5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stamina
Stamina adalah kemampuan daya tahan yang lama pada organisme untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu. Adapun definisi lain stamina adalah kekuatan dan energi fisik seseorang yang memungkinkan dapat bertahan dalam kerja atau dalam kesehatan tubuh; daya tahan; ketabahan dan ketahanan mental; keuletan (Ariadi, 2012; Dept. Pendidikan Nasional, 2005). Aktivitas stamina dilakukan dalam intensitas yang tinggi (kecepatan tinggi, frekuensi tinggi, dan menggunakan kekuatan). Paru-paru, jantung, pusat saraf, dan otot bekerja berat dalam hal meningkatkan stamina (Ariadi, 2012).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stamina
Beberapa faktor yang mempengaruhi stamina antara lain keturunan atau genetik, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan zat gizi, dan status gizi.
2.2.1 Genetik
6 2.2.2 Usia
Semakin bertambahnya usia semakin rendah kekuatan stamina. Hal ini ditandai adanya penurunan otot kaki dan punggung sekitar 25% pada usia 20 – 30 tahun dan 25 – 55% penurunan otot lengan pada usia 30 – 80 tahun. Penurunan ini disebabkan penurunan massa otot pada usia lanjut. Pada usia lanjut massa lemak bebas menurun hingga 15% pada usia 50 tahun. Perubahan komposisi berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik, asupan makanan, dan perubahan hormonal khususnya pada wanita. Pada anakanak stamina akan bertambah 5 -10% seiring dengan peningkatan tinggi badan dan kekuatan otot sebelum masa pubertas pada usia 6 – 12 tahun. Puncak nilai VO2max dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah usia 25 tahun. Penurunan rata-rata VO2max per tahun adalah 0,46 ml/menit/kg untuk pria (1,2%) dan 0,54 ml/menit/kg untuk wanita (1,7%) (Hapsari, 2011; Ariadi, 2012).
2.2.3 Jenis Kelamin
7
lebih tinggi 12% dari perempuan. Pada usia 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada usia 16 tahun VO2max laki-laki 37% lebih tinggi dibanding perempuan (Hapsari, 2011; Ariadi, 2012).
2.2.4 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang diproduksi oleh kontraksi otot. Latihan aktivitas fisik yang intensif dapat meningkatkan stamina dan VO2max. Latihan fisik yang efektif meliputi durasi, frekuensi, intensitas tertentu. Kegiatan dan latar belakang latihan fisik seseorang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kekuatan stamina. Latihan fisik akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot, terutama otot pernapasan menyebabkan pernapasan lebih efisien pada saat istirahat (Ariadi, 2012).
2.2.5 Asupan Zat Gizi
Ketersediaan zat gizi seperti karbohidrat, protein, dan lemak berpengaruh terhadap kebugaran tubuh karena ketiga zat gizi tersebut menyediakan energi yang dibutuhkan dalam beraktivitas agar tidak terjadi kelelahan. Diet tinggi karbohidrat kompleks meningkatkan kapasitas ketahanan dalam memproduksi glikogen sehingga dapat mencegah kelelahan akibat latihan yang intensif. Meningkatkan kontribusi asam lemak rantai sedang sebelum melakukan latihan intensif dapat meningkatkan energi yang dihasilkan. Walaupun protein fungsi utamanya bukan sebagai sumber energi tetapi berperan dalam membangun struktur dasar jaringan otot (Hapsari, 2011).
2.2.6 Status Gizi
8
untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh. Status gizi yang dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) memiliki hubungan yang negatif dengan kebugaran, yang berarti semakin tinggi IMT seseorang maka semakin rendah skor tes keburagan tubuhnya. Namun apabila dilakukan latihan yang intensif faktor status gizi dapat diabaikan (Hapsari, 2011). IMT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
IMT =
Berdasarkan National Institutes of Health, individu dengan IMT: - Kurang dari 18,5 dianggap kekurangan bobot badan - 18,5 hingga 24,9 dianggap memiliki bobot normal - 25 hingga 29,9 dianggap kelebihan bobot badan - 30 ke atas digolongkan sebagai gemuk
- 40 ke atas digolongkan sebagai sangat gemuk (Ansel dan Prince, 2004).
2.3 Bahan-bahan yang Dapat Meningkatkan Stamina
Ada beberapa komponen yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan, yang dapat meningkatkan stamina, antara lain alkaloid, flavonoid, ginsenosida, kafein, kreatin, karnitin, beta hidroksi-beta metil butirat (HMB), serta trigliserida rantai menengah (Sumarny dan Shandiutami, 2013; Fushiki, et al., 1994; Nurhayati, 2013; Hermayanti, 2013; Watson, 2003).
2.3.1 Kafein
9
(Central Nervous System=CNS) dan memfasilitasi percepatan produksi pada otot. Sebagai penstimulasi CNS, kafein khususnya mempengaruhi persepsi usaha, rasa kantuk, dan meningkatkan kewaspadaan. Penelitian di laboratorium menemukan bahwa kafein dengan konsentrasi 3 – 13 mg/kg massa tubuh digunakan satu jam sebelum atau selama latihan dapat meningkatkan stamina atau daya tahan sehingga dapat meningkatkan kinerja waktu latihan (Larson and Meyer, 2007).
Pada umumnya kafein sebagai antagonisme reseptor adenosin. Adenosin adalah neurotransmiter yang bekerja mengaktifkan reseptor A1 sehingga
menghambat proses lipolisis. Karena senyawa kafein dan adenosin memiliki struktur yang hampir sama maka kafein memiliki potensi untuk menduduki reseptor adenosin sehingga lipolisis berlangsung. Apabila lipolisis berlangsung maka asam lemak bebas akan meningkat sehingga terjadi penundaan pemakaian glikogen sebagai sumber energi oleh karena itu dapat memperbaiki stamina dan menunda kelelahan. Kafein dinyatakan sebagai agen yang dapat meningkatkan kinerja daya tahan atau stamina namun kafein memiliki efek samping dapat meningkatkan denyut jantung, meningkatkan tremor atau agitasi psikomotorik yaitu suatu gangguan motorik dimana terjadi peningkatan aktivitas motorik diluar kesadaran (Watson, 2003).
2.3.2 Karnitin
10
yang harus bergantung dengan karnitin agar dapat menembus interna mitokondria untuk dapat dioksidasi. Karnitin diperoleh dari daging dan produk-produk olahan susu tetapi tidak ditemukan pada tumbuhan. Tubuh memproduksi karnitin dari asam amino lisin dan metionin yang disintesis di hati dan ginjal dalam jumlah kecil sehingga membutuhkan asupan dari luar sekitar 2 - 6 g/hari (Larson and Meyer, 2007; Murray, 2001).
2.3.3 Gingseng
11
tidak peka terhadap impuls yang disampaikan oleh otot bahwa telah terjadi kelelahan (Watson, 2003).
2.3.4 Temu Giring
Temu giring (Curcuma heyneana Val.) termasuk famili Zingiberaceae telah teruji secara in vitro pada hewan uji mencit dapat meningkatkan ketahanan tubuh atau stamina. Kandungan utama temu giring berupa flavonoid yaitu kurkumin. Tanaman yang mengandung flavonoid dapat menghambat ATP untuk berikatan pada kanal kalsium ATPase sehingga menghambat penyerapan kalsium untuk masuk ke dalam retikulum sarkoplasma yaitu cairan sel otot yang berfungsi tempat miofibril dan miofilamen berada. Miofibril merupakan serat otot untuk dapat berkontraksi atau relaksasi sedangkan miofilamen merupakan otot yang memendek apabila berkontrasi yang dipengaruhi protein aktin dan memanjang apabila relaksasi yang dipengaruhi oleh protein miosin. Adanya hambatan ini menyebabkan kadar kalsium di sitosol kemudian berikatan dengan troponin yang bekerja mengatur kontraksi otot pada otot jantung dan otot rangka, ikatan dengan troponin ini yang akan menyebabkan kontraksi otot sehingga tidak terjadi kelelahan (Susilo, et al., 2013).
2.3.5 Pronojiwo
12
isoflavon, yang berfungsi sebagai anti mikroba dan antivirus. Pada biji mengandung alkaloid berupa sitosin dan matrin yang memiliki khasiat meningkatkan stamina. Alkaloid secara fisiologis dapat melancarkan peredaran darah pada saraf pusat (serebral) atau sirkulasi darah tepi (perifer) sehingga dapat menimbulkan efek tonikum (meningkatkan stamina) (Nurhayati, 2013).
2.3.6 Kreatin
Kreatin paling banyak ditemukan pada otot kerangka pada tubuh terutama sebagai kreatin posfat. Kreatin merupakan bentuk penyimpanan penting dari energi. Banyak penelitian telah menemukan bahwa suplemen kreatin pemberian oral efektif untuk meningkatkan massa tubuh satu sampai dua kilogram dan kinerja selama intensitas tinggi, durasi pendek pada saat latihan seperti latihan kekuatan yang dilakukan berulang, bersepeda dalam intensitas tinggi atau lari berjarak, berenang, dan meningkatkan daya tahan. Asupan kreatin dalam makanan sekitar 2 gram per hari pada daging karena kreatin banyak terdapat pada jaringan otot, kreatin juga diproduksi oleh tubuh yang berasal dari asam amino glisin, metionin dan arginin (Larson and Meyer, 2007).
2.3.7 Beta-hidroksi-beta-metil butirat
13
kerusakan otot terutama pada saat latihan dan pada latihan intensitas yang tinggi (Larson and Meyer, 2007).
2.3.8 Trigliserida Rantai Menengah
Trigliserida rantai menengah (MCT) merupakan suatu lemak yang tersusun dari asam lemak yang didominasi oleh asam lemak rantai sedang C6 – C12. Karena molekul MCT kecil, MCT langsung dihidrolisis sempurna menjadi monoasilgliserol dan MCFA (medium chain fatty acid) melalui lipase pada mulut dan lipase pada lambung. Absorbsi MCFA langsung dikirim ke hati melalui vena porta dan dapat melewati membran mitokondria tanpa karnitin sehingga lebih
mudah diuraikan oleh β oksidasi dibandingkan LCT. MCFA dimetabolisme
menjadi energi (stamina) siap pakai. MCT menghasilkan 8 Kcal per gram. MCT dapat dijadikan sebagai minuman fungsional yaitu serangkaian minuman meliputi produk segar dan utuh maupun produk olahan, yang diperkaya dan ditingkatkan mutunya sehingga menguntungkan bagi kesehatan dan mengurangi risiko penyakit pada konsumen (Che Man and Manaf, 2006; Silalahi, 2006).
14
penurunan hormon di dalam tubuh serta penyakit yang berhubungan dengan ginjal dan kardiovaskular. Trigliserida rantai menengah tidak memiliki efek samping yang berarti. MCT dapat ditemukan pada minyak inti sawit dan minyak kelapa murni (Nosaka, et al., 2009; Budiawan, 2013).
2.4 Lemak
Lemak tersusun oleh trigliserida (triasilgliserol; TAG) berupa triester dari satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama ataupun berbeda, dengan reaksi kimia sebagai berikut:
H
R1-COOH HO-CH2 H – C – O – C – R1
R2- COOH + HO-CH H – C – O – C – R2 + 3H2O
R3-COOH HO-CH2 H – C ’– O – C – R3
H
Asam Lemak Gliserol Trigliserida Air
Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang yang mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi yang paling banyak adalah C-16 dan C-18. Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang rantai, ada tidaknya ikatan rangkap, dan isomer trans-cis (Silalahi dan Nurbaya, 2011).
15
lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA) (Silalahi dan Nurbaya, 2011).
Asam lemak berdasarkan panjang rantai karbon meliputi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids, SCFA) mengandung jumlah atom karbon C-4 sampai dengan C-8 asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids, MCFA) mengandung atom karbon C-10 sampai dengan C-12, asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids, LCFA) mengandung jumlah atom karbon C-14 atau lebih (Silalahi dan Nurbaya, 2011). Berdasarkan komposisi dari suatu lemak, lemak dibedakan menjadi MCT dan LCT. MCT terdapat pada minyak inti sawit dan minyak kelapa. Sedangkan LCT terdapat di dalam hampir semua minyak-minyak yang beredar di pasaran seperti minyak-minyak kelapa sawit. Kandungan asam lemak yang terdapat pada minyak kelapa murni dengan minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Kandungan Asam Lemak pada Minyak Kelapa Murni dengan Minyak
Kelapa Sawit per 100 gram
Kandungan Minyak Kelapa
Murni
Minyak Kelapa Sawit Medium chain fatty acids (MCFA)
Asam kaprilat (C-8) 8 gram 0
Asam kaprat (C-10) 10 gram 0
Asam laurat (C-12) 48 gram 0
Long chain fatty acids (LCFA)
Asam miristat (C-14) 17 gram 1,4 gram
Asam palmitat (C-16:1) 9 gram 40,1 gram
Asam stearat (C-18) 2 gram 5,5 gram
Asam oleat (C-18:1) 6 gram 42,7 gram
Asam linoleat (C-18:2) 2 gram 10,3 gram
16
Karakteristik kimia, fisika, dan biokimia (metabolisme) dari suatu lemak ditentukan oleh komposisi asam lemak dan juga oleh posisi stereospesifik numering (sn-1, sn-2 dan sn-3) asam lemak (triasilgliserol) (Silalahi dan Nurbaya, 2011). Metabolisme MCT dan LCT dalam bentuk asam lemaknya dapat dilihat pada Gambar 2.4 (Sumber: Silalahi dan Nurbaya, 2011).
Gambar 2.4. Perbedaan Metabolisme MCT dan LCT
Proses metabolisme MCT dan LCT pada Gambar 2.4 menunjukkan bahwa MCT di dalam mulut dan lambung akan dihidrolisis oleh lingual lipase dan gastrik lipase menjadi MCFA, DAG, MAG. Lingual lipase dan gastrik lipase spesifik untuk menghidrolisis lemak rantai pendek dan lemak rantai sedang. MCFA, DAG, MAG masuk ke dalam usus halus untuk melanjutkan hidrolisis. MCFA, DAG, MAG akan lebih mudah berinteraksi dengan media air dalam darah sehingga
Lingual lipase air liur
Gastrik lipase
MCFA, LCFA, 2-MAG Pankreatik lipase MCFA, MAG,
DAG, SCFA
Hati
Jantung
MCFA (≤C12)
Lambung TAG
Usus halus Jaringan
Lapisan mukosa usus
MCFA (≤C12)
Sistem limpatik
Mulut
MCFA, MAG, DAG MCFA
17
dapat langsung diserap melalaui vena porta menuju hati untuk dioksidasi menjadi energi (Silalahi dan Nurbaya, 2011).
Lingual lipase dan gastrik lipase tidak spesifik untuk LCT maka LCT sampai lumen usus halus diemulsifikasikan oleh pankreas lipase menjadi asam lemak bebas (free fatty acid, FFA). FFA di dalam mukosa usus halus diubah kembali menjadi trigliserida. Trigliserida untuk meningkatkan kelarutannya di dalam tubuh maka berikatan dengan protein sehingga disebut dengan cylomicron (lipoprotein). Cylomicron melalui saluran getah bening masuk ke dalam aliran darah. Di dalam aliran darah lemak atau trigliserida dapat melekat di dinding-dinding pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan risiko arterosklerosis. Setelah melalui sirkulasi darah menuju hati untuk dioksidasi. Hasil oksidasi berupa energi, kolesterol dan sisa lemak yang disimpan dalam jaringan lemak. Penimbunan terus-menerus dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas sehingga beresiko tinggi terkena hipertensi, penyempitan pembuluh darah, serangan jantung, stroke, diabetes dan kanker (Sutarmi dan Rozaline, 2005).
2.4.1 Minyak Kelapa Murni
18
kelapa murni merupakan minyak yang berasal dari kelapa segar tanpa proses pemanasan atau dengan pemanasan tidak lebih dari 60°C. Komposisi asam lemak VCO dan minyak kelapa tidak jauh berbeda. Akan tetapi, VCO karena dibuat tanpa pemanasan, masih mengandung antioksidan alami tidak dengan minyak kelapa biasa. Maka minyak kelapa biasa digunakan untuk menggoreng, sedangkan VCO biasanya langsung diminum sebagai makanan fungsional/makanan kesehatan (Gani dan Harlinawati, 2005; Sutarmi dan Rozaline, 2005).
VCO tidak berwarna (bening), tidak berasa, mempunyai aroma harum yang khas, titik cair 20 – 25°C, titik didih 225°C, tidak larut di dalam air tetapi larut dalam alkohol (1:1) serta komponennya terdiri dari asam lemak rantai menengah. Asam lemak rantai pendek dan rantai menengah merupakan sumber energi cepat bagi tubuh. Oleh sebab itu, apabila mengonsumsi minyak kelapa tubuh akan senantiasa enerjik, karena kebutuhan energi di dalam sel-sel tubuh tersuplai dengan cepat. Untuk suatu diet sehat, disarankan agar mengonsumsi VCO sekitar 200 kalori sehari atau sekitar 24 gram sehari, jumlah ini setara dengan 3 sendok makan sehari, untuk memperoleh hasil yang optimal sebaiknya para atlet mengonsumsi minyak kelapa murni sebagai kebiasaan sehari-hari tidak hanya digunakan sebelum atau selama pertandingan (Darmoyuwono, 2006; Gani dan Harlinawati, 2005).
2.4.2 Minyak Kelapa Sawit
19
karotenoida (terutaman β karotena). Minyak kelapa sawit memiliki titik cair 31 – 41°C dan titik didih 308 – 360°C (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Asam lemak tidak jenuh apabila kontak dengan udara pada suhu cukup tinggi akan cepat teroksidasi, akibatnya akan mudah berbau tengik. Selain itu, apabila dipanaskan akan mengalami penggumpalan sehingga menjadi kental. Hal ini disebabkan posisi atom H berubah dari posisi cis menjadi trans (berseberangan). Kondisi minyak dalam posisi trans kurang baik dipakai sebagai minyak goreng karena akan memicu penyakit hipertensi, kanker, kolesterol, gangguan pembuluh darah, jantung, dan stroke (Sutarmi dan Rozaline, 2005).
2.5 Efek Peningkatan Stamina dari Berbagai Bahan
Untuk mengetahui efek peningkatan stamina pada hewan uji digunakan beberapa metode ataupun alat pendukung seperti metode ketahanan berenang (natatory exhaustion), alat treadmill, dan alat rotarod (Matsumoto, et al., 1996; Sumarny dan Shandiutami, 2013; Hermayanti, 2013).
20
yang terengah-engah. Ini berlangsung tidak lebih dari 7 detik (Matsumoto, et al., 1996).
Alat treadmill biasa digunakan untuk mengevaluasi kapasitas kerja atau stamina dari hewan uji rodensia (pengerat) seperti tikus dan hamster. Alat ini bekerja kurang efektif untuk rodensia yang lebih kecil seperti mencit. Alat treadmill tidak digunakan untuk mencit karena treadmill terlalu besar untuk ukuran mencit, untuk menghindari sengatan listrik, luka pada ekor mencit, frekuensi kecelakaan meningkat jika kecepatan lari ditingkatkan (Matsumoto, et al., 1996).
21
perbandingan hasil setelah pemberian bahan uji dengan hasil kontrol negatif yang dapat dilihat pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Efek Peningkatan Stamina dari Berbagai Bahan
Bahan Uji Metode Dosis Peningkatan Stamina
Sumber
MCT (kronik)
Natatory exhaustion
80 g/ kg bb 36,16 menit Fushiki, et al., 1994
MCT + LCT Natatory exhaustion
80 g/ kg bb + 20 g/kg bb
51,36 menit Fushiki, et al., 1994
Biji Pronojiwo
Natatory exhaustion
0,52 mg/20 g bb
9,52 menit Nurhayati, 2013
Lada hitam Rotarod 0,32 mg/20 g bb
24,9 menit Sumarny dan
Sandhiutami, 2013 Gingseng Natatory
exhaustion
1,56 mg/20 g bb