(Studi deskr iptif Kualitatif Komunikasi Interper sonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Veteran” J awa Timur Dalam
Membangun Motivasi Belajar Anak)
SKRIPSI
Oleh :
DICA ADITYA PARAMITHA
0943010220
J URUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
J AWA TIMUR
2014
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK YANG BERTEMPAT TINGGAL DI RUSUNAWA UPN “VETERAN” J AWA TIMUR
DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJ AR ANAK
(Studi deskr iptif Kualitatif Komunikasi Interper sonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Veteran” J awa Timur Dalam
Membangun Motivasi Belajar Anak)
OLEH :
DICA ADITYA PARAMITHA NPM. 0943010220
Telah Dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Pada tanggal 09 Mei 2014
Pembimbing Utama : Tim Penguji
Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1
Mengetahui, DEKAN
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK
YANG TINGGAL DI RUSUNAWA BELA NEGARA UPN “VETERAN”
J AWA TIMUR.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Diana Amalia, MSi
selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik itu berupa moril, spiritual
maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto MP, Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.
4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
6. Keluarga penulis yang sudah memberikan dukungan baik itu dukungan
materi maupun dukungan semangat. Papa, Mama, Kak Aswin, Kak Lendra
7. Jesus Christ yang selalu membuka jalan
8. Teman-teman beserta sahabat yang membantu penulis menyelesaikan
proposal skripsi ini. Teman-teman kampus penulis : Muhammad Akbar
Jamal, Ria Rizki, Finna, Lunlun, Nunung, Nessa, Anna Annisa, Noviana
Liamsi, Made Witrianti, Sri Indriani, dan masih banyak lagi yang tidak bisa
penulis sebutkan satu-satu
9. Teman-teman SMA Astari, Ruliana Juhardini, Rizki Noer Fadilla, Arfi Prita
Sari, Aphrodita Rahmawati yang tak henti-hentinya memberikan semangat
kepada penulis
10.Teman-teman gereja. Ce Oktaf, Ce Onny, Claudia, Steph, Ko Mike, Ko Gun,
Olive, Elys, Hendra, Wida, Vinny yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis. Terima kasih teman-teman
Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya,
dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu .. ... 14
2.2 Landasan Teori ... 16
2.2.1 Komunikasi Interpersonal ... 16
2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interpersonal ... 16
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal... 17
2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 19
2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Orangtua Anak 20 2.2.1.5 Unsur Komunikasi Interpersonal Orangtua Anak ….. 21
2.2.1.6 Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal ….. 22
2.3 Keluarga ... 25
2.3.1 Pengertian Keluarga ... 25
2.3.2 Pengertian Anak... 26
2.3.3 Peran Anak ... 26
2.3.4 Pengertian Orang Tua ... 27
2.3.5 Peranan Orang Tua dalam Memotivasi Anak…….. 28
2.3.6 Komunikasi Keluarga ... 29
2.3.7 Fungsi Keluarga ... 31
2.3.8 Fungsi Komunikasi Keluarga ... 33
2.4 Motivasi ... 34
2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 34
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 35
2.4.3 Jenis-jenis Motivasi ... 37
2.5 Kerangka Berpikir ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 41
3.2 Subyek Penelitian ... 41
3.2.1 Orang Tua dan Anak ... 41
3.2.2 Komunikasi Interpersonal Orang tua Anak ... 42
3.3 Kriteria Informan ... 44
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.5 Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 51
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51
vi
4.1.3 Identitas Informan ... 52
4.2 Analisis Data ... 53
4.2.1 Komunikasi Interpersonal Orangtua dengan Anak .. 53
4.3 Pembahasan ... 71
4.3.1 Komunikasi Interpersonal ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Dica Aditya Paramitha, 0943010220, Komunikasi Interper sonal Orangtua dengan Anak yang Bertempat Tinggal di Rusunawa UPN “Veteran” J awa Timur dala m Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Komunikasi Interpersonal antara Orangtua dengan Anak sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Tetapi berbeda pada anak anak yang bertempat tinggal jauh dengan orangtuanya. Orangtua yang sibuk dan anak yang juga sibuk dengan tugas tugas kuliahnya agak sulit untuk berkomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak dalam meningkatkan motivasi belajar anak.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Interpersonal. Sementara metode yang digunakan adala metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam.
Orangtua sebaiknya mendekatkan diri dengan anak sehingga anak bisa nyaman untuk menceritakan masalah masalah yang terjadi. Komunikasi antara orangtua dan anak harus berjalan dengan baik. Yaitu adanya rasa kepercayaan, rasa saling mendukung, dan adanya rasa keterbukaan. Ketiga unsur ini harus terpenuhi agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif.
Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Orangtua dengan Anak, Motivasi Belajar
ABSTRACT
Interpersonal Communication between parents and their child is very important to increase study motivation of children. But in this case, child who placed far from their parents are different. Their parents got many activities and their child was busy with many tasks will make them hard to communicate. This research aim to determine interpersonal communication between parents and their child to increase motivation of children.
In this case, researcher use interpersonal communication. The method used is descriptive method with depth interview method.
Parents should approach their child until they comfortable to tell their problems. Interpersonal communication between parents and child should do well. There is feeling of faith, parents and their children supporting one another, and child must be honest with their parents. All of this elements should be completed, so communication between parents and their child become a good and effective communication
1
1.1 Latar Belakang
Menurut kodratnya, manusia dilahirkan sebagai makhluk social.
Makhluk social ini adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain
di sekitarnya, seperti ayah, ibu, saudara, teman-teman,sahabat, dan masih
banyak lagi. Manusia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi.
Interaksi antar manusia akan berlangsung melalui komunikasi, baik
komunikasi secara verbal maupun komunikasi secara nonverbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang berlangsung dengan
menggunakan bahasa atau tutur kata. Sementara komunikasi nonverbal
adalah komunikasi yang dalam penyampaiannya menggunakan
symbol-simbol tertentu atau gerakan tubuh tertentu (Mulyana, 2005 :4) . Manusia
berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri,
membangun kontak sosial dengan orang lain, dan untuk mempengaruhi
orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang kita inginkan (Mulyana,
2005:3)
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata communis yang berarti “sama”, comunico,
communication, ataucommunicare yang berarti “membuat sama” (to
make common).Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan
bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk
2
kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik,
meningkatkan kesadaran pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup
masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana, 2005 :41-42).
Dalam lingkungan keluarga, komunikasi antara orangtua dan anak juga
merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai
alat atau sebagai media penjembatan dalam hubungan antara anak dengan
orangtua. Buruknya kualitas komunikasi dalam hubungan ini akan
berdampak buruk bagi keharmonisan keluarga.
Komunikasi yang sering dilakukan antara anak dengan orangtua
adalah komunikasi interpersonal. Tanpa adanya komunikasi
interpersonal, dapat menjadikan orang tersebut merasa
terasingkan,kesepian,tidak dihargai, dan tidak diterima (Bigner,
1979:102)
Menurut Irwanto (dalam Yatim dan Irwanto, 1997:71) keluarga
berperan penting dalam memberikan dan menggeneralisasikan nilai
norma pengetahuan sikap dan harapan terhadap anak-anak. Sehingga
komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak perlu dikembangkan
dan dibangun dalam suatu keluarga.
Yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar dua orang atau lebih dengan menggunakan medium
suara (Bittner, 1985:10). Berdasarkan definisi tersebut, maka terdapat dua
kelompok factual (Burgon & Huffner, 2002:28). Contoh dari kelompok
maya yaitu orang-orang yang berkomunikasi interpersonal bermedia,
seperti menggunakan telepon maupun internet. Berkembangnya
kelompok maya ini merupakan dampak dari berkembangnya teknologi
komunikasi. Keuntungan dari komunikasi interpersonal bermedia ini
antara lain menghemat waktu dan biaya. Jika seseorang ingin
berkomunikasi dengan orang lain yang jaraknya berjauhan, maka orang
tersebut harus membuang waktu untuk pergi ke tempatnya, kemudian
masalah biaya juga perlu diperhitungkan. Bagaimana transportnya, butuh
biaya yang berapa banyak, dan lain sebagainya.
Menurut Jalaludin Rahmat (2005 :34) komunikasi interpersonal
dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal,
dan hubungan interpersonal.
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan berhasil apabila ada
keterbukaan, rasa saling menerima, kepekaan seseorang dalam membaca
gerak-gerik tubuh, dan adanya umpan balik dari pihak penerima.
Aspek-aspek dalam komunikasi interpersonal adal lima. Yaitu keterbukaan,
empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan (DeVito, 1997 :131).
Pada umumnya, setiap anak pasti menginginkan kedekatan
dengan orangtuanya. Agar bisa mengobrol berkomunikasi dengan
orangtuanya. Komunikasi memiliki banyak fungsi. Salah satunya adalah
untuk menghilangkan tekanan emosional/stress (Mulyana, 2005 :4).
Tidak semata-mata hanya mengobrol atau peenghilang stress saja,
4
peranan komunikasi orangtua terhadap anak dapat memberikan masukan,
solusi, dan untuk mempengaruhi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat
John Powell (1985:32) yang mengatakan bahwa komunikasi memiliki
lima tahap. Yaitu tahap basa-basi, tahap membicarakan orang lain, tahap
menyatakan gagasan dan pendapat, tahap hati atau perasaan, dan yang
kelima adalah tahap hubungan puncak. Komunikasi dalam tahapan
puncak inilah biasanya yang dimiliki oleh hubungan anak dan orangtua.
Dimana dalam tahap ini komunikasi ditandai dengan adanya kejujuran
dan keterbukaan, serta tidak ada lagi rasa malu-malu, ganjalan dalam
mengungkapkan sesuatu diantara kedua belah pihak. Mereka tidak hanya
basa-basi saja atau mengobrol tentang orang lain. Orang-orang yang
sudah berada dalam tahapan ini bisa saling bertukar pikiran di teras,
maupun bersatu hati saat di tempat tidur atau menceritakan
masalah-masalah yang dialaminya saat ini pada saat makan malam bersama.
Dengan adanya kedekatan seperti inilah orangtua bisa mempengaruhi
anak untuk mengikuti kemauannya.
Gangguan dalam komunikasi interpersonalorangtua dan anak ada
banyak. Salah satunya adalah jarak. Jarak yang terlalu berjauhan dapat
menjadikan komunikasi interpersonal antara orangtua dan anak berjalan
dengan tidak baik/tidak efektif dan akhirnya terjadi konflik antar
keduanya.Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2000 : 179) yang
mengatakan bahwa konflik yang terjadi antara orangtua dan anak dapat
komunikasi yang buruk dapat mengakibatkan perilaku menyipang pada
anak. Namun gangguan-gangguan tersebut bisa diatasi dengan cara
memiliki keterampilan berkomunikasi. Menurut Johnson (1981:10)
beberapa keterampilan dasar yang dimaksud antara lain kita harus mampu
saling memahami. Untuk dapat saling memahami, kita harus memulainya
dengan rasa saling percaya. Kedua kita harus mampu
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas.
Kemudian yang ketiga kita harus saling menerima dan member dukungan
satu sama lain. Kemudian yang keempat kita harus mampu memecahkan
konflik dan masalah-masalan antarpribadi. Kemampuan keterampilan ini
sangat penting untuk menjaga dan mengembangkan komunikasi
interpersonal kita.
Namun sekarang ini, makin banyak anak-anak yang tinggal
berjauhan dengan orangtuanya. Anak ingin melanjutkan studinya di luar
kota, sehingga ia harus tinggal di asrama kampus. karena hal tersebut,
komunikasi orangtua dengan anak tidak berjalan dengan efektif. Karena
tidak bisa bertemu orangtua setiap saat. Orangtua pun juga tidak bisa
memberikan dukungan kepada anak secara maksimal.
Padahal sebagaimana kita ketahui, proses belajar yang berhasil
mengacu pada prestasi belajar anak. Prestasi belajar tersebut bisa diraih
dengan cara memotivasi anak dalam belajar.
Ketika tinggal di asrama, komunikasi terbatas lewat telepon atau
sms saja. Atau bahkan tidak ada komunikasi sama sekali. Si anak hanya
6
menelepon atau mengirim sms kapada orangtua hanya saat butuh saja,
seperti waktu membayar uang bulanan asrama ,pada saat kekurangan
uang jajan, atau pada saat memerlukan uang untuk biaya kuliah.Selain itu,
banyaknya tugas-tugas kuliah juga membatasi anak untuk berkomunikasi
jarak jauh dengan orangtua. Si anak sibuk kuliah, setelah pulang kuliah
harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, setelah itu si anak
juga harus mencuci baju sendiri, masak/membeli makanan sendiri.
Sehingga waktu untuk berkomunikasi dengan orangtua juga berkurang.
Factor pergaulan pun juga berpengaruh. Misalnya si anak sering
bepergian dengan teman-temannya yang mengakibatkan tidak ada waktu
untuk belajar dan orangtua tidak mengerti hal itu karena mereka tinggal
berjauhan. Sehingga orangtua tidak bisa menegur anaknya. Di asrama pun
orangtua tidak diperbolehkan untuk menginap di kamar si anak. Padahal
komunikasi orangtua dan anak bisa terjadi dimana saja.
Kurangnya komunikasi ini bisa memberikan dampak yang buruk
bagi motivasi belajar anak. Anak yang sering berkomunikasi dengan
orangtuanya terbukti mempunyai motivasi belajar yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan anak yang jarang berkomunikasi dengan
orangtuanya. Karena orangtua memiliki ikatan batin dengan si anak. Hal
itulah yang menjadikan komunikasi mereka efektif. Padahal peranan
orangtua dalam memotivasi belajar anak sangat penting. Orangtua bisa
memberikan pengalaman pertama kepada anak. Pengalaman pertama ini
anak.Terbukti, banyak anak-anak yang mengalami kegagalan dalam
studinya karena kurangnya perhatian dan komunikasi dengan orangtua.
Lain halnya dengan anak-anak yang tinggal berdekatan dengan
orangtuanya. Mereka bisa bertemu kapan saja dan komunikasi juga bisa
kapan saja terjadi. Pada saat makan bersama, pada saat menonton televise
bersama, atau bahkan saat sebelum tidur pun si anak bisa melakukan
komunikasi dengan orangtuanya. Sehingga orangtua bisa memahami apa
yang dihadapi oleh anak dan memberikan solusi untuk masalah anak
tersebut. Orangtua juga mengerti apa kegiatan yang dilakukan oleh
anaknya,karena orangtua yang jaraknya dekat bisa setiap hari mengawasi.
Ketika si anak terlalu sering bermain daripada belajar, orangtua bisa
menegur atau memberitahu. Ketika si anak memerlukan bantuan dalam
memecahkan masalah-masalah kuliahnya, orangtua bisa langsung
membantu.
Banyak anak-anak yang tinggal berjauhan dengan orangtuanya
akhirnya terjerumus kedalam pergaulan bebas dan tidak melanjutkan
kuliahnya. Sebagai contoh, ada seorang yang anak sering pergi ke kelab
malam, padahal sebelum tinggal berjauhan dengan orangtuanya, si anak
tidak pernah keluar lebih dari jam 10 malam. Orangtuanya yang tinggal
berjauhan dengan anaknya tersebut tidak mengetahui apa saja yang
dilakukan oleh anaknya. Akibat pergaulan bebas tersebut, studinya gagal
8
dan ia tidak melanjutkan kuliah lagi. Padahal dulunya ia selalu menjadi
juara kelas (sumber : www.blogspot.com )
Ada juga seorang mahasiswi yang tinggal di suatu asrama, ketika
itu ia sedang mengerjakan tugas akhir. Mahasiswi ini akhirnya tidak
menyelesaikan tugas akhirnya karena stress dan tidak adanya dukungan
dari orangtua karena orangtuanya berjauhan tempat tinggal dengannya.
Berdasarkan survey pendahuluan dengan subjek yang bertempat
tinggal di asrama Bela Negara UPN Veteran Jatim, ada tiga mahasiswi
dari jumlah total 200 mahasiswa mengemukakan bahwa semenjak tinggal
di asrama, ia jarang berkomunikasi dengan orangtuanya. Dulunya ketika
ia ingin mengobrol dengan orangtuanya, bisa dilakukan kapan saja.
Ketika ada masalah ia mengatakan langsung mengetuk pintu kamar
orangtuanya dan menceritakan masalahnya. Karena mereka memang
tinggal serumah. Tetapi sekarang tidak bisa langsung bercerita begitu
saja. Karena harus menunggu waktu yang tepat. Mereka pun hanya
berkomunikasi melalui handphone saja. Durasi ketika berbicara lewat
telepon juga terbatas. Subjek mengaku setiap kali ia menelepon
orangtuanya, orangtua hampir selalu menanyakan kabar kuliahnya,
tugas-tugas kuliahnya, maupun barang-barang yang diperlukan untuk
menunjang prestasi dalam kuliahnya. Tetapi, banyaknya tugas-tugas
lingkungan asrama menyebabkan waktu untuk berkomunikasi dengan
orangtuanya terhambat.
Ternyata ia menyatakan bahwa kurangnya komunikasi dengan
orangtua mengakibatkan terhambatnya studinya. Orangtuanya yang dulu
tinggal serumah selalu memberikan semangat belajar agar nilainya bagus.
Tetapi sekarang karena jarak yang berjauhan dan waktu yang terbatas,
pemberian semangat itu tidak bisa maksimal. Menurut Rusyan dkk
(1994:196) perhatian dari keluarga/orangtua sebagai lingkungan utama,
pertama, dan yang paling dekat dengan anak. Menjadi hal terpenting.
Perhatian dan komunikasi orangtua dalam belajar anaknya merupakan
factor penting dalam membina kesuksesan belajar. Kurangnya perhatian
dan komunikasi dari orangtua dapat menyebabkan seorang anak menjadi
malas, acuh tak acuh, dan kurang minat belajar.
Berdasarkan jurnal penelitian eJournal Ilmu Komunikasi Volume
1 nomor 1 tahun 2013, seorang peneliti melakukan wawancara kepada
anak-anak yang memiliki prestasi dan motivasi belajar yang bagus.
Ternyata menurut pengakuan anak-anak tersebut, jika ada waktu
berkumpul bersama keluarga, maka orangtua mereka selalu menanyakan
keadaan belajar mereka di sekolah. Sementara itu, anak-anak yang
prestasi belajarnya standart adalah akibat dari kurangnya komunikasi dan
motivasi belajar dari orangtua mereka.
Menurut Sprinthall & Sprinthall (1990:170) anak yang memiliki
motivasi belajar tinggi cenderung memiliki banyak energy untuk
10
melakukan kegiatan belajar. Anak dengan motivasi belajar tinggi
memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah, lebih sering bekerja mandiri, cepat
bosan pada hal-hal yang rutin, dan senang memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan uraian diatas, inilah pentingnya komunikasi
interpersonal orangtua dan anak dalam meningkatkan motivasi belajar
anak. Komunikasi interpersonal dapat terbentuk dalam sebuah kehidupan
keluarga yang melibatkan antara orangtua dengan anak. Anak
membutuhkan oranglain dalam berkembang. Dalam hal ini, yang paling
utama dan pertama bertanggung jawab adalah orangtua atau keluarga dari
anak itu sendiri (Mardiya, 2000:10)
Tetapi, sama seperti bentuk komunikasi yang lain, komunikasi
interpersonal juga bisa efektif dan tidak efektif . Salah satu unsur yang
penting dalam komunikasi interpersonal adalah waktu atau durasi, seperti
yang dikatakan oleh Mulyana (2005:253) dimana waktu akan sangat
mempengaruhi komunikasi efektif. Perbandingan waktu berbincang yang
hanya berdurasi satu jam akan berbeda efeknya dengan waktu
berbincang dengan durasi dua jam atau lebih. Komunikasi interpersonal
antara orangtua dengan anak harus efektif karena akan sangat
berpengaruh terhadap keinginan dan motivasi belajar anak.
Menurut Effendy (2003 :8) komunikasi yang efektif dapat
menimbulkan pengertian, kesenangan, perubahan sikap dan perilaku,
akan timbul komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak agar dapat
menjadikan anak tersebut berprestasi di dalam studinya. Seperti yang
disebutkan diatas, komunikasi yang efektif bisa menimbulkan perubahan
perilaku. Demikian juga komunikasi interpersonal orangtua kepada anak
bisa membangkitkan motivasi belajar.
Komunikasi interpersonal antara orangtua dan anak masing-
masing jarang dipertemukan, misal oleh karena itu faktor waktu dan
metode yang saling berseberangan (Gunarsa, 2008 :36). Hal ini sesuai
dengan pernyataan bahwa orangtua dan anak yang tinggal di asrama akan
kesulitan untuk melakukan proses komunikasi dikarenakan jarak dan
waktu yang terbatas. Terkadang mereka memiliki kesibukan
sendiri-sendiri yang tidak bisa ditinggal. Sehingga orangtua juga kesulitan untuk
memberikan motivasi untuk niat belajar anak tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditulis diatas,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “komunikasi interpersonal
antara orangtua dengan anak di rusunawa Bela Negara UPN Jatim dalam
meningkatkan motivasi belajar” dengan menggunakan teori komunikasi
interpersonal karena komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
yang berlangsung antara dua orang yang bisa dilakukan dengan
menggunakan media internet atau telepon. Inilah yang disebut dengan
kelompok maya. Demikian juga kasus yang terjadi pada orangtua dan
anaknya yang tinggal di asrama Bela Negara UPN Veteran Jatim yang
berkomunikasi menggunakan media teknologi. Dijelaskan bahwa
12
komunikasi interpersonal antara orangtua dan anak sangat penting dijaga
untuk keharmonisan dalam rumah tangga dan memotivasi anak dalam
belajar.
Penulis mengambil lokasi penelitian di Rusunawa UPN “Veteran”
Jawa Timur karena dibandingkan dengan rusunawa yang lain, rusunawa
disini kurang memperhatikan cara mahasiswi untuk berkomunikasi
dengan dunia luar. Misalnya seperti di PESMI (Pesantren Mahasiswa) di
IAIN atau Rusunawa di Universitas Airlangga. Kedua rusunawa tersebut
memiliki alat komunikasi internet seperti wifi yang bisa memudahkan
mahasiswa untuk berkomunikasi dengan keluarga/orang tuanya melalui
skype. Selain alasan tersebut, Rusunawa UPN ini hanya menampung
mahasiswa semester awal saja. Dimana mahasiswa semester awal masih
membutuhkan orangtua dalam mencari jati dirinya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang terpapar diatas, maka
rumusan masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana komunikasi
interpersonal antara orangtua dengan anak yang bertempat tinggal di
rusunawa Bela Negara UPN Jatim dalam meningkatkan motivasi belajar.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka tujuan
antaraorangtua dan anak yang bertempat tinggal di rusunawa Bela Negara
UPN Jatim dalam meningkatkan motivasi belajar.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Dapat digunakan untuk menambah wacana komunikasi interpersonal
atau antarpribadi.
b. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran bagi masyarakat tentang pentingnya komunikasi
interpersonal atar orangtua dan anak dalam meningkatkan motivasi
belajar.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapan dua jurnal yang
dijadikan sebagai referensi. Jurnal yang pertama berjudul “Pengaruh
Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Anak dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak di SMA Negeri 4 Samarinda Semarang. Pada jurnal
ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMS Negeri 4 Samarinda
meengenai peran orangtua dalam meningkatkan prestasi belajar anak,
maka diperoleh hasil penelitian melalui proses survey. Dengan demikian
dari hasil survey tersebut dapat ditarik kesimpulan :
1. Terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal
Orangtua dan anak terhadap prestasi belajar anak. Menurut
hasil penelitian, komunikasi interpersonal antara siswa
SMA Negeri 4 Samarinda tergolong rendah. Hanya 37,2%
saja orangtua yang mau memulai pembicaraan seputar
kesulitan anak dalam belajar. Orangtua dari anak-anak
tersebut juga jarang mau mengerti apa yang dialami oleh
anaknya dalam pelajaran di sekolah. Hanya 17 orangtua
saja yang menanggapi keluhan anaknya ketika mereka
menceritakan kesulitannya dalam hal pelajaran. Orangtua
adalah kesamaan,sama-sama bernilai dan berharga
(Salim,1991). Dalam komunikasi interpersonal yang
dimaksud dengan kesetaraan adalah kemauan orangtua
untuk duduk bersama-sama dengan anaknya membahas
pelajaran-pelajaran yang tidak dimengerti oleh anak.
2. Perilaku komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak
mengenai prestasi belajar belum sepenuhnya efektif. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya intensitas komunikasi
interpersonal antara orangtua dengan anak. Sehingga si
anak pun juga jarang mau terbuka mengenai prestasi belajar
di sekolahnya. Kurangnya dukungan, rasa empati,
kurangnya sikap positif yang diberikan orangtua terhadap
anak juga berpengaruh terhadap hubungan interpersonal
orangtua dengan anak. Sehingga bisa mempengaruhi
prestasi belajar anak tersebut.
Penelitian yang kedua berjudul “Keterbukaan Komunikasi
Interpersonal Pasangan Suami Istri yang Berjauhan Tempat Tinggal”.
Keterbukaan dalam proses komunikasi interpersonal merupakan suatu hal
yang penting. Tetapi yang terjadi pada pasangan suami istri yang tinggal
berjauhan adalah kurangnya keterbukaan diantara mereka. Sehingga akan
muncul kecurigaan dan rasa tidak percaya diantara keduanya. Jarak yang
jauh juga membuat komunikasi menjadi tidak efektif dan tidak jarang
dapat terjadi miss communication. Dalam jurnal ini, peneliti mengambil
16
tiga pasangan suami istri untuk menjadi informan penelitian. Hasilnya
adalah bahwa jarak yang jauh tidak menghambat ketiga pasangan ini
dalam membina hubungan. Karene mereka telah memiliki keterbukaan.
Kedua keterbukaan komunikasi pada ketiga pasangan tersebut dipengaruhi
oleh cara mereka dalam menjaga komunikasi satu sama lain. Adapun
hal-hal yang menjadi factor keterbukaan mereka antara lain mau
mendengarkan, menjaga keintiman, sikap saling mendukung dan saling
percaya satu sama lain. Dari hal-hal itulah keterbukaan komunikasi
interpersonal dapat terbina dengan baik. Hasil dari penelitian ini juga
menunjukkan bahwa keterbukaan komunikasi lebih banyak dilakukan oleh
pihak istri. Sementara suami ada kalanya menjadi tidak terbuka kepada
pasangannya karena pengaruh kondisi dan lingkungan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar yang berperan lebih besar dalam
menjalin keterbukaan adalah istri.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Komunikasi Interper sonal
2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interper sonal
Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal menurut sudut
pandang yang berbeda-beda, diantaranya :
a. Berdasarkan komponen
Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati
komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan, dengan berbagai
dampak yang akan diakibatkan oleh komunikasi tersebut.
b. Berdasarkan hubungan diadik
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung
diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang dekat dan jelas.
Sebagai contoh adalah hubungan orangtua dengan anak, kakak dengan
adik, atau hubungan dua orang sahabat (DeVito, 1997 : 231)
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Menurut Suranto (2011 : 19) tujuan komunikasi interpersonal ada
macam-macam. Diantaranya adalah:
a. Mengungkapkan perhatian kepada oranglain
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah mengungkapkan
perhatian
kepada oranglain. Dalam hal ini, seseorang menyapa dengan cara
tersenyum ataupun melambaikan tangan.
b. Menemukan diri sendiri
Orang melakukan komunikasi interpersonal untuk mengetahui
tentang sifat-sifat dan karakter yang dimilikinya berdasarkan pendapat
oranglain. Seseorang tidak bisa dengan mudah mengetahui kesalahan pada
dirinya jika tidak diberitahu oleh orang lain.
18
c. Menemukan dunia luar
Dengan berkomunikasi interpersonal, seseorang dapat
mengetahui informasi dari oranglain. Termasuk informasi yang
penting dan actual. Misalnya komunikasi dokter dengan pasien
dapat mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien beserta
dengan penanganan dan pencegahannya.
d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis
Maksud dari pernyataan ini adalah kita sebagai makhluk
social, tidak bisa hidup tanpa bantuan dari oranglain. Oleh karena
itu, kita mengabdikan sebagian hidup kita untuk berkomunikasi
interpersonal agar hubungan baik tetap terjaga.
e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu
ataupun mengubah sikap. Baik secara langsung (tatap muka)
maupun secara tidak langsung (melalui media)
f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
Kadang-kadang seseorang melakukan komunikasi
interpersonal hanya untuk mencari kesenangan atau hiburan.
Berbicara dengan seseorang bisa membantu kita menghilangkan
g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan miss
communication yang terjadi antara pemberi pesan dan penerima
pesan. Karena melalui komunikasi interpersonal, dapat dilakukan
pendekatan dan menjelaskan berbagai pesan yang rawan
menimbulkan kesalahpahaman
h. Memberikan bantuan (konseling)
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memerlukan
komunikasi interpersonal bisa berguna untuk konseling. Tanpa
disadari, seseorang ternyata sering bertindak sebagai konselor
maupun konseli dalam komunikasi interpersonal. Misalnya saja
seorang remaja curhat kepada teman dekatnya. Tujuan melakukan
curhat tersebut adalah untuk mendapat bantuan pemikiran sehingga
ada solusi atau pemecahan masalah yang baik.
2.2.1.3 Cir i-Ciri Komunikasi Interper sonal
Menurut Judy C. Pearson (2002 : 21) menyebutkan ada beberapa
ciri komunikasi interpersonal. Yaitu:
a. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi. Artinya adalah
segala bentuk penafsiran pesan maupun penilaian mengenai oranglain
berasal dari diri kita sendiri
b. Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi. Maksudnya efektivitas komunikasi interpersonal tidak hanya
20
dari berkualitasnya isi pesan saja, tetapi juga tergantung dari kadar
hubungan antar individu.
c. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang saling
berkomunikasi saling bergantung satu dengan yang lainnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal melibatkan emosi.
Sehingga terjadi saling ketergantungan emossional antara satu dengan
yang lainnya.
d. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang. Artinya
ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain,
maka ucapan tersebut tidak dapat diubah ataupun diulang. Orang yang
sudah salah ucap memang bisa meminta maaf atas ucapannya, tetapi tidak
bisa menghapus apa yang bisa diucapkan.
2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Orangtua dengan Anak
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan atau
rangsangan dengan menggunakan lambang-lambang dan bahasa, oleh
seseorang kepada orang lain. Tujuannya adalah untuk memberi tahu atau
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Baik secara langsung atau
melalui media (Effendy, 2003 : 5)
Fungsi komunikasi ada banyak. Diantaranya adalah untuk
berinteraksi, menyampaikan informasi, bersosialisasi, menyampaikan
pikiran dan perasaan, dan bahkan untuk mengurangi tekanan emosional
membangun kontak social dengan orang lain dan untuk menyatakan serta
mendukung identitas diri (Mulyana, 2005 : 4).
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia
sebagai makhluk social. Melalui komunikasi, kita bisa bertukar pikiran
dan pendapat, kita bisa saling menghibur, dan juga menceritakan
pengalaman-pengalaman kita kepada orang lain. Dalam hal ini adalah
komunikasi antara orangtua dan anak. Kedekatan orangtua dan anak yang
seharusnya menjadi lambang keharmonisan keluarga, serta komunikasi
yang intens merupakan hal yang paling penting dalam memotivasi anak
dalam belajar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal antara orangtua dan anak adalah proses penyampaian isi
pesan, pendapat antara satu orang kepada orang yang lain. Proses
komunikasi ini berlangsung secara dua arah. Artinya adalah orangtua dan
anak, masing-masing memiliki hak yang sama dalam menyampaikan
pesan ataupun pendapat.
2.2.1.5 Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Anak
Menurut Rahmat (2005 : 129), unsure-unsur komunikasi interpersonal
antara lain:
22
a. Kepercayaan
Rasa percaya merupakan unsure komunikasi yang paling utama.
Adanya rasa percaya membuka kemungkinan komunikator mempertegas
maksud pesan yang ia sampaikan.
b. Supportive
Supportive adalah seseorang bisa menerima dengan jujur,
berempati dalam menghadapi masalah. Komunikasi akan menjadi efektif
apabila ada rasa supportive dalam diri seseorang.
c. Keterbukaan
Keterbukaan yaitu terbuka pada orang-orang yang diajak untuk
berinteraksi/berkomunikasi. Sehingga komunikan bisa mengetahui
pendapat atau pikiran yang disampaikan dan langsung memberikan
tanggapan kepada komunikator.
Berdasarkan uraian diatas, maka unsure-unsur komunikasi antara
orangtua dengan anak dalam meningkatkan motivasi belajar anak adalah
adanya rasa percaya, adanya rasa supportive, dan adanya saling
keterbukaan.
2.2.1.6 Komponen-komponen Komunikasi Interper sonal
Menurut Suranto (2011 : 9) ada beberapa komponen di dalam
komunikasi interpersonal. Diantaranya yaitu :
a. Sumber atau komunikator. Komunikator merupakan orang yang
berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan social sampai
kepada keinginan untuk mempengaruhi sikap atau tingkah laku
orang lain.
b. Encoding. Encoding adalah suatu aktifitas internal pada
komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan
symbol-simbol verbal dan nonverbal, yang disusun berdasarkan
aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik
komunikan.
c. Pesan. Pesan merupakan hasil dari encoding. Pesan adalah
seperangkat symbol-simbol baik verbal maupun nonverbal, atau
gabungan dari keduanya yang mewakili keadaan khusus
komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas
komunikasi interpersonal, pesan ini merupakan unsure yang sangat
penting.
d. Saluran. Merupakan sarana penyampaian pesan dari sumber ke
penerima atau yang menghubungkan dari orang ke orang.
e. Penerima/Komunikan. Penerima adalah seseorang yang menerima,
memahami, dan menginterpretasikan pesan. Dalam komunikasi
interpersonal, penerima bersikap aktif yaitu memberikan umpan
balik kepada pengirim pesan.
f. Decoding. Decoding adalah kegiatan internal dalam diri penerima.
g. Respon. Respon yaitu apa yang telah diputuskan oleh penerima
untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon
24
dapat berupa respon positif dan respon negative. Respon positif
bila sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator, respon
netral yaitu berarti komunikan tidak menerima ataupun menolak
keinginan komunikator. Sementara respon negative adalah ketika
tanggapan yang diberikan berbeda dengan apa yang diinginkan
oleh komunikator.
h. Gangguan. Seringkali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda
dengan pesan-pesan yang diterima. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan saat komunikasi berlangsung. Dalam komunikasi
interpersonal, gangguan dibagi menjadi tiga. Pertama adalah
gangguan fisik seperti kegaduhan, jarak, interupsi, dan lain
sebagainya. Kedua adalah gangguan psikologis. Gangguan
psikologis ini timbul karena perbedaan gagasan dari penilaian
subjektif diantara orang-orang yang terlibat komunikasi.
Contohnya gangguan ini adalah status social ataupun perbedaan
nilai-nilai. Gangguan yang ketiga adalah gangguan semantic.
Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau symbol-simbol yang
diberikan memiliki arti ganda. Sehingga penerima gagal
menangkap maksud dari pengirim pesan (komunikator).
i. Konteks Komunikasi. Dalam suatu komunikasi selalu ada konteks
tertentu. Setidaknya ada tiga dimensi, yaitu ruang, waktu, dan nilai.
Konteks ruang yaitu tempat dimana komunikasi tersebut
Kemudian konteks Waktu yaitu kapan komunikasi tersebut
berlangsung. Pagi, siang, sore, atau malam. Sementara konteks
nilai adalah nilai social dan budaya yang mempengaruhi suasana
komunikasi. Seperti adat istiadat, norma-norma yang berlaku,
etika, tata krama, dan sebagainya.
2.3 Keluar ga
2.3.1 Pengertian Keluar ga
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah
dan hubungan social. Dalam dimensi hubungan darah, merupakan
kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang
lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti yaitu terdiri dari
ayah,ibu,dan anak-anaknya. Sedangkan keluarga besar adalah satuan
keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan
keluarga. Seperti dalam satu rumah terdapat banyak anggota keluarga
lainnya seperti kakek, nenek,ayah,ibu,paman,bibi, dan anggota keluarga
lainnya (Bahri, 2004 : 16)
Keluarga memiliki peranan penting dalam upaya mengembangkan
pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh dengan kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun social
budaya yang diberikan adalah salah satu cara untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2004 : 37)
26
2.3.2 Pengertian Anak
Pengertian anak menurut UU RI no. 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun
dan belum pernah menikah. Batasan 21 tahun ditetapkan karena
berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan social, kematangan pribadi,
dan kematangan mental seorang anak dicapai dalam usia tersebut.
2.3.3 Peran Anak
Anak merupakan rahmat Tuhan yang diamatkan kepada orang
tuanya yang membutuhkan peliharaan, penjagaan, kasih saying, dan
perhatian. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan
terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan (Yusuf, 2004 :
12)
Seorang anak mampu bersosialisasi secara sehat yakni ditandai
dengan kemampuan untuk memiliki hubungan secara emosional dengan
orang lain. Seorang anak akan dapat menyerap nilai-nilai, norma-norma,
dan etika dari budaya sosialnya terutama dari orangtuanya (Dariyo, 2004 :
114)
Karena memang dalam kenyataannya, anak suka meniru sikap dan
perilaku orang tua dalam keluarga. Anak secara kualitatif maupun
kuantitatif tidak sama dengan orang dewasa. Bahkan anak adalah orang
anak sama saja dengan memperlakukan orang dewasa (Sarwono, 2000 :
37)
Seorang anak pandai menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan yang berubah-ubah secara dinamis (Djamarah, 2004 : 21)
2.3.4 Pengertian Orang Tua
Ada beberapa pengertian menurut para ahli mengenai definisi
orang tua. Orangtua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup
bersama dengan membawa pandangan, pendapat, dan kebiasaan-kebiasaan
sehari-hari (Gunarsa, 2008 : 27). Sementara itu menurut Nasution (1986 :
1) orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu
keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari
disebut “bapak” dan “ibu”. Menurut Wright (1991 :12) orang tua dibagi
menjadi tiga macam. Yaitu yang pertama orang tua kandung. Orang tua
kandung adalah ayah dan ibu yang memiliki hubungan darah secara
biologis. Kedua orang tua angkat. Yaitu pria dan wanita yang bukan
kandung tetapi dianggap sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan
hokum atau adat yang berlaku. Ketiga adalah orang tua asuh. Orang tua
asuh yaitu orang tua yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak
kandungnya atas dasar kemanusiaan.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan tersebut, dapat
ditarik kesimpulan orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik
dan membina anak-anaknya.
28
2.3.5 Peranan Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Anak
Menurut Santrock (2007 : 56) siswa yang sukses mendapatkan
perhatian dari orang tua dan dukungan dari orang tua. Untuk itu, ada
beberapa peranan orang tua yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan
motivasi belajar anak. Diantaranya:
1. Menghargai prestasi anak
Hal ini akan sangat memacu anak untuk lebih giat dalam belajar,
kemudian bagi anak yang belum tumbuh motivasi belajarnya,
maka akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli
anak-anak yang memiliki motivasi belajar
2. Memberikan peringatan kepada anak
Peringatan ini berupa hukuman. Hukuman diberikan dengan
harapan anak dapat merubah diri dan memacu motivasi belajarnya.
Hukuman dalam hal ini hendaknya bersifat mendidik. Misalnya
mengerjakan soal atau membuat rangkuman. Jangan hukuman
yang berupa fisik seperti memukul atau mencubit.
3. Menyediakan fasilitas belajar yang cukup sehingga anak
termotivasi untuk belajar
4. Bersedia melibatkan diri dalam belajar anak. Hal ini dapat berupa
memberikan pengarahan dan peringatan, melakukan control
terhadap anak, memberikan dukungan kepada anak, dan menjadi
2.3.6 Komunikasi Keluar ga
Komunikasi antarpribadi seringkali terjadi didalam lingkungan
keluarga. Komunikasi keluarga mencakup komunikasi antar suami istri,
komunikasi antar orangtua dengan anak, maupun komunikasi antara anak
dengan anak. Komunikasi yang baik membuktikan bisa memecahkan
masalah apapun didalam keluarga. Banyak keluarga yang pecah bukan
karena kemampuan komunikasi mereka. Tetapi karena mereka tidak ingin
belajar untuk membangun komunikasi didalam keluarga itu sendiri
(Syumanjaya, 2009 : 57)
Berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diperhatikan
agar komunikasi didalam keluarga bisa efektif :
a. Respek
Komunikasi yang baik harus diawali dengan adalnya rasa saling
menghormati dan menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan
menimbulkan kesan serupa atau timbal balik dari si penerima. Dalam hal
ini adalah komunikasi antarpribadi orangtua dan anak. Sebagai contoh
misalnya seorang anak mendapatkan masalah didalam studinya, kemudian
ingin curhat kepada orangtuanya. Maka orangtua harus merespon positif.
Seperti memberikan masukan dan saran.
b. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada situasi dan
kondisi yang dihadapi oleh oranglain. Syarat utama dari empati adalah
kemampuan mendengar dan mengerti oranglain sebelum didengar dan
30
dimengerti oleh oranglain. Orangtua yang baik akan memahami anaknya
terlebih dahulu. Orangtua diharapkan untuk terlebih dahulu membuka
dialog dengan anaknya, mendengar keluhan dan harapannya.
c. Audible
Audible berarti dapat didengarkan atau bisa dimengerti dengan
baik. Sebuah pesan harus bisa disampaikan dengan cara yang bisa diterima
oleh komunikan. Bahasa tubuh yang baik dan kata-kata yang sopan
termasuk kedalam komunikasi yang audible ini.
d. Jelas
Pesan yang disampaikan oleh komunikator harus jelas maknanya
dan tidak menimbulkan banyak pemahaman. Hal ini juga penting dalam
komunikasi orangtua dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui
pesan yang jelas dan tidak ambigu, anak tidak menangkap pesan yang
berbeda. Sehingga anak bisa mengikuti kemauan orangtuanya untuk aktif
dalam belajar.
e. Rendah hati
Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak
memandang rendah, lemah lembut, sopan dan penuh pengendalian diri.
Orangtua harus bersikap rendah diri ketika memberi motivasi kepada
2.3.7 Fungsi Keluar ga
Yusuf (2001 : 39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari
sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat di klasifikasikan ke dalam
fungsi- fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan
legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk
memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi:
(a) pangan, sangan, papan (b) hubungan seksual suami istri dan (c)
reproduksi atau pengembangan keturunan.
2. Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar
masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerjasama sebagai
tim untuk menghasilkan sesuatu.
3. Fungsi Pendidikan (edukatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan dan utama bagi anak.
Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator”
sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah
menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembahasan nilai-
nilai agama, budaya, dan ketrampilan tertentu yang bermanfaat
bagi anak.
32
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga berfungsi merupakan faktor penentu
(determinantfactor) yang mempengaruhi kualitas generasi yang
akan datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang
mensosialisasikan nilai- nilai atau peran hidup dalam masyarakat
yang harus dilaksanakan oleh anggotanya. Keluarga merupakan
lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak
untuk mentaati peraturan (disiplin), mau bekerjasama dengan orang
lain, bersikap toleransi, menghargai pendapat orang lain, mau
bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang
heterogen (etnis, ras, agama dan budaya).
5. Fungsi Perlindungan (protektif)
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota
keluarganya dari gangguan ancaman atau kondisi yang
menimbulkan ketidaknyamanan (fisik psikologis) bagi para
anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi para
anggotanya. Maka dari itu, keluarga harus ditata sedemikian rupa
seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi
yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama dengan penuh
7. Fungsi Agama (religius)
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai- nilai agama kepada
anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga
berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan
anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan
yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni
mereka akan terhindar dari beban psikologis dan mampu
menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta
berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi secara
konstruktif terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat.
2.3.8 Fungsi Komunikasi Keluar ga
Fungsi Komunikasi keluarga menurut DeVito antara lain:
1. Fungsi menambah atau meneruskan keturunan
Merupakan fungsi keluarga untuk meneruskan nama keluarganya
2. Fungsi Agama
Komunikasi keluarga yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
agama kepada anggota keluarganya.
3. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk mengelola atau memanajemen
keuangan di dalam keluarga tersebut.
34
4. Fungsi Sosial
Merupakan fungsi keluarga untuk mengisyaratkan bahwa
komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri,untuk
kelangsungan hidup, dan untuk memperoleh kebahagiaan.
5. Fungsi Keamanan
Merupakan fungsi komunikasi keluarga yang bertujuan untuk
memberikan rasa aman dan nyaman di dalam keluarga.
2.4 Motivasi
2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi Belajar berasal dari dua kata, yaitu motivasi dan belajar.
Ada beberapa definisi menurut para ahli tentang kata “motivasi” dan
“belajar” diantaranya:
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu “movere” yang
berarti menggerakkan. (Winardi, 2007 : 77)
Sedangkan menurut Moekijat (2000 :77) motivasi berarti dorongan
atau menggerakkan sebagai suatu perangsang dari dalam, suatu gerak hati
yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.
Soemanto (1987 : 78) mendefinisikan motivasi sebagai suatu
perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita
dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan
Sementara itu, pengertian belajar menurut Morgan (1963 : 3)
adalah setiap perubahan yang relative tetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengamatan.
Menurut Moh.Suryo (1981 : 32) mendefinisikan belajar sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita tarik kesimpulan definisi
motivasi belajar yaitu keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri
maupun dari luar yang memberika arah pada kegiatan belajar. Sehingga
tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Motivasi Belajar Anak
Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
a. Faktor internal; factor internal ini merupakan factor yang
berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
1. Persepsi individu mengenai diri sendiri, seseorang
termotivasi atau tidak tergantung pada proses
kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang
dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan
perilaku seseorang untuk bertindak.
2. Harga diri dan prestasi, factor ini mendorong atau
mengarahkan individu (memotivasi) untuk berusaha
36
agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan
memperoleh kebebasan serta mendapatkan status
tertentu dalam lingkungan masyarakat serta dapat
mendorong individu untuk berprestasi
3. Harapan, adanya harapan-harapan akan masa depan.
Harapan ini merupakan informasi objektif dari
lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan
ssubjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku
4. Kebutuhan, manusia dimotivasi oleh kebutuhan
untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi
secara penuh sehingga mampu meraih potensinya
secara total. Kebutuhan akan mendorong dan
mengarahkan seseorang untuk mencari atau
menghindari, mengarahkan dan memberi respon
terhadap tekanan yang dialaminya
b. Faktor eksternal. Faktor eksternal ini merupakan factor
yang berasal dari luar individu. Diantaranya adalah:
1. Kelompok dimana individu bergabung, kelompok
atau organisasi dimana individu bergabung dapat
mendorong atau mengarahkan perilaku individu
dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu.
membantu individu mendapatkan kebutuhan akan
nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta
dapat memberikan arti bagi individu sehubungan
dengan kiprahnya dalam kehidupan social
2. Situasi lingkungan pada umumnya. Setiap individu
terdorong untuk berhubungan dengan rasa
mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif
dengan lingkungannya
3. Sistem imbalan yang diterima. Imbalan merupakan
karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang
dibutuhkan oleh seseorang yang dapat
mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah
tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang
mempunyai imbalan yang lebih besar.
2.4.3 J enis-jenis Motivasi
Menurut Djamarah (2002 : 81) motivasi terbagi menjadi dua jenis.
Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut
Taufik dalam Danarjati dkk (2007 : 81) factor-faktor yang
mempengaruhi motivasi intrinsic diantaranya:
38
1. Kebutuhan (need). Seseorang melakukan aktifitas
(kegiatan) karena adanya factor-faktor kebutuhan,
baik biologis maupun psikologis.
2. Harapan (Expectacy). Seseorang dimotivasi oleh
karena keberhasilan dan adanya harapan
keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang.
Keberhasilan dan harga diri meningkat dan
menggerakkan seseorang kea rah pencapaian tujuan.
3. Minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.
b. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari
motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif atau berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari
orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Djamarah, 2002 :
82). Menurut Taufik (2007), factor-faktor yang mempengaruhi
motivasi ekstrinsik diantaranya:
1. Dorongan keluarga. Dorongan dari keluarga
semakin menguatkan motivasi seorang anak untuk
belajar. Dorongan positif yang diperoleh akan
menimbulkan kebiasaan yang baik pula.
2. Lingkungan. Lingkungan adalah tempat dimana
seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi
melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan
juga memiliki peran yang besar dalam memotivasi
seseorang merubah tingkah lakunya.
3. Imbalan. Seseorang dapat termotivasi karena adanya
suatu imbalan sehingga orang tersebut ingin
melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak
termotivasi belajar karena ayahnya akan
membelikannya sepeda baru jika ia rajin belajar.
2.5 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang
mendukung pemahaman selanjutnya,. Suatu diagram yang menjelaskan
secara garis besar alurnya sebuah logika berjalannya sebuah penelitian.
Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini:
Komunikasi
40
Fungsi utama keluarga yaitu sosialisasi. Keluarga menjadi peran
utama untuk mengajarkan nilai dan norma kepada anak. Dalam hal ini
peran komunikasi orang tua sebagai pihak utama dalam keluarga sangat
penting dalam memotivasi anak dan membimbing anak dalam belajar.
Komunikasi interpersonal memberikan dampak yang besar
terhadap motivasi belajar anak. Karena anak dalam proses belajarnya
masih membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang tua. Disinilah
komunikasi interpersonal sangat berperan. Karena berdasarkan uraian
yang sudah disebutkan, komunikasi interpersonal orang tua dengan anak
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar dan prestasi anak.
Tetap lain halnya dengan komunikasi orang tua dan anak yang
tinggal berjauhan. Telah disebutkan bahwa jarak merupakan salah satu
gangguan dalam berkomunikasi. Sehingga orang tuapun juga tidak bisa
maksimal dalam memotivasi dan mendukung anaknya dalam belajar.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melihat apakah
unsure-unsur dalam komunikasi interpersonal orang tua dan anak yang tinggal
berjauhan sudah terpenuhi seluruhnya. Unsur-unsur komunikasi
interpersonal tersebut antara lain kepercayaan, supportive, dan
41
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi
interpersonal yang ada pada orangtua dan anak yang tinggal di rusunawa Bela
Negara UPN “Veteran” Jawa Timur dalam meningkatkan motivasi belajar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Menggunakan metode kualitatif karena kualitatif merupakan jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara
kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk meneliti
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,
gerakan social, atau hubungan kekerabatan (Strauss dan Corbin, 1997 : 1).
Sementara desain yang digunakan adalah desain deskriptif kualitatif.
Karena format deskriptif kualitatif ini lebih tepat bila digunakan untuk
meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam. Seperti
masalah pemahaman masyarakat, masalah hubungan dengan keluarga, dan
lain sebagainya (Burhan Bungin, 2007 : 69)
3.2 Subyek Penelitian
3.2.1 Orang Tua dan Anak
Orangtua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup
bersama dengan membawa pandangan, pendapat, dan kebiasaan-kebiasaan
42
sehari-hari (Gunarsa, 1976 : 27). Sementara itu menurut Nasution (1986 : 1)
orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga
atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut “bapak”
dan “ibu”.
Orang tua memiliki peranan penting dalam meningkatkan motivasi
belajar anak. Seperti disebutkan oleh Santrock (2007 : 56) bahwa siswa
yang sukses mendapatkan perhatian dari orang tua dan dukungan dari orang
tua.
3.2.2 Komunikasi Interper sonal Orang Tua dan Anak
Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal menurut sudut
pandang yang berbeda-beda, diantaranya :
a. Berdasarkan komponen
Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati
komponen-komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan
oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan, dengan
berbagai dampak yang akan diakibatkan oleh komunikasi tersebut.
b. Berdasarkan hubungan diadik
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung
diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang dekat dan jelas.
Sebagai contoh adalah hubungan orangtua dengan anak, kakak dengan
adik, atau hubungan dua orang sahabat (DeVito, 1997:231)
Menurut Shedletsky & Aiken (2004 : 143) komunikasi
komunikasi menganggap sama dengan hubungan interpersonal.
Komunikasi interpersonal dapat berupa pertemuan face to face atau
secara online (melalui media).
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata communis yang berarti “sama”, comunico,
communication, ataucommunicare yang berarti “membuat sama” (to
make common).Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan
bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk
kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik,
meningkatkan kesadaran pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup
masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana, 2002:41-42).
Menurut Bigner (1979 : 102) komunikasi yang sering dilakukan
antara anak dengan orangtua adalah komunikasi interpersonal. Tanpa
adanya komunikasi interpersonal, dapat menjadikan orang tersebut
merasa terasingkan, kesepian, tidak dihargai, dan tidak diterima.
Komunikasi penting bagi kita sebagai manusia, sebab bila kita
tidak berkomunikasi, maka kita tidak akan bisa saling tukar pikiran atau
pendapat. Dalam hal ini adalah komunikasi antara orang tua dengan
anak. Kedekatan orang tua dengan anak sejak mereka berusia dini tidak
dapat dipungkiri bahwa orang tua itulah salah satu pembimbing anak.
Anak akan menjadikan orang tua sebagai tempatnya untuk
mencurahkan isi hati.
44
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal antara orang tua dan anak adalah suatu proses
penyampaian pesan, pendapat, dan ide-ide oleh satu orang kepada orang
yang lain. Dalam hal ini adalah orang tua dengan anak yang tinggal di
Rusunawa UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.3 Kriter ia Infor man
Informan merupakan orang yang penting dalam sebuah penelitian.
Informan fungsinya adalah orang yang digunakan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Pemanfaatan informan
bagi penelitian adalah agar dalam waktu yang relative singkat banyak
informasi yang didapat ( Suwandi, 2008 : 86)
Peneliti menggunakan cara key person untuk mendapatkan informan.
Memperoleh informan menggunakan cara ini digunakan apabila peneliti
sudah memahami informasi awal tentang informan penelitian. Sehingga
peneliti membutuhkan key person untuk proses wawancara dan observasi.
Key person ini adalah tokoh formal atau tokoh informal (Burhan Bungin,
2007 : 77)
Adapun langkah-langkah peneliti untuk mendapatkan informan adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan kontak awal dan cara masuk
Peneliti melakukan kontak awal pada orang-orang yang diperlukan di
lokasi serta mendapatkan cara masuk yang dianggap paling tepat adalah