• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Insya’ Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kesalahan Insya’ Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kajian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis kesalahan insya’ sebelumnya sudah diteliti oleh Syukur Prihantoro ( 094200097 ) Mahasiswa jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, yang berjudul “ Problematika Pembelajaran Insya’ Pada Siswa Kelas II MTS Ibnul Qayyim Putri Yogyakarta”.

Hasil penelitiannya terdapat beberapa problem dalam pembelajaran insya’ yaitu problem linguistik dan problem metode, problem linguistic meliputi; 1. Minimnya kosa kata, 2.Lemahnya pemahaman tentang gramatika bahasa Arab, 3.Tidak mengetahui karakter tulisan bahasa Arab.Problem metode meliputi; 1.Siswa, 2.Guru, 3.Tidak adanya buku, 4.Alokasi waktu, 5.Penerapan metode yang monoton, 6.Keterbatasan metode pembelajaran, 7.Pemilihan evaluasi yang kurang tepat. Berdasarkan hasil tes, bentuk-bentuk kesalahan bahasa yang berupa ; kesalahan fonologi 44,36%, morfologi 11,000%, sintakasis 26,60%, dan kesalahan semantik 22,01%. Penelitian ini menggunakan teori Anakes Guntur Tarigan 1988.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh N. Lalah Alawiyah (00200106010235) mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab fakultas Tarbiyyah IAIN Raden Fatah Palembang yang berjudul “ Analisis Kesalahan Berbahasa Arab Tulis”. Hasil penelitiannya terdapat banyak kesalahan Tarkib

yaitu 34 kesalahan, 31 kesalahan nau’ ( gender ), dalam sharaf; 32 kesalahan dalam pemilihan bentuk kata, 12 kesalahan pada tashrif, 4 kesalahan membedakan nakirah dan ma’rifah. Penelitian ini menggunakan teori Anakes Guntur Tarigan 1988.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Lu’lu’ Suraya (2303407007) mahasiswa jurusan bahasa dan Sastra asing Fakultas Bahasa dan Seni UNNES yang berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Mubtada’ dan Khabar Terhadap Hasil Karangan Mahasiwa Pada Mata Kuliah Insya’ (2010/2011).Hasilnya

(2)

adanya kesesuain antara mubtada’ dan khabar dalam gender. Dan 19 macam atau 20% kesalahan dalam hal mufrod,mutsanna dan jamak.

Penyebab kesalahan dalam Insya’ atau mengarang ini dikarenakan latar belakang pendidikan sampel, motivasi dalam belajar, kurangnya pemahaman tentang ilmu tata bahasa arab, dan kurangnya minat dan perhatian terhadap pentingnya belajar bahasa Arab, tidak ad buku pegangan mahasiswa dan dosen.

2.2 Konsep Analisis Kesalahan

Menurut KBBI (1995:37) Analisis adalah penyeidikan tehadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb ) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya). Menurut KBBI( 1995:865) Kesalahan adalah kekeliruan/kealpaan. Menurut KBBI (1995:445) Mengarang adalah perbuatan /pekerjaan mengarang (tulis-menulis) dan menyusun cerita, sajak dan sebagainya.

Rosyidi menjelaskan (2009:75), menulis merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif.Keduanya merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seseorang pemakai bahasa melalaui bahasa. Perbedaannya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkan. Penyampaian pesan dalam menulis dilakukan secara tertulis.

Penguasaan terhadap aspek komponen bahasa sangat diperlukan untuk mengungkapkan seluruh gagasan dan pokok pikiran itu.Pertama-tama perlu ditemukan sejumlah kosakata yang sesuai dengan isi dan makna yang ingin diungkapkan. Kata-kata itu harus disusun dalam bentuk rangkaian kata-kata menurut kaedah penyusunan, serta dituangkan dalam bentuk kalimat yang jelas dan lugas, serta memenuhi persyaratan tata bahasa(Rosyidi 2009:75).

(3)

begitu lama dan sabar terhadap kesalahan berbahasa murid-murid dan anak-anak mereka tiba pada satu kesimpulan, pada suatu realisasi, bahwa berbuat kesalahan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan. Dengan perkatan lain, guru dan orang tua tidak perlu mengelak atau menghindar dari kesalahan, tetapi justru harus menghadapi serta memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh murid dan anak mereka.

Istilah “kesalahan” yang sering dipakai adalah kata “errors”,mistake, goofs, atau kekeliruan. Menelaah kesalahan berbahasa mengandung dua maksud

utama, yaitu:

1. Untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk membuat atau menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hakekat proses belajar bahasa; 2. Untuk mengetahui hal yang paling sukar diproduksi oleh para pelajar

secara baik dan benar, serta tipe kesalahan mana yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektifmengenai hakekat proses belajar bahasa (Dulay[et al], 1982: 138). Secara awam, kita dapat mengatakan bahwa mengetahui kesalahan para pelajar mengandung beberapa keuntungan, antara lain:

a. Untuk mengetahui sebab-musabab (penyebab) kesalahan itu; b. Untuk memahami latar belakang kesalahan tersebut;

c. Untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar;

d. Untuk mencegah atau menghindari keslahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, agar para pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.

Menurut Corder,1967 dalam Tarigan menyebutkan bahwa Chomsky membagi kesalahan dalam dua jenis,yaitu:

a. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian, yang disebut factor performansi,kesalahan ini merupakan kesalahan penampilan (mistake);

(4)

olehpengetahauan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem bahasa kedua (errors).

2.3 Beberapa Istilah Kitabah ( Menulis )

Kata Kitabah berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentukandari kata kataba, yaktubu, katban, kitaban, dan kitabatan.Kitabah berarti tulisan, kata ini

juga berarti menyusun, mengumpulkan, dan mendaftarkan.( Muradi 61:2015)

MenurutHusein (2006:27):

ﻲﻓ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻊﺿﻭﻭ ،ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍﻭ ﻑﻭﺮﺤﻟﺍ ﻢﺳﺮﻟ ﺔﻳﻮﻀﻌﻟﺍ ﺔﻛﺮﺤﻟﺍ ﻮﻫﻭ

:

ﺔﺑﺎﺘﻜﻟﺍ

ﺕﺎﻣﻼﻋ ﻝﺎﻤﻌﺘﺳﺍﻭ ،ﺎﺤﻴﺤﺻ ءﺎﺠﻫ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻲﺠﻬﺗﻭ ،ﺕﺍﺮﻘﻓ ﻲﻓ ﻞﻤﺠﻟﺍﻭ

,

ﻞﻤﺟ

.

ﺎﻣءﻼﻣ ﻻﺎﻤﻌﺘﺳﺍ ﻢﻴﻗﺮﺘﻟﺍ

/al-kitābatu: wa huwa al-ḥarakatu al-‘adwiyatu lirasmi al-ḥurūfi wa al -kalimāti, wa waḍa’a al-kalimāta fī jumalin, wa al-jumali fi faqrātin, wa tuḥajjī al -kālimātu hijāan ṣaḥīḥan, wa isti’mālu ‘alāmātu at-tarqīm `isti’mālan mulāiman/` menulis: suatu kegiatanuntuk merangkai huruf dan kata, dan menempatkankata-katadalam kalimatdan kalimatmenjadi paragraf, danmenyusun kata-katadengan susunanyang benar, dan menggunakan tanda baca dengan penggunaan yang tepat `.

Sementara itu, terdapat istilah yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab yaitu Insya’ yang berarti mencipta, membuat, membina, susunan dan karangan.

Menurut Al-Hindawy dalam Muradi (2015: 63) Insya’adalah fenomena yang benar karena kuatnya ide seseorang dalam dirinya dan dalam segala hal, yaknikuatnya ungkapan tentang idenya dan perasaannya dengan menggunakan bahasa yang benar.Kemudian Keraf (1980:34) Insya’ dalam bahasa inggris disebut dengan compotition yang berarti

(5)

Dari beberapa defenisi Insya’ di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Insya’adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapakan ide-idenya dan persaannya dengan menggunakan bahasa yang benar baik secara lisan maupun tulisan.

Menurut Munawwar dalam Muradi (2015:67) terdapat terminologi lain yang sering digunakan dalam pengertian menulis dan mengarang, yaitu ta’bir (ungkapan). Kata ta’bir merupakan kata bentukan dari ‘abbara, yu’abbiru, ta’biran yang berarti menjelaskan.Sedang ta’birjuga berarti penjelasan.Sementara

itu, defenisi ta’birmenurut pendapat para ahli bahasa Arab adalah sebagai berikut: 1. Ahmad mendefinisikan ta’bir sebagai acuan atau hasil gubahan yang

dituangkan seseorang yang berasal dari gagasannya dan perasaannya guna memenuhi segala kebutuhannya dalam kehidupan.

2. Ma’ruf. al-Dulaimy dan al-Waily mendefinisikan ta’bir sebagai sesuatu yang harus dilatih secara sistematis yang berjalan sesuai dengan rencana yang matang sehinggadapat mencapai apa yang dikehendaki pada tingkat dimana seseorang dapat mengungkapkan gagasannya, idenya dan perasaannya yang bersumber dari apa saja yang dilihat dan dari pengalaman hidup dengan bahasa yang tepat sesuai dengan jalan pikiran tertentu.

3. Madkur menyatakan bahwa ta’bir sebagai kreativitas bahasa yang halus baik secara lisan maupun tulisan, yang memperhatikan kondisi dan sesuai dengan situasi. Sementara definisi ta’bir secara operasional adalah kemampuan menguasai bahasa sebagai media untuk mengungkapkan ide dan gagasan dan mengomunikasikannya.

Beberapa definisi ta’bir di atas, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa ta’bir adalah kreativitas yang sistematis yang berjalan sesuai dengan rencana yang

matang sehingga seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaannya dengan menggunakan bahasa yang tepat baik secara lisan maupun tulisan.

(6)

dengan termenologi ta’bir.Kata insya berarti ciptaan dan buatan.Kata ciptaan dan buatan bukanlah sesuatu yang disediakan untuk semua orang. Namun ia merupakan anugerah atau pemberiann sebagai awal yang perlu dikembangkan. Sementara, ta’biradalah ungkapan yang disampaikan oleh seseorang sesuai dengan kehidupan yang ia hadapi dengan ide yang jelas, bahasa yang lugas, performa yang tepat yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca. Jadi makna ta’bir lebih luas dari makna insya.

Maka dari beberapa uraian di atas dapat difahami bahwa Insya’adalah kegiatan mengarang dalam bahasa Arab sesuia kaidah yang ditentukan dalam bahasa yang baik dan benar.

Hasil karangan yang baik tentu berdasarkan pada sempurnanya bahasa dan rangkaian kata yang sesuai dengan peraturan mengarang sesuai dengan yang dijelaskan oleh Indriati dalam Muradi (2015:65) bahwa: tulisan yang efektif harus mengandung unsur- unsur :

1. Singkat

Dalam arti tidak perlu menambahkan hal –hal di luar pokok tulisan serta tidak mengulang-ngulang yang sudah dijelaskan.

2. Jelas

Kejelasan dalam arti tidak mempunyai arti ganda (ambigu). 3. Tepat

Dalam arti pemilihan kosa kata harus tepat mengembangkan apa yang dimaksudkan penulis.

4. Aliran logika lancar

Dalam arti paparan ide pokok didukung oleh penjelasan dan kesimpulan.

5. Koheren

Dalam arti ide-ide pokok harus saling berkaitan mendukung ide utama sehingga seluruh bagian tulisan merupakan kesatuan yang saling berhubungan.

2.4 Nahwu dan Sharaf Sebagai Komponen Insya’

2.4.1 PengertianNahwu dan Sharaf

(7)

sharaf adalah perubahan satu asal kata menjadi beberapa bentuk yangmenunjukkan makna yang berbeda.

Adapun yang menjadi bidang kajian nahwu adalah kalimat dilihat darisegi i’rab dan bina-nya, sedangkan sharaf yang menjadi objek kajiannya adalahkata mufrad yang membentuk beberapa unit kebahasaan yang membentukbeberapa kalimat dan struktur.Kata yang dimaksud adalah isim-isim mu’rabdan fi’il mutasharrif.Sedangkan fi’il-fi’il mabni dan fi’il-fi’il jamid tidakmenjadi kajian

ilmu sharaf.

Walaupun terdapat perbedaan antara kedua ilmu tersebut, padahakikatnya kedua-duanya memiliki kaitan yang erat, karena sebagaimana dalambahasa lain kalimat selalu berunsurkan kata-kata, demikian juga nahwu selaluberunsurkan sharaf, Oleh sebab itu ketika seseorang melakukan analisis nahwumaka tidak

akan lepas dari analisis sharaf.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Umum dalam Nahwu dan Sharaf

Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yangada di dunia tentu memiliki unsur kespesifikan, misalnya dalam system gramatikanya. Oleh sebab itu tentunya iamemiliki kaidah tersendiri tentangsistem gramatikanya. Sistem gramatika dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah nahwu dansharaf.

1. Sharaf

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kaidah-kaidah sharafterfokus pada struktur kata dan semua aspek perubahannya baik denganpenambahan maupun dengan pengurangan.

Para linguis Arab telah sepakat bahwa kata dalam bahasa Arab Fushhasecara garis besar terbagi menjadi tiga yaitu isim, fi’il dan harf.Isim

(8)

sepertiﻰﻜﺑ,ﺐﺘﻛ dan sebagainya. Adapun harf adalah sesuatu yang menunjukkansuatu makna yang tidak dapat berdiri sendiri, seperti ﻞﻫ, ﻲﻓ.

TammamHassan memiliki klasifikasi tersendiri tentang pembagian kata dalam bahasaArab.Ia membaginya menjadi tujuh, yaitu isim, shifah, fi’il, dhamir, khâlifah, zharaf dan adât.

a) Isim (Nomina)

Tamam Hassan membagi isim menjadi lima (1) isim mu’ayyan, yaituisim yang menunjukkan zat tertentu seperti ﻞﺟﺭ, ﺏﺎﺘﻛ, ﺖﻴﺑ dan sebagainya,(2) isim hadats atau isim ma’na, seperti isim mashdar, isim marrah dan isimhaiah, (3) isim

jinsi, seperti kata 4) , ﺏﺮﻋ, ﻞﺑﺇ, ءﺎﺴﻧ ) isim musytaq yangdidahului oleh mim zaidah seperti isim zaman, isim makan dan isim alat. Olehkarena huruf mim maka dinamakan “mimiyyat”, (5) isim mubham, yaitu isim yang menunjukkan sesuatu yang belum jelas. Oleh karena itu untuk kejelasanmaknanya diperlukan kata yang lain baik dengan sifat, idhafah maupun tamyiz.Seperti kata-kata yang menunjukkan bilangan, timbangan, takaran, ukuran, arahdan waktu.

Secara terperinci Tammam Hassan memberikan ciri spesifik isimsebagai berikut, di antaranya yaitu: dari segi i’rab, isim menerima jar secaralafzhy, sementara jenis kata lainnya tidak menerima jar seperti fi’il, khawalif,dan adawât kecuali shifah. Sedangkan dlamir dan zharaf yang di-jar-kanadalah posisnya atau dalam bahasa Arab disebut mahal i’rab-nya, karena semuadlamir dan zharaf adalah mabniy kecuali bentuk mutsanna dari isim isyarahdan maushûl.

Dari penjelasan tersebut tampak jelas bahwa atas dasar inilah TamamHassan memilah dhamir dari isim.

Dari segi bentuk kata atau shighah, isim memiliki bentuk yang khasseperti bentuk mashdar, isim marrah dan haiah, isim zaman, isim makan danisim alat, sebagaimana halnya kata sifah dengan lima bentuknya (fâ’il, maf’ûl,shifah musyabbahah, mubâlaghah dan tafdhil ) yang masing-masing memilikibentuk

(9)

Tanda lainnya adalah bahwa isim secara ortografi menerima tanwin dantanwin tersebut menunjukkan makna sesuatu yang masih umum (indifinite).Disamping menerima tanwin isim menerima imbuhan (lawashiq), seperti adat al- ta’rif, ta’ ta’nits, ‘alamat tatsniyah dan jama’).Hal ini berlaku juga untukbentuk shifah.Sisi lain yang membedakan isim dari shifah adalah dari segi makna yangditunjukkannnya, isim selalu merujuk kepada nama yang ditunjuknya(musamma). Misalnya isim al-jinsi musamma-nya adalah jenis, isim mubhammusamma-nya adalah sesuatu yang belum jelas.

Sedangkan bentuk shifah tidakmenunjukkan kepada musamma, akan tetapi ia menunjukkan sesuatu yangdisifatinya (maushuf), demikian juga halnya fi’il, ia tidak menunjukkan kepadayang musamma akan tetapi ia menunjukkan adanya keterkaitan antara kejadiandengan waktu, sedangkan dhamir menunjukkan secara mutlak kepada yang“hadir atau yang gaib”, zharaf menunjukkan kepada ruang dan waktusedangkan adat menunjukkan adanya relasi.

Yang di maksud adalah ‘alâqat isnad, takhshish, nisbah dan taba’iyyah.Darisisi isnad, isim selalu menempati posisi musnad ilaih kecuali

mashdar yangkadang-kadang dapat menempati posisi musnad.Dari segi takhshish,

isim dapatmengungkapkan adanya makna gramatikal, ketika isim dalam keadaan

manshubiadapat menunjukkan maknataukid, hal, tamyiz dan sebagainya. Adapun

dari segi nisbah isim dapat di-jar-kan yang menunjukkan adanya hubungan maknabaik dengan huruf jar maupun dengan idhafah.

b) Shifah (Ajektiva)

Kata Shifah atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata sifatadalah kata yang menerangkan sifat atau keadaan kata yang disifatinya(maushuf). Dengan kata lain shifah adalah kata yang tidak menunjukkan suatunama. Dalam bahasa Arab shifah terdiri dari lima yaitu: shifah fa’il, shifahmaf’ul, mubalaghah, shifah musyabbahah dan shifah al-tafdhil.

(10)

katasendiri demikian juga halnya dari segi makna. Shifah fa’il dan al-maf’ulmenunjukkan bahwa sifat yang melekat pada maushuf (yang disifati) tidakterjadi terus menerus atau terputus-putus (inqitha’), shifah al-mubalagahmenunjukkan bahwa sifat atau keadaan maushuf berlebihan, shifahmusyabbahah menunjukkan makna sifat yang tetap dan terjadi terus

menerus,sedangkan shifah al-tafdhil menunjukkan suatu sifat atau keadaan yang lebihsetelah dilakukan perbandingan dengan yang lain. Meskipun dalam beberapa hal terdapat persamaan ciri antara shifahdengan isim.

Dari sisi i’rab, sebagaimana pada isim, shifah menerima jar secaralafzhy. Tentu saja hal ini berbeda dengan dhamir dan zharaf ia menerima jartidak secara lafzhy akan tetapi hanya menempati posisi jar saja (mahal jar).(Tamam Hassan, 98 -99).

c) Fi’il (Verba)

Fi’il adalah kata yang menyatakan suatu perbuatan dan zaman

(kala).115Makna perbuatan tersebut berlaku pula untuk semua bentuk derivasinya(isytiqaq).Adapun makna zaman (kala) dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisisharfy melalui shighah (bentuk kata) dan sisi nahwy melalui siyaq (kontekskalimat).Zaman (kala) dalam tataran sharfy merupakan tugas dari shighah, sedangkan dalam tataran nahwy, zaman (kala) merupakan tugas dari

siyaq(konteks kalimat).Fi’il madhi meskipun berdasarkan

shighah-nyamenunjukkan zaman (kala) lampau, kadang-kadang dapat menunjukkan suatuperbuatan pada zaman (kala) kini atau mendatang.Demikian sebaliknyakadang-kadang fi’il mudhari’ (verba kini dan mendatang) juga dapatmenunjukkan suatu perbuatan pada zaman (kala) lampau.

Dengan demikian zaman(kala) dalam tataran nahwu bergantung kepada qarinah-nya.Dalam literatur linguistik Arab fi’il telah banyak dibahas, bahkan

dapatdikatakan bahwa hampir seluruh buku gramatika bahasa Arab memasukkan fi’il Zaman (kala) pada dasarnya adalah gejala bahasa yang sifatnya universal

(11)

pada masing-masingbahasa. Tidak seperti dalam bahasa lainnya, dalam bahasa Arab unsur zaman (kala)melekat pada fi’il (verba). (Tammam Hassan: 104).

Sebagai bagian dari bahasannya yang temasuk di dalamnya adalah sistem zamanatau yang dalam bahasa Inggris sering disebut tenses. Fi’il berdasarkan bentuksharfy-nya terdiri dari tiga bentuk yaitu madhi, mudhari’ dan amr.Ketigabentuk fi’il tersebut masing-masing memiliki bentuk dan makna yang

berbeda.Tamam Hassan memberikan ciri-ciri spesifik fi’il, di antaranya dapat dilihatsebagaimana berikut ini:

1) Berdasarkan i’rab: Secara khusus fi’il khususnya mudhari’ menerimajazm. Pada fi’il mudhari’ pun meskipun secara lafzhy tidak menerimatidak menerima jazm, pada dasarnya ia juga dapat menempati posisi(mahal) jazm ketika ia

menjadi syarth (didahului ﺍﺫﺇ ). Hal ini tidakberlaku pada fi’il amr.

2) Berdasarkan Shighah: Fi’il memiliki wazan (pola kata) tersendiri.Misalnya fi’il tsulatsi memiliki wazan sendiri yang terdiri dari enam.Demikian wazan untuk fi’il

tsulatsi, sedangkan untuk selain tsulatsimasing-masing memiliki wazan

sendiri.Darishigahtersebut, maka bentuk fi’ildapat dibedakan dari bentuk kata lainnya.

3) Berdasarkan ilshaq (imbuhan): Dalam hal ini fi’il menerima dhamirmuttashil, lam amr, huruf mudhara’ah dan ta’ ta’nits.

4) Berdasarkan al-tadham (sanding kata): Berdasarkan hal ini fi’il dapatdisandingkan dengan ﺪﻗ, ﻑﻮﺳ, ﻢﻟ, ﻦﻟ, ﺔﻴﻫﺎﻨﻟﺍﻻ . Untuk fi’il lazim(intransitif) agar menjadi transitif dapat disandingkan dengan huruf jar.Misalnya: kata ﻡﺎﻗ yang berarti berdiri adalah fi’il lazim, ketikadisandingkan dengan huruf jar seperti ﺏ sehingga menjadi ﺐﻣﺎﻗ makaartinya menjadi transitif yaitu “melaksanakan”.

5) Berdasarkan dalalah-nya: fi’il mengandung dua dalalah yaitudalalah“perbuatan” dan “zaman”. Kedua dalalah tersebut terkandungsecara implisit dalam fi’il.

(12)

d) Dlamir (pronomina)

Dlamir adalah kata yang mengandung makna “hadir” dan “gaib”.Karena

tidak memiliki bentuk khusus, Tamam Hassan memisahkanpembahasannya dari bentuk kata lainnya.Dlamir yang mengandung makna “hadir” adalah ﺎﻧﺃ untuk orangpertama tunggal (mutakallim wahdah) dan ﻦﺤﻧ untuk orang pertama jamak(mutakallim ma’a al-ghair).Adapun untuk orang kedua (mukhathab)adalah,ﺎﻤﺘﻧﺃ, ﻢﺘﻧﺃ, ﻦﺘﻧﺃ , sedangkan untuk orang ketiga (ghaib)adalah ﻮﻫ , ﻲﻫ, ﺎﻤﻫ, ﻢﻫ, ﻦﻫ . Dlamir-dlamir tersebut termasuk ke dalamdlamir munfashil yaitu dlamir yang dapat berdiri sendiri.

Di samping ituterdapat juga dlamir muttashil yaitu yang tidak dapat berdiri sendiri. Dlamirmuttashil terdiri atas sembilan yaitu: .ﺕ, ﺎﻧ, ﻭ, ﺍ, ﻥ, ﻙ, ﻱ, ﻩ, ﺎﻫ.Dari sisi ta’liq, dlamirmemiliki peranan penting dalam mengikat bagian-bagian dari kalimat.Misalnya dlamir mengikat mubtada dengan khabar, antara hal dan shahibal-hal dan shilah dengan maushul.(Tammam Hassan :106 -107).

e) Khawalif

Khawalif adalah kata yang digunakan untuk mengekspresikansesuatu hal

yang bersifat emosional. Dalam bahasa Arab khawalif terdiriatas empat jenis, yaitu: (a) isim fi’il: seperti ﺕﺎﻬﻴﻫ, ﻪﺻ ; (b) isim shaut:seperti ﺄﻫﺄﻫ (ha ha) untuk bunyi tertawa; (c) shighah ta’ajjub: memilikidua wazan yaitu ﻞﻌﻓﺃﺎﻣ dan ﻪﺒﻠﻌﻓﺃ seperti ﻦﺴﺣﺃﺎﻣ ; (d) madah (memuji)dan dzam (mencela), seperti ﻢﻌﻧ dan .ﺲﺌﺑKhawalif merupakan kata yang digunakan untuk mengekspresikansesuatu, dalam bahasa tulis biasanya ditandai dengan tanda seru (!).Khawalif pada dasarnya adalah idiom, oleh sebab itu urutan katanya tidak boleh dipisahkan.Dari segi ta’liq, khawalif berperan sebagai musnad.Maka tidaklah salah jika para ulama nahwu banyak yang menganggapnyasebagai fi’il.

f) Zharaf (Adverbia)

(13)

g) Adât (Partikel)

Adât adalah kata yang tidak memiliki makna sendiri, kecuali

jikadihubungkan dengan kata yang lain dan ia menunjukkan adanya ta’liq ataukaitan antar unsur dalam kalimat. Adât terbagi menjadi dua yaitu adât yang asli (al- adât al-ashliyyah)seperti huruf jar dan huruf ‘athf dan adât yang telah berubah (al- adât almuhawwalah)seperti berubahnya kata ﻦﻣ dan ﺎﻣ menjadi makna syarth (Tammam Hassan:119) dan istifham. Ta’liq dengan menggunakan adât dalam bahasa Arabsangatlah masyhur karena sebagian besar jumlah

(kalimat) baik jumlahkhabariyyahmaupun insyaiyyah banyak bergantung kepadanya kecualipada jumlah yang mutsbat seperti: ﻲﻠﻌﻣﺎﻗ dan amr seperti ﻢﻗ.Misalnyapada jumlah insyaiyyah thalabiyyah seperti nida menggunakan adât nida,nahyi menggunakan adât nahyi, dan istifham mengunakan adât istifham.Jika

dibandingkan dengan bentuk kata lainnya, adât memilikikarakteristik sendiri. Dari segi rutbah (urutan kata), adât merupakanawalan, seperti huruf jar mendahului majrur, huruf ‘athaf mendahuluima’thuf-nya, huruf istitsna mendahului mustatsna. Selain itu adât jugamembutuhkan kata lainnya karena tanpa kata lain adat tidak akan memilikimakna, misalnya huruf jar tidak akan bermakna kecuali disandingkandengan majrur. Oleh karena itu adât tidak memiliki makna leksikal.

2) Nahwu

Semua bahasa di dunia memiliki sistem gramatika sendiri dengankarakteristiknya masing-masing tidak terkecuali dalam hal ini bahasa Arab.Nahwu merupakan bagian dari sistem gramatika bahasa Arab yangberkaitan dengan struktur kalimat di samping sharafyang berkaitan denganstruktur kata.

(14)

Dalam hal ini terdapat dua istilah yang dikemukakannya yaitu al-‘alâqahal-siyâqiyyahyang kemudian disebutnya sebagai al-qarâin

alma’nawiyyahdan yang kedua ia sebut dengan istilah al-qarâin

allafzhiyyah.Al-qarâin al-ma’nawiyyah terdiri dari lima, yaitu: 1) al-isnâd,seperti relasi antara

mubtada’ dengan khabar, antara fi’il dengan fâ’il ataudengan nâib fâ’il; 2)

takhshish, seperti makna yang terdapat dalam maf’ulbih, hal, tamyîz, istitsnâ’ dan

ikhtishâsh; 3) nisbah, makna yang terdapatdalam idhafah dan makna yang

dikandung dalam huruf jar. Misalnya ﻦﻣmengandung makna “memulai” dan ﻰﺘﺣ “mengakhiri”; 4) taba’iyyah,seperti dalam badal, ‘athaf, na’at dan taukid dan 5) maqam.Qarinah iniberlaku untuk semua ta’bir.

Dari limaqarinah tersebut takhshish-lah yang maknanya lebih luasdi antaranya adalah ia memiliki relasi makna:ta’addiyah (maf’ul bih),ghaiyyah (maf’ul li ajlih, mudhari’ yang manshub), ma’iyyah (maf’ulma’ah), zharfiyyah

(maf’ul fih), taukid (maf’ul muthlaq), mulâbasah (hal),tafsir (tamyiz),

ikhrâj(istitsnâ), mukhâlafah (ikhtishâsh).Sedangkan al-qarain al-lafzhiyyah terdiri

dari delapan yaitu : (a) al-‘alâmah al-i’râbiyyah (tanda i’rab;(b) al-rutbah (urutan kata); (c) shighah (bentuk). (d) al-muthâbaqah (persesuaian); (e) al-rabthu (relasi antarkata);(f) tadlâmm (sanding kata);(g) adât (partikel); dan (h)

al-naghmah(intonasi).(Mukawwinâtuhâ, Anwâ’uhâ, Tahîlluhâ: 6)

(a) I’rab

I’rab 127 merupakan aspek dari sistem gramatika bahasa Arabyang cukup

mendapat perhatian dari para ahli nahwu. I’rab tidakdapat dipisahkan dari makna, oleh karena itu ia merupakan bagianintegral dari makna, seperti dalam maf’ul terkandung maknamaf’uliyyah.

(b) Rutbah (urutan kata/word order)

Rutbah atau urutan kata tidak hanya merupakan bagian daripembahasan

(15)

Dalam nahwu rutbah tersebut terdiri atas dua yaitu rutbah mahfuzhahdan ghair mahfuzhah. Rutbah mahfuzhah adalah urutan kata yang permanen dan tidak

dapat dipindah-pindahkan karena akan merusakmakna, seperti maushul mendahului shilah, maushuf mendahului shifah,taukid setelah muakkad dan beberapa partikel dalam uslub syarth,istifham, huruf jar dan sebagainya. Sedangkan rutbah ghair mahfuzhahadalah rutbah yang elastis dan dapat berubah-ubah urutannya, sepertimubtada, fa’il, maf’ul bih dan sebagainya. (Tammam Hassan:205)

I’rab adalah perubahan harakat akhir kata karena kedudukan posisinya dalamkalimat.Hanya bahasa Arab yang memiliki sistem I’rab, oleh karena itu tidaklah salah jika I’rab dipandang sebagai ciri khas atau karakteristik dari bahasa Arab.(Tammam Hassan:207).

(c) Shighah (bentuk kata)

Dalam bahasa Arab masing-masing kata memiliki bentuknyamasing-masing seperti fi’il, isim, shifah dan sebagainyafa’il, naib fa’il,mubtada dan sebagainya masing-masing menuntut bentuk kata tertentuyaituisim, tamyiz menuntut isim nakirah, mudhaf dan mudhaf ilaih sertamajrur menuntut bentuk isim dan sebagainya.

(d) Muthâbaqah/Tathâbuq (persesuaian/agreement)

Muthâbaqah/Tathâbuq (persesuaian/agreement) adalahpersesuai-an antarkata dalam sebuah struktur.Muthabaqah terjadidalam:

(1) I’rab (rafa’, nashab dan jar)

(2) Syakhsh (takallum, khithab, ghaib)

(3) ‘Adad (ifrad, tatsniyah, jamak)

(4) Nau’ (tadzkir, ta’nits)

(5) Ta’yin (ta’rif, tankir)

Muthâbaqah/Tathâbuq (persesuaian/agreement)dalami’rabberlaku untuk

isim dan shifah, muthabaqah syakhsh biasanya dalamdlamir, ‘adad untuk isim

dengan isim, shifah dengan shifah, dlamirdengan dlamir, muthabaqah nau’ dalam isim, shifah dan dlamir,sedangkan muthabaqah ta’yin hanya berlaku untuk

(16)

Muthâbaqah/Tathâbuq (persesuaian/agreement)adalah salah satuqarinah

yang menguatkan hubungan makna antarkata dalam sebuahstruktur kalimat bahasa Arab. Oleh karena itu ia dimasukkan ke dalamqarinah lafzhiyyah.

(e) Rabth (relasi)

Rabth adalah qarinah lafzhiyyah qarinah lafzhiyyah yangmenghubungkan antarkata, yaitu seperti yang terdapat pada maushuldan shilah-nya, mubtada’ dengan khabar ,man’utdengan na’at, syarthdengan jawab-nya dan sebagainya. Rabth ini dapat dibuat dengandlamir (seperti dalam maushul), huruf (jumlah

haliyah), isim isyarah,mengulang kata atau makna (seperti pada taukid) dan

sebagainya.(Tammam Hassan: 215). (f) Tadlâmm (sanding kata)

Tadlâmm adalah bersandingnya dua unsur kata dalam sebuahstruktur

sehingga menjadi satu unsur. Seperti antara jar dengan majrur,huruf ‘athf dengan ma’thuf, mudlaf dan mudlaf ilaih dan sebagainya.Salah satu unsur tersebut di

antaranya ada yang dapat dihilangkan danada juga yang tidak dapat dihilangkan. Seperti maushuf dapatdihilangkan seperti pada kalimat :ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﻢﻠﻌﺗﺃyang dimaksud adalahﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ. Demikian juga halnya di antara dua unsur tersebut ada yangdapat dipisahkan ada juga yang tidak.Yang tidak boleh dipisahkanseperti pada shifah dengan maushuf, ‘athif dengan ma’thuf, jar danmajrur dan sebagainya.(Tammam

Hassan: 217 & 223) (g) Adât

Adât dipandang sebagai qarinah lafzhiyyah yang tidak kalahpentingnya

dalam bahasa Arab.Adât ini terdiri dari dua jenis yaitu: a)yang masuk ke dalam jumlah (adawat nafyi, taukid, istifham, nahyidll.); dan b) yang masuk ke dalam

mufrodat (huruf jar, ‘athf, ma’iyyah,ta’ajjubdll.).(Tammam Hassan:226).

(h) Tanghim (intonasi)

Tanghim adalah qarinah lafzhiyyah yang ada dalam bahasa lisandan ia

dapat dipahami memalui konteks kalimat. Oleh karena iadigunakan dalam bahasa lisan maka tidak menjadi qarinah lafzhiyyahdalam bahasa tulisan.Untuk mewakili tanghim dalam bahasa tulisanbiasanya ditandai dengan tanda baca. Seperti tanda

(17)

2.5Tujuan Insya’

Tentunya setiap kegiatan belajar mempunyai tujuan. Maka tujuan Insya’menurut Mahmud Yunus (1981:75):

a. Supaya teliti memilih kata-kata dan susnan kalimat yang indah

b. Supaya bagus susuna karanga dan halus perasaan serta kelihatan kesenian dalam susunan kata-kata.

c. Membiasakan murid-murid, supaya sanggup membentuk pendapat-pendapat yang betul dan pikiran yang benar.

2.6 Jenis- Jenis Kesalahan Yang Terjadi dalam Insya’

a. Kesalahan Bidang Sintaksis ( nahwu)

Kesalahan ini berhubungan dengan (a) kalimat yang berstruktur tidak baku; (b) kalimat yang tidak jelas; (c) kalimat ambigu; (d) diksi yang tidak tepat membentuk kalimat; (e) kontaminasi kalimat; (f) koherensi, (g) kalimat mubazir; (h) penggunaan kata serapan; dan (i) logika kalimat (Mansur Pateda:58).

Berdasarkan data lapangan maka hasil analisis kesalahan bidang sintaksis berupa;kesalahan tarkib ( susunan), kesalahan bentukan; seperti kesalahan dhamir, al-jins, kalimat yang ambigu, pemilihan kata ( diksi ), kalimat yang

tidak jelas dan kalimat mubazir.

(a) kalimat yang berstruktur tidak baku dalam bahasa Arab yaitu kalimat yang tidak mengikuti aturan jumlah mufidah yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. (b) kalimat yang tidak jelas; Penyusunan kalimat dalam bahasa Arab telah mempunyai aturan tersendiri apakah jumlah ismiyah terdiri dari mubtada’ khabar (sibhu jumlah) dan jumlah fi’liyah terdiri dari fi’il dan fa’il.

(18)

pengartiannya.Ambigu berasal dari kata 'ambigous' yang berarti bermakna lebih satu.(blogspot.co.id/2011/12/kalimat-ambigu.html).

(d) diksi yang tidak tepat membentuk kalimat; Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

Bila seseorang menulis suatu karangan /wacana maka sangatlah diperlukan pemilihan kata yang tepat agar pembaca dengan mudah memahami kalimat yang dimaksudkan yang berarti harus sesuai konteks pembicaraan.

b. Kesalahan Bidang Morfologi (sharaf)

Morfologi berkaitan dengan struktur kata, dan sintaksis berkaitan dengan struktur kalimat. Dengan kata lain, morfologi akan mengkaji kata dan morfem-morfem pembentuknya Dari hasil analisis data terdapat kesalahan morfologi berupa: kesalahan bentukan; tashrif.

c. Kesalahan Penulisan Huruf

Kesalahan penulisan huruf sering terjadi dalam pembelajaran bahasa asing terutama bahasa Arab.Dimana kesalahan penulisan huruf berakibat kepada

kesalahan arti sebuah kata.

2.7Faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Insya’

(19)

Problem tata kalimat ( tarakib, qawaid dan I’rob ):

a. I’rob; perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat ( rafa’, nashab, jar) atau huruf sesuai dengan jabatan kata dalam suatu kalimat.

b. Urutan kata dalam kalimat

c. Keharusan adanya persesuaian ( muthabaqah) antar bagian kata dalam kalimat.

d. Penggunaan pola-pola idiomatik yang rumit.

Problem non kebahasaan yaitu kesalahan yang tidak terkait langsung dengan bahasa yang dipelajari siswa tetapi turut serta bahkan dominan mempengaruhi tingkat kesuksesan dan kegagalan dari pembelajaran bahasa, antara lain :

a. Masalah psikologis, seperti motivasi ( dawafi’i) dan minat ( muylun) b. Perbedaan individu siswa( furuq fardiyah) dalam satu kelas, baik dari

segi kemampuan maupun orientasi belajarnya.

c. Sarana dan prasarana, media, dan sumber belajar BA seperti buku panduan, dan buku lainnya.

d. Kompetensi Pengajar, baik akademik, paedagogik, personal maupun sosial.

e. Metode pembelajaran yang digunakan harus tepat. f. Waktu yang tersedia.

g. Lingkungan berbahasa.

Problem kebahasaan, yang terkait langsung dengan bahasa yang dipelajarinya;

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu ditegaskan dalam Pasal 25 A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Oleh karena itu, dalam cetakan selanjutnya Ketetapan MPR tidak dicantumkan lagi sebagai sumber hukum formal meskipun diakui bahwa Ketetapan MPR masih menjadi suatu bentuk

Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa untuk

[r]

Mekanisme pengajuan banding menurut Mardiasmo (2008), Wajib Pajak dapat mengajukan Banding, dengan Tata Cara Penyelesaian Banding: (1) Wajib Pajak mengajukan permohonan banding

Wawancara dengan guru dan siswa tentang kegiatan seni budaya lokal Foto kegiatan dan Catatan kegiatan seni budaya lokal. 37 1.Tata

Menurut Munawir (2004) Tehnik analisa laporan keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan antara lain: (1) Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu