BAB 54 PERUMAHAN § 704. Pendahuluan
a. Pembangunan perumahan dalam djumlah jang seimbang dengan kebutuhan, sesungguhnja tak dapat dipikul oleh Negara, djustru karena biaja2 jang dibutuhkan untuk pembangunan demikian akan
terlalu melampaui kemampuan Negara.
b. Djalan satusatunja jang sungguh2 setjara "natuurlijk" akan men tjapai pemetjahan persoalan ini, ialah pelaksanaan sebuah "stoot project" kemaknuuan jang terdiri dari beberapa bagian dan ber maksud dalam djangka pendek mempertinggi dajabeli Rakjat, agar supaja penghidupan Rakjat segera dapat ditenteramkan kembali, sehingga Rakjat mampu mendjalankan tindakan2 baru dilapangan
pembangunan.
c. Setelah penghasilan per capita mendjadi lebih lajak disebabkan operasi2 dalam lapangan ekonomi, seperti dimaksudkan dengan
pelaksanaan sebuah stootproject, maka barulah Indonesia meningkat ketaraf pengisian kekurangan perumahan, setjara serieus. Dalam taraf demikianlah rentjana pembangunan perumahan mulai berbi tjara.
§ 705. Masalah kekurangan perumahan di Indonesia
a. Sepandjang pengetahuan maka hingga kini belum pernah diadakan penjelidikan2 jang bersifat ilmiah mengenai masalah kekurangan
perumahan di Indonesia jang menghasilkan angka2 objectip untuk
didjadikan sebagai pedoman pembangunan perumahan betentjana. b Bila seandainja telah tersusun angka2 demikian, maka pendapat2
jang dikemukakan disini harus ditindjau kembali.
c. Berhubung dengan sempitnja waktu, maka sementara terpaksa di ambil beberapa angka jang terdapat dalam Rentjana Pendahuluan (outline plan) Djakarta Raja jang disusun oleh Tuan Kenneth Watts dengan kerdja sama dengan Ir. R. S. Danunagoro dan Ir. L. O. Brien dan jang terdapat dalam buku „Pedoman dan tuntutan pembangun an dan Perumahan dan Perekonomian Rakjat Sehat” jang diter bitkan SEKERTARIAT KONGRES PERUMAHAN RAKJAT SEHAT serta buku tjatatan KONGRES PERUMAHAN RAKJAT 25 8 '50. d. Untuk menggambarkan sekaligus, betapa besarnja kesulitan jang
sedang;dihadapi oleh Republik Indonesia berupa kekurangan peru mahan, baik sebagai tempat tinggal bagi penduduk, maupun sebagai tempat instansiinstansi pemerntah dalam arti jang seluasluasnja, maka adalah baiknja ditjatat disini sebab2 utama daripada keku rangan perumahan itu, ja'ni
1 meningkatnja djumlah penduduk dari ± 70.476.000 djiwa dalam tahun 1940 hingga ± 85.000.000 djiwa dalam tahun 1959 ; 2 hantjurnja sedjumlah perumahan karena pendudukan Djepang; 3 hantjurnja sedjumlah perumahan karena perdjuangan Kemer
dekaan Indonesia ;
4 hantjurnja sedjumlah perumahan karena tidak adanja pemeli haraan lajak ;
5 tidak berartinja djumlah pembangunan perumahan baru, bila dibandingkan dengan djumlah tambahnja penduduk dan han tjurnja sedjumlah perumahan jang telah dibangun sebelum tahun 1940.
e. Dalam kongres perumahan rakjat 1952 Ir Dipokusumo telah me
naksir keadaan perumahan di Indonesia dalam tahun 1930 sebagai berikut :
1 Penduduk Indonesia : 42.000.000 djiwa
2.
Djuimlah rumah :
(a) Rumah permanen batu
dan bukan batu ± 440.000 buah = 4.9% (b) Rumah semi permanen
pakai atap permanen ± 4.900.000 „ = 55.0% (c) Rumah semi permanen
pakai atap tidak ± 3.500.000 „ = 39.2% (d) Gedung2 lain (hotel,
asmara, dsb) ± 80.000 , = 0.9%
± 8.920.000 buah = 100%
3. Kesimpulankesumpulan berharga sebagai berikut : (a) Djumlah penduduk per rumah, ratarata ; 4,7 djiwa.
(b) Diumlah rumah permanen (batu, bukan bath) adalah relatip ketjil, jakni : 1 antara 20.
(c) ± 95% dad djumlah rumah2 adalah semipermanen sedang
sebagian clad golongan terachir ini adalah beratap bahan2
sementara, (berupa ± 40%).
f. Dalam Kongres Perumahan Rakiat 1952 In. Soewarto menaksir ke kurangan perumahan Indonesia itu sedjumlah ± 1.000.000 rumah, akibat penambahan penduduk sedjumlah 5.000.000 djiwa, dan sekali lagi ± 1.000.000 rumah akibat perang dan revolusi, digaibungkan mendjadi ± 2.000.000 rumah.
Taksiran ini adalah berdasarkan• angkaangka ta'hun 1952. Sediak itu telah bertambah lagi djumlah kekurangan jang disebab
kan oleh terus meningkatnja djumlah penduduk mendjadi ± pan) maka biaja pembangunan rumah demikian adalah berkisar antara 60 X Rp. 2.000,— dan 60 X Rp. 3.000,— jakni antara Rp. 120.000,— dan Rp. 180.000,— atau bila diperkenankan pelak sanaan setjara berkwaliteit rendahan, maka biaja pembangunan ru mah demikian akan berdjumlah 60 X Rp. 15.000,— = Rp. 90.000,— belum termasuk biaja pembelian tanah.
Untuk tiaptiap rumah demikian dibutuhkan ± 250 m2 tanah
ratarata a Rp. 20,— mendjadi Rp. 5.000,— perrumah.
Dengan demikian ketinggalan Indonesia dalam lapangan perumahan itu (tempat diam belaka) dapat disusul dengan pembangunan 4.000.000 rumah a minimaal Rp.90.000, = Rp.360.000.000.000, Ditambah dengan pemtbelian tanah
4.000.000 X Rp.. 5.000,— = Rp. 20.000.000.000.— Ditambah dengan djalan2 : 0,3 X
20.000.000.000,— + 100.000.000
X Rp. 40,— = Rp. 46.000.000.000,
mendjadi Rp.426.000.000.000, Djadi untuk menjusul ketinggalan sekarang dalam lapangan peru mahan rakjat telah dibutuhkan sedjumlah 426 miljard rupiah ! Belum untuk mengikuti perkembangan penduduk dari tahun ke tahun jang dengan ukuran2 jang sama dapat ditaksir sedjumlah
kotalah jang dirasakan meminta penjelesaian setjara urgen, teris timewa kekurangan perumahan bagi pegawai2 Pemerintah. Keku
rangan inilah jang lazim dipertanggungdjawabkan oleh umum kepada Pemerintah, sedang kekurangan2 jang terdapat didaerah2
pedusunan belum tergambar sebagai tanggungdjawab Pemerintah dalam pikiran seharihari. Disini ditegaskan bahwa persoalan per daripada perkembangan dan keadaan sekarang ini adalah akibat daripada kebidjaksanaan Pemerintah R.I. dalam bidang ekonomi dan keuangan dalam masa jang lampau.
h. Untuk menjelidiki, apakah angka kekurangan perumahan sedjumlah ± 4.000.000 buah tidak terlalu tinggi, maka dapat ditindjau kea daan kesatuan masjarakat jang konkrit. Bila dibandingkan angka2
penduduk kota dan penduduk daerah sekitarnja (achterland) dan keumdian angka2 tahun 1940 dibandingkan dengan angka2 th. 1959,
maka ternjata, bahwa sebab terutama daripada kekurangan peru mahan didaerah2 kota adalah bergesernja penduduk dad pedusunan
kekota setjara meningkat. Telah diambil sebagai bahan permulaan angka2 mengenai Djakarta dan Bogor, dan setelah mempeladjari
angka2 penbandingan penduduk mengenai kotakota tersebut maka
tidaklah terlalu djauh dari kebenaran, bila perbandingan angka2
seluruh penduduk dikotakota di Indonesia ditaksir sebagai berikut :
Tahun Penduduk
seluruh Indonesia kota2 diseluruh IndonesiaPenduduk
1940 70.476.000 ± 4% = 2.819.040
1959 85.000.000 ± 11% = 9.350.000
Penduduk kotakota
bertambah 6.530.960.
Bila dianut prinsip, bahwa rakjat dipedusunan akan membangun perumahannja sendiri dalam masa normaal, maka Pemerintah masih
6.530.960 menghadapi kekurangan perumahan sedjumlah: = 5 = 1.306.192 buah atau dibulatkan mendjadi 1.310.000 buah.
Dengan demikian masih tetap gigantislah pembangunan jang harus
Kebutuhan2 akan gedung2 lainnja, untuk keperluan administrasi
pemerintahan, sekolah, universitas, badan2 sosial dan sebagainja, tidak termasuk dalam djumlah tsb. diatas;
Selain daripada itu, ketjuali untuk perguruan dan badan2 sosial, gedung2 umum itu tidak berupa pembangunan jang continue, akan
tetapi bersifat "eenmalig". Bahwa sebagian daripada perumahan rakjat jang ada sekarang belum dapat dianggap sebagai perumah
b. Dad fihak Partikelirpun usaha pembangunan perumahan setjara besarbesaran hanja dapat berdjalan bila modal pembangunan dapat dikembalikan oleh pemilik rumah dan djangka waktu jang seimbang pendeknja dengan situasi dan tjepatnja peredaran uang.
Dalam hubungan ini harus diperhatikan bahwa usaha2 pemba ngunan perumahan tidak akan berdjalan selama belum tertjapai kembali perimbangan sehat antara biaja pembangunan (B) dan djumlah penghasilan peminat (P). Perbandingan sehat antara biaja pembangunan dan penghasilan ialah, misalnja :
B = 13 P
Dan dengan perbandingan ini dapatlah seorang peminat memiliki sebuah rumah dengan mentjitjil tiap2 bulan 15% P selama 10 th, penghasilan rata2 pada dewasa ini adalah sedemikian rendahnja,
c. Dari uraian diatas djelaslah bahwa dari fihak partikulir tak dapat didjalankan usaha pembangunan perumahan dalam djumlah2 jang seintbang, selant.a perbandingan antara penghasilan per capita de ngan harga bahanbahan belum sehat kembali.
d. Bila Pemerintah dipaksa oleh keadaan membangun perumahan dart bila tersedia modal pembangunan tanpa mengganggu pelak sanaan projek2 perekonomian, maka pembangunan perumahan itu
sebaiknja dikonsentrir didaerahdaerah kota djustru untuk menam pung kesulitan2 dalam lapanganlapangan :
1. perumahan pegawai
2. permmahan/pentondokan angauta2 alat negara bersendjata.
e. Jang djelas harus dilaksanakan oleh Pemerintah ialah perbaikan usaha2 dalam lapangan produksi bahan2 pembangunan dalam arti
jang seluasluasnja diimpor terus, akan tetapi usaha untuk membuat/menghasilkan bahan2 tersebut di Indonesia harus diberikan prioritet pertama.
Selandjutnja .tiaptiap Djawatan jang ada sangkutpautnja dengan
pengawasan persediaan bahan2 alam jang dapat atau lazim digu
nakan untuk pembangunan harus segera dimobilisir untuk menga dakan stockopname dan mengadakan explorasi jang seluasluasnja, agar supaja segera dapat diketahui ukuran' kemungkinan maksimal dihari depan
f. Hingga kini belum dipakai setjara besarbesaran kekajaan kaju Indonesia.
Kaju2 klas satu seperti djati dan belian (ijzerhout) tjukup dikenal,
akan tetapi kaju2 klas I, seperti : ebbenhout, giam, kulim, laban,
merbau, nani, sawoketjil, sonokeling, tembesu, tempinis, jang se muanja tidak kalah keteguhan dan keawetannja dengan djati mau pun keindahannja, belum digunakan setjara luas.
Di Amerika Serikat misalnja kebanjakan hutan2 sudah terlandjur
milik partikulir, akan tetapi di Indonesia keadaan untung sekali masih murni ; semua hutan2 masih milik Negara dan oleh karena
itu kekajaan kaju itu (kaju2 klas II, III dan IV belum disebutsebut)
berupa sumber kekajaan jang maha penting. Djanganlah dilupa kan, bahwa hutan memprodusir terusmenerus sepandjang tahun, tidak ada hentihentinja.
Teknik2 pengawetan harus segera dimiliki dan digunakan, agar
supaja kaju2 jang rendahan kwalitetnja dapat digunakan untuk
Dalam hal ini harus berhatihati mengimpor chemicalieen penga wet dari luar negeri, seperti misalnja : "wolmanzout" jang ternjata tidak mengawetkan, dan dengan demikian pengimporan "wolman zout" itu hanja merugikan Indonesia sadja (devisen dan hilangnja banjak kaju).
Pertjobaan sistim2 dan obat2 pengawetan memakan waktu berpuluh
tahun. Oleh karena itu pengimporan obatobat pengawetan dan sebagainja, memerlukan penelitian lebih dahulu dengan seksama. Itulah sebabnja harus ditjarikan obat2 baru jang dapat dihasilkan
sepenuhnja di Indonesia, agar supaja segala risiko diperketjil se ketjilketjilnja.
Inilah suatu tjontoh sadja mengenai politik pengendalian bahan2.
Pemakaian kaju belian mendjadi sirap harus diutamakan, oleh karena tidak ada lagi djenis kaju jang lebih bank dari kaju belian untuk didjadikan sirap, berhubung dengan keistimewaan keawetan nja terhadap hudjan dan panas.
Sesudah diketahui persediaan hutan kaju belian itu dan sesudah diketahui kemungkinan maksimal daripada kapasitet produksi Indonesia claim penghasilan hutan pohon belian, maka sebaiknja seluruh produksi digunakan untuk pembuatan sirap, agar supaja dapat membantu produksi genteng sebagai bahan utama untuk atap gedung2. Andaikata djumlah2 melebihi kebutuhan dalam negeri,
sirap kaju belian itu dapat didjadikan bahan ekspor.
Teknik pembuatan fineer kaju kelas I untuk melapisi kaju2 klas
rendahan serta teknik pengeleman harus segera diperkembang dan direaliseer setjara besarbesaran.
Dengan demikian dapat dihasilkan bahan paneel untuk pintupintu, dinding2 dan untuk industri perabot rumah tangga. Arti teknik
fineer, pembuatan multiplex dan triplex adalah sangat besar dalam industri kaju.
Lihatlah Djepang, Negeri Skandinavia jang sudah djauh sekali kemadjuannja dilapangan indusitri kaju. Setelah memiliki teknik pengawetan dan pengeleman setjara mendalam, maka baru terbuka pemakaian kaju2 klas rendahan, ditutup dengan lapisan fineer jang
serba indah setjara tak berbatas lagi, ja untuk pembangunan ge dunggedung, ja untuk industri prabot rumah tangga.
g. Mengenai industri keramik, perlu diperluas dan djuga perlu diper tinggi kwalitet bate bata, genteng.
Dimana ada tanah lempung jang memenuhi sjarat2 teknik harus
distimulir industri keramik.
Teknik pemberian lapisan glazuur dapat mempertinggi kwalitet genteng, dapat menghasilkan pipa2 genteng berlapis glazuur jang
sangat dibutuhkan untuk riolering rumah2 dan sebagainja : dalam
hal ini sudah tiba waktunja untuk membangun pabrik keramik jang mechanic dan modern serta berukuran besar.
Pun dengan dimilikinja teknik. pemberian lapisan glazuur dapat pula dibuat ubin2 keramik/berlapis, djustru untuk menambah ka
pasitet pembuatan ubin2 jang dibuat dengan semen, Bila industri
keramik telah madju, maka lapangan bekerdja untuk penganggur untuk lantai2 ruangan gudang dan lantai2 terras dan sebagainja.
Tindakan ini akan menghemat pemakaian semen.
h. Produksi kapur dan tras harus diperluas, demikianpun produksi semen.
Produksi bahanbahan tersebut diatas sama sekali tidak mentjukupi kebutuhan ketjilketjilan pada dewasa ini, sehingga untuk kema djuan pesat adalah sjarat mutlak untuk memperhebat produksi bahanbahan pembangunan dengan arti jang seluas luasnja. t. Penggunaan petjahan batu alam, sebagai marmer, graniet, kwartziet,
andesiet dan sebagainja jang belum mempunjai peranan besar da lam dunia pembangunan, harus distimulir, dengan mengintro dusir pemakaian ubin2 dan plaat2 terrazo untuk gedung2 umum dan
kemudian memperkembang teknik pembuatan terrazo atau batu2
tiruan jang beraneka warna, pembuatan beton hiasan, beton split dan sebagainja agar supaja memperkaja djenis2 bahan jang dapat
digunakan guna pembangunan gedung2. Pun pembuatan semen
putih disamping semen abuabuan harus segera diusahakan. j. Selandjutnja harus setjara serieus dibangun pabrik asbest dengan
semua aspekaspeknja. Jang perlu dimulai sekarang diusahakan ialah pembuatan alat2 penggantung dan penguntji pintu dan
djendela, walaupun sementara dengan menggunakan bahan bahan jang diimpor.
k. Menunggu realisasi industri ringan dan berat, maka untuk meng hemat devisen perlu dimulai dibangun pabrik pembuatan alatalat penggantung dan penguntji tersebut diatas.
1. Indonesia harus ntulai menjukai bahan2 buatan sendiri, walaupun
sementara kwalitet belum memuaskan sepenuhnja. Hanja dengan djalan demikian pengalaman dan pengetahuan untuk memprodusir alat2 jang sederadjat dengan apa jang terdapat dipasar internasional.
Demikian pula mengenai alat2 instalasi lampu listrik, bahan2 kimia
untuk produksi tjat dan sebagainja.
m. Bila sesuatu harus diimpor, maka hendaknja diimpor barang2 jang tidak tanggung2 kwalitetnja, agar supaja jang menelan devisen itu
Mahan lama. Dengan memperluas dan memperkembang produksi bahan2 dan alat2 pembangunan didalam negeri, Pemerintah setjara
umum dapat mempersubur iklim pembangunan karena perbekalan usahausaha pembangunan akan berdjalan lebih lantjar daripada sekarang.
Inilah djalan sebaikbaiknja bagi Pemerintah untuk membantu usaha pembangunan perumahan rakjat dalam arti jang luas !
n. Mengenai pembangunan gedunggedung umum jang perentjanaannja (bouw program) terletak dalam tangan masing2 Departemen ada
beberapa saran sadja jang perlu ditjatat disini.
Gedung2 umum, seperti kantor2, sekolah2 (rendah, menengah dan
atas) lembaga2, laboratorium2, rumah2 sakit dan sebagainja hen
daknja dibagi dalam dua golongan.
Golongan I ialah gedung2 umum jang dibangun didaerahdaerah
kota. Gedung demikian berhubung alasan2 ekonomis, seharusnja
dibuat setjara bertingkat dan dengan bahan2 jang terkuat dan tahan
lama, satu dan lain dengan hubungan erat dengan perentjanaan kota. Bertingkat : Untuk menghemat tanah pembangunan, dan untuk mem
batasi luasnja kotakota. Pun eksploitasi air leiding, gas, listrik dan telpon mendjadi menguntungkan Negara (salu ransaluran jang sauna melajani lebih banjak ruangan dan sebagainja).
Bahanbahan jang terkuat dan tahan lama :
Pembangunan gedung' umum biasanja bersifat "eenmalig" sehingga'sekali dibangun, heridaknja sesuatu tahan sela malamanja, tanpa membutuhkan biaja pemeliharaan jang besar.
Berhubungan erat dengan perentjanaan kota :
Kebanjakan gedung2 dikota tidaklah dibangun atau diren
tjanakan oleh Perentjana Kota, jakni Kotapradja. Agar supaja harmoni keseluruhan kota terdjamin, adalah sjarat .mutlak, bahwa perentjanaan pembangunan sesuatu gedung umum harus dengan petundjuk2 Percntjana Kota,
atau setelah dimusjawarahkan projek jang bersangkutan dengan Perentjanaan Kota.
Golongan II ialah gedung2 umum jang dibangun didaerahdaerah pedu
sunan (landelijk).
Gedung2 demikian hendaknja dibangun dengan konstruksi jang
sederhana jang mudah disesuaikan pada alam sekitarnja. Monumentali tet djanganlah diutamakan, sedang bangunan bertingkattingkat seda patdapatnja dihindarkan.
Mengenai pemakaian bahan2 atau konstruksi2 tahan lama, sedapat
dapatnja setjara konsekwen dipertahankan, djustru untuk menghindari kan terulangnja pengeluaran2 (tang jang besar dihari kemudian. Peren
njana gedung2 umum didaerahdaerah. pedusunan harus mendjaga supaja
gedung turut memperindah alam sekitarnja, dan djangan mengurangi keindahan atau harmoni alam sekitarnja.
Untuk kedua golongan gedung2 tersebut diatas hendaknja diren tjanakan sesuai dengan iklim setempat, umumnja iklim tropis, sehingga dalam tiap2.perentjanaan gedung harus tertampung kesulitan2 jang di
timbulkan oleh hudjan dan panasnja matahari. Sjarat ini adalah sjarat fundamentil untuk menudju kearah tertjiptanja arsitektur modern di Indonesia.