• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1001841 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1001841 Chapter3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan

oleh penulis dalam melakukan pengkajian permasalahan mengenai persepsi masyarakat

Tionghoa terhadap program keluarga berencana di kawasan Pecinan Kota Bandung

tahun 1970-1998. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode historis. Metode

historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan

masa lampau (Gottschalk, 1975, hlm. 32). Metodologi sejarah merupakan suatu

keseluruhan metode-metode, prosedur, konsep kerja, aturan-aturan dan teknik yang

sistematis yang digunakan oleh para penulis sejarah atau sejarawan dalam

mengungkapkan peristiwa sejarah.

Pada Metodologi Penelitian Sejarah ini terdapat langkah-langkah,di mana

langkah – langkah tersebut menurut Ismaun (2005, hlm. 48-50) adalah sebagai berikut:

1. Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berhubungan

dengan penelitian ini. Pada tahapan ini, penulis melakukan pencarian

sumber-sumber sejarah baik yang berupa buku, dokumen, maupun atrikel. Realisasi dari

tahap ini, penulis mengunjungi beberapa perpustakaan dan sumber lisan yang

dianggap mempunyai sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang

akan dikaji.

2. Kritik atau analisis, yaitu menganalisis secara kritis sumber-sumber yang telah

diperoleh dengan menyelidiki serta menilai apakah sumber-sumber yang telah

terkumpul sesuai dengan masalah penelitian baik isi maupun bentuknya. Semua

sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh

fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut

asli atau tiruan dan relevan atau tidak dengan permasalahan yang penulis kaji,

sehingga dapat diperoleh fakta sejarah yang otentik.

3. Interpretasi, yaitu untuk menafsirkan keterangan-keterangan sumber secara

logis dan rasional. Penafsiran atau interpretasi tidak lain dari pencarian

(2)

penafsiran ini dilakukan dengan cara mengolah beberapa fakta yang telah

dikritisi dan merujuk kepada beberapa referensi. Dengan menggunakan

pemahaman tersebut, maka penulis dapat terbantu dalam menjelaskan atau

menginterpretasikan fakta sehingga menjadi suatu rangkaian yang utuh. Setelah

melalui proses yang selektif maka fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran

sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini.

4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian

yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Tahapan ini

merupakan tahapan terakhir dari metode penelitian sejarah. Setelah

sumber-sember ditemukan, dianalisis, ditafsirkan, kemudian dituangkan dalam bentuk

tulisan yang ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di

Universitas Pendidikan Indonesia.

Teknik-teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini,

adalah sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan. Sebagai langkah awal penulis mengumpulkan

sumber-sumber yang sesuai dengan fokus kajian penelitian yang diperoleh dari berbagai

sumber atau literatur. Setelah itu penulis menganalisis setiap sumber yang

diperoleh dengan membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber

yang lain, sehingga diperolehlah data-data yang penulis anggap otentik,

kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam bentuk karangan naratif

yaitu skripsi.

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan interview

secara langsung. Teknik wawancara ini erat hubungannya dengan penggunaan

sejarah lisan.

Metode historis ini digunakan dalam penyusunan skripsi ini didukung oleh

penggunaan disiplin ilmu lain atau menggunakan pendekatan interdisipliner.

Pendekatan ini ditandai dengan adanya hubungan yang saling metergantungakan antara ilmu sejarah dengan ilmu – ilmu sosial lainnya.

Dalam pedekatan interdisipliner ini penulis menggunakan konsep ilmu

psikologi dan komunikasi yang digunakan dalam menelaah aspek – aspek peresepsi

(3)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

menggunakan konsep ilmu sosiologi dalam menelaah aspek – aspek kehidupan

sosialnya, serta konsep ilmu antropologi dalam menelaah budaya yang hidup dalam

masyarakat etnis Tionghoa kemudian berpengaruh terhadap implementasi program

Keluarga Berencana di kawasan Pecinan Kota Bandung.

Setelah peneliti memaparkan mengenai karakteristik metode penelitian historis,

peneliti akan menguraikan mengenai pelaksanaan penelitian yang dibagi menjadi tiga

langkah. Langkah – langkah tersebut meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan

penelitian, dan laporan hasil penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan langkah awal dalam memulai jalannya penelitian.

Pengajuan tema dilakukan agar penelitian yang akan dilakukan dapat sesuai dengan

jurusan Pendidikan Sejarah. Terlebih dahulu penulis telah mengajukan tema mengenai

sejarah lokal dengan judul “Implementasi Program Keluarga Berencana Masa Orde

Baru (1969-1998) Ditinjau Menggunakan Perspektif Kultural Dan Struktural Pada

Masyarakat Tionghoa Di Kota Bandung” di dalam mata kuliah Seminar Karya Tulis

Ilmiah yang pada saat itu dibimbing oleh Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa. Penulis

mencoba agar judul dapat dilanjutkan sebagai judul skripsi namun dengan beberapa

perbaikan karena tahun penelitian dirasa terlalu lama untuk mengukurnya sehingga

penulis mencari data dan informasi yang lebih untuk penentuan jenjang waktu yang

dipilih, sampai penulis mendapatkan jenjang waktu yang relevan sehingga jenjang

waktu pada judul diganti dari tahun 1969- 1998 menjadi 1975-1992.

Penulis mengajukan tema mengenai sejarah lokal kepada Tim Pertimbangan

dan Penulisan Skripsi (TPPS) yang diketuai oleh Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa,

M.Si, dengan judul “Implementasi Program Keluarga Berencana Masa Orde Baru

(1975-1992) Ditinjau Menggunakan Perspektif Kultural Dan Struktural Pada Masyarakat Tionghoa Di Kota Bandung” yang sebelumnya meminta masukan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing akademik yaitu Bapak Dr. Nana Supriatna, M. Ed.

Setelah judul tersebut disetujui, maka peneliti mulai menyusun rancangan penelitian

(4)

Akan tetapi selama proses bimbingan bersama pembimbing I, yakni Drs. Suwirta, M.

Hum berlangsung, terdapat perbaikan yang komperhensif dari judul dan tahun

penelitian. Sehingga menjadi “Persepsi Masyarakat Tionghoa Terhadap Program Keluarga Berencana Di Kawasan Pecinan Kota Bandung Tahun 1970-1998”.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah melakukan studi literatur baik dari kepustakaan maupun wawancara

peneliti mulai menyusun rancangan penelitian yang dituangkan ke dalam bentuk

proposal skripsi. Proposal skripsi diserahkan kepada TPPS untuk ditinjau dan disetujui,

melalui surat keputusan TPPS No 01/TPPS/JPS/PEM/2014 seminar proposal skripsi

diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal 19 November 2014 serta terlampir nama

pembimbing I dan Pembimbing II.

Setelah proposal skripsi dipresentasikan, penulis mendapatkan kritikan dari

dosen pembimbing I dan pembimbing II baik dari teknis penulisan proposal yang masih

kurang sesuai dengan buku pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan

Indonesia 2014, masih ada tulisan yang kurang sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan, redaksi judul yang kurang fokus, jenjang waktu penelitian yang masih

kurang sesuai, rumusan masalah terlalu meluas dan kurang sesuai dengan tema dan

juga masukan untuk fokus masalah skripsi yang nanti akan diteliti. Perbaikan proposal

skripsi tersebut harus segera diperbaiki agar surat keputusan (SK) TPPS dapat segera

dikeluarkan dan penulisan skripsi dapat segera dikerjakan.

3.1.3 Mengurus Perijinan

Surat perijinan dari pihak universitas merupakan suatu hal yang sangat penting

untuk melakukan penelitian guna menjadi penelitian yang memiliki ijin resmi sehingga

membantu mempermudah dalam mencari sumber – sumber penelitian. Perijinan

tersebut dalam bentuk surat – surat baik surat pengantar maupun surat ijin oservasi.

Dalam mengurus surat perijinan penulis mengajukan surat penelitian dari pihak

universitas yang diwakili oleh Dekan FPIPS UPI. Surat – surat perijinan ini kemudian

penulis berikan kepada:

1. Kepala Badan Pusat Statistik Kota Bandung

(5)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

3. Kepala Dinas BKKBN Kota Bandung

4. Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung

5. Kepala Kecamatan Sumur Bandung

6. Kepala Kelurahan Braga

7. Kepala Dinas Arsip Daerah Kota Bandung

3.1.4 Proses Bimbingan

Penulis dibimbing oleh dua orang dosen yang terdiri dari Dosen Pembimbing I

yaitu Drs, Suwirta, M.Hum dan Dosen Pembimbing II yaitu Farida Sarimaya, S. Pd, M.

Si. Proses bimbingan dengan dosen pembimbing merupakan suatu proses yang sangat

penting guna berkonsultasi dan memberikan pengarahan serta masukan dalam

memcahkan permasalahan yang dihadapi peneliti dalam penulisan maupun penelitian.

Setiap hasil bimbingan dicatat dalam lembar frekuensi bimbingan. Pada proses

bimbingan pertama tanggal 18 November 2014 penulis mendapat masukan dari

pembimbing II yakni mengenai judul yang harus diperbaiki, latar belakang masalah,

dan rumusan masalah. Bimbingan kedua tanggal 27 November 2014 penulis mendapat

masukan dari pembimbing I untuk mengganti judul dari “Implementasi Program

Keluarga Berencana Masa Orde Baru (1975-1992) Ditinjau Menggunakan Perspektif

Kultural Dan Struktural Pada Masyarakat Tionghoa Di Kota Bandung” menjadi “Persepsi Masyarakat Tionghoa Terhadap Program Keluarga Berencana Di Kawasan Pecinan Kota Bandung Tahun 1970-1998”, untuk tahun pembimbing menyarankan disesuaikan dengan repelita pertama sehingga judul dalam skripsi penulis ganti sesuai

dengan masukan dari Pembimbing I, kemudian untuk rumusan masalah Pembimbing I

menyarankan untuk lebih dipertajam lagi, mengikuti masukan dari pembimbing II,

penulis menambahkan tambahan rumusan masalah supaya lebih fokus. Bimbingan

ketiga tanggal 1 Maret 2015 penulis mendapat masukan dari pembimbing II bahwa

dalam latar belakang penelitian harus dijelaskan mengenai pengertian persepsi.

Bimbingan keempat tanggal 5 Maret 2015 penulis mendapat masukan dari pembimbing

I rumusan masalah masih kurang tajam, harus segera diperbaiki lagi. Bimbingan kelima

tanggal 17 Maret 2015 penulis mendapat masukan dari pembimbing I bahwa sumber

rujukan harus jelas dan selalu dicantumkan. Bimbingan keenam tanggal 24 Maret 2015

penulis mendapat masukan dari pembimbing II mengenai kalimat efektif dan

(6)

masukan dari pembimbing I untuk lanjut ke bab selanjutnya dengan beberapa masukan

untuk bab selanjutnya mengenai konsep-konsep yang harus ditulis dan tidak perlu

menggunakan teori karena hanya mencari persepsi. Bimbingan ke delapan tanggal 16

April 2015 penulis mendapat masukan dari pembimbing I bahwa penulisan landasan

teori ditulis secara deskripsi, hanya konsep-konsep yang penting saja yang harus ditulis,

tinjauan pustaka perlu ditambah dan dilengkapi kekurangan-kekurangan dari

penelitian-penelitian terdahulu, kemudian untuk bab III perlu dicantumkan tanggal dan

lama waktu dalam pencarian sumber. Tanggal 5 Mei 2015 bimbingan bersama

pembimbing I dan disuruh melanjutkan ke bab IV. Tanggal 12 Mei 2015 bimbingan

bersama pembimbing I mengenai bab IV hasil masih harus diperbaiki penulisan sumber

tertulis. Kemudian tanggal 26 Mei 2015 bab IV dan V masih harus diperbaiki

penjabaran masalah masih dirasa kurang. Bimbingan tanggal 1 Juni 2015 bersama

pembimbing II mengenai bab IV perbaikan pada setiap poin sub bab diharuskan

mencantumkan hasil wawancara. Bimbingan tanggal 3 Juni 2015 bersama pembimbing

I perbaikan bab IV masih harus melakukan wawancara mengenai kehidupan sosial

masyarakatnya. Tanggal 5 Juni 2015 bimbingan bersama pembimbing I mengenai bab

IV. Kemudian tanggal 10 Juni 2015 bimbingan bersama pembimbing II tambahan

deskripsi pada bagian klinik dan optimalisasi fungsinya bagi masyarakat Pecinan Kota

Bandung. Tanggal 8 Juni 2015 bimbingan bersama pembimbing I mendapat

persetujuan untuk melakukan sidang. Tanggal 24 Juni 2015 bimbingan bersam

pembimbing II perbaikan dan penyempurnaan redaksi kalimat dari bab I sampai V.

kemudian tanggal 1 Juli 2015 mendapat acc untuk layak sidang.

3.1.5 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan penelitian penting untuk mendukung proses penelitian agar dapat

dijadikan bukti atas hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam persiapan

perlengkapan penelitian harus dipersiapkan secara maksimal agar mendapatkan hasil

yang baik, adapun perlengkapan yang diperlukan diantaranya:

1. Surat ijin penelitian dari Dekan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara merupakan urutan pertanyaan yang akan diajukan kepada

(7)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

3. Tape Recorder

Tape Recorder merupakan media yang dibutuhkan untuk merekam suara

percakapan narasumber pada saat pelaksanaan wawancara.

4. Kamera Foto

Kamera foto digunakan untuk mengambil gambar – gambar narasumber atau

wilayah Kawasan Pecinan di Kota Bandung. Dengan adanya foto diharapkan

akan memperjelas dan menguatkan keabsahan peneilitan yang dilakukan

sehingga menjadi bukti bagi peneliti bahwa peneliti telah melakukan

pengumpulan data.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada bagian pelaksanaan penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang utama

dalam melakukan penelitian yang dilakukan. Tahapan – tahapan penelitian yang

dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah heuristik, kritik, interpretasi dan

historiografi. Adapun penjelasan mengenai tahapan – tahapan tersebut akan diuraikan

dibawah ini.

3.2.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Heuristik merupakan kegiatan dalam mengumpulkan sumber – sumber yang

relevan dengan masalah yang akan diteliti. Menurut Ismaun (2005, hlm. 35) sumber

sejarah ialah bahan – bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi

tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Kegiatan heuristik ini yang

dimaksudkan untuk mencari dan menemukan sumber sejarah baik primer maupun

sekunder. Penulis melakukan pencarian sumber primer dan sekunder untuk

mendapatkan data. Agar lebih jelas penulis memaparkannya dibawah ini:

3.2.1.1Pengumpulan Sumber Tertulis

Pada tahap ini penulis berusaha mencari sumber – sumber tertulis yang

berkaitan dengan masalah penelitian seperti buku, artikel , dokumen maupun skripsi

atau penelitian terdahulu. Pada proses ini penulis mengujungi berbagai perpustakaan,

dalam pencarian sumber tertulis penulis mengunjungi Perpustakaan Universitas

(8)

Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNPAD di Jatinangor, dan

perpustakaan Daerah Kota Bandung.

Hampir dalam seminggu penulis satu sampai tiga kali selalu mengunjungi

perpustaakan UPI untuk mengerjakan skripsinya disana. Tanggal 1 November 2014

penulis pergi mengunjungi perpustakaan UPI selama 4 jam penulis menghabiskan

waktu disana. Penulis menemukan buku – buku yang berkaitan dengan penerapan dan

implementasi Program KB di Daerah Pedesaan, kemudian buku Masyarakat dan

Kebudayaan Cina Indonesia. Tanggal 11 Februari 2015 penulis menghabiskan

waktunya disana selama 5 jam untuk revisi penelitiannya, dan menemukan buku

Kependudukan di Indonesia dan Berbagai Aspeknya, kemudian buku Psikologi

Persepsi. Tanggal 5 Maret 2015 yang penulis menghabiskan waktunya disana selama 4

jam untuk revisi, kemudian menemukan buku Pemikiran Politik etnis Tionghoa Di

Indonesia 1900-2002, buku Pengantar Psikologi Umum, buku Kebudayaan Orang

Tionghoa Di Indonesia, dan jurnal – jurnal yang berhubungan dengan penelitian.

Perpustakaan lain yang dikunjungi oleh penulis ialah perpustakaan UNPAD

yang terletak di Dipati Ukur. Tanggal 1 Januari 2015 penulis menghabiskan waktunya

selama 4 jam di perpustakaan UNPAD untuk mencari sumber-sumber yang berkaitan

dan mendapatkan beberapa buku seperti Tionghoa Dalam Pusaran Politik yang ditulis

oleh Beni G. Setiono, buku Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, buku

Pengantar Masalah Penduduk, dan Psikologi Sosial. Tanggal 14 Januari 2015 penulis

menghabiskan waktu diperpustakaan UNPAD selama 3 jam dan menemukuan buku

Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, buku Negara Dan etnis Tionghoa;

Kasus Indonesia, buku etnis Tionghoa Dan Pembangunan Bangsa, dan jurnal Jejak

Komunitas Tionghoa dan Perkembangan Kota Bandung ditulis oleh Sugiri Kustedja.

Perpustakaan lain yang dikunjungi oleh penulis ialah perpustakaan FISIP

UNPAD Jatinangor. Di perpustakaan UNPAD Jatinangor 30 Januari 2015 penulis

ditemani sahabatnya yang menjadi mahasiswa UNPAD menghabiskan waktunya disana

selama 4 jam mendapatkan buku yang ditulis oleh Departemen Republik Indonesia

dengan judul Memantapkan Program Keluarga Berencana Pedesaan Sebagai Landasan

Pelaksanaan Repelita III, buku Sosiologi Pembangungan Pasaribu, buku I.L. &

Simanjuntak, dan buku Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas Di

(9)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

waktu selama 2 jam, kemudian menemukan buku Analisis Presepsi, buku Prilaku

Konsumsi dan buku Preferensi Terhadap Pandangan Tradisional.

Penulis juga mengunjungi perpustakaan daerah Kota Bandung. Tanggal 11

Maret 2015 penulis menghabiskan waktunya disana selama 3 jam. Di perpustakaan

daerah Kota Bandung tersebut penulis menemukan journal yang ditulis oleh Punto

Nugroho yang berjudul Kembali ke Semarak KB Mengapa Tidak?, buku Materi KIE

UPPKA-KB yang ditulis oleh BKKBN, buku Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Fertilitas Di Sumatera Utara, dan buku Pusat Pendidikan dan Latihan

Tenaga Kesehatan. Tanggal 20 April 2015 penulis bermaksud mencari sumber lagi

keperpustakaan daerah Kota Bandung, dan menemukan Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kontasepsi, buku Aneka Cara KB, buku Manajemen Kebidanan, dan buku

Masalah kependudukan Dan Pelaksanaan Keluarga Berencana Di Indonesia.

Selain mendapatkan sumber dari perpustakaan – perpustakaan penulis juga

mengunjungi beberapa instansi – instansi pemerintah yang terkait dengan bahasan,

seperti Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat, penulis tanggal 1 November 2015 pergi

mengunjungi Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat untuk kemudian meminta

rekomendasi ke BKKBN Daerah Kota Bandung, disana penulis menghabiskan waktu

selama 2 jam berbincang menanyakan data awal, kemudian keesokan harinya tanggal 2

November 2015 pergi ke BKKBN Daerah Kota Bandung untuk kemudian menanyakan

data awal dan meminta kontak person Unit Tenaga Pelaksana (UTP) untuk mencari

responden yang sesuai. Tanggal 4 November 2014, penulis pergi mengunjungi Badan

Pusat Statistik Kota Bandung guna menemukan data awal untuk menunjang

penelitiannya. Disana 30 menit penulis menghabiskan waktunya untuk mencari data

komposisi penduduk Kota bandung dilihat per etnisnya. Kemudian tanggal 29 Januari

2015 penulis dengan ditemani rekan seperjuangannya yang sama sedang menempuh

skripsi mengunjungi Dinas Arsip Daerah Kota Bandung, disana penulis menghabiskan

waktunya sekitar 2 jam untuk menemukan data mengenai kebijakan program Keluarga

Berencana. Tanggal 21 April 2015 penulis mengunjungi Kantor Badan Kesatuan

Bangsa Dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, disana penulis menghabiskan 1

jam untuk membuat surat pengantar agar bisa melakukan penelitian di Kelurahan

Braga. Tanggal 22 April 2015 penulis mengunjungi Kantor Kelurahan Braga, Bandung.

(10)

disambut baik oleh pihak Kelurahan dan penulis dengan bebas dapat meminta data

yang penulis butuhkan dari Kelurahan. Setelah menghabiskan sekitar 2 jam

berbincang-bincang dengan pihak Kelurahan, penulis diberikan beberapa nama dan alamat RW

yang ada di Kelurahan Braga. Setelah itu penulis mendatangi nama-nama yang

diberikan tadi satu-persatu. Penulis juga mengunjungi toko dan pameran buku seperti

Gramedia dan pergi ke Palasari mengingat setelah beberapa kali bimbingan, penulis

disarankan beberapa buku untuk dicari oleh Pembimbing sebagai sumber rujukan

lainnya.

3.2.1.2Pengumpulan Sumber Lisan

Pengumpulan sumber lisan merupakan pengumpulan informasi yang didapatkan

dari narasumber atau orang guna penulisan skripsi ini. Proses pencarian narasumber

yang dilakukan peneliti ialah dengan mendatangi Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat.

Tanggal 1 November 2014 penulis mengunjungi Dinas BKKBN Provinsi Jawa Barat,

kemuadian selama 2 jam berbincang dengan petugas disana seputas program keluarga

berencana, dan adakah keterlibatan etnis Tionghoa di dalamnya. Selain melakukan

pencarian informasi, penulis dibuatkan surat rekomendasi atau disposisi ke BKKBN

daerah Kota Bandung. Tanggal 1 Januari 2015 saya mencoba menemui responden,

yang saya dapatkan dari Ibu Rindang Ekawati yakni Bapak Iih Suryana. Beliau

kelahiran Bandung 13 Maret 1955. Beliau adalah Unit Pelaksana KB-PLKB tahun

1990 di Kecamatan Sumur Bandung. Saya mewawancarai beliau sekitar 2 Jam. Beliau

adalah orang yang membawahi PLKB-PLKB di Kecamatan Sumur Bandung yang giat

mensosialisasikan program KB di tahun 1990. Beliau saya wawancarai dari segi peran

beliau sebagai responden yang paham kondisi pelaksanaan program KB pada masa

Orde Baru.

Pada tanggal 22 April 2015, penulis mewawancarai Bapak Ali Jambas ketua

R.W. 01 Kelurahan Braga di tahun 1986. Beliau lahir di Bandung tanggal 23 April

1951. Alamat di Gang Iyas No. 24. Pensiunan pegawai Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Barat. Beliau adalah tokoh masyarakat disana yang memang lahir dan tinggal

disana hingga sekarang. Penulis hampir 2 jam mewawancarai dan bertukar pendapat

(11)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

Kemudian tanggal 04 Juni 2015, penulis mewawancarai Ibu Marga E. wanita

Tionghoa peranakan kelahiram Bandung 13 Maret 1960. Ia adalah seorang ibu rumah

tangga yang tinggal di Kelurahan Braga. Beliau adalah perempuan Tionghoa yang

menggunakan KB Mandiri di tahun 1995 dan memiliki dua orang anak. Saya

mewawancarai beliau di rumahnya selama 2 jam. Saya mewawancarai belau selain

ingin tau persepsi dari wanita Tionghoa sendiri mengenai KB, juga menanyakan

mengenai buadaya-budaya Tionghoa yang masih ada di lingkungan etnis Tionghoa di

Kelurahan Braga.

Pada tanggal 15 September 2015, penulis mewawancarai Ibu Inggrit Suherman

yang merupakan wanita Tionghoa peranakan kelahiran Bandung 26 Juli 1943. Penulis

mewawancarai beliau hampir 2 jam lamanya. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga

yang turut bekerja membantu suaminya berjualan di toko. Beliau tidak menggunakan

KB, dari pengakuan beliau alasan dirinya tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah

karena sudah merasa cukup efektif dengan menggunakan tata cara tradisional yakni

sistem kalender dalam tata cara menjarangkan kehamilan. Beliau menegaskan dirinya

tidak mengikuti KB tetapi terbukti hanya memiliki dua anak.

Pada tanggal 28 September 2015, penulis mewawancarai Ibu Susilawati yang

merupakan wanita Tionghoa peranakan kelahiran Bandung 15 Oktober 1950. Penulis

mewawancarai beliau selama 2 jam lamanya. Beliau adalah ibu rumah tangga dengan

empat orang anak yang tinggal di lingkungan Kelurahan Braga. Beliau tidak

menggunakan alat kontrasepsi, tetapi cara KB praktis seperti sistem kalender menjadi

pilihannya tanpa harus mengambil resiko-resiko kesalahan dalam tata cara penggunaan

alat kontrasepsi.

Pada saat pengumpulan sumber lisan, penulis menggunakan teknik wawancara

dengan mendatangi satu persatu narasumber karena narasumber memiliki kesibukan

masing – masing. Wawancara dilakukan ke dalam dua jenis yaitu wawancara yang

berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Menurut Kuntowijoyo (1994, hlm. 38)

wawancara berstruktur yaitu suatu tanya jawab yang semua pertanyaan telah

dirumuskan sebelumnya dnegan cermat atau biasanya secara tertulis. Sedangkan

wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan

sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dnegan susunan kata – kata dan tidak

(12)

Sebelum melakukan teknik wawancara, penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam sebuah daftar pertanyaan. Pertanyan – pertanyaan yang diajukan telah diatur dan diarahkan sehingga narasumber tidak kebingungan

dalam menjawab pertanyaan. Apabila pertanyaan kurang jelas maka penulis

mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat didalam daftar pertanyaan.

Teknik wawancara ini berguna bagi penulis dalam mencari data dari para

penduduk sekitar Pecinan Kota Bandung, terutama para narasumber yang sudah

memiliki usia, mengingat peristiwa yang peneliti kaji adalah peristiwa dimasa lampau

dan harus membuka kembali ingatan yang sudah lama tersimpan, sehingga dengan

peneliti sudah menyiapkan pertanyaan terlebih dahului peneliti akan lebih mudah

merangsangnya. Sebelum melakukan teknik wawancara penulis menentukan waktu dan

tempat untuk melakukan wawancara dengan beberapa narasumber.

3.2.2 Kritik Sumber

Setelah penulis mengumpulkan sumber atau yang disebut heuristik, penulis

melakukan tahapan kritik sumber baik sumber dari buku, tesis, jurnal, internet, maupun

sumber tertulis lainnya yang relevan dengan bahasan yang dikaji. Kritik sumber ini

dilakukan untuk memilih sumber – sumber informasi yang didapatkan sesuai atau tidak

dengan masalah penelitian baik isi maupun bentuknya. Semua sumber dipilih melalui

kritik eksternal dan internal sehingga didapatkan fakta – fakta yang sesuai dan dapat

diperoleh fakta sejarah yang otentik. Dalam kritik sumber ini terdapat kritik eksternal

dan kritik internal yang akan dijelaskan dibawah ini.

Kritik eksternal merupakan kritik yang dilakukan oleh penulis untuk menilai

keaslian sumber dari bagian luar. Menurut Sjamsuddin (2007, hlm. 134) kritik eksternal

harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian benar-benar diberikan oleh

orang yang bersangkutan pada waktu itu (authenticity), telah bertahan tanpa ada

perubahan (uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau

penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity).

Kritik eksternal ini sangatlah dibutuhkan dalam metode sejarah sperti dalam

penulisan karya ilmiah ini agar kredibilitasnya dapat dipertanggung jawabkan. Hal itu

(13)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

luarnya sebelum kepada isi seperti dokumen statistik atau dokumen data wilayah dan

sebagainya.

Kritik internal berbeda dengan kritik eksternal, di mana kritik internal ini

memiliki tujuan untuk menilai keabsahan isi dari sumber - sumber yang telah

dikumpulkan oleh penulis didalam tahapan heuristik sehingga mendapatkan isi sumber

yang relevan dengan penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut

Sjamsuddin (2007, hlm. 143) kritik internal menekankan aspek “dalam”, yaitu isi dari

sumber kesaksian (testimoni).

Didalam kritik internal ini penulis membaca dokumen – dokumen yang telah

didapatkan kemudian menganalisis isi dari dokumen tersebut kemudian

membandingkan isi dokumen satu dengan yang lain. Pada kritik internal ini penulis

membaca data yang didapat dari sumber buku, jurnal, serta wawancara kemudian

mencocokan dengan data yang telah didapatkan tersebut.

Seperti misalnya tahapan kritik sumber yang dilakukan oleh penulis terhadap

narasuber Bapak Iih Suryana kelahiran Bandung 13 Maret 1955. Beliau adalah petugas

PLKB pada tahun 1990 di Kecamatan Sumur Bandung. Kredibilitas dari kesaksian dan

informasi yang beliau berikan mengenai sistem kerja dari program keluarga berencana

pada saat itu dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi

kesaksian dan informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi

memberikan gambaran proses, prosedur, serta kebijakan program keluarga berencana

pada saat Orde Baru di Kecamatan Sumur Bandung, sesuai dengan pekerjaan dan

bidang yang dikuasai beliau.

Kemudian Bapak Ali Jambas kelahiran Bandung 23 April 1951. Beliau

merupakan ketua RW 01 Kelurahan Braga di tahun 1986. Beliau lahir dan besar disana,

sehingga kredibilitas dari kesaksian dan informasi yang beliau berikan mengenai

gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa di Kelurahan Braga dapat

dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi kesaksian dan

informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan

gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa terhadap program keluarga

berencana. Dimana beliau merupakan tokoh masyarakat disana, yang memahami

(14)

Selanjutnya dari etnis Tionghoa sendiri ada Ibu Inggrit Suherman kelahiran

Bandung 26 Juli 1943. Beliau merupakan wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di

Kelurahan Braga. Kredibilitas dan kesaksian beliau dapat dipertanggungjawabkan

karena beliau mengalami kesaksian sebagai wanita Tionghoa yang hidup di tahun

70-an. Kemudian Ibu Susilawati kelahiran Bandung 15 Oktober 1950. Wanita Tionghoa

peranakan yang tinggal di Kelurahan Braga, yang akan memberikan kesaksian sebagai

wanita Tionghoa yang hidup di tahun 80-an. Serta Ibu Marga kelahiran Bandung 13

Maret 1960. Wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di Kelurahan Braga, yang akan

memberikan kesaksian sebagai wanita Tionghoa yang hidup di tahun 90-an.

Untuk sumber buku yang digunakan penulis menggunakan buku dari Hidajat.

Buku tersebut diterbitkan tahun 1977 oleh penerbit Tarsito yang berjudul Masyarakat

dan Kebudayaan Cina Indonesia. Kredibilitas dari buku ini dapat

dipertanggungjawabkan, karena tahun diterbitkan buku ini yang sesuai dengan masa

dan waktu yang dibutuhkan oleh penelitian ini. Sedangkan keabsahan isi dari substansi

isi dan informasi yang buku ini berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan

gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa yang ada di Bandung secara mendetil, baik

dari sejarah, sikap hidup, kebudayaan mereka, hingga permasalahan-permasalahan

kehidupan mereka di Indonesia sebagai etnis pendatang.

3.2.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Interpretasi merupakan penafsiran terhadap sumber – sumber yang telah

melewati tahapan kritik internal dan eksternal sehingga tercipta penafsiran yang relevan

dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis. Menurut Gottschalk (1986, hlm. 23-24) “penafsiran sejarah itu mempunyai tiga aspek penting, yaitu analitis-kritis, historis-substantif, dan sosial-budaya”. Aspek analitis-kritis menganalisis struktur internal,

pola-pola hubungan antara fakta yang satu dengan fakta lainnya, dan gerak dinamika

dalam sejarah. Historis-substantif menyajikan suatu uraian dengan dukungan fakta

yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan yang terakhir aspek

sosial-budaya lebih memperhatikan menifestasi insani dalam interaksi dan hubungan

sosial-budaya.

Sedangkan menurut Kuntowijoyo dalam Abdurahman (2007, hlm. 73) bahwa

(15)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

‘analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan, keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi’.

Penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dalam melakukan interpretasi.

Pendekatan ini menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun, yaitu

ilmu-ilmu sosial. Penggunaan ilmu bantu ini dimaksudkan untuk mempertajam hasil

analisis. Dalam pendekatan interdisipliner ini penulis menggunakan ilmu bantu, berupa

ilmu sosiologi yang digunakan untuk menkaji kehidupan sosial, proses Identifikasi

masyarakat Tionghoa dan lain sebagainya dan ilmu bantu antropologi yang digunakan

untuk menkaji kebudayaan yang berpengaruh pada masyarakat Tiongoa, pendekatan

psikologi dan komunikasi memahami presepsi. Pendekatan tersebut guna membahas

secara mendalam dalam skripsi ini sehingga dapat diungkapkan secara mendalam

mengenai persepsi masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Pecinan Kota Bandung.

3.2.4 Historiografi

Tahapan terakhir di dalam metode sejarah adalah historiografi.Tahapan ini

merupakan langkah dalam penelitian sejarah yang di dalamnya memuat tulisan

sistematis yang mengungkapkan hasil penelitian di mana sebelumnya telah melewati

tahapan – tahapan metode penelitian sejarah sebelum historiografi. Seperti yang

diungkapkan oleh Ismaun, (2005, hlm. 28) Historiografi adalah “pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu” .

Pada langkah ini penulis akan menuangkan hasil penelitiannya ke dalam sebuah

tulisan yang disusun secara sistematis dan memperhatikan hal-hal yang dianggap perlu

sehingga penulisan karya tulis ilmiah akan teruji dengan baik sehingga dapat

mempertanggungjawabkan kredibilitasnya selain itu dalam penulisan penelitian sejarah

ini penulis tidak terlepas dari sistematika penulisan skripsi di Universitas Pendidikan

Indonesia tahun 2013. Seperti yang dinungkapkan oleh Sjamsuddin (2007, hlm. 156) mengatakan bahwa “historiografi adalah penulisan yang utuh berupa suatu sintesis hasil penelitian atau penemuan sejarah”. Bukan hanya keterampilan teknis penggunaan kutipan dan catatan, akan tetapi dengan penggunaan pikiran-pikiran kritis dan

analisisnya juga.

Dalam penulisan sejarahnya peneliti akan mengungkapkan isi penelitianya

(16)

Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, dalam

penyajian peristiwa sejarah terkait dengan Persepsi Masyarakat Tionghoa Terhadap

Program Keluarga Berencana Di Kawasan Pecinan Kota Bandung Tahun 1970-1998.

Selain itu penulis juga menuangkan tulisannya disesuaikan dengan bukti – bukti yang

ada yang didukung dengan landasan berfikir yang sesuai sehingga didapatkan penulisan

sejarah yang baik dan sesuai dengan kaidah keilmuan.

3.3 Laporan Penelitian

Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UPI, maka

sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Bab I Pendahuluan

Pada bab ini, penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai

latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dan

penulisan mengenai “Persepsi masyarakat Tionghoa terhadap program Keluarga

Berencana di kawasan Pecinan Kota Bandung tahun 1970-1998”, rumusan masalah

yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di

lapangan, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan

permasalahan utama, tujuan penelitian dari penelitian yang dilakukan, metode dan

struktur organisasi skripsi.

3.3.2 Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab tinjauan pustaka ini berisi tentang kajian pustaka yang digunakan

dalam melakukan penelitian ini dan sebagai acuan untuk berfikir dalam menganalisa

permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis menggunakan beberapa literatur,

yakni berupa sumber - sumber yang berhubungan dengan penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Tionghoa Terhadap Program Keluarga Berencana Di Kawasan Pecinan Kota Bandung Tahun 1970-1998”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari kajian tinjauan pustaka, yang didasarkan dari beberapa sumber sejarah dan dari

disiplin ilmu sosial, diantaranya yaitu psikologi, komunikasi, sosiologi, dan

antropologi. Penulis akan mengkaji beberapa hal yakni, konsep persepsi, konsep

program keluarga berencana, Ketiga konsep susunan keluarga dan aspek-aspek

(17)

Moch Wildan Ramadhan, 2015

dengan penelitian skripsi ini. Penggunaan tinjauan pustaka ini diperlukan agar

penulisan dalam skripsi ini tidak hanya bersifat naratif, melainkan berdasarkan analisis

yang akan memperjelas suatu peristiwa historis untuk peningkatan mutu historiografi.

3.3.3 Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai kegiatan-kegiatan dan cara-cara yang

dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang digunakan adalah metode penelitian

sejarah. Langkah-langkah penelitiannya meliputi heuristik atau proses pengumpulan

sumber, kritik terhadap sumber yang telah dikumpulkan, interpretasi sumber, hingga ke

tahap penulisan atau historiografi. Setiap langkah-langkah tersebut nantinya akan

dijelaskan lebih rinci lagi. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik

yang digunakan adalah studi literatur.

3.3.4 Bab IV Pembahasan

Bab ini merupakan pembahasan dari penelitian sebagai jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan dan pembatasan masalah. Di dalam

Bab ini penulis akan memaparkan dan menganalisis bagaimana persepsi masyarakat

Tionghoa terhadap program keluarga berencana di kawasan Pecinan Kota Bandung

tahun 1970-1998, di dalamnya akan mengungkapkan deskripsi umum daerah

penelitian, latar belakang sosial budaya daerah penelitian, persepsi masyarakat

Tionghoa terhadap program Keluarga Berencana di kawasan Pecinan Kota Bandung

1970-1998.

3.3.5 Bab IV Kesimpulan

Bab kesimpulan ini merupakan kesimpulan penulis mengenai pembahasan yang

telah dipaparkan dari keseluruhan bab yang menggambarkan persepsi masyarakat

Tionghoa terhadap program keluarga berencana di kawasan Pecinan Kota Bandung

tahun 1970-1998. Selain itu juga terdapat atribut lainnya dari mulai kata pengantar

hingga riwayat hidup penulis, semua itu dijadikan ke dalam laporan utuh yang

sebelumnya telah melewati tahapan koreksi dan konsultasi dari Pembimbing I dan

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pendidikan Kader dan Minat Berorganisasi terhadap Kepeminpinan Anggota di Perhimpunan Mahasiswa Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan utama pemakaian supercarjer adalah untuk menambah daya akibat perubahan ketinggian tempat operasi (kepadatan udara rendah), ataupun untuk meningkan daya yang dapat

Dengan mengusung tema / Kita Tingkatkan Akselerasi Bantul Bangkit dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat / beberapa waktu yang lalu / kabupaten bantul / memperingati

Sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan diatas, secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Cooperative

Dengan ini diumumkan bahwa berdasarkan Ketetapan Panitia Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. LANGGENG

PEJABAT PENGADAAN BARANG/ JASA BIDANG BINA M ARGA.. DINAS PEKERJAAN UM UM KABUPATEN KLATEN

Evaluasi Pembangunan Pasca Otonomi Daerah di Sulawesi Selatan, Kerjasama Bappeda Propinsi Sulsel dengan Lembaga Penelitian Unhas,

Dari hasil kajian penelitian dapat dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang memiliki pengaruh positif dan signifikan tinggi rendahnya terhadap motivasi karyawan Divisi SDM PTBA secara