DI RW. 03 KELURAHAN NGAGEL REJO KOTA SURABAYA
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)
Oleh :
Septi Mariah Dewi NIM. B76213087
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
Septi Mariah Dewi, B76213087, 2017. Pengaruh Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di Seputar Indonesia RCTI Terhadap Sikap Protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci: Berita, Sikap Protektif
Fokus penelitian ini terletak pada rumusan masalah, yaitu: (1) Apakah berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI memberikan pengaruh terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya, (2) Jika ada, seberapa besarkah pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya
Dalam menyelesaikan masalah diatas, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dengan metode pengukuran skala likert lima titik, serta menggunakan rumus regrensi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS versi 16, sedangkan yang menjadi responden adalah Ibu yang memiliki anak usia 5-7 tahun dan pernah menonton berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya sebanyak 24 responden.
Dari hasil penelitian ini ditemukan (1) Ada pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya. (2) tingkat pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI sebesar 0.412. Yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak, dibuktikan dengan melihat nilai rhitung > rtabel = 0.412 > 0.4044. selanjutnya adalah dengan melihat hasil dengan menarik dari tabel interpretasi r yakni termasuk dalam nilai sangat rendah dengan nilai 0.170.
HALAMAN JUDUL ……….………...……….. i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….……….… iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. v
KATA PENGANTAR ……….... vi
ABSTRAK ……….. viii
DAFTAR ISI ………... ix
DAFTAR TABEL ………... xii
DAFTAR GAMBAR ………...…. xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...…. 1
B. Rumusan Masalah …………...……….…... 8
C. Tujuan Penelitian ……….…... 8
D. Manfaat Penelitian ……….. 9
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 9
F. Definisi Operasional ……….….. 12
G. Kerangka Teori ………...… 14
H. Hipotesis ………..…… 16
I. Metode Penelitian ………... 17
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian …..………... 18
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian …..…... 19
3. Teknik Sampling ………... 19
4. Variabel dan Indikator Penelitian ………….… 20
5. Teknik Pengumpulan Data ……….... 21
6. Teknik analisis Data ………...…... 23
A. Kajian Pustaka ……...………...………... 27
1. Komunikasi Massa …...………. 27
a. Pengertian Komunikasi Massa …..…...…... 27
b. Karakteristik Komunikasi Massa …..…….. 29
c. Fungsi Komunikasi Massa ….………. 29
d. Efek Komunikasi Massa …..………...…… 30
2. Berita Televisi ………….………... 33
a. Pengertian Berita …..………...…… 33
b. Nilai Berita ………..……….... 33
c. Jenis Berita …..………...…. 35
d. Program Acara Berita Seputar Indonesia RCTI ……….... 37
3. Kekerasan Seksual Pada Anak ……...……..…. 37
a. Pengertian Kekerasan Seksual Pada Anak .. 37
b. Bentuk Kekerasan Seksual Pada Anak …... 38
c. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual pada Anak ……….. 39
d. Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak …. 40 4. Sikap ……….. 41
a. Pengertian Sikap ………...…………..…… 41
b. Komponen Sikap ………...…….... 43
c. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ……… 44
d. Sikap Protektif ……….… 47
e. Ibu ………...……… 48
B. Kajian Teori …..……….. 52
1. Teori Kultivasi ………..………..……….. 52
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskriptif Subyek dan Lokasi Penelitian …..…….. 55
3. Lokasi Penelitian …..………. 72
a. Kondisi Geografis …..………. 72
b. Karakteristik Penduduk ….………….……. 72
c. Struktur Kepengurusan RW …..………..… 74
B. Deskripsi Data Penelitian ……….... 74
1. Data Frekuensi dan Persentase Angket Variabel
X: Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di
Seputar Indonesia RCTI ……….. 76
2. Data Frekuensi dan Persentase Angket Variabel
Y: Sikap Protektif Ibu ………....…… 88
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Pengujian Hipotesis ………...…………...………... 101
B. Pembahasan Hasil Penelitian ……..…………...…. 108
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ……...………..………… 111
B. Rekomendasi ………...………..………….. 112
Daftar Pustaka
Biodata Peneliti
Tabel 1.1 Kategori Skala Pengukuran Linkert ……… 22
Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Massa ………..… 30
Tabel 3.1 Daftar Nama Responden ……….… 55
Tabel 3.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ………...…… 57
Tabel 3.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………...… 59
Tabel 3.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ……...… 60
Tabel 3.5 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak ….… 61 Tabel 3.6 Identitas Responden Berdasarkan Jam Tayang Seputar Indonesia RCTI ………..… 62
Tabel 3.7 Intensitas Menonton Seputar Indonesia RCTI Setiap Minggunya ………..… 63
Tabel 3.8 Jumlah penduduk ……….… 73
Tabel 3.9 Jumlah penduduk Menurut RT ……… 73
Tabel 3.10 Kategori Skala Pengukuran Indikator ……….… 76
Tabel 3.11 Rekapitulasi Data Variabel X ………..… 98
Tabel 3.12 Rekapitulasi Data Variabel Y ………..… 99
Tabel 4.1 Tabulasi Data Penelitian ………..… 102
Tabel 4.2 Uji Normalitas ……….… 104
Tabel 4.3 Koefisien R ………..… 105
Tabel 4.4 Intepretasi r ………..… 106
Tabel 4.5 Signifikasi ……… 107
Gambar 1.1 Kerangka Teori ……….... 16
Gambar 3.1 Logo RCTI ………..… 67
Gambar 3.2 Logo Seputar Indonesia ………... 68
Gambar 3.3 Struktur Kepengurusan RW. 03 Kelurahan Ngagel
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya teknologi, tidak bisa dipungkiri bahwa
media massa merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Karena di
dalam media massa terdapat banyak informasi yang dibutuhkan oleh setiap
orang dengan berbagai profesi pekerjaannya. Maka dari itu, media massa
akan selalu membuat inovasi-inovasi terbaru agar para konsumennya
merasa tertarik terhadap informasi yang disajikan. Namun, dibalik
keunggulannya tersebut, media massa memiliki pesan yang cenderung
umum, meski bisa ditunujukan pada komunikan dalam jumlah besar, akan
tetapi umpan baliknya cenderung tunda.1
Secara garis besar, media massa terdiri dari 3 macam, yaitu media
cetak, media elektronik, dan media cyber. Sedangkan pada media
elektronik terdapat 2 jenis media, yaitu televisi dan radio. Meski media
elektronik ini sudah ditemukan dan digunakan dalam jangka waktu yang
sangat lama, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa media elektronik
khususnya televisi masih menjadi salah satu media massa yang paling
banyak diakses oleh masyarakat Indonesia.
Di setiap stasiun televisi pastilah memiliki program acara yang
diunggulkan. Dan yang menjadi program acara unggulan tersebut rata-rata
1
adalah berita. Sehingga tidak heran apabila hampir semua stasiun televisi
berlomba-lomba menyuguhkan keunggulan-keunggulan pada tayangan
program acara berita yang mereka miliki untuk bisa menarik perhatian
para penikmatnya.
Salah satu stasiun televisi yang program beritanya memiliki banyak
penonton adalah program acara berita Seputar Indonesia yang diusung
oleh stasiun televisi RCTI. Tayangan program berita ini memiliki jam
tayang sebanyak tiga sampai empat kali dalam satu hari, yaitu Seputar
Indonesia Pagi pada pukul 04.30 – 06.00, Seputar Indonesia Siang pada
pukul 11.30 – 12.00, Seputar Indonesia pada pukul 16.00 – 16.30, dan
Seputar Indonesia Malam pada pukul 01.00-01.30 WIB.2
Pada program acara berita Seputar Indonesia RCTI ada beragam
konten yang selalu bisa membuat banyak orang tertarik akan pesan atau
informasi yang disajikan. Salah satunya yaitu tentang berita kekerasan
seksual. Kekerasan seksual sendiri merupakan suatu tindakan yang tidak
semestinya dilakukan oleh seseorang terhadap lawan jenisnya atau sesama
jenisnya dengan hanya mengandalkan nafsu semata tanpa ada persetujuan
diantara kedua belah pihak, sehingga korbannya merasa dirugikan atas
kejadian tersebut.
Yang menjadi pelaku kekerasan seksual bisa beragam, mulai dari
jenis kelamin para pelaku, usia, status sosial, latar belakang, bahkan motif
yang mendasari para pelaku melakukan tindakan kekerasan tersebut. Tak
2 RCTI, “Jadwal Acara” dalam www.rcti.tv/schedule#.WC01azNZ6AQ diakses pada tanggal 17
jarang juga, sebagian pelaku kekerasan seksual merupakan seorang
pedofilia. Pedofilia sendiri merupakan salah satu penyakit penyimpangan
seksual yang menyebabkan para penderitanya memiliki ketertarikan
seksual terhadap anak-anak (remaja yang masih sangat muda).3
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh para pedofilia ini
menjadikan anak-anak sebagai korban mereka dalam memenuhi kebutuhan
seksualnya. Hal ini membuat para orang tua khususnya ibu-ibu yang
bertempat tinggal di wilayah RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota
Surabaya merasa khawatir, sebab orang-orang yang memiliki penyakit
pedofilia tidaklah terlihat secara fisik. Akan tetapi baru bisa diketahui dari
psikologis mereka. Sedangkan tidak banyak ibu yang pernah mempelajari
ilmu psikologi. Sehingga untuk meredakan rasa khawatir, mereka memilih
untuk mengawasi kegiatan dan interaksi para putra putrinya dengan
orang-orang disekitarnya.
Pada periode perkembangan anak, biasanya diberikan batasan usia
tertentu. Pengelompokan periode yang paling umum dipakai untuk
menggambarkan perkembangan anak seperti urutan berikut ini, yaitu masa
prenatal, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak menengah
dan akhir, serta yang terakhir adalah masa remaja. Yang dimaksud dengan
masa kanak-kanak awal adalah masa perkembangan sejak berakhirnya
masa bayi sekitar usia 5-6 tahun, terkadang masa ini disebut sebagai masa
prasekolah. Selama masa ini, anak kecil belajar menjadi lebih mandiri dan
3 V. Mark Durand dan David H. Barlow, Intisari Psikologi Abnormal: Edisi Keempat,
merawat diri sendiri; mengembangkan ketrampilan kesiapan bersekolah
(mengikuti instruksi, mengenali huruf), serta menghabiskan banyak waktu
untuk bermain dan bersama teman sebaya. Masa ini biasanya ditandai
dengan masuknya anak ke kelas satu SD.4 Di masa ini juga, anak-anak
yang bertempat tinggal di wilyah RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota
Surabaya terlihat sangat mudah bergaul bergaul bukan hanya pada teman
sebayanya saja melainkan juga kepada siapapun yang dianggapnya
menyenangkan untuk diajak berbincang maupun bermain tanpa adanya
rasa curiga atau was-was. Hal ini bisa terlihat ketika beberapa anak tanpa
sungkan mengajak orang yang baru ditemuinya untuk berbincang
mengenai hal-hal yang membuatnya penasaran. Sehingga disinilah peran
penting seorang ibu untuk selalu mengawasi setiap kedekatan anaknya
dengan orang-orang dewasa di sekitarnya.
Setiap tahunnya Seputar Indoneia RCTI selalu menayangkan
banyak kasus yang terkait dengan tindakan kekerasan seksual pada anak,
sehingga hal ini membuat para ibu memiliki kekhawatiran sendiri. Sebab
dilihat dari frekuensi beritanya, kekerasan seksual yang dilakukan para
pelaku pengidap penyakit pedofilia hampir setiap tahunnya pasti
menggalami kenaikan jumlah korban.
Dengan adanya berita-berita tersebut, para orang tua yang aktif
mengikuti setiap kasus kekerasan seksual pada anak bisa menjadi resah,
terlebih bagi Ibu yang bertempat tinggal di wilayah RW. 03 Kelurahan
4 John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak: Edisi 11, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),
Ngagel Rejo Kota Surabaya. Sebab di dalam berita kekerasan seksual,
yang biasanya menjadi pelaku adalah orang terdekat para korban, seperti
tetangga, kerabat keluarga, bahkan bisa jadi pelakunya adalah sang ayah.
Apalagi, untuk para ibu yang memiliki anak berusia 5-7 tahun atau
yang berstatus sebagai murid TK maupun murid kelas 1 SD. Dimana usia
tersebut merupakan awal usia bagi para anak yang ingin mengetahui
segala sesuatu hal yang menurutnya baru dan menarik. Di usia ini juga,
para anak-anak akan mudah menerima kehadiran orang-orang baru di
dalam hidupnya, sehingga membuat mereka merasa dekat dan nyaman
dengan siapa saja. Karena itu pula, tak heran apabila ada para Ibu warga
RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya merasa was-was terhadap
kedekatan putra-putrinya dengan orang-orang disekitarnya. Sehingga
mereka merasa lebih senang apabila mengetahui secara langsung setiap
kegiatan yang dilakukan anak, hal ini bisa terihat dari banyaknya ibu yang
memiliki pendidikan terakhir S1 dan SMA yang lebih memilih untuk
berprofesi sebagai ibu rumah tangga daripada menjadi wanita karir.
Banyaknya frekuensi berita kekerasan seksual pada anak yang
ditonton oleh Ibu juga bisa mempengaruhi sikap mereka. Hal ini
dikarenakan meningkatnya jumlah informasi yang mereka terima terkait
dengan kasus tersebut. Sebab semakin meningkatnya informasi yang di
dapat maka semakin banyak pula pengetahuan mereka akan ciri dan motif
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa
bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh
proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap
stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,
menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi
terhadap objek sikap.5
Sikap seseorang bisa beragam bentuknya, tergantung dari
pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh seseorang. Apabila
seseorang mendapat pengetahuan atau informasi yang bernilai positif,
maka ia akan bersikap menerima atau terbuka. Namun sebaliknya, apabila
seseorang mendapat pengetahuan atau informasi yang bernilai negatif,
maka ia akan bersikap monolak atau memproteksi diri.
Apabila sikap ini dikaitkan dengan berita kekerasan seksual pada
anak, maka sudah pasti sikap yang ditunjukkan oleh Ibu adalah
memproteksi atau bersikap protektif kepada putra-putrinya yang masih
belum mengetahui adanya ancaman kejahatan yang mungkin bisa
sewaktu-waktu mengincarnya. Sebab sikaplah yang melatarbelakangi
tindakan yang akan dilakukan oleh ibu, terlebih bagi ibu yang memiliki
anak berusia 5-7 tahun.
Ada banyak cara untuk para ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo
Kota Surabaya dalam memperlihatkan sikap protektif yang mereka miliki
terkait adanya berita kekerasan seksual pada anak, khususnya yang
tayangan Seputar Indonesia RCTI, seperti ketidaksetujuan beberapa ibu
apabila anak bermain pada siang atau malam hari karena mereka merasa
bahwa waktu-waktu itu mereka memiliki kesibukan dan tidak banyak pula
tetangga yang keluar rumah sehingga mereka takut tidak ada orang dewasa
yang bisa mengawasi anak mereka yang sedang bermain. Sehingga akibat
dari sikap ibu-ibu inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa
lingkungan di sekitar RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya
terasa sangat sepi seperti di lingkungan perumahan, padahal sebenarnya
wilayah ini merupakan daerah perkampungan biasa yang pada umumnya
ramai dengan aktifitas warga.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menunjukkan sejauh mana
sikap protektif Ibu kepada putra-putrinya yang masih berusia 5-7 tahun
atau yang berstatus sebagai murid TK maupun murid kelas 1 SD terkait
adanya berita kekerasan seksual pada anak.
Berdasarkan uraian yang ada, penelitian ini diberikan judul yaitu
Pengaruh Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di Seputar Indonesia RCTI
Terhadap Sikap Protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
perumusan masalahnya adalah:
1. Apakah berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI
memberikan pengaruh terhadap sikap protektif Ibu di RW. 03
Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya?
2. Jika ada, seberapa besarkah pengaruh berita kekerasan seksual pada
anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif Ibu di RW.
03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk menjelaskan pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di
Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif Ibu di RW. 03
Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.
2. Untuk menjelaskan tingkat pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya
berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI
terhadap sikap protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin ilmu
komunikasi massa dan psikologi komunikasi, dimana di dalam
penerapannya akan memberikan dampak berupa sikap bagi setiap
orang.
2. Manfaat Praktis
Sebagai sumbangan informasi untuk masyarakat khususnya
bagi para Ibu yang memiliki anak di bawah umur agar bisa
meningkatkan sikap protektifnya terhadap pergaulan anak-anaknya
sehingga dapat meminimalisir adanya tindakan kekerasan seksual.
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Di dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan bahwa kajian
penelitian ini bukanlah yang pertama kali diteliti. Adapun perbandingan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini
Peneliti Thoriqul Mufadhilla
Judul
Pengaruh Berita Kriminal dan Kekerasan Seksual pada Anak di Liputan 6 SCTV Terhadap Kewaspadaan Orang Tua (Studi di RT. 17 RW. 09 Desa Wonomlati, Krembung Sidoarjo)
Jenis, Tahun, dan
Metode Penelitian Skripsi, 2013, Kuantitatif
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Tayangan berita kriminal dan kekerasan seksual pada anak di Liputan 6 SCTV berpengaruh terhadap kewaspadaan orang tua RT.17 RW.09 Desa Wonomlati, Kecamatan Krembung-Sidoarjo. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis Chi-Kuadrat yang menunjukan nilai Xo²= 5,458. Sedangkan dalam tabel harga Chi-Kuadrat nilai taraf signifikasi 5%= 3,841. Hal ini berarti nilai Xo² > XTs² (5,458 > 3,841), sebagai konsekuensinya bahwa hipotesa kerja diterima, sedangkan hipotesa nihil ditolak (Ha > Ho). (2) Tingkat pengaruh tayangan berita kriminal dan kekerasan seksual pada anak di Liputan 6 SCTV terhadap kewaspadaan orang
tua RT.17 RW.09 Desa Wonomlati, Kecamatan
Krembung-Sidoarjo sebesar 0,25. Dari hasil perhitungan koefisien kontigensi dapat diketahui bahwa tayangan berita kriminal dan kekerasan seksual pada anak di Liputan 6 SCTV berpengaruh terhadap kewaspadaan orang tua di RT.17 RW.09 Desa Wonomlati, Kecamatan Krembung-Sidoarjo tergolong dalam pengaruh rendah.
Perbedaan Penelitian
Penelitian ini untuk mencaritahu tentang sikap protektif Ibu.
Persamaan Penelitian
Sama-sama meneliti tentang kekerasan seksual,
menggunakan televisi sebagai media massa nya.
Peneliti Wahyu Krisnawati
Judul
Jenis, Tahun, dan
Metode Penelitian Skripsi, 2013, Kajian Teks (Teks Reading)
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa yang dimaksud kekerasan seksual yang berupa homoseksual dan lesbian yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dibawah umur menurut hukum positif adalah suatu perbuatan atau tindakan asusila terhadap anak dibawah umur dari jenis kelamin yang sama, dengan memaksa seorang anak untuk disetubuhi. Adapun kekerasan seksual berupa homoseksual dan lesbian terhadap anak dibawah umur dalam hukum Islam dimasukkan dalam perbuatan zina yang artinya adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan
perkawinan yang sah menurut syari’at Islam. Homoseksual
dan lesbian sendiri diartikan sebagai keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama atau hubungan seks/kelamin dengan pasangan yang sejenis (pria dengan pria atau wanita dengan wanita). Adapun sanksi kekerasan seksual berupa lesbian dan homoseksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anak di bawah umur pada hukum positif terumus dalam pasal 292 KUHP yang mana hukuman bagi pelaku hhomoseksual terhadap anak di bawah umur dikenai hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun, sedangkan sanksi menurut hukum Islam ialah: perbuatan homoseksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anak di bawah umur sanksi disamakan dengan jaringan zina, yaitu dikenai hukum had. Meskipun perbuatan ini sama-sama dikenai hukuman namun, terlihat jelas perbedaannya, yaitu pada kadar sanksi hukumannya.
Perbedaan Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai sikap protektif Ibu terhadap berita kekerasan seksual.
Persamaan Penelitian
Sama-sama menjadikan anak di bawah umur sebagai obyek penelitian.
Peneliti Abdul Ghofur
Judul Pengaruh Program Tayangan Pitstop di BBS TV Terhadap
Jenis, Tahun, dan
Metode Penelitian Skripsi, 2013, Kuantitatif
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Program Tayangan PITSTOP Di BBS TV memiliki pengaruh yang lemah terhadap Persepsi Komunitas CB Brother Speed Surabaya dengan bukti nilai koefisien korelasinya sebesar 0,354. (2) Dalam penelitian ini Ha diterima dan Ho ditolak, Jadi terdapat adanya pengaruh program tayangan PITSOP di BBS TV terhadap persepsi komunitas CB Brother Speed
Surabaya, dengan diperolehnya harga “r” sebesar 0,345
yang mana “r” hitung lebih besar daripada “r”tabel (0,266).
Perbedaan Penelitian
Penelitian ini mencaritahu tentang sikap protektif Ibu terhadap berita kekerasan seksual pada anak yang ada di Seputar Indonesia RCTI.
Persamaan Penelitian
Sama-sama menjadikan televisi sebagai media massanya.
F. Definisi Operasional
Adapun untuk memudahkan pembahasan ini dan memperoleh
gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka peneliti
mengoperasikan judul penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di Seputar Indonesia
RCTI
Pengaruh adalah daya yang ikut membentuk atau timbul dari
sesuatu (orang/benda), yang ikut membentuk watak, kepercayaan,
perbuatan.6 Sedangkan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa
yang sudah terjadi, gagasan atau pendapat seseorang atau sekelompok
orang (politisi, ekonom, budayawan, ilmuwan, agamawan, dls.) atau
temuan-temuan baru dalam segala bidang yang dipandanng penting
dan diliput wartawan/ reporter untuk dimuat dalam media massa cetak
atau ditayangkan dalam media TV atau disiarkan melalui radio. Berita
yang ditayangkan diperkirakan dapat menjadi isu dan opini hingga
dapat mempengaruhi masyarakat luas untuk menentukan sikap atau
kebijakan serta tindakan tertentu.7 Sedangkan menurut End Child
Prostitution in Asia Tourism (ECPAT) Internasional, kekerasan
seksual pada anak adalah hubungan atau interaksi antara seorang anak
dengan seorang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing,
saudara sekandung atau orang tua dimana anak dipergunakan sebagai
objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan
dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan bahkan
tekanan.8
Jadi, yang dimaksud dengan berita kekerasan seksual pada anak
di Seputar Indonesia RCTI adalah laporan tentang suatu peristiwa yang
telah terjadi dimana seorang anak dijadikan sebagai objek pemuas
kebutuhan seksual oleh orang yang lebih tua dengan menggunakan
paksaan, ancaman, suap, dan tipuan yang ditayangkan dalam program
acara Seputar Indonesia milik stasiun RCTI pada periode bulan Maret
2017.
7 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 85.
8 Ivo Noviana, Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya , Jurnal Sosio
2. Sikap Protektif Ibu
Sikap adalah reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai
terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan,
atau kecenderungan perilaku seseorang.9 Protektif sendiri merupakan
hal yang bersangkutan dengan proteksi atau bersifat melindungi.10
Sedangkan Ibu ialah sebutan untuk perempuan yang memegang
peranan penting dalam mendidik anak di lingkungan rumah tangga.11
Jadi, yang dimaksud dengan sikap protektif ibu dalam
penelitian ini adalah reaksi seorang wanita yang berperan dalam
mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga untuk melindungi sang
anak yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan dengan usia
sekitar 5 hingga 7 tahun atau yang masih bersekolah TK hingga kelas 1
SD dari ancaman bahaya dengan menunjukan kecenderungan dalam
perilakunya.
G. Kerangka Teori
Di dalam penelitian ini, teori yang digunakan oleh peneliti adalah
teori kultivasi (cultivation theory) yang pertama kali dikenalkan oleh
9 Arlito W. arwono dan Eko A. Meinarno, Pikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009),
hlm. 82.
10 Tim Ganesa Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indonesis, (Bandung: Penabur Ilmu,
2008), hlm. 362.
Profesor George Gerbner ketika ia menjadi Dekan Annenberg School of
Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS).12
Menurut teori ini, media, khusunya televisi, merupakan sarana
utama untuk belajar tentang masyarakat dan kultur. Melalui kontak
seseorang dengan televisi (dan media lain), orang tersebut belajar tentang
dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya. Teori
kultivasi juga berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu
citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Tentu saja, tidak
semua pecandu berat televisi terkultivasi secara sama. Beberapa lebih
mudah dipengaruhi televisi daripada yang lain. Jadi, meskipun televisi
bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk pandangan kita tentang
dunia, televisi merupakan salah satu media yang paling ampuh, terutama
bila kontak dengan televisi sangat sering dan berlangsung dalam waktu
lama.13
Dalam hal ini yang dimaksud citra realitas adalah gambaran yang
dibuat oleh televisi tentang suatu kejadian. Sehingga dengan adanya
gambaran tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap cara pandang
penonton terhadap semua kejadian yang ada di dunia khusunya kejadian
yang bersifat negatif.
Cara pandang itulah yang nantinya akan menjadi suatu pedoman
bagi penonton untuk bersikap. Dan sikap itulah yang akan
12 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 166.
13 Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar: Edisi Revisi, (Bandung: Simbiosa
melatarbelakangi bagaimana para pecandu televisi akan memproteksi diri
sendiri atau orang-orang yang ada di sekitarnya untuk selalu waspada
terhadap hal-hal yang negatif.
Dari teori diatas, peneliti membuat kerangka pemikiran yang
dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian sebagai berikut:
Gambar 1.1.
Kerangka Teori
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan sarana penelitian ilmiah yang penting dan
tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrument kerja dari teori.14
Sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis
itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan
menguji hipotesis dengan data di lapangan.15 Berdasarkan pembahasan
pada landasan teori, maka dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian
ini sebagai berikut:
14 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm.
43.
15 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.
85.
Variabel X:
Berita Kekerasan Seksual pada Anak di Seputar Indonesia RCTI
Variabel Y:
Ha = Terdapat pengaruh antara berita kekerasan seksual pada anak
di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03
Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.
Ho = Tidak terdapat pengaruh antara berita kekerasan seksual pada
anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di
RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo kota surabaya.
I. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan tuntutan tentang bagaimana secara
berurutan penelitian dilakukan, menggunakan alat dan bahan apa,
prosedurnya bagaimana.16 Dalam metodologi terdapat dua format
penelitian kuantitatif berdasarkan paradigma dominan yaitu format
deskriptif dan format eksplanasi.17 Dalam penelitian ini, format yang akan
dipakai adalah format deskriptif. Format ini bertujuan untuk menjelaskan
secara ringkas berbagai kondisi yang timbul di masyarakat yang menjadi
obyek penelitian berdasarkan apa yang terjadi, lalu mengangkat ke
permukaan tentang kondisi tersebut.18 Sehingga format deskriptif
digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu secara faktual dan cermat.19
16 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah
demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 70.
17 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 36.
18 Ibid., hlm. 36.
19 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penilitian ini pendekatan yang akan digunakan untuk
mengungkapkan suatu fenomena sosial oleh peneliti adalah pendekatan
survei. Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden
yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner.20 Sehingga
yang dimaksud dengan penelitian survai adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok.21
Alasan peneliti menggunakan pendekatan survai karena peneliti
ingin mengungkapkan fenomena yang berkaitan tentang berita
kekerasan seksual pada anak terhadap sikap protektif ibu. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang
diteliti, serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti, yaitu
kuantitatif deskriptif. Dimana metode ini dimaksudkan untuk
pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.22
Fenomena sosial yang akan diukur di dalam penelitian ini adalah berita
kekerasan seksual pada anak dan sikap protektif ibu.
20 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, …, hlm. 25.
21 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, …, hlm. 3.
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
a. Subyek
Yang akan menjadi subyek di dalam penelitian ini adalah
ibu-ibu yang berdomisili di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota
Surabaya.
b. Obyek
Pada penelitian ini yang akan menjadi obyek penelitian
adalah berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia
RCTI.
c. Lokasi Penelitian
Untuk lokasi penelitiannya akan dilakukan di RW. 03
Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.
3. Teknik Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga.23 Sehingga yang menjadi populasi pada
penelitian ini adalah semua ibu yang berdomisili di RW. 03 Kelurahan
Ngagel Rejo Kota Surabaya yang berjumlah sebanyak 304 Orang dari
576 KK.
Di dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menentukan
kriteria sebagai penentu pengambilan populasi sebagai berikut:
23 Munawar Syamsudin Aan, Metode Riset Kuantitatif Komunikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
a. Seorang ibu yang mempunyai anak berusia 5-7 tahun.
b. Mempunyai televisi.
c. Pernah menonton program berita kekerasan seksual di Seputar
Indonesia RCTI.
Setelah di tentukan kriteria dalam menentukan responden,
maka peneliti mendapatkan jumlah keseluruhan ibu yang menjadi
responden sebanyak 24 orang. Mengingat jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah kurang dari serratus (<100), maka 24 orang
responden tersebut diambil semua untuk dijadikan sampel.
4. Variabel dan Indikator Penelitian
Secara operasional variabel dibagi menjadi variabel bebas (X)
dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam peneltian ini adalah
berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI.
Sedangkan variabel terikat (Y) adalah sikap protektif ibu. Variabel
bebas dan terikat di definisikan sebagai berikut:
a. Berita Kekerasan Seksual Pada Anak (Indikator X):
1) Gambaran berita
2) Bahasa berita
b. Sikap Protektif Ibu (Indikator Y):
1) Membatasi pergaulan anak.
2) Mengawasi kegiatan anak.
3) Memberikan larangan pada anak.
5. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah bagian instrument
pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu
penelitian.24 Dan dalam penelitian ini terdapat dua alat pengumpulan
data yang digunakan, yaitu:
a. Angket
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar
pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk
diisi oleh responden.25 Angket yang telah dibuat oleh peneliti akan
di bagikan kepada ibu yang memenuhi kriteria dan bertempat
tinggal di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.
Skala pengukuran angket yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu skala likert. Dimana skala likert merupakan
skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur
24 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Kedua, …, hlm. 133.
dijabarkan menjadi dimensi, lalu dari dimensi dijabarkan menjadi
indikator, dan dari indikator dijabarkan menjadi sub-indikator yang
dapat diukur. Sehingga sub-indikator inilah yang akan menjadi
tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan atau pernyataan yang
perlu dijawab oleh responden.26
Adapun bobot nilai dari setiap pertanyaan atau pernyataan
dalam suatu skala likert, yaitu sebagai berikut:27
Tabel 1.1
Kategori Skala Pengukuran Linkert
Kategori Bobot Pernyataan
Positif
Bobot Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
b. Observasi
Teknik ini merupakan suatu kegiatan mengamati dan
mencermati serta melakukan pencatatan data atau informasi yang
sesuai dengan konteks penelitian.28 Dalam hal ini, peneliti akan
melakukan pengamatan tentang keseharian subjek yang diteliti,
26 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 25-26.
27 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 13
28 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,
[image:33.595.134.489.256.558.2]
khususnya tentang ibu yang sedang menonton program acara
Seputar Indonesia RCTI dan sikap protektif yang dilakukan sang
ibu kepada anaknya.
c. Dokumentasi
Teknik dokementasi, yakni penelusuran dan perolehan data
yang diperlukan melalui data yang telah tersedia. Biasanya berupa
data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau kebijkan,
sejarah, dan hal lainnya yang berkaitan dengan penelitian.29 Dalam
hal ini, peneliti akan melakukan pengumpulan dokumen yang
berupa data berita kekerasan seksual pada anak yang tayang di
Seputar Indonesia RCTI.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kebentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diproleh
dari penelitian ini akan diolah dengan menggunakan metode statistik
untuk menguji hipotesis yang diajukan, karena data yang diperoleh
berwujud angka-angka dan metode statistik dapat memberikan hasil
yang objektif.30
Menurut Mardalis di dalam bukunya yang berjudul Metode
Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, bahwa untuk memperoleh data
29
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, …, hlm. 83.
30 Abdul Muhid’, Analisis Statistik SPSS Windows: Cara Praktis Melakukan Analisis Statistik,
dalam wujud angka, maka diperlukan proses dengan beberapa tahap
sebagai berikut:31
a. Memeriksa/Editing: Tahapan ini berlangsung setelah semua data
terkumpul melalui angket/kuesioner lalu dilakukannya pemeriksa
untuk mengecek jawaban dengan pertanyaan sesuai dengan
petunjuk.
b. Memberi Tanda Kode/Coding: Tahapan ini untuk memberi tanda
kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
c. Tabulasi Data: Tahapan ini berlangsung setelah masalah editing
dan coding telah selesai. Lalu dilakukannya pembuatan tabel-tabel
kerja sesuai dengan variabel-variabel pertanyaan dan item-itemnya.
Dalam penggunaan teknik analisis data, peneliti akan
menggunakan teknik analisis regrensi linier sederhana. Regrensi linier
sederhana digunakan hanya untuk satu variabel bebas (independent)
dan satu variabel tak bebas (dependent). Tujuannya yaitu untuk
meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel tak bebas
(dependent) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independent).32
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:33
31 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.
77-79.
32 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, …, hlm. 284.
33
Keterangan: = Subyek dalam variabel dependent yang
diprediksikan.
a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefisien regrensi, yang
menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependent yang didasarkan pada
perubahan variabel independent. Bila (+) arah garis
naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X = Subyek pada variabel independent yang
mempunyai nilai tertentu.
Dan untuk mencari harga a dan b menggunakan rumus berikut:
Dengan menggunakan rumus di atas yang dibantu dengan
software SPSS16, peneliti ingin menjelaskan tingkat pengaruh berita
kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap
protektif ibu di RW.03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya dengan
J. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembaca memahami alur pikiran penelitian,
maka isi penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab I terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi operasional, metode
penelitian, sistematika penelitian, dan jadwal penelitian.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Pada Bab II terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang
kajian pustaka dan kajian teori.
BAB III : PENYAJIAN DATA
Pada Bab III terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang
deskripsi obyek dan lokasi penelitian serta deskripsi data penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada Bab IV terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang
pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Pada Bab V terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang
27 BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka
1. Komunikasi Massa
a. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa
beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang
akan coba diraihnya, efeknya terhadap mereka.34
Komunikasi massa dibedakan dengan jenis komunikasi
lainnya karena komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah
populasi dari berbagai kelompk dan bukan hanya satu atau
beberapa individu atau sebagian khusus dari populasi. Komunikasi
massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat
khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu
dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili
berbagai lapisan sosial.35
Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C.
Whitney (1988) menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah
sebuah proses di mana pesan-pesan yang diproduksi secara masal
atau tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan
34 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa: Edisi Revisi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009),
hlm. 2.
yang luas, anonim, dan heterogen. Yang dimaksud dengan kata
“luas” berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang
berdekatan secara fisik, sedangkan kata “anonim” berarti bahwa
individu yang menerima pesan cenderung menjadi asing satu sama
lain atau tidak saling mengenal satu sama lain, dan kata
“heterogen” berarti bahwa pesan yang dikirim kepada yang
berkepentingan yakni kepada orang-orang dari berbagai macam
atribut, status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang
berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.36
Meskipun telah banyak definisi mengenai komunikasi
massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi dengan
banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Namun, dari
sekian banyak definisi terdapat satu benang merah. Karena pada
dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak maupun media elektronik). Disini yang
dimaksud dengan media massa merupakan saluran yang dihasilkan
oleh tekologi modern.37
36 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, …, hlm. 12.
b. Karakteristik Media Massa
Menurut McQuail di dalam buku Pengantar Ilmu
Komunikasi karangan Nurani Soyomukti, karakteristik utama
komunikasi massa bisa dilihat dari segi-segi berikut:38
1) Sumber: bukan satu orang, melainkan organisasi formal,
pengirimnya sering merupakan komunikator professional;
2) Pesan: beragam, dapat diperkirakan, dan diproses,
distandarisasi, dan selalu diperbanyak – merupakan produk dan
komoditi yang bernilai tukar;
3) Hubungan pengirim – penerima bersifat satu arah, impersonal,
bahkan mungkinselalu sering bersifat non-moral dan kalkulatif;
4) Penerima merupakan bagian dari khalayak luas; dan
5) Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dan
banyak penerima.
c. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Alexis S. Tan di dalam buku Pengantar
Komunikasi Massa karangan Nurudin menyederhanakan fungsi
komunikasi massa ke dalam sebuah tabel sebagai berikut:39
38
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, …, hlm. 194.
Tabel 2. 1
Fungsi Komunikasi Massa
Tujuan Komunikator
(Penjaga Sistem)
Tujuan Komunikan
(Menyesuaikan diri pada sistem: Pemuas kebutuhan)
Memberi Informasi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami
lingkungan, menguji kenyataan, merih keputusan.
Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
Mempersuasi
Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
Menyenangkan, memuaskan kebutuhan
komunikan
Menggembirakan, mengendorkan urat saraf,
menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.
d. Efek Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa bisa dilihat ketika kita ingin tahu
bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi,
tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan,
mengubah sikap, atau menggerakan perilaku seseorang.40
Ada suatu saat ketika media massa dipandang sangat
berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap
sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Perbedaan pendapat tentang pengaruh media massa bisa terjadi
akibat adanya perbedaan latar-belakang teoritis, atau latar belakang
historis, dan juga perbedaan seseorang dalam menggartikan
“efek”.41
Menurut Schramm di dalam buku Pengantar Ilmu
Komunikasi karangan Wiranto bahwa efek komunikasi massa
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:42
1) Efek Umum
Efek umum menyangkut efek dasar yang diramalkan
dapat terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media
massa. Schramm mengemukakan bahwa komunikasi massa
mempunyai efek yang ‘mengembang’. Sebab, dalam banyak
hal, komunikasi massa telah menggambil alih fungsi
komunikasi sosial. Secara umum atau luas, komunikasi melalui
media massa telah menciptakan suatu jaringan pengertian, yang
tanpa itu tidak mungkin tercipta masyarakat yang besar dan
modern.
Efek seperti itu merupakan efek dasar yang terjadi dari
hari ke hari secara terus menerus. Ia tidak dapat dilihat,
didengar atau diraba, tetapi ia benar-benar terjadi. Proses
terjadinya efek tersebut bagai terbentuknya stalagmite – tetes
demi tetes dalam jangka waktu yang cukup panjang. Hal itu
tidak dapat diikuti oleh mata, tidak pula dapat didengar dan
41 Ibid., hlm. 217-218.
42
diraba. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa terpaan media
massa pada waktunya akan menimbulkan perubahan-perubahan
yang amat mengejutkan.
2) Efek Khusus
Efek khusus terutama menyangkut ramalan tentang efek
yang diperkirakan akan timbul pada individu-individu dalam
suatu mass audience pada perilaku mereka dalam menerima
pesan-pesan media massa. Hal lain yang menarik tentang
perilaku penerimaan pesan-pesan komunikasi massa adalah
menyangkut intensitas perhatian individu-individu terhadap
pesan-pesan media yang diperkirakan akan mempengaruhi
efek.
Beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi efek,
minsalnya salah dengar (mis - hearing), daya baca yang
semakin menurun setelah membaca sekian lama atau setelah
beberapa paragraph, sehingga tulisan-tulisan yang panjang
cenderung tidak selesai dibaca atau malah tidak dibaca sama
sekali. Demikianlah interaksi komunikasi massa dengan
khalayak dalam hubungannya dengan efek yang sering
2. Berita Televisi
a. Pengertian Berita
Menurut Thoriq Hadad, berita adalah hasil rekonstruksi tertulis
dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan.43
Sedangkan Nancy Nasution mendefinisikan berita sebagai
laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin
diketahui oleh umum, dengan sifat aktual, terjadi dilingkungan
pembaca, mengenai Tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut
berpengaruh terhadap pembaca.44
Sehingga yang dimaksud dengan berita adalah laporan
tentang peristiwa-peristiwa mengenai realitas sosial yang ingin
diketahui oleh umum dan bisa memberikan efek atau pengaruh
terhadap masyarakat.
b. Nilai Berita
Menurut Ana Nadya Abrar di dalam bukunya yang berjudul
Penulisan Berita, secara umum kejadian yang dianggap
mempunyai nilai berita atau layak berita adalah yang mengandung
satu atau beberapa usur sebagai berikut:45
43 Ana Nadya Abrar, Penulisan Berita, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2005), hlm. 3.
44 Ibid., hlm. 3.
45
1) Significance (Penting)
Kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi
kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat
terhadap kehidupan pembaca.
2) Magnitude (Besar)
Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti
bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat
yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik buat
pembaca.
3) Timelines (Waktu)
Kejadian tentang peristiwa yang baru terjadi perlu
segera dilaporkan kepada khalayak.
4) Proximity (Kedekatan)
Kejadian yang memiliki kedekatan bagi pembaca.
Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional.
5) Prominence (Tenar)
Menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal
6) Human Interest (Manusiawi)
Kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi
pembaca, kejadian yang menyangkut orang bisa dalam situasi
luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.
c. Jenis Berita
Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga
jenis, yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan), dan
investigative reports (laporan penyelidikan).46 Perbedaan terhadap
ketiga kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan
cara-cara penggalian datanya yakni sebagai berikut:
1) Hard News
Hard news (berita berat) adalah berita tentang peristiwa
yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu,
kelompok, maupun organisasi.47 Hard news juga mencakup
kejadian internasional, keadaan masyarakat, masalah ekonomi,
kriminal, kerusakan lingkungan maupun berita-berita tentang
ilmu pengetahuan. Secara umum pada hard news informasi
masih muda untuk diperoleh, sebab semuanya itu masih
transparan dan bisa diperoleh di permukaan saja. Walaupun
46 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 39.
47 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Media Massa, (Yogyakarta:
demikian dalam beberapa kasus yang ada, reporter juga harus
menggali informasi lebih dalam.48
2) Soft News
Soft news (berita ringan) seringkali juga disebut feature,
yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun lebih
menilik beratkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau
mengherankan dan memiliki daya tarik yang tinggi bagi
pemirsanya.49 Bagi media televisi, soft news sangat diperlukan
dalam setiap penyajian program berita, karena berita ringan
juga berfungsi sebagai seligan di antara berita-berita berat yang
disiarkan. Secara psikologis, pemirsa yang mendapat sajian
berita berat dari awal hingga akhir akan merasa ketegangan
yang tinggi sehingga perlu adanya suatu intermezzo. Intermezo
itu didapat dari soft news tersebut. Durasi berita ringan ini
sangat bervariasi, tetapi hampir tidak ada yang lebih panjang
dari 2 menit dan lebih pendek dari 45 detik.50
3) Investigative Reports
Investigative reports (laporan penyelidikan) atau yang
biasa disebut investigasi adalah jenis berita yang eksklusif.
Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan saja, tetapi juga
48 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, …, hlm. 40.
49 Ibid., hlm. 41.
harus dilakukan berdasarkan penyelidikan.51 Berita
penyelidikan untuk televisi jauh lebih sulit dilakukan dibanding
dengan radio maupun media cetak. Televisi membutuhkan
gambar bahkan wajah orang yang diwawancarai. Namun
dengan adanya teknologi elektronik yang mampu mengaburkan
wajah narasumber, tugas reporter menjadi lebih ringan.
Keselamatan narasumber pun menjadi lebih terjamin.52
d. Program Acara Berita Seputar Indonesia RCTI
Seputar Indonesia adalah program berita pertama yang
diproduksi oleh RCTI. Dengan konsep yang lebih tegas dan
menarik membuat program ini banyak diminati oleh seluruh
pemirsa RCTI di Indonesia.53
3. Kekerasan Seksual Pada Anak
a. Pengertian Kekerasan Seksual Pada Anak
Menurut Ricard J. Gelles, kekerasan terhadap anak
merupakan perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau
bahaya terhadap anak-anak (baik secara fisik maupun emosional).
Bentuk kekerasan terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi
51 J.B. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, (Bandung: ALUMNI, 1991), hlm. 130.
52 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, …, hlm. 43.
53Wikipedia, “Seputar Indonesia” dalam
[image:48.595.150.515.248.544.2]
kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikologi, kekerasan
secara seksual dan kekerasan secara sosial.54
b. Bentuk Kekerasan Seksual Pada Anak
Menurut Sri Maslihah di dalam bukunya yang berjudul
Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan Dampak
Jangka Panjang, bahwa kekerasan seksual (sexual abuse)
merupakan jenis penganiayaan yang dibagi menjadi dua kategori
berdasar identitas pelaku, yaitu:55
1) Familial Abuse
Termasuk familial abuse adalah incest, yaitu kekerasan
seksual dimana antara korban dan pelaku masih dalam
hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga inti. Dalam
hal ini termasuk seseorang yang menjadi pengganti orang tua,
misalnya ayah tiri, atau kekasih, pengasuh atau orang yang
dipercaya merawat anak.
2) Extra Familial Abuse
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang dilakukan
oleh orang lain di luar keluarga korban. Pada pola pelecehan
seksual di luar keluarga, pelaku biasanya orang dewasa yang
dikenal oleh sang anak dan telah membangun relasi dengan
54 Abu Hurairah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuasa Press, 2002), hlm. 9.
55
anak tersebut, kemudian membujuk sang anak ke dalam situasi
dimana pelecehan seksual tersebut dilakukan, sering dengan
memberikan imbalan tertentu yang tidak didapatkan oleh sang
anak di rumahnya. Sang anak biasanya tetap diam karena bila
hal tersebut diketahui mereka takut akan memicu kemarah dari
orangtua mereka. Selain itu, beberapa orangtua kadang kurang
peduli tentang di mana dan dengan siapa anak-anak mereka
menghabiskan waktunya. Anak-anak yang sering bolos sekolah
cenderung rentan untuk mengalami kejadian ini dan harus
diwaspadai.
c. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual Pada Anak
Kekerasan terhadap anak-anak yang terjadi di sekitar kita
tidak selamanya dilakukan oleh orang-orang diluar lingkungan
keluarga anak, namun juga dilakukan oleh lingkungan keluarga
anak sendiri yakni orang tua. Kasus-kasus kekerasan yang
menimpa anak-anak, tidak saja terjadi di perkotaan tetapi juga di
pedesaan. Sementara itu, para pelaku child abuse, 68% dilakukan
oleh orang yang dikenal anak, termasuk 34% dilakukan oleh
orangtua kandung sendiri. Dalam laporan tersebut juga disebutkan
bahwa anak perempuan pada situasi sekarang ini, sangatlah rentan
terhadap kekerasan seksual.56
56Lukman Hakim Nainggolan, “Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah
d. Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak
Kekerasan seksual terhadap anak akan berdampak panjang,
di samping berdampak pada masalah kesehatan di kemudian hari,
juga berkaitan dengan trauma yang berkepanjangan, bahkan hingga
dewasa. Dampak trauma akibat kekerasan seksual yang dialami
oleh anak-anak, antara lain: pengkhianatan atau hilangnya
kepercayaan anak terhadap orang dewasa (betrayal); trauma secara
seksual (traumatic sexualization); merasa tidak berdaya
(powerlessness); dan stigma (stigmatization). Secara fisik memang
mungkin tidak ada hal yang harus dipermasalahkan pada anak yang
menjadi korban kekerasan seksual, tapi secara psikis bisa
menimbulkan ketagihan, trauma, bahkan pelampiasan dendam.
Bila tidak ditangani serius, kekerasan seksual terhadap anak dapat
menimbulkan dampak sosial yang luas di masyarakat. Penanganan
dan penyembuhan trauma psikis akibat kekerasan seksual haruslah
mendapat perhatian besar dari semua pihak yang terkait, seperti
keluarga, masyarakat maupun negara. Oleh karena itu, didalam
memberikan perlindungan terhadap anak perlu adanya pendekatan
sistem, yang meliputi sistem kesejahteraan sosial bagi anak-anak
dan keluarga, sistem peradilan yang sesuai dengan standar
internasional, dan mekanisme untuk mendorong perilaku yang
tepat dalam masyarakat.57
57 Ivo Noviana, “Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya”, …, hlm.
4. Sikap
a. Pengertian Sikap
Menurut Saifuddin Azwar di dalam bukunya yang berjudul
Sikap Manusia: Edisi ke 2, bahwa sikap manusia atau sikap, telah
didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz
bahkan menemukan adanya lebih dari 30 definisi sikap. Puluhan
definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke
dalam salah satu diantara 3 kerangka pemikiran, yaitu:58
1) Kerangka pikir yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti
Louis Thurstone (1928), Rensis Linkert (1932), dan Charles
Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.
Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan
sikap sebagai ‘derajat afek positif atau afek televisinegatif
terhadap suatu objek psikologis’.
2) Kelompok pemikiran yang diwakili oleh para ahli seperti
Chave (1928), Bogardus (1931), LaPierre (1934), Mead (1934),
dan Gordon Allport (1935) yang konsepsi mereka mengenai
sikap lebih kompleks. Menurut kelompok pemikiran ini, sikap
58
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa
kesiapanyang dimaksudkan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon. LaPirre sendiri mendefinisikan sikap sebagai’suatu
pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi
untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang
telah terkondisikan’.
3) Kelompok pemikiran yang ke tiga adalah kelompok yang
berorientasi kepada skema triadic. Menurut kerangka pemikiran
ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen
kognitif, afektik, dan konatif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.
Secord & Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai
‘keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya’.
Sedangkan John C. Maxwell mendefinisikan sikap sebagai
sebabnya sikap itu bisa dilihat tanpa diucapkannya satu perkataan
pun. 59
b. Komponen Sikap
Menurut Saifuddin Azwar di dalam bukunya yang bejudul
Sikap Manusia: Edisi ke 2, bahwa struktur sikap terdiri atas 3
komponen yang saling menunjang, yaitu:60
1) Komponen Kognitif
Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
Kepercayaan itu datang dari apa yang telah dilihat atau apa
yang telah diketahui. Determinan utama dalam terbentuknya
kepercayaan adalah adanya pengalaman pribadi, apa yang
diceritakan oleh orang lain, dan kebutuhan emosional
seseorang. Akan tetapi kepercayaan sebagai komponen kognitif
tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk
justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar
mengenai objek yang dihadapi.
2) Komponen Afektif
Komponen ini menyangkut masalah emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya,
59 John C. Maxwell, Sikap 101, (Batam: Interaksa, 2004), hlm. 26.
60
reaksi emosional dalam komponen ini banyak dipengaruhi oleh
kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai kebenaran dan
berlaku bagi objek termaksud.
3) Komponen Konatif
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam
struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini
didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak
mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang
berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus
tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan
dan perasaan ini membentuk sikap individual.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Manusia akan membentuk sikap melalui proses
pengamatan, kondisioning operant, kondisioning respondent, dan
jenis belajar kognitif. Biasanya, pengaruh-pengaruh yang datang
ini tercampur ke dalam pengalaman. Meskipun manusia selalu
berusaha untuk mengubah sikap orang lain, ternyata sikap itu
sekali terbentuk agak sukar diubah. Sementara apabila ada sikap
yang berubah dengan sangat perlahan, hal itu dikarenakan sikap
pengalaman baru dengan proses yang sama ketika sikap itu
terbentuk.61
Sedangkan menurut Saifuddin Azwar di dalam bukunya
yang berjudul Sikap Manusia: Edisi ke 2, bahwa ada 6 faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:62
1) Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang
terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu
da