988

ditempati oleh PT Indomobil Suzuki International, Tahun 1989-2001 oleh PT

(42)

Indomobil Suzuki International. Posisi keempat ditempati oleh PT Danmotor

Indonesia dari tahun 1987 sampai dengan 1994. Setelah PT Kawasaki Motor

Indonesia memasuki pasar pada tahun 1995 maka posisi keempat diambil alih

oleh PT Kawasaki Motor Indonesia sampai dengan tahun 2003.

6.1.1. Pangsa Pasar

Dari data penjualan dapat diperkirakan pangsa pasar setiap perusahaan

sepeda motor di Indonesia. Pangsa pasar ini mencerminkan kecenderungan

penguasaan pasar sepeda motor di Indonesia. Tabel 6.2 menunjukkan data pangsa

pasar masing-masing perusahaan dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2003.

Tabel 6.2. Data Pangsa Pasar Masing-Masing Perusahaan (%)

Sumber: AISI, 1987-2003 Tahun PT Astra Honda Motor PT Kawasaki Motor Indonesia PT Danmotor Indonesia PT Indomobil Suzuki International PT Yamaha Indonesia Motor Total CR2 1987 54,23 0,00 9,26 24,31 12,20 100,00 78,53 1988 58,34 0,00 7,58 17,31 16,77 100,00 75,66 1989 57,65 0,00 5,84 17,12 19,39 100,00 77,04 1990 56,94 0,00 4,46 16,43 22,16 100,00 79,11 1991 57,57 0,00 3,02 17,30 22,11 100,00 79,68 1992 54,28 0,00 2,76 17,42 25,54 100,00 79,82 1993 58,69 0,00 2,34 13,06 25,91 100,00 84,60 1994 54,25 0,00 2,23 16,38 27,14 100,00 81,39 1995 50,28 2,10 1,99 19,36 26,27 100,00 76,56 1996 48,58 3,63 1,22 21,04 25,53 100,00 74,11 1997 47,87 4,32 0,87 20,44 26,50 100,00 74,37 1998 55,28 3,12 0,60 16,30 24,70 100,00 79,99 1999 49,64 5,16 0,62 16,52 28,06 100,00 77,70 2000 49,98 5,38 0,61 16,60 27,43 100,00 77,41 2001 57,06 4,04 0,41 18,15 20,34 100,00 77,40 2002 62,28 2,33 0,23 19,16 16,00 100,00 81,44 2003 52,29 2,21 0,10 19,36 19,03 93 71,66

(43)

Dari tahun 1987 sampai dengan 2003 pangsa pasar PT Astra Honda Motor

selalu menjadi yang terbesar diantara perusahaan yang lainnya. Pangsa pasar

terbesar diraih PT Astra Honda Motor pada tahun 2002 (62,28 persen). PT

Indomobil Suzuki International berada pada posisi kedua pada tahun 1987-1989.

Tahun 1989 sampai dengan 2001 posisi kedua ditempati oleh PT Yamaha

Indonesia Motor, dan diambil lagi oleh PT Indomobil Suzuki International pada

tahun 2002 sampai dengan 2003. Posisi keempat ditempati oleh PT Danmotor

Indonesia dari tahun 1987 sampai dengan 1994. Pada tahun 1995 sampai dengan

2003, posisi keempat diambil oleh PT Kawasaki Motor Indonesia. Pada tahun

2003, motor Cina dan Korea masuk ke dalam pasar dan memiliki pangsa pasar

sebesar 7 persen.

Data diatas menunjukkan bahwa industri sepeda motor cukup mempunyai

persaingan di antara para pelaku pasar. Walaupun perusahaan-perusahaan sepeda

motor tergabung dalam suatu asosiasi yaitu Asosiasi Sepeda Motor Indonesia

(AISI).

6.1.2. Konsentrasi

Penelitian ini menggunakan perhitungan rasio konsentrasi dua perusahaan

terbesar (CR2). CR1 yang merupakan pangsa pasar dari satu perusahaan terbesar digunakan untuk membandingkan antara pangsa pasar satu perusahaan terbesar

dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang terdapat dalam industri sepeda motor

(44)

CR1 dan CR2 industri sepeda motor di Indonesia dapat dilihat pada lampiran 2. Konsentrasi CR1 dan CR2 menunjukkan perusahaan besar sepeda motor yang ada di Indonesia cukup menguasai pasar. Hal ini dapat dilihat dari

rata-rata CR1 selama tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 sebesar 54.66 persen dan CR2 selama tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 sebesar 78.33 persen. CR1 selama tahun 1987 sampai dengan 2003 berasal dari pangsa pasar PT Astra Honda Motor yang selalu menempati posisi pertama. Penggabungan pangsa

pasar dari dua perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar sebesar 60 persen

sampai dengan 100 persen akan membentuk tipe pasar oligopoli ketat. Industri

sepeda motor di Indonesia termasuk kedalam tipe pasar oligopoli ketat karena

memiliki rata-rata CR2 sebesar 78,33 persen.

6.2. Perilaku Pasar

6.2.1. Strategi Harga dan Produk

Pada suatu industri, para produsen perlu memiliki strategi tertentu dalam

penetapan harga. Hal ini juga diperlukan untuk menghadapi persaingan dengan

produk-produk sejenis. Dalam pasar oligopoli ketat umumnya para pesaing saling

tergantung dalam hal penetapan harga, baik dengan adanya kesepakatan yang

terbuka maupun dengan sinyal perubahan harga.

Harga sepeda motor sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga bahan

baku yang selanjutnya akan mempengaruhi harga pokok produksi. Penjualan

(45)

Ketidakstabilan nilai tukar akan membuat produsen sulit untuk menentukan dan

menyesuikan harga jual.

Strategi produk merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh para

produsen sepeda motor. Ada beberapa strategi yang dilakukan diantaranya

mengembangkan jenis produk dengan cara memodifikasi karateristik jenis produk,

mengembangkan kualitas sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia), dan

menambah model-model terbaru.

Para produsen sepeda motor di Indonesia memiliki suatu asosiasi yang

mampu membela kepentingan para produsen anggotanya. Meskipun ada AISI

tetap saja terjadi persaingan antar perusahaan. Asosiasi tersebut adalah Asosisi

Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).

6.2.2. Strategi Promosi

Strategi promosi merupakan strategi lainnya yang dilakukan oleh produsen

selain melakukan strategi harga dan produk. Strategi promosi dilakukan untuk

meningkatkan volume penjualan dan menarik pelanggan karena dengan strategi

promosi yang baik akan menarik konsumen untuk membeli produk yang

dipromosikan sehingga akan meningkatkan penjualan. Promosi dilakukan melalui

penyebaran informasi mengenai produk melalui media massa baik dalam bentuk

media cetak dan media elektronik. Selain melalui media massa, promosi juga

dapat dilakukan melalui retail. Selain berfungsi sebagai tempat untuk menjual

produk, retail tersebut juga berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan

(46)

sepeda motor juga melakukan layanan purna jual sebagai salah satu strategi

promosi. Layanan purna jual bertujuan untuk memberikan kepuasan serta

mempertahankan konsumen yang telah ada.

6.3. Kinerja Industri

Keuntungan merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukan

kinerja pasar suatu industri namun kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya

data laba perusahaan maupun industri. Untuk mengatasi kendala tersebut maka

digunakan pendekatan Price-Cost-Margin (PCM) sebagai persentase keuntungan

dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tabel 6.3 menunjukkan nilai PCM

industri sepeda motor di Indonesia (1987-2003).

Tabel 6.3. Nilai PCM Industri Sepeda Motor

Tahun Nilai Tambah (Rp) Pengeluaran Tenaga Kerja (Rp) Output (Rp) PCM (%) 1987 142.170.817 19.961.031 415.178.676 29,44 1988 98.285.389 17.337.963 496.075.279 16,32 1989 412.893.188 25.865.661 1.195.604.398 32,37 1990 135.992.057 23.055.404 748.043.103 15,10 1991 674.341.606 28.109.765 1.682.971.492 38,40 1992 905.716.955 41.992.416 1.498.074.085 57,66 1993 896.410.759 36.460.138 1.666.027.179 51,62 1994 1.660.538.392 52.924.717 2.716.589.178 59,18 1995 2.052.834.299 80.038.343 3.548.181.703 55,60 1996 2.826.801.001 128.138.782 6.939.078.190 38,89 1997 5.467.151.000 138.490.317 11.233.563.000 47,44 1998 2.866.711.204 113.810.697 7.835.388.666 35,13 1999 1.774.918.198 191.272.174 9.793.697.354 16,17 2000 3.182.146.416 256.687.562 20.799.451.644 14,07 2001 5.668.156.571 414.492.510 19.779.067.224 26,56 2002 14.856.926.755 66.393.650 34.435.544.108 42,95 2003 27.172.205.065 650.573.413 51.375.446.950 51,62 Rata-Rata 37,44 Keterangan: tahun dasar 1993 (1993=100)

(47)

Rata-rata margin keuntungan industri sepeda motor selama tahun 1987

sampai dengan tahun 2003 sebesar 37,44 persen. Penerimaan margin terbesar

didapat industri sepeda motor pada tahun 1994 yaitu sebesar 59,18 persen.

Tabel 6.4. Nilai Efisiensi-X Industri Sepeda Motor

Tahun Input (Rp) Nilai Tambah (Rp) Xeff (%)

1987 266.396.720 142.170.817 53,37 1988 373.034.350 98.285.389 26,35 1989 738.889.913 412.893.188 55,88 1990 598.556.784 135.992.057 22,72 1991 1.008.607.798 674.341.606 66,86 1992 592.192.909 905.716.955 152,94 1993 769.250.487 896.410.759 116,53 1994 1.042.571.721 1.660.538.392 159,27 1995 1.472.406.380 2.052.834.299 139,42 1996 4.109.745.768 2.826.801.001 68,78 1997 5.581.633.000 5.467.151.000 97,95 1998 4.960.690.732 2.866.711.204 57,79 1999 7.813.571.390 1.774.918.198 22,72 2000 17.430.577.785 3.182.146.416 18,26 2001 14.052.652.230 5.668.156.571 40,34 2002 18.581.537.716 14.856.926.755 79,96 2003 24.161.911.189 27.172.205.065 112,46 Rata-Rata 77,39

Efisiensi-X industri sepeda motor di Indonesia selama tahun 1987 sampai

dengan 2003 dapat dilihat pada Lampiran 4. Rata-rata efisiensi-X industri sepeda

motor pada tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 sebesar 77,39 persen.

Efisiensi-X terbesar diraih pada tahun 1994 yaitu sebesar 159,27 persen.

Nilai efisiensi-X (efisiensi internal) tersebut cukup tinggi. Efisiensi

internal yang tinggi menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, usaha

yang maksimum dari para pekerja, dan terhindarnya kejenuhan dalam pelaksanaan

(48)

6.4. Hubungaan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja

Pendekatan SCP mengatakan bahwa struktur akan mempengaruhi

profitabilitas secara positif dan hal ini menjadi hipotesis pada analisis hubungan

SCP untuk industri sepeda motor Indonesia. Struktur pasar dianalisis dengan

menggunakan CR2 yang menunjukkan bahwa industri sepeda motor masuk kedalam tipe oligopoli ketat.

Tingkat keuntungan perusahaan yang menggambarkan kinerja suatu

perusahaan didekati dengan menggunakan PCM. Analisis hubungan struktur dan

kinerja pada penelitian ini juga menggunakan variabel-variabel bebas yang

diperkirakan mempengaruhi tingkat keuntungan diantaranya konsentrasi dua

perusahaan terbesar (CR2), pertumbuhan nilai produksi yang menunjukkan permintaan pasar (Growth), efisiensi-X(Xeff), dan dummy untuk membedakan

periode sebelum dan sesudah krisis. Hasil estimasi model dan uji ekonometrika

dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.5. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Sepeda Motor

Variabel Koefisen Prob. T-statistic

C -178.0353 0.0234 CR2 2.496645 0.0157 Xeff 0.482291 0.0000 Dummy -12.83159 0.0155 Growth -0.048239 0.3473 R-Squared 0.941432

Adjusted R-Squared 0.920135 Prob (F-Statistic) 0.000001 Uji Breusch-Godfrey Correlation LM Prob Obs*R-Squared 0.078055 Uji White Heteroskedasticity Prob Obs*R-Squared 0.326533 Keterangan : menggunakan taraf nyata 5 %

Model yang menggambarkan hubungan struktur dan kinerja pada industri

sepeda motor di Indonesia pada penelitian ini adalah PCMt = β0 + β1CR2t + β2Xefft + β3Dummyt + β4Growth + ut. Syarat-syarat ekonometrika yang harus

(49)

dipenuhi model yaitu tidak terdapatnya gejala autokorelasi, heteroskedastisitas,

dan multikolinearitas. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM. Apabila nilai probability obs*R-Squared

lebih besar dari taraf nyata (α) maka hasil regresi tidak mengandung autokorelasi. Hasil pada Tabel 6.5 menunjukkan bahwa probability obs*R-Squared yang

didapatkan adalah sebesar 0,078055 yang lebih besar dari taraf nyata yaitu 5

persen. Dengan demikian maka disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian

ini tidak mengandung autokorelasi.

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji white

heteroskedasticiy. Apabila nilai probability obs*R-Squared lebih besar dari taraf

nyata (α) maka hasil regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Hasil pada Tabel 6.1 menunjukkan bahwa probability obs*R-Squared yang didapatkan

adalah sebesar 0,326533 yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian ini tidak

mengandung heteroskedastisitas.

Pengujian yang terakhir adalah pengujian multikolinearitas dimana suatu

model diasumsikan terdapat gejala multikolinearitas apabila terdapat hubungan

kausalitas pada variabel-variabel bebasnya (Tabel 6.2). Jika koefisien korelasi

antar variabel bebas lebih besar dari ⏐0.8⏐ maka pada model regresi yang digunakan terdapat gejala multikolinearitas.

(50)

Tabel 6.6. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen

Xeff Growth Dummy

CR2 0.311215 0.243545 -0.139547

Xeff - -0.168852 -0.307099

Growth - - 0.096935

Uji multikoleniaritas menghasilkan nilai yang lebih kecil dari ⏐0.8⏐. Sehingga kesimpulan yang di dapat adalah bahwa pada model persamaan PCM

yang digunakan tidak terjadi multikoleniaritas.

Setelah dilakukan uji ekonometrika pada model penelitian ini maka tahap

yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan interpretasi terhadap hasil dugaan

persamaan PCM pada industri sepeda motor Indonesia (Tabel 6.5). Berdasarkan

hasil pengolahan model dengan menggunakan E-Views 4 telah didapatkan nilai

koefisien determinasi (R-Squared) sebesar 0.941432. Hal ini menunjukkan bahwa

variasi PCM industri sepeda motor Indonesia sebagai variabel terikat mampu

dijelaskan sebesar 94,14 persen oleh variasi variabel-varibel bebasnya (CR2, Xeff, Growth, Dummy) secara bersamaan sehingga model tersebut dapat diandalkan.

Sisanya sebesar 5,86 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Nilai probability F-statistic adalah sebesar 0. Nilai tersebut lebih kecil dari

taraf nyata (5%) yang menunjukkan bahwa minimal ada satu variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga model penduga yang

diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi.

Berdasarkan Tabel 6.5 telah didapatkan hasil bahwa variabel CR2 signifikan pada taraf nyata sebesar 5 persen dengan nilai koefisien sebesar

(51)

perusahaan besar sebesar 1 persen maka PCM akan bertambah sebesar 2,496645

persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan teori yang mengatakan bahwa

struktur memiliki hubungan positif dengan kinerja.

Variabel Growth yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Berdasarkan taraf nyata tersebut Growth (pertumbuhan nilai produksi yang

menunjukkan permintaan pasar) diduga tidak berpengaruh terhadap PCM. Growth

tidak signifikan dikarenakan jumlah perusahaan yang bertambah terus. Tetapi

pertumbuhan jumlah perusahaan belum mampu menurunkan konsentrasi rasio

karena perusahaan-perusahaan baru berskala relatif sedang atau kecil. Tetapi

jumlah permintaan pada pasar industri sepeda motor juga relatif terbatas sehingga

kenaikan konsentrasi belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan malah

sebaliknya menurunkan pertumbuhan (Jaya, 2001). Sehingga Growth tidak

signifikan terhadap PCM pada taraf nyata 5 persen karena pada tahun 2003 ada

banyak industri sepeda motor yang berasal dari Cina dan Korea yang masuk ke

pasar Indonesia.

Variabel Xeff (efisiensi-X) signifikan pada taraf nyata 5 persen dan

memiliki koefisien sebesar 0,482291. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

peningkatan Xeff 1 persen maka PCM akan bertambah 0,482291 persen.

Hubungan ini sesuai dengan hipotesis dan teori dimana kenaikan efisiensi-X akan

meningkatkan proksi keuntungan industri sepeda motor.

Variabel dummy signifikan pada taraf nyata 5 persen dan memiliki nilai

negatif dengan PCM industri sepeda motor. Hubungan negatif ini diduga terjadi

(52)

adalah peningkatan harga bahan baku yang menyebabkan terjadinya peningkatan

biaya produksi. Selain itu, nilai tukar yang tidak stabil menyebabkan produsen

mengalami kesulitan untuk menetapkan dan melakukan penyesuaian harga.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa krisis menyebabkan terjadinya penurunan

(53)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang didapatkan pada industri sepeda motor di

Indonesia maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

1. Industri sepeda motor di Indonesia termasuk ke dalam tipe pasar oligpoli ketat

dimana pasar ini terbentuk dikarenakan penggabungan pangsa pasar dari dua

perusahaan besar yang menghasilkan pangsa pasar sebesar 60 persen sampai

dengan 100 persen. Rata-rata CR2 dari industri sepeda motor di Indonesia

selama tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 adalah sebesar 78,33 persen.

2. Dari segi kinerja, industri sepeda motor di Indonesia menerima margin

keuntungan atas biaya langsung (PCM) selama tahun 1987 sampai dengan

tahun 2003 dengan rata-rata sebsar 37,44 persen dan tingkat efisiensi-X

sebesar 77,39 persen.

3. Hasil regresi yang telah dianalisis maka didapatkan hasil bahwa CR2 dan PCM memiliki hubungan yang positif. Semakin besar tingkat konsentrasi maka

menunjukkan adanya kekuatan pasar yang dimiliki, sehingga dengan mudah

untuk memperoleh keuntungan bagi produsen.

4. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa variabel Growth diduga tidak

berpengaruh terhadap PCM karena hasil yang diperoleh adalah 0,3473 dan

(54)

5. Variabel dummy juga signifikan pada taraf 5 persen dan diduga memiliki

hubungan negatif dengan PCM. Hubungan negatif ini terjadi karena krisis

nilai tukar menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi, produsen

mengalami kesulitan dalam penentuan harga.

6. Peningkatan maupun penurunan harga sepeda motor di Indonesia tergantung

pada harga bahan baku. Strategi produk menuntut produsen untuk

mengembangkan produk dengan cara memodifikasi karakteristik fisik produk,

mengembangkan kualitas yang sesuai dengan SNI, dan menambah modelnya.

Promosi dilakukan melalui media massa baik media cetak maupun media

elektronik. Promosi juga dilakukan melalui retail yang selain berfungsi untuk

menjual produk namun juga berfungsi untuk memberikan informasi mengenai

produk yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.

7.2. Saran

Penelitian ini mencoba untuk melakukan analisis

Structure-Conduct-Performance terhadap industri sepeda motor di Indonesia. Namun karena ada

beberapa keterbatasan dalam penelitian ini maka disarankan kepada penelitian

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alistair, Armytha. 2004. Analisis Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja pada

Industri Tepung Terigu di Indonesia Pasca Penghapusan Monopoli Bulog

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. 1986-2005. Laporan Tahunan Asosiasi

Industri Sepeda Motor Indonesia. Asosiasi Industri Sepeda Motor

Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 1986-2003. Statistik Industri Besar dan Sedang. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Delima, Deassy Kurnielin. 2005. Analisis Structur-Conduct-Performance Industri

Ban di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Dumairy. 1995. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain, penerjemah. Jakarta. Erlangga.

Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan

Regulasi. LP3ES. Jakarta.

Jaya, Wihana Kirana. 2001. Ekonomi Industri. Yogyakarta:BPFE.

Koch, James V. 1980. Industrial Organization and Price. Edisi Kedua. London: Prentice Hall.

Legowo. 1996. Persaingan Usaha dan Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: UI-Press.

Putri, Ismalianti. 2004. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Rokok

Kretek di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Robert, Eddy. 1995. Hubungan Struktur Dengan Kinerja Pasar: Studi Empiris

Pada Industri Pemintalan [skripsi]. Depok: FEUI.

Shepherd, William G. 1979. The Economics of Industrial Organization. New Jersey: Prentice Hall.

(56)
(57)

Lampiran 1. Nilai Growth Sepeda Motor Indonesia (1987-2003)

Tahun Output Riil (Rp) Growth (%)

1987 677.921.640,3 0,00 1988 738.017.524,1 -8,14 1989 1.684.095.032 -56,18 1990 970.219.091,1 73,58 1991 1.927.187.330 -49,66 1992 1.595.386.208 20,80 1993 1.666.027.179 -4,24 1994 2.566.386.491 -35,08 1995 2.945.312.426 -12,87 1996 5.473.751.370 -46,19 1997 8.632.150.543 -36,59 1998 3.997.204.735 115,95 1999 3.813.151.127 4,83 2000 7.566.188.303 -49,60 2001 6.848.233.233 10,48 2002 11.731.524.583 -41,63 2003 17.319.123.163 -32,26 Keterangan: tahun dasar 1993 (1993=100)

(58)

Lampiran 2. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Taraf 5% Dependent Variable: PCM

Method: Least Squares Date: 05/25/06 Time: 13:18 Sample: 1988 2003

Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -178.0353 67.66845 -2.630993 0.0234

Xeff 0.482291 0.051711 9.326677 0.0000

CR2 2.496645 0.875108 2.852958 0.0157

Dummy -12.83159 4.484029 -2.861620 0.0155

Growth -0.048239 0.049134 -0.981799 0.3473

R-squared 0.941432 Mean dependent var 49.68579

Adjusted R-squared 0.920135 S.D. dependent var 29.86074

S.E. of regression 8.438777 Akaike info criterion 7.353858

Sum squared resid 783.3425 Schwarz criterion 7.595292

Log likelihood -53.83087 F-statistic 44.20409

Durbin-Watson stat 2.910642 Prob(F-statistic) 0.000001

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.105912 Probability 0.177729

Obs*R-squared 5.100672 Probability 0.078055

Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.162796 Probability 0.414458

Obs*R-squared 8.069183 Probability 0.326533

Uji Multikolinieritas

PCM CR2 Xeff Growth Dummy

PCM 1.000000 0.482530 0.920844 -0.171485 -0.495828

CR2 0.482530 1.000000 0.311215 0.243545 -0.139547

Xeff 0.920844 0.311215 1.000000 -0.168852 -0.307099

Growth -0.171485 0.243545 -0.168852 1.000000 0.096935

Gambar

Tabel 2.1. Contoh Tipe Pasar   PANGSA PASAR
Gambar 1. Kerangka Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja STRUKTUR PASAR
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 6.1. Data Penjualan Masing-Masing Perusahaan (Unit)
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Class Object menggambarkan hubungan antara satu data dengan data lainnya yang digunakan dalam sistem yang akan dibangun mulai dari data apa saja yang dipakai

Sesuai hasil pengamatan dilapangan, laju pertambahan diameter tanaman penghasil gaharu ( Gyrinops caudata ) lebih besar terjadi di lokasi B karena selain dari segi

perform, and has her own civil entity and financial independence, and the right to retain her name and lineage. The husband is responsible for the maintenance and welfare of

Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata ( actual outcomes ), yaitu hasil nyata yang dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan

Bahwasanya melalui Uji F merupakan uji keberartian hubungan secara serentak dapat diketahui bahwa hubungan antara keuntungan usahatani tanaman hias mawar

Rapat Umum Anggota (RUA) adalah forum tertinggi dalam Persekutuan yang diadakan secara berkala oleh Pengurus sedikit-dikitnya setiap 6 bulan dalam satu masa

[r]