• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Body Image dan Self Esteem Terhadap Perilaku Diet pada Remaja Putri di SMA Santo Thomas 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Body Image dan Self Esteem Terhadap Perilaku Diet pada Remaja Putri di SMA Santo Thomas 1 Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diet

Menurut Wahid (2009) diet adalah segala usaha dan perjuangan seseorang untuk membuat tubuh menjadi sehat dan ideal sesuai dengan keinginan dirinya. Menurut Oxford Dictionaries (2013) diet adalah pola makan seseorang yang berbeda dimana seseorang membatasi atau mengatur jumlah makanan mereka untuk kepentingan penurunan berat badan atau alasan kesehatan. Menurut Cambridge Dictionaries (2013), diet adalah sebuah pola makan dimana seseorang membatasi jumlah makannya atau memakan makanan tertentu dengan tujuan untuk menjadi lebih kurus atau untuk kesehatan.

Diet banyak dilakukan orang dengan tujuan sebagai berikut: menjaga kestabilan tubuh, menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh, menjadi langsing, dan memperindah bentuk tubuh (Abdul Wahid, 2009)

2.1.1. Diet Sehat

Menurut Harvard School of Public Health (2013) pola makan dalam satu piring makanan yang baik (healthy eating plate) adalah apabila terdiri dari :

1. Buah buahan dan sayur sayuran

Setengah isi dari piring yang kita makan terisi dengan buah-buahan dan sayur-saturan.

(2)

2. whole grains

whole grains mengisi dari seperempat bagian dari isi piring yang akan kita makan.

Whole wheat, brown rice, dan makanan lain yang terbuat dari bahan tersebut harus mengisi seperempat piring makanan sehari hari. Makanan tersebut nantinya akan memiliki efek yang kecil terhadap kadar gula darah dibandingkan dengan nasi putih dan jenis refined grains lainnya.

3. Sumber protein yang sehat

Sumber-sumber protein yang sehat mengisi seperempat dari isi piring yang akan kita makan.

Pilihlah ikan, ayam, atau kacang-kacangan karena sumber makanan tersebut memiliki nutrisi yang baik untuk kesehatan, seperti asam lemak omega 3 pada ikan yang berguna untuk kesehatan jantung dan serat pada kacang-kacangan yang baik untuk pencernaan.

Batasi daging merah seperti daging sapi, lembu, dan babi, serta hindari daging yang telah diolah, seperti sosis, nugget, dan bacon. Sumber makanan tersebut jika dimakan secara terus-menerus akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.

4. Penggunakan minyak tanaman yang sehat

Gunakan minyak tanaman seperti olive, jagung, dan bunga matahari dalam memasak. Batasi penggunaan mentega dalam memasak.

5. Minum air putih, kopi, atau teh

(3)

6. Tetap aktif beraktivitas

Tetap aktif sangat penting untuk menjaga berat badan. Lakukan olahraga yang anda sukai secara teratur dan masukkan jam olahraga dalam jadwal harian anda.

2.1.2. Diet pada Remaja

Remaja dikategorikan rentan terhadap masalah gizi. Menurut Arisman (2003), ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan: pertama, remaja membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh mereka, kedua, remaja harus melakukan penyesuaian akan masukan energi dan zat gizi terhadap gaya hidup dan kebiasaan mereka, ketiga, kehamilan, alkohol, obat obatan, keikutsertaan dalam olahraga, dan media akan mempengaruhi kebutuhan gizi mereka.

Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian ataupun food fadism, merupakan contoh keterpengaruhan remaja terhadap lingkungannya. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan yang tidak jarang berujung pada anoreksia nervosa. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan remaja merasa terkucil dan merusak rasa percaya diri mereka (Arisman, 2003)

(4)

melakukan diet karena suatu kejadian tertentu yang memaksa mereka melakukan diet, seperti tarian tertentu dan acara tertentu, 6% remaja melakukan diet karena mereka merasa harus melakukan diet, 3% remaja melakukan diet dengan alasan kesehatan, dan sisanya karena alasan lain ataupun tidak menjawab (Dwyer, Feldman, & Mayer, 1967).

2.1.3. Gangguan Perilaku Diet

Anorexia nervosa dan bulimia nervosa adalah gangguan makan yang mengandung pola makan abnormal. Menurut Papalia (2011) anorexia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan pelaparan diri sedangkan bulimia nervosa adalah gangguan makan dimana seseorang secara reguler mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian mengeluarkan kembali makanan tersebut dari tubuhnya dengan menggunakan obat pencahar, memuntahkan dengan sengaja, atau melakukan latihan fisik secara berlebihan.

Orang dengan anorexia nervosa tidak ingin atau tidak dapat menjaga berat tubuh normal mereka. Mereka memiliki ketakutan berlebihan akan kenaikan berat badan meskipun mereka memiliki berat badan yang sangat rendah. Mereka memiliki pandangan yang salah mengenai bentuk tubuh. Wanita dengan anorexia nervosa akan mengalami gangguan menstruasi dengan tidak adanya menstruasi dalam tiga sikllus normal (Halgin & Whitbourne, 2009).

Orang dengan bulimia nervosa akan memakan makanan dalam jumlah yang besar dan mengkompensasi jumlah kalori yang masuk dengan memuntahkan makanan tersebut atau dengan cara ektrim lainnya. Mereka akan memakan jumlah makanan yang lebih besar dari kabanyakan orang, bahkan kehilangan kendali atas dirinya mengenai makanan yang mereka makan. Orang dengan bulimia nervosa akan memuntahkan makanan yang mereka makan tadi atau ada yang melakukan aktivitas fisik secara berlebihan (Halgin & Whitbourne, 2009).

(5)

ini akan terus bertumbuh dan pada akhirnya memaksa seseorang untuk melakukan diet. Tekanan sosial terhadap bentuk tubuh yang kurus juga akan menimbulkan pandangan negatif ada seseorang terhadap bentuk tubuh dirinya yang pada akhirnya memaksa seseorang untuk melakukan diet. Diet yang belebihan akan memicu seseorang untuk menimbulkan kondisi anorexia nervosa atau bulimia nervosa (Nolen & Hoeksema, 2007)

2.2. Remaja

Menurut Sutejo (2000) masa remaja adalah masa pertumbuhan anak menjadi dewasa, masa terjadi perkembangan seksual, atau masa dalam kehidupan yang dimulai dengan terjadinya sifat sifat seksual sekunder yang pertama sampai pada masa akhir pertumbuhan somatik. Menurut Kliegman (2007) masa remaja adalah masa dimana seseorang berada antara 10 – 20 tahun dengan perubahan cepat bentuk tubuh, psikologis, dan fungsi sosial. Mengutip dari WHO (2013) masa remaja adalah suatu periode antara 10 – 19 tahun yang ditandai dengan perubahan fisik, psikologis, dan sosial.

Pertumbuhan pada masa remaja ditinjau dari berat bada dan tinggi badan, merupakan suatu kurva sigmoid. Suatu masa pertumbuhan yang dimulai dengan akselerasi yang tinggi sehingga hampir mencapai dua kali lipat mendahului kematangan seksual dan kemudian menjadi semakin lambat sampai berakhir pada terhentinya pertumbuhan tulang (Sutejo, 2000).

Dalam masa remaja, pertumbuhan yang cepat ini sering menyebabkan perasaan canggung yang terjadi karena pertumbuhan bermacam macam bagian tubuh yang tidak sama. Ekstremitas bertambah panjang dengan cepat sekali dibandingkan dengan pertumbuhan kepala dan badan, sehingga lengan dan tungkai seolah-olah terlalu panjang dan kaki serta tangan kelihatannya terlalu besar (Sutejo, 2000).

(6)

awal, menengah, dan lanjut. Masa remaja awal terjadi pada usia 10 – 13 tahun. Masa remaja menengah terjadi pada usia 14 – 16 tahun. Masa remaja lanjut terjadi pada usia 17 – 20 tahun.

2.2.1 Pertumbuhan Fisik Remaja

Kliegman (2007) membagi pertumbuhan fisik remaja menjadi tiga masa yaitu:

1. Remaja awal

Pada masa remaja awal akan muncul karakter seks sekunder, perubahan tubuh menuju ukuran dewasa, dan perkembangan kemampuan reproduksi. Androgen akan mulai diproduksi pada awal 6 tahun yang bersamaan dengan perkembangan sekunder kelamin. Perkembangan pubertas cepat akan terjadi seiring dengan peningkatan sensivitas dari pituitary terhadap gonadotropin-releasing hormone (GnRH), pengeluaran GnRH, LH, dan FSH selama tidur, dan peningkatan androgen dan estrogen yang belum diketahui secara jelas pemicu yang mengawali pengeluaran hormon hormon tersebut.

2. Remaja menengah

Pada masa remaja menengah terjadi peningkatan tinggi tubuh, berat tubuh, dan massa otot. Pada remaja putri pertumbuhan cepat mulai terjadi pada usia 11,5 tahun dan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada remaja putra mulai terjadi pada usia 13,5 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Berat badan dan massa otot meningkat sejalan dengan peningkatan tinggi tubuh yang disertai dengan peningkatan kekuatan tubuh. Remaja putra menunjukkan peningkatan berat badan dan massa otot yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri.

3. Remaja lanjut

(7)

Kumis, janggut, dan rambut pada dada pada remaja putra muncul pada masa remaja lanjut. Jerawat muncul pada massa ini pada sebagian besar remaja, terutama remaja putra.

2.2.2. Perkembangan Psikologis Remaja

Kliegman (2007) membagi perkembangan psikologis remaja menjadi tiga masa yaitu:

1. Remaja awal.

Pada masa remaja awal terjadi perkembangan proses berfikir dari berfikir konkrit menjadi berfikir abstrak. Remaja akan melihat segala sesuatu dari berbagai macam sudut pandang dan berfikir mengenai proses berfikir itu sendiri. Sebagian besar remaja pada masa remaja awal dapat berfikir logis pada perkerjaan sekolah tapi tidak pada masalah pribadi.

Perkembangan moral pada masa remaja awal sejalan dengan perkembangan proses berfikir. Remaja tidak melakukan sesuatu yang benar sebagai akibat dari rasa takut terhadap orang dewasa namun melilhat sesuatu yang salah dan sesuatu yang benar sebagai hal yang absolut. Remaja harus diperlakukan secara adil, jika tidak mereka akan marah.

(8)

2. Remaja menengah

Pada masa remaja menengah, remaja mulai menganalisa dan mempertanyakan hal yang terjadi di sekitar mereka. Remaja mulai mengerti kesulitan-kesulitan dalam hidup dan mengerti konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Pemikiran yang fleksibel pada masa remaja menengah memungkinkan hubungan yang saling mempengaruhi dengan sesama.

Remaja mulai dapat menerima kedaan perubahan fisik dirinya dan mulai berfikir tentang masa depan pada masa remaja menengah. Remaja mulai mempertanyakan identitas dirinya sehingga normal bagi mereka untuk berganti-ganti jenis pakaian, kelompok pertemanan, dan hobi setiap bulan. Remaja putri akan mengutamakan hubungan interpersonal mereka sedangkan remaja putra akan berfokus pada kemampuan yang mereka miliki.

3. Remaja lanjut

Pada masa remaja lanjut terjadi perkembangan fisik yang rendah sehingga remaja mulai mengembangkan pandangan yang stabil tentang citra tubuh mereka. Remaja pada masa ini cenderung tidak egois dan lebih memikirkan tentang keadilan dan kecintaan terhadap negara. Mereka akan memiliki rencana jangka panjang mengenai masa depan mereka. Sebagian remaja juga akan idealis dan tidak toleran terhadap padangan orang yang berlawanan terhadap pandangan mereka.

(9)

2.3. Self Esteem

Menurut Santrock (2003) self esteem adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dalam diri. Self esteem juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri.

Self esteem merupakan hasil evaluasi dari pemahaman remaja mengenai dirinya sendiri. Pemahaman diri (self understanding) merupakan gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar dan isi dari konsep diri remaja. Dimensi dari pemahaman diri remaja menurut (Santrock, 2003) terdiri dari:

1. Abstrak dan idealistik

Remaja awal mulai berfikir mulai berfikir secara abstrak dan idealistik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia abstrak adalah sesuatu yang tidak berwujud dan tidak berbentuk. Menurut Oxford Dictionaries (2013) abstrak adalah sesuatu yang berwujud dalam suatu pemikiran atau ide tanpa adanya bentuk fisik atau eksistensi yang konkret. Remaja mulai menggunakan konsep konsep untuk menjelaskan siapa dirinya dalam kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia idealistik (2013) adalah seseorang yang hidup menurut cita cita atau menurut patokan yang dianggap sempurna. Remaja mulai menetapkan jati dirinya dan patokan hidup yang harus dia jalani.

2. Terdiferensiasi

(10)

3. Kontradiksi dalam diri

Remaja akan mengalami kontradiksi dalam dirinya akibat banyaknya peran yang berada adalam diri remaja tersebut (Santrock, 2003). Berdasarkan suatu penelitian oleh Harter, Bresnick, Bouchey, & Whitesell (1997) terhadap beberapa siswa kelas tujuh, sembilan, dan sebelas menunjukkan bahwa terdapat sejumlah kontradiksi dalam diri remaja ketika mendeskripsikan mengenai diri mereka sendiri.

4. Fluktuasi diri

Remaja akan memunculkan sikap fluktuasi dalam diri mereka akibat kontradiksi yang mereka alami. Remaja akan mengalami perubahan mood dan sikap dengan cepat pada suatu waktu. Ketidakstabilan ini akan terus muncul sampai remaja berhasil membentuk gambaran dirinya yang utuh.

5. Ideal self dan real self

Remaja akhirnya dapat mengkonstruksikan diri mereka yang ideal dan diri mereka yang sebenarnya. Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dan diri yang ideal menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif, namun terkadang akan muncul perbedaan yang terlalu jauh antara diri yang nyata dengan diri yang ideal sehingga remaja tidak mampu menyesuaikan dirinya. Pandangan remaja mengenai diri yang ideal dapat menciptakan pandangan possible self yaitu diri yang mungkin dapat menjadi kenyataan dan diri yang mereka takutkan menjadi kenyataan.

6. True self dan false self

(11)

atau peran baru akibat pemaksaan dari orang lain,dan karena orang lain tidak memahami diri mereka yang sebenarnya.

7. Perbandingan sosial

Remaja akan lebih sering menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, namun remaja tidak mengakui bahwa mereka menggunakan perbandingan sosial. Remaja menganggap terungkapnya motif perbandingan sosial dapat membahayakan popularitas mereka. Remaja terkadang akan bingung memilih kelompok sosial yang akan menjadi perbandingan sosial mereka.

8. Kesadaran diri

Remaja akan lebih sadar dan lebih memikirkan mengenai pemahaman dirinya. Remaja menjadi lebih introspektif. Namun, introspeksi tidak serlalu terjadi ketika remaja berada dalam keadaan isolasi sosial. Remaja kadang-kadang meminta dukungan dan penjelasan diri dari teman-temannya yang akan memunculkan suatu definisi baru mengenai diri mereka.

9. Perlindungan diri

Remaja memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembangkan diri mereka. Remaja cenderung akan menolak karaterstik negatif dalam diri mereka dan mengeksplorasi karateristik positif dalam diri mereka. Remaja akan berfikir secara introspektif untuk melindungi diri mereka dan bertindak secara idealistik.

10.Integrasi diri

(12)

sebelumnya. Remaja akan menyatukan berbagai konsep diri yang mereka bentuk sebelumnya.

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Menurut Santrock (2003) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri adalah sebagai berikut :

1. Penampilan fisik

Penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja (Santrock, 2003). Menurut Santrock (2003) yang mengutip penelitian Harter (1989) menemukan bahwa didapati hubungan yang kuat antara penampilan diri dengan harga diri remaja secara umum yang tidak hanya bertahan selama remaja namun juga seumur hidup. Menurut Santrock (2003) yang mengutip penelitian Lord & Eccles (1994) mengungkapkan bahwa konsep diri remaja yang berhubungan dengan ketertarikan fisik merupakan faktor terkuat untuk menentukan rasa percaya diri keseluruhan remaja. Menurut Jarry, Kossert, & Ip (2012) dalam penelitiannya mengenai hubungan rasa percaya diri wanita terhadap penampilan menunjukkan bahwa wanita dengan rasa percaya diri yang ditingkatkan merasa tidak puas dengan penampilan fisik mereka ketika ditunjukkan gambar model yang kurus.

2. Pengaruh orang tua

(13)

anak dengan batas-batas yang telah ditentukan berhubungan terhadap rasa percaya diri anak.

3. Teman sebaya

Penilaian teman sebaya memiliki derajat yang tinggi pada anak anak yang lebih tua dan remaja. Menurut Santrock (2003) yang mengutip penelitian Harter (1987) mengenai hubungan teman sebaya menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya merupakan faktor yang lebih penting dibandingkan dengan dukungan orang tua di masa remaja akhir. Terdapat dua jenis dukungan teman sebaya yang diteliti, yaitu dukungan teman sekelas dan dukungan teman akrab. Dukungan teman sekelas lebih berpengaruh kuat terhadap rasa percaya diri remaja dibandingkan dengan dukungan teman akrab. Hal tersebut mungkin sebab teman akrab selalu memberikan dukungan yang dibutuhkan sehingga dukungan tersebut tidak dianggap oleh remaja sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.

2.3.2. Konsekuensi dari Rendahnya Tingkat Rasa Percaya diri

(14)

2.4. Gambaran Tubuh

Menurut National Eating Disorder Association (2013) gambaran tubuh adalah bagaimana seseorang melihat diri mereka sendiri di depan cermin atau ketika membayangkan diri mereka sendiri dalam pikiran. Menurut National Eating Disorders Collaboration (2011) body image adalah persepsi seseorang mengenai penampilan fisik mereka serta pemikiran dan perasaan yang timbul akibat persepsi tersebut. Menurut Papalia (2011) citra tubuh adalah keyakinan deskriptif dan evaluatif tentang penampilan seseorang.

Perubahan fisik pada remaja akan membuat remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya (Santrock, 2003). Menurut Hamburg (1974) & Wright (1989) dalam Santrock (2003) perhatian berlebihan terhadap citra tubuh sendiri sangat kuat pada masa remaja, terutama selama pubertas, saat remaja tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan akhir masa remaja.

Hanya sedikit remaja yang mengalai kateksis tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan lebih banyak dialami di beberapa bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya self esteem selama masa remaja (Hurlock, 2003)

(15)

2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Tubuh Remaja

1. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin menandai persepsi remaja mengenai tubuh mereka. Remaja putri umumnya tidak puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak citra tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja putra. Sejalan dengan berlangsungnya perubahan pubertas, remaja putri seringkali menjadi tidak puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin karena lemak tubuhnya yang bertambah, sedangkan remaja putra lebih puas dengan memasuki masa pubertas, mungkin karena massa otot mereka meningkat (Santrock, 2003).

2. Interaksi sosial

Agar merasa puas dengan kehidupannya sehingga dapat menganggap diri sendiri bahagia, remaja tidak hanya menyukai dan menerima diri sendiri tetapi juga merasa bahwa dia diterima oleh orang lain. Sangat sulit bagi remaja untuk menerima diri sendiri apabila dia mereasa gelisah akan tubuhnya yang berubah dan merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Kesadaran bahwa penampilan semakin penting dalam kehidupan sosial akan membuat keprihatinan remaja bertambah. Semakin kuat keprihatinan remaja akan dukungan sosial terhadap dirinya semakin dia mengkhawatirkan penampilan dirinya. Anak perempuan akan cenderung lebih sadar bahwa penampilan diri memainkan peran penting dalam hubungan sosial dibandingkan dengan anak laki-laki (Hurlock, 2003)

(16)

3. Media massa dan standar kecantikan masyarakat

Dalam beberapa tahun terakhir, standar kecantikan yang diterima masyarakat terus berubah menjadi bentuk tubuh yang lebih kurus. Menjadi biasa dan tidak aneh apabila remaja putri cemas mengenai berat badannya dan membatasi jumlah makanannya untuk mencapai bentuk tubuh yang lebih kurus (Halgin & Whitbourne, 2009).

Ukuran ideal untuk wanita di Amerika Serikat dan Eropa telah menjadi lebih kurus dalam 45 tahun terakhir. Model dalam majalah kecantikan, pemenang kontes kecantikan Miss America dan Miss Universe, boneka barbie, dan semua ikon kecantikan wanita telah menjadi lebih kurus. Ukuran tubuh rata-rata para model majalah sekarang telah menjadi sangat kurus dan sangat sulit dicapai dan dipertahankan oleh kebanyakan wanita (Nolen & Hoeksema, 2007).

Berdasarkan penelitian oleh Stice, Spangler, & Agras (2001) terhadap 219 remaja putri mengenai efek remaja yang terekspose terhadap majalah dengan model yang kurus selama 15 bulan menunjukkan bahwa remaja yang sebelumnya telah tertekan untuk menjadi lebih kurus menjunjukkan sikap depresi dan menjadi lebih tidak puas terhadap penampilan mereka. Remaja yang kurang mendapat dukungan dari keluarganya menjadi tidak puas terhadap penampilan mereka, mulai mengikuti program penurunan berat badan, dan menunjukkan gejala bulimia (Stice, Spangler, & Agras, 2001).

4. Sosial-ekonomi dan Etnis

(17)

2.5. Hubungan Self Esteem dan Body Image Terhadap Perilaku Diet Remaja Putri

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa faktor biologis, psikologis, dan kepribadian berinteraksi untuk terbentuknya gangguan perilaku makan. Faktor-faktor tersebut sendiri mungkin tidak dapat mengembangkan suatu perilaku makan namun jika digabungkan, faktor faktor tersebut memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengembangkan gangguan perilaku makan (Nolen & Hoeksema, 2007).

Tekanan sosial untuk tampil kurus memiliki peranan yang besar dalam perkembangan kebiasaan diet tidak sehat yang akan berujung kepada gangguan perilaku makan. Berat badan ideal untuk wanita yang disampaikan media massa sulit untuk dicapai dan di bawah standar kesehatan untuk wanita pada umumnya. Citra tubuh yang negatif akan timbul akibat tekanan sosial untuk tampil kurus yang akan menuju kepada perilaku diet yang berlebihan. Keinginan makan yang sangat besar tanpa disadari akan muncul yang akan membawa dirinya ke perasaan yang lebih negatif dan self esteem yang lebih rendah (Nolen & Hoeksema, 2007).

Menurut Heinberg dan Thompson (1992) dalam Maxfield (2000) Tekanan sosial untuk tampil lebih kurus lebih memiliki dampak jika datang dari orang orang tertentu seperti orang tua dan teman sebaya. Penelitian yang dilakukan Heinberg dan Thompson (1992) dalam Maxfield (2000) menemukan bahwa orang yang menerima masukan tentang berat badannya dari teman sebaya cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap berat badannya dibandingkan jika masukan tersebut berasal dari orang lain. Heinberg dan Thompson (1992) dalam Maxfield (2000) juga mengungkapkan bahwa orang yang sering membandingkan dirinya dengan orang lain, terutama dalam kelompok teman sebaya, memiliki resiko untuk mengembangkan body image yang negatif.

(18)

kemampuan seseorang untuk menjalani diet yang ketat dan kecenderungan orang untuk menjadi cemas dan depresi terhadap dirinya. Orang dengan kelainan perilaku makan sangan mudah stress dan memiliki kecenderungan untuk makan sebagai resepon dari rasa stressnya tersebut (Nolen & Hoeksema, 2007).

Perilaku gangguan makan merupakan hasil dari reaksi biokimia tidak normal yang kemungkinan memiliki hubungan dengan faktor genetis (Halgin & Whitbourne 2009). Menurut Strober (1991) dalam Halgin & Whitbourne (2009) menemukan bahwa gangguan perilaku makan cenderung terjadi pada suatu keluarga.

Faktor kepribadian juga berperan dalam menimbulkan perilaku gangguan makan. Evaluasi berlebihan terhadap diri sendiri dan self esteem yang rendah dapat membuat orang untuk melakukan segala hal untuk mencapai berat badan yang ideal menurut dirinya sendiri. Kepribadian ini mungkin muncul pada anak dengan orang tua yang kurang perhatian terhadap perkembangan anaknya (Nolen & Hoeksema, 2007).

Hill (2002) dalam Barker & Bornstein (2010) mengungkapkan bahwa self esteem yang rendah serta ketidakpuasan terhadap body image berhubungan dengan perilaku diet pada masa remaja awal. Freistad & Rise (2004) dalam Barker & Bornstein (2010) melaporkan jika body image dan self esteem berinteraksi dengan perilaku diet pada remaja putri.

(19)

Impulsif binge

Perilaku kompensasi (muntah dan olahraga berlebihan) Jika sukses dalam

kelihangan berat badan

Anorexia nervosa Binge-eating

disorder Bulimia nervosa

Body image Cemas dan depresi

Pengaruh media massa dan tekanan sosial untuk

Diet berlebihan

Evaluasi berlebihan dan low self esteem Genetik

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa pemahaman karak- ter dasar siswa kelas VIII G di SMP Negeri 34 Semarang tahun ajaran 2015/2016 dapat diting- katkan

Sedangkan yang menolak merasa berkewajiban untuk menerapkan al-Qur‟an dalam kehidupan kaum muslimin sepanjang masa, sebagaimana yang telah dipahami oleh ulama secara literal

 Dengan mengamati gambar tentang kegiatan Lani ke taman dan membuat pertanyan dari gambar yang diamati, siswa dapat memprediksi isi teks laporan sederhana tentang hewan di

[r]

[r]

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Pokja akan melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan

"Refleksi Kritis Prestasi Olahraga Indonesia di Asian Games 2014 dan Tantangan MenghadapiAsian Games 2018. dalam Perspektif llmu

Langsung Paket Pekerjaan Pengadaan Nat-alat Kontruksi Kolam Kegiatan Pendampingan Pada Kelompok Tani pembudidaya rkan, Nomor : 07./Penetapan.Barang/IY / 2Ol5 Tanggal l