1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TUNTANG
Malya Shofiana Tri Nova Hasti Yunianta
Inawati Budiono
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana
Email :Leasefanus@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran example non example terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP N 2 Tuntang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi eksperiment design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP N 2 Tuntang. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dan diperoleh dua kelas yaitu kelas IX B sebagai kelas kontrol dan kelas IXC sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberi peerlakuan menggunakan model pembelajaran example non example dan kelas kontrol tidak menggunakan. Instrumen dan pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda.penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji beda rata-rata. Deskripsi hasil belajar awal (pretest) dari 64 total siswa kelas eksperimen dan kontrol diperoleh nilai minimum 45,00 dan nilai maksimum 87,50. Rata-rata kelas eksperimen sebesar 65,6562 dan kelas kontrol sebesar 68,2813. Kategori hasil belajar kelas eksperimen diperoleh 31,25% siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 31,25% siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 37,5% siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Kategori hasil belajar kelas kontrol diperoleh 34,375% siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 46,875% siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 18,75% siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Uji normalitas tes kemampuan awal didapat nilai signifikan 0,841 > 0,05 dan 0,753 > 0,05. Uji homogenitas pada siswa kelas IX SMP N 2 Tuntang di dapat nilai signifikan 0,559 > 0,05. Hasil uji beda rata-rata diperoleh nilai signifikan sebesar 0,272 > 0,05. Deskripsi hasil belajar akhir (posttest) dari 64 total siswa kelas eksperimen dan kontrol diperoleh nilai minimum 6,67 dan nilai maksimum 100. Rata-rata kelas eksperimen sebesar 79,1663 dan kelas kontrol sebesar 68,5413. Kategori hasil belajar kelas eksperimen diperoleh 46,875% siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 37,5% siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 15,625% siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Kategori hasil belajar kelas kontrol diperoleh 34,375% siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 28,125% siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 37,5% siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Uji normalitas kemampuan akhir kelas eksperimen di dapat nilai signifikan sebesar 0,075 > 0,05 dan kelas kontrol di dapat nilai signifikan sebesar 0,051 > 0,05. Uji homogenitas di dapat nilai signifikan 0,61 > 0,05. Analisis uji banding dua sampel antara hasil belajar kelas IX-B dan kelas IX-C diperoleh nilai signifikan sebesar 0,046 < 0,05. hal ini menunjukkan kedua kelas memiliki rataan yang berbeda. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran example non example terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 2 Tuntang.
Kata kunci: Pengaruh, example non example, hasil belajar matematika
PENDAHULUAN
2
calculation) sampai hal yang kompleks dan abstrak seperti penerapan analisis numerik dalam bidang teknik dan sebagainya. Hudojo (2005) menyatakan bahwa matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis, namun demikian beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Beberapa siswa memberi label negatif terhadap matematika, siswa menganggap bahwa matematika pelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankan, sehingga menimbulkan minat yang rendah untuk mempelajarinya.
Kesenjangan lain dilapangan, siswa lebih sering hanya diberikan rumus-rumus yang siap pakai tanpa memahami makna dari rumus-rumus tersebut (Trianto, 2010). Kebanyakan siswa hanya mencoba menghafal pelajaran, sehingga tidak paham benar konsep urutannya (Dahar dalam Abdusyisakir, 2007). Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika belum optimal (Soedjadi dalam Sugiarto, 2012).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Tuntang, siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, terbukti pada saat siswa diberi pertanyaan oleh guru, siswa tidak bisa menjawab pertanyaan. Pembelajaran cenderung belum efektif, antara lain kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan-penjelasan guru. Perhatian siswa pada materi hanya terjadi pada awal pembelajaran saja. Keterlibatan siswa sulit untuk ditumbuhkan, dan siswa cenderung lebih banyak berdiam diri, ada yang berbicara sendiri dengan temannya, malas untuk mengerjakan tugas, tidak rajin, ada yang ramai sendiri, merasa bosan, kurang termotivasi untuk belajar matematika, kurang mengajukan pertanyaan walaupun telah diberikan kesempatan untuk bertanya. Kurangnya media alat peraga untuk membantu menjelaskan materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru juga mempengaruhi siswa saat memahami materi.
Banyak dijumpai di sekolah-sekolah selama ini guru lebih senang melihat keadaan muridnya yang duduk, tidak ramai, dan mendengarkan. Kondisi kelas yang tenang bukan berarti pembelajaran dikatakan berhasil. Siswa bersikap tenang di dalam kelas bisa jadi takut ditegur guru dan takut berpendapat nanti akan disalahkan oleh guru. Hal ini menjadikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning) yang meletakkan guru sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa. Pengemasan pembelajaran seperti itu diistilahkan sebagai pembelajaran konvensional (Kompas tanggal 20 Desember 2009).
3
untuk mengupayakan agar pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi terpusat pada siswa (student oriented). Pengembangan model tersebut berlandaskan pada pengertian bahwa mengajar merupakan suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru harus menggunakan model yang sistematis terhadap pengajaran (Popham & Baker, 2008).
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka di sekolah perlu disusun strategi pembelajaran yang tepat. Strategi mengajar yang dipilih seorang guru harus disesuaikan dengan kemampuan, tujuan dan dapat menyenangkan siswa, sehingga siswa lebih aktif. Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model Example Non Example. Model pembelajaran ini menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelopok kecil yang heterogen, dimana pembelajaran disajikan dalam bentuk gambar, diagram, atau tabel yang sesuai dengan materi bahan ajar atau kompetensi dasar (Yensy, 2012). Gambar yang digunakan dapat ditampilkan melalui OHP, proyektor atau yang paling sederhana yaitu poster. Gambar yang di tampilkan harus jelas terlihat meski jarak jauh, sehingga siswa yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. Strategi ini bertujuan untuk mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan (Buehl dalam Huda, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif example non example terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP N 2 Tuntang.
METODE PENELITIAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji beda rata-rata untuk menguji data hasil belajar. Deskripsi hasil belajar awal (pretest) dari 64 total siswa kelas eksperimen dan kontrol diperoleh nilai minimum 45,00 dan nilai maksimum 87,50 dengan standar deviasi sebesar 9,48678. Rata-rata kedua kelas sebesar 66,9688 dengan perolehan rata-rata kelas eksperimen sebesar 65,6562 dan kelas kontrol sebesar 68,2813. Kategori hasil belajar kelas eksperimen diperoleh 10 (31,25%) siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 10 (31,25%) siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 12 (37,5%) siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Kategori hasil belajar kelas kontrol diperoleh 11 (34,375%) siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 15 (46,875%) siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 6 (18,75%) siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Berikut adalah pengkatagorian nilai pretest Sudijono (2009) dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kategori Interval Frekuensi Kelas Kontrol Persentase Frekuensi Kelas Eksperimen Persentase Tinggi 71 < x ≤ 87,5 11 34,375% 10 31,25% Sedang 62 ≤ x ≤ 71 15 46,875% 10 31,25% Rendah 45 ≤ x < 62 6 18,75% 12 37,5%
Uji normalitas tes kemampuan awal pada siswa kelas IX SMP N 2 Tuntang didapat nilai signifikan 0,841 > 0,05 dan 0,753 > 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas pada siswa kelas IX SMP N 2 Tuntang di dapat nilai signifikan 0,559 > 0,05 yang artinya bahwa data tersebut homogen, Kedua kelas memiliki tingkat varian data yang sama. Hasil uji beda rata-rata diperoleh nilai signifikan sebesar 0,272 > 0,05, yang berarti bahwa rataan kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, oleh karena itu diberikan perlakukan pada kelas IXB yaitu pembelajaran konvensional dan untuk kelas IXC menggunakan pembelajaran example non example. Hasil uji beda rerata dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Hasil Uji Independent Samples T-Test Nilai Pretest Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Mean Difference Std. Error
nilai Equal variances
assumed 0,044 0,559 1.109 62 0,272 2.62500 2.36739
Equal variances
5
Deskripsi hasil belajar akhir (posttest) dari 64 total siswa kelas eksperimen dan kontrol diperoleh nilai minimum 6,67 dan nilai maksimum 100 dengan standar deviasi sebesar 21,35801. Rata-rata kedua kelas sebesar 73,8538 dengan perolehan rata-rata kelas eksperimen sebesar 79,1663 dan kelas kontrol sebesar 68,5413. Kategori hasil belajar kelas eksperimen diperoleh 15 (46,875%) siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 12 (37,5%) siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 5 (15,625%) siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Kategori hasil belajar kelas kontrol diperoleh 11 (34,375%) siswa dengan hasil belajar kategori tinggi, 9 (28,125%) siswa dengan hasil belajar kategori sedang, dan 12 (37,5%) siswa dengan hasil belajar kategori rendah. Berikut adalah pengkatagorian nilai pretest Sudijono (2009) dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Distribusi Hasil Belajar (Posttest)
Kategori Interval Frekuensi Kelas Kontrol Persentase Frekuensi Kelas Eksperimen Persentase Tinggi 84 < x ≤ 100 11 34,375% 15 46,875% Sedang 63 ≤ x ≤ 84 9 28,125% 12 37,5% Rendah 6 ≤ x < 63 12 37,5% 5 15,625%
6
Tabel 1.4
Uji Beda Rerata Posttest Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Mean Std. Error Difference
nilai Equal variances assumed
3,653 0,061 -2,039 62 0,046 -10.62500 5.21050
Equal variances not assumed
-2,039 54.83
9 0,046 -10.62500 5.21050
Pengajaran matematika dengan pembelajaran example non example merupakan salah satu pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran dengan example non example bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat maksud dari gambar tersebut. Guru memberitahukan kepada siswa mengenai hasil dari soal yang didiskusikan setelah siswa menganalisis. Hasil dari deskripsi siswa dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui siapa saja dalam kelompok yang masih mengalami kesulitan. Pemberian diskusi kelompok di setiap pertemuan berdampak pada hasil belajar siswa. Siswa yang diberikan pembelajaran example non example pada tiap pertemuan mengalami dampak yang positif dalam hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tes kemampuan akhir siswa yang diberikan pembelajaran example non example lebih tinggi daripada nilai tes kemampuan akhir siswa yang tidak diberikan pembelajaran example non example.
PENUTUP
7
matematika kelas IX SMP N 2 Tuntang dengan menggunakan model pembelajaran example non example berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Herman Hudojo. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Herman Hudojo. 2005. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Popham, W.J. 2008. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Rineka Cipta: Jakarta
Prasetyo, Sumardjono,P.M. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Widya Sari Press: Salatiga Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Media Group
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Wijaya,H. 2013. Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal 2 (2). Universitas Tanjungpura
Yamin, Martiris. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Gaung Persada Press: Jakarta