• Tidak ada hasil yang ditemukan

data 02 11 2017 021113 RENSTRA DEPUTI PERLINDUNGAN 2015 2019 PUBLISHED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "data 02 11 2017 021113 RENSTRA DEPUTI PERLINDUNGAN 2015 2019 PUBLISHED"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA

STRATEGI S

TAHUN 2015-2019

DEPUTI BI DANG PERLI NDUNGAN

BADAN NASI ONAL PENEMPATAN DAN PERLI NDUNGAN

TENAGA KERJA I NDONESI A

(2)

Deputi Bidang Perlindungan merupakan unit organisasi

setingkat Eselon I yang berada dibawah Badan Nasional

Penempatan & Perlindungan Tenaga Kerja I ndonesia

(BNP2TKI) dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk melaksanakan kebijakan

dibidang Perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi.

Permasalahan Tenaga Kerj a I ndonesia ( TKI ) disebabkan

rendahkannya kualitas dan pendidikan Calon Tenaga Kerj a I ndonesia

sehingga para Calon Tenaga Kerj a I ndonesia tidak bisa bersaing dengan

negara lain di negara penempat an, disamping itu pula tidak mengerti

akan arti Perj anjian Ker j a yang didalamnya memuat Hak dan Kewajiban

Tenaga Kerj a I ndonesia( TKI ) . Oleh karena itu Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) ke luar negeri menjadi salah satu altematif untuk menangani

problematik ketenaga kerjaan di Indonesia, dengan peningkatan kualitas TKI

agar dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain sebagai tenaga kerja

terampil/ profesional.

Perlindungan TKI telah memasuki babak baru dengan era yang lebih

terbuka dan sinergis antar pemangku kepentingan sehingga diharapkan berbagai

permasalahan TKI dapat diminimalisir melalui pembenahan dan perbaikan sistem

dan pelayanan perlindungan TKI . Pembenahan pelayanan perlindungan TKI

akan dimulai dari pemetaan potensi permintaan dan perbaikan kerjasama

antar Negara atau dengan lembaga berbadan hukum untuk memastikan

penempatan yang lebih terjamin dan terlindungi hak-hak para TKI secara

penuh dan menyeluruh sesuai dengan Perjanjian Kerja.

Sejalan dengan adanya perubahan Struktur Organisasi yang dikeluarkan

Kepala BNP2TKI Nomor Per. 01/ KA/ I / 2014 tanggal 6 Januari 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

(3)

Pemberdayaan. Hal tersebut menjadi dasar acuan untuk melakukan Rencana

Strategis (Renstra) Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI tahun 2015-2019.

Dengan perbaikan pada sistem dan pelayanan perlindungan baik di dalam negeri

maupun di luar negeri sehingga akhir tahun ke 5 (2019) diharapkan telah

terwujud pelayanan yang prima baik dari sisi pelayanan maupun

perlindungannya.

Dengan adanya Rencana Strategis ini maka yang menjadi acuan dalam

pelaksanaan pelayanan dan perlindungan TKI diharapkan dapat opt imal dan

lebih mengutamakan kebersamaan dan keberpihakan kepada para

Pahlawan penghasil Devisa (TKI ) .

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan

serta sehingga penyusun Renstra dapat diselesaikan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Penyusunan Renstra ini mungkin belum sempurna, oleh

karenanya kami mengharapkan saran konstruktif untuk penyempurnaan

dokumen ini.

Jakarta, April 2015

Deputi Perlindungan,

(4)

Hal PERATURAN KA BNP2TKI TENTANG RENSTRA BNP2TKI TAHUN 2015-2019

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. KONDISI UMUM 1

B. MAKSUD DAN TUJUAN 4

C. RUANG LINGKUP 5

D. DASAR HUKUM 5

E PELUANG DAN MANFAAT 6

F. PERMASALAHAN 9

G.. AGENDA PERUBAHASN DI LINGKUNGAN BNP2TKI 11

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS 15

A VISI 15

B. MISI 16

C. TUJUAN 16

D. SASARAN STRATEGIS 17

BAB III ARAH KEBIJAKAN , STRATEGI, KERANGKA REGULASI, KERANGKA KELEMBAGAAN

21

A. ARAH KEBIJAKAN 21

B. STRATEGI 22

C. KERANGKA REGULASI 23

D. KERANGKA KELEMBAGAAN 23

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 25

A TARGET KINERJA 25

B KERANGKA PENDANAAN 34

BAB IV PENUTUP 35

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. KONDISI UMUM

Penanganan TKI sudah dimulai sejak tahun 1960 an sampai dengan sekarang :

1. Pada tahun 1983 masalah TKI ditangani oleh Seksi AKAD dan AKAN (setingkat

Eselon IV) dibawah Ditjen Binaguna, Depnakertrans.

2. Tahun 1983 sampai dengan 1994 masalah TKI ditangani oleh Pusat AKAN (Pusat

Antar Kerja Antar Negara) setingkat eselon II dibawah Ditjen Binapenta, Depnaker.

3. Tahun 1994 sampai 1999 Direktorat Ekpor Jasa Ditjen Binapenta (setingkat Eselon

II), Depnaker.

4. Tahun 1999 sampai dengan 2001 masalah TKI ditangani oleh Direktorat

Penempatan tenaga Kerja Luar negeri setingkat Eselon II, Ditjen Binapenta,

Depnaker.

5. Tahun 2001 sampai dengan 2006 masalah TKI ditangani oleh Direktorat Jenderal

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN)

Depnakertrans setingkat Eselon I.

Permasalah TKI belum juga bisa dituntaskan, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan

kebijakan berupa Peraturan Presiden nomor 81 Tahun 2006, tentang Pembentukan

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

yang dibantu oleh empat Eselon I yaitu Sekretariat Utama, Deputi Bidang Promosi dan

Kerjasama Luar Negeri, Deputi Bidang Penempatan dan Deputi Bidang Perlindungan.

Deputi Bidang Perlindungan secara khusus bertugas menangani perlindungan TKI sejak

Pra Penempatan, Masa Penempatan dan Purna Penempatan sesuai amanat

Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

(6)

Di dalam perjalanannya terjadi dualisme kewenangan sehingga Deputi Bidang

Perlindungan BNP2TKI tidak begitu berfungsi secara optimal, dikarenakan yang semula

mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 14

Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri

dilaksanakan oleh BNP2TKI, diganti dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di

Luar Negeri, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 200 tahun 2008

Tentang Penunjukan Pejabat Penerbitan SIP, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor 201 Tahun 2008 tentang Penunjukan pejabat Penerbitan

Persetujuan Penempatan TKI di Luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri, oleh

karena itu BNP2TKI mengajukan banding ke Makamah Agung.

Makamah Agung mengabulkan banding dari BNP2TKI sehingga Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 22, 200, 201 tahun 2008 dicabut sesuai dengan

Keputusan Makamah Agung. Nomor 05/P/HUM/2009. Akan tetapi didalam

perjalanannya Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. tidak mau melepaskan

begitu saja, dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor 16 tahun 2008, Nomor 17 Tahun 2009 dan Nomor 18 Tahun 2009

yang semuanya dilaksanakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.

Dengan terbitnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 14 Tahun

2010, maka fungsi dan peran Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI dapat secara

optimal. Seiring dengan tantangan yang ada dan untuk meningkatkan pelayanan

perlindungan kepada CTKI/TKI/TKI Purna dan keluarga Deputi Bidang Perlindungan

mengalami restrukturisasi, berdasarkan Peraturan Kepala BNP2TKI No.

PER. 10/KA/IV/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penempatan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, yang semula Deputi Bidang Perlindungan

(7)

Eropa, Direktorat Perlindungan dan Advokasi Kawasan Asia Pasifik dan Amerika,

Direktorat Pengamanan dan Direktorat Pemberdayaan, berubah sehingga Deputi

Bidang Perlindungan terdiri dari:

1. Direktorat Pelayanan Pengaduan,

2. Direktorat Mediasi dan Advokasi,

3. Direktorat Pemberdayaan dan

4. Direktorat Pengamanan dan Pengawasan.

Oleh karena itu, deputi bidang perlindungan perlu menyusun Program dan kegiatan

untuk kurun waktu 2015- 2019.

Dalam kurun waktu tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung pencapaian

sasaran program BNP2TKI di bidang perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis BNP2TKI Tahun 2015-2019.

Program dan kegiatan bidang perlindungan TKI diarahkan pada upaya

meningkatkan pelayanan perlindungan serta menyelesaikan kasus secara

berkeadilan dan berkepastian hukum.

Untuk menjawab tantangan tugas diatas maka disusunlah Rencana Strategis

(Renstra) Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI tahun 2015-2019 yang menjadi

acuan dan pedoman bagi seluruh pegawai di lingkungan Deputi Bidang

Perlindungan BNP2TKI. Diharapkan Renstra ini dapat dijadikan pedoman dan

rencana Strategis disetiap unit Eselon II di lingkungan Deputi Bidang

(8)

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyusunan Renstra Deputi Bidang Perlindungan 2015-2019,

adalah untuk:

1. Memberikan arah kebijakan pelaksanaan perlindungan TKI selama kurun

waktu 2015-2019 agar perlindungan TKI dapat berjalan secara efektif, efisien,

terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga dan berkelanjutan;

2. Menjadi acuan bagi kementerian/lembaga, Pemda Dan Perwakilan R.I dalam

menyusun Renstra dan Rencana Kerja Tahunan termasuk penganggarannya

sesuai tugas dan fungsinya masing-masing;

3. Meningkatkan kualitas koordinasi antar instansi pemerintah di Pusat dan

Daerah dalam perlindungan TKI dengan mengutamakan kepentingan bangsa

dan TKI, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

pengawasannya;

4. Merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan

prinsip-prinsip tertentu, antara lain keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan

efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi;

5. Mendorong instansi terkait untuk meningkatkan kapasitas kelembagaannya

termasuk kualitas sumber daya manusia aparaturnya;

6. Mendorong instansi terkait untuk pelayanan prima kepada para TKI baik pada

perlindungan masa pra, selama dan purna penempatan sesuai dengan tugas

dan fungsinya masing-masing;

7. Membangun data dan informasi tentang perlindungan di luar negeri dan data

dan informasi lainnya yang terintegrasi antar instansi dan akurat (relevan,

(9)

C. Ruang Lingkup

Lingkup dalam penyusunan Rencana Strategis Tahun 2015-2019 didasarkan atas

RPJMN 2015-2019 dan Tugas dan Fungsi Unit Organisasi (perubahan Struktur

Organisasi) di lingkungan Deputi Bidang Perlindungan, Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

D. Dasar Hukum

Rencana Strategis Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI 2015-2019 disusun

dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang relevan, yaitu:

1. Undang-Undang RI No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang RI No. 25/2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan

Nasional;

3. Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan

TKI di Luar negeri;

4. Undang-Undang RI No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang;

5. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja pemerintah;

6. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 tentang Rencana Anggaran K/L;

7. Peraturan Pemerintah No 39/2006, Tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

8. Peraturan Pemerintah No 40/2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional;

9. Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia Luar Negeri;

10. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan

(10)

11. Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional Penempatan

dan Perlindungan TKI (BNP2TKI);

12. Inpres No 06 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan

dan Perlindungan TKI;

13. Konvensi PBB tahun 1990 tentang hak-hak seluruh pekerja migran dan anggota

keluarganya yang diratifikasi melalui UU No.6 tahun 2012;

14. Konvensi ILO No.189 tentang Kerja Layak untuk Pekerja Rumah Tangga;

15. Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Peremnpuan (Convention on the

Elimination of Discrimination against Women—CEDAW) yang disahkan melalui

UU No.7 tahun 1984, termasuk Rekomendasi Umum CEDAW No. 26 tentang

Perempuan Pekerja Migran;

16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 22 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan

Penenmpatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;

17. Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor :PER.10/KA/IV/2012 yang telah dirubah

menjadi nomor PER. 01/KA/I/2014 tanggal 6 Januari 2014 tentang organisasi dan

Tata Kerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia;

18. Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER. 01/SU/III/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER. 11/KA/III/2013 tentang

Penyusunan dan penetapan Rencana Strategis Badan Nasional Penempatan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2015 – 2019.

E. Peluang dan Manfaat

Dalam kontek pelayanan perlindungan TKI, Deputi Bidang Perlindungan,

BNP2TKI melaksanakan tugasnya untuk melaksanakan perlindungan CTKI/TKI sejak

(11)

tugas ini Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI sebagai pelaksana teknis dituntut untuk

memberikan pelayanan prima terhadap TKI sejak pemberian informasi dari TKI

berangkat, bekerja di luar negeri sampai kembali ke tanah air.

Disamping itu Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI memberikan pelayanan,

mengkoordinasikan dan melakukan pengamanan mengenai perlindungan TKI baik

yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, untuk perusahaan sendiri maupun mandiri.

Dari sisi ini Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI di tuntut untuk dapat memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat, CTKI/TKI/TKI Purna dan keluarga, maupun

stakeholder lainnya. Oleh karena itu harmonisasi dan sinergi antar instansi dan

stakeholder harus di kedepankan sehingga menghasilkan pelayanan prima yang

mudah, murah, cepat dan aman melalui koordinasi antar instansi terkait dalam

melayani dan perlindungan TKI. Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI juga dituntut

untuk melakukan perlindungan terhadap proses penempatan TKI untuk memastikan

bahwa TKI dilayani secara benar dan sesuai aturan yang berlalu.

Disisi lain rendahnya pelayanan dan perlindungan TKI menjadi masalah yang harus

dipecahkan. Kebijakan yang dibuat belum dapat sepenuhnya menjamin

perlindungan terhadap CTKI/TKI/TKI Purna dan keluarga. Undang-Undang No.

39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri masih menghadapi kendala untuk dapat menangani kerentanan yang dihadapi

Tenaga Kerja Indonesia. Kebijakan untuk TKI sejauh ini masih menitik beratkan pada

aspek prosedur penempatan tenaga kerja, belum diarahkan pada aspek

perlindungannya. Hak-hak TKI khususnya yang bekerja pada pengguna perorangan

dan TKI illegal (tanpa dokumen) berada pada posisi yang tidak menguntungkan, serta

hak-hak dasar TKI masih sering diabaikan.

Di dalam negeri, pembekalan bagi calon pekerja melalui peningkatan pengetahuan dan

(12)

serta kurang mampu melindungi dirinya dari kemungkinan adanya

"pemanfaatan" atau bila terjadi masalah hukum dikemudian hari. Peraturan

yang selama ini cukup memadai namun dalam implementasinya belum

dijalankan sepenuhnya, sehingga merugikan TKI.

Di luar negeri, perlindungan yang sepantasnya diberikan pada tingkat internasional

(seperti perjanjian internasional) masih minim. Belum semua negara penempatan

memiliki payung hukum bagi perlindungan pekerja, misalnya melalui MoU antara

pemerintah RI dan pemerintah negara yang bersangkutan untuk memberikan

kenyamanan dan perlindungan yang maksimal. Kebijakan lain yang memberikan

perlindungan di dalam dan luar negeri, seperti perluasan akses perbankan termasuk

asuransi dan "remitansi" perlu disempurnakan.

Lemahnya koordinasi dan pembagian kewenangan antar instansi masih terjadi

dalam penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI. Kompleksnya

permasalahan yang dihadapi TKI ke luar negeri disebabkan belum maksimalnya

koordinasi antar berbagai kementerian/lembaga, instansi di daerah, dan perusahaan

jasa pengirim tenaga kerja sehingga menyebabkan lemahnya penyelenggaraan

perlindungan TKI. Kebanyakan TKI yang bekerja di luar negeri hanya memiliki

keahlian yang marginal (unskilled labor). Banyak musibah yang menimpa para TKI di

luar negeri, seperti penganiayaan, pemerkosaan, kasus bunuh diri, dan tindak

kekerasan lainnya, sampai tidak diberikannya upah selama bekerja. Meskipun

terdapat potensi masalah yang timbul ketika bekerja, bekerja di luar negeri masih

tetap menjadi pilihan sejumlah besar angkatan kerja Indonesia. Proses rekruitmen

calon TKI ke luar negeri sangat berpotensi menimbulkan risiko besar yang hingga

saat ini masih banyak yang dilakukan oleh jasa perseorangan (percaloan).

(13)

dapat menghentikan tindakan percaloan merupakan sebuah tantangan yang

dihadapi pemerintah dalam hal ini Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI.

F. Perolehan valuta asing dan remitansi. Perolehan valuta asing, baik yang dibawa langsung atau dikirimkan TKI melalui jasa lembaga keuangan perbankan maupun

non-perbankan, memberikan tambahan pemasukkan devisa negara yang

memberikan kontribusi terhadap keseimbangan Neraca Pembayaran Indonesia

(NPI). Tercatat valuta asing yg di kirim melalui lembaga keuangan adalah

berturut-turut pada tahun 2010 sebesar US$ 6,74 miliar, tahun 2011 sebesar US$ 6,73 miliar,

tahun 2012 sebesar US$ 6,99 miliar , tahun 2013 sebesar US$. 7,4 miliar dan tahun

2014 sebesar US$. 7,5 miliar . Besarnya remitansi yang dibawa TKI memberikan

kontribusi yang besar terhadap perkembangan ekonomi di daerah domisili TKI

maupun perekonomian secara regional maupun nasional. Juga menjadi bentuk

tabungan masyarakat. Pengiriman remitansi baik melalui jasa lembaga keuangan

ataupun disimpan dalam rekening Bank TKI memberikan kontribusi terhadap

peningkatan tabungan masyarakat mengingat jumlahnya cukup signifikan.

G. Permasalahan

Terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan penanganan

serius pada perlindungan tenaga kerja Indonesia antara lain :

1. Selama ini keberadaan TKI tidak terdetaksi apakah dalam kondisi sehat, kerja

sesuai kontrak, gaji dibayar atau tidak dibayar, oleh karena itu pemerintah harus

hadir untuk mengatasi hal tersebut

2. BNP2TKI belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, “image” ini harus

dirubah.

3. Dengan maraknya pelanggaran Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)

(14)

penegakan hukum, maka diperlukan pembentukan Unit Intelegen di bawah

Direktorat Pengamanan dan Pengawasan (Dirpamwas) BNP2TKI,

hal ini bertujuan untuk melakukan upaya pencegahan terhadap trafikingbaik

ditingkat Pusat maupun di Daerah. Selama ini BNP2TKI hanya menunggu

laporan, dengan adanya unit intelijen dapat menghimpun informasi trafiking dari

daerah. Jika Unit Intelijen BNP2TKI terbentuk, maka personilnya tidak hanya

bertugas di Jakarta, melainkan juga di daerah-daerah.

4. Kurang selektifnya BLK-LN dalam memberikan sertifikasi terhadap CTKI yang

mengikuti pelatihan hal ini berdampak pada TKI yang tidak mampu berkomunikasi

maupun terampil dalam melaksanakan pekerjaan sehingga mengakibatkan TKI di

PHK secara sepihak oleh majikan sebelum habis masa kontraknya.

5. Kurangnya kesadaran CTKI untuk mengikuti mekanisme penempatan TKI ke Luar

negeri.

6. Belum semua konsorsium asuransi melakukan kerjasama dengan lembaga hukum /

Law firmdi Negara penempatan.

7. Belum banyak jaringan“on line system”antara Deputi Bidang Perlindungan dengan

Perwakilan R.I di luar negeri dalam penangan permasalahan TKI.

8. Belum semua PPTKIS mempunyai perwakilan (Perwalu) di luar negeri sehingga

CTKI/TKI yang ditempatkan tidak termonitor keberadaannya, maupun pemenuhan

hak-haknya.

9. Kurangnya kemandirian dan profesionalisme dari PPTKIS dalam menanggapi dan

menangani permasalahan yang dialami oleh CTKI/TKI baik didalam maupun di luar

negeri, sehingga pihak keluarga meminta bantuan penyelesaian kepada pemerintah

(15)

H. Evaluasi kegiatan tahun 2010 – 2014

Dalam kurun waktu pelaksanaan RPJM 2010-2014, sampai akhir Desember 2014,

Deputi Bidang Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah menyelenggarakan pelayanan perlindungan dan

pemenuhan hak-hak CTKI/TKI yang terdiri berturut-turut tahun 2011 sebanyak

4.645 kasus, tahun 2012 sebanyak 5.479 kasus, tahun 2013 sebanyak 3.617 kasus

dan tahun 2014 sd akhir Desember sebanyak 3.445 kasus, Pemberdayaan TKI

Purna tahun 2014 sejumlah 101 %, tahun 2013 sejumlah 27,6 %.

I . Agenda Perubahan di lingkungan Deputi Bidang Perlindungan

Deputi Bidang Perlindungan merupakan salah satu unit Eselon I sebagai pelaksana

teknis yang berada dilingkungan BNP2TKI dan bertanggung jawab langsung kepada

Kepala BNP2TKI.

Deputi Bidang Perlindungan mempunyai tugas menyiapkan, merumuskan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan teknis

perlindungan tenaga kerja Indonesia meliputi Standarisasi, Sosialisasi dan

pelaksanaan perlindungan sejak pra penempatan, selama penempatan sampai

dengan pemulangan.

Sedangkan fungsinya adalah memberikan:

1. Pelaksanaan kebijakan teknis pelayanan pengaduan, mediasi dan advokasi,

pengamanan dan pengawasan serta pemberdayaan untuk perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia;

2. Penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pelayanan pengaduan,

(16)

untuk perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

3. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelayanan pengaduan, mediasi dan

advokasi, pengamanan dan pengawasan serta pemberdayaan untuk

perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

4. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala BNP2TKI.

Dari sisi peran yang cukup besar terkandung potensi kelembagaan yang kuat untuk

melaksanakan, melayani, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan

pelayanan dan perlindungan TKI.

Dalam pelaksanaannya Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI masih mengalami

berbagai kendala dikarenakan sikap egosektoral, dengan memberi arti bahwa tugas

dan fungsi Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI hanya sebatas pelayanan advokasi.

Hal ini membawa konsekuensi yang cukup membingungkan masyarakat dan

stakeholder lain. Oleh karenanya pemaknaan peran Deputi Bidang Perlindungan

BNP2TKI harus untuk semua proses pelaksanaan perlindungan TKI termasuk

didalamnya adalah penindakan terhadap PPTKIS yang melanggar ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dapat diberikan kewenangan untuk menjatuhkan

sanksi.

Disisi lain di luar kelembagaan maka tantangan yang dihadapi dalam perlindungan

TKI adalah kondisi calon TKI yang kompetensi dan tingkat pendidikannya masih rendah

sehingga rawan terhadap terjadinya penipuan dan penganiayaan disamping secara

teknis belum dapat bersaing dengan tenaga kerja Negara lain. Hal ini tidak terlepas

dari kondisi ketenagakerjaan secara nasional yakni:

a. Disparitas (ketimpangan) antara lapangan kerja formal dan informal;

b. Rendahnya kualitas dan kompetensi TKI;

c. Tingginya angka pengangguran;

(17)

e. Rendahnya daya serap lapangan kerja di Indonesia;

Disamping kondisi-kondisi tersebut diatas dengan permasalahan-permasalahan yang

belum dapat diatasi, pada dasarnya aspek kelembagaan, sistim, goodwill dari

pemerintah cukup kuat untuk segera menata pelayanan perlindungan TKI agar lebih

tertib dan manusiawi.

Sejalan dengan Misi dan Visi Presiden RI, Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI

mempunyai agenda prioritas, sebagai berikut :

1. Pengembangan Early Warning System di bawah Direktorat Pelayanan Pengaduan.

Early Warning System dikembangkan melalui aplikasi data diri TKI terekam di

nomor kartu telepon. Dengan aplikasi ini, diharapkan keberadaan TKI dan

permasalahannya bisa diantisipasi secara lebih dini di Negara penempatan.

Sistem ini bekerja setelah setiap TKI diberi single identity number yang

dihubungkan dengan kartu telepon yang mereka mililki. Kartu telepon TKI ini

nantinya terhubung dengan sistem online BNP2TKI menunjukkan negara hadir

dan bisa memastikan TKI dalam kondisi sehat, kerja sesuai kontrak, gaji

dibayar atau tidak dibayar pemantauan ini akan dimulai dengan mendata

semua nomor telepon seluler para TKI. Pemerintah, bisa bekerja sama dengan

perusahaan operator telekomunikasi di Indonesia.

2. Pembentukan Unit Intelegen di bawah Direktorat Pengamanan dan Pengawasan (Dirpamwas) BNP2TKI.

Tujuannya yaitu untuk melakukan upaya pencegahan terhadap trafikingbaik

ditingkat Pusat maupun di Daerah. Selama ini BNP2TKI hanya menunggu

(18)

di daerah, Jika Unit Intelijen BNP2TKI terbentuk, maka personilnya tidak hanya

bertugas di Jakarta, melainkan hingga di daerah-daerah. Mereka mengawasi

perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman TKI. Petugas Unit

Intelijen BNP2TKI wajib menggalang informasi terkait pelanggaran yang

dilakukan oleh PPTKIS, dan melaporkan ke kanotr pusat. Sudah saatnya

BNP2TKI memiliki unit intelijen untuk memperkuat fungsinya. Untuk

memperkuat pengawasan dan penegakan hukum, BNP2TKI harus bekerja

sama dengan Polri. Pihak penegak hukum juga harus bertindak jika

menemukan PPTKIS ilegal, tanpa harus menunggu laporan. Unit intelijen yang

terpusat untuk melakukan monitoring terhadap kinerja internal, dan

masing-masing provinsi diletakkan satu unit intelijen yang melakukan reporting ke

pusat melalui sistem pengawasan untuk memonitor kinerja lapangan.

3. Penguatan Advokasi dan Mediasi kasus-kasus TKI.

Penguatan Advokasi dan Mediasi kasus-kasus TKI diperlukan untuk

menghadapi kasus TKI berupa pekerjaan tidak sesuai PK, gaji tidak dibayar,

penganiayaan, pelecehan seksual, majikan bermasalah, kecelakaan kerja,

(19)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN TRATEGIS DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN TAHUN 2015-2019

A. Rencana Strategis 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Perlindungan 2015-2019 merupakan

perencanaan jangka menengah Deputi Bidang Perlindungan.

Pada Rencana Strategis BNP2TKI tahun 2015-2019 adalah melaksanakan Visi

Presiden pada pada Kabinet Kerja Tahun 2015-2019 Yaitu:

1. Visi.

“ TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT,

MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG ”

Selaras dengan Visi tersebut, Agenda Prioritas yang di emban pada Nawa Cita

untuk Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI adala :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;

2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan

terpercaya;

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam rangka Negara kesatuan;

4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi system dan

pengakuan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;

(20)

Visi tersebut merupakan arah pandangan ke depan terkait dengan kinerja dan

peranan Deputi Bidang Perlindungan dan merupakan cerminan komitmen dan

konsistensi seluruh pegawai dalam pencapaian kinerja.

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi pada Kabinet Kerja Tahun 2015-2019 yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan Deputi Bidang

Perlindungan yaitu:

1. “Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia Yang Tinggi, Maju Dan

Sejahtera”

2. “Mewujudkan Bangsa Yang Berdaya Saing”

Kriteria dalam penentuan misi Deputi Bidang Perlindungan, sejalan dengan Misi

pada Kabinet Kerja Tahun 2015 - 2019 upaya pencapaian visi tersebut

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2015-2019 serta tugas yang diamanatkan oleh undang-undang

nomor 39 tahun 2004, serta merupakan gambaran tindakan dari tugas pokok dan

fungsi Deputi Bidang Perlindungan.

Dalam mewujudkan misi tersebut, Rencana Stratgis Deputi Bidang Perlindungan

BNP2TKI membuat Indikator misi, yaitu Meningkatkan kualitas pelayanan perlindungan TKI dan pemberdayaan TKI purna dan keluarganya. Setiap instansi atau pihak yang terkait harus senantiasa dan terus menerus

meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan perlindungan kepada TKI pada

tahap pra, selama dan purna penempatan TKI.

3. Tujuan

Tujuan yang dimaksud adalah merupakan sesuatu apa yang akan dicapai atau

(21)

ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan

pada isu-isu strategis, serta mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan,

program, dan kegiatan dalam rangka merealisasikan Misi. Tujuan yang

dirumuskan berfungsi juga untuk mengukur sejauh mana Kinerja Deputi Bidang

Perlindungan telah dicapai mengingat tujuan dirumuskan berdasarkan Visi dan

Misi Kabinet Kerja Tahun 2015 - 2019.

Adapun karakteristik perumusan tujuan adalah antara lain (1) waktu

pencapaiannya dalam jangka menengah, (2) dilakukan secara jelas, (3)

mempertimbangkan faktor internal dan eksternal, (4) terkait dengan misi, (5)

mempertimbangkan nilai yang dianut organisasi, (6) mempertimbangkan critical

success factors(CSF), dan (7) tidak bertentangan dengan visi.

Berpedoman pada Visi dan Misi tersebut maka Tujuan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI yang selaras dengan 9 agenda prioritas tersebut adalah :

“melindungi hak dan keselamatan warga Negara Indonesia di luar Negeri, khususnya pekerja migrant “ sesuai dengan 9 Agenda Prioritas pada Point pertama adalah : “Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara“

4. Sasaran Strategis

Adapun Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama dalam Rencana Startegis

(22)

Tabel. 1

SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ESELON I DILINGKUNGAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (outcome)

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Meningkatnya kemampuan CTKI/TKI

purna dan keluarga untuk mengelola

keuangan, termasuk

mengembangkan usaha mikro

Persentase pekerja migran purna hasil

edukasi dan kewirausahaan yang

berwirausaha

Meningkatnya persentase TKI yang

berangkat secara prosedural di

kantong TKI non-prosedural

Persentase meningkatnya TKI yang

berangkat secara prosedural di kantong

TKI non prosedural

Pengaduan masalah TKI dilayani,

diproses, dan diselesaikan

Prosentase terlayaninya pengaduan

yang diproses berbasis sistem integrasi

dengan K/L terkait/Perwakilan RI

Terpenuhinya hak-hak CTKI/TKI

sejak pra, selama dan purna

Prosentase terselesaikannya

(23)

Tabel. 2

SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ESELON II DILINGKUNGAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Meningkatnya kemampuan TKI purna

penempatan untuk mengelola

keuangan, termasuk mengembangkan

usaha mikro

Jumlah pekerja migran/purna yang

mendapat edukasi pengelolaan

keuangan dan wirausaha

Persentase pekerja migran purna hasil

edukasi dan kewirausahaan yang

berwirausaha

Fasilitasi pelayanan pemulangan TKI

Ilegal/ Bermasalah di debarkasi ke

daerah asal

Meningkatnya reintegrasi TKI purna

berbasis ekonomi produktif/sentra

ekonomi

Jumlah TKI purna yang berwirausaha

dalam komunitas Kampung TKI

Meningkatnya persentase TKI yang

berangkat secara prosedural di

kantong TKI non-prosedural

Persentase TKI yang berangkat secara

prosedural di kantong TKI non

prosedural

Pengaduan masalah TKI dilayani,

diproses, dan diselesaikan

Persentase pengaduan yang diproses

berbasis sistem integrasi dengan K/L

terkait/Perwakilan RI

Terpenuhinya hak-hak CTKI/TKI sejak

pra, selama dan purna

Persentase permasalahan CTKI/TKI

(24)

Persentase CTKI/TKI bermasalah yang

(25)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI TAHUN 2015-2019

A. Arah Kebijakan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI

Untuk mencapai Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran tersebut di atas, maka selama lima tahun kedepan (2015-2019), Arah kebijakan yang akan ditempuh dan Strategi

yang akan dijalankan adalah sebagai berikut :

1. Mengutamakan langkah-langkah preventif (preventive action) atau

pencegahan terjadinya masalah TKI;

2. Pemberian akses dalam rangka peningkatan pelayanan perlindungan,

dengan mengembangkan dan memperkuat akses hotline service Call

Center yang dapat diakses 24 jam secara gratis;

3. Langkah Deteksi Dini (early Warning Sistem)) dan langkah cepat tanggap

(immediate response). Menegakkan hukum secara optimal tehadap

pelanggar peraturan nasional terkait TKI;

4. Pembuatan Unit Intelejen dalam rangka monitoring terhadap kinerja internal

dan kinerja lapangan;

5. Penguatan Advokasi dan Mediasi terhadap TKI dengan Pemberian dan

akses bantuan hukum, dengan penyelesaian masalah hukum yang

dihadapi CTKI/TKI;

6. Pelaksanaan pemberdayaan CTKI/TKI dan keluarganya demi terwujudnya

kesejahteraan;

7. Penindakan tegas terhadap tindakan nonprosedural yang dilakukan

oleh oknum dalam proses pemberangkatan pekerja ke luar negeri melalui

(26)

B. Strategi Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI

Deputi Bidang Perlindungan, dalam rangka melaksanakan Arah kebijakan

BNP2TKI maka Strategi yang dijalankan adalah sebagai berikut :

a. Pencegahan dan Penindakan Penempatan TKI non Prosedural;

b. Menghadirkan layanan langsung ke TKI di luar negeri dengan Penyediaan

Simcard yang terinstal dengan beragam fitur layanan yaitu 1) Fitur Layanan

Pengaduan berupa pengaduan kasus, Klaim asuransi 2) Fitur Layanan

Darurat berupa emergency call, emergency SMS, Panic Button, 3) Fitur

Keberadaan TKI berupa Pencarian lokasi berdasarkan poisisi HP 4) fitur

Layanan Informasi berupa Pencarian alamat perwakilan, prosedur

pengaduan, profil Negara penempatan, dll

c. Perlunya Unit Intelijen yang terpusat untuk melakukan monitoring terhadap

kinerja internal, Masing-masing provinsi diletakkan satu unit intelijen yang

melakukan reporting ke pusat melalui Sistem Pengawasan untuk me-monitor

kinerja lapangan

d. Fasilitasi pengaduan yg mudah diakses/ terjangkau oleh TKI, Responsif dan

Solutif;

e. Fasilitasi Advokasi dan Rehabilitasi CTKI dan TKI purna bermasalah

f. Optimalisasi Kinerja Penyelesaian Masalah Pengaduan TKI;

g. Melaksanakan pemberdayaan CTKI/TKI dan keluarganya demi terwujudnya

kesejahteraan;

h. Sinergitas pemberdayaan TKI Purna berupa Integrasi program

pemberdayaan Purna TKI dengan : Kemensos, Kemenkop-UKM, Kemendag,

Kemenperin, Kemenaker, Kementan, Kemendikbud, KKP, Kemenhut;

(27)

j. Menyediakan akses untuk memperoleh kredit perbankan melalui kerja sama

dengan perbankan dalam rangka permodalan pemberdayaan TKI Purna;

k. Menyempurnakan pengiriman remitansi tenaga kerja Indonesia, antara lain

dengan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan,

memfasilitasi peningkatan kesepakatan kerjasama perbankan dengan

perbankan negara penempatan.

C. KERANGKA REGULASI

Saat ini terdapat kurang lebih 41 peraturan perundang-undangan yang terkait baik

langsung maupun tidak langsung dengan aspek perlindungan TKI. Fenomena ini

menunjukkan terjadinya inflasi peraturan perundangan namun defisit dalam

pelaksanaannya. Implikasinya terjadi disharmoni, tumpang tindih, kontradiktif antar

instrumen pengatur yang bersangkutan dan menimbulkan celah-celah

penyalahgunaan pengaturan terhadap TKI. Sementara UU no 39 tahun 2004

tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri lebih menekankan aspek

bisnis penempatan dan kurang dalam mengatur perlindungan TKI.

D. KERANGKA KELEMBAGAAN

Penataan Organisasi dan Kelembagaan Deputi Bidang Perlindungan:

a. Adanya tuntutan akan pelayanan publik melalui pelayanan publik serta

pentingnya informasi yang harus disampaikan kepada para pencari kerja dan

stakeholders di bidang penempatan dan pelayanan CTKI/TKI, maka

diperlukan penataan organisasi dan kelembagaan pada Direktorat Pelayanan

(28)

b. Sedangkan pada Direktorat lainnya yang saat ini ada tetap seperti semula,

yaitu Direktorat Mediasi dan Advokasi, Direktorat Pemberdayaan dan

Direktorat Pengamanan dan Pengawasan

c. Penataan Organisasi dan Kelembagaan Deputi Bidang Perlindungan.

Struktur organisasi, Kedeputian Perlindungan, menjadi:

1) Direktorat Pelayanan Pengaduan dan Informasi Pengaduan

2) Direktorat Mediasi dan Advokasi

3) Direktorat Pemberdayaan

4) Direktorat Pengawasan dan Pengamanan

Dalam rangka mencapai visi dan misi maka Deputi Bidang perlindungan

diperlukan kerangka kelembagaan yang kuat dengan dukungan 4 (empat)

Kegiatan.

Adapun 4 (empat) Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Perlindungan pada

Perlindungan TKI dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan (2015-2019) adalah:

1. Peningkatan Pelayanan Mediasi dan Advokasi;

2. Peningkatan Pelayanan Pengaduan;

3. Peningkatan Pengamanan dan pengawasan TKI;

(29)

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Target Kinerja Renstra ini disusun dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang

hasil-hasil yang akan dicapai dan sebagai bentuk pertanggung-jawaban program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu 2015-2019

yang diketahui oleh pimpinan dan masyarakat serta sebagai dasar dalam menentukan

langkah yang akan dilakukan dalam rangka perbaikan kinerja kepemerintahan.

Dalam rangka pengelolaan kinerja dilingkungan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI

telah ditetapkan penanggungjawab pengelola kinerja program di lingkungan Deputi

Bidang Perlindungan BNP2TKI sebagai berikut :

1. Direktorat Pelayanan Pengaduan

 penyiapan kebijakan teknis pendaftaran dan informasi, analisis dan verifikasi

serta monitoring dan evaluasi pengaduan;

 penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pendaftaran dan

informasi, analisis dan verifikasi serta monitoring dan evaluasi pengaduan;

 pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pendaftaran dan informasi, analisis

dan verifikasi serta monitoring dan evaluasi pengaduan.

2. Mediasi dan Advokasi Permasalahn CTKI/TKI;

 penyiapan kebijakan teknis mediasi dan advokasi kawasan Asia Pasifik dan

Amerika, Timur Tengah, Afrika dan Eropa;

 penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan kebijakan teknis

perlindungan dan advokasi kawasan Asia Pasifik dan Amerika, Timur Tengah,

Afrika dan Eropa;

(30)

Asia Pasifik dan Amerika, Timur Tengah, Afrika dan Eropa;

 Menyiapkan Petugas Mediator yang berkualitas.

3. Pemberdayaan TKI Purna

 penyiapan kebijakan teknis kerja sama antar lembaga, pelayanan kepulangan

serta fasilitasi dan rehablitasi TKI Purna;

 penyiapan penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan kerja sama

antar lembaga, pelayanan kepulangan serta fasilitasi dan rehablitasi TKI Purna;

 pemberian bimbingan teknis dan evaluasi kerja sama antar lembaga,

pelayanan kepulangan serta fasilitasi dan rehablitasi TKI Purna.

4. Pelayanan Pengamanan dan Pengawasan

 penyiapan kebijakan teknis pengamanan dan pengawasan serta

pendayadunaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

 penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pengamanan,

pengawasan dan pemberdayaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

 pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengamanan, pengawasan dan

pendayagunaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi

tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang

bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan

standar. Melalui kinerja Aparatur, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi

profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan publik secara umum

pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat.

Namun demikian komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya

(31)

tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk

meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat prestasi melalui

indikator kinerjanya akan menyentuh langsung faktor-faktor yang menunjukkan

indikasi-indikasi obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang Aparatur, serta sejauh mana

fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.

Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicators (KPI) dapat diartikan

sebagai ukuran atau Indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah

berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan.

Adapun Indikator Kinerja Utama dalam Rencana Startegis Deputi Bidang Perlindungan

BNP2TKI tahun 2015 – 2019 sebagai berikut :

1. Prosentase Masalah CTKI/TKI Tertangani;

2. Prosentase TKI Purna yang Menjadi Wirausaha;

TABEL 7

SASARAN STRATEGIS DAN IKU DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN TAHUN 2015-2019

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN BNP2TKI

Menurunnya TKI bermasalah dan

Meningkatnya CTKI/TKI Purna yang

berwirausaha

Persentase CTKI/TKI Bermasalah yang

Tertangani

Persentase TKI Purna yang Menjadi

(32)

Tabel 8

RENCANA KINERJA TAHUNAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA

TAHUN PELAKSANAAN

2015 2016 2017 2018 2019

1

Meningkatnya Jumlah CTKI/TKI

Purna yang Mendapatkan

Pemberdayaan/ Perlindungan sejak

Pra, Selama, sampai dengan

Pemulangan.

Persentase CTKI/TKI

Bermasalah yang Tertangani

90% 92% 95% 98% 100%

Persentase TKI Purna yang

Menjadi Wirausaha

(33)

Tabel 9

RENCANA KINERJA TAHUNAN ESELON I DILINGKUNGAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA

TARGET

2015 2016 2017 2018 2019 DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

1

Meningkatnya kemampuan TKI

purna penempatan untuk mengelola

keuangan, termasuk

mengembangkan usaha mikro

Persentase pekerja migran

purna hasil edukasi perbankan

dan kewirausahaan yang

berwirausaha

32% 34% 36% 38% 40%

2

Meningkatnya persentase TKI yang

berangkat secara prosedural di

kantong TKI non-prosedural

Persentase meningkatnya TKI

yang berangkat secara

prosedural di kantong TKI non

prosedural

(34)

diproses, dan diselesaikan diproses berbasis sistem

integrasi dengan K/L

terkait/Perwakilan RI

4

Terpenuhinya hak-hak CTKI/TKI

sejak pra, selama dan purna

Prosentase permasalahan

CTKI/TKI yang tertangani

90% 92% 95% 98% 100%

Tabel 10

RENCANA KINERJA TAHUNAN ESELON II DILINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

No SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA

TAHUN PELAKSANAAN

2015 2016 2017 2018 2019 DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

1 Direktorat Pemberdayaan

Meningkatnya kemampuan

TKI purna penempatan untuk

mengelola keuangan,

Jumlah pekerja migran/purna

yang mendapat edukasi

pengelolaan keuangan dan

(35)

termasuk mengembangkan

usaha mikro

wirausaha

Persentase pekerja migran

purna hasil edukasi dan

kewirausahaan yang

berwirausaha

32% 34% 36% 38% 40%

Fasilitasi pelayanan

pemulangan TKI Ilegal/

Bermasalah di debarkasi ke

daerah asal

Meningkatnya reintegrasi TKI

purna berbasis ekonomi

produktif/sentra ekonomi

2 Direktorat Pengawasan dan Pengamanan

(36)

prosedural di kantong TKI

Jumlah CTKI hasil

pencegahan/Sweeping

penempatan TKI Non

Prosedural

200 CTKI 600 CTKI 700 CTKI 600 CTKI

600

CTKI

Jumlah laporan informasi

hasil penyelidikan

Jumlah pemberkasan hasil

penyidikan/penindakan

12 berkas 14 berkas 16 berkas 18 berkas

20

(37)

3 Direktorat Pelayanan Pengaduan

Pengaduan masalah TKI

dilayani, diproses, dan

diselesaikan

Persentase pengaduan yang

diproses berbasis sistem

integrasi dengan K/L

terkait/Perwakilan RI

100% 100% 100% 100% 100%

4 Direktorat Mediasi dan Advokasi

Terpenuhinya hak-hak

CTKI/TKI sejak pra, selama

dan purna

bermasalah yang mendapat

(38)

A. KERANGKA PENDANAAN

Kerangka Pendanaan BNP2TKI telah disusun sesuai Dokumen Hasil Pertemuan

Tiga Pihak dalam penyusunan RPJMN tahun 2015-2019 yang terdiri dari

Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan BNP2TKI dengan hasil

sebagaimana pada lampiran II Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(39)

BAB V PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Revisi ini merupakan dokumen perencanaan komprehensif

yang memuat prioritas dan arah kebijakan perlindungan TKI serta dasar penetapan program

kerja dalam kurun waktu tahun 2015 sampai 2019.

Renstra Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI tahun 2015 - 2019 pada hakekatnya

merupakan penjabaran dari RPJM 2015 - 2019, khususnya di bidang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Renstra Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI diharapkan menjadi acuan dalam

penyusunan rencana kerja tahunan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI.

Disadari bahwa BNP2TKI yang baru dibentuk ini masih menghadapi berbagai keterbatasan

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Oleh karena itu, diperlukan dukungan

berbagai pihak, agar seluruh program dan kegiatan yang telah dirumuskan dalam Renstra ini

dapat dilaksanakan secara optimal.

Jakarta, April 2015

Deputi Perlindungan,

Gambar

Tabel. 1SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ESELON I
Tabel. 2SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ESELON II
TABEL 7SASARAN STRATEGIS DAN IKU DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN TAHUN 2015-
Tabel 8
+3

Referensi

Dokumen terkait

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke Kota karena

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini maka model yang telah dibangun tersebut akan dibuat suatu skenario dengan cata memanfaatan sistem transportasi cerdas di dinas perhubungan

Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis berpengaruh pada meningkatnya kemampuan menulis cerpen siswa. Hasil pembelajaran menulis cerpen siswa

One that will certainly make them really feel completely satisfied is completing reading this book The Best Laid Plans By Nick Scipio and getting the notification of the

Ketidakhadiran Saudara dalam proses pembuktian kualifikasi dapat menyebabkan perusahaan Saudara dinyatakan gugur. Demikian untuk

Mereka mendaftarkan diri pada situs yang menawarkan penghasilan cepat, apabila situs tersebut tidak memberikan hasil yang mereka inginkan, mereka beralih ke

Ketidakhadiran Saudara dalam proses pembuktian kualifikasi dapat menyebabkan perusahaan Saudara dinyatakan gugur. Demikian untuk

TUGAS ANDA DI PROFITCLICKING hanya untuk “MELIHAT IKLAN” atau pasang KLIK IKLAN, Bukan mendaftar di web yang di iklankan, Profitclicking hanya bertugas