• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BER (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BER (1)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS

ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan oleh :

Muhamad Ichsan Fauzi

0904051

Mengetahui,

Ketua Tim Skripsi Jurusan/Program Studi

Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

(2)

A. JUDUL

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut J. Bruner (1996), setiap mata pelajaran dapat diajarkan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Penyampaian materi dari setiap mata pelajaran sebaiknya disesuaikan dengan usia dan pola pikir anak, dimulai dari materi yang sudah dipahami, hingga materi yang sulit dipahami. Hal ini penting agar tidak membebani otak anak dengan materi yang sulit dipahami pada usianya.

(3)

sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran(Isjoni, 2011).

Menurut PBB (2005) seperti yang dikutip Pustekkom, tantangan pedidikan pada Abad 21 yaitu untuk membangun masyarakat yang berpengetahuan yang memiliki keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills), keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), keterampilan memecahkan masalah (problem solving skills), keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills).

Menurut Suyitno (dalam Sulistiyorini, 2007:16), pada umumnya pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh pendidik selama ini memiliki banyak kelemahan antara lain sebagai berikut :

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Ausubel menyatakan bahwa faktor tunggal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar adalah apa yang telah diketahui siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Yucel (2010),

(4)

appliers and consumers of educational research and display a performance that enables them to develop proactive personalities instead of the reactive.”

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan alternatif solusi yang tepat untuk mencari model pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Dengan model pembelajaran yang tepat, permasalahan kurangnya pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas bisa diatasi. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran Advance Organizer. Porter (2002) menyatakan Advance Organizer mencakup petunjuk tertentu dalam upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Advance Organizer meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai macam materi pelajaran dan lebih berguna untuk mengajarkan isi pelajaran yang telah mempunyai struktur kognitif relevan yang ada dalam diri siswa. Dengan kata lain, seorang guru bisa memberikan pengalaman belajar yang baru kepada siswa dengan menjelaskan struktur konsep dari suatu materi pelajaran, yang dapat membantu siswa melihat “gambaran besar” dari apa yang akan diajarkan dan bagaimana makna dari informasi yang terkait. Seperti yang diutarakan Bruner (dalam Arends, 2008:265) bahwa pengetahuan tentang rumah, “bukan soal mengetahui tentang sekumpulan paku, genting, papan penyekat ruangan dan jendela”. Konsep utuh tentang rumah itulah yang signifikan dan penting.

(5)

Hasil penelitian Sri Lilestina Nasution (2010) mengungkapkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer terdapat perbedaan antara peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran matematis siswa pada pembelajaran matematika, serta dengan diterapkannya model Advance Organizer sikap siswa menjadi positif terhadap pembelajaran dan aktivitas belajar siswa pun berjalan dengan baik. Selain itu, Dita Rizki Amalia (2011) juga mengemukakan bahwa dari penerapan model pembelajaran Advance Organizer diperoleh beberapa temuan antara lain siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena mereka lebih paham dengan materi yang diajarkan, intensitas partisipasi siswa dalam kelompok lebih baik, dan siswa menjadi lebih serius ketika mengerjakan soal yang diberikan guru. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer pun lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer berbantuan multimedia pada mata pelajaran TIK dalam upaya memberikan alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran TIK.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana menerapkan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia kepada siswa SMA kelas X pada mata pelajaran TIK?

(6)

3. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Advance Organizer dengan kemampuan pemahaman belajar siswa terhadap mata pelajaran TIK dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional?

D. BATASAN MASALAH

Di dalam penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada penguasaan pokok bahasan Microsoft Access.

2. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer terhadap kemampuan pemahaman siswa.

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan dari kemampuan pemahaman siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu multimedia dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Advance Organizer terhadap kemampuan pemahaman siswa SMA pada mata pelajaran TIK.

(7)

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, model pembelajaran Advance Organizer dapat menjadi salah satu alternatif pilihan pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

2. Bagi siswa, model pembelajaran Advance Organizer dapat memberikan suasana pelajaran TIK yang berbeda sehingga membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari serta memotivasi siswa dalam belajar.

3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang penerapan model pembelajaran Advance Organizer dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

G. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

a. Multimedia merupakan kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output sehingga menciptakan suatu persentasi yang dinamis dan interaktif.

b. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Soekamti, 1996: 78).

(8)

pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan itu. Menurut David Ausubel, model Advance Organizer merupakan cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pembelajaran yang sudah ada. Tujuan dari model pembelajaran Advance Organizer ini adalah untuk memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi baru.

H. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran TIK dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.”

Dalam bentuk statistika :

a. Hipotesis nol (H0) : Tidak terdapat peningkatan pemahaman siswa

yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. b. Hipotesis kerja (H1) : Terdapat peningkatan pemahaman siswa yang

menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

I. STUDI LITERATUR 1. Kemampuan Pemahaman

(9)

adalah agar siswa mampu memahami sesuatu melalui pengalaman belajarnya. Pengembangan kemampuan pemahaman bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, sehingga didapat hasil belajar yang maksimal.

2. Model Pembelajaran

Menurut Suparman (1997), model pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

3. Model pembelajaran Advance Organizer

Model Advance Organizer organisator tertinggi yang bersifat utuh dan komprehensif dari suatu materi yang ingin diajarkan, berupa perangkat-perangkat dasar yang menjadi batang tubuh materi yang akan dipresentasikan (Joyce, 2009: 289). Advance organizer mempunyai tujuan memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi baru. Sedangkan Ausubel menjelaskan Advance Organizer sebagai pengantar materi yang dipresentasikan terlebih dahulu dan berada pada tingkat observasi yang tertinggi sehingga dapat menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi baru dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya dalam struktur kognitif siswa.

Model pembelajaran Advance Organizer menurut Ausubel memiliki tiga fase yaitu presentasi Advance Organizer, Presentasi tugas atau materi pembelajaran dan penguatan struktur kognitif. Setiap fase terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu :

(10)

Menyajikan konsep utama Organizer atau proposisi dari disiplin ilmu atau kajian bidang studi harus dikonstrusikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menangkap gagasan utama. Dalam menyajikan organizer ini, penyajiannya yaitu pertama guru menyajikan kerangka konsep yang umum dan menyeluruh terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih spesifik. Gambaran konsep / proposisi yang utama harus dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau melakukan eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan contoh-contoh. (c). Menghubungkan Organizer dengan pengetahuan awal siswa. Menumbuhkan kesadaran siswa tentang pengetahuan dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penyajian organizer agar siswa membangun struktur kognitifnya.

(11)

3. Penguatan susunan kognitif : (a). Menghubungkan informasi baru sebagai Advance Organizer. Siswa menggambarkan materi baru dengan menghubungkannya melalui salah satu aspek pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya (b). Belajar aktif. Siswa menceritakan kembali pengetahuan yang telah didapatnya dengan menggunakan referensi. Dampak pembelajaran melalui model Advance Organizer mengacu pada dua hal yakni dampak langsung dan dampak nurturant. Dampak langsung adalah terbentuknya struktur konseptual dan terjadinya asimilasi bermakna dari informasi atau gagasan baru. Sedangkan dampak nurturant berupa kebiasaan untuk berfikir tepat dan munculnya perhatian terhadap kebiasaan inquiri.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Advance Organizer

Adapun kelebihan dari model Advance Organizer adalah sebagai berikut :

a. Proses pembelajaran tersusun lebih rapi karena penyampaian materi

menggunakan peta konsep.

b. Karena mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan

sebelum-nya, model ini juga memantu mempertajam daya ingat siswa.

c. Para siswa dirangsang supaya lebih cepat memahami materi

pelajar-an dengpelajar-an diberikpelajar-annya peta konsep pelajarpelajar-an tersebut.

Sedangkan kelemahan dari model Advance Organizer adalah sebagai berikut :

a. Memerlukan kesiapan dan persiapan yang matang serta memerlukan waktu yang cukup panjang dalam pelaksanaannya. b. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, tanpa

hal ini proses pembelajaran kurang efektif.

(12)

Multimedia berasal dari kata multi dan medium. Kata multi dalam bahasa Latin berarti banyak, bermacam-macam. Sedangkan kata medium dalam bahasa Latin memiliki arti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu bisa disebut juga perantara. Berikut beberapa pengertian multimedia menurut para ahli :

a. Kombinasi dari tiga elemen: suara, gambar, dan teks (McComick, 1996).

b. Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan video (Robin dan Linda, 2001).

c. Kombinasi dari sedikitnya dua media input atau output. Media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik, dan gambar (Turban, dkk, 2002).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan sebuah alat atau media yang merupakan kominasi dari teks, grafik, animasi, audi dan video yang digunakan sebagai alat penyampai pesan atau persentasi.

J. METODE PENELITIAN

1. Metode dan Desain Penelitian

(13)

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen (non equivalent control group design). Pada desain eksperimen ini tidak terjadi pengelompokkan subjek secara acak, adanya pretes, perlakuan yang berbeda dan adanya posttes. Dalam penelitian ini, kelompok yang satu memperoleh perlakuan biasa sedangkan kelompok yang satunya lagi memperoleh perlakuan X, dengan gambar pola desain penelitiannya adalah sebagai

berikut (Ruseffendi, 2005: 52) :

A : O1 X O2

A : O1 O2

Keterangan:

A = Pengelompokan sampel secara acak kelas.

O1 = Pretes berupa tes kemampuan pemahaman.

O2 = Posttes berupa tes kemampuan pemahaman.

X = Perlakuan dengan menggunakan model Advance Organizer.

Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Kedua kelas dipilih secara acak (random). Kelas pertama merupakan kelas eksperimen, yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dan kelas kedua merupakan kelas kontrol, yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan Model konvensional. Adanya kelas kontrol ini adalah sebagai pembanding, sejauh manakah terjadi perubahan akibat perlakuan terhadap kelas eksperimen.

(14)

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X.

b. Sampel

Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah siswa kelas X-A dan kelas X-B pada Sekolah Menengah Atas C.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel purposive.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Menggunakan instrumen tes prestasi berupa pretest-posttest untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dia-jarkan.

b. Observasi partisipatif, dimana peneliti terlibat secara langsung dalam proses yang sedang diamati.

c. Angket, untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembela-jaran Advance Organizer.

4. Instrumen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan pemahaman, sedangkan instrumen non tes berupa angket sikap siswa yang berbentuk skala sikap dan lembar observasi.

No

(15)

n berlangsung 3. Lembar angket Tanggapan

atas proses pembelajara n

Siswa Diberikan saat pembelajaran selesai

1. Instrumen Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretes dan posttes dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah sama, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, instrumen penelitian yang digunakan juga tentu harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda soal, dan indeks kesukaran soal.

 Validitas butir soal

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dapat melaksanakan fungsinya (Suherman, 2003:102).

(16)

r

xy

=

N

(

Σ XY

)−(

ΣX

)(

ΣY

)

(

NΣX

2

(

ΣX

)

2

)(

NΣY

2

(

ΣY

)

2

)

Keterangan:

rxy : koefisien validitas N : Jumlah subjek X : Skor tiap butir soal Y : Skor total butir soal

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman,

2003:112). Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien validitas. interpretasi validitas soal seperti pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1

Klasifikasi Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90≤rxy1,00 Validitas sangat tinggi

0,70≤rxy<0,90 Validitas tinggi

0,40≤rxy<0,70 Validitas sedang

0,20≤rxy<0,40 Validitas rendah

(17)

rxy<0,00 Tidak valid

 Reliabilitas

Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif sama (konsisten, ajeg) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula (Suherman, 2003:131). Karena soal yang diberikan berbentuk soal uraian maka koefisien reliabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003:154), yaitu:

r11=

(

n

n−1

)

(

1− Σ si2

st2

)

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas

n : banyak butir soal (item)

Σ si2 : jumlah varians skor setiap item, dan

st2 : varians skor total

Sedangkan interpretasi derajat reliabilitas dapat menggunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guliford (Suherman, 2003: 139), yaitu:

Tabel 2

(18)

Daya

Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah (Suherman, 2003:159).

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut:

DP =

XAXB SMI

Keterangan:

DP: Daya Pembeda

XA : rata-rata jawaban benar dari siswa kelompok atas Koefisien Reliabilitas Interpretasi

r11<0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20≤r11<0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40≤r11<0,70 Derajat reliabilitas sedang

0,70≤r11<0,90 Derajat reliabilitas tinggi

(19)

XB : rata-rata jawaban benar dari siswa kelompok bawah SMI: Skor Maksimum Ideal

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, 2003: 161) seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Koefisien DP Interpretasi

0,70<DP ≤1,00 Sangat baik

0,40<DP ≤0,70 Baik

0,20<DP ≤0,40 Cukup

0,00<DP ≤0,20 Jelek

DP≤0,00 Sangat jelek

 Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menunjukkan derajat atau tingkat kesukaran butir soal (Suherman, 2003: 170). Indeks kesukaran tiap butir soal dapat ditentukan dengan rumus berikut:

(20)

Keterangan :

IK : indeks kesukaran

´

x : rata-rata jawaban yang benar

SMI : Skor Maksimum Ideal

Kriteria tolok ukur indeks kesukaran butir soal yang digunakan berdasarkan Suherman (2003:170) yang selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4

Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK  0,30 Soal sukar

0,30 < IK  0,70 Soal sedang

0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

2. Instrumen non tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dan lembar observasi.

(21)

Angket dalam bentuk skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran Advance Organizer serta pengaruh model pembelajaran Advance Organizer dalam mengembangkan sikap siswa. Pengisiannya dilakukan bersamaan dengan posttes pada kelas eksperimen. Model angket dalam bentuk skala sikap yang akan digunakan adalah Model skala Likert yang terdiri dari 4 pilihan jawaban (kategori), yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat untuk mengukur tingkah laku siswa ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain lembar observasi dapat mengukur atau menilai proses pembelajaran.

Tujuan observasi adalah untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran Advance Organizer yang dilakukan oleh guru serta aktivitas siswa saat pembelajaran. Lembar observasi ini diisi oleh pengamat selama pembelajaran berlangsung.

3. Metode Pengembangan Multimedia

Newby (2000), menggambarkan proses pengembangan suatu instructional media berbasis multimedia dilakukan dalam 4 tahapan dasar, yaitu : 1) planning, berkaitan dengan perencanaan data media berdasarkan kurikulum dan tujuan instructional, 2) instructional design, perencanaan direlaisasikan dalam bentuk rancangan, 3) prototype, hasil rancangan kemudian diwujudkan dalam bentuk purwarupa dan 4) test, purwarupa yang dihasilkan kemudian diujicoba, ujicoba dilakukan untuk menguji reliabilitas, validitas dan objektifitas media.

(22)

Tabel 5

Proses Perancangan Multimedia

MULTIMEDIA DESIGN PROCESS

Stage (Issues and Decisions) Instructional Design Role 1. Analysis : Context vs.

2. Technology Selection Consulting (team resource) 3. Development Strategy and

Dalam tahapan ini, pemilihan kurikulum, menjadi gerak awal dari serangkaian proses berikutnya. Bagian mana dari kurikulum tersebut yang berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia.

b. Pemilihan Teknologi

Pada tahapan ini, ditentukan teknologi apa yang akan digunakan untuk merelasasikan analisis kurikulum yang telah dilakukan. Karena pada dasarnya terdapat lebih dari lusinan authoring systems untuk pengembangan multimedia.

c. Strategi Pengembangan dan Proses

(23)

d. Design/Build/Test

Pada bagian ini, merupakan bagian proses yang sebagain besarnya dilakukan di laboratorium.

5. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berasal dari tes kemampuan pemahaman sedangkan data kualitatif berasal dari hasil angket sikap siswa, dan lembar observasi.

1. Pengolahan Data Kuantitatif a. Analisis Data Pretest

Pretes dilakukan untuk melihat kemampuan awal dari kedua kelas apakah sama atau berbeda. Hal ini dapat dilihat melalui uji perbedaan dua rata-rata terhadap data hasil pretes kedua kelas. Uji ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0 for Windows, yaitu dengan menggunakan Independent Sample T-Test, jika hasil pengujian menunjukkan hasil yang signifikan, artinya tidak ada perbedaan rata-rata yang berarti antara kedua kelas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

Asumsi yang harus dipenuhi sebelum dilakukan uji-t adalah normalitas dan homogenitas data. Oleh karena itu, sebelum pengujian Independent Sample T-Test terhadap data pretes dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah:

1) Uji Normalitas

(24)

H0 : Data pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Data pretes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Statistik uji yang digunakan adalah:

T3= 1

ai : Koefisien tes Shapiro-Wilk xni+1 : Angka ke ni+1

xi : Angka ke-i pada data

´

x : Rata-rata data

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05 maka H0 diterima.

b) Jika nilai signifikansi (Sig) ¿ 0,05 maka H0 ditolak.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelas mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas data pretes digunakan uji Lavene dengan perumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data pretes bervarians homogen.

H1 : Data pretes bervarians tidak homogen.

Statistik uji yang digunakan adalah:

(25)

k : Jumlah kelompok yang berbeda N : Jumlah sampel

Ni : Jumlah sampel pada kelompok ke-i Yij : Nilai sampel ke-j dari kelompok ke-i

´

Yi . : Rata-rata kelompok ke-i ~

Yi . : Median kelompok ke-i

Kriteria pengujian didapat dari daftar F(α ,k−1,Nk) dengan α taraf signifikansi dan k – 1, N – k derajat kebebasan. H0 diterima jika W ¿

F(α ,k1,Nk) dan H0 ditolak dalam hal lainnya.

3) Uji Perbedaaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretes yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:

a) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji t.

Statistik uji yang digunakan adalah

t= ´x1−´x2

x1 : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen. ´

x2 : Rata-rata skor pretes kelas kontrol. s1

2

: Simpangan baku kelas eksperimen. s2

2

: Simpangan baku kelas kontrol.

Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan

(26)

t '= ´x1−´x2

Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika

w1t1+w2t2 lakukan uji Mann-Whitney. Dalam pengujian uji Mann-Whitney, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Skor-skor pada kedua kelas harus diurutkan dalam peringkat. Mak-sudnya data kelas kontrol dan kelas eksperimen digabungkan, dan setelah itu seluruhnya diurutkan menurut peringkatnya.

2) Jumlahkan peringkat yang ditetapkan untuk tiap kelas,baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3) Menghitung statistic U dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

UE=nEnk+1

2nE

(

nE+1

)

PE UK=nEnk+1

2nK

(

nK+1

)

PK Dengan :

UE : Nilai statistik hitung U untuk kelas eksperimen. UK : Nilai statistik hitung U untuk kelas kontrol. nE : Jumlah data kelas eksperimen.

(27)

PE : Jumlah peringkat yang diberikan pada kelas eksperimen dengan jumlah nE.

PK : Jumlah peringkat yang diberikan pada kelas kontrol dengan jumlah nk.

4) Statistik hitung U adalah nilai terkecil dari kedua nilai statistic hitung U kelas eksperimen dan kelas kontrol.

5) Mencari nilai tabel kritis U yang didasarkan pada nE , nk , α , dan jumlah arah dalam pengujian.

6) Untuk ukuran data yang besar digunakan kurva normal sebagai pen-dekatan.

z=

U−1 2nEnk

nEnk(nE+nk+1) 12

Selanjutnya kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian tersebut adalah terima H0 jika -1,96 ¿zhitung<1,96 .

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( α=0,05¿ maka kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 diterima.

b) Jika nilai signifikansi (Sig.) ¿ 0,05 maka H0 ditolak

b. Analisis Data Posttes

(28)

siswa menggunakan data gain sangat diperlukan. Indeks gain tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut:

Gainternormalisasi=Skor Posttes−Skor Pretes SMISkor Pretes

Adapun untuk kriteria indeks gain tersaji pada tabel berikut:

Tabel 6

Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Kriteria

g ≥0,7 Tinggi

0,3≤ g<0,7 Sedang

g<0,3 Rendah

2. Pengolahan Data Kualitatif a. Angket

Angket dalam bentuk skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Model likert (Skala Likert) yang dimodifikasi, dimana kategori Netral (N) dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari jawaban yang tidak objektif, sehingga derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam skala Likert tersusun secara bertingkat mulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

(29)

Tabel 7

Kategori Skala Penilaian Angket

Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tidak Setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Sangat Setuju (SS) 4 1

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat tahapan-tahapan pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Penyajian data hasil observasi dibuat dalam bentuk tabel untuk kemudahan dalam menginterpretasikannya.

3. Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan Proposal

2 Seminar Proposal

3 Perizinan penelitian

4 Penyusunan Instrumen

5

Implementasi (Perlakuan menggunakan Model Advance Organizer)

(30)
(31)

1

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Ibrahim, R. Sukmadinata, N S. Sudjana, D. Rasyidin W.(2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.

Amalia, Dita Rizki. 2011. “Penerepan Model Pembelajaran Advance OrganizerUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK”. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Adri, Muhammad. (2008). Strategi Pengembangan Multimedia Instructional Design [Online]. Tersedia: http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2008/01http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/public/journals/16/

pageHeaderLogoImage_en_US.png/adri-strategi-multimedia-instr-desig.pdf/ [1 Agustus 2013]

Joyce, et al (1980). Model of teaching Second Edition. New Jersey : Prentice Hall. Inc, Englewood Cliffs.

Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S.L. 2010. “Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Ketrampilan Metakognitif Dengan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

JURNAL

Ifah, A dan Rusijono. (2010). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar TIK. 10 (1). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Mustafidah, H. (2009). Pengembangan Perangkat Lunak Komputer Untuk Mengevaluasi Soal Tes. Jurnal Penelitian Pendidikan. 12 (1). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah. Purwokerto. Musadad, A.A. (2010). Peran Kepemimpinan, Etos Kerja, Dan Persepsi Kepala

Sekolah Terhadap Mutu Pendidikan. 13 (2). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Johnson, S.D dan Daugherty, J. (2008). “Quality and Characteristics of Recent Research in Technology Education”. 20 (1). Journal of Technology Education.

(32)

2

Rosyidi, A dan Marjono (2008). “Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar IPA Melalui Alternatif Model Pembelajaran”. 11 (2). Paedagogia Jurnal Penelitian Pendidikan.

Sani, R.A dan Maryono (2011). “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Pembelajaran Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Fisika Topik Tekanan Di Kelas VIII SMP Cerdas Murni Tembung Kabupaten Deli Serdang”. 3. Universitas Negeri Medan.

Gambar

Tabel 1Klasifikasi Interpretasi Validitas
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN GAME INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR SMK TKJ.

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Berbantuan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK Universitas Pendidikan Indonesia

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana aktivitas dan hasil belajar mahasiswa jurusan matematika pada mata kuliah fisika dasar

Dengan demikian berdasarkan hasil observasi dan tes kemampuan komunikasi matematis siswa dapat disimpulkan bahwa penerapan model advance organizer berbantuan macromedia

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Efektifitas Cognitive Theory Of Multimedia Learning (CTML) dalam Peningkatan Pengetahuan Tentang Dampak

Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui kelayakan produk MERAPI (MEdia pembelajaran berbantuan software lectoRA insPIre)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah berkaitan dengan hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM pada Mata