• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efektifitas

2.1.1. Pengertian Efektifitas

Efektifitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai dengan rencana baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya melalui aktifitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Margono, 2000).

Menurut Sutikno (2005) efektifitas adalah merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBBI) efektifitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.

2.1.2. Ciri-ciri Efektifitas

(2)

a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja melainkan harus ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, waktu serta tehnik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar. Aspek Sarana penunjang meliputi tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media dan buku-buku teks.

2.1.3. Kriteria Efektifitas

Kriteria efektifitas mengacu kepada :

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang kurangnya 75 % dari jumlah siswa memperoleh nilai 60 dalam peningkatan hasil belajar.

(3)

c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik (Nurgana 1985).

2.2. Penyuluhan Kesehatan

2.2.1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Menurut Effendy (2001), pengertian pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya. Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter, 1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011).

Menurut Anwaz dalam Effendy (2001), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

(4)

prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa saja yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.

2.2.2. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan dijelaskan sebagai berikut. Dari metode yang dapat dipergunakan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat, dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu:

a) Metode didaktik

Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun. Proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Adapun yang termasuk dalam metode didaktik

(1) Secara langsung melalui ceramah

(5)

(2) Secara tidak langsung (a) Poster

(b) Media cetak (majalah, buletin, surat kabar) (c) Media elektronik (radio, televisi)

b) Metode sokratik (1) Secara langsung

(a) Diskusi

Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan di antara 15–20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

(b) Curah pendapat

Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat– pendapat tadi dilakukan kemudian.

(c) Demonstrasi

(6)

(d) Bermain peran (role playing)

Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

(e) Simposium

Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan.

(f) Seminar

Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

(g) Studi kasus

Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya, yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu. Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga berupa rekaman.

(2) Secara tidak langsung

(7)

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat menurut Effendy (2001), apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.

1) Faktor Penyuluh a) Kurang persiapan

b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran

d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah–istilah asing

e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar

f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.

2) Faktor Sasaran

a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan

b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan–pesan yang disampaikan, karena lebih memikirkan kebutuhan–kebutuhan lain yang lebih mendesak c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga

(8)

d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerah tandus yang sulit air akan sangat sukar untuk memberikan penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi dan perseorangan.

3) Faktor proses dalam penyuluhan

a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran

b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan

c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan

d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran e) Metode yang dipergunakan kurang tepat sehingga

membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan

(9)

2.2.3. Metode Diskusi

Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan tentang topik tertentu dan salah seorang diantaranya memimpin diskusi tersebut. Penggunaan metode diskusi kelompok memenuhi ketentuan yaitu :

1. Peserta diberi kesempatan saling mengemukakan pendapat 2. Problema dibuat menarik

3. Peserta dibantu mengeluarkan pendapat 4. Problema perlu dikenal dan diolah

5. Orang yang tidak suka berbicara diberi kesempatan Keuntungan diskusi kelompok yaitu:

1. Memungkinkan saling mengemukakan pendapat 2. Merupakan pendekatan yang demokratis

3. Mendorong rasa persatuan 4. Memperluas pandangan

5. Menghayati kepemimpinan bersama

6. Membantu mengembangkan kepemimpinan

7. Memperoleh pandangan dari orang yang tidak suka bicara Kekurangan diskusi kelompok yaitu :

1. Tidak dapat dipakai pada kelompok besar 2. Peserta memperoleh informasi yang terbatas 3. Diskusi mudah berlarut-larut

(10)

5. Mungkin didominasi orang-orang yang suka belajar

6. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Wahid IM,2011) Menurut Romlah (1989) pelaksanaan diskusi kelompok meliputi tiga langkah yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan, fasilitator melaksanakan 5 hal yaitu: a. Merumuskan tujuan diskusi

b. Menentukan jenis diskusi

c. Melihat pengalaman dan perkembangan mahasiswa apakah memerlukan pengarahan-pengarahan yang jelas, waktu diskusi

d. Memperhitungkan waktu yang tersedia untuk kegiatan diskusi

e. Mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi misalnya rangkuman, kesimpulan atau pemecahan masalah.

2. Tahap pelaksanaan

Fasilitator memberikan tugas yang harus di diskusikan, waktu yang tersedia untuk mendiskusikan tugas itu, memberitahu cara melaporkan tugas serta menunjuk pengamat diskusi bila diperlukan

3. Tahap penilaian

Fasilitator meminta pengamat melaporkan hasil pengamatannya, memberikan komentar mengenai proses diskusi dan membicarakannya dengan kelompok

2.2.4. Metode Curah Pendapat

(11)

evaluasi atas semua pendapat dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan pendapatnya. Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang kreatif, merangsang partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan masalah, mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.

Keuntungan curah pendapat : 1. Membangkitkan pendapat baru

2. Merangsang semua anggota untuk ambil bagian 3. Menghasilkan reaksi rantai dalam pendapat 4. Tidak menyita banyak waktu

5. Dapat dipakai dalam kelompok besar maupun kecil 6. Tidak memerlukan pemimpin yang terlalu hebat

Kerugian curah pendapat : 1. Mudah lepas kontrol

2. Harus dilanjutkan dengan evaluasi agar efektif

3. Mungkin sulit membuat anggota mengerti bahwa segala pendapat dapat diterima 4. Anggota cenderung mengadakan evaluasi segera setelah diajukan satu pendapat

(Wahid, IM. 2011).

Langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode curah pendapat adalah sebagai berikut :

(12)

2. Penjelasan pengajar tentang mekanisme curah pendapat dengan memberi penekanan bahwa:

a. Setiap siswa bebas mengemukakan gagasan yang muncul dibenaknya

b. Setiap gagasan akan diterima (diinventarisasi dengan cara menulis dipapan tulis) dan siswa lain tidak boleh langsung memberikan komentar / tanggapan 3. Semua siswa mendiskusikan dan mengevaluasi semua gagasan yang

diinventarisasi, memperjelas kalimat dan mengelompokkan gagasan menurut kriteria.

4. Selanjutnya siswa menentukan gagasan tertentu atau gabungan beberapa gagasan yang dianggap baik untuk dilakukan (Suciati 1998).

2.3. Aborsi 2.3.1. Definisi

Pengguguran kandungan atau aborsi atau aborsi menurut:

a) Medis : aborsi adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram (Cuningham FG, 2006).

b) Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan aborsi (dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). c) Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

(13)

d) Istilah aborsi dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka aborsi ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo Sarwono, 2009).

2.3.2. Etiologi

Penyebab aborsi dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu: 1. Faktor Janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.

2. Faktor Ibu

a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis. b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti

phospholipid syndrome.

c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma, herpes, klamidia.

d. Kelemahan otot leher rahim. e. Kelainan bentuk rahim.

(14)

Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan aborsi adalah: 1. Faktor Genetik

Sekitar 5 % aborsi terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16.

2. Faktor Anatomi

Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita dengan aborsi spontan yang rekuren.

3. Faktor Endokrin

Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus. 4. Faktor Infeksi

Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria.

5. Faktor Imunologi

Terdapat antibody kardio lipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.

6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan

(15)

7. Faktor Nutrisi

Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi aborsi.

8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan

Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.

9. Faktor psikologis

Dibuktikan bahwa ada hubungan antara aborsi yang berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya aborsi ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan (Prawirohardjo Sarwono, 2009). 2.3.3. Jenis Aborsi

Aborsi dapat dibagi atas dua golongan yaitu: Menurut terjadinya dibedakan atas:

1. Aborsi spontan yaitu aborsi yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

(16)

1) Aborsi medisinalis (aborsi therapeutica) yaitu aborsi karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

2) Aborsi kriminalis yaitu aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

Pembagian aborsi secara klinis adalah sebagai berikut :

1. Aborsi Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya aborsi, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

2. Aborsi Insipiens adalah aborsi yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

3. Aborsi Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

4. Aborsi Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. 5. Missed Abortion adalah aborsi yang ditandai dengan embrio atau fetus telah

meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

(17)

7. Aborsi Infeksious ialah aborsi yang disertai infeksi pada alat genitalia.

8. Aborsi Terapeutik adalah aborsi dengan induksi medis (Prawirohardjo Sarwono, 2009).

2.3.4. Tehnik Aborsi

Beberapa teknik aborsi yang dikemukakan oleh Sukrisno (2010) adalah: 1) Metode penyedotan (Suction Curettage)

Aborsi ini dilakukan dengan mesin penyedot bertenaga kuat yang dimasukkan ke dalam rahim dan mulut rahim dibuat renggang sehingga janin luruh dan ari-ari (plasenta) terlepas dari dinding rahim. Dengan metode ini dapat berisiko terjadi robek rahim yang disebabkan salah penyedotan sehingga akan mengalami pendarahan hebat dan berujung kematian.

2) Teknik dilatasi dan kerokan

Cara ini leher rahim dibuka atau perbesar dengan paksa untuk dimasukkan pisau tajam kemudian janin hidup dicabik kecil-kecil dan plasenta dikerok dari dinding rahim. Umumnya terjadi perdarahan hebat dan jika tidak diobati dengan baik akan terjadi infeksi.

3) Menggunakan Pil Roussell-Uclaf (RU 486)

(18)

bernyawa. Efek dari penggunaan pil ini adalah pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian.

4) Peracunan dengan garam

Dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu, selang jarum yang panjang dimasukkan melalui perut ibu ke dalam rahim, lalu sejumlah cairan disedot keluar dan larutan garam pekat disuntikan kedalamnya. Bayi dibakar hidup-hidup oleh racun itu. Dengan cara itu bayi akan mati dalam waktu 1 jam, kulitnya benar benar hangus dalam waktu 24 jam.

5) Histerektomi / bedah Caesar

Dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah melalui dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang-kadang langsung dibunuh.

6) Pengguguran kimia (Prostaglandin)

Menggunakan bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada bayi-bayi yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu masih hidup. Efek samping bagi ibu banyak sekali yang meninggal akibat serangan jantung waktu cairan kimia itu disuntikkan.

2.3.5. Bahaya Aborsi

(19)

1) Resiko terhadap Kesehatan Fisik

a) Kematian mendadak karena perdarahan hebat : leher rahim robek atau terbuka lebar akan menimbulkan pendarahan hebat yang membahayakan keselamatan ibu. Terkadang dibutuhkan pembedahan untuk menghentikan pendarahan tersebut.

b) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

c) Kematian secara lambat karena infeksi serius di sekitar kandungan. Disebabkan oleh alat medis tidak steril yang dimasukkan ke dalam rahim atau sisa janin yang tidak dibersihkan dengan benar.

d) Rahim yang sobek (uterine perforation) dapat terjadi karena mulut rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh, maka ia menguncup kuat-kuat. Kalau dicoba untuk memasukinya dengan kekerasan maka otot tersebut akan menjadi robek.

e) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

f) Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen pada wanita).

(20)

j) Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

k) Menstruasi menjadi tidak teratur lagi selama sisa produk kehamilan belum dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker.

l) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi.

m) Aborsi yang gagal: Apabila dalam proses aborsi mengalami kegagalan dan janin masih hidup kemungkinan besar saat lahir mengalami cacat fisik dan dapat juga melahirkan bayi prematur.

2) Resiko terhadap Kesehatan Mental

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai post abortion syndrome dan akan mengalami hal hal seperti ini:

a) Kehilangan harga diri (82%). b) Berteriak teriak histeris (51%).

c) Mimpi buruk berkali kali mengenai bayinya (63%). d) Ingin melakukan bunuh diri (28%).

e) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%). f) Tidak bisa menikmati hubungan seks lagi (59%).

(21)

2.4. Abortus Provokatus Kriminalis 2.4.1. Definisi

a. Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang disengaja baik melalui obat-obatan medis, tradisional maupun dengan alat-alat lain yang terjadi karena tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional (Yani Widyastuti 2010)

b. Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang dilakukan tanpa indikasi medis dilakukan secara sembunyi sembunyi dan dilakukan oleh tenaga yang tidak terdidik, termasuk oleh wanita hamil itu sendiri (Manuaba IBG 2005). 2.4.2. Penyebab Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tak diinginkan. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya :

a. Kegagalan Kontrasepsi

Kehamilan yang tidak diinginkan juga banyak terjadi karena kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan penggunaan alat KB. Pemahaman dan akses untuk menggunakan alat kontrasepsi yang kurang akhirnya memicu kehamilan yang tidak diinginkan

b. Kehamilan Diluar Nikah

(22)

sulit dibantah. Ada beberapa faktor yang mendorong remaja melakukan seks pranikah:

1. Pengaruh liberalisme dan pergaulan bebas 2. Pengaruh lingkungan sekitar dan keluarga

3. Pengaruh media massa khususnya TV dan Internet

c. Alasan psikososial dimana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi

d. Masalah ekonomi, menambah anak berarti menambah beban ekonomi keluarga e. Masalah sosial misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

f. Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan atau akibat hubungan antar keluarga g. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang seks bebas yang dapat

menyebabkan kehamilan

h. Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar (Manuaba IBG 2000) 2.4.3. Aborsi dari Segi Hukum

(23)

Dibawah ini pasal-pasal yang berhubungan dengan abortus : a. Pasal 283 KUHP

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus menerus atau untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kandungan kepada seseorang yang belum umur dan yang ketahui atau sepatutnya diduga, bahwa umurnya belum 17 tahun, jika isi tulisan gambaran, benda atau alat itu sudah diketahuinya

b. Pasal 299 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh seorang wanita supaya diobati dengan memberitahu atau menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena pengobatan itu dapat gugur kandungannya dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 tahun dan pidana denda paling banyak empat puluh ribu rupiah.

(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan atau kalau itu seorang dokter, bidan atau juru obat, pidana dan ditambah sepertiganya.

(24)

c. Pasal 346 KUHP

Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun

Undang-undang kesehatan nomor 23 thn 1992 pasal 15 :

(1) Dalam keadaan darurat dalam upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :

a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilya tindakan tersebut

b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli

c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya

d) Pada sarana kesehatan tertentu 2.4.4. Pandangan Agama tentang Aborsi 2.4.4.1. Islam

(25)

menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.

a) Pertama: Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.

Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)

b) Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)

c) Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.

Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)

(26)

Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat kebenaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

e) Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.

Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32)

f) Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.

(QS 22:5) dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa.

g) Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan.

(27)

anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji (Farid Maa’ruf 2007)

2.4.4.2. Kristen Protestan dan Kristen Katolik

Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.

a. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.

Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”

b. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.

(28)

c. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.

Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…”

d. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan. Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.

e. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun alasannya.

(29)

f. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:” Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung? (Kusmarioanto 2005).

2.4.5. Pencegahan Abortus Propocatus Kriminalis

Strategi untuk menurunkan resiko kematian karena abortus provokatus kriminalis adalah dengan menurunkan keinginanan perempuan terhadap aborsi tidak aman.

Bentuk pencegahan dapat dilakukan dengan : 1. Perempuan yang telah menikah

Hubungan konseptual antara abortus provokatus kriminalis dan keluarga berencana sudah jelas dan mendasar, kontrasepsi yang efektif merupakan cara paling manjur untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan oleh karena itu mengatasi kebutuhan akan aborsi. Pencegahan abortus provokatus Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah menyediakan fasilitas keluarga berencana yang berkualitas dilengkapi dengan konseling.

2. Remaja

(30)

1. Pemberdayaan keluarga

Keluarga sangat memiliki peran dalam tumbuh kembang anak, keluarga yang baik tentu akan tanggap terhadap kebutuhan anak dalam setiap tahap perkembangannya, ketika anak beranjak pada masa pubertas sebaiknya keluarga tidak lagi memandang tabu tentang perilaku seks. Ajarkanlah anak tentang pendidikan seks yang benar sehingga diharapkan anak akan memahami dan mengerti apa yang sebaiknya ia lakukan dan akan senantiasa menghindari perilaku seks yang tidak benar.

2. Pendidikan kesehatan reproduksi

Kebanyakan orang khususnya remaja melakukan seks bebas asal dasar keingintahuan tentang seks tetapi mereka kebanyakan malah tidak tahu dampak yang akan terjadi ketika mereka melakukan seks bebas. Untuk itu perlu upaya khusus dari pihak-pihak terkait untuk memberikan gambaran tentang kesehatan reproduksi yang dapat mengancam seseorang.

3. Membentengi diri dengan agama

(31)

4. Menjauhi hal yang berbau pornografi

Fenomena seks bebas yang terjadi tidak bisa dipungkiri disebabkan karena maraknya peredaran video ataupun gambar-gambar yang berbau pornografi. Media-media itu memicu dorongan hasrat yang ada pada diri individu.

5. Memiliki aktivitas positif

Seseorang yang memiliki banyak kegiatan positif akan lebih selamat dari perilaku seks bebas dibandingkan seseorang yang tidak memiliknya (Manuaba 2006).

2.5. Pengetahuan 2.5.1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

2.5.2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:

(32)

seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberi contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi.

e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan menyesuaikan atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.

(33)

2.5.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

2.5.3.1. Faktor Internal a. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan.

b. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

c. Usia

(34)

2.5.3.2. Faktor Eksternal a. Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan. Sedangkan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

c. Informasi

(35)

d. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikirnya.

2.6. Sikap 2.6.1. Definisi

Menurut Allport (Taylor, Peplau, Sears, 2000), sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap menurut Pratkanis dan Greenwald (Wirawan, 1998) adalah evaluasi tentang obyek tertentu yang telah diketahui seseorang. Kata evaluasi yaitu penilaian pada suatu dimensi, misalnya baik-buruk atau positif-negatif. Pengertian lain dari sikap adalah evaluasi kita pada berbagai aspek yang ada dalam dunia sosial, serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka kita terhadap isu, ide, orang, kelompok social dan objek (Baron & Byrne, 2004). Sedangkan sikap menurut Schuman secara sederhana didefinisikan sebagai evaluasi positif atau negatif pada suatu objek (Franzoi, 2003).

(36)

mereka biasanya sedang menunjukkan sikap mereka (Franzoi, 2003). Selain itu sikap juga merefleksikan sebuah fondasi yang penting dan awal dari pemikiran sosial, serta sikap juga mempengaruhi tingkah laku, maka dengan memahami sikap seseorang dapat membantu untuk memprediksi tingkah laku seseorang dalam konteks yang luas (Baron & Byrne, 2004). Oleh karena itu, sikap dapat menjadi petunjuk dalam memprediksi perilaku seseorang pada saat ia menghadapi obyek tertentu.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah pengalaman, situasi, kejadian yang diketahui seseorang dievaluasi berdasarkan pikiran, pendapat, perasaan dan akan terwujud dalam tingkah laku.

2.6.2. Komponen Pokok Sikap

Dalam teori sikap terdapat tiga komponen dasar yaitu komponen kognitif, komponen afektif (atau emosional) dan komponen konatif (atau perilaku) (Wirawan, 1998). Menurut Franzoi (2003) ketiga komponen sikap itu berasal dari apa yang kita percayai tentang suatu objek, perasaan kita pada objek dan tingkah laku kita pada objek. Komponen kognitif terdiri dari pemikiran-pemikiran seseorang terhadap objek Sikap tertentu, termasuk fakta, pengetahuan dan keyakinan. Komponen afektif terdiri dari keseluruhan emosi seseorang dan mempengaruhi sikap terhadap objek, khususnya evaluasi positif atau negatif. Komponen perilaku atau komponen konatif terdiri dari bagaimana seseorang cenderung bereaksi terhadap objek (Taylor, et al., 2000).

(37)

ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi ketidakselarasan, sehingga akan timbulnya mekanisme perubahan sikap agar kekonsistensian tercapai kembali (Azwar, 2000). Ketika komponen kognitif dan afektif pada sikap konsisten satu sama lain maka keduanya akan berhubungan kuat dengan perilaku (Taylor, et al., 2000). Menurut Azwar (2000), semakin ekstrim intensitas sikap seseorang semakin sulit diubah dan akan semakin terasa apabila ada semacam serangan terhadap salah satu komponen sikapnya. Bagian dari sikap yang paling penting adalah pengetahuan (informasi yang diasosiasikan dengan obyek) dan evaluasi (pertimbangan berdasarkan pengetahuan) (Deaux, Dane, Wrightsman, & Sigelman, 1993). Dua orang yang memiliki pengetahuan yang sama mengenai suatu objek tidak berarti mereka memiliki sikap yang sama mengenai obyek sikap tersebut. Demikian pula sebaliknya, dua orang yang memiliki sikap yang sama tidak berarti mereka memiliki pengetahuan yang sama mengenai objek sikap tersebut. Misalnya pada kehidupan sehari-hari ada dua orang yang mengetahui manfaat lari untuk kesehatan tetapi kedua orang tersebut menunjukkan sikap yang berbeda. Orang yang pertama suka lari sedangkan orang yang kedua tidak menyukai lari. Sebaliknya ada dua orang yang menyukai lari namun mereka memiliki pengetahuan yang berbeda tentang lari, yang seorang mengetahui manfaat lari untuk kesehatan jantung, yang seorang lagi untuk membakar lemak.

(38)

yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Sikap memungkinkan individu untuk mengambil keputusan dengan cepat karena ia memberikan informasi untuk membuat pilihan (Taylor, et al., 2000).

2.6.3. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan sikap juga mempunyai tingkatan tingkatan berdasarkan intensitasnya sebagai berikut :

1. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek)

2. Menanggapi

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi

3. Menghargai

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4. Bertanggung Jawab

(39)

keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain.

2.7. Landasan Teori

Skinner (2010) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tersebut didapat dari penambahan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu komunikasi dapat dilihat melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons).

Gambar 2.1. Kerangka Teori S-O-R

Stimulus Organisme Respon Tertutup

pengetahuan dan sikap Respon Terbuka

(40)

2.8. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah perilaku siswi yang meliputi pengetahuan dan sikap. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan dan sikap maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan intervensi (penyuluhan dengan metode diskusi dan metode curah pendapat) dilakukan post-test.

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep diatas menggunakan teori Skinner yang menggambarkan bahwa pengetahuan dan sikap siswi dipengaruhi oleh organisme yang diberikan yaitu penyuluhan dengan metode diskusi dan curah pendapat.

Intervensi

Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang

aborsi Penyuluhan dengan

Metode diskusi dan Metode curah pendapat

Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang

aborsi

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori S-O-R
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

6 Mahasiswa dapat memahami inventansi Investasi - Investasi Sekuritas hutang - Investasi Sekuritas modal - Penyajian dan Pengungkapan - Transfer antar kategori. Tatap Muka

Dalam percobaan ini didapatkan hasil bahwa penggunaan Abu Batu semakin besar akan menurunkan mutu dari batu bata beton ringan ini semakin turun hal bisa terjadi dikarenakan Abu

Hasil Penelitian : Ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan identitas diri pada remaja (p value = 0,047 dengan α = 0,05). Kesimpulan dan Saran : Adanya hubungan

Statistik Inferensi adalah suatu pernyataan mengenai suatu populasi yang didasarkan pada informasi dari sampel random yang diambil dari populasi itu (tidak

Dalam penulisan ini penulis mecoba untuk menyediakan informasi yang bermanfaat kepada pihak manajemen PT KAHATEX sebagai dasar evaluasi dalam pengambilan keputusan untuk menjual

- Perbedaan antara ujung bawah kelas dengan ujung atas kelas sebelumnya adalah satu jika data dicatat hingga satuan, sepersepuluh jika data dicatat hingga satu desimal,

merakit dan menetapkan paket soal US/M dengan cara menggabungkan 25% (dua puluh lima persen) paket soal dari Kementerian dengan 75% (tujuh puluh lima

[r]