• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-04 Depernas 24-Bab-54

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-04 Depernas 24-Bab-54"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 54 PERUMAHAN § 704. Pendahuluan

a.  Pembangunan   perumahan   dalam   djumlah   jang   seimbang   dengan kebutuhan,   sesungguhnja   tak   dapat   dipikul   oleh   Negara,   djustru karena   biaja2  jang   dibutuhkan   untuk   pembangunan   demikian   akan

terlalu melampaui kemampuan Negara.

b. Djalan   satu­satunja   jang   sungguh2   setjara   "natuurlijk"   akan   men­ tjapai   pemetjahan   persoalan   ini,   ialah   pelaksanaan   sebuah   "stoot­ project"   kemaknuuan   jang   terdiri   dari   beberapa   bagian   dan   ber­ maksud dalam djangka pendek mempertinggi  daja­beli Rakjat, agar supaja   penghidupan   Rakjat   segera   dapat   ditenteramkan   kembali, sehingga   Rakjat   mampu   mendjalankan   tindakan2  baru   dilapangan

pembangunan.

c. Setelah   penghasilan   per   capita   mendjadi   lebih   lajak   disebabkan operasi2  dalam   lapangan   ekonomi,   seperti   dimaksudkan   dengan

pelaksanaan sebuah stootproject, maka barulah Indonesia meningkat ketaraf   pengisian   kekurangan   perumahan,   setjara   serieus.   Dalam taraf   demikianlah   rentjana   pembangunan   perumahan   mulai   berbi­ tjara.

§ 705. Masalah kekurangan perumahan di Indonesia

a.  Sepandjang pengetahuan maka hingga kini belum pernah diadakan penjelidikan2  jang   bersifat   ilmiah   mengenai   masalah   kekurangan

perumahan   di  Indonesia   jang   menghasilkan   angka2  objectip   untuk

didjadikan sebagai pedoman pembangunan perumahan betentjana. b Bila   seandainja   telah   tersusun   angka2  demikian,   maka   pendapat2

jang dikemukakan disini harus ditindjau kembali.

c.  Berhubung dengan sempitnja waktu, maka sementara terpaksa di­ ambil   beberapa   angka   jang   terdapat   dalam   Rentjana   Pendahuluan (outline plan) Djakarta Raja jang disusun oleh Tuan Kenneth Watts dengan kerdja sama dengan Ir. R. S. Danunagoro dan Ir. L. O. Brien dan jang terdapat dalam buku „Pedoman dan tuntutan pembangun­ an   dan   Perumahan   dan   Perekonomian   Rakjat   Sehat”   jang   diter­ bitkan     SEKERTARIAT     KONGRES   PERUMAHAN   RAKJAT   SEHAT serta buku tjatatan KONGRES PERUMAHAN RAKJAT 25 ­ 8 ­ '50. d.  Untuk   menggambarkan   sekaligus,   betapa   besarnja   kesulitan   jang

sedang;dihadapi oleh Republik Indonesia berupa kekurangan peru­ mahan, baik sebagai tempat tinggal bagi penduduk, maupun sebagai tempat instansi­instansi pemerntah dalam arti jang seluas­luasnja, maka   adalah   baiknja   ditjatat   disini   sebab2   utama   daripada   keku­ rangan perumahan itu, ja'ni

(2)

1  meningkatnja djumlah penduduk dari ± 70.476.000 djiwa dalam tahun 1940 hingga ± 85.000.000 djiwa dalam tahun 1959 ; 2  hantjurnja sedjumlah perumahan karena pendudukan Djepang; 3  hantjurnja   sedjumlah   perumahan   karena   perdjuangan   Kemer­

dekaan Indonesia ;

4  hantjurnja sedjumlah  perumahan   karena tidak  adanja  pemeli­ haraan lajak ;

5  tidak   berartinja   djumlah   pembangunan   perumahan   baru,   bila dibandingkan dengan  djumlah tambahnja penduduk dan  han­ tjurnja   sedjumlah   perumahan   jang   telah   dibangun   sebelum tahun 1940.

e.  Dalam   kongres   perumahan   rakjat   1952   Ir   Dipokusumo   telah   me­

naksir keadaan perumahan di Indonesia dalam tahun 1930 sebagai berikut :

1  Penduduk Indonesia :  42.000.000 djiwa

2. 

Djuimlah rumah :

(a) Rumah permanen batu 

dan bukan batu ± 440.000 buah = 4.9% (b) Rumah semi permanen 

pakai atap permanen ± 4.900.000 „ = 55.0% (c) Rumah semi permanen 

pakai atap tidak  ± 3.500.000 „ = 39.2% (d) Gedung2 lain (hotel, 

asmara, dsb) ± 80.000 , = 0.9%

± 8.920.000 buah = 100%

3.  Kesimpulan­kesumpulan berharga sebagai berikut : (a) Djumlah penduduk per rumah, rata­rata ; 4,7 djiwa.

(b) Diumlah rumah permanen (batu, bukan bath) adalah relatip ketjil, jakni : 1 antara 20.

(c) ±   95%   dad   djumlah   rumah2  adalah   semi­permanen   sedang

sebagian   clad   golongan   terachir   ini   adalah   beratap   bahan2

sementara, (berupa ± 40%).

f. Dalam Kongres  Perumahan Rakiat 1952 In. Soewarto menaksir ke­ kurangan   perumahan   Indonesia itu sedjumlah   ±  1.000.000  rumah, akibat penambahan penduduk sedjumlah 5.000.000 djiwa, dan sekali lagi   ±   1.000.000   rumah   akibat   perang   dan   revolusi,   digaibungkan mendjadi ± 2.000.000 rumah.

Taksiran ini adalah berdasarkan• angka­angka ta'hun 1952. ­ Sediak  itu telah bertambah lagi djumlah kekurangan jang disebab­

(3)

kan   oleh   terus   meningkatnja   djumlah   penduduk   mendjadi   ± pan)   maka   biaja   pembangunan   rumah   demikian   adalah   berkisar antara   60 X Rp. 2.000,—   dan   60 X Rp. 3.000,—  jakni  antara Rp. 120.000,— dan Rp. 180.000,— atau bila diperkenankan pelak­ sanaan setjara berkwaliteit rendahan, maka biaja pembangunan ru­ mah demikian akan berdjumlah 60 X Rp. 15.000,— = Rp. 90.000,— belum termasuk biaja pembelian tanah.

Untuk     tiap­tiap     rumah demikian dibutuhkan  ± 250 m2      tanah

rata­rata a Rp. 20,— mendjadi Rp. 5.000,— per­rumah.

Dengan demikian ketinggalan Indonesia dalam lapangan perumahan itu   (tempat   diam   belaka)   dapat   disusul   dengan   pembangunan 4.000.000 rumah a minimaal Rp.90.000,­­ = Rp.360.000.000.000,­­ Ditambah dengan pemtbelian tanah

4.000.000 X Rp.. 5.000,—  = Rp. 20.000.000.000.— Ditambah dengan djalan2 : 0,3 X

20.000.000.000,— + 100.000.000

X Rp. 40,—  = Rp. 46.000.000.000,

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­ mendjadi Rp.426.000.000.000, Djadi untuk menjusul ketinggalan sekarang dalam lapangan peru­ mahan   rakjat   telah   dibutuhkan   sedjumlah   426   miljard   rupiah   ! Belum   untuk   mengikuti   perkembangan   penduduk   dari   tahun   ke tahun jang dengan ukuran2 jang sama dapat ditaksir sedjumlah

(4)
(5)

kotalah   jang   dirasakan   meminta   penjelesaian   setjara   urgen,   teris­ timewa   kekurangan   perumahan   bagi   pegawai2  Pemerintah.   Keku­

rangan   inilah   jang   lazim   dipertanggung­djawabkan   oleh   umum kepada   Pemerintah,   sedang   kekurangan2  jang   terdapat   di­daerah2

pedusunan  belum tergambar  sebagai tanggung­djawab Pemerintah dalam pikiran sehari­hari. Disini ditegaskan bahwa persoalan per­ daripada   perkembangan   dan   keadaan   sekarang   ini   adalah   akibat daripada kebidjaksanaan Pemerintah R.I. dalam bidang ekonomi dan keuangan dalam masa jang lampau.

h. Untuk menjelidiki,  apakah  angka kekurangan perumahan sedjumlah ± 4.000.000 buah     tidak     terlalu     tinggi, maka dapat ditindjau kea­ daan   kesatuan   masjarakat   jang   konkrit.   Bila   dibandingkan   angka2

penduduk   kota   dan   penduduk   daerah   sekitarnja   (achterland)   dan keumdian angka2  tahun 1940 dibandingkan dengan angka2  th. 1959,

maka   ternjata,   bahwa   sebab   terutama   daripada   kekurangan   peru­ mahan di­daerah2  kota adalah bergesernja penduduk dad pedusunan

kekota   setjara   meningkat.   Telah   diambil   sebagai   bahan   permulaan angka2    mengenai     Djakarta     dan   Bogor,   dan   setelah   mempeladjari

angka2  penbandingan   penduduk   mengenai   kota­kota   tersebut   maka

tidaklah   terlalu   djauh   dari   kebenaran,  bila   perbandingan   angka2

seluruh penduduk dikota­kota di Indonesia ditaksir sebagai berikut :

Tahun Penduduk

seluruh Indonesia kota2 diseluruh IndonesiaPenduduk

1940 70.476.000 ±   4% = 2.819.040

1959 85.000.000 ± 11% = 9.350.000

Penduduk kota­kota 

bertambah 6.530.960.

Bila   dianut   prinsip,   bahwa   rakjat   dipedusunan   akan   membangun perumahannja sendiri dalam masa normaal, maka Pemerintah masih 

6.530.960  menghadapi kekurangan perumahan sedjumlah: =        5 = 1.306.192 buah atau dibulatkan mendjadi 1.310.000 buah.

(6)
(7)

Dengan demikian masih tetap gigantislah pembangunan jang harus

Kebutuhan2   akan   gedung2  lainnja,   untuk   keperluan   administrasi

pemerintahan, sekolah, universitas, badan2 sosial dan sebagainja, tidak termasuk dalam djumlah tsb. diatas;

Selain daripada itu, ketjuali untuk perguruan dan badan2 sosial, gedung2 umum itu tidak berupa pembangunan jang continue, akan

tetapi   bersifat   "eenmalig".   Bahwa   sebagian   daripada   perumahan rakjat jang ada sekarang belum dapat dianggap sebagai perumah­

b. Dad   fihak   Partikelirpun   usaha   pembangunan   perumahan   setjara besar­besaran hanja dapat berdjalan bila modal pembangunan dapat dikembalikan oleh pemilik rumah dan djangka waktu jang seimbang pendeknja dengan situasi dan tjepatnja peredaran uang. 

Dalam   hubungan   ini   harus   diperhatikan   bahwa   usaha2   pemba­ ngunan   perumahan   tidak   akan   berdjalan   selama   belum   tertjapai kembali   perimbangan   sehat   antara   biaja   pembangunan   (B)   dan djumlah   penghasilan   peminat (P).   Perbandingan   sehat   antara biaja pembangunan dan penghasilan ialah, misalnja :

B = 13 P

Dan   dengan   perbandingan   ini   dapatlah   seorang   peminat   memiliki sebuah rumah dengan mentjitjil tiap2  bulan 15% P selama 10 th, penghasilan   rata2   pada   dewasa   ini   adalah   sedemikian   rendahnja,

(8)
(9)

c.  Dari uraian diatas djelaslah bahwa dari fihak partikulir tak dapat didjalankan usaha pembangunan perumahan dalam djumlah2 jang seintbang, selant.a perbandingan antara penghasilan per capita de­ ngan harga bahan­bahan belum sehat kembali.

d.  Bila   Pemerintah  dipaksa  oleh   keadaan   membangun   perumahan dart bila tersedia modal pembangunan tanpa mengganggu pelak­ sanaan projek2 perekonomian, maka pembangunan perumahan itu

sebaiknja dikonsentrir didaerah­daerah kota djustru untuk menam­ pung kesulitan2 dalam lapangan­lapangan :

1. perumahan pegawai

2. permmahan/pentondokan angauta2 alat negara bersendjata.

e.  Jang djelas harus dilaksanakan oleh Pemerintah ialah perbaikan usaha2 dalam lapangan produksi bahan2 pembangunan dalam arti

jang seluas­luasnja diimpor   terus,   akan   tetapi   usaha   untuk   membuat/menghasilkan bahan2  tersebut   di   Indonesia   harus   diberikan   prioritet   pertama.

Selandjutnja .tiap­tiap Djawatan jang ada sangkut­pautnja dengan

pengawasan persediaan bahan2  alam jang dapat atau lazim digu­

nakan untuk pembangunan harus segera dimobilisir untuk menga­ dakan stockopname dan mengadakan explorasi jang seluas­luasnja, agar supaja segera dapat diketahui ukuran' kemungkinan maksimal dihari depan

f. Hingga   kini   belum   dipakai   setjara   besar­besaran   kekajaan   kaju Indonesia.

Kaju2  klas satu seperti djati dan belian (ijzerhout) tjukup dikenal,

akan tetapi kaju2 klas I, seperti : ebbenhout, giam, kulim, laban,

merbau, nani, sawoketjil, sono­keling, tembesu, tempinis, jang se­ muanja tidak kalah keteguhan dan keawetannja dengan djati mau­ pun keindahannja, belum digunakan setjara luas.

Di Amerika Serikat misalnja kebanjakan hutan2  sudah terlandjur

milik   partikulir,   akan   tetapi   di   Indonesia   keadaan   untung   sekali masih murni ; semua hutan2 masih milik Negara dan oleh karena

itu kekajaan kaju itu (kaju2 klas II, III dan IV belum disebut­sebut)

berupa sumber  kekajaan  jang  maha penting.  Djanganlah  dilupa­ kan, bahwa hutan memprodusir terus­menerus sepandjang tahun, tidak ada henti­hentinja.

Teknik2  pengawetan   harus   segera   dimiliki   dan   digunakan,   agar

supaja   kaju2  jang   rendahan   kwalitetnja   dapat   digunakan   untuk

(10)
(11)

Dalam hal ini harus berhati­hati mengimpor chemicalieen penga­ wet dari luar negeri, seperti misalnja : "wolmanzout" jang ternjata tidak mengawetkan, dan dengan demikian pengimporan "wolman­ zout" itu hanja merugikan Indonesia sadja (devisen dan hilangnja banjak kaju).

Pertjobaan sistim2 dan obat2 pengawetan memakan waktu berpuluh

tahun.   Oleh   karena   itu   pengimporan   obat­obat   pengawetan   dan sebagainja, memerlukan penelitian lebih dahulu dengan seksama. Itulah sebabnja harus ditjarikan obat2 baru jang dapat dihasilkan

sepenuhnja di Indonesia, agar supaja segala risiko diperketjil se­ ketjil­ketjilnja.

Inilah suatu tjontoh sadja mengenai politik pengendalian bahan2.

Pemakaian   kaju   belian   mendjadi   sirap   harus   diutamakan,   oleh karena tidak ada lagi djenis kaju jang lebih bank dari kaju belian untuk didjadikan sirap, berhubung dengan keistimewaan keawetan­ nja terhadap hudjan dan panas.

Sesudah diketahui persediaan hutan kaju belian itu dan sesudah diketahui   kemungkinan   maksimal   daripada   kapasitet   produksi Indonesia claim penghasilan hutan pohon belian, maka sebaiknja seluruh produksi digunakan untuk pembuatan sirap, agar supaja dapat membantu produksi genteng sebagai bahan utama untuk atap gedung2.   Andaikata   djumlah2  melebihi   kebutuhan   dalam   negeri,

sirap kaju belian itu dapat didjadikan bahan ekspor.

Teknik pembuatan fineer kaju kelas I untuk melapisi kaju2  klas

rendahan   serta   teknik   pengeleman   harus   segera   diperkembang dan direaliseer setjara besar­besaran.

Dengan demikian dapat dihasilkan bahan paneel untuk pintu­pintu, dinding2  dan   untuk   industri   perabot   rumah   tangga.   Arti   teknik

fineer, pembuatan multiplex dan triplex adalah sangat besar dalam industri kaju.

Lihatlah   Djepang,   Negeri   Skandinavia   jang   sudah   djauh   sekali kemadjuannja dilapangan indusitri kaju. Setelah memiliki teknik pengawetan dan pengeleman setjara mendalam, maka baru terbuka pemakaian kaju2 klas rendahan, ditutup dengan lapisan fineer jang

serba indah setjara tak berbatas lagi, ja untuk pembangunan ge­ dung­gedung, ja untuk industri prabot rumah tangga.

g. Mengenai industri keramik, perlu diperluas dan djuga perlu diper­  tinggi kwalitet bate bata, genteng.

Dimana ada tanah lempung jang memenuhi sjarat2  teknik harus

distimulir industri keramik.

Teknik   pemberian   lapisan   glazuur   dapat   mempertinggi   kwalitet genteng, dapat menghasilkan pipa2  genteng berlapis glazuur jang

sangat dibutuhkan untuk riolering rumah2 dan sebagainja : dalam

hal ini sudah tiba waktunja untuk membangun pabrik keramik jang mechanic dan modern serta berukuran besar.

Pun dengan dimilikinja teknik. pemberian lapisan glazuur dapat pula dibuat ubin2 keramik/berlapis, djustru untuk menambah ka­

pasitet pembuatan ubin2 jang dibuat dengan semen, Bila industri

(12)

keramik telah madju, maka lapangan bekerdja untuk penganggur untuk lantai2  ruangan gudang dan lantai2  terras dan sebagainja.

Tindakan ini akan menghemat pemakaian semen.

h.  Produksi kapur dan tras harus diperluas, demikianpun produksi semen.

Produksi bahan­bahan tersebut diatas sama sekali tidak mentjukupi kebutuhan ketjil­ketjilan  pada  dewasa ini,  sehingga untuk kema­ djuan  pesat adalah sjarat mutlak untuk memperhebat produksi bahan­bahan pembangunan dengan arti jang seluas luasnja. t.  Penggunaan petjahan batu alam, sebagai marmer, graniet, kwartziet,

andesiet dan sebagainja jang belum mempunjai peranan besar da­ lam   dunia   pembangunan,   harus   distimulir,   dengan   mengintro­ dusir pemakaian ubin2 dan plaat2 terrazo untuk gedung2 umum dan

kemudian  memperkembang  teknik pembuatan  terrazo  atau  batu2

tiruan jang beraneka warna, pembuatan beton hiasan, beton split dan sebagainja agar supaja memperkaja djenis2 bahan jang dapat

digunakan guna pembangunan gedung2. Pun pembuatan semen

putih disamping semen abu­abuan harus segera diusahakan. j. Selandjutnja harus setjara serieus dibangun pabrik asbest dengan

semua aspek­aspeknja. Jang perlu dimulai sekarang diusahakan ialah   pembuatan   alat2  penggantung   dan   penguntji   pintu   dan

djendela,   walaupun   sementara   dengan   menggunakan   bahan­ bahan jang diimpor.

k. Menunggu realisasi industri ringan dan berat, maka untuk meng­ hemat devisen perlu dimulai dibangun pabrik pembuatan alat­alat penggantung dan penguntji tersebut diatas.

1.  Indonesia harus ntulai menjukai bahan2 buatan sendiri, walaupun

sementara kwalitet belum memuaskan sepenuhnja. Hanja dengan djalan demikian pengalaman dan pengetahuan untuk memprodusir alat2 jang sederadjat dengan apa jang terdapat dipasar internasional.

Demikian pula mengenai alat2 instalasi lampu listrik, bahan2 kimia

untuk produksi tjat dan sebagainja.

m.  Bila sesuatu harus diimpor, maka hendaknja diimpor barang2 jang tidak tanggung2  kwalitetnja, agar supaja jang menelan devisen itu

Mahan lama. Dengan memperluas dan memperkembang produksi bahan2 dan alat2 pembangunan didalam negeri, Pemerintah setjara

umum dapat mempersubur iklim pembangunan karena perbekalan usaha­usaha pembangunan akan berdjalan lebih lantjar daripada sekarang.

(13)
(14)

Inilah djalan sebaik­baiknja bagi Pemerintah untuk membantu usaha pembangunan perumahan rakjat dalam arti jang luas !

n.  Mengenai pembangunan gedung­gedung umum jang perentjanaannja (bouw   program)   terletak   dalam   tangan   masing2  Departemen   ada

beberapa saran sadja jang perlu ditjatat disini.

Gedung2 umum, seperti kantor2, sekolah2 (rendah, menengah dan

atas) lembaga2, laboratorium2, rumah2  sakit dan sebagainja hen­

daknja dibagi dalam dua golongan.

Golongan I ialah gedung2  umum jang dibangun didaerah­daerah

kota. Gedung demikian berhubung alasan2  ekonomis, seharusnja

dibuat setjara bertingkat dan dengan bahan2 jang terkuat dan tahan

lama, satu dan lain dengan hubungan erat dengan perentjanaan kota. Bertingkat : Untuk menghemat tanah pembangunan, dan untuk mem­

batasi   luasnja   kota­kota.   Pun   eksploitasi   air   leiding,   gas, listrik dan telpon mendjadi menguntungkan Negara (salu­ ran­saluran jang sauna melajani lebih banjak ruangan dan sebagainja).

Bahan­bahan jang terkuat dan tahan lama :

Pembangunan gedung' umum biasanja bersifat "eenmalig" sehingga'sekali   dibangun,   heridaknja   sesuatu   tahan   sela­ ma­lamanja, tanpa membutuhkan biaja pemeliharaan jang besar.

Berhubungan erat dengan perentjanaan kota :

Kebanjakan gedung2  dikota tidaklah dibangun atau diren­

tjanakan   oleh   Perentjana   Kota,   jakni   Kotapradja.   Agar supaja   harmoni   keseluruhan   kota   terdjamin,   adalah sjarat .mutlak, bahwa perentjanaan pembangunan sesuatu gedung umum harus dengan petundjuk2  Percntjana Kota,

atau   setelah   dimusjawarahkan   projek   jang   bersangkutan dengan Perentjanaan Kota.

Golongan II ialah gedung2 umum jang dibangun didaerah­daerah pedu­

sunan (landelijk).

Gedung2  demikian   hendaknja   dibangun   dengan   konstruksi   jang

sederhana jang mudah disesuaikan pada alam sekitarnja. Monumentali­ tet djanganlah diutamakan, sedang bangunan bertingkat­tingkat seda­ pat­dapatnja dihindarkan.

Mengenai   pemakaian   bahan2  atau   konstruksi2  tahan   lama,   sedapat­

dapatnja setjara konsekwen dipertahankan, djustru untuk menghindari­ kan terulangnja pengeluaran2 (tang jang besar dihari kemudian. Peren­

(15)

njana gedung2 umum didaerah­daerah. pedusunan harus mendjaga supaja

gedung   turut   memperindah   alam   sekitarnja,   dan   djangan   mengurangi keindahan atau harmoni alam sekitarnja.

Untuk   kedua   golongan   gedung2   tersebut   diatas   hendaknja   diren­ tjanakan  sesuai dengan  iklim setempat,  umumnja iklim tropis, sehingga dalam   tiap2.perentjanaan   gedung   harus   tertampung   kesulitan2  jang   di­

timbulkan   oleh   hudjan   dan   panasnja   matahari.   Sjarat   ini   adalah   sjarat fundamentil   untuk   menudju   kearah   tertjiptanja   arsitektur   modern   di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA V KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014.

1 MOHAMMAD ILHAM MAHFUD MI MUHAMMADIYAH MADIUN 58 2 HAUZAN HANIFAH ZAHRA SD MUHAMMADIYAH MADIUN 52 3 ATIKA BANOWATI SD MUHAMMADIYAH MADIUN 44 4 HAMZAH ABDURRAHMAN

Sehubungan dengan peran dan manfaat lahan gambut di kawasan hutan produksi terbatas di lihat dari persepsi masyarakat, menunjukkan bahwa 85% responden menyatakan

• Membandingkan keuntungan investasi alternatif; dihitung dengan membagi nilai saat ini dari total arus kas masuk dari investasi dengan biaya awal investasi. – Nilai

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA V KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014.

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA V KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN

Dalam masalah pencemaran udara akibat asap pembakaran hutan, diperlukan upaya penegakan hukum lingkungan khususnya penegakan hukum pidana yang secara terpadu dari semua pihak

pemrosesan ataupun pengolahan data yang berasal dari CPU kedalam suatu media yang dapat dibaca oleh. manusia ataupun dapat digunakan untuk penyimpanan data