Nilai
–
Nilai Islam Dalam Praktek
Perbankan
Syari’ah
Muqaddimah
Umat Islam dewasa ini, baik di Indonesia maupun di belahan dunia yang lain sedang mengalami kegandrungan / bergairah untuk bersama – sama mengungkapkan kembali makna Islam yang sesungguhnya serta mencari jalan dan cara menterjemahkan nilai – nilai Islam Kedalam Realita Sosio ekonomi.
Praktek hukum ekonomi Syari‟ah sebenarnya telah ada sejak ummat Islam membangun masyarakat seperti halnya jual beli, sewa menyewa, gadai, zakat, dan sebagainya. Pada umumnya di lakukan sebagai hukum diyam murni, dan belum banyak melibatkan kekuasaan Negara dalam bentuk qadhai modern dimana terdapat lembaga penyelesaian sengketa, badan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap putusun yang diambil, peraturan perundang - undangan yang jelas dan lain – lain yang berhubungan, demikian ungkapan Rifyal ka‟bah dalam praktek untuk ekonomi syari‟ah di Indonesia. Pada acara sosialisasi UUU NO. 3 Tahun 2006 di PTA Palu pada tanggal 21 sampai dengan 23 Mei 2007.
Terkait dengan praktek perbankan syari‟ah dalam makalah ini akan di bahas dua permasalahan yaitu :
1. Apa saja nilai – nilai islam yang di hadikan sebagai landasan filosofi
perbankan Syari‟ah ?
Pembahasan Permasalahan
a.Apa saja nilai – nilai Islam yang menjadi landasan filosofi perbankan syari‟ah ? Untuk menjawab pertanyaan ini baik di kemukakan tiga prinsip utama nilai – nilai Islam yang dijadikan landasan filosofi bagi perbankan
syari‟ah yaitu :
a) Kejujuran ( Honesty, Ash – Shidq)
Kejujuran merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap
manusia dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam bermu‟amalah,
kerjujuran menjadi bukti adanya komitmen akan pentingnya perkataan yang benar sehingga dapat di jadikan pegangan, hal mana akan memberikan mamfaat bagi para pihak yang melakukan akad ( perikatan ) dan juga bagi masyarakat dan lingkungangnya.
Gemala dewi memberikan perkenaan sebagai berikut :
“ jika kejujuran ini tidak di terapkan dalam perikatan, maka akan merusak legalitas perikatan itu sendiri “1
Perintah ini sesuai dengan Firman Allah SWT, Q.S. 33 :70 Artinya :
“ Hai oroang – orang yang beriman , bertaqwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar “ Di tempat lain Gemala Dewi, menyatakan sebagai berikut :“ Shidiq
1 Gemala Dewi , Wirdayaningsih dan Yeni Salma Barlianti , Hukum Perikatan
adalah nilai yang lebih dari keyakinan yang mendalam bahwa Allah
maha tahu dan melihat setiap tindakan manusia.
Nilai ini memastikan bahwa pengelolaan bank syari‟ah wajib dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran”.2
Dengan demikian kejujuran merupakan nilai moral yang mendasar untuk menggapai ridha Allah dalam praktek perbankan
syari‟ah.
b) Kesetaraan, Faithful ( Al Musawah )
Adanya kesamaan untuk saling mempercayai yang di tuangkan dalam suatu akad menjadi factor penentu bagi kesuksesan masing – masing pihak yang terkait dengan hak dan kewajiban sehingga tidak saling merugikan keuntungan / kelebihan kepada yang lain, ada kesediaan membentuk sesama dan mau bekerja sama.
berbangsa – bangsa dan bersuku – suku supaya kamu saling kenal – mengenal.
c) Keadilan dan Kebenaran ( Justice and Equity, Al – Adialah )
Setiap akad ( Transaksi ) harus benar – benar memperhatikan rasa keadilan dan sedapat mungkin menghindari perasaan tidak adil (Dzalim ), oleh karenanya harus ada saling ridha dari masing – masing pihak.
kita tidak di perkenankan mamakan harta orang lain dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan jual beli sehingga ridha ( dalam hal ini jual beli ijarah menjadi salah satu produk primadona perbankan Syari‟ah.
Q.S.4 :29 . Artinya :
“ Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu dan janganlah
kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang
kepadamu,
Dijelaskan lagi oleh dosen mata kuliah perbankan syari‟ah
Nilai – nilai moral sebagaimana tertuai diatas selanjutnya dijalankan norma dan etika dalam bermisnis secara islam.3
Dalam kaitan etika bisnis, Faisal Badroen mengatakan :
“ Adapun pemikiran politik islam dalam konsep etika bisnis sangat erat berat hubungan dengan Universitas ajaran islam itu sendiri dima konsep akidah yang berawal konsep shadatain yang mengakui keesaan Allah sebagai sang pencipta, tuhan segala sesuatu dan pengaturnya, serta pengakuan terhadap Rasulullah SAW sebagai utusaNya adalah pihak yang harus di teladani dalam segala aspek kehidupanya. Artinya bahwa konsep akidah yang demikan harus di ejakan dalam potret nyata. Ibadah kepada Allah sebagai konsep interaksi horizontal. Konsep akidah, ibadah dan ahlak demikian mengatur keseluruhan hidup seorang muslim selama 24 jam, tampa membedakan antara realitas hidup pribadi ataupun publik, termaksud dunia bisnis.
3 Faizal Badroen , Suhendra , Arief Mufradeni dan Ahmad D Basori , Etika
Theoperation of Islamic Banks Therefore, are bassed on concepts of
Honesty, Justice & Equity as praticed by the prophet (pbuh) Trade is to be Conducted in A Faitful & TrusTworthy manner (Kesetian / kejujuran &
Terpercaya)
Digambarkan lebih lanjut oleh H.M. Amin Mooduto sebagai berikut : 4
4 HM. Arie Mooduto , BAhar Kuliah Perbankan Syariah , Jakarta ; Program
Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Jakarta , 2006/ 2007
The Priciples of Islamic Business comprise of Comprise of :
b. Bagaimana penyelesaiannya jika terjadi sengketa antara perbankan syari‟ah dan nasabahnya ?
Bilamana terjadi sengketa atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, maka terhadap sengketa tersebut terdapat alternative dalam penyelesaiannya. Selama ini lembaga yang menangani adalah BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia) yang mulai dioperasikan pada tanggal 1 Oktober 1993, lalu diganti menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (DSN ) dan KUH Perdata. Oleh karenanya sesuai dengan klausula dalam akad yang berwebang menyelesaikan setelah lembaga Alternatif penyelesaian sengketa adalah Pengadilan Negeri.
Setelah lahirnya UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No 7 tahun 1989 tentang pengadilan agama, di dalam pasal 49 yang berwenang memriksa, mengadili dan menyelesaikannya adalah Pengadilan Negeri
Menurut Gemala Dewi dalam bukunya dinyatakan sebagai berikut :
“ Penyelesaian perselisihan dalam hukum perikatan Islam, pada prinsipnya boleh dilaksanakan melalui tiga jalan, yaitu pertama dengan jalan perdamaian (Shulhu), yang kedua dengan jalan Arbitrase ( tahkim) dan yang terakhir melalui proses peradilan (Al Qadha ).5
5
1. Shulhu (Perdamaian ) mengakhiri perselisihan / pertengkaran antara dua pihak yang bersengketa
secara damai “ 7
Selanjutnya dikatakan ada tiga rukun yang harus dipenuhi yaitu : ijab, qabul dan lafadz dari perjanjian damai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Hal menyangkut subyek , harus orang yang cakap bertindak menurut hukum dan mempunyai wewenang.
b. Hal yang menyangkut obyek , berbentuk harta yang dapat dinilai diluar sidang pengadilan atau melalui sidang pengadilan.
6 Ibid
7Abdul Manan “ Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah ; sebuah kewenangan
2. Tahkim (Arbitrase )
Tahkim berarti menjadikan seseorang sebagai penengah suatu sengketa, secara terminology berarti:
“ Pengangkatan seorang atau lebih , sebagai wasit atau juru damai oleh dua orang atai lebih yang bersengketa, guna menyelesaikan
perkara yang mereka perselisihkan secara damai “ 8
3. Wilayah Al Qadha (Kekusaan Kehakiman ) Menurut Abdul Manan meliputi : a. Al Hisbah
Adalah lembaga resmi Negara yang diberi wewenang untuk menyelesaikan masalah- masalah atau pelanggaran ringan yang menurut sifatnya tidak memerlukakn proses peradilan untuk
menyelesaikannya”9
b. Al Madzalim
Yaitu badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk membela orang- orang terniaya akibat sikap semena- mena dari pembesar Negara atau keluarganya, yang biasanya sulit untuk diselesaikan oleh pengadilan biasa dan kekuasaan hisbah.
8 Gemala Dewi , Wirdiyaningsih dan YEni Salma BArlianti , Opcit , hal 91 9
c. Al Qadha (Peradilan)
Al Qadha berarti memutuskan atau menetapkan, menurut istilah syara
„berarti menetapkan hukum syara‟ pada suatu peristiwa atau sengketa
untuk menyelesaikannya secara adil dan mengikat”10
Orang yang diberi wewenang untuk menyelesaikan perkara di pengadilan disebut Qadhi (Hakim)
Penyelesaian sengketa melalui peradilan melewati beberapa proses, salah satu yang penting adalah pembuktian.
Adapun alat- alat bukti menurut hukum Islam meliputi :
1) Ikrar ( Pengakuan para pihak mengenai ada tidaknya sesuatu ) 2) Syahadat (Persaksian )
3) Yamin (Sumpah) 4) Riddah (Murtad)
5) Maktubah (Bukti- bukti tertulis) ,seperti akta dan surat keterangan 6) Tabayyun (upaya perolehan kejelasan yang dilakukan oleh
pemeriksaan Majelis Pengadilan yang lain daripada Majelis pengadilan yang memeriksa , misalnya perkara kewarisan harta ada di Cilegon sedangkan perkara di adili di Jakarta Timur ) dan 7) Alat bukti bidang pidana , seperti pembuktian secara kriminologi 11
Dalam upaya menyelesaikan sengekta berdasarkan prinsip syariah melalui lembaga peradilan masih mengalami kendala belum tersedianya hukum materiil yang berupa UU maupun kompilasi sebagai pegangan hakim dalam memutus perkara, disamping masih banyaknya aparat yang belum mengerti tentang ekonomi syariah atau hukum bisnis Islam dan belum tersedianya lembaga penyidik khusus yang berkompeten dan menguasai hukum Syari‟ah
Pilihan lembaga Peradilan Agama dalam menyelesaikan
sengketa ekonomi syari‟ah merupakan pilihan yang tepat dan bijaksana.
10 Ibid, hal 11 11
Kesimpulan
1) Nilai - nilai Islam yang dijadikan landasan etika bisnis seperti dalam perbankan syari’ah mepiluti kejujuran (honesty), kesetaraan (faithful) dan keadilan serta kebenaran (justice and equity)
2) Bila terjadi sengketa perbankan syariah , maka ditempuh penyelesaian melalui lembaga perdamaian (shuluh), Tahkim (Arbitrase ) dan lembaga Pengadilan (Al Qadha )
Saran- saran
1. Agar ummat Islam terlebih para aparat penegak hokum banyak mempelajarai dan memperdalam literature ekonomi syari‟ah agar tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya di pengadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Al –Qur‟an dan terjemahanya
Badroen, Faizal, Suhendra , Arief Mufradeni dan Ahmad D Basori , Etika Bisnis dalam Islam , cet ke- I Jakarta : Kencana Premada Media Group , 2006 Dewi , Gemala, . Aspek- Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syari’ah di Indonesia ed I, cet 2 , Jakarta : Prenada Media , 2005 . “Wirdayaningsih dan Yeni Salma Barlianti , Hukum
Perikatan Islam di Indonesia edisi pertama, Cetakan ke I, Jakarta: Prenada Media, 2005
Manan, Abdul “ Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah ; sebuah kewenangan Baru Agama (Makalah disampaikan dalam acara sosialisasi UU No. 3 tahun 2006 , Palu 21 s/d 23 Mei 2007 )
Mooduto , HM. Arie Bahan Kuliah Perbankan Syariah , Jakarta ; Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Jakarta , 2006/ 2007