• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-15 Depernas 24-Bab-133

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-15 Depernas 24-Bab-133"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 133. TARGET2/PROJEK2 PEMBANGUNAN

b). Djumlah kapal: 151 buah.

c). 60% dari flow of goods dilaksanakan oleh K.P.M. (K.l. 3.000.000 ton); djadi flow of goods seluruhnja pada tahun 1959 k.l, 5.000.000 ton.

2. Tonnage dan djumlah kapal2 menurut tjatatan Departemen Perhu-bungan Laut pada tanggal I Djanuari 1959 adalah sbb.:

a). Tonnage B.R.T. : 104,527,63 b). 'Djumlah kapal : 124 buah.

3. Untuk melajani kebutuhan di Tanah Air kita, tidak tjukup kiranja mengambil dasar tonnage K.P.M. sebelum perang sadja mengingat pertumbuhan masjarakat kita jang dari hari kehari makin bertambah kebutuhannja. K.P.M., hanja melajani kepentingan dari kaum kolonial jang tentu hanja dititik-beratkan kepada kebutuhan bebe-rapa golongan dari manusia2 tertentu.

Untuk memenuhi kebutuhan minimal dari masjarakat Indonesia diperlukan suatu tonnage K.P.M. sebelum perang + sesuatu djumlah tonnage.

Djika kita kira2kan kenaikan kebutuhan akan pengangkutan dilaut dewasa ini ada 3 kali lebih daripada kebutuhan masjarakat pada djaman kolonial, maka kita memerlukan :

3 X 200.000 D.W.T. = 600.00 D.W.T. (k.l. 400.00 B.R.T.). Djika diketahui armada niaga India berdjumlah k.l. 625.641 B.R.T. pada tahun 1958, maka tak berkelebihan kiranja djika Indonesia dengan beribu-ribu pulau memiliki Armada Niaga sebesar

90% dari 104.000 B.R.T. = 93.600 B.R.T.

(2)

b. Djumlah kapal.

Untuk memenuhi tonnage jang kita inginkan, dengan demikian diper-lukan k.l. 225 buah kapal,

Perusahaan2 pelajaran nasional dewasa ini memiliki 124 kapal. Dengan perkiraan bahwa 10% dari djumlah ini mungkin mengalami kerusakan/ hilang, maka kita dapat mengambil dasar djumlah kapal dewasa ini sebanjak 115 buah. Untuk memenuhi djumlah 225 kapal tersebut, maka perlu ada tambahan sedjumlah 110 buah kapal.

c. Soal alat² pengangkutan sederhana.

1. Alat2 pengangkutan Laut seperti perahu2 lajar perlu diintensifkan penggunaannja dan di-koordinasikan oleh pimpinan distribusi. Kepada perahu2 lajar perlu diberikan alat2 keamanan dan alat2 hagian dapat ditarik dengan kapal tunda.

§ 1638. Soal tenaga2 terdidik

Tonnage kapal dan segala fasilitas2 dan material² akan tidak ada manfaatnja djika tidak dikemudikan oleh tenaga2 ahli jang terdidik.

Kelambatan dalam program Pemerintah tidak mungkin selamanja dipersalahkan kepada kekurangan materiaal dan kekurangan tonnage kapal.

Tenaga terdidik ini meliputi antara lain : a. para nachoda dan mualim.

b. para ahli mesin. c. para telegrafis. d. para ahli memuat.

e. para ahli ekonomi pelajaran. f. para ahli pelabuhan dan fasilitas2. g. para ahli hidrografi.

(3)

a. Nachoda dan mualim. Untuk dapat menggunakan sebagaimana mustinja, maka djumlah kapal2 jang kita rentjanakan jaitu djumlah 225 buah kapal, maka kita memerlukan sbb.:

Nachoda : 325 orang

Mualim I-II-III : 625 ,, . Djumlah : 950 orang Mualim. Menurut tjatatan. dewasa ini kita baru memiliki Nachoda P.I. : 11 orang

Mualim I, II, III, P.I. : 60 orang Nachoda P.T. : 11 orang .

Djumlah : 82 orang, dan

Mualim P.B. III : 131 orang Mualim P.B. II : 71 ,, Mualim P.B. I : 9 ,, .

Djumlah : 293 orang.

Dengan demikian maka untuk memenuhi sedjumlah 950 mualim, maka masih diperlukan tambahan 950 -- 293 = 657 orang mualim.

b. Ahli mesin. Untuk melajani 225 kapal tab, kita perlukan 657 ahli mesin. Menurut keterangan pada waktu ini kita hanja memiliki 197 ahli teknik/mesin, sehingga untuk mentjapai djumlah 657 ahli mesin, kita perlukan tambahan 675—197 = 478 orang ahli mesin.

c. Tenaga telegrafis. Pada waktu ini pada Dinas2 pelajaran ada 84 orang Telegrafis, sedang untuk melajani kapal2 kita memerlukan minimaal 225 orang telegrafis, sehingga kita perlu tambahan 225 — 84 = 141 orang telegrafis.

d. Ahli ekonomi pelajaran. Untuk para ahli ekonomi pelajaran dapat diambil para peladjar lulusan sekolah2 SMEA/SMEP untuk dididik chusus mendjadi ahli ekonomi pelajaran atau ahli muat.

Seperti telah kita ketahui, di Indonesia ada 743 pelabuhan2 besar/ ketjil, jaitu :

Pelabuhan induk 15 (bandar induk). Pelabuhan daerah 48 (bandar daerah).

Pelabuhan lainnja jang dinjatakan sebagai pelabuhan.

laut : 67

Pelabuhan2 ketjil : 645

(4)

e. Ahli2 pelabuhan. Tenaga2 ahli ini djuga masih sangat kekurangan. Di Djakarta ada 6 orang pandu laut jang sangat berat menghadapi tugas se-hari2, apalagi sjahbandar jang tjukup tjakap harus dapat membantu untuk mengatasi pekerdjaan2 se-hari2.

1. Djika untuk pelabuhan seperti Djakarta disediakan 15 orang pandu laut dan 5 orang sjahbandar pembantu, maka djumlah ini tidaklah berlebih-lebihan.

Untuk Surabaja, Makasar dan Belawan diperlukan masing2 10 orang pandu laut. Untuk Semarang, Tjirebon, Padang, Balikpapan, Bandjarmasin dan Ambon masing2 diperlukan 5 orang dan lain pelabuhan masing2 3 orang.

Karena itu menurut dugaan kita akan memerlukan 1.k, 250 orang pandu² laut, dan djumlah ini tidak akan ber-lebih2an.

2. Sedjumlah sjahbandar sangat perlu ditambahkan di pelabuhan2 jang ketjil tetapi jang sangat mempengaruhi ekonomi ,Negara. Selain dari itu sjahbandar pelabuhan ketjil dapat merangkap sebagai pandu, Karena itu perlu segera dididik atau diadakan kursus untuk 50 orang sjahbandar guna menempati pos2 jang belum ada sjahbandarnja.

f. Ahli Hidrografi dan perambuan/penerangan. Djuga ahli2 untuk hal ini sangat diperlukan. Dinas Hidrografi dan Perambuan/penerangan ini di zaman pendjadjahan dilaksanakan oleh Governements Marine : dewasa ini oleh DJEPEL.

Untuk membuat peta daerah laut dan pantai Tanah Air kita jang begitu luas maka diperlukan sedjumlah tenaga hidrografis dan perambuan/ penerangan jang tidak ketjil.

g. Pendidikan Nelajan dan pelajaran lokal diadakan di tempat2 pela-buhan jang tjukup besar, seperti : Djakarta, Tjirebon, Semarang, Surabaja, Lampung, Padang, Belawan, Riau, Pontianak, Makasar, Bitung dan Ambon.

h. Output A.I.P. Dengan demikian kita perlukan pendidikan pelajaran jang lebih ekstensif. Djika menurut keterangan output A.I.P. sekarang adalah hanja 100 ahli tiap tahun, jaitu 50 ahli pelaut, 50 ahli Mesin, (N.B, menurut rentjana A.I.P. harus dapat menampung 500 siswa), maka perlu ditentukan agar output A.I.P. dapat diperbesar dengan 3 kali output sekarang.

i. Selain dari itu, maka akan sangat berfaedah bila pendidikan2 pelajaran (A.I.P., S.P.M., A.P.N. dll.) dapat diperhebat dan didirikan ditempat bandar² penting seperti Djakarta, Surabaja, Makassar dan Ambon. Mengingat daerah Lampung merupakan daerah harapan, maka perlu dipertimbangkan pendirian sebuah di daerah Lampung terse-but (ditindjau dari sudut urbanisasi) djuga sangat berfaedah.

(5)

§ 1639. Penanaman Djiwa Maritim dan peranan pendidikan Angkatan Laut R.I.

a. Selaras dengan usaha penambahan tenaga2 ahli lautan (perka-palan, pelajaran, pelabuhan dll.), perlu diusahakan agar sifat pendidikan dan pengadjaran dapat diarahkan untuk penanaman rasa tjinta kepada lautan jang mengelilingi Tanah Air.

Dalam syllabi dan kurikulum peladjaran di Sekolah2 Rakjat, Seko-lah-sekolah Menengah dan Sekolah2 Landjutan agar dapat dimasukkan bahan2 peladjaran jang menanam rasa tjinta laut.

Pandu2 laut sebagai kader laut perlu dipupuk dan dibimbing oleh Pemerintah.

b. Bangsa kita harus mengedjar ketinggalan dalam banjak hal2 dibidang technik, tetapi djuga dibidang tjara berfikir jaitu dengan „luas-lepas” dari kekangan daratan menudju kelaut dan ruang angkasa.

Armada Angkatan Laut R.I, perlu diperkuat (personil dan material) karena Angkatan Laut ini harus merupakan "terugval basis" dalam activitas2 logistik Negara djika armada niaga matjet.

c. Pendidikan A.I.P., S.P.M. dan Pendidikan Ilmu Maritim lainnja hendaknja di koordinasikan oleh Angkatan Laut, agar doktrin maritim untuk kepentingan Nasional dapat terdjamin. Kelantjaran perhubungan laut tidak hanja ditentukan oleh djumlah material dan personil, tetapi djuga ditentukan oleh disiplin dari personil jang menjelenggarakan peng-angkutan dilaut tersebut.

Disiplin/kesadaran Nasional dan doktrin mengabdi Tanah Air harus ditanamkan pada para pelaut, baik pelaut2 sipil maupun pelaut2 militer. Hanja dengan disiplin jang kuat dan kesadaran2 jang tinggi, kepentingan Nasional dapat terdjamin diatas kepentingan pribadi. Pula sangat diharapkan bahwa dalam saat2 Negara dalam keadaan genting tiap pelaut harus dapat dipanggil untuk dinas militer, Motif inilah jang mendorong dapatnja dipimpin (dikoordinasikan pendidikan maritim oleh A.L.R.I.).

§ 3940. Hal lain2

a. Penimbunan dan Penjaluran .

Pada „perusahaan2 veem” perlu diadakan pengawasan jang teliti oleh alat2 pemerintah untuk menghindarkan stagnasi/manipulasi jang tidak diinginkan.

Gudang2 veem jang selalu penuh dapat menggambarkan ketidak lan-tjaran dari Distribusi,

(6)

b. Tambahan Frekwensi.

Frekwensi pengangkutan perlu ditambah/diperbesar hingga mak-simum. Kapal jang rata2 hanja 2 X sebulan mengangkut tidaklah dianggap menjumbangkan djasa jang banjak, Ini hanja mungkin djika :

1. pemeliharaan di-dok2 terdjamin dan teratur.

2. djika para penguasa pelajaran dan para nachoda benar2 memper-hatikan skala dan tidak memikirkan kepentingan diri sendiri.

3. pengawasan jang tjukup kuat dengan sanksi jang tjukup berat bagi para pelanggar,

c. Soal djumlah dan keadaan dok kapal.

Djumlah dan pemeliharaan dari dok2 perlu diperhatikan. Djumlah jang sekarang ada tidak dapat melajani kebutuhan. Djumlah dok-terapung jang tjukup besar perlu mendapat tambahan, jaitu di Tg. Prink, Surabaja dan Makassar, Demikian djuga dok-terapung jang ketjil di Tg. Priok, Semarang, Ambon, Belawan dan Padang, Dok -galian dapat diusahakan di Tjilatjap; Belawan dan Ambon.

d. Pembagian Daerah Pelajaran.

Ketjuali penjelenggaraan trajek2 jang merata dan sempurna, jang dilajari setjara „teratur” dan jang se-tertib2nja, maka perlu djuga ditentukan daerah2 pelajaran dengan pelabuhan induk sebagai pusat-nja,

Pelabuhan induk ini merupakan gudang logistik bagi daerah pelajaran disekitarnja dan kepadanja diberikan fasilitas pelabuhan jang sebaik-baiknja, sehingga pelabuhan induk ini merupakan pelabuhan " tran-site" dari kapal2 pelajaran daerah, Dengan demikian tidak perlu banjak adanja route2 pelajaran jang terlalu djauh (misalnja dari Djawa sampai ke Morotai), Namun dalam beberapa hal, trajek2 jang djauh ini kiranja penting pula untuk meniadakan gedjala2 rasa kedaerahan.

e. Penggunaan Armada Niaga.

Untuk melantjarkan program Sandang Pangan, pula agar seluruh kapal2 niaga dapat ditertibkan, maka akan sangat baik apabila untuk sementara waktu semua kapal2 niaga dipimpin dalam satu kesatuan. f. Armada Logistik Negara.

Bentuk organisasi dan tiara pelaksanaan armada logistik ini dapat diatur dan ditentukan oleh Pemerintah.

g. Pengawasan.

(7)

Perentjanaan dan pelaksanaan djika tidak disertai dengan suatu aparatur pengawasan jang sungguh2 rapat, rapi dan tegas, tidak akan berhasil sebagaimana direntjanakan.

Aparatur pengawasan ini akan merupakan tangan jang sangat berharga bagi BAPEKAN. Apabila seorang anggauta aparatur peng-awasan ini menjeleweng, kepadanja dikenakan sanksi jang seberat-beratnja.

h. Sanksi .

Pengawasan tanpa sanksi akan tidak banjak gunanja. Sanksi hendak -nja dilakukan dengan tegas dan konsekwen.

i. Problim minjak.

1. Pemerintah agar berusaha menguasai sumber² minjak dengan djalan jang se-bidjaksana2nja, dengan pengetahuan rangkaian Internasional Oil Club, dan lain2 ikatan2 Internasional.

2. Armada logistik laut tidak akan mampu berdjalan sempurna apa-bila soal minjak tidak dikuasai penuh oleh Pemerintah,

Produksi, marketing (Distribusi) minjak ini harus dapat penuh dalam kekuasaan Pemerintah.

Pelabuhan2 induk jang djauh dari sumber minjak agar diperleng-kapi dengan reservoir2 minjak.

3. Suatu armada minjak Negara harus dibangunkan untuk mengua-sai soal minjak dengan sepenuhnja. Untuk ini maka selekasnja harus dimulai dengan persiapan2 untuk mengambil kekuasaan minjak, dengan djalan menjiapkan pendidikan, mengusahakan sumber2 minjak, membangun industri minjak, dsb.

j. Penjaluran Pengangkutan Penumpang Kapal Kepengangkutan Udara dan Pengangkutan Darat.

(8)

Untuk penumpang2 djarak djauh (misalnja ke luar negeri) dapat diadakan kapal2 penumpang dam untuk keperluan2 jang tertentu dapat diadakan kapal2 penumpang pelajaran inter-insular. Tetapi titik berat pengangkutan penumpang perlu dipikirkan pemindahannja kepada angkutan udara.

k. P.T.T.

Keadaan dewasa ini jang sangat terasa ialah terlambatnja pos. Untuk melantjarkan perhubungan pos perlu diinstruksikan kepada setiap kapal untuk membantu pengangkutan pos (ketjuali kapal2 perang jang tudjuan/haluannja tidak tentu). Instruksi ini harus ditaati oleh setiap kapal dan pengawasan dilaksanakan dengan seksama,

l. Pelajaran Samudera.

Menurut tjatatan, maka pengangkutan2 ketjil samudera ke — dan dari Indonesia 98% masih dalam usaha asing.

Perlu dipikirkan untuk mengoper pelajaran Samudera ini ketangan bangsa Indonesia. Untuk ini perlu diadakan rentjana chusus, karena pelajaran samudera ini akan meliputi :

1. 5 djuta ton angkutan barang (ketjuali angkutan minjak).

2. untuk angkutan ini diperlukan tonnage kapal jang mendekati ton-nage pelajaran inter-insular, jaitu jang kita tjita2kan ialah k.l.. 400,000 B.R.T.

3. djumlah kapal jang diperlukan ditaksir 30 a 40 buah a 10.000 ton. 4. tenaga mualim dan ahli mesin akan meliputi 300 orang sedang

untuk agen2 dan organisasi darat masih perlu djumlah tenaga jang banjak lagi.

m. Industri Perkapalan.

Industri ini perlu diperluas dan di-intensifkan. Pengawasan hendak-nja dilakukan bersama dengan Angkatan Laut Republik Indonesia, mengingat A.L.R.I. dapat ikut menentukan sjarat2 kapal dan galangan sehingga dalam saat genting kapal2 dapat dipergunakan untuk per-tahanan Negara.

n. Biaja jang disediakan dalam Rentjana I :

Untuk pembangunan Perhubungan Laut dalam Rentjana I disediakan Rp. 10.133, djuta (tidak termasuk biaja untuk industri perkapalan ). Djumlah tersebut masih djauh daripada mentjukupi untuk membiajai rentjana jang di-tjita2kan.

(9)

LAMPIRAN „A”

TRAJEK2 PERHUBUNGAN INTER-INSULER.

Trajek Keterangan Djumlah kapal

milik charter C 2 XIII

(2 P.T.)

Surabaja — Sulawesi Sel. (pantai Timur) — Maluku Utara — Su-rabaja

Surabaja — Sulawesi Sel. (pantai Timur) — Sulawesi Utara (pantai Timur) — Surabaja

Surabaja — Bandjar Masin — Makassar — Surabaja

Surabaja — Bali — Kalimantan Timur — Sulawesi Barat — Kali-mantan Timur — Surabaja

1

— C 2 V Surabaja — Sulawesi Barat — Sa-ngir

Talaut —Surabaja

C 2 XII Surabaja — Sulawesi Selatan (pantai timur) — Sulawesi

Uta-ra (pantai Timur)

4 —

C 2 VIII Surabaja — Nusa Tenggara

C 2 VII Surabaja — Nusa tenggara 1 —

C 2 VII Surabaja — Makassar — Nusa

Tenggara 3 —

C 2 X Surabaja — Bali — Lombok

C 2 XIII Surabaja — Sul. Sel. (pantai Ti-mur) — Maluku Utara

C 2 XIV Surabaja — Sul. Sel. — Kai. — Tanimbar — Maluku Sel. — Banda.

2 —

C 2 II Tg. Priok — Kalimantan Barat

C 2 IV Tg. Priok — Kalimantan Barat 5 — C 1 VII a Belawan — Atjeh (pantai Timur

— Barat) — Simeulue. C 1 VII B Belawan — Penang — Atjeh

(pantai Timur — Barat) — Si-meulue

(10)

C 1 III (2 P.T.)

Tg. Priok — Pandjang — Palem-bang

1 —

C 2 II (C 2 IV)

Tg. Priok — Kalimantan Barat —

Kalimantan Selatan 4 —

C 2 XI

C 2 II Tg. Priok — Kalimantan Barat 1 1 C 1 V a

(2 P.T.) Tg. Priok — Palembang — Djambi — Singapore 1 3 C 1 VIII Pontianak — Singapore — pantai

Kal. Barat — —

C 1 VIII Pontianak — Singkawang — Riau —

Singapore 1 —

Selatan (pantai Barat) 1 —

(2 P.T.) — 1

(11)

C 1 VI Belawan — Singapore — Sungai

Siak. 3 —

C 1 VIII Pontianak — Riau — Singapore

Tambelan — Singkawang. 1 —

C 1 IV Bandjarmasin — Sampit —

Singa-pore. — 1

Semua. Trajek A dan C gol.

b oleh PELNI 46 12

sub VIII sub IX

(12)

DAFTAR PERUSAHAAN PELAJARAN PANTAI DALAM PELAKSANAAN PP. 47/1957 PESERTA KAPAL DAN TRAJEKNJA.

( S I T U A S I  1958). Lampiran

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

REKAPITULASI : Djumlah Perusahaan menurut Panitya Perizinan ada: 6 buah dan:

(20)
(21)

LAMPIRAN ,,C’’ DAFTAR PELABUHAN INDUK DAN PELABUHAN2

DAERAH HUKUM PELABUHAN INDUK

Daerah Propinsi Pelabuhan Induk Lam kekuasaan hukum pela-Pelabuhan² jang masuk

da-Buhan Induk.

I. Atjeh. 1. Lho Suema- 1. Kuala Langsa.

we. 2. Meulaboh.

3. Olhee Lheue

II. Sumatera Uta- 2. Belawan. 4. Bagan Siapi-api.

ra. 5. Bengkalis.

6. Gunung Sitoli. 7. Sibolga.

8. Tandjung Balai ( han).

9. Dumai c.q. tung.

III. Sumatera Ba- 3. Teluk Bajur 10. Pakan-baru.

rat Riau. (Padang). 11. Rengat.

IV. Sumatera Sela- 4. Palembang. 12. Belinju.

tan Djambi. 13. Bengkulu.

14. Djambi. 15. Pandjang. 16. Pangkal Balam. 17. Tandjung Pandan.

V. Djawa Barat. 5. Tandjung. 18. Merak.

Periuk. 19. Tjirebon.

VI. Djawa Tengah. 6. Semarang. 20. Tegal.

21. Tjilatjap.

VII. Djawa Timur. 7. Surabaja. 22. Banjuwangi.

23. Panarukan. 24. Probolinggo.

VIII. Kalimantan Ba- 8. Pontianak. 25. Pemangkat.

rat. 26. Sambas.

27. Singkawan.

IX. Kalimantan Se- 9. Bandjar- 28. Balikpapan.

latan. masin. 29. Kotabaru.

Kalimantan Ti- 30. Lingkas ( Tarakan ).

mur. 31. Samarinda.

Kalimantan Te- 32. Sampit.

(22)

X. Sulawesi (Sela-tan).

10. Makasar. 33. Bau-bau. 34. Donggala. 35. Kendari. 36. Pare-pare. XI. Sulawesi

(Uta-ra).

11. Bitung. 37. Gorontalo, 38. Menado. 39. Poso.

XII. Maluku. 12. Ambon. 40. Ternate.

XIII. Bali.

Nusatenggara

Barat/Timur.

13. Benda. 41. Ampenan. 42. Buleleng. 43. Bima. 44. Ende. 45. Kupang. 46. Maumere.

(23)

Lampiran „D"

BEZETTING PRESENTAGE TAMBATAN.

No. Nama Pelabuhan Tahun Keterangan 1956 1957 1958

(1) Lho Seumawe — — 3%

2. Meulaboh — — — Tidak ada laporan

3. Olhee Lheue — — — idem *)

(12). Teluk Bajur 43% 40% 34%

13. Pekan Baru — — — idem *)

14. Rengat — — — idem *)

(15). Palembang 68% 65% 76%

16. Belinju — — — idem *)

17. Bengkulu — — — idem *)

18. Djambi 53% 58% 77%

19. Pandjang 51% 49% 71%

20. Pangkal Balam — — — idem *)

21. Tandjung Pandan — — — idem *)

(22). Tandjung Priuk 45% 43% 35%

23. Merak — — — idem *)

24. Tjirebon — — 18%

(25). Semarang 45% 35% — idem *)

26. Tegal — — — idem *)

27. Tjilatjap 20% 15% 11%

(28). Surabaja 31% 25% 14%

29. Banjuwangi — 6% 7%

30. Panarukan — — — idem *)

31 Probolinggo — — 5%

(32). Pontianak 63% 50% 50%

33. Pemangkat — — — idem *)

34. Sambas — — — idem *)

35. Singkawang — — — idem *)

36. Bandjarmasin 34% 47% 60%

37. Balikpapan — — 8%

38. Kota Baru — — — idem *)

39. Lingkas (Tarakan) — — — idem *)

40. Samarinda — 88% —

(24)

No.

Nama Pelabuhan

Tahun

Keterangan

1956

1957

1958

(42). Makasar 36%

32%

16% Idem *)

43.

Bau-bau

Idem *)

44.

Donggala

Idem *)

45.

Kendari

Idem *)

46.

Pare-pare

Idem *)

47.

Poso

Idem *)

48.

Bitung

Idem *)

49.

Gorontalo

Idem *)

50.

Menado

Idem *)

51.

Ambon

50%

65%

71%

52.

ternate

Idem *)

53.

Benoa

30%

54.

Ampenan

Idem *)

55.

Buleleng

Idem *)

56.

Bima

Idem *)

57.

Ende

Idem *)

58.

Kupang

Idem *)

59.

Maumere

12%

13%

12%

60.

Sumbawa

Idem *)

61.

Waingapu

Idem *)

(25)

BEZETTING PRESENTAGE GUDANG.

No. Nama Pelabuhan Tahun Keterangan

1956 1957 1958

(12). Teluk Bajur 70% 75% 37%

13. Pekan Baru — — — idem *)

14. Rengat — — — idem *)

(15). Palembang 53% 51% 80%

16. Belinju — — — idem *)

17. Bengkulu — — — idem *)

18. Djambi 68% 43% 36%

19. Pandjang 80% 77% 83%

20. Pangkal Balam — — — idem *)

21. Tandjung Pandan — — — idem *)

(22). Tandjung Priuk 82% 49% 55%

23. Merak — — — idem *)

24. Tjirebon 62% 78% 79%

(25). Semarang 69% 100% — idem *)

26. Tegal — — 44%

27. Tjilatjap 26% 45% 46%

(28). Surabaja 72% 73% 37%

29. Banjuwangi 3% 3% 3%

30. Panarukan — — — idem *)

31 Probolinggo — — 100%

(32). Pontianak 100% 86% 96%

33. Pemangkat — — — idem *)

34. Sambas — — — idem *)

35. Singkawang — — — idem *)

(36). Bandjarmasin 41% 60% 77%

37. Balikpapan — — 53%

38. Kota Baru — — — idem *)

39. Lingkas (Tarakan) — — — idem *)

40. Samarinda — 31% —

41. Sampit — — — idem *)

(42). Makassar 45% 34% 35%

(26)

44. Donggala ― ― ― Idem *)

45. Kendari ― ― ― Idem *)

46. Pare-pare ― ― ― Idem *)

47. Poso ― ― ― Idem *)

(48). Bitung ― ― ― Idem *)

49. Gorontalo ― ― ― Idem *)

50. Menado ― 62% 55%

(51). Ambon ― ― ― Idem *)

52. Ternate ― ― 31%

53. Benoa ― ― ― Idem *)

54. Ampenan ― ― ― Idem *)

55. Buleleng ― ― ― Idem *)

56. Bima ― ― ― Idem *)

57. Ende ― ― ― Idem *)

58. Kupang ― ― ― Idem *)

59. Maumere ― ― ― Idem *)

60. Sumbawa ― ― ― Idem *)

61. Waingapu ― ― ― Idem *)

(*) Belum ada Penguasa Pelabuhan atau gudang.

(27)

Lampiran „E”

NAMA DAN ALAMAT GALANGAN² KAPAL,

No. Nama Galangan A l a m a t

1. Fa.M. H, Said Tjipinang Lontar 1/II Djatinegara, 2. N.V. Nusa Putra Djl. Lodan

6

Djakarta Kota 3, P.T, Tirtadjaja Djl, Sulawesi 2 Tg. Priok. 4. P.T. Galsia . Djl. Tanah Abang Djakarta.

II/48

5. Djantra Djl. Sabang 27 a Djakarta. 6. N.V. Susula Pedjambon I/14 Djakarta. 7. P.T. Galinda Djl. Tirtajasa pers. 39 Djakarta. 8. P.T. Sibih Antjol Tg, Priok atau Djakarta.

Djl. Garut 15

9. Indomarine Ltd. Djl. Segara 11/8 Djakarta. 10. P.K, Thai Sang Djl. Lodan Djakarta. 11. Fa Cordesius & Zonen Djl. Gunungsahari Djakarta.

34/45

12. Carya Ltd. Kampung Bandan Djakarta, 13. N.V. V.P.V, Pasar Ikan Djakarta. 14. Droogdok Mij Tg. Tandjung Priok Djakarta.

Priok

15. N.V. Menara Djl. Kalimantan 1 T e g a 1 . 16. Fa. M. Djttsdi Djl. Kraton Barat 2 T e g a 1 . 17. Pembangunan Perahu Taman Bugisan 8 Pekalongan.

Bermotor Samudra

18. P.P.P.B. Tritunggal Batang Pekalongan,

19. G.K.P.I. Pekalongan,

20. Dharma Bakti Pekalongan.

21. Perusahaan Perkapalan Djl. Sungai Ngerang Djuana Badjo.

22. Kapetiga (Koperasi D j u a n a

P.P, perikanan). Patjinan Kulon 102

23. P.T. Pasuruan atas atau Lom- Surabaja bok 1

24. N.V. Djawimex Djl. Djakarta 6 Surabaja 25. Sumbet Bhaita Tandjung Perak Barat Surabaja 26: N.V. Droogdok Mij. Tandjung Perak Barat Surabaja

Surabaja

27. Shipbuilding Indra Djl. Nilam Barat Surabaja 28. C. V. G a m a Djalan Kapasari 6 Surabaja 29. B.R.N. Perkapalan Djl. Watutiban 25 Tuban.

Gadon

(28)

31. N.N.V.I.M.P. Surabaja d/a, Sdr. Kadjad

Asmadi

Djl. Mampang 77 Djakarta. 32. N.V. Wahab Sidik Palembang.

33. Dok Perkapalan Tanah Teluk Bajur Padang Timbun atau Djl. Tasikmalaja

1/pay. Djakarta. .34. B.T.P. Pesat Djl. Sulawesi 137A Bandjarmasin. 35. Dok Merdeka Selili Samarinda. 36. Dockyard Indonesia Menado

37. P.P.P.M. Ternate Ternate 38. P.T. Galangan Kapal

Djakarta Djalan Halimun 2 Djakarta. 39. N.V. "Budiyard Ltd" Tandjung Prick

40. P.T. Waisisil Djl. Udjung No. 3 Surabaja. 41. Pegusahaan Pembikinan

(29)

Lampiran ,, F’’

GALANGAN2 JANG TERGABUNG DALAM KAPENI

No. Nama Galangan Alamat

10. Perbengkelan Kapal Fa "M, SAID",

11. "DJANTRA" Trading Corp. Ltd,

12. N.V. "DJAWIMEK"

13. Perusahaan Dok & Bengkel "MERDEKA" 14. Biro Tehnik S

Perka-palan "PESAT"

Djl. Sulawesi 2 Tandjung Priok.

Kpg. Bandan Djakarta.

Djl. Sulawesi 137A Bandjarmasin.

Djl. Pelabuhan Kota Pasuruan.

36 Ilir Karanganjar 22 Palembang, Djl. Sunan Ngerang 2 Djuwana.

Djl. Watutiban 25 Tuban.

Djl. Pelabuhan 37 Telukbajur Padang. Djl, Kraton 2 Tegal.

Djl. Nilam Barat Surabaja.

(30)

23. Perusahaan Pembikinan Perahu Motor

(P.P.P.M.)

Ternate

24. N.V. “MENARA

Trading Coy. Djl. Kalimantan Tegal 25. Perkapalan C.V.

“GAMA” Djl. Kapasari 6 Surabaja 26. C.V. “SELAT

MAKASSAR” Paotoro Makassar 27. Galangan Kapal

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Pewilayahan komoditas pertanian adalah suatu bentuk usaha untuk membuat suatu wilayah atau kelompok komoditas dengan mempertimbangkan kualitas dan ketersediaan sumber daya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 22 April 2019 mengenai gambaran pengetahuan gout artthritis tentang penyakit gout arthritis di Puskesmas

Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran e-learning pada mata kuliah Termodinamika

[r]

Berpijak pada pengamatannya terhadap kondisi manusia modern, Nasr menyadari pentingnya mengintroduser ajaran-ajaran Islam baik dalam bentuk doktrin maupun yang

Jasa berbeda dengan barang, jika barang berwujud dan dapat dilihat maka jasa adalah suatu perbuatan atau tindakan dan proses kinerja yang hanya dapat dirasakan. Bila

Dengan demikian rumus hubungan antara debit resapan dengan kedalaman air dapat diformulasikan secara komprehensif dengan variable jenis tanah, diameter dan jenis