BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental, dengan rancangan pre and post test control group design.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Mei 2016 s/d Juli 2016.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah stimulated whole saliva yang diperoleh dari mahasiswa yang subjeknya bebas karies. Teknik pemilihan sampel adalah purposive sampling dimana subjek yang diambil memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan ditentukan menggunakan rumus Federer untuk uji eksperimental, yaitu:
Keterangan:
t = kelompok perlakuan n = besar sampel
Penelitian ini menggunakan dua perlakuan yang masing-masing terdiri atas: Kelompok I : mengunyah cokelat
Kelompok II : mengunyah keju cheddar
Kelompok III : mengunyah cokelat – keju cheddar
Besar sampel yang diperlukan adalah: (t-1) (n-1) ≥ 15
(3-1) (n-1) ≥ 15
2n-2 ≥ 15
2n = 17 orang n = 8,5 9 orang
Jadi, besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 9 orang tiap perlakuan, sehingga dibutuhkan 27 orang untuk sampel penelitian.
3.4 Kriteria Penelitian: 3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Subjek yang bersedia berpartisipasi 2. Bebas karies
3. Laki-laki dan perempuan berusia 19-25 tahun
3.4.2 Kriteria eksklusi: 1. Gigi crowded
2. Merokok
3. Memiliki penyakit sistemik
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah cokelat dan keju cheddar.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah pH dan laju alir saliva.
3.5.3 Variabel Terkendali 1. Usia 19-25 tahun 2. Jenis cokelat dan keju 3. Waktu pengumpulan saliva 4. Metode pengumpulan saliva 5. Kemampuan operator
6. Subjek tidak mengonsumsi apapun selama 2 jam sebelum penelitian dimulai
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Pola diet
3.6Defenisi Operasional
1. Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar salivadan mempunyai peran penting dalam mempertahankan keseimbangan didalam rongga mulut.
2. Whole salivaadalah cairan rongga mulut yang merupakan
sekresigabungan dari kelenjar saliva, cairan gingiva, elemen-elemen sel dan juga sisa makanan.
3. Waktu pengumpulan saliva yang distimulasi adalah waktu pengumpulan sampel dilakukan, yaitu pada jam 09.00–12.00 WIB.
4. Metode Spitting adalah metode pengambilan saliva dimana subjek membiarkan saliva tergenang dalam mulut tanpa ditelan kemudian meludahkannya ke dalam wadah penampungan.
5. Mengunyah keju cheddar merek kraft sebanyak 10 gr sesuai dengan kebiasaan mengunyah makanan lalu ditelan.
6. Mengunyah cokelat merek L’Agiesebanyak 10 gr sesuai dengan kebiasaan mengunyah makanan lalu ditelan.
Variabel bebas: Cokelat dan Keju
cheddar
Variabel terkendali: - Usia 19-25 tahun
- Jenis keju dan cokelat - Waktu pengumpulan saliva - Metode pengumpulan saliva - Kemampuan operator
- Subjek tidak mengonsumsi apapun selama 2 jam sebelum penelitian dimulai
7. pH saliva yang distimulasi adalah derajat keasaman (pH) saliva yang diukur dengan menggunakan pH meter Hanna Instruments.
8. Laju aliran saliva adalah jumlah saliva yang dikeluarkan dalam satuan volume (ml) dalam setiap satuan waktu (menit) yaitu ml/menit.
9. Diet adalah faktor yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari.
10. Bebas karies merupakan tidak terdapatnya kerusakan pada permukaan jaringan keras gigi dan kavitas gigi, dapat dilihat dengan pemeriksaan menggunakan sonde.
11. Demineralisasi merupakan proses kehilangan sebagian atau keseluruhan dari kristal enamel pada permukaan gigi dan menyebabkan ion kalsium, fosfat dan mineral yang lain berdifusi keluar dan membentuk lesi dibawah permukaan enamel.
12. Remineralisasi merupakan proses pengembalian ion-ion kalsium dan fosfat dan mineral yang keluar dari permukaan enamel.
3.7Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. pH meter merek Hanna Instruments
2. Timbangan digital 3. Pot saliva
4. Termos es 5. Stopwatch
6. Label nama
3.7.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Saliva subjek penelitian
4. Larutan buffer pH 4, 7 dan 10 5. Aquadest untuk mencuci alat 6. Handscone
7. Masker 8. Tissue
9. Lembar penelitian dan informed consent
3.8 Prosedur Kerja 3.8.1 Ethical Clearance
Ethical Clearance diperoleh peneliti dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian yang ditujukan ke Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran Gigi USU.
3.8.2 Pemilihan Sampel
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU yang bebas karies diberi kuesioner, untuk mendapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.8.3InformedConsent
Setiap calon subjek penelitian akan diberikan Lembaran Penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan jika bersedia menjadi subjek penelitian, maka
a
b
c
subjek penelitian diwajibkan menandatangani Lembaran Persetujuan Setelah Penjelasan (informed consent) yang sudah disediakan oleh peneliti.
3.8.4 Pengumpulan saliva
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dipersiapkan untuk mengikuti prosedur penelitian. Pengambilan saliva dilakukan pada pukul 09.00 – 12.00 WIB yaitu subjek tidak makan maupun minum selama dua jam sebelum penelitian dimulai.
a. Pengumpulan saliva awal (unstimulated saliva)
Subjek penelitian diminta untuk mengumpulkan saliva dengan metode spitting
selama 5 menit. Pengambilan saliva dilakukan dengan cara subjek membiarkan saliva tergenang dalam mulut lalu meludahkan saliva ke dalam tabung, kemudian diberi label.
b. Pengumpulan saliva sesudah mengunyah cokelat (stimulated saliva) Subjek penelitian diminta untuk memakan sekeping cokelat. Setelah 5 menit, subjek penelitian diminta untuk mengumpulkan saliva dengan metode spitting selama 5 menit secara berkala di dalam pot saliva yang kemudian diberi label.
c. Pengumpulan saliva sesudah mengunyah
kejucheddar(stimulatedsaliva)
Subjek penelitian diminta untuk memakan sekeping keju. Setelah 5 menit, subjek penelitian diminta untuk mengumpulkan saliva dengan metode spitting selama 5 menit secara berkala di dalam pot saliva yang kemudian diberi label.
d. Pengumpulan saliva sesudah mengunyah cokelat lalu dilanjutkan dengan mengunyah kejucheddar(stimulated saliva)
mengumpulkan saliva dengan metode spitting selama 5 menit secara berkala di dalam pot saliva yang kemudian diberi label.
3.8.5 Pengukuran pH Saliva
pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter HannaInstruments
ke dalam pot saliva sampai bagian sensor elektroda terendam ke dalam saliva, lalu biarkan beberapa detik sampai menunjukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter digital harus dibersihkan dan dikalibrasi dalam larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 10. Cairan yang tersisa pada elektroda dikeringkan dengan menggunakan tissue setiap kali setelah digunakan untuk mengukur saliva. Lalu, sampel diberi label dan disusun di dalam termos berisi es batu.
3.8.6 Pengukuran Laju Aliran Saliva
Pengukuran laju aliran saliva dimulai dengan pengukuran volume saliva. Pengukuran volume dilakukan dengan cara menyalakan timbangan digital dan timbangan menunjukkan angka nol. Berat pot saliva ditimbang terlebih dahulu. Saliva yang telah dikumpulkan kemudian ditimbang dan dikurangkan dengan hasil timbangan pot saliva kemudian hasil yang diperoleh dinyatakan dalam ml karena berat jenis untuk saliva adalah 1 maka 1 gr saliva sama dengan 1 ml saliva. Kemudian nilai volume saliva dibagi dengan lama waktu stimulasi untuk mendapatkan nilai laju aliran saliva. Nilai laju aliran saliva dinyatakan dalam ml/menit.
3.9Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah diperoleh dengan menggunakan sistem komputerisasi yang meliputi nilai pH dan laju alir saliva yang distimulasi oleh cokelat dan keju cheddar
3.10 Alur Penelitian
Subjek penelitian berusia 19-25 tahun yang bebas karies, dikumpulkan di Biologi Oral
Fakultas Kedokteran Gigi USU
Informed consent
Kesimpulan
Kuesioner Sampel yang memenuhi kriteria
Berkumur dengan air Kelompok I :
Mengunyah cokelat
Kelompok II : Mengunyah keju
cheddar
Kelompok III : Mengunyah cokelat
- keju cheddar
Setelah 5 menit, tampung saliva
Pemeriksaan saliva menggunakan pHmeter dan timbangan digital
Pengumpulan data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh mengunyah cokelat dan keju cheddarterhadap pH dan laju alir saliva. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi pada penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan usia 19-25 tahun yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU. Penelitian dilakukan terhadap 27 subjek, terdiri atas 13 laki-laki dan 14 perempuan. Sampel penelitian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi penelitian dilakukan pengambilan saliva untuk diukur pH dan laju alir saliva awal. Subjek penelitian kemudian dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing berjumlah 9 orang. Kelompok I diberi perlakuan mengunyah cokelat, kelompok II diberi perlakuan mengunyah keju
cheddar dan kelompok III diberi perlakuan mengunyah cokelat dan keju cheddar. Pengamatan pH dan laju alir saliva pada kelompok I, II dan III dilakukan setelah 5 menit mengunyah cokelat dan keju cheddar.
3.1 Nilai rerata pH dan Laju Alir Sebelum dan Sesudah 5 Menit Mengunyah Cokelat
Tabel 1 menunjukkan penurunan pH saliva sesudah 5 menit mengunyahcokelat. Berdasarkan uji paired t-test,diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan signifikan pH saliva sebelum dan sesudah mengunyah cokelat pada mahasiswa FKG USU yang bebas karies.
Tabel 1. Nilai rerata pH saliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah cokelat
*terdapat perbedaan signifikan p < 0,05
Tabel 2. Nilai rerata laju alirsaliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah cokelat Kelompok
*terdapat perbedaan signifikan p < 0,05
4.2 Nilai Rerata pH dan Laju Alir Saliva Sebelum dan Sesudah 5 Menit Mengunyah Keju Cheddar
Tabel 3 menunjukkan nilai pH saliva sesudah 5 menit mengunyahkeju
cheddar. Berdasarkan uji paired t-test,diperoleh nilai signifikan 0,780 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan signifikan pH saliva sebelum dan sesudah mengunyah keju cheddarpada mahasiswa FKG USU yang bebas karies.
Tabel 3. Nilai rerata pH salivasebelum dan sesudah 5 menit mengunyah keju *terdapat perbedaan signifikan p < 0,05
Tabel 4. Nilai rerata laju alir salivasebelum dan sesudah 5 menit mengunyah keju
cheddar *terdapat perbedaan signifikan p < 0,05
4.3 Nilai rerata pH dan laju alir saliva sebelum dan sesudah mengunyah cokelat dan keju cheddar
Tabel 5 menunjukkan peningkatan pH saliva sesudah 5 menit mengunyahcokelat dilanjutkan dengan mengunyah keju cheddar. Berdasarkan uji
One Way Repeated ANOVA,diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan signifikan pH saliva pada mahasiswa FKG USU yang bebas karies.
Tabel 6 menunjukkan peningkatan laju alir saliva sesudah 5 menit mengunyahcokelat dilanjutkan dengan mengunyah keju cheddar. Berdasarkan uji
Tabel 5. Nilai rerata pH saliva sebelum dan sesudah mengunyah cokelat dan keju Sesudah mengunyah keju cheddar
9
7,17±0,18 6,37±0,23 7,36±0,25
0,000*
*terdapat perbedaan signifikan p < 0,05
Tabel 6. Nilai rerata laju alir saliva sebelum dan sesudah mengunyah cokelat dan keju
cheddar Sesudah mengunyah keju cheddar
9
0,41 ± 0,14 0,89 ± 0,41 0,97 ± 0,36
0,000*
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi cokelat dan keju cheddarterhadap pH dan laju alir saliva pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU usia 19-25 tahun yang bebas karies. Penelitian ini dilakukan pada 27 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang terdiri atas 13 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Setiap subjek yang diteliti diberikan pertanyaan sesuai dengan isi kuesioner terlebih dahulu. Subjek yang terpilih harus memenuhi kriteria inklusi yaitu laki-laki dan perempuan berusia 19-25 tahun, bebas karies dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah mengumpulkan calon subjek penelitian dengan melakukan pemeriksaan intraoral, kemudian diberitahukan bahwa akan menjadi subjek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi. Selanjutnya, subjek penelitian mengisi informed consent. Subjek penelitian kemudian dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing berjumlah 9 orang. Kelompok I diberi perlakuan mengunyah cokelat, kelompok II diberi perlakuan mengunyah keju cheddar serta kelompok III diberi perlakuan mengunyah cokelat dan keju cheddar. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter digital dan dikalibrasi menggunakan larutan buffer
pH 4, pH 7 dan pH 10, sedangkan laju alir saliva diukur menggunakan timbangan digital. Pengumpulan dan pengambilan saliva dilakukan pada pukul 09.00-12.00 WIB yaitu subjek tidak makan maupun minum selama dua jam sebelum penelitian dimulai. Selanjutnya, subjek penelitian diinstruksikan untuk berkumur dengan air mineral dan meludah ke gelas plastik. Subjek penelitian diinstruksikan untuk menampung saliva ke dalam pot saliva selama 5 menit untuk mendapatkan nilai pH dan laju alir saliva awal (saliva yang diperoleh disebut unstimulated saliva). Pada setiap 9 orang kelompok perlakuan cokelat, keju cheddar serta cokelat dan keju
(saliva yang diperoleh disebut stimulated saliva). Kemudian dilakukan pengukuran pH dan laju alir saliva dengan pH meter dan timbangan digital serta dilakukan kalibrasi setiap pergantian sampel.
Jenis penelitian yang digunakan adalah experimental, dengan rancangan pre and post test control group design. Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap data-data yang diperoleh. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji paired t-test dan One Way Repeated ANOVA untuk melihat perbedaan pH dan laju alir saliva sebelum dan sesudah mengunyah cokelat dan keju cheddar.
Salah satu pendekatan untuk memperkirakan potensial kariogenik suatu makanan adalah dengan cara mengevaluasi besarnya respon perubahan nilai pH (derajat keasaman) saliva setelah makan.40 Derajat keasaman (pH)salivamerupakan salah satu faktor penting yang dapatmemengaruhi proses terjadinya demineralisasi pada permukaan gigi. Perubahan pH saliva dipengaruhi oleh susunan kuantitatif, kualitatif elektrolit dan kapasitasbufferdi dalam saliva. Dalam keadaan normal, pH saliva berkisar antara 6,8-7,2.41Laju alir saliva tanpa stimulasi bervariasi dengan rata-rata 0,3±0,22 ml per menit, sedangkan ketika distimulasi laju alir saliva meningkat dengan rata-rata 1,7±2,1 ml per menit.24
5.1 Perbedaan Nilai pH dan Laju Alir Sebelum dan Sesudah 5 Menit MengunyahCokelat
Tabel 1 menunjukkan diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pH saliva sebelum dan sesudah mengunyah cokelat yaitu 7,08±0,20 dan 6,38±0,19.Tabel 2 menunjukkan diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai laju alir saliva sebelum dan sesudah mengunyah cokelat yaitu 0,50±0,13 ml/menit dan 1,02±0,27 ml/menit.
gula kariogenik yang menyediakan cadangan energi bagi metabolisme bakteri kariogenik. Sukrosa difermentasi oleh Streptococcus mutans menjadi asam melalui proses glikolisis sehingga menyebabkan pH saliva menurun.
Penurunan pH saliva juga dapat terjadi karena flora normal pada rongga mulut mengandung mikroorganisme yang mampu memetabolisme fermentasi karbohidrat. Proses metabolisme tersebut menghasilkan produk lain berupa asam yang menyebabkan kondisi rongga mulut setelah mengonsumsi makanan yang mengandung fermentasi karbohidrat menjadi asam.
5,42
Bentuk dan konsistensi makanan merupakan faktor potensial penurunan pH saliva. Bentuk makanan menentukan lamanya makanan berada didalam mulut, sehingga berdampak pada seberapa lamanya aktivitas pembentukan asam. Makanan yang cair mudah dibersihkan di dalam mulut dibandingkan dengan makanan padat dan bersifat lengket. Konsistensi makanan juga memengaruhi lamanya perlekatan makanan dalam mulut. Cokelat merupakan makanan lengket dan cenderung membutuhkan waktu lebih dari 12 menit untuk dibersihkan dalam rongga mulut.
43
Dalam penelitian ini, terjadi peningkatan laju alir saliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah cokelat. Hal ini disebabkan oleh stimulus mekanik dan kimiawi dari pengunyahan cokelat terhadap kelenjar saliva major dan kelenjar saliva minor. Stimulus mekanik berupa proses pengunyahan cokelat dan stimulus kimiawi berupa rasa manis dari cokelat. Stimulus mekanik dapat merangsang peningkatan sekresi saliva sedangkan sensasi pengecapan rasa manis dari cokelat merupakan stimulus kimiawi yang dapat meningkatkan aliran saliva.
44
Hasil penelitian ini masih dalam batas yang sama dengan penelitian Tayab, Rai, Kumari dan Thomas (2012) di Chennai terhadap 36 subjek penelitian yang bebas karies terdapat penurunan pH saliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah cokelat sebesar 6,93±0,27 menjadi 6,79±0,44.
44
17
5.2 Perbedaan Nilai pH dan Laju Alir Sebelum dan Sesudah 5 Menit Mengunyah Keju Cheddar
Tabel 3 menunjukkan diperoleh nilai signifikan 0,780 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara nilai pH saliva sebelum dan sesudah mengunyah keju cheddaryaitu 7,07±0,12 dan 7,04±0,36. Tabel 4 menunjukkan diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinyaterdapat perbedaan signifikan antara nilai laju alir saliva sebelum dan sesudah mengunyah keju cheddaryaitu 0,39±0,16 ml/menit dan 0,71±0,30 ml/menit.
Penurunan pH saliva yang terjadi pada penelitian ini tidak signifikan, yaitu masih dalam batasan pH normal, sehingga dapat dikatakan bahwa keju
cheddarmampu menjaga kondisi derajat keasaman rongga mulut dalam keadaan normal. Hal ini disebabkan oleh casein phosphopeptides-amorphous calcium phosphate (CPP-ACP) complex yang terdapat dalam keju membentuk buffer pH dengan berdifusi ke dalam enamel, menghambat perlekatan bakteri, mengurangi kerentanan disolusi enamel gigi oleh asam dan meningkatkan remineralisasi.
Menurut Edgar (2004) peningkatan sekresi aliran saliva sebanding dengan peningkatan kapasitas buffer oleh konsentrasi ion-ion bikarbonat (HCO
18
3-), protein, natrium, kalsium dan klorida dalam saliva sehingga semakin tinggi konsentrasi bikarbonat maka pH saliva akan semakin normal.46 Mineral yang terdapat dalam keju (kalsium dan fosfor) dapat meningkatkan konsentrasi kalsium dalam plak gigi, sehingga meminimalkan penurunan pH dan mengurangi resiko demineralisasi.47 Resiko demineralisasi juga berkurang oleh efek perlindungan lemak dalam keju terhadap gigi dengan cara melapisi permukaan enamel gigi sehingga mengurangi akumulasi plak.
Aliran dari saliva distimulasi oleh rasa dan mastikasi makanan.Mengunyah keju cheddar menimbulkan refleks proses pengunyahan. Pengunyahan merupakan suatu proses yang kompleks, melibatkan otot pengunyahan, lidah, pipi, persendian temporomandibula, gigi dan persarafan.
16,34
48
sekresi saliva, sedangkan sensasi pengecapan rasa asam dari keju cheddar merupakan stimulus kimiawi yang juga dapat meningkatkan sekresi saliva. Meningkatnya sekresi saliva menyebabkan peningkatan volume dan pengenceran saliva yang diperlukan untuk proses penelanan dan lubrikasi. Peningkatan sekresi saliva juga meningkatkan jumlah dan susunan kandungan saliva, seperti bikarbonat yang dapat meningkatkan pH.
Penelitian Tayab, Rai, Kumari dan Thomas (2012) di Chennai melaporkan terdapat peningkatan pH saliva sebelum dan sesudah memakan keju cheddar sebesar 6,93±0,27 dan 7,30±0,52.
49
17
Penelitian Hapsari, Ismail dan Santoso (2014) di Semarang menunjukkan bahwa rata-rata pH sebelum dan sesudah mengonsumsi keju
cheddar10 gram adalah 7,1 menjadi 7,3.50Faktor yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian Tayab adalah alat yang digunakan untuk mengukur pH saliva dan waktu pengamatan. Peneliti mengukur pH saliva menggunakan pHmeter Hanna Instruments, sedangkan Tayab, Rai, Kumari dan Thomas menggunakan GC pH strips. Peneliti juga melakukan pengukuran setelah 5 menit pengamatan, sedangkan Tayab, Rai, Kumari dan Thomas melakukan pengukuran setelah 10, 15, 30 dan 60 menit pengamatan dimana sistem buffer saliva sudah bekerja. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap waktu pengamatan mulai dari 5, 10, 15, 30 dan 60 menit agar dapat diketahui waktu tepatnya pH saliva kembali ke pH saliva awal.
5.3 Perbedaan Nilai pH dan Laju Alir Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Cokelat dan Keju Cheddar
Tabel 5 menunjukkan nilai rerata pH saliva awal dan sesudah 5 menit mengunyahcokelat sebesar 7,17±0,18 dan 6,37±0,23. Setelah 5 menit, nilai pH saliva sesudah mengunyah keju cheddar meningkat menjadi 7,36±0,25. Terdapat perbedaan dengan nilai signifikan 0,000 (p<0,05) antara pH setelah mengunyah cokelat dan keju
0,97±0,36 ml/menit. Terdapat dengan nilai signifikan 0,000 (p<0,05) antara nilai laju alir saliva sebelum dan sesudah mengunyahcokelat dan keju cheddar.
Hal ini dapat disebabkan karena sistem buffer yang terdapat dalam saliva. Pada kelompok ini, subjek diinstruksikan untuk mengunyah sebanyak dua kali yaitu mengunyah cokelat dan keju cheddar, sehinggasekresi saliva lebih banyak. Saliva memiliki sistem buffer yang berfungsi menetralkan kondisi asam yang timbul akibat pembentukan plak dari makanan dan minuman. Saliva mengandungbeberapa zat antibakteri antara lain IgA, amilase, lisozim, laktoperoksidase, histatin dan laktoferin. Kapasitas buffer meningkat ditandai dengan meningkatnya pH. Peningkatan ini menyebabkan remineralisasi dan menghambat pembentukan asam oleh mikroorganisme asidurik seperti S. Mutans. Proses remineralisasi ini akan mengembalikan ion mineral yang hilang pada permukaan gigi akibat proses demineralisasi.
Bertambahnya sekresi saliva akan menyebabkan peningkatan kapasitas buffer
saliva sehingga dapat menetralkan pH yang asam, karena bertambahnya ion bikarbonat (HCO
17
–
). Bertambahnya aliran saliva akan meningkatkan kadar urea, amoniak (NH3), kalsium (Ca2+), fosfat (HPO42+) dan natrium (Na+) yang merupakan sumber alkalinitas saliva sehingga dapat meningkatkan pH yang turun akibat proses glikolisis karbohidrat.
Selain itu, peningkatan pH saliva sesudah mengunyah cokelat disebabkan oleh kandungan ion kalsium, fosfat dan magnesium dari kakao yang menstabilkan pH rongga mulut dan melindungi mineral gigi dari demineralisasi.
5
51
Peningkatan pH saliva ini juga dibantu dari kandungan keju cheddaryang merupakan salah satu produk susu yang mengandung kalsium, protein, lemak dan fosfat. Peningkatan pH saliva dapat terjadi karena difusi kalsium dan fosfor dari keju cheddar, sistem buffer
saliva yang distimulasi oleh pengunyahan keju cheddar dan kandungan tyramine
dalam keju yang digunakan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan pH.
Selain itu, lemak pada keju juga berfungsi sebagai perlindungan dengan membentuk lapisan pada permukaan enamel yang dapat mengurangi demineralisasi gigi oleh aksi antibakterial oleh asam lemak.
34
17
Dentistry dan The American Dental Association merekomendasikan keju sebagai salah satu makanan yang baik untuk kesehatan gigi.
Sonmez dan Aras (2007) di Turki melakukan penelitian terhadap 10 anak usia 12 tahun tentang efek keju putih terhadap asidogenik plak gigi. Hasil penelitian melaporkan bahwa mengonsumsi keju putih setelah berkumur dengan 10% larutan sukrosa dapat meningkatkan pH yang telah turun. Nilai pH awal adalah 6,64±0,34 dan 5 menit sesudah berkumur dengan 10% larutan sukrosa, pH turun menjadi 5,52±0,39, namun pH naik kembali setelah 10 menit memakan keju putihmenjadi 6,01±0,37 dan semakin meningkat dan mendekati pH awal setelah 60 menit.
52
40
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara rerata pH saliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah cokelat yaitu 7,08±0,20 menjadi 6,38±0,19 dan rerata laju alir saliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah cokelat yaitu 0,50±0,13 ml/menit menjadi 1,02±0,27 ml/menit pada mahasiswa FKG USU.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara rerata pH saliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah keju cheddar yaitu 7,07±0,12 menjadi 7,04±0,36 dan rerata laju alir saliva sebelum dan sesudah 5 menit mengunyah keju
cheddar yaitu 0,39±0,16 ml/menit menjadi 0,71±0,30 ml/menit pada mahasiswa FKG USU.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan waktu pengamatan mulai dari 5, 10, 15, 30 dan 60 menit agar dapat diketahui waktu tepatnya pH saliva kembali ke pH saliva awal.
2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan makanan yang mampu mencegah demineralisasi gigi.