• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK YANG BERTEMPAT TINGGAL DI RUSUNAWA UPN “VETERAN” JAWA TIMUR DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR ANAK (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Vete

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK YANG BERTEMPAT TINGGAL DI RUSUNAWA UPN “VETERAN” JAWA TIMUR DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR ANAK (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Vete"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi deskr iptif Kualitatif Komunikasi Interper sonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Veteran” J awa Timur Dalam

Membangun Motivasi Belajar Anak)

SKRIPSI

Oleh :

DICA ADITYA PARAMITHA

0943010220

J URUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “

J AWA TIMUR

2014

(2)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK YANG BERTEMPAT TINGGAL DI RUSUNAWA UPN “VETERAN” J AWA TIMUR

DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJ AR ANAK

(Studi deskr iptif Kualitatif Komunikasi Interper sonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Veteran” J awa Timur Dalam

Membangun Motivasi Belajar Anak)

OLEH :

DICA ADITYA PARAMITHA NPM. 0943010220

Telah Dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Pada tanggal 09 Mei 2014

Pembimbing Utama : Tim Penguji

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang

berjudul KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK

YANG TINGGAL DI RUSUNAWA BELA NEGARA UPN “VETERAN”

J AWA TIMUR.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Diana Amalia, MSi

selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik itu berupa moril, spiritual

maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto MP, Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan FISIP

hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

(4)

6. Keluarga penulis yang sudah memberikan dukungan baik itu dukungan

materi maupun dukungan semangat. Papa, Mama, Kak Aswin, Kak Lendra

7. Jesus Christ yang selalu membuka jalan

8. Teman-teman beserta sahabat yang membantu penulis menyelesaikan

proposal skripsi ini. Teman-teman kampus penulis : Muhammad Akbar

Jamal, Ria Rizki, Finna, Lunlun, Nunung, Nessa, Anna Annisa, Noviana

Liamsi, Made Witrianti, Sri Indriani, dan masih banyak lagi yang tidak bisa

penulis sebutkan satu-satu

9. Teman-teman SMA Astari, Ruliana Juhardini, Rizki Noer Fadilla, Arfi Prita

Sari, Aphrodita Rahmawati yang tak henti-hentinya memberikan semangat

kepada penulis

10.Teman-teman gereja. Ce Oktaf, Ce Onny, Claudia, Steph, Ko Mike, Ko Gun,

Olive, Elys, Hendra, Wida, Vinny yang selalu memberikan dukungan kepada

penulis. Terima kasih teman-teman

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini banyak

terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya,

dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

(5)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu .. ... 14

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Komunikasi Interpersonal ... 16

2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interpersonal ... 16

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal... 17

2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 19

2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Orangtua Anak 20 2.2.1.5 Unsur Komunikasi Interpersonal Orangtua Anak ….. 21

2.2.1.6 Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal ….. 22

2.3 Keluarga ... 25

2.3.1 Pengertian Keluarga ... 25

2.3.2 Pengertian Anak... 26

(6)

2.3.3 Peran Anak ... 26

2.3.4 Pengertian Orang Tua ... 27

2.3.5 Peranan Orang Tua dalam Memotivasi Anak…….. 28

2.3.6 Komunikasi Keluarga ... 29

2.3.7 Fungsi Keluarga ... 31

2.3.8 Fungsi Komunikasi Keluarga ... 33

2.4 Motivasi ... 34

2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 34

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 35

2.4.3 Jenis-jenis Motivasi ... 37

2.5 Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 41

3.2 Subyek Penelitian ... 41

3.2.1 Orang Tua dan Anak ... 41

3.2.2 Komunikasi Interpersonal Orang tua Anak ... 42

3.3 Kriteria Informan ... 44

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.5 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 51

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

(7)

vi

4.1.3 Identitas Informan ... 52

4.2 Analisis Data ... 53

4.2.1 Komunikasi Interpersonal Orangtua dengan Anak .. 53

4.3 Pembahasan ... 71

4.3.1 Komunikasi Interpersonal ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

ABSTRAK

Dica Aditya Paramitha, 0943010220, Komunikasi Interper sonal Orangtua dengan Anak yang Bertempat Tinggal di Rusunawa UPN “Veteran” J awa Timur dala m Meningkatkan Motivasi Belajar Anak

Komunikasi Interpersonal antara Orangtua dengan Anak sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Tetapi berbeda pada anak anak yang bertempat tinggal jauh dengan orangtuanya. Orangtua yang sibuk dan anak yang juga sibuk dengan tugas tugas kuliahnya agak sulit untuk berkomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak dalam meningkatkan motivasi belajar anak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Interpersonal. Sementara metode yang digunakan adala metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam.

Orangtua sebaiknya mendekatkan diri dengan anak sehingga anak bisa nyaman untuk menceritakan masalah masalah yang terjadi. Komunikasi antara orangtua dan anak harus berjalan dengan baik. Yaitu adanya rasa kepercayaan, rasa saling mendukung, dan adanya rasa keterbukaan. Ketiga unsur ini harus terpenuhi agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif.

Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Orangtua dengan Anak, Motivasi Belajar

ABSTRACT

Interpersonal Communication between parents and their child is very important to increase study motivation of children. But in this case, child who placed far from their parents are different. Their parents got many activities and their child was busy with many tasks will make them hard to communicate. This research aim to determine interpersonal communication between parents and their child to increase motivation of children.

In this case, researcher use interpersonal communication. The method used is descriptive method with depth interview method.

Parents should approach their child until they comfortable to tell their problems. Interpersonal communication between parents and child should do well. There is feeling of faith, parents and their children supporting one another, and child must be honest with their parents. All of this elements should be completed, so communication between parents and their child become a good and effective communication

(9)

1

1.1 Latar Belakang

Menurut kodratnya, manusia dilahirkan sebagai makhluk social.

Makhluk social ini adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain

di sekitarnya, seperti ayah, ibu, saudara, teman-teman,sahabat, dan masih

banyak lagi. Manusia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi.

Interaksi antar manusia akan berlangsung melalui komunikasi, baik

komunikasi secara verbal maupun komunikasi secara nonverbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang berlangsung dengan

menggunakan bahasa atau tutur kata. Sementara komunikasi nonverbal

adalah komunikasi yang dalam penyampaiannya menggunakan

symbol-simbol tertentu atau gerakan tubuh tertentu (Mulyana, 2005 :4) . Manusia

berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri,

membangun kontak sosial dengan orang lain, dan untuk mempengaruhi

orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang kita inginkan (Mulyana,

2005:3)

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris

berasal dari kata communis yang berarti “sama”, comunico,

communication, ataucommunicare yang berarti “membuat sama” (to

make common).Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan

bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk

(10)

2

kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik,

meningkatkan kesadaran pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup

masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan

mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana, 2005 :41-42).

Dalam lingkungan keluarga, komunikasi antara orangtua dan anak juga

merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai

alat atau sebagai media penjembatan dalam hubungan antara anak dengan

orangtua. Buruknya kualitas komunikasi dalam hubungan ini akan

berdampak buruk bagi keharmonisan keluarga.

Komunikasi yang sering dilakukan antara anak dengan orangtua

adalah komunikasi interpersonal. Tanpa adanya komunikasi

interpersonal, dapat menjadikan orang tersebut merasa

terasingkan,kesepian,tidak dihargai, dan tidak diterima (Bigner,

1979:102)

Menurut Irwanto (dalam Yatim dan Irwanto, 1997:71) keluarga

berperan penting dalam memberikan dan menggeneralisasikan nilai

norma pengetahuan sikap dan harapan terhadap anak-anak. Sehingga

komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak perlu dikembangkan

dan dibangun dalam suatu keluarga.

Yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah

komunikasi antar dua orang atau lebih dengan menggunakan medium

suara (Bittner, 1985:10). Berdasarkan definisi tersebut, maka terdapat dua

(11)

kelompok factual (Burgon & Huffner, 2002:28). Contoh dari kelompok

maya yaitu orang-orang yang berkomunikasi interpersonal bermedia,

seperti menggunakan telepon maupun internet. Berkembangnya

kelompok maya ini merupakan dampak dari berkembangnya teknologi

komunikasi. Keuntungan dari komunikasi interpersonal bermedia ini

antara lain menghemat waktu dan biaya. Jika seseorang ingin

berkomunikasi dengan orang lain yang jaraknya berjauhan, maka orang

tersebut harus membuang waktu untuk pergi ke tempatnya, kemudian

masalah biaya juga perlu diperhitungkan. Bagaimana transportnya, butuh

biaya yang berapa banyak, dan lain sebagainya.

Menurut Jalaludin Rahmat (2005 :34) komunikasi interpersonal

dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal,

dan hubungan interpersonal.

Komunikasi interpersonal dapat dikatakan berhasil apabila ada

keterbukaan, rasa saling menerima, kepekaan seseorang dalam membaca

gerak-gerik tubuh, dan adanya umpan balik dari pihak penerima.

Aspek-aspek dalam komunikasi interpersonal adal lima. Yaitu keterbukaan,

empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan (DeVito, 1997 :131).

Pada umumnya, setiap anak pasti menginginkan kedekatan

dengan orangtuanya. Agar bisa mengobrol berkomunikasi dengan

orangtuanya. Komunikasi memiliki banyak fungsi. Salah satunya adalah

untuk menghilangkan tekanan emosional/stress (Mulyana, 2005 :4).

Tidak semata-mata hanya mengobrol atau peenghilang stress saja,

(12)

4

peranan komunikasi orangtua terhadap anak dapat memberikan masukan,

solusi, dan untuk mempengaruhi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat

John Powell (1985:32) yang mengatakan bahwa komunikasi memiliki

lima tahap. Yaitu tahap basa-basi, tahap membicarakan orang lain, tahap

menyatakan gagasan dan pendapat, tahap hati atau perasaan, dan yang

kelima adalah tahap hubungan puncak. Komunikasi dalam tahapan

puncak inilah biasanya yang dimiliki oleh hubungan anak dan orangtua.

Dimana dalam tahap ini komunikasi ditandai dengan adanya kejujuran

dan keterbukaan, serta tidak ada lagi rasa malu-malu, ganjalan dalam

mengungkapkan sesuatu diantara kedua belah pihak. Mereka tidak hanya

basa-basi saja atau mengobrol tentang orang lain. Orang-orang yang

sudah berada dalam tahapan ini bisa saling bertukar pikiran di teras,

maupun bersatu hati saat di tempat tidur atau menceritakan

masalah-masalah yang dialaminya saat ini pada saat makan malam bersama.

Dengan adanya kedekatan seperti inilah orangtua bisa mempengaruhi

anak untuk mengikuti kemauannya.

Gangguan dalam komunikasi interpersonalorangtua dan anak ada

banyak. Salah satunya adalah jarak. Jarak yang terlalu berjauhan dapat

menjadikan komunikasi interpersonal antara orangtua dan anak berjalan

dengan tidak baik/tidak efektif dan akhirnya terjadi konflik antar

keduanya.Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2000 : 179) yang

mengatakan bahwa konflik yang terjadi antara orangtua dan anak dapat

(13)

komunikasi yang buruk dapat mengakibatkan perilaku menyipang pada

anak. Namun gangguan-gangguan tersebut bisa diatasi dengan cara

memiliki keterampilan berkomunikasi. Menurut Johnson (1981:10)

beberapa keterampilan dasar yang dimaksud antara lain kita harus mampu

saling memahami. Untuk dapat saling memahami, kita harus memulainya

dengan rasa saling percaya. Kedua kita harus mampu

mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas.

Kemudian yang ketiga kita harus saling menerima dan member dukungan

satu sama lain. Kemudian yang keempat kita harus mampu memecahkan

konflik dan masalah-masalan antarpribadi. Kemampuan keterampilan ini

sangat penting untuk menjaga dan mengembangkan komunikasi

interpersonal kita.

Namun sekarang ini, makin banyak anak-anak yang tinggal

berjauhan dengan orangtuanya. Anak ingin melanjutkan studinya di luar

kota, sehingga ia harus tinggal di asrama kampus. karena hal tersebut,

komunikasi orangtua dengan anak tidak berjalan dengan efektif. Karena

tidak bisa bertemu orangtua setiap saat. Orangtua pun juga tidak bisa

memberikan dukungan kepada anak secara maksimal.

Padahal sebagaimana kita ketahui, proses belajar yang berhasil

mengacu pada prestasi belajar anak. Prestasi belajar tersebut bisa diraih

dengan cara memotivasi anak dalam belajar.

Ketika tinggal di asrama, komunikasi terbatas lewat telepon atau

sms saja. Atau bahkan tidak ada komunikasi sama sekali. Si anak hanya

(14)

6

menelepon atau mengirim sms kapada orangtua hanya saat butuh saja,

seperti waktu membayar uang bulanan asrama ,pada saat kekurangan

uang jajan, atau pada saat memerlukan uang untuk biaya kuliah.Selain itu,

banyaknya tugas-tugas kuliah juga membatasi anak untuk berkomunikasi

jarak jauh dengan orangtua. Si anak sibuk kuliah, setelah pulang kuliah

harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, setelah itu si anak

juga harus mencuci baju sendiri, masak/membeli makanan sendiri.

Sehingga waktu untuk berkomunikasi dengan orangtua juga berkurang.

Factor pergaulan pun juga berpengaruh. Misalnya si anak sering

bepergian dengan teman-temannya yang mengakibatkan tidak ada waktu

untuk belajar dan orangtua tidak mengerti hal itu karena mereka tinggal

berjauhan. Sehingga orangtua tidak bisa menegur anaknya. Di asrama pun

orangtua tidak diperbolehkan untuk menginap di kamar si anak. Padahal

komunikasi orangtua dan anak bisa terjadi dimana saja.

Kurangnya komunikasi ini bisa memberikan dampak yang buruk

bagi motivasi belajar anak. Anak yang sering berkomunikasi dengan

orangtuanya terbukti mempunyai motivasi belajar yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan anak yang jarang berkomunikasi dengan

orangtuanya. Karena orangtua memiliki ikatan batin dengan si anak. Hal

itulah yang menjadikan komunikasi mereka efektif. Padahal peranan

orangtua dalam memotivasi belajar anak sangat penting. Orangtua bisa

memberikan pengalaman pertama kepada anak. Pengalaman pertama ini

(15)

anak.Terbukti, banyak anak-anak yang mengalami kegagalan dalam

studinya karena kurangnya perhatian dan komunikasi dengan orangtua.

Lain halnya dengan anak-anak yang tinggal berdekatan dengan

orangtuanya. Mereka bisa bertemu kapan saja dan komunikasi juga bisa

kapan saja terjadi. Pada saat makan bersama, pada saat menonton televise

bersama, atau bahkan saat sebelum tidur pun si anak bisa melakukan

komunikasi dengan orangtuanya. Sehingga orangtua bisa memahami apa

yang dihadapi oleh anak dan memberikan solusi untuk masalah anak

tersebut. Orangtua juga mengerti apa kegiatan yang dilakukan oleh

anaknya,karena orangtua yang jaraknya dekat bisa setiap hari mengawasi.

Ketika si anak terlalu sering bermain daripada belajar, orangtua bisa

menegur atau memberitahu. Ketika si anak memerlukan bantuan dalam

memecahkan masalah-masalah kuliahnya, orangtua bisa langsung

membantu.

Banyak anak-anak yang tinggal berjauhan dengan orangtuanya

akhirnya terjerumus kedalam pergaulan bebas dan tidak melanjutkan

kuliahnya. Sebagai contoh, ada seorang yang anak sering pergi ke kelab

malam, padahal sebelum tinggal berjauhan dengan orangtuanya, si anak

tidak pernah keluar lebih dari jam 10 malam. Orangtuanya yang tinggal

berjauhan dengan anaknya tersebut tidak mengetahui apa saja yang

dilakukan oleh anaknya. Akibat pergaulan bebas tersebut, studinya gagal

(16)

8

dan ia tidak melanjutkan kuliah lagi. Padahal dulunya ia selalu menjadi

juara kelas (sumber : www.blogspot.com )

Ada juga seorang mahasiswi yang tinggal di suatu asrama, ketika

itu ia sedang mengerjakan tugas akhir. Mahasiswi ini akhirnya tidak

menyelesaikan tugas akhirnya karena stress dan tidak adanya dukungan

dari orangtua karena orangtuanya berjauhan tempat tinggal dengannya.

Berdasarkan survey pendahuluan dengan subjek yang bertempat

tinggal di asrama Bela Negara UPN Veteran Jatim, ada tiga mahasiswi

dari jumlah total 200 mahasiswa mengemukakan bahwa semenjak tinggal

di asrama, ia jarang berkomunikasi dengan orangtuanya. Dulunya ketika

ia ingin mengobrol dengan orangtuanya, bisa dilakukan kapan saja.

Ketika ada masalah ia mengatakan langsung mengetuk pintu kamar

orangtuanya dan menceritakan masalahnya. Karena mereka memang

tinggal serumah. Tetapi sekarang tidak bisa langsung bercerita begitu

saja. Karena harus menunggu waktu yang tepat. Mereka pun hanya

berkomunikasi melalui handphone saja. Durasi ketika berbicara lewat

telepon juga terbatas. Subjek mengaku setiap kali ia menelepon

orangtuanya, orangtua hampir selalu menanyakan kabar kuliahnya,

tugas-tugas kuliahnya, maupun barang-barang yang diperlukan untuk

menunjang prestasi dalam kuliahnya. Tetapi, banyaknya tugas-tugas

(17)

lingkungan asrama menyebabkan waktu untuk berkomunikasi dengan

orangtuanya terhambat.

Ternyata ia menyatakan bahwa kurangnya komunikasi dengan

orangtua mengakibatkan terhambatnya studinya. Orangtuanya yang dulu

tinggal serumah selalu memberikan semangat belajar agar nilainya bagus.

Tetapi sekarang karena jarak yang berjauhan dan waktu yang terbatas,

pemberian semangat itu tidak bisa maksimal. Menurut Rusyan dkk

(1994:196) perhatian dari keluarga/orangtua sebagai lingkungan utama,

pertama, dan yang paling dekat dengan anak. Menjadi hal terpenting.

Perhatian dan komunikasi orangtua dalam belajar anaknya merupakan

factor penting dalam membina kesuksesan belajar. Kurangnya perhatian

dan komunikasi dari orangtua dapat menyebabkan seorang anak menjadi

malas, acuh tak acuh, dan kurang minat belajar.

Berdasarkan jurnal penelitian eJournal Ilmu Komunikasi Volume

1 nomor 1 tahun 2013, seorang peneliti melakukan wawancara kepada

anak-anak yang memiliki prestasi dan motivasi belajar yang bagus.

Ternyata menurut pengakuan anak-anak tersebut, jika ada waktu

berkumpul bersama keluarga, maka orangtua mereka selalu menanyakan

keadaan belajar mereka di sekolah. Sementara itu, anak-anak yang

prestasi belajarnya standart adalah akibat dari kurangnya komunikasi dan

motivasi belajar dari orangtua mereka.

Menurut Sprinthall & Sprinthall (1990:170) anak yang memiliki

motivasi belajar tinggi cenderung memiliki banyak energy untuk

(18)

10

melakukan kegiatan belajar. Anak dengan motivasi belajar tinggi

memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, menunjukkan minat

terhadap bermacam-macam masalah, lebih sering bekerja mandiri, cepat

bosan pada hal-hal yang rutin, dan senang memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan uraian diatas, inilah pentingnya komunikasi

interpersonal orangtua dan anak dalam meningkatkan motivasi belajar

anak. Komunikasi interpersonal dapat terbentuk dalam sebuah kehidupan

keluarga yang melibatkan antara orangtua dengan anak. Anak

membutuhkan oranglain dalam berkembang. Dalam hal ini, yang paling

utama dan pertama bertanggung jawab adalah orangtua atau keluarga dari

anak itu sendiri (Mardiya, 2000:10)

Tetapi, sama seperti bentuk komunikasi yang lain, komunikasi

interpersonal juga bisa efektif dan tidak efektif . Salah satu unsur yang

penting dalam komunikasi interpersonal adalah waktu atau durasi, seperti

yang dikatakan oleh Mulyana (2005:253) dimana waktu akan sangat

mempengaruhi komunikasi efektif. Perbandingan waktu berbincang yang

hanya berdurasi satu jam akan berbeda efeknya dengan waktu

berbincang dengan durasi dua jam atau lebih. Komunikasi interpersonal

antara orangtua dengan anak harus efektif karena akan sangat

berpengaruh terhadap keinginan dan motivasi belajar anak.

Menurut Effendy (2003 :8) komunikasi yang efektif dapat

menimbulkan pengertian, kesenangan, perubahan sikap dan perilaku,

(19)

akan timbul komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak agar dapat

menjadikan anak tersebut berprestasi di dalam studinya. Seperti yang

disebutkan diatas, komunikasi yang efektif bisa menimbulkan perubahan

perilaku. Demikian juga komunikasi interpersonal orangtua kepada anak

bisa membangkitkan motivasi belajar.

Komunikasi interpersonal antara orangtua dan anak masing-

masing jarang dipertemukan, misal oleh karena itu faktor waktu dan

metode yang saling berseberangan (Gunarsa, 2008 :36). Hal ini sesuai

dengan pernyataan bahwa orangtua dan anak yang tinggal di asrama akan

kesulitan untuk melakukan proses komunikasi dikarenakan jarak dan

waktu yang terbatas. Terkadang mereka memiliki kesibukan

sendiri-sendiri yang tidak bisa ditinggal. Sehingga orangtua juga kesulitan untuk

memberikan motivasi untuk niat belajar anak tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditulis diatas,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “komunikasi interpersonal

antara orangtua dengan anak di rusunawa Bela Negara UPN Jatim dalam

meningkatkan motivasi belajar” dengan menggunakan teori komunikasi

interpersonal karena komunikasi interpersonal merupakan komunikasi

yang berlangsung antara dua orang yang bisa dilakukan dengan

menggunakan media internet atau telepon. Inilah yang disebut dengan

kelompok maya. Demikian juga kasus yang terjadi pada orangtua dan

anaknya yang tinggal di asrama Bela Negara UPN Veteran Jatim yang

berkomunikasi menggunakan media teknologi. Dijelaskan bahwa

(20)

12

komunikasi interpersonal antara orangtua dan anak sangat penting dijaga

untuk keharmonisan dalam rumah tangga dan memotivasi anak dalam

belajar.

Penulis mengambil lokasi penelitian di Rusunawa UPN “Veteran”

Jawa Timur karena dibandingkan dengan rusunawa yang lain, rusunawa

disini kurang memperhatikan cara mahasiswi untuk berkomunikasi

dengan dunia luar. Misalnya seperti di PESMI (Pesantren Mahasiswa) di

IAIN atau Rusunawa di Universitas Airlangga. Kedua rusunawa tersebut

memiliki alat komunikasi internet seperti wifi yang bisa memudahkan

mahasiswa untuk berkomunikasi dengan keluarga/orang tuanya melalui

skype. Selain alasan tersebut, Rusunawa UPN ini hanya menampung

mahasiswa semester awal saja. Dimana mahasiswa semester awal masih

membutuhkan orangtua dalam mencari jati dirinya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terpapar diatas, maka

rumusan masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana komunikasi

interpersonal antara orangtua dengan anak yang bertempat tinggal di

rusunawa Bela Negara UPN Jatim dalam meningkatkan motivasi belajar.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka tujuan

(21)

antaraorangtua dan anak yang bertempat tinggal di rusunawa Bela Negara

UPN Jatim dalam meningkatkan motivasi belajar.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Dapat digunakan untuk menambah wacana komunikasi interpersonal

atau antarpribadi.

b. Manfaat Praktis

Memberikan gambaran bagi masyarakat tentang pentingnya komunikasi

interpersonal atar orangtua dan anak dalam meningkatkan motivasi

belajar.

(22)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapan dua jurnal yang

dijadikan sebagai referensi. Jurnal yang pertama berjudul “Pengaruh

Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Anak dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Anak di SMA Negeri 4 Samarinda Semarang. Pada jurnal

ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMS Negeri 4 Samarinda

meengenai peran orangtua dalam meningkatkan prestasi belajar anak,

maka diperoleh hasil penelitian melalui proses survey. Dengan demikian

dari hasil survey tersebut dapat ditarik kesimpulan :

1. Terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal

Orangtua dan anak terhadap prestasi belajar anak. Menurut

hasil penelitian, komunikasi interpersonal antara siswa

SMA Negeri 4 Samarinda tergolong rendah. Hanya 37,2%

saja orangtua yang mau memulai pembicaraan seputar

kesulitan anak dalam belajar. Orangtua dari anak-anak

tersebut juga jarang mau mengerti apa yang dialami oleh

anaknya dalam pelajaran di sekolah. Hanya 17 orangtua

saja yang menanggapi keluhan anaknya ketika mereka

menceritakan kesulitannya dalam hal pelajaran. Orangtua

(23)

adalah kesamaan,sama-sama bernilai dan berharga

(Salim,1991). Dalam komunikasi interpersonal yang

dimaksud dengan kesetaraan adalah kemauan orangtua

untuk duduk bersama-sama dengan anaknya membahas

pelajaran-pelajaran yang tidak dimengerti oleh anak.

2. Perilaku komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak

mengenai prestasi belajar belum sepenuhnya efektif. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya intensitas komunikasi

interpersonal antara orangtua dengan anak. Sehingga si

anak pun juga jarang mau terbuka mengenai prestasi belajar

di sekolahnya. Kurangnya dukungan, rasa empati,

kurangnya sikap positif yang diberikan orangtua terhadap

anak juga berpengaruh terhadap hubungan interpersonal

orangtua dengan anak. Sehingga bisa mempengaruhi

prestasi belajar anak tersebut.

Penelitian yang kedua berjudul “Keterbukaan Komunikasi

Interpersonal Pasangan Suami Istri yang Berjauhan Tempat Tinggal”.

Keterbukaan dalam proses komunikasi interpersonal merupakan suatu hal

yang penting. Tetapi yang terjadi pada pasangan suami istri yang tinggal

berjauhan adalah kurangnya keterbukaan diantara mereka. Sehingga akan

muncul kecurigaan dan rasa tidak percaya diantara keduanya. Jarak yang

jauh juga membuat komunikasi menjadi tidak efektif dan tidak jarang

dapat terjadi miss communication. Dalam jurnal ini, peneliti mengambil

(24)

16

tiga pasangan suami istri untuk menjadi informan penelitian. Hasilnya

adalah bahwa jarak yang jauh tidak menghambat ketiga pasangan ini

dalam membina hubungan. Karene mereka telah memiliki keterbukaan.

Kedua keterbukaan komunikasi pada ketiga pasangan tersebut dipengaruhi

oleh cara mereka dalam menjaga komunikasi satu sama lain. Adapun

hal-hal yang menjadi factor keterbukaan mereka antara lain mau

mendengarkan, menjaga keintiman, sikap saling mendukung dan saling

percaya satu sama lain. Dari hal-hal itulah keterbukaan komunikasi

interpersonal dapat terbina dengan baik. Hasil dari penelitian ini juga

menunjukkan bahwa keterbukaan komunikasi lebih banyak dilakukan oleh

pihak istri. Sementara suami ada kalanya menjadi tidak terbuka kepada

pasangannya karena pengaruh kondisi dan lingkungan. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar yang berperan lebih besar dalam

menjalin keterbukaan adalah istri.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Komunikasi Interper sonal

2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interper sonal

Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal menurut sudut

pandang yang berbeda-beda, diantaranya :

a. Berdasarkan komponen

Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati

(25)

komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan, dengan berbagai

dampak yang akan diakibatkan oleh komunikasi tersebut.

b. Berdasarkan hubungan diadik

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung

diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang dekat dan jelas.

Sebagai contoh adalah hubungan orangtua dengan anak, kakak dengan

adik, atau hubungan dua orang sahabat (DeVito, 1997 : 231)

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Menurut Suranto (2011 : 19) tujuan komunikasi interpersonal ada

macam-macam. Diantaranya adalah:

a. Mengungkapkan perhatian kepada oranglain

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah mengungkapkan

perhatian

kepada oranglain. Dalam hal ini, seseorang menyapa dengan cara

tersenyum ataupun melambaikan tangan.

b. Menemukan diri sendiri

Orang melakukan komunikasi interpersonal untuk mengetahui

tentang sifat-sifat dan karakter yang dimilikinya berdasarkan pendapat

oranglain. Seseorang tidak bisa dengan mudah mengetahui kesalahan pada

dirinya jika tidak diberitahu oleh orang lain.

(26)

18

c. Menemukan dunia luar

Dengan berkomunikasi interpersonal, seseorang dapat

mengetahui informasi dari oranglain. Termasuk informasi yang

penting dan actual. Misalnya komunikasi dokter dengan pasien

dapat mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien beserta

dengan penanganan dan pencegahannya.

d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Maksud dari pernyataan ini adalah kita sebagai makhluk

social, tidak bisa hidup tanpa bantuan dari oranglain. Oleh karena

itu, kita mengabdikan sebagian hidup kita untuk berkomunikasi

interpersonal agar hubungan baik tetap terjaga.

e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu

ataupun mengubah sikap. Baik secara langsung (tatap muka)

maupun secara tidak langsung (melalui media)

f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu

Kadang-kadang seseorang melakukan komunikasi

interpersonal hanya untuk mencari kesenangan atau hiburan.

Berbicara dengan seseorang bisa membantu kita menghilangkan

(27)

g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan miss

communication yang terjadi antara pemberi pesan dan penerima

pesan. Karena melalui komunikasi interpersonal, dapat dilakukan

pendekatan dan menjelaskan berbagai pesan yang rawan

menimbulkan kesalahpahaman

h. Memberikan bantuan (konseling)

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memerlukan

komunikasi interpersonal bisa berguna untuk konseling. Tanpa

disadari, seseorang ternyata sering bertindak sebagai konselor

maupun konseli dalam komunikasi interpersonal. Misalnya saja

seorang remaja curhat kepada teman dekatnya. Tujuan melakukan

curhat tersebut adalah untuk mendapat bantuan pemikiran sehingga

ada solusi atau pemecahan masalah yang baik.

2.2.1.3 Cir i-Ciri Komunikasi Interper sonal

Menurut Judy C. Pearson (2002 : 21) menyebutkan ada beberapa

ciri komunikasi interpersonal. Yaitu:

a. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi. Artinya adalah

segala bentuk penafsiran pesan maupun penilaian mengenai oranglain

berasal dari diri kita sendiri

b. Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan

antarpribadi. Maksudnya efektivitas komunikasi interpersonal tidak hanya

(28)

20

dari berkualitasnya isi pesan saja, tetapi juga tergantung dari kadar

hubungan antar individu.

c. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang saling

berkomunikasi saling bergantung satu dengan yang lainnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal melibatkan emosi.

Sehingga terjadi saling ketergantungan emossional antara satu dengan

yang lainnya.

d. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang. Artinya

ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain,

maka ucapan tersebut tidak dapat diubah ataupun diulang. Orang yang

sudah salah ucap memang bisa meminta maaf atas ucapannya, tetapi tidak

bisa menghapus apa yang bisa diucapkan.

2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Orangtua dengan Anak

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan atau

rangsangan dengan menggunakan lambang-lambang dan bahasa, oleh

seseorang kepada orang lain. Tujuannya adalah untuk memberi tahu atau

untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Baik secara langsung atau

melalui media (Effendy, 2003 : 5)

Fungsi komunikasi ada banyak. Diantaranya adalah untuk

berinteraksi, menyampaikan informasi, bersosialisasi, menyampaikan

pikiran dan perasaan, dan bahkan untuk mengurangi tekanan emosional

(29)

membangun kontak social dengan orang lain dan untuk menyatakan serta

mendukung identitas diri (Mulyana, 2005 : 4).

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia

sebagai makhluk social. Melalui komunikasi, kita bisa bertukar pikiran

dan pendapat, kita bisa saling menghibur, dan juga menceritakan

pengalaman-pengalaman kita kepada orang lain. Dalam hal ini adalah

komunikasi antara orangtua dan anak. Kedekatan orangtua dan anak yang

seharusnya menjadi lambang keharmonisan keluarga, serta komunikasi

yang intens merupakan hal yang paling penting dalam memotivasi anak

dalam belajar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal antara orangtua dan anak adalah proses penyampaian isi

pesan, pendapat antara satu orang kepada orang yang lain. Proses

komunikasi ini berlangsung secara dua arah. Artinya adalah orangtua dan

anak, masing-masing memiliki hak yang sama dalam menyampaikan

pesan ataupun pendapat.

2.2.1.5 Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Anak

Menurut Rahmat (2005 : 129), unsure-unsur komunikasi interpersonal

antara lain:

(30)

22

a. Kepercayaan

Rasa percaya merupakan unsure komunikasi yang paling utama.

Adanya rasa percaya membuka kemungkinan komunikator mempertegas

maksud pesan yang ia sampaikan.

b. Supportive

Supportive adalah seseorang bisa menerima dengan jujur,

berempati dalam menghadapi masalah. Komunikasi akan menjadi efektif

apabila ada rasa supportive dalam diri seseorang.

c. Keterbukaan

Keterbukaan yaitu terbuka pada orang-orang yang diajak untuk

berinteraksi/berkomunikasi. Sehingga komunikan bisa mengetahui

pendapat atau pikiran yang disampaikan dan langsung memberikan

tanggapan kepada komunikator.

Berdasarkan uraian diatas, maka unsure-unsur komunikasi antara

orangtua dengan anak dalam meningkatkan motivasi belajar anak adalah

adanya rasa percaya, adanya rasa supportive, dan adanya saling

keterbukaan.

2.2.1.6 Komponen-komponen Komunikasi Interper sonal

Menurut Suranto (2011 : 9) ada beberapa komponen di dalam

komunikasi interpersonal. Diantaranya yaitu :

a. Sumber atau komunikator. Komunikator merupakan orang yang

(31)

berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan social sampai

kepada keinginan untuk mempengaruhi sikap atau tingkah laku

orang lain.

b. Encoding. Encoding adalah suatu aktifitas internal pada

komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan

symbol-simbol verbal dan nonverbal, yang disusun berdasarkan

aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik

komunikan.

c. Pesan. Pesan merupakan hasil dari encoding. Pesan adalah

seperangkat symbol-simbol baik verbal maupun nonverbal, atau

gabungan dari keduanya yang mewakili keadaan khusus

komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas

komunikasi interpersonal, pesan ini merupakan unsure yang sangat

penting.

d. Saluran. Merupakan sarana penyampaian pesan dari sumber ke

penerima atau yang menghubungkan dari orang ke orang.

e. Penerima/Komunikan. Penerima adalah seseorang yang menerima,

memahami, dan menginterpretasikan pesan. Dalam komunikasi

interpersonal, penerima bersikap aktif yaitu memberikan umpan

balik kepada pengirim pesan.

f. Decoding. Decoding adalah kegiatan internal dalam diri penerima.

g. Respon. Respon yaitu apa yang telah diputuskan oleh penerima

untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon

(32)

24

dapat berupa respon positif dan respon negative. Respon positif

bila sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator, respon

netral yaitu berarti komunikan tidak menerima ataupun menolak

keinginan komunikator. Sementara respon negative adalah ketika

tanggapan yang diberikan berbeda dengan apa yang diinginkan

oleh komunikator.

h. Gangguan. Seringkali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda

dengan pesan-pesan yang diterima. Hal ini terjadi karena adanya

gangguan saat komunikasi berlangsung. Dalam komunikasi

interpersonal, gangguan dibagi menjadi tiga. Pertama adalah

gangguan fisik seperti kegaduhan, jarak, interupsi, dan lain

sebagainya. Kedua adalah gangguan psikologis. Gangguan

psikologis ini timbul karena perbedaan gagasan dari penilaian

subjektif diantara orang-orang yang terlibat komunikasi.

Contohnya gangguan ini adalah status social ataupun perbedaan

nilai-nilai. Gangguan yang ketiga adalah gangguan semantic.

Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau symbol-simbol yang

diberikan memiliki arti ganda. Sehingga penerima gagal

menangkap maksud dari pengirim pesan (komunikator).

i. Konteks Komunikasi. Dalam suatu komunikasi selalu ada konteks

tertentu. Setidaknya ada tiga dimensi, yaitu ruang, waktu, dan nilai.

Konteks ruang yaitu tempat dimana komunikasi tersebut

(33)

Kemudian konteks Waktu yaitu kapan komunikasi tersebut

berlangsung. Pagi, siang, sore, atau malam. Sementara konteks

nilai adalah nilai social dan budaya yang mempengaruhi suasana

komunikasi. Seperti adat istiadat, norma-norma yang berlaku,

etika, tata krama, dan sebagainya.

2.3 Keluar ga

2.3.1 Pengertian Keluar ga

Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah

dan hubungan social. Dalam dimensi hubungan darah, merupakan

kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang

lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti yaitu terdiri dari

ayah,ibu,dan anak-anaknya. Sedangkan keluarga besar adalah satuan

keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan

keluarga. Seperti dalam satu rumah terdapat banyak anggota keluarga

lainnya seperti kakek, nenek,ayah,ibu,paman,bibi, dan anggota keluarga

lainnya (Bahri, 2004 : 16)

Keluarga memiliki peranan penting dalam upaya mengembangkan

pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh dengan kasih sayang dan

pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun social

budaya yang diberikan adalah salah satu cara untuk mempersiapkan anak

menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2004 : 37)

(34)

26

2.3.2 Pengertian Anak

Pengertian anak menurut UU RI no. 4 tahun 1979 tentang

kesejahteraan anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun

dan belum pernah menikah. Batasan 21 tahun ditetapkan karena

berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan social, kematangan pribadi,

dan kematangan mental seorang anak dicapai dalam usia tersebut.

2.3.3 Peran Anak

Anak merupakan rahmat Tuhan yang diamatkan kepada orang

tuanya yang membutuhkan peliharaan, penjagaan, kasih saying, dan

perhatian. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan

terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan (Yusuf, 2004 :

12)

Seorang anak mampu bersosialisasi secara sehat yakni ditandai

dengan kemampuan untuk memiliki hubungan secara emosional dengan

orang lain. Seorang anak akan dapat menyerap nilai-nilai, norma-norma,

dan etika dari budaya sosialnya terutama dari orangtuanya (Dariyo, 2004 :

114)

Karena memang dalam kenyataannya, anak suka meniru sikap dan

perilaku orang tua dalam keluarga. Anak secara kualitatif maupun

kuantitatif tidak sama dengan orang dewasa. Bahkan anak adalah orang

(35)

anak sama saja dengan memperlakukan orang dewasa (Sarwono, 2000 :

37)

Seorang anak pandai menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungan yang berubah-ubah secara dinamis (Djamarah, 2004 : 21)

2.3.4 Pengertian Orang Tua

Ada beberapa pengertian menurut para ahli mengenai definisi

orang tua. Orangtua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup

bersama dengan membawa pandangan, pendapat, dan kebiasaan-kebiasaan

sehari-hari (Gunarsa, 2008 : 27). Sementara itu menurut Nasution (1986 :

1) orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu

keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari

disebut “bapak” dan “ibu”. Menurut Wright (1991 :12) orang tua dibagi

menjadi tiga macam. Yaitu yang pertama orang tua kandung. Orang tua

kandung adalah ayah dan ibu yang memiliki hubungan darah secara

biologis. Kedua orang tua angkat. Yaitu pria dan wanita yang bukan

kandung tetapi dianggap sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan

hokum atau adat yang berlaku. Ketiga adalah orang tua asuh. Orang tua

asuh yaitu orang tua yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak

kandungnya atas dasar kemanusiaan.

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan tersebut, dapat

ditarik kesimpulan orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik

dan membina anak-anaknya.

(36)

28

2.3.5 Peranan Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Anak

Menurut Santrock (2007 : 56) siswa yang sukses mendapatkan

perhatian dari orang tua dan dukungan dari orang tua. Untuk itu, ada

beberapa peranan orang tua yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan

motivasi belajar anak. Diantaranya:

1. Menghargai prestasi anak

Hal ini akan sangat memacu anak untuk lebih giat dalam belajar,

kemudian bagi anak yang belum tumbuh motivasi belajarnya,

maka akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli

anak-anak yang memiliki motivasi belajar

2. Memberikan peringatan kepada anak

Peringatan ini berupa hukuman. Hukuman diberikan dengan

harapan anak dapat merubah diri dan memacu motivasi belajarnya.

Hukuman dalam hal ini hendaknya bersifat mendidik. Misalnya

mengerjakan soal atau membuat rangkuman. Jangan hukuman

yang berupa fisik seperti memukul atau mencubit.

3. Menyediakan fasilitas belajar yang cukup sehingga anak

termotivasi untuk belajar

4. Bersedia melibatkan diri dalam belajar anak. Hal ini dapat berupa

memberikan pengarahan dan peringatan, melakukan control

terhadap anak, memberikan dukungan kepada anak, dan menjadi

(37)

2.3.6 Komunikasi Keluar ga

Komunikasi antarpribadi seringkali terjadi didalam lingkungan

keluarga. Komunikasi keluarga mencakup komunikasi antar suami istri,

komunikasi antar orangtua dengan anak, maupun komunikasi antara anak

dengan anak. Komunikasi yang baik membuktikan bisa memecahkan

masalah apapun didalam keluarga. Banyak keluarga yang pecah bukan

karena kemampuan komunikasi mereka. Tetapi karena mereka tidak ingin

belajar untuk membangun komunikasi didalam keluarga itu sendiri

(Syumanjaya, 2009 : 57)

Berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diperhatikan

agar komunikasi didalam keluarga bisa efektif :

a. Respek

Komunikasi yang baik harus diawali dengan adalnya rasa saling

menghormati dan menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan

menimbulkan kesan serupa atau timbal balik dari si penerima. Dalam hal

ini adalah komunikasi antarpribadi orangtua dan anak. Sebagai contoh

misalnya seorang anak mendapatkan masalah didalam studinya, kemudian

ingin curhat kepada orangtuanya. Maka orangtua harus merespon positif.

Seperti memberikan masukan dan saran.

b. Empati

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada situasi dan

kondisi yang dihadapi oleh oranglain. Syarat utama dari empati adalah

kemampuan mendengar dan mengerti oranglain sebelum didengar dan

(38)

30

dimengerti oleh oranglain. Orangtua yang baik akan memahami anaknya

terlebih dahulu. Orangtua diharapkan untuk terlebih dahulu membuka

dialog dengan anaknya, mendengar keluhan dan harapannya.

c. Audible

Audible berarti dapat didengarkan atau bisa dimengerti dengan

baik. Sebuah pesan harus bisa disampaikan dengan cara yang bisa diterima

oleh komunikan. Bahasa tubuh yang baik dan kata-kata yang sopan

termasuk kedalam komunikasi yang audible ini.

d. Jelas

Pesan yang disampaikan oleh komunikator harus jelas maknanya

dan tidak menimbulkan banyak pemahaman. Hal ini juga penting dalam

komunikasi orangtua dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui

pesan yang jelas dan tidak ambigu, anak tidak menangkap pesan yang

berbeda. Sehingga anak bisa mengikuti kemauan orangtuanya untuk aktif

dalam belajar.

e. Rendah hati

Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak

memandang rendah, lemah lembut, sopan dan penuh pengendalian diri.

Orangtua harus bersikap rendah diri ketika memberi motivasi kepada

(39)

2.3.7 Fungsi Keluar ga

Yusuf (2001 : 39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari

sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat di klasifikasikan ke dalam

fungsi- fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Biologis

Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan

legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk

memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi:

(a) pangan, sangan, papan (b) hubungan seksual suami istri dan (c)

reproduksi atau pengembangan keturunan.

2. Fungsi Ekonomis

Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar

masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerjasama sebagai

tim untuk menghasilkan sesuatu.

3. Fungsi Pendidikan (edukatif)

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan dan utama bagi anak.

Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator”

sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah

menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembahasan nilai-

nilai agama, budaya, dan ketrampilan tertentu yang bermanfaat

bagi anak.

(40)

32

4. Fungsi Sosialisasi

Lingkungan keluarga berfungsi merupakan faktor penentu

(determinantfactor) yang mempengaruhi kualitas generasi yang

akan datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang

mensosialisasikan nilai- nilai atau peran hidup dalam masyarakat

yang harus dilaksanakan oleh anggotanya. Keluarga merupakan

lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak

untuk mentaati peraturan (disiplin), mau bekerjasama dengan orang

lain, bersikap toleransi, menghargai pendapat orang lain, mau

bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang

heterogen (etnis, ras, agama dan budaya).

5. Fungsi Perlindungan (protektif)

Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota

keluarganya dari gangguan ancaman atau kondisi yang

menimbulkan ketidaknyamanan (fisik psikologis) bagi para

anggotanya.

6. Fungsi Rekreatif

Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan

kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi para

anggotanya. Maka dari itu, keluarga harus ditata sedemikian rupa

seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi

yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama dengan penuh

(41)

7. Fungsi Agama (religius)

Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai- nilai agama kepada

anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga

berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan

anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama

yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan

yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni

mereka akan terhindar dari beban psikologis dan mampu

menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta

berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi secara

konstruktif terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat.

2.3.8 Fungsi Komunikasi Keluar ga

Fungsi Komunikasi keluarga menurut DeVito antara lain:

1. Fungsi menambah atau meneruskan keturunan

Merupakan fungsi keluarga untuk meneruskan nama keluarganya

2. Fungsi Agama

Komunikasi keluarga yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai

agama kepada anggota keluarganya.

3. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk mengelola atau memanajemen

keuangan di dalam keluarga tersebut.

(42)

34

4. Fungsi Sosial

Merupakan fungsi keluarga untuk mengisyaratkan bahwa

komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri,untuk

kelangsungan hidup, dan untuk memperoleh kebahagiaan.

5. Fungsi Keamanan

Merupakan fungsi komunikasi keluarga yang bertujuan untuk

memberikan rasa aman dan nyaman di dalam keluarga.

2.4 Motivasi

2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi Belajar berasal dari dua kata, yaitu motivasi dan belajar.

Ada beberapa definisi menurut para ahli tentang kata “motivasi” dan

“belajar” diantaranya:

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu “movere” yang

berarti menggerakkan. (Winardi, 2007 : 77)

Sedangkan menurut Moekijat (2000 :77) motivasi berarti dorongan

atau menggerakkan sebagai suatu perangsang dari dalam, suatu gerak hati

yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.

Soemanto (1987 : 78) mendefinisikan motivasi sebagai suatu

perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi

pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita

dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan

(43)

Sementara itu, pengertian belajar menurut Morgan (1963 : 3)

adalah setiap perubahan yang relative tetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengamatan.

Menurut Moh.Suryo (1981 : 32) mendefinisikan belajar sebagai

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita tarik kesimpulan definisi

motivasi belajar yaitu keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri

maupun dari luar yang memberika arah pada kegiatan belajar. Sehingga

tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Motivasi Belajar Anak

Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:

a. Faktor internal; factor internal ini merupakan factor yang

berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:

1. Persepsi individu mengenai diri sendiri, seseorang

termotivasi atau tidak tergantung pada proses

kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang

dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan

perilaku seseorang untuk bertindak.

2. Harga diri dan prestasi, factor ini mendorong atau

mengarahkan individu (memotivasi) untuk berusaha

(44)

36

agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan

memperoleh kebebasan serta mendapatkan status

tertentu dalam lingkungan masyarakat serta dapat

mendorong individu untuk berprestasi

3. Harapan, adanya harapan-harapan akan masa depan.

Harapan ini merupakan informasi objektif dari

lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan

ssubjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan

dari perilaku

4. Kebutuhan, manusia dimotivasi oleh kebutuhan

untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi

secara penuh sehingga mampu meraih potensinya

secara total. Kebutuhan akan mendorong dan

mengarahkan seseorang untuk mencari atau

menghindari, mengarahkan dan memberi respon

terhadap tekanan yang dialaminya

b. Faktor eksternal. Faktor eksternal ini merupakan factor

yang berasal dari luar individu. Diantaranya adalah:

1. Kelompok dimana individu bergabung, kelompok

atau organisasi dimana individu bergabung dapat

mendorong atau mengarahkan perilaku individu

dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu.

(45)

membantu individu mendapatkan kebutuhan akan

nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta

dapat memberikan arti bagi individu sehubungan

dengan kiprahnya dalam kehidupan social

2. Situasi lingkungan pada umumnya. Setiap individu

terdorong untuk berhubungan dengan rasa

mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif

dengan lingkungannya

3. Sistem imbalan yang diterima. Imbalan merupakan

karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang

dibutuhkan oleh seseorang yang dapat

mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah

tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang

mempunyai imbalan yang lebih besar.

2.4.3 J enis-jenis Motivasi

Menurut Djamarah (2002 : 81) motivasi terbagi menjadi dua jenis.

Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut

Taufik dalam Danarjati dkk (2007 : 81) factor-faktor yang

mempengaruhi motivasi intrinsic diantaranya:

(46)

38

1. Kebutuhan (need). Seseorang melakukan aktifitas

(kegiatan) karena adanya factor-faktor kebutuhan,

baik biologis maupun psikologis.

2. Harapan (Expectacy). Seseorang dimotivasi oleh

karena keberhasilan dan adanya harapan

keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang.

Keberhasilan dan harga diri meningkat dan

menggerakkan seseorang kea rah pencapaian tujuan.

3. Minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.

b. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari

motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif atau berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari

orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Djamarah, 2002 :

82). Menurut Taufik (2007), factor-faktor yang mempengaruhi

motivasi ekstrinsik diantaranya:

1. Dorongan keluarga. Dorongan dari keluarga

semakin menguatkan motivasi seorang anak untuk

belajar. Dorongan positif yang diperoleh akan

menimbulkan kebiasaan yang baik pula.

2. Lingkungan. Lingkungan adalah tempat dimana

seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi

(47)

melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan

juga memiliki peran yang besar dalam memotivasi

seseorang merubah tingkah lakunya.

3. Imbalan. Seseorang dapat termotivasi karena adanya

suatu imbalan sehingga orang tersebut ingin

melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak

termotivasi belajar karena ayahnya akan

membelikannya sepeda baru jika ia rajin belajar.

2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang

mendukung pemahaman selanjutnya,. Suatu diagram yang menjelaskan

secara garis besar alurnya sebuah logika berjalannya sebuah penelitian.

Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini:

Komunikasi

(48)

40

Fungsi utama keluarga yaitu sosialisasi. Keluarga menjadi peran

utama untuk mengajarkan nilai dan norma kepada anak. Dalam hal ini

peran komunikasi orang tua sebagai pihak utama dalam keluarga sangat

penting dalam memotivasi anak dan membimbing anak dalam belajar.

Komunikasi interpersonal memberikan dampak yang besar

terhadap motivasi belajar anak. Karena anak dalam proses belajarnya

masih membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang tua. Disinilah

komunikasi interpersonal sangat berperan. Karena berdasarkan uraian

yang sudah disebutkan, komunikasi interpersonal orang tua dengan anak

sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar dan prestasi anak.

Tetap lain halnya dengan komunikasi orang tua dan anak yang

tinggal berjauhan. Telah disebutkan bahwa jarak merupakan salah satu

gangguan dalam berkomunikasi. Sehingga orang tuapun juga tidak bisa

maksimal dalam memotivasi dan mendukung anaknya dalam belajar.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melihat apakah

unsure-unsur dalam komunikasi interpersonal orang tua dan anak yang tinggal

berjauhan sudah terpenuhi seluruhnya. Unsur-unsur komunikasi

interpersonal tersebut antara lain kepercayaan, supportive, dan

(49)

41

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi

interpersonal yang ada pada orangtua dan anak yang tinggal di rusunawa Bela

Negara UPN “Veteran” Jawa Timur dalam meningkatkan motivasi belajar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Menggunakan metode kualitatif karena kualitatif merupakan jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara

kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk meneliti

kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,

gerakan social, atau hubungan kekerabatan (Strauss dan Corbin, 1997 : 1).

Sementara desain yang digunakan adalah desain deskriptif kualitatif.

Karena format deskriptif kualitatif ini lebih tepat bila digunakan untuk

meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam. Seperti

masalah pemahaman masyarakat, masalah hubungan dengan keluarga, dan

lain sebagainya (Burhan Bungin, 2007 : 69)

3.2 Subyek Penelitian

3.2.1 Orang Tua dan Anak

Orangtua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup

bersama dengan membawa pandangan, pendapat, dan kebiasaan-kebiasaan

(50)

42

sehari-hari (Gunarsa, 1976 : 27). Sementara itu menurut Nasution (1986 : 1)

orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga

atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut “bapak”

dan “ibu”.

Orang tua memiliki peranan penting dalam meningkatkan motivasi

belajar anak. Seperti disebutkan oleh Santrock (2007 : 56) bahwa siswa

yang sukses mendapatkan perhatian dari orang tua dan dukungan dari orang

tua.

3.2.2 Komunikasi Interper sonal Orang Tua dan Anak

Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal menurut sudut

pandang yang berbeda-beda, diantaranya :

a. Berdasarkan komponen

Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati

komponen-komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan

oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan, dengan

berbagai dampak yang akan diakibatkan oleh komunikasi tersebut.

b. Berdasarkan hubungan diadik

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung

diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang dekat dan jelas.

Sebagai contoh adalah hubungan orangtua dengan anak, kakak dengan

adik, atau hubungan dua orang sahabat (DeVito, 1997:231)

Menurut Shedletsky & Aiken (2004 : 143) komunikasi

(51)

komunikasi menganggap sama dengan hubungan interpersonal.

Komunikasi interpersonal dapat berupa pertemuan face to face atau

secara online (melalui media).

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris

berasal dari kata communis yang berarti “sama”, comunico,

communication, ataucommunicare yang berarti “membuat sama” (to

make common).Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan

bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk

kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik,

meningkatkan kesadaran pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup

masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan

mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana, 2002:41-42).

Menurut Bigner (1979 : 102) komunikasi yang sering dilakukan

antara anak dengan orangtua adalah komunikasi interpersonal. Tanpa

adanya komunikasi interpersonal, dapat menjadikan orang tersebut

merasa terasingkan, kesepian, tidak dihargai, dan tidak diterima.

Komunikasi penting bagi kita sebagai manusia, sebab bila kita

tidak berkomunikasi, maka kita tidak akan bisa saling tukar pikiran atau

pendapat. Dalam hal ini adalah komunikasi antara orang tua dengan

anak. Kedekatan orang tua dengan anak sejak mereka berusia dini tidak

dapat dipungkiri bahwa orang tua itulah salah satu pembimbing anak.

Anak akan menjadikan orang tua sebagai tempatnya untuk

mencurahkan isi hati.

(52)

44

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal antara orang tua dan anak adalah suatu proses

penyampaian pesan, pendapat, dan ide-ide oleh satu orang kepada orang

yang lain. Dalam hal ini adalah orang tua dengan anak yang tinggal di

Rusunawa UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.3 Kriter ia Infor man

Informan merupakan orang yang penting dalam sebuah penelitian.

Informan fungsinya adalah orang yang digunakan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Pemanfaatan informan

bagi penelitian adalah agar dalam waktu yang relative singkat banyak

informasi yang didapat ( Suwandi, 2008 : 86)

Peneliti menggunakan cara key person untuk mendapatkan informan.

Memperoleh informan menggunakan cara ini digunakan apabila peneliti

sudah memahami informasi awal tentang informan penelitian. Sehingga

peneliti membutuhkan key person untuk proses wawancara dan observasi.

Key person ini adalah tokoh formal atau tokoh informal (Burhan Bungin,

2007 : 77)

Adapun langkah-langkah peneliti untuk mendapatkan informan adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan kontak awal dan cara masuk

Peneliti melakukan kontak awal pada orang-orang yang diperlukan di

lokasi serta mendapatkan cara masuk yang dianggap paling tepat adalah

Referensi

Dokumen terkait

لولأا بابلا ةمدقم ثحبلا ةيفلخ :لولأا لصفلا وأ يوفش لكش في ءاوس ناسنلإا رهاظم نم رهظم يه ةيبدلأا لامعلأا وك ةغللا مدختسي بوتكم س ق الهو ةمدقم ةلي ىرخأ ةرابعبو .ةنميهم

Proses perebusan yang dilanjutkan dengan proses perendaman ini, jaringan tumbuhan yang mengalami kerusakan akibat suhu tinggi, hal ini dapat menyebabkan ikatan

Hal ini berarti hipotesis pertama ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa agency problem tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure level karena tingkat

Rasa aman bagi pegawai sangat berpengaruh terhadap semangat kerja dan kinerja pegawai. Disini yang dimaksud dengan keamanan yaitu keamanan yang dapat dimasukkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Pemanfaatan penggunaan smartphone dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 4 Wajo, 2) Dampak penggunaan smartphone

Motor diesel adalah motor bakar torak yang berbeda dengan motor bensin. Proses penyalaannya bukan menggunakan loncatan bunga api listrik. Pada waktu torak hampir

Pada penelitian ini didapatkan bahwa orang tua yang memiliki upaya kurang dalam pencegahan cedera anak balita di rumah adalah 39,5% menyikat lantai kamar mandi agar tidak

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat dukungan sosial dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) NU