BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi
perusahaan. Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dilihat
dari produktivitas kerja tetapi juga dapat dilihat dari kepuasan yang didapat oleh
sumber daya manusianya selama bekerja. Keberhasilan dan kelanjutan hidup
suatu bisnis bukan hanya ditentukan oleh keberhasilan dalam mengelola keuangan
saja, tetapi juga ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola sumber daya
manusianya. Pengelolaan sumber daya yang dimaksud adalah menyatukan pola
pikir atau cara pandang para karyawan dan pimpinan perusahaan guna mencapai
tujuan perusahaan melalui cara memberi kepuasan kerja kepada karyawan,
memimpin dengan baik dan berkomunikasi yang baik diantara seluruh anggota
perusahaan.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual.
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan dianggap telah
memenuhi harapan dan sesuai dengan keinginannya bekerja. Kepuasan kerja
merupakan sikap positif tehadap pekerjaan pada diri seseorang.
Menurut Sutrisno (2009:74) kepuasan kerja adalah suatu sikap karyawan
karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang
menyangkut faktor fisik dan psikologis. Sikap terhadap pekerjaan ini merupakan
hasil dari sejumlah sikap khusus individu terhadap faktor-faktor dalam pekerjaan,
penyesuaian diri individu diluar pekerjaan sehingga menimbulkan sikap umum
individu terhadap pekerjaan yang dihadapinya.
Dalam setiap diri karyawan pasti ada keinginan untuk bekerja didalam
sebuah organisasi yang dipimpin oleh pemimpin yang tepat, mengerti akan
keinginan serta kebutuhan para karyawan serta mampu menghargai pekerjaan
ataupun hasil kerja karyawannya. Sosok pemimpin yang baik tersebut akan sangat
membantu dalam memotivasi dan juga memberikan kepuasan kerja kepada
seluruh karyawan atau sumber daya manusia pada suatu perusahaan.
Menurut Lodge dan Derek (1993:78) kepuasan kerja berkaitan erat
terhadap kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang
pada saat orang tersebut mempengaruhi perilaku orang lain. Pemimpin yang dapat
menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat akan dapat memuaskan bawahannya
dalam bekerja.
Robbin dan Coulter (2010:146) menyatakan bahwa pemimpin adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain dan memiliki otoritas manajerial.
Kepemimpinan adalah apa yang dilakukan pemimpin. Kepemimpinan merupakan
proses memimpin sebuah kelompok dan mempengaruhi kelompok itu dalam
sendiri, karena apabila dia sudah mampu memimpin dirinya sendiri barulah dia
mampu memimpin keluarga, kelompok maupun lingkungannya dengan baik.
Organisasi yang berhasil mencapai tujuan serta mampu memenuhi
tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan
mampu melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan
mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhan pemimpin yang efektif,
seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang
pemimin apabila ia dapat mempengaruhi dan mampu mengarahkan bawahannya
kearah tercapainya tujuan organisasi. Setiap pimpinan didalam organisasi kerja,
selalu membutuhkan pegawai atau karyawan sebagai pembantunya dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang dimiliki masing-masing pegawai.
Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Sutrisno
(2009:82-84) adalah komunikasi. Komunikasi dapat dipraktikkan siapa saja
sebagai sarana pengembangan diri, karena melalui komunikasi itulah
sesungguhnya cermin kredibilitas seseorang dapat dibaca dan diukur sejauh mana
seseorang mampu bergaul dengan rekan kerja. Gaya kepemimpinan dan
komunikasi adalah faktor-faktor penting yang mampu mempengaruhi kepuasan
kerja.
Dalam kehidupannya sehari – hari manusia perlu berkomunikasi dengan
orang lain sebagai sarana berinteraksi karena manusia merupakan makhluk sosial
yang artinya manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan ataupun
berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi ini sangat diperlukan untuk saling
banyak lagi. Seperti itu juga yang terjadi didalam sebuah organisasi atau sebuah
perusahaan. Seluruh anggota perusahaan mulai dari pimpinan, pimpinan
menengah maupun sampai karyawan tingkat terendah, semuanya saling
berinteraksi melalui komunikasi.
Komunikasi adalah perpindahan dan pemahaman makna. Apabila
informasi atau ide – ide belum disampaikan, komunikasi belum dilakukan.
Pembicara yang tidak didengar atau penulis yang materinya tidak dibaca berarti
belum berkomunikasi. Yang lebih penting lagi, bagaimanapun komunikasi
melibatkan pemahaman makna. Agar komunikasi berhasil, makna harus
disampaikan dan dipahami. (Robbin dan Coulter, 2010:77)
Dalam sistem manajemen dibutuhkan proses komunikasi yang baik antara
seluruh anggota perusahaan, seperti komunikasi antara pimpinan kepada
karyawan dan sebaliknya maupun antara karyawan dengan karyawan yang
lainnya. Dalam menunjang keberhasilan suatu bisnis perusahaan sudah tentu sadar
bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting, apabila
perusahaan ingin mendapatkan laba seperti tujuan perusahaan lainnya tentunya
perusahaan tersebut harus mengajak para karyawannya untuk bekerja sama
dengan cara yang baik. Oleh karena itu melalui komunikasi yang baik perusahaan
dapat menarik keinginan karyawan untuk bekerja lebih baik sehingga
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan disisi lain para karyawan pun
merasakan hal yang sama karena merasa puas dalam pekerjaannya serta
Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan adalah suatu badan yang
merupakan unsur pendukung tugas Walikota Medan, dipimpin oleh Kepala Badan
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah. Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan
daerah dibidang kepegawaian. Sebagai pemimpin, Kepala Badan terlihat
memimpin bawahannya dengan memberikan wewenang secara luas kepada
bawahannya. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai
satu tim yang utuh. Kepala Badan juga memberikan banyak informasi tentang
tugas serta tanggung jawab kepada bawahannya.
Tetapi, Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan juga mengalami
permasalahan dalam kepemimpinannya. Dari survei yang dilakukan pada Badan
Kepegawaian Daerah Kota Medan, Kepala badan belum termasuk pemimpin yang
baik (good leader). Hal ini tercermin dari sikap pegawainya yang terlihat
termasuk santai dalam bekerja, adanya para pegawai yang mengobrol disaat jam
kerja berlangsung dan memainkan game dikomputer kantor pada saat jam kerja.
Dalam hal ini terlihat seolah tidak ada pekerjaan yang harus mereka lakukan. Hal
ini berarti menunjukkan cara kepala badan belum efektif dalam memimpin para
pegawainya karena belum bisa mengajak serta memotivasi pegawai dalam
mencapai kinerja terbaik. Dalam hal komunikasi pemimpin juga belum bisa
dikatakan pemimpin yang baik. Pegawai menganggap partisipasi pemimpin sudah
baik dan memiliki rasa tanggung jawab yang baik juga tetapi pemimpin belum
terlihat pegawai yang terlalu santai dalam bekerja. Dalam hal ini pemimpin belum
mampu memotivasi pegawai melalui komunikasi yang baik.
Menurut Rivai (2002:122) gaya kepemimpinan terbagi atas 3 tipe yaitu,
tipe demokrasi, otokrasi, dan kendali bebas. Oleh karena itu, penulis membagikan
kuisioner pra penelitian yang terdiri atas ciri-ciri dari masing-masing gaya
kepemimpinan tersebut.
Tabel 1.1
Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Gaya
yaitu, gaya kepemimpinan demokrasi, otokrasi dan kendali bebas. Gaya
kepemimpinan demokrasi merupakan gaya pemimpin yang cenderung
mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan
kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana
metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai. Gaya kepemimpinan otokrasi
merupakan gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan
kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga
kekuasaanlah yang paling menguntungkan dalam organisasi. Dan yang terakhir
adalah gaya kepemimpinan kendali bebas yaitu gaya pemimpin yang secara
keseluruhan memberikan karyawannya kebebasan dalam pembuatan keputusan
Berdasarkan hasil analisis dari jawaban kuisioner yang paling dominan
sebanyak 47 orang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
Kepala Badan Kepegawaian Daerah adalah Gaya Kepemimpinan Demokrasi.
Hasil ini menyatakan bahwa hasil pra penelitian ini sesuai dengan keadaan yang
terjadi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Terhadap Kepuasan
Kerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan” 1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini masalah
dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara gaya kepemimpinan dan komunikasi terhadap kepuasan kerja pada pegawai
Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh antara gaya kepemimpinan
dan komunikasi terhadap kepuasan kerja pada pegawai Badan Kepegawaian
Daerah Kota Medan ?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan saran, pemikiran
dan informasi yang bermanfaat yang berkaitan dengan gaya
kepemimpinan, komunikasi dan kepuasan kerja pada pegawai Badan
Kepegawaian Daerah Kota Medan.
2. Bagi Pihak Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran serta
pengaplikasian ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan
manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan gaya
kepemimpinan, komunikasi serta kepuasan kerja karyawan bagi pihak
peneliti sendiri sebagai pembelajaran dan pengalaman.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan atau untuk
penelitian selanjutnya, dan juga sebagai bahan pertimbangan sebuah