• Tidak ada hasil yang ditemukan

J01105

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J01105"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Agros Vol.15 No.2 Juli 2013: 458-467 ISSN 1411-0172

A G R O S

J U R N A L I L M I A H I L M U P E R T A N I A N

(

SCIENTIFIC JOURNAL OF AGRICULTURAL SCIENCE

)

Vol. 15 No.2, Juli 2013

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JANABADRA

AGROS Vol. 15 No. 2 Hlm. 243-509 Yogyakarta, Juli 2013 ISSN 1411 – 0172

Keragaan Teknologi dan Tingkat Adopsi PTT Padi Gogo di Kabupaten

Merauke, Papua (Afrizal Malik) ………..

Korelasi Hasil Kedelai dan Biomasa Gulma dengan Waktu Penyiangan Tanpa Olah Lahan (Ahadiyat Yugi R. dan M. Soekotjo) ……….

Peran Komplek Organik-Kation-Lempung Dalam Pengelolaan hara Spesifik

Lokasi Padi Sawah (Andriko Noto Susanto) ………

Pertumbuhan dan Hasil Galur dan Varietas Kacang Tanah Lahan Kering Maluku Tengah (A. Arivin Rivaie) ...

Karakter Agronomi dan Heterosis baku Sepuluh Genotipe Padi Hibrida Introduksi Daerah Sub-Tropis (Bambang Sutaryo) ...

Pengaruh Penggunaan Pupuk Guano Fosfat Terhadap Karakter Agronomi dan Kandungan Gizi Jamur Merang (Maria Theresia Darini) ………..

Profitabilitas Usaha Tani Nilam di Kabupaten Keerom Papua (Herman

Tangkelayuk) ……….

Kinerja Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan Dua Desa Kabupaten Garut-Jawa Barat (Ikin Sadikin) ...

Warna Jelly Drink Pepaya Pada Variasi Konsentrasi Ekstrak Somba dan Lama Penyimpanan (Isti Handayani dan Sujiman) ……….

Potensi dan Kendala Pengembangan padi di Kalimantan Barat (Juliana C. Kilmanun) ………...

243

254

260

285

291

300

307

342

356

(2)

Pengaruh Aplikasi Kombinasi Dekomposer Jerami Pada Padi Sawah (Karsidi Permadi, Wage Ratna Rohaeni, Bambang Sunandar) ...

Risiko Produksi Jagung Hibrida Pioneer di Lahan Pasir Pantai (Retno

Lantarsih) ………..

Perlakuan Awal Pada Bahan Dasar Pengolahan Produk Lidah Buaya (Rosanna Christiningsih dan M.Th. Darini) ...…

Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Buncis Terhadap Pemberian Tiga Jenis Mulsa (Rosi Widarawati dan Utomo) …………...

Produksi Basah Rumput Irian Sebagai Pakan Ternak Dengan Menggunakan Pupuk Kandang (Selvia Tharukliling) …...

Uji Adaptasi Jagung Komposit dan Hibrida Lahan Kering Kabupaten Seram Bagian Barat (Sheny Sandra Kaihatu dan Rein E Senewe) ...…

Peranan KUD Tani Binangun Dalam Menyalurkan Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Banguntapan Bantul (Sipri Paramita dan Sugiyono) ...

Pengaruh Jerami dan Sistem Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Padi Sawah Irigasi (Sri Karyaningsih) ...

Analisis Ekonomi Dampak Erupsi Merapi Pada Usaha Peternakan Ayam Petelur: Studi Kasus pada Dumpuh Farm (Sudarisman) ...

Reposisi Budaya Agraris Untuk Penguatan Jati Diri Bangsa (Sulistiya) ….

Potensi Pencemaran Lingkungan Sistem Usaha Tani Padi (Tinjung Mary Prihtanti, Suhatmini Hardyastuti Slamet Hartono, Irham) ...

Keragaan Beberapa Varietas Ubi Jalar di Lahan Sawah (Tri Hastini dan Karsidi Permadi) ...

Stabilitas Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Jawa Barat (Hasmi Bandjar, Nana Supriatna, dan Wage Ratna Rohaeni) ...

Pengaruh Kadar Air Awal Terhadap Pertumbuhan Jamur dan Kontaminasi Aflatoksin Penyimpanan Jagung (Yunianta, Khusnan, Ali Agus, Nuryono, Zuprizal) ………...

Estimasi Pertumbuhan, Hasil, dan Kandungan Nutrisi Umbi gadung Pada Berbagai Umur Panen (Zamroni) ...

Respon Tiga Strain Ayam Pedaging Komersial Terhadap Aflatoksin B1 (Yunianta, Ali Agus, Nuryono, dan Zuprizal) ...

375

382

397

404

410

417

427

433

445

450

458

468

475

483

493

(3)

Potensi Pencemaran (Tinjung Mary Prihtanti, Suhatmini Hardyastuti Slamet Hartono, Irham) 460

A G R O S

J U R N A L I L M I A H I L M U P E R T A N I A N

(

SCIENTIFIC JOURNAL OF AGRICULTURAL SCIENCE

)

Pelindung/Penasehat:

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Janabadra

Sidang Penelaah:

Sri Widodo (UGM)

T. Adisarwanto (Balitkabi)

Edhi Martono (UGM)

Sarlan Abdulrachman (Balitpa)

Sigit Supadmo Arif (PSPK)

Nur Basuki (Unibraw)

Mochamad Maksum (PSPK)

Achmadi Priyatmojo (UGM)

Sidang Penyunting:

Sulistiya (Ketua)

Cungki Kusdarjito

Retno Lantarsih

Penerbit:

Fakultas Pertanian Universitas Janabadra

Jln. Tentara Rakyat Mataram No. 55-57 Yogyakarta 55231, Indonesia

Tel.(0274) 561039 psw. 117, Fax. (0274) 517251

E-mail: agrosujb@yahoo.com.sg

Website: www.jurnalagros.webs.com

AGROS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian (

Scientific Journal of Agricultural Science

)

(ISSN 1411

0172) terbit pertama kali tahun 1999, terbit dua nomor dalam satu tahun

(4)

POTENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN SISTEM USAHA TANI PADI

ENVIRONMENTAL POLLUTION POTENTIAL OF PADDY FARMING SYSTEM Tinjung Mary Prihtanti1, Suhatmini Hardyastuti2, Slamet Hartono2, Irham2

1)

Program Studi Agribisnis F akultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

2)

Pasca Sarjana Ilmu Pertanian Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Rice farming systems are considered to have contributed to environmental contamination. Farming systems of rice cultivation affects pollution levels of N. Nitrogen fertilizer application that commonly used in rice cultivation became the main source of N pollution, such as pollution of the atmosphere, aquatic systems, and groundwater. The study was conducted at Pereng, Mojogedang, Karanganyar and Sukorejo, Sambirejo, Sragen, consist of organic and conventional farming systems. The findings showed that the beha vior of chemical fertilizers use by rice farmers with conventional systems tend to be exaggerated. However, the higher the amount of fertilizer used may not necessarily will give high productivity. Nitrogen pollution of organic farming systems was lower than conventional systems. Based on farmers' perceptions, organic system capable to maintained the quality of soil fertility, biodiversity, and reduce the pollution at the surrounding fields.

Key-words: paddy, farming system, pollution

INTISARI

Sistem usaha tani padi sawah dianggap memiliki kontribusi terhadap pencemaran lingkungan. Sistem usaha tani yang diterapkan dalam budidaya padi mempengaruhi tingkat polusi N. Aplikasi Nitrogen dalam pupuk yang biasa digunakan dalam budidaya padi menjadi sumber utama polusi N, misalnya polusi atmosfer, sistem perairan, dan air tanah. Penelitian dilakukan di Desa Pereng, Mojogedang, Karanganyar dengan di Desa Sukorejo, Sambirejo, Sragen, meliputi petani padi sistem organik dan konvensional. Hasil kajian menunjukkan bahwa perilaku penggunaan pupuk kimia oleh petani padi dengan sistem konvensional cenderung berlebihan. Namun, semakin tinggi jumlah pupuk yang digunakan belum tentu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Polusi nitrogen yang dihasilkan sistem usaha tani organik lebih rendah daripada sistem konvensional. Berdasarkan persepsi petani pelaku proses produksi, sistem organik mampu memeliharan kualitas kesuburan tanah, memelihara keanekaragaman hayati di sekitar sawah, dan mengurangi pencemaran sekitar lahan.

Kata kunci: padi, sistem usaha tani, pencemaran

PENDAHULUAN

1

(5)

Agros Vol.15 No.2 Juli 2013: 458-467 ISSN 1411-0172

Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, Indonesia mempunyai modal dasar yang luar biasa untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Padi merupakan salah satu komoditi sasaran utama pengembangan pertanian organik. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi utama padi di Indonesia, berkontribusi rata-rata 15 persen per tahun terhadap produksi padi nasional dan menjadi pelopor pengembangan pertanian padi organik Indonesia.

Kabupaten Karanganyar dan Sragen merupakan dua wilayah pelopor sistem budidaya padi organik di Indonesia, bahkan salah satu desa di dua kabupaten tersebut pernah mendapat sertifikasi lembaga sertifikasi organik (LSO) pada tahun 2011. Dalam satu tahun, petani padi di dua wilayah kabupaten tersebut menanam padi tiga kali setahun.

Kabupaten Karanganyar dan Sragen, masih diandalkan menjadi wilayah produsen utama beras Provinsi Jawa Tengah, sekaligus sebagai perintis pertanian padi organik. Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Pertanian organik dalam pengelolaannya tidak menggunakan pupuk dan pestisida terbuat dari bahan kimia, melainkan dengan menggunakan bahan organik. Usaha tani padi lahan sawah di dua wilayah kabupaten tersebut, dapat dikelompokkan secara sederhana menjadi empat kelompok sistem usaha tani, tampak pada Gambar 1.

Sistem usaha tani padi sawah dianggap memiliki sumbangan terhadap pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang muncul dari penerapan sistem usaha tani padi antara lain emisi gas rumah kaca (GRK)

INPUT OUTPUT

Gambar 1. Sistem Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar dan Sragen

dan polusi nitrogen. Pengolahan tanah, pengairan, dan pemupukan pada lahan sawah yang menyebabkan emisi GRK, serta polusi

(6)

biasa digunakan dalam budidaya padi menjadi sumber utama polusi N. Pupuk N yang diberikan pada tanaman padi, sebagian hilang melalui berbagai mekanisme, antara lain ammonia volatilization, denitrification, dan leaching. Kehilangan tersebut dapat menyebabkan masalah lingkungan misalnya polusi atmosfer, sistem perairan, dan air tanah (Choudhury & Kennedy 2005).

Sistem usaha tani ramah lingkungan mampu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Reijntjes et al. (1999) melaporkan beberapa hal negatif yang terjadi akibat penerapan HEIA (High External Input in Agriculture), antara lain efisiensi pupuk buatan terbukti rendah, yakni sekitar 40 hingga 50 persen Nitrogen hilang jika diberikan di lahan kering dan 60 hingga 70 persen hilang pada padi sawah. Pada kondisi kurang mendukung (curah hujan tinggi, musim kemarau panjang, erosi tinggi, kandungan bahan organik rendah), maka efisiensi akan rendah lagi; pupuk buatan bisa menggangu kehidupan dan keseimbangan tanah, aplikasi yang tidak seimbang dari pupuk mineral nitrogen menyebabkan pengasaman dan menurunkan pH tanah serta ketersediaan fosfor bagi tanaman; penggunaan pupuk buatan NPK yang terus menerus menyebabkan penipisan unsur hara mikro; sumber daya (khususnya fosfat) untuk produksi semakin tampak keterbatasannya, di tingkat usaha tani, hal ini berarti akan meningkatkan harga pupuk dan akan menyulitkan petani; meningkatkan risiko global melalui pelepasan Nitrogen Oksida pada atmosfir dan lapisan atasnya. Menurut Viet-Ngu & Aluddin (2009), neraca nitrogen yang diidentifikasi secara spasial dan temporal dapat digunakan untuk indikator keberkelanjutan suatu sistem pertanian karena nilai dari input-output tersebut dapat mengindikasikan kelebihan atau kekurangan nitrogen yang mengarah kepada efisiensi pengelolaan dan konservasi lingkungan.

Penanaman padi sistem organik mulai gencar dilakukan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Kajian ini bertujuan menggali potensi pencemaran dalam bentuk surplus nitrogen, yang bersumber dari penggunaan pupuk oleh petani. Tujuan selanjutnya adalah mengkaji adakah pengaruh surplus nitrogen dari penggunaan pupuk tersebut terhadap produktivitas.

METODE PENELITIAN

Kajian ini mengambil kasus usaha tani padi lahan sawah sistem organik dan konvensional di Desa Pereng, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar dan Desa Sukorejo, Sambirejo, Kabupaten Sragen. Dalam pemilihan sampel penelitian, seluruh petani padi sistem organik di dua wilayah kabupaten tersebut dipilih menjadi responden (sampel jenuh atau sensus) sejumlah 37 petani organik, sedangkan pengambilan sampel responden sistem non organik berdasarkan kuota mengacu metode Gay & Diehl (1992), bahwa penelitian deskriptif korelasional dan penelitian perbandingan kausal paling sedikit 30 elemen per kelompok maka ditentukan jumlah responden sistem non organik sejumlah 40 orang per kabupaten, diambil secara acak dari kecamatan yang sama dengan dipilihnya responden sistem organik. Kriteria petani organik: (a) tidak menggunakan pupuk pabrikan, (b) tidak menggunakan pestisida kimia, (c) menggunakan sarana produksi antara lain kotoran ternak, urine ternak, kompos, sisa tanaman, mulsa pupuk hijau, pemberian musuh alami, dan lain-lain yang bukan hasil pabrikan, baik untuk pemupukan ataupun untuk pengendalian hama, penyakit, dan gulma tanaman.

(7)

Potensi Pencemaran (Tinjung Mary Prihtanti, Suhatmini Hardyastuti Slamet Hartono, Irham) 464

bahwa hara dalam suatu sistem pertanian tidak hilang dan bahwa input hara berakhir dalam timbunan cadangan atau aliran output. Dengan kata lain, input hara ditransformasikan ke dalam barang yang berguna (contoh: pangan) dan barang yang merusak (contoh: polusi). Secara matematis disajikan sebagai berikut.

z=a’x – b’y, di sini z adalah neraca hara dan menyamai jumlah hara yang memasuki sistem dikurang dengan jumlah hara yang keluar dari sistem. Variabel x dan y adalah vektor input dan output dari suatu proses produksi, sedangkan a dan b adalah vektor koefisien yang mewakili kadar hara dalam input dan output. Koefisien ini dinamakan koefisien konversi hara. Suatu situasi neraca mengindikasikan bahwa ada suatu kesetimbangan dalam agihan sistem pertanian yang dipilih (Viet-Ngu & Aluddin 2009). Pencemaran pada tanah dan lingkungan sawah dilihat melalui metode skoring dari jawaban petani tentang kondisi sawah dan sekitarnya. Analisis tabel digunakan untuk lebih

memperjelas pembahasan temuan penelitian di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebiasaan Petani dalam Pengunaan Pupuk Pupuk yang digunakan petani padi di wilayah penelitian dikelompokkan menjadi pupuk kandang, pupuk tunggal, maupun pupuk majemuk. Jumlah dan jenis sarana produksi usaha tani yang digunakan petani padi, baik sistem organik maupun konvensional, tidak terlalu berbeda antarmusim tanam, namun beberapa petani sistem konvensional mengurangi penggunaan pupuk urea dan ZA di musim hujan. Gambaran rata-rata tingkat penggunaan sarana produksi oleh petani responden disajikan pada Tabel 1.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam pemakaian pupuk, baik jenis maupun dosis yang digunakan petani padi sawah dengan sistem konvensional di Kabupaten Karanganyar dan Sragen, menunjukkan kecenderungan tidak sesuai dengan rekomendasi anjuran yang tercantum

Tabel 1. Jumlah Pupuk yang Digunakan dalam Usaha tani Padi Sawah

Jenis sarana produksi Jumlah pengunaan (kg/ha) St. Dev.

MT 1 MT 2 MT 3 Rata-rata

Sistem organik

Pupuk organik padat 6.176,34 6.176,34 6.176,34 6.176,34 5.044,38

Sistem Konvensional

Pupuk kandang 4.063,00 4.484,02 4.420,30 4.322,44 3.688,01

Pupuk urea 286,29 342,61 322,61 332,61 338,36

Pupuk ZA 206,35 227,18 226,63 226,90 127,90

Pupuk TSP/SP36 135,36 250,76 250,29 212,14 242,19

Pupuk phonska/ NPK 152,04 205,30 208,83 188,72 196,17

dalam ‘Acuan Penetapan Rekomendasi Pupuk

N,P, dan K pada Lahan Sawah Spesifik Lokasi

(per kecamatan)’ Keputusan Menteri Pertanian

(8)

memberikan rekomendasi pupuk untuk tanaman padi sebagai berikut. Urea sebesar 200 kg hingga 250 kg, SP36 atau TSP 100 kg hingga 150 kg, dan KCl 75 kg hingga 100 kg. Jika menggunakan pupuk majemuk (NPK) dosisnya adalah 100 kg urea dan 300 kg NPK. Dosis tersebut disesuaikan kembali dengan surat rekomendasi pemerintah yang mempertimbangkan kondisi lahan wilayah Sragen dan Karanganyar. Kebutuhan pupuk kandang dalam pertanaman padi minimal satu ton per hektar. Pada pertanaman sistem

organik, pupuk kandang atau kompos matang yang digunakan sebagai pupuk dasar kurang lebih sebanyak lima ton per ha.

Kombinasi jenis pupuk yang diterapkan petani padi di dua kabupaten sangat bervariasi. Petani padi di Kabupaten Karanganyar menggunakan jenis pupuk yang lebih bervariasi dibandingkan Kabupaten Sragen, dalam hal ini setidaknya terdapat 27 kombinasi jenis pupuk yang digunakan responden. Jumlah petani padi berdasarkan jenis pupuk yang digunakan di wilayah penelitian, tampak pada Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah Responden Petani Padi di Kabupaten Sragen dan Karanganyar berdasarkan Kombinasi Jenis Pupuk yang Digunakan

(Keterangan: Pupuk N yakni urea, pupuk P yakni TSP dan atau SP36, pupuk K yakni KCL, pupuk S yakni ZA, pupuk majemuk yakni NPK dan atau phonska)

Kombinasi jenis dan dosis pupuk yang digunakan petani padi di wilayah penelitian, cenderung sama tiap musim. Dapat dikatakan,

(9)

Potensi Pencemaran (Tinjung Mary Prihtanti, Suhatmini Hardyastuti Slamet Hartono, Irham) 466

digunakan pada pertanaman padinya mengacu pada kebiasaan turun temurun, saran teman, ketersediaan modal, dan bantuan pemerintah dalam pemilihan dan penggunaan pupuk.

Capaian produktivitas usaha tani dipengaruhi banyak faktor, antara lain tingkat penggunaan pupuk. Gambaran persentase jumlah petani berdasarkan distribusi tingkat penggunaan input pupuk dengan capaian produktivitasnya, tampak pada Tabel 2. Jenis pupuk yang dimunculkan dalam tabel tersebut adalah faktor produksi utama yang digunakan oleh seluruh petani, sedangkan pupuk jenis lain yang hanya digunakan sebagian kecil petani, tidak ditampilkan.

Dosis anjuran menjadi patokan klasifikasi dosis tingkat sedang, sedangkan dosis di bawah dosis anjuran menjadi dosis rendah dan dosis di atas dosis anjuran menjadi

dosis tinggi. Tampak dari Tabel 3, secara umum, semakin banyak jumlah pupuk digunakan tidak selalu menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Potensi Polusi Nitrogen Sistem Usaha tani Organik dan Konvensional. Kelebihan nitrogen dari kegiatan pertanian akan mempercepat proses eutrophication yang dapat merusak keanekaragaman hayati. Di air tanah (air minum), nitrat yang cukup tinggi konsentrasinya dapat merusak kehidupan, baik kesehatan ternak maupun manusia dan meningkatkan biaya yang tinggi dalam pemurnian air. Polusi air tanah secara potensial lebih bermasalah dibanding air permukaan karena sekali terkena polusi, akan dibutuhkan waktu yang lama untuk pebaikan menjadi normal bahkan ketika sumber polusinya

Tabel 2. Persentase Jumlah Petani Padi berdasarkan Penggunaan Pupuk dan Capaian Produktivitas

Jenis Sarana Produksi

Produktivitas sistem UT konvensional Produktivitas sistem UT organik rendah sedang tinggi

Jumlah

rendah sedang tinggi

Jumlah

sudah diatasi. Emisi oksida nitogen (gas rumah kaca yang andil dalam perubahan iklim) dari pupuk anorganik yang berlebihan dan gas amoniak yang secara tidak langsung terbentuk

(10)

dilakukannya usaha tani dengan sistem organik dan konvensional, tampak pada Tabel 3.

Mengacu Tabel 3, kelebihan nitrogen cenderung tinggi terjadi pada sistem usaha tani konvensional. Variasi nilai suplus nitrogen antarpetani sistem usaha tani konvensional lebih besar, menunjukkan variasi yang tinggi dalam penggunaan pupuk sumber N yang mengakibatkan luasnya penyimpangan surplus nitrogen dari nilai rata-ratanya. N

Nitrogen merupakan faktor pembatas dalam peningkatan produksi tanaman padi. Penambahan pupuk N sangat diperlukan untuk peningkatan produksi padi tetapi tidak semua pupuk N yang diberikan diserap oleh tanaman. Beberapa hasil penelitian menjelaskan potensi polusi nitrogen sebagai berikut.

a. Menurut Sismiyati & Ismunadji (1997 dalam Dollyno & Sugiyanta 2006) lebih dari 50 persen pupuk N yang diberikan tidak dapat digunakan oleh tanaman padi. b. Partohardjono (1999 dalam Dollyno &

Sugiyanta 2006) menyatakan bahwa input

N dari pemupukan 60 hingga 90 kg N per ha pada lahan sawah, 50 persen diantaranya diserap tanaman, lima persen terlarut dalam air, 20 hingga 30 persen hilang dalam bentuk gas NH3, lima persen

hilang dalam bentuk gas N2O, sedangkan

sisanya tidak terhitung dalam neraca. c. Penelitian Ismunadji et al (1975 dalam

http://bbpadi.litbang.deptan.go.id) menye-butkan, di Indonesia kehilangan N dari pupuk dapat mencapai 52 hingga 71 persen. Pada umumnya kehilangan N tersebut makin banyak dengan semakin tingginya takaran pemupukan N yang diberikan.

Penelitian pembuatan kompos dari kotoran hewan menunjukkan bahwa 10 hingga 15 persen dari N dalam bahan kompos akan hilang sebagai gas NH3 selama proses

pengomposan. Selain itu dihasilkan pula lima persen CH4 dan sekitar 30 persen N2O yang

berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitarnya (Stevenson 1982).

Tabel 3. Potensi Polusi Nitrogen Sisem Usaha tani Padi Lahan Sawah

Keterangan Sistem Usaha tani

Organik Konvensional

Jumlah rata-rata unsur Nitrogen yang disediakan pupuk

(kg/ha/MT) 103,145 2.235,302

Jumlah rata-rata unsur N yang diserap oleh tanaman

Jumlah surplus Nitrogen (kg/ha/MT) (1-(2+3+4))

30,943 670,591

St.Dev. surplus nitrogen 25,272 516,442

d. Penggunaan kompos pupuk kandang dapat mengurangi sumber polusi karena menstabilkan N yang mudah menguap menjadi bentuk lain seperti protein.

(11)

Potensi Pencemaran (Tinjung Mary Prihtanti, Suhatmini Hardyastuti Slamet Hartono, Irham) 468

dan lingkungan. Gambar 3 menunjukkan persentase jumlah petani berdasarkan persepsinya terhadap kualitas lahan sawah, nilai persepsi diberikan nilai tiga untuk jawaban yang menunjukkan persepsi tinggi, dua untuk sedang, dan satu untuk jawaban yang termasuk kategori persepsi rendah. Tampak pada gambar tersebut, petani sistem organik memiliki persepsi yang cenderung baik terhadap kualitas lahan sawah mereka, antara lain merasakan kemudahan olah tanah sawah, lahannya juga tidak cepat kering, lapis olahnya cukup dalam, serta banyak menemukan cacing tanah di sawahnya. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian organik beberapa tahun terbukti mampu memelihara kualitas tanah tetap gembur (tidak padat dan keras), senada penelitian Prayoga (2008). Berdasarkan survei penelitian, bahkan tidak ditemukan petani organik yang termasuk dalam kategori persepsi rendah tentang kualitas tanah.

Biodiversitas Lingkungan Sawah dengan Ssistem Organik dan Konvensional

Biodiversitas atau keragaman hayati merupakan indikator keberhasilan sistem pertanian berlanjut dalam memelihara kesehatan lingkungan, yakni ditunjukkan melalui keanekaragaman hayati, yakni keberadaan flora dan fauna, maupun keseimbanganperan atau relung ekologi spesies yang ditemukan. Persepsi petani tentang keragaman hayati yang ada di sekitar pertanaman padinya, ditunjukkan pada Gambar 4. Hasil penelitian mendapatkan petani sistem organik terhadap beberapa indikator keragaman hayati menunjukkan persepsi yang lebih baik daripada petani sistem non-organik, bahkan tidak ditemukan petani sistem organik yang termasuk dalam kategori berpersepsi rendah terhadap keragaman hayati peratanaman padinya.

(12)

Gambar 4. Prosentase Jumlah Petani berdasarkan Persepsi terhadap Fungsi Pemeliharaan Biodiversitas dari Sistem Usaha tani Padi Sawah.

Potensi Pencemaran Lingkungan Sawah dengan Sistem Usaha tani Organik dan Konvensional. Pencemaran lingkungan ditandai keberadaan beberapa hewan maupun tumbuhan yang memiliki kepekaan terhadap perubahan lingkungan. Gambar 5 menunjukkan prosentase jumlah petani berdasarkan persepsi petani terhadap keberadaan fauna maupun kondisi lingkungan yang dapat menjadi indikator terjadinya pencemaran lingkungan.

Berdasarkan Gambar 5 tampak bahwa jumlah petani sistem usaha tani organik memberikan persepsi yang tinggi terhadap fungsi pencegahan pencemaran lingkungan, dibandingkan persepsi petani sistem usaha tani konvensional. Hasil analisis penelitian juga tidak menemukan petani yang memberikan persepsi rendah terhadap fungsi pemeliharaan kualitas lingkungan dari sistem usaha tani padi organik, artinya, sistem organik memberikan fungsi pemeliharaan kualitas lingkungan ataupun penghindaraan potensi pencemaran di lingkungan pertanaman padi, lebih baik daripada sistem usaha tani konvensional.

KESIMPULAN

(13)

ISSN 1411-0172

Gambar 5. Prosentase Jumlah Petani berdasarkan Persepsi terhadap Fungsi Pemeliharaan Kualitas Lingkungan dari Sistem Usaha tani Padi Sawah.

.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2001. Multifunctionality: Towards an Analytical Framework, Paris.

--- 2012. Pemupukan Padi. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. Diunduh 12 Mei 2012.

Dollyno, Ericson, & Sugiyanta. 2006. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Hijau dan Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. Makalah Seminar Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian IPB.

Choudhury & IR Kennedy. 2005. Nitrogen Fertilizer Losses from Rice Soils and Control of Environmental Pollution Problems. Communications in Soil Science and Plant Analysis. 36: 1625-1639.

Gay, L.R. & Diehl, 1992. Research Methods for Business and management. Macmillan Publishing Co. New York.

Prayoga, Adi. 2008. Produktivitas dan Efisiensi Teknis Usaha tani Padi Organik Lahan Sawah. Jurnal Teknologi (3) XXII, September 2008: 122-131.

(14)

Gambar

Gambar 1. Sistem Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar dan Sragen
Tabel 1.  Jumlah Pupuk yang Digunakan dalam Usaha tani Padi Sawah
Gambar 2. Jumlah Responden Petani Padi di Kabupaten Sragen dan Karanganyar berdasarkan Kombinasi Jenis Pupuk yang Digunakan  (Keterangan: Pupuk N yakni urea, pupuk P yakni TSP dan atau SP36, pupuk K yakni KCL, pupuk S yakni ZA, pupuk majemuk yakni NPK dan atau phonska) Kombinasi jenis dan dosis pupuk yang pengetahun petani responden akan manfaat dan
Tabel 2. Persentase Jumlah Petani Padi berdasarkan Penggunaan Pupuk dan Capaian Produktivitas
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

tidak akan efektif untuk menghapus- kan kegiatan ekonomi informal di perkotaan. Di samping itu, sering terdapat kasus di mana kebijakan pembatasan dan pelarangan tersebut

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kondisi fundamental perusahaan yang diukur menggunakan indikator total asset turn over, debt to equity ratio, return on

[r]

Daerah tersebut harus mempunyai lingkungan alam yang mempunyai daya tarik khusus sebagai obyek wisata, juga ditunjang oleh adanya atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai

Populasi dalam penelitian adalah seluruh lansia yang berada di Panti Wredha Darma Bakti Surakarta sejumlah 60 dengan teknik purposive sampling lansia yang

kendaraan dan perkerasan lebih cepat rusak. Dengan demikian “disiplin” penggunaan jalan harus ditegak kan secara konsisten agar keselamatan transportasi jalan dapat terwujud.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel pendekatan moneter yaitu Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga, Inflasi, Gross Domestic Product dan Krisis

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan parameter transformasi yang digunakan untuk proses perubahan koordinat dari sistem koordinat datum timbalai menjadi