• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus : tinjauan teori Adaptasi Interaksi Jude Burgoon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus : tinjauan teori Adaptasi Interaksi Jude Burgoon."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(Tinjauan Teori Adaptasi Interaksi Jude Burgoon)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

A’ISYAH MARATUSH SHOLIHAH NIM : B96213096

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

A’isyah Maratush Sholihah, B96213096, 2017. Komunikasi Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus (Tinjauan Teori Adaptasi Interaksi Jude Burgoon) Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Orang Tua ABK, Teori Adaptasi

Interaksi

Rumusan masalah yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu : bagaimana cara orang tua berkomunikasi dengan ABK dalam tinjauan teori adaptasi interaksi.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif agar dapat menguraikan fakta dan data mengenai komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak berkebutuhan khusus yang berada di dalam komunitas dengan mayoritas anggotanya berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Hasil Penelitian...4

1. Manfaat Teoritis...4

2. Manfaat Praktis... 5

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu... 5

F. Definisi Konsep Penelitian...9

1. Komunikasi... 9

2. Orang Tua...9

3. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)...10

G. Kerangka Pikir Penelitian...10

H. Metode Penelitian... 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...12

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian...13

a. Subyek Penelitian...13

b. Obyek Penelitian...14

c. Lokasi Penelitian...14

3. Jenis dan Sumber Data... 15

a. Jenis Data... 15

b. Sumber Data...15

4. Tahap Penelitian...16

5. Teknik Pengumpulan Data... 17

6. Teknik Analisis Data...18

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 19

I. Sistematika Pembahasan... 20

J. Jadwal Penelitian...22

BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS...23

A. Kajian Pustaka... 23

1. Komunikasi dan Bentuk Komunikasi Interpersonal...23

2. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)... 47

B. Kajian Teori Adaptasi Interaksi Jude Burgoon...55

(8)

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian...58

1. Subyek Penelitian...58

2. Obyek Penelitian...61

3. Lokasi Penelitian...61

B. Deskripsi Data Penelitian...62

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ABK...76

A. Analisis Data...76

B. Konfirmasi dengan Teori Adaptasi Interaksi...80

C. Perspektif Keislaman Komunikasi Orang Tua dengan ABK... 81

BAB V PENUTUP... 83

A. Kesimpulan...83

B. Rekomendasi...83

1. Bagi Penelitian Selanjutnya... 83

2. Bagi Pengembangan Dakwah... 84

Daftar Pustaka...85

Profil Penulis...88

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu...6

Tabel 1.2 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu...7

Tabel 1.3 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu...8

(10)

DAFTAR BAGAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) di dalam sebuah keluarga bukanlah hal yang mudah diterima oleh orang tua. Perasaan sedih, terpukul, bahkan tidak terima dengan kondisi yang dialami terutama pada saat awal kelahiran anak, merupakan suatu hal yang wajar dirasakan. Tak jarang ada keluarga yang lebih memilih untuk menyembunyikan, menutupi bahkan ada juga yang tidak mengakui keberadaan ABK tersebut karena merasa malu dengan kondisi sang anak.

Rasashockditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang kurang nyaman

di dengar, sikap yang kurang bersahabat serta pandangan yang menyelidik dari orang lain, seperti menatap ABK dari atas ke bawah secara berulang-ulang, membuat suasana hati orang tua ABK menjadi tidak nyaman dan berpotensi membuat mereka semakin menutup diri atau bahkan membenci keadaan.

Pada kasus berbeda, banyak ditemukan orang tua ABK yang memutuskan untuk berpisah maupun sengaja meninggalkan keluarganya dan melepas tanggungjawab karena tidak dapat menerima kondisi anak yang terlahir tidak seperti bayi pada umumnya atau saat mendengar vonis dari dokter bahwa anaknya memiliki kekhususan.

(12)

2

interaksi dan komunikasi dengan anak menjadi minim dan akhirnya hubungan orang tua dan ABK pun menjadi tidak dekat.

Indonesia belum memiliki angka pasti jumlah anak berkebutuhan khusus. Namun diperkirakan jumlahnya cukup besar. Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7-10 persen dari total jumlah anak. Menurut data Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003, di Indonesia terdapat 679.048 anak usia sekolah berkebutuhan khusus atau 21,42 % dari seluruh jumlah anak berkebutuhan khusus.1

Orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (ABK) membutuhkan dukungan agar ia bisa menerima kelebihan serta kekurangan yang ada pada ABK dan tetap merasa percaya diri. Kebanyakan sikap orang tua ABK yang tidak peduli dengan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus adalah karena mereka belum ‘selesai’ dengan permasalahan yang ada pada diri mereka sendiri sehingga hal tersebut mengakibatkan masalah yang lebih kompleks.

Pada 78.305 orang tua di Amerika, didapatkan orang tua yang memiliki anak dengan gangguan perkembangan mental memiliki tingkat kemarahan dan stres lebih tinggi (44%) daripada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus tanpa gangguan perkembangan (12%) dan orang tua dengan anak normal (11%).2

1 Agus Luqman, “jangan malu Punya Anak Berkebutuhan Khusus” dalam

http://kbr.id/08-2015/_jangan_malu_punya_anak_berkebutuhan_khusus_/75113.html.

2 Purwandari, “Gambaran Tingkat Stres Orang Tua Dengan Anak Tunagrahita dan Tunadaksa di

(13)

3

Seringkali orang tua ABK kesulitan untuk mengerti apa yang dibutuhkan, dirasakan, maupun diinginkan oleh ABK karena dalam berinteraksi, sebenarnya orang tua harus bisa menerima kondisi diri terlebih dahulu, termasuk memahami kebutuhan dirinya dalam mengurus ABK. Apalagi, cara, proses dan strateginya berbeda dengan penanganan anak pada umumnya.

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak. Mereka lah yang seharusnya menjadi pihak yang paling mengerti bagaimana kondisi anak dan cara menanganinya.

Bateson mengatakan “We can’t no communicate”selama manusia hidup, ia akan terus melakukan komunikasi baik sadar atau tidak. Manusia menggunakan komunikasi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu termasuk untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensi.

(14)

4

ABK dipengaruhi oleh komunitas tempat mereka berada atau justru berbeda. Apalagi setiap kekhususan yang dimiliki ABK memiliki karakteristik masing-masing. Berbeda jenis kekhususan, berbeda pula cara mereka berinteraksi.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Bagaimana cara orang tua berkomunikasi dengan ABK dalam tinjauan teori adaptasi interaksi?

C. Tujuan Penelitian

Untuk menggali, mengetahui dan memaparkan komunikasi antara orang tua dengan ABK dalam tinjauan teori adaptasi interaksi.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini memberikan hasil yang bermanfaat dan selaras dengan tujuan penelitian. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah :

1. Manfaat Teoritis

(15)

5

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana bagi peneliti untuk mengasah kepekaan terhadap masalah komunikasi yang ada di masyarakat dan sebagai media untuk mendapatkan temuan-temuan baru yang menambah pengetahuan peneliti dalam berkomunikasi.

b. Bagi Masyarakat Luas

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan penggugah inspirasi untuk siapa saja yang peduli dengan ABK dan keluarganya, serta ingin melakukan hal-hal bermanfaat untuk membantu para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus sehingga meminimalisir adanya diskriminasi dan terwujudnya masyarakat yang madani.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

(16)

6

Tabel 1.1

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Peny Puji Astuti. Jurnal psikologi Universitas Ahmad

Dahlan Yogyakarta. Vol. 2 no. 1 tahun 2007

Judul “EFEKTIVITAS METODE BERMAIN PERAN (ROLE

PLAY) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

KOMUNIKASI PADA ANAK”

Tujuan Mengetahui efektivitas metode bermain peran (role play)

untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak.

Metode Kuantitatif

Hasil Ditemukan bahwa metode bermain peran (role play)

terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi anak usia dini (PAUD).

Persamaan Penelitian ini sama-sama membahas tentang komunikasi

kepada anak.

Perbedaan Judul penelitian diatas fokus pada keterampilan

(17)

7

Tabel 1.2

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Fina Hidayati. Jurnal Psikoislamika. UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang. Vol. 10 no. 1 tahun 2013.

Judul “PENGARUH PELATIHAN “PENGASUHAN IBU

CERDAS” TERHADAP STRES PENGASUHAN PADA IBU DARI ANAK AUTIS”

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menjawab hipotesis, apakah

pelatihan “pengasuhan ibu cerdas” berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres ibu yang memiliki anak autis.

Metode Kuantitatif

Hasil Ditemukan bahwa ada penurunan tingkat stres yang signifikan

antara sebelum mengikuti pelatihan “pengasuhan ibu cerdas” dan sesudahnya.

Persamaan Subyek penelitian yang digunakan yaitu orang tua anak

berkebutuhan khusus (ABK).

Perbedaan Judul di atas menggunakan metode kuantitatif dan fokus

(18)

8

Tabel 1.3

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Fitri Dewi Andani. Skripsi. UIN Sunan Ampel Surabaya.

2015.

Judul “PELAKSANAAN PROGRAM PARENTING DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI

ORANG TUA YANG MENYENANGKAN REMAJA DI SMP AL HIKMAH SURABAYA”

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga rumusan

masalah, diantaranya : Program parenting di SMP Al Hikmah Surabaya, keterampilan komunikasi orang tua yang menyenangkan remaja di SMP Al Hikmah Surabaya dan pelaksanaan program parenting dalam meningkatkan keterampilan komunikasi orang tua yang menyenangkan remaja SMP Al Hikmah Surabaya.

Metode Kualitatif

Hasil Program parenting di SMP Al Hikmah Surabaya merupakan

program bimbingan konseling (BK) yang diperuntukkan bagi wali murid agar terjalin koordinasi antara orang tua dengan pihak sekolah.

Keterampilan komunikasi yang menyenangkan diantaranya memiliki beberapa kriteria, yaitu : menjadi sahabat untuk remaja, menekankan kejujuran, memahami anak, kedekatan, meluangkan waktu, menghadapi anak tertutup.

Proses pelaksanaan program tersebut adalah dengan membekali wali murid pengetahuan seputar komunikasi dengan anak sehingga akan timbul pengalaman-pengalaman untuk bahan pembelajaran.

Persamaan Mengkaji tentang komunikasi yang berkaitan dengan orang

tua dan anak.

Perbedaan Judul di atas lebih membahas tentang bagaimana upaya

(19)

9

F. Definisi Konsep

Definisi konsep dalam sebuah penelitian diperlukan untuk memahami secara spesifik istilah yang terkandung di dalam judul penelitian. Berikut ini definisi konsep yang peneliti gunakan, antara lain :

1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan memiliki tujuan dan efek serta berlangsung secara timbal balik. Komunikasi memiliki beberapa bentuk, mulai dari komunikasi intrapersonal yang berlangsung di dalam diri manusia, hingga komunikasi massa.

Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal atau biasa disebut dengan komunikasi antarpribadi. Dimana komunikasi ini berlangsung antara dua orang dan dari komunikasi tersebut, umpan balik didapatkan dengan segera/langsung.

2. Orang tua

Orang tua adalah orang dewasa, baik berpasangan atau tunggal, yang bertanggungjawab dalam mengasuh dan membesarkan anak (baik kandung ataupun bukan) serta memenuhi segala kebutuhan anak tersebut baik psikis maupun fisiologis.

(20)

10

yang berada dalam komunitas masyarakat dengan mayoritas anggotanya berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.

3. Anak Berkebutuhan khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibanding dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.

Sedangkan, ABK yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ABK yang memiliki keluarbiasaan secara fisik dan mental-intelektual yang tinggal satu atap dengan orang tua kandungnya.

G. Kerangka Pikir Penelitian

(21)

11

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Teori ini dikembangkan oleh Jude Burgoon. Menurutnya, ketika seseorang mulai berkomunikasi dengan orang lain, orang tersebut akan memiliki ide umum mengenai apa yang akan terjadi, yang disebut sebagai “posisi interaksi” (interaction position) yaitu tempat atau titik awal dimana seseorang akan memulai komunikasi. Posisi interaksi ini ditentukan oleh kombinasi dari tiga faktor yang dinamakan RED, yang merupakan singkatan darirequirement(kebutuhan), expectation(harapan),dandesires(keinginan).

“Kebutuhan” adalah segala hal yang seseorang perlukan dalam interaksi. Kebutuhan dapat bersifat biologis, seperti meminta makanan, atau kebutuhan sosial seperti kebutuhan berafiliasi atau kebutuhan berteman.

Adapun “harapan” adalah pola-pola yang diperkirakan akan terjadi. Jika seseorang tidak terlalu mengenal orang lain maka orang tersebut akan mengandalkan norma-norma kesopanan dan/atau tujuan dari situasi tertentu seperti tujuan suatu pertemuan. Jika seseorang mengenal orang lain dengan baik

(22)

12

maka kemungkinan harapan tersebut akan didasarkan pada pengalaman masa lalu.

Sedangkan “keinginan” adalah apa yang ingin dicapai atau apa yang diharapkan akan terjadi. Dari kombinasi ketiga posisi interaksi tersebut, nantinya akan menghasilkan suatu sinkroni interaksi. Jika interaksi tersebut disukai, maka akan muncul suatu perilaku saling meniru atau konvergensi dalam suatu pola, yang disebut sebagai pola resiprokal. Namun jika interaksi tersebut tidak disukai atau ketika pola resiprokal tidak berfungsi, maka akan muncul sebuah pola yang disebut sebagai pola kompensasi.

Disini, peneliti ingin menggali sejauh mana teori adaptasi interaksi ini diterapkan dalam komunikasi interpersonal orang tua dengan ABK dan di posisi interaksi mana biasanya komunikasi tersebut dimulai serta apa pola yang lebih sering dihasilkan dari komunikasi tersebut.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini merupakan tradisi penelitian kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia (sosiologi).3

ϯ Cokroaminoto, “Pendekatan Fenomenologi dalam Penelitian Kualitatif”, dalam

(23)

13

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.4

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subyek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung obyek penelitian.5

Yang dimaksud subyek dalam penelitian ini antara lain :

Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive, dimana informan dipilih secara sengaja dan tidak random.

ϰ Anwar Hidayat, “Penjelasan Lengkap Tentang Penelitian Kualitatif” dalam

https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-kualitatif.html.

5 Subliyanto, “Subyek Penelitian dan Responden Penelitian” dalam

http://www.subliyanto.id/2010/06/Subyek-penelitian-dan-responden.html.

Nama Orang Tua ABK Jenis Kebutuhan Khusus Ibu Nurani Distrophy Moscular Progressive

(DMP)

Ibu Ayu Tunagrahita

Ibu Fitri Tunarungu dan Tunawicara (TRW)

Ibu Ida Low Vision

Slow LearnerdanSpeech and

(24)

14

Orang-orang diseleksi untuk dijadikan informan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian.6

Adapun kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk menentukan informan kunci sehingga didapat informasi yang tepat dan akurat adalah sebagai berikut :

1) Informan merupakan orang tua yang tinggal serumah dengan ABK sehingga setiap hari melakukan interaksi dengan ABK.

2) Informan bersedia untuk dijadikan narasumber dalam penelitian. b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dengan ABK, termasuk didalamnya cara orang tua maupun ABK menyampaikan pesan baik secara verbal maupun non verbal.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (YPKABK) Jalan Bratang Binangun VI no. 14 Surabaya. Lokasi ini dipilih karena tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga dalam proses penggalian data, penelitian dapat dilakukan secara lebih intens dan waktu dapat dimanfaatkan secara efisien. Selain itu, yayasan ini memang berfokus pada orang tua ABK dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah dan tersembunyi, meskipun demikian, yayasan tidak menutup diri apabila ada orang tua ABK dengan tingkat ekonomi menengah ke atas ingin ikut bergabung.

ϲ Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm :

(25)

15

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran.7 Dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data primer yaitu data mengenai pengamatan yang dilakukan selama peneliti mengikuti kegiatan orang tua dan ABK di YPKABK serta data dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepada orang tua ABK.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan peneliti untuk mendukung data primer. Data sekunder bisa berupa informasi yang didapat dari buku-buku, artikel, jurnal dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Sedangkan, dalam penelitian ini, data sekunder adalah informasi yang didapat dari buku, brosur, artikel, maupun jurnal online, yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal, strategi komunikasi, anak berkebutuhan khusus dan kriteria diagnosisnya, serta teori adaptasi interaksi.

b. Sumber Data

Untuk kelengkapan jenis data seperti diuraikan diatas, maka diperlukan adanya sumber data, dalam penelitian ini sumber data yang dipakai, yaitu :

(26)

16

1) Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.8 Dalam penelitian ini

memerlukan beberapa informan sebagai sumber data yang nantinya diharapkan dapat memberikan data yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria penilaian tertentu yang dianggap dapat mewakili.

2) Sumber Tertulis

Sumber tertulis dalam penelitian ini berupa dokumen pribadi, baik dari buku, brosur, artikel, jurnal, skripsi yang memiliki kaitan dengan subyek penelitian.

4. Tahap Penelitian a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti mulai dengan membuat rancangan penelitian dan memilih lapangan penelitian dengan mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya letak geografis, waktu, dan subyek penelitian serta meminta izin terkait akan diadakannya penelitian.

Misalnya, Untuk pemilihan lapangan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu ke beberapa lembaga seperti yayasan dan sekolah luar biasa untuk memilih lapangan penelitian yang paling sesuai.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Dalam konteks ini peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu agar dapat mengetahui apa saja hal yang harus dipersiapkan dalam

(27)

17

penelitian. Selain itu, peneliti perlu mempersiapkan diri baik dari segi fisik maupun mental.

2) Memasuki Lapangan

Dalam tahap ini, peneliti perlu membangun keakraban sehingga terjalin kedekatan dengan subyek penelitian agar tidak ada informasi yang ditutupi atau hanya berdasarkan perkiraan. Oleh sebab itu, peneliti memutuskan untuk menjadi volunteer di YPKABK, dengan demikian peneliti bisa lebih dalam mengenal subyek penelitian, lebih bisa beradaptasi dengan lapangan penelitian dan menambah proximity antara peneliti dengan subyek penelitian.

Disamping itu peneliti juga harus mempertimbangkan waktu yang digunakan pada tahap wawancara serta pengambilan data lainnya dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian.

3) Tahap Analisis Data

Dalam tahap ini peneliti menganalisis data yang telah didapat dari subyek yang diteliti, yaitu dengan cara mencari perbandingan dan hubungan antara data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian kemudian dihubungkan dengan teori yang ada.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Mendalam

Teknik ini dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dapat menggunakan telepon.9 Wawancara mendalam peneliti gunakan untuk

(28)

18

memperoleh data mengenai seperti apa interaksi subyek penelitian dengan ABK dalam kehidupan sehari-hari dengan adanya kekhususan yang ada pada diri ABK dan apa saja kesulitan yang ditemui.

b. Observasi Partisipan

Dari metode observasi ini peneliti akan melakukan pengamatan untuk memperoleh data tentang apa saja yang terjadi selama subyek penelitian melakukan interaksi dengan ABK saat mengikuti kegiatan di YPKABK. c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan penulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.10 Data yang dikumpulkan melalui teknik ini adalah

gambaran umum mengenai latar belakang subyek penelitian dan kriteria diagnosis ABK.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antara variabel yang sedang diteliti.

Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna.11

Pada tahap ini, teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah model Miles dan Huberman, dengan tahap berikut :

10 Handari Nawawi,Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,

1993), hlm. 133.

11 Ariesto Hadi Sutopo,Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVivo,(Jakarta : Kencana

(29)

19

a. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dari data yang didapat di lapangan kemudian merangkum dan memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.12

c. Penarikan Kesimpulan

Langkah ini merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.13

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti akan berpengaruh pada data yang diperoleh. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti dapat mengumpulkan banyak data yang akan membantu dalam melakukan validasi.

12 Ibid.hlm. 07.

13 Jalaluddin Rahmat,Metode Penelitian Komunikasi,(Bandung : Remaja Rosda Karya, 1985),

(30)

20

b. Ketekunan Pengamatan

Dengan menggunakan teknik ini berarti peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk menggali informasi yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian.

c. Triangulasi

Dengan menggunakan teknik ini peneliti memeriksa data-data yang diperoleh dari subyek penelitian baik melalui wawancara maupun pengamatan yang kemudian dari data tersebut peneliti bandingkan dengan data dari sumber lain sehingga keabsahan data penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

d. Diskusi dengan teman sejawat

Dengan menggunakan teknik ini peneliti akan mengetahui apa saja kekurangan penelitian serta hal apa saja yang harus diperbaiki.

I. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Membahas mengenai latar belakang peneliti dalam mengangkat masalah komunikasi interpersonal orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(31)

21

BAB III DATA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ABK

Membahas mengenai gambaran profil informan, obyek penelitian, lokasi penelitian serta deskripsi hasil penelitian.

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ABK

Membahas analisis data yang diperoleh dan konfirmasi data dengan teori adaptasi interaksi Jude Burgoon yang digunakan serta tinjauannya dari perspektif islam.

BAB V PENUTUP

(32)

22

J. Jadwal Penelitian

Tabel 1.4

Tabel Jadwal penelitian

No .

Uraian Kegiatan

Waktu penelitian

November Desember Januari Februari maret april mei juni

1. Pra Survey/

studi pendahuluan

√ √

2. Pembuatan

proposal penelitian

3. Pengumpulan

data

√ √

4. Analisis data

5. Penyusunan

laporan penelitian

(33)

BAB II

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi dan Bentuk Komunikasi Interpersonal

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris comminication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. “Sama” disini maksudnya adalah sama makna.1

Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.2

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan melalui media dan disertai denganfeedback.

Komunikasi merupakan proses interaksi untuk berhubungan dari pihak satu ke pihak lainnya. Dalam lembaran sejarah, awal proses komunikasi berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi, lalu dikemas menjadi sebuah pesan. Pesan itu selanjutnya disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

1 Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2005), hlm. 09.

(34)

24

bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan yang membuat berbagai pihak saling mengerti dan memahami.3

Menurut Lasswell, proses komunikasi memiliki unsur-unsur berikut :

a. Sender, Istilah lainnya adalah komunikator, yaitu seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain atau sejumlah orang. Dalam penelitian ini, sender adalah orang tua ABK.

b. Encoding, Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk

lambang. Dalam proses ini terjadilah pertimbangan serta proses memilih dan memilah mana hal yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.

c. Message, yaitu pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna

yang disampaikan oleh komunikator.

d. Media, Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan. Pada setiap bentuk komunikasi, memiliki media yang berbeda-beda. Media yang digunakan bisa berupa surat kabar, telepon, media berbentuk audio visual seperti televisi, radio, dan lain sebagainya, maupun media berupa udara pada komunikasi tatap muka.

e. Decoding, Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan

makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

f. Receiver, disebut sebagai audience atau komunikan. Ia merupakan orang

lain yang menerima pesan dari komunikator, dalam hal ini receiver adalah anak berkebutuhan khusus (ABK).

3 Fitriana Utami Dewi,Public Speaking Kunci Sukses Berbicara di Depan Publik,(Yogyakarta :

(35)

25

g. Response, Tanggapan, seperangkat reaksi pada receiver setelah diterpa

pesan.

h. Feedback, Umpan balik, yakni tanggapan receiver terhadap pesan yang

diterima dari komunikator.

i. Noise, Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.4

Unsur-unsur tersebut membentuk suatu sistem komunikasi dimana masing-masing bagian bekerja secara mandiri sekaligus bersama-sama sehingga satu sama lain saling terkait dan semua aktivitas pada tiap bagian maupun himpunan memiliki tujuan yang sama.

Komunikasi bisa berbentuk verbal dan non verbal. Yang dimaksud komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata dan bahasa, yang disampaikan melalui lisan maupun tulisan. Sedangkan simbol atau pesan verbal itu sendiri, adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang manusia sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Sementara itu, suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.5

4 Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, …,hlm. 18.

ϱ Dedy Mulyana,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007),

(36)

26

Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata. Menurut Larry A. Smavor dan Ricard E Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai potensial bagi pengirim dan penerima.13

Fungsi komunikasi non verbal adalah mengganti kemampuan berbicara, sebagai isyarat sikap terhadap orang lain, isyarat emosi, dan sebagai alat bantu dalam komunikasi verbal. Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut6:

a. Perilaku non verbal dapat mengulang perilaku verbal, misalnya seseorang menganggukkan kepala ketika ia mengatakan “ya”, atau menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak”.

b. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. misalnya seseorang melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat jalan”, isyarat non verbal itulah yang disebuteffect display.

c. Perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya, seseorang menggoyangkan tangannya dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai pengganti kata “tidak”) isyarat non verbal ini disebut dengan emblem.

d. Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal. misalnya seorang mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, atau melihat

(37)

27

jam tangan menjelas kuliah berakhir, sehingga dosen segera menutup kuliah.7

e. Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya, seorang suami mengatakan “Bagus!” ketika dimintai komentar istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar atau menonton televisi.

Menurut Albert Mehrabian, pesan non verbal berupa gerak tubuh memiliki porsi paling tinggi yaitu 55% dalam pengungkapan makna sedangkan intonasi 38% dan kata-kata hanya memiliki 7% saja. Bentuk Komunikasi non verbal ada beberapa macam8, diantaranya :

a. Bahasa tubuh

Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolis. Yang termasuk dalam bahasa tubuh yaitu isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh dan posisi kaki, ekspresi wajah dan tatapan mata, dan lain-lain. Isyarat tangan, atau berbicara dengan tangan disebut dengan emblem, yang dipelajari dan mempunyai makna dalam suatu budaya atau sub-kultur. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya. Gerakan kepala, seperti menganggukkan kepala, menggelengkan kepala.

b. Sentuhan

Studi tentang sentuhan-sentuhan disebutkan haptika (haptics). Sentuhan adalah perilaku non vebal yang multi makna, dapat menggantikan seribu

(38)

28

kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, pegangan (jabat tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas. Seperti makna pesan verbal, makna pesan non verbal, termasuk sentuhan, bukan hanya tergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks.

c. Parabahasa

Parabahasa, atau vokalika, merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara mengkomunikasikan emosi dan pikiran seseorang. Riset menunjukkan bahwa pendengar mempersepsi kepribadian komunikator lewat suara. Tapi tidak berarti persepsi mereka akurat; sebab meraka memperoleh persepsi tersebut berdasarkan stereotip yang telah mereka kembangkan.

d. Penampilan fisik

Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna), dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, dan sebagainya. Seringkali orang memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut dan sebagainya.

(39)

29

mengenakan jubah atau jilbab sebagai tanda keagamaan dan keyakinan mereka. Seseorang juga dapat mempersepsi dan memperlakukan orang lain sesuai dengan tampilannya.

e. Bau-bauan

Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (seperti wewangian pada parfum) dapat digunakan seseorang untuk menyampaikan pesan, seperti menunjukkan karakter dan lain sebagainya, mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan. Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, mengidentifikasi keadaan emosional, dan menarik lawan jenis. Bau yang di gunakan seseorang juga memiliki pesan, yang dapat di persepsi orang lain.

f. Orientasi ruang dan jarak pribadi

Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall adalah antropolog yang menciptakan istilahproxemics

(proksemika) sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi. Beberapa pakar lainya memperluas konsep proksemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi, termasuk iklim, pencahayaan, dan kepadatan penduduk.

(40)

30

g. Konsep waktu

Waktu menentukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Seperti budaya Indonesia yang terkenal dengan jam karet.

h. Diam

Faktor-faktor yang mempengaruhi diam adalah durasi diam, hubungan antara orang-orang yang bersangkutan dan situasi atau kelayakan waktu. Sikap diam seseorang dapat mempengaruhi persepsi seseorang sesuai dengan pengalamannya. Terkadang apa yang dipersepsi orang lain mengenai sikap individu yang diam itu juga salah.

i. Warna

Manusia sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama. Di Indonesia, warna merah muda adalah warna feminim, sedangkan biru adalah warna maskulin. Oleh karena bersifat simbolik, warna bisa menimbulkan pertikaian. Dengan warna, juga dapat terurai makna suasan hati seorang individu.

j. Artefak

(41)

31

terlihat di sekeliling individu akan memberikan makna, meskipun sesuatu itu tampak sepele pun ternyata bersifat simbolik.

Budaya sangat mempengaruhi komunikasi, termasuk komunikasi non verbal. Pemaknaan terhadap pesan non verbal juga bisa membuat seseorang gagal berkomunikasi dengan orang lain. Seseorang cenderung menganggap budaya nya dan bahasa non verbalnya sebagai standar dalam menilai bahasa non verbal orang dari budaya lain. Namun, jangan sampai seseorang terjebak dalam etnosentrisme (menganggap budaya sendiri sebagai standar dalam mengukur budaya orang lain) sebab hal tersebut merupakan suatu hal yang salah, karena setiap budaya dari masing-masing individu memiliki ciri khas yang unik.

Berbicara mengenai komunikasi, pasti tidak akan lepas dari pembahasan mengenai bagaimana komunikasi tersebut dapat berjalan dengan efektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu apa saja faktor pendukungnya. Faktor ini biasa disingkat dengan REACH

(Respect, Empathy, Audible, Clarity ,Humble).9 Masing-masing unsur ini

sangat berperan dalam mendukung komunikasi yang efektif, yang dijabarkan sebagai berikut :

a. Respect, yaitu menghargai. Pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan

dianggap penting. William James, seorang ahli psikologi mengungkapkan bahwa “Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai”. penghargaan bukan sekadar keinginan atau harapan yang dapat tidak harus dipenuhi ataupun ditunda.

(42)

32

b. Empathy, empati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri pada

situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.10

c. Audible, audible memiliki arti dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Dalam hal ini, pesan yang ingin disampaikan haruslah dapat diterima oleh komunikan.

d. Clarity, pesan yang disampaikan harus jelas, tidak menimbulkan multi

interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam komunikasi, perlu adanya sikap terbuka, tidak ada yang disembunyikan atau ditutupi sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) pada diri komunikan.

e. Humble, rendah hati berkaitan dengan sikap menghargai. Dengan bersikap rendah hati, seseorang yang berkomunikasi akan mudah bersikap obyektif karena ia menampung apapun respon yang ia terima dengan baik, sehingga lebih mudah baginya untuk memilih strategi komunikasi.

Disamping faktor-faktor pendukung komunikasi efektif, terdapat pula

noise atau gangguan. Noise inilah yang menghambat tercapainya tujuan

komunikasi. Diantara hambatan-hambatan tersebut adalah11 :

10 Ibid,hlm. 115.

11 Kris Cole,Komunikasi Sebening Kristal, Meraih Sukses Melalui Keterampilan Memahami,

(43)

33

a. Kurangnya Informasi atau Pengetahuan

Orang yang pengetahuannya terbatas, akan lebih susah untuk mencerna pesan, daripada orang yang berpengetahuan luas. Karena ia tidak mengenali infomasi yang diterima.

b. Tidak Menjelaskan Prioritas atau Tujuan Secara Semestinya.

Pesan yang disampaikan secara berbelit-belit atau rumit, membuat komunikan tidak dapat menangkap maksud yang dikehendaki oleh komunikator.

c. Tidak Mendengarkan

Mendengarkan merupakan usaha memperoleh pengertian dengan mempergunakan indera dan kemampuan pikiran untuk berinterpretasi terhadap pesan yang diterima. Dengan tidak mendengarkan, otomatis pesan tidak akan diterima dengan baik.

d. Tidak Memahami Sepenuhnya dan Gagal Mengajukan Pertanyaan.

Miss komunikasi yang tidak segera diluruskan dapat mengakibatkan masalah-masalah yang lebih kompleks. Sehingga sebisa mungkin hal tersebut dihindari.

e. Pikiran yang Dibuat-Buat, Gagasan yang Telah Dipertimbangkan Sebelumnya.

(44)

34

f. Tidak Memahami Kebutuhan Orang Lain.

Apabila komunikator tidak dapat menyesuaikan atau mendesain pesan sesuai dengan kebutuhan komunikan, maka otomatis hal tersebut menjadi hambatan komunikasi.

g. Tidak Berpikir dengan Jelas, Meloncat ke Kesimpulan

Mendengarkan dengan seksama merupakan cara yang paling efektif agar tidak ada informasi yang ‘hilang’. dengan meloncat kepada kesimpulan, maka komunikan tidak akan dapat memahami proses komunikasi yang terjadi karena ia tidak memiliki kesempatan untuk mencerna pesan.

h. Kehilangan Kesabaran, Membiarkan Diskusi Menjadi Panas.

Orang yang kehilangan kesabaran cenderung lebih mementingkan ego daripada mendengarkan orang lain. Oleh sebab itu, ketika berkomunikasi, jagalah suasana tetap kondusif.

i. Waktu yang Pendek.

Waktu yang pendek membatasi orang untuk menuntaskan komunikasi sehingga kemungkinan besar tujuan komunikasi sulit untuk dicapai.

j. Suasana Hati Sedang Buruk

Suasana hati yang buruk akan membuat pikiran menjadi tidak fokus dan pesan tidak dapat tersampaikan dengan baik.

Jika kesulitan-kesulitan tersebut tidak segera dikenali dan diatasi, sangat beralasan apabila efektivitas dalam komunikasi akan sangat berkurang dan tujuan komunikasi berpotensi gagal tercapai.

(45)

35

proses penyampaian pesan yang berlangsung secara timbal balik tersebut. Bekal tersebut adalah keterampilan. Keterampilan komunikasi merupakan hal yang seharusnya dikuasai setiap manusia. Karena selama ia hidup, ia akan terus melakukan komunikasi. Keterampilan Komunikasi dapat dibagi dalam tiga kategori12 :

a. Keterampilan Komunikasi Lisan

Keterampilan komunikasi lisan adalah kemampuan berbicara sehingga mampu mempresentasikan gagasan secara jelas meskipun karakteristik komunikan yang dihadapi berbeda-beda. Keterampilan komunikasi lisan ini meliputi keahlian dalam menyesuaikan cara bicara, menggunakan pendekatan dan gaya yang pas sesuai dengan tingkat pemahaman komunikan, dan mengerti pentingnya bahasa non verbal sebagai pendukung komunikasi lisan yang dilakukan.

Dalam menguasai keterampilan komunikasi lisan, dibutuhkan kecakapan lain (background skills)seperti pemahaman tentang komunikan, mendengar secara kritis dan kemampuan presentasi yang baik.

b. Keterampilan Komunikasi Tulisan

Komunikasi tulisan (written communication) yaitu kemampuan menulis secara efektif dalam konteks dan untuk beragam pembaca dan tujuan. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menulis dengan gaya dan pendekatan yang berbeda untuk pembaca atau media yang berbeda.13

Kemampuan komunikasi tulisan juga termasuk kemampuan komunikasi

ϭϮ Romeltea,“Keterampilan Komunikasi : Communication Skill” dalam

http://romeltea.com/keterampilan-komunikasi-communication-skill/.

13 “Keterampilan Komunikasi : Pengertian, Ruang Lingkup dan Fungsi”, dalam

(46)

36

elektronik, seperti menulis dan mengirim email, chatting, menulis status di sosial media,SMSdan lain sebagainya.

Background skill dari kemampuan ini adalah keahlian menyunting

teks, membaca kritis, maupun menjabarkan data menjadi sebuah narasi. c. Kemampuan Komunikasi Non Verbal

Kemampuan untuk memperkuat ide menggunakan gesture, intonasi atau nada suara, gerak tubuh dan ekspresi wajah, termasuk juga penggunaan gambar maupun simbol.

Selain unsur-unsur, faktor pendukung dan bekal yang harus dimiliki, komunikasi juga memiliki beberapa bentuk, seperti komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan lain sebagainya. Sementara itu di dalam penelitian ini, fokus yang dipilih peneliti adalah tentang komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal bisa juga disebut sebagai komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara beberapa pribadi yang terlibat dalam proses komunikasi.14 Komunikasi interpersonal juga dapat

diartikan sebagai komunikasi antar dua orang individu atau lebih. Komunikasi ini dapat berlangsung secara tatap muka(face to face communication). Tetapi juga bisa berlangsung dengan menggunakan alat bantu sepertitelephone, surat, telegram dan lain-lain. Edward Sapir menyebut hal ini sebagai komunikasi antar individu beralat, sedang komunikasi individu tatap muka disebut komunikasi individu sederhana.15

14 Yoyon Mudjiono,Komunikasi Antar Pribadi,(Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014),

hlm.19.

ϭϱ Hafied Canggara,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2010), hlm.

(47)

37

Menurut Dedy Mulyana, komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.16 Menurut Joseph A. Devito, pengertian

komunikasi antarpribadi setidaknya dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu pengertian komunikasi antarpribadi berdasarkan komponen

(componential), hubungan diadik (relational dyadic), dan pengembangan

(developmental).17

a. Berdasarkan Komponen(Componential)

Menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, yaitu penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.

b. Berdasarkan Hubungan Diadik (Relational Dyadic)

Dalam hal ini komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Misalnya komunikasi antar pribadi antara pramuniaga dengan konsumen, dua orang dalam suatu wawancara, ibu dan anak dan lain sebagainya.

c. Berdasarkan Pengembangan(Developmental)

Dalam hal ini komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) pada

ϭϲ Suranto AW,Komunikasi Interpersonal,(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), hlm. 03.

(48)

38

satu sisi, dan menjadi komunikasi pribadi atau intim pada sisi yang lain. Perkembangan ini mengisyaratkan pengembangan definisi komunikasi antarpribadi.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal atau antarpribadi adalah proses penyampaian pesan verbal maupun non verbal yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan media suara (tatap muka) maupun melalui media lain seperti misalnya telepon, dan setiap peserta komunikasi masih berada dalam satu lingkup pembahasan yang sama, serta dilakukan secara spontan yang menghasilkan umpan balik langsung dengan tujuan komunikasi yang sama.

Komunikasi interpersonal, merupakan bentuk komunikasi yang paling sering ditemukan dalam rutinitas sehari-hari. Apabila diamati dengan komunikasi lainnya, maka dapat ditemukan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain18 :

a. Arus Pesan Dua Arah

Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat. Seorang sumber pesan dapat berubah peran sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

b. Suasana Non Formal

Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. seperti percakapan intim dan lobi, bukan forum formal seperti rapat.

(49)

39

c. Umpan Balik Segera

Karena komunikasi interpersonal biasanya berlangsung secara bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun non verbal.

d. Peserta Komunikasi Berada dalam Jarak yang Dekat(Proximity)

Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antar individu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat. Baik jarak dalam arti fisik mapun psikologis. Jarak yang dekat dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada pada satu lokasi tempat tertentu. Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukkan keintiman hubungna antarindividu.

e. Peserta Komunikasi Mengirim dan Menerima Pesan Secara Simultan dan Spontan, Baik Secara Verbal Maupun Non Verbal.

Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatkan kekuatan pesan verbal maupun non verbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun non verbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.

(50)

40

komunikasi interpersonal itu bermacam-macam, beberapa di antaranya dipaparkan sebagai berikut19:

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain.

Perhatian kepada orang lain dapat diungkapkan dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya, dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukkan adana perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin, dan cuek. Apabila diamati lebih serius, orang yang berkomunikasi dengan tujuan sekadar mengungkapkan perhatian kepada orang lain ini, bahkan terkesan “hanya basa-basi”. Meskipun bertanya, tetapi sebenarnya tidak terlalu berharap akan jawaban atas pertanyaan itu.

b. Menemukan Diri Sendiri.

Seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka terjadi proses belajar banyak sekali mengenai diri maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenai jati diri, atau dengan kata lain menemukan diri sendiri.

(51)

41

c. Menemukan Dunia Luar.

Melalui komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk dapat berbagi informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual. Komunikasi merupakan “jendela dunia” karena dengan berkomunikasi dapat mengetahui berbagai kejadian di dunia luar.

d. Membangun dan Memelihara Hubungan yang Harmonis.

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Semakin banyak teman yang dapat diajak bekerja sama, maka semakin lancarlah pelaksanaan kegiatan dalam hidup sehari-hari. Sebaliknya apabila ada seorang saja sebagai musuh, kemungkinan akan menjadi kendala. Oleh karena itulah setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk berkomunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.

e. Mempengaruhi Sikap dan Tingkah Laku

Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan tersebut telah mendapatkan pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.

f. Mencari Kesenangan atau Sekadar Menghabiskan Waktu

(52)

42

merupakan pembiaraan untuk mengisi dan menghabiskan waktu. Di samping itu juga mendapat kesenangan, karena komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan, dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari.

g. Menghilangkan Kerugian Akibat Salah Komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (miss communication) dan salah interpretasi yang terjadi antara sumber dan penerima pesan. Sebab dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi.

h. Memberikan Bantuan Konseling

(53)

43

Komunikasi Interpersonal juga memiliki karakteristik. Hal tersebut dijelaskan oleh disebutkan oleh Judy C. Pearson20, sebagai berikut:

a. Komunikasi Interpersonal Dimulai dengan Diri Pribadi (self).

Bahwa segala sesuatu bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri.

b. Komunikasi Interpersonal Bersifat Transaksional.

Ciri komunikasi seperti ini melihat dari kenyataan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan.

c. Komunikasi Interpersonal Mensyaratkan Adanya Keadaan Fisik Antara Pihak-Pihak yang Berkomunikasi.

Dengan kata lain,komunikasi interpersonal akan lebih efektif manakalah anatara pihak-pihak yang berkomunikasi saling bertatap muka.

d. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu sama lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal melibatkan ranah emosi, sehingga terdapat saling ketergantungan emosional di antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

e. Komunikasi interpersonal tidak dapat diulang. Artinya ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan.

(54)

44

Setelah membahas mengenai komunikasi, unsur, faktor pendukung dan bentuknya, perlu diketahui bahwa komunikasi tidak bisa berjalan tanpa adanya interaksi, karena salah satu syarat komunikasi adalah adanya timbal balik. Sedangkan yang dimaksud dengan interaksi itu sendiri adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam proses interaksi tidak saja terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat, melainkan terjadi saling memengaruhi satu sama lainnya.21

Menurut Fitzpatrick dan rekannya, komunikasi keluarga tidaklah bersifat acak (random), tetapi sangat berpola berdasarkan atas skema-skema tertentu yang menentukan bagaimana anggota keluarga berkomunikasi satu sama lainnya.22 Skema-skema ini terdiri atas pengetahuan mengenai :

seberapa intim suatu keluarga, derajat individualitas dalam keluarga dan faktor eksternal keluarga seperti teman, jarak geografis, pekerjaan, dan hal-hal lainnya di luar keluarga.

Suatu skema keluarga juga mencakup jenis orientasi tertentu dalam berkomunikasi. Ada dua jenis orientasi penting dalam hal ini yaitu “orientasi percakapan”(conversation orientation)dan “orientasi kepatuhan”

(conformity orientation). kedua orientasi ini merupakan variable, sehingga masing-masing keluarga memiliki tingkat berbeda dalam seberapa banyak orientasi percakapan dan kepatuhan yang dimilikinya.

21 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, “Pengertian Interaksi dan Bentuk Interaksi” dalam

http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-interaksi-dan-bentuk-interaksi.html.

22 Morissan,Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta : Kencana Prenada Media,2013),

(55)

45

Keluarga yang memiliki skema percakapan tinggi akan selalu senang berbincang atau berbicara satu sama lain, sementara keluarga yang skema percakapannya rendah adalah keluarga yang tidak banyak menghabiskan waktu bersama untuk bercakap-cakap. Begitu pula dengan keluarga dengan skema kepatuhan yang tinggi, memiliki anak-anak yang cenderung sering berkumpul bersama orang tuanya, sedangkan keluarga dengan skema kepatuhan yang rendah, memiliki anggota keluarga yang lebih senang menyendiri (individualistis). Pola komunikasi keluarga ini akan bergantung pada skema yang paling cocok diantara kedua tipe orientasi terebut.

Setiap orang punya cara yang berbeda dalam mengungkapkan siapa dirinya. Namun disamping itu, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor23 tersebut adalah :

a. Besar Kelompok

Pengungkapan-diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil ketimbang dalam kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan-diri. Bila ada lebih dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda.

b. Perasaan Menyukai

Manusia membuka diri kepada orang-orang yang disukai atau cintai, dan tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak disukai. Karena, orang

(56)

46

yang disukai (dan barang kali menyukai dirinya) akan bersikap mendukung dan positif.

c. Efek Diadik

Seseorang melakukan pengungkapan-diri bila orang yang bersama dirinya juga melakukan pengungkapan-diri. Efek diadik ini barangkali membuat ia merasa aman dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan-diri sendiri. Berg dan Acher mengatakan bahwa pengungkapan-diri menjadi lebih akrab bila dilakukan sebagai tanggapan atas pengungkapan-diri orang lain.

d. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri ketimbang orang yang kurang kompeten. Atau, lebih mungkin lagi, orang yang kompeten barangkali memiliki lebih banyak hal positif tentang diri mereka sendiri untuk diungkapkan ketimbang orang-orang yang tidak kompeten.

e. Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan pengungkapan-diri lebih banyak ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Perasaan gelisah juga mempengaruhi derajat pengungkapan-diri.

f. Topik

(57)

47

Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan seseorang mengungkapkannya.

g. Jenis Kelamin

Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan-diri adalah jenis kelamin. Umumnya, pria lebih kurang terbuka ketimbang wanita. Judy Pearson berpendapat bahwa sex-role dan bukan jenis kelamin dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal perbedaan pengungkapan-diri ini.

2. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Pengertian ABK sebenarnya memiliki spektrum yang sangat luas, yakni meliputi cacat fisik (tunanetra, tunadaksa, tunarungu, atau lainnya, namun sebenarnya masih memiliki intelektualitas dan perilaku layaknya anak-anak normal), termasuk juga anak berkebutuhan khusus lain yang bermasalah dengan intelegensia, perilaku, dan emosi yang tidak dapat berkembang dengan baik.24

Sedangkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di dalam Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping mendefinisikan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibanding dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.

24 Muhammad Yamin Muhtar,Aku ABK, Aku Bisa Sholat,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

(58)

48

a. Jenis - Jenis Anak Berkebutuhan Khusus25 :

1) Tunanetra (Disabilitas Pengelihatan)

anak yang mengalami gangguan daya pengelihatan berupa kebutaan sebagian (low vision) maupun menyeluruh (total).

2) Tunarungu (Disabilitas Pendengaran)

Anak yang mengalami gangguan pendengaran, baik menyeluruh ataupun sebagian, dan biasanya memiliki hambatan dalam berbicara dan berbahasa.

3) Disabilitas Intelektual / Retardasi Mental.

Dalam bahasa medis, kemunduran mental disebut dengan retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah keadaan ketika intelegensia individu mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik. Masa itu terjadi sejak individu dilahirkan. Biasanya, terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama adalah perkembangan mental yang sangat kurang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo artinya kurang atau sedikit, dan fren artinya jiwa atau tuna-mental).26 Anak

yang memiliki intelegensia yang signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan keidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa perkembangan.

Disabilitas memiliki beberapa tingkatan, antara lain27 :

25 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,Panduan

Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (orang tua, Keluarga, dan Mayarakat).

Jakarta : 2013), hlm. 06.

Ϯϲ Tri Gunadi,Mereka Pun Bisa Sukses.(Jakarta : Penebar Plus+, 2011), Hlm. 64-65.

(59)

49

(a) Disabilitas Intelektual Ringan

Pada tingkat ini, IQ anak berkisar antara 50-55 s/d 70.

Salah satu karakteristiknya adalah memiliki gangguan di area sensor motorik dan baru mengembangkan kemampuan sosial serta komunikasi selama masapreschool,yakni usia 0-5 tahun.

(b) Disabilitas Intelektual Sedang

Pada tingkat ini, IQ anak berkisar antara 35-40 s/d 50-55. Karakteristik pada ABK dengan tingkatan ini salah satunya adalah lambat dalam pengembangan dan pemahaman penggunaan bahasa. (c) Disabilitas Intelektual Berat

ABK pada tingkat ini memiliki IQ berkisar antara 20-25 s/d 35-40. Pada kondisi ini mengalami kecacatan yang cukup serius dan membutuhkan perawatan khusus.

4) Disabilitas Intelektual Sangat Berat

ABK pada kondisi ini memiliki IQ dibawah 20. Salah satu yang menjadi karakteristik ABK pada tingkatan ini adalah mengalami gangguan yang serius pada fungsi psikomotorik.

5) Disabilitas Fisik

Anak yang mengalami gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk tubuh dan anggota gerak atau fungsi tubuh.

6) Disbilitas Sosial

(60)

50

7) ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder)

ADHD disebut juga dengan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, ditandai dengan masalah-masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentan perhatian atau atensi, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulitan dalam berpikir, mengendalikan emosi dan berperilaku.

Ciri-ciri yang sangat nyata berdasarkan definisi penyandang ADHD28

adalah :

(a) Selalu berjalan-jalan memutari ruang kelas dan tidak mau diam. (b) Sering mengganggu teman-teman di kelasnya.

(c) Suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan sangat jarang untuk tinggal diam menyelesaikan tugas sekolah, paling lama bisa tinggal diam ditempat duduknya sekitar 5 sampai 10 menit.

(d) Mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas di sekolah.

(e) Sangat mudah berperilaku untuk mengacau atau mengganggu.

8)Autism Spectrum Disorders(ASD)

Gangguan spektrum autisma atau yang sering disebut dengan autis adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotip.

Ϯϴ M. L. Batshaw & Y. M. Perret,Children with Handicapped A Medical Primer(Baltimor

(61)

51

Menurut Autism Society Of America, ada lima jenis autisme, antara lain29 :

(a)Sindrom Asperger

Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari dan umumnya kurang sensitif terhadap rasa sakit dan tidak dapat mengatasi suara yang keras maupun paparan sinar secara tiba-tiba. Meskipun begitu, anak dengan sindrom ini cenderung memiliki kecerdasan diatas rata-rata.

(b)Autistic Disorder

Pada sebagian besar kasus anak yang terkena autistic disorder,

mereka tidak memiliki kemampuan berbicara dan hanya bergantung pada komunikasi non-verbal. Jenis ini juga disebut sebagai

childhood autism atau true autism karena sebagian besar

berkembang di tiga tahun pertama usia anak. (c)Pervasif Developmental Disorder

Autisme jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Umumnya didiagnosis dalam 5 tahun pertama usia anak. Keterampilan verbal dan non verbal efektif pun terbatas sehingga ABK kurang mampu berkomunikasi. (d)Childhood Disintegrative Disorder

Gejala-gejala gangguan ini biasanya muncul ketika anak berusia antara 3- 4 tahun. Pada dua tahun pertama, perkembangan anak

29 “5 Jenis & 3 Penanganan Autisme” dalam

(62)

52

akan tampak normal,namun kemudian terjadi regresi mendadak dalam bahasa, komunikasi, sosial, dan keterampilan motorik. Anak menjadi kehilangan semua keterampilan yang diperoleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari semua lingkungan sosial. 9)Slow Learner

Anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Anak dengan slow learner

membutuhkan waktu yang lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik.

10)Specific Learning Disbilities

Anak dengan kesulitan belajar khusus adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, mengeja, membaca dan berhitung.

11) Anak dengan Gangguan Kemampuan Komunikasi

Anak yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis dan lingkungan baik reseptif maupun ekspresif. Gangguan ini disebut juga dengan speech and language disorder.

12) Anak dengan Gangguan Ganda

(63)

53

13) Anak dengan Potensi Kecerdasan dan/ Bakat Istimewa

Anak yang memiliki skor intelegensi yang tinggi (gifted) atau mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni, olahraga, dan kepemimpinan.

14) Distrophy Moscular Progressive (DMP) atau disebut juga dengan

Duchenne muscular dystrophy(DMD)30 merupakan penyakit distrofi

muskular progresif, bersifat herediter, dan mengenai anak laki-laki. Insidensi penyakit itu relatif jarang, hanya sebesar satu dari 3500 kelahiran bayi laki-laki. Penyakit tersebut diturunkan melalui

X-linked resesif, dan hanya mengenai pria, sedangkan perempuan

hanya sebagai karier. Pada DMD terdapat kelainan genetik yang terletak pada kromosom X, lokus Xp21.22-4 yang bertanggung jawab

terhadap pembentukan protein distrofin. Perubahan patologi pada otot yang mengalami distrofi terjadi secara primer dan bukan disebabkan oleh penyakit sekunder akibat kelainan sistem saraf pusat atau saraf perifer.

15) Tunagrahita

Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental, tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

ϯϬ Sigit Wedhanto & Ucok Paruhum Siregar.Duccene Muscular Dystrophy,Majalah Kedokteran

Gambar

Tabel 1.4 Tabel Jadwal Penelitian.........................................................................
Tabel 1.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 1.2 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 1.3 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama dibandingkan fase lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada pembelahan mitosis. Profase

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Pemanfaatan penggunaan smartphone dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 4 Wajo, 2) Dampak penggunaan smartphone

The research is focused on the development a tool for converting IOTNE into IOTED and apply the tool to obtain EDM in the Indonesian industrial sector based on the 2008

Pada pemeriksaan CD45 menggunakan  flow  flow cytometry cytometry  dapat melihat   dapat melihat ekspresi antigen pada permukaan seluruh sel leukosit dengan tingkat

Kegiatan pembelajaran tahap dua dilaksanakan pada hari Senin,1 September 2014. Pada kegiatan pembelajaran tahap dua ini, siswa diajak untuk mempelajari proses perubahan pada benda

dalam hal ini tindak pidana korupsi dapat dijatuhkan dengan sanksi Korupsi terdapat dalam Pasal 2 ayat (2) pidana mati apabila dalam keadaan tertentu, keadaan

Data tahap prasiklus, secara terperinci motivasi siswa pada tahap prasiklus (sebelum ada tindakan) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi perkembangan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Energi Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi dengan Peningkatan Tekanan dan Laju Alir Uap Air Secara Bertahap