• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIKTHINK PAIRS SHARE (TPS) DITINJAU DARI PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SALAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIKTHINK PAIRS SHARE (TPS) DITINJAU DARI PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SALAM."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari mulai dari sekolah dasar menengah hingga perguruan tinggi. Pendidikan matematika di sekolah dasar bertujuan membekali mereka dengan kemampuan berifikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Menurut Erman Suherman (2001: 29) matematika merupakan ratu atau sumber ilmu dari ilmu yang lain, dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, serta dapat melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bersumber dari matematika. Contohnya pada ilmu fisika dan kimia modern, rumus-rumus yang digunakan dalam ilmu tersebut ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan diferensial. Dari contoh yang diungkapkan oleh Erman Suherman dapat disimpulkan bahwa matematika penting untuk dipelajari disemua jenjang pendidikan, karena matematika dapat membantu siswa untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

(2)

2 menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar menunjukkan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Prestasi merupakan hasil dari sebuah kegiatan yang dilakukan untuk diciptakan dengan keuletan kerja baik secara individu maupun kelompok. (Nana Sudjana, 2001 : 22). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi siswa yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

Keberhasilan belajar siswa juga ditentukan oleh ranah afektif seperti yang dinyatakan Popham (1995:179) bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar siswa. Ranah afektif tersebut antara lain motivasi. Menurut Hamzah (2013: 9) motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul karena adanya rangsangan-rangsangan dari dalam individu maupun luar individu itu sendiri, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik dari keadaan sebelumnnya. Dengan demikian motivasi merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran guna mencapai prestasi yang diharapkan. Karena dengan motivasi siswa yang tinggi maka diharapkan prestasinya akan tinggi pula.

(3)

3 sosial, serta yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai (Erman Suherman, 2001: 60). Baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. (Daryanto. 2012 : 240). Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang terhadap belajar matematika, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran matematika yang dianggap sulit.

(4)

4 pembelajaran kooperatif dapat melibatkan siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.

Salah satu teknik dari pembelajaran kooperatif yaitu Think Pair Share .

Think Pair Share adalah salah satu teknik pembelajaran yang memiliki

karakteristik untuk mengoptimalkan partisipasi siswa menjadi aktif serta memicu siswa untuk mengeluarkan pendapatnya. Menurut Trianto (2010:81)

Think Pair Share (TPS) atau berpikir bepasangan berbagi adalah salah satu

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Arends (2008 : 15)

think pair share adalah salah satu cara yang efektif untuk mengubah pola

wacana di dalam kelas. Teknik think pair share memberikan lebih banyak waktu kepada siswa, untuk berfikir, merespon, dan untuk saling membantu. Guru hanya menjelaskan secara singkat untuk melengkapi jalannya diskusi, selanjutnya siswa menjalankan tugasnya. Sedangkan menurut Anita lie (2007:54) teknik ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Prosedur yang diterapkan dalam think pair share memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk dapat berpikir dan merespon serta saling berinteraksi satu sama lain sehingga siswa mampu berpikir kritis dan analitis.

(5)

5 Pembelajaran dengan think pair share ini, siswa dapat saling berdiskusi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran tersebut mereka dapat belajar dengan teman sebayanya. Pengajaran dengan teman sebaya ternyata lebih efektif daripada pengajaran guru. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pengalaman dan pengetahuan para siswa yang lebih mirip dibandingkan dengan skemata guru (Anita Lie, 2007:31). Oleh karena itu siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan dapat lebih mudah mempengaruhi siswa lain yang mempunyai motivasi yang kurang dalam belajar matematika, dengan melihat dan berdiskusi dengan teman sebayanya diharapkan siswa yang berkemampuan kurang dapat meningkatkan kemampuan dalam belajar matematika.

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik thinks pair

share (TPS) diharapakan pembelajaran dapat optimal dilaksanakan dan efektif

jika ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar matematika siswa. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “ Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share Ditinjau dari Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Salam”.

B. Identifikasi Masalah

1. Matematika penting untuk dipelajari disemua jenjang pendidikan. 2. Keberhasilan pembelajaran matematika

3. Prestasi dan motivasi belajar matematika siswa belum optimal

(6)

6 C. Pembatasan Masalah

penelitian ini dibatasi pada efektivitas model pembelajaran kooperatif teknik thinks pair share (TPS) ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Salam pada materi bangun ruang sisi datar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa?

3. Apakah model pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa?

4. Apakah model pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa?

5. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa?

(7)

7 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik Think

Pair Share ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik Think

Pair Share efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa

3. Mengetahui keefektifan model pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa

4. Mengetahui keefektifan model pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa

5. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik Think

Pair Share dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa

6. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik Think

Pair Share dibandingkan model pembelajaran konvensional ditinjau

dari motivasi belajar matematika siswa.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

(8)

8 2. Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan dari penelitian ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar matematika.

3. Bagi Sekolah

(9)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Teori yang Relevan

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses dimana terjadi perubahan perilaku seseorangyang tadinya belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.(Trianto, 2010: 17).

Belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang diperoleh dari pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud adalah sesuatu yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain. (Oemar Hamalik, 2010: 154)

Hampir sama dengan yang diungkapkan Oemar Hamalik, Muhibbin Syah (2011:68) mengatakan belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu kearah yang lebih baik, perubahan tersebut didapat dari pengalamannya dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

(10)

10 didasarkan pada pengalaman sebelumnya yang dapat bermanfaat bagi individu itu sendiri maupun lingkungannya.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar menurut sardiman (2011: 24-25)

1) Belajar pada hakikatnya berhubungan dengan potensi manusia dan kelakuannya.

2) Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan diri pada siswa.

3) Belajar akan lebih efektif jika memiliki motivasi untuk melakukannya. 4) Kemampuan belajar seseorang siswa diperhitungkan dalam rangka

menentukan isi pelajaran.

5) Belajar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:  Diajar secara langsung

 Kontak secara langsung, penghayatan serta pengalaman langsung.  Pengenalan dan/atau peniruan.

6) Belajar melalui praktek atau mengalaminya secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, ketrampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

(11)

11 8) Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti lebih mudah dan menarik

untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

9) Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar menurut sardiman, 2011: 26-27)

1) Untuk mendapatkan pengetahuan 2) Penanaman konsep dan keterampilan 3) Pembentukan sikap

d. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu,(Muhibbnin Syah, 2010: 129)

1) Faktor internal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa yang berasal dari dalam dirinya, faktor internal yang dimaksud yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang dapat mempengaruhi belajar, faktor-faktor tersebut yaitu kondisi lingkungan disekitarnya.

(12)

12 e. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses belajar yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus sehingga menyebabakan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, 2013: 21).

Menurut Gagne dalam benny A, Pribadi, 2009:9). Pembelajaran adalah serangkainan kegiatan yang sengaja diciptakan dengan tujuan untuk memudahkan terjadinya proses belajar.

Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (Trianto, 2010: 17)

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan secara sadar yang terjadi berulang-ulang dalam rangka menciptakan tujuan yang diharapkan.

f. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti adanya pengaruh yang dapat membawa hasil. Secara ideal pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang efektif.

(13)

13 Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2012: 43) guru yang efektif adalah mereka yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Tolak ukur mengenai efektivitas mengajar adalah tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Tercapainya tujuan dan hasil belajar tersebut terlihat dari prestasi belajar siswa. Ketercapainya tujuan dan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes prestasi yang dilaksanakan, dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Menurut Slameto (2003:92) untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif diperlukan syarat-syarat antara lain:

1) Guru harus banyak menggunakan metode dalam mengajar 2) Guru mempertimbangkan perbedaan individual.

3) Guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. 4) Guru harus menciptakan suasana yang demokratis

5) Guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang yntuk berfikir

6) Semua pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan sehingga memiliki pengetahuan yang terintegritas

7) Pelajaran yang diberikan di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata dimasyarakat

(14)

14 Sehingga keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa yaitu pencapaian standar penguasaan minimal yang diterapkan pada setiap sekolah. pembelajaran yang prosesnya sesuai dengan yang direncanakan dan hasilnya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, atau dapat dikatakan menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi.

Ukuran keefektifan dapat diketahui melalui skor tes. Kemp (1994:298) mengemukakan, “evaluate effectiveness of an instrucsional program, must

recognize that there may be inatangible outcome (often expressed as

affective objectives)”. Penilaian keefektifan program pengajaran dapat

dilakukan meskipun terhadap hasil belajar yang diekspresikan sebagai objek afektif. Hal ini menunjukkan bahwa keefektifan pembelajaran tidak hanya dapat diukur melalui aspek kognitif saja melainkan juga melalui aspek afektif seperti motivasi.

Efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share (TPS) ditinjau dari prestasi dan motivasi siswa berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan.

2. Tujuan pembelajaran matematika

(15)

15 Diungkapkan dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehiduan dan didunia yang selalu berkembang, melalaui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efeisien.

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam memepelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan khusus pembelajaran matematika di SMP yang diungkapkan GBPP Matematika yaitu: (Erman Suherman, 2001: 57)

a. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan memalui kegiatan matematika,

b. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah,

c. Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari,

(16)

16 3. Prestasi Belajar

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan hasil yang dicapai dari sesuatu yang telah dikerjakan atau lakukan. Sedangkan prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan melalui mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh gurunya.

Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar menunjukkan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Prestasi merupakan hasil dari sebuah kegiatan yang dilakukan untuk diciptakan dengan keuletan kerja baik secara individu maupun kelompok. (Nana Sudjana, 2001 : 22). Menurut Moh. Uzer Usman (2002 : 34), proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai

Prestasi belajar dalam penelitian ini penguasaan pengetahuan atau ketrampilan melalui materi bangun ruang sisi datar dan proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.

4. Motivasi Belajar

(17)

17 Motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah segala sesuatu untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi. ( Purwa, 2011: 320)

Motivasi menurut sardiman (2011: 75) merupakan kekuatan penggerak di dalam diri siswa yang dapat menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam maupun luar individu untuk memberikan semangat belajar untuk mengadakan perubahan sehingga dapat memberikan arah kegiatan belajar yang lebih baik lagi sehingga, diharapkan tujuan dapat tercapai.

(18)

18 Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut Hamzah (2013: 27-29) pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar jika peseta didik yang sedang malakukan kegiatan belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seseorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha memperjarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dengan demikian motivasi untuk belajar dapat menyebabkan siswa tekun belajar.

(19)

19 a. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

b. Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa

c. Guru menciptakan level aspirasi berupa performasi yang mendorong ke level berikutnya

d. Guru melakukan kompetisi dan kerja sama pada siswa e. Guru mengguankan hasil belajar sebagai umpan balik. f. Guru melakukan pujian kepada siswa

g. Guru mengusahakan selalu ada yang baru ketika melakukan pembelajaran di kelas

h. Guru perlu menyiapkan tujuan yang jelas

i. Guru dalam mengajar tidak menggunakan prosedur yang menekan j. Guru menggunakan contoh-contoh hidup sebagai model-model yang

menarik bagi siswa

k. Guru melibatkan siswa secara aktif 5. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Roger, dkk dalam Miftahul Huda (2012: 29) merupakan aktivitas pembelajaran secara kelompok yang diorganisasikan oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan perubahan informasi secara social diantra kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain.

(20)

20 sama serta belajar bersama dengan sesame pesetra didik dalam mengerjakan tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling dan saling bekerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merugikan siswa yang pandai. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya untuk belajar. Siswa yang biasanya bersikap pasif dalam belajar di kelas setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh kelompoknya. (priyanto dalam made wena, 2011: 189)

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan serta memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. ( Trianto, 2010: 56).

(21)

21 dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai dapat mengajar siswa yang kurang dan siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya untuk belajar serta dapat membuat siswa bersikap aktif di dalam kelas.

Isjoni (2010:92-93) menyatakan peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Fasilitator

Sebagai fasilitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut :

1) Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan 2) Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan

menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok

3) Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka

4) Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya

(22)

22

b. Mediator

Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani mengkaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Peran ini sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna. Selain itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan

c. Director-motivator

Sebagai director-motivator, guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Selain itu guru juga berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.

d. Evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun secara berkelompok.

Lungdren 1994 (dalam Isjoni, 2010:16-17) menyatakan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

(23)

23 b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memliki tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif yaitu Think Pair

Share (TPS). Pada pembelajaran think pair share siswa dibagi menjadi

(24)

24 lain, mengoptimalkan partisipasi siswa, dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Miftahul Huda, Anita lie (2008: 54) dalam bukunya mengungkapkan bahwa Think Pair Share merupakan teknik belajar yang memberikan kesempatan siswa untuk belajar sendiri atau bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Serta dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Menurut Trianto (2010:81) Think Pair Share (TPS) atau berpikir bepasangan berbagi adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Selain itu, Think Pair

Share merupakan suatu cara yang efektif digunakan untuk membuat variasi

suasana diskusi di kelas, langkah-langkah yang digunakan dalam Think Pair

Share dapat memberi siswa lebih banyak berfikir, untuk merespons dan saling

membantu. Guru hanya menjelaskan secara singkat untuk melengkapi jalannya diskusi, selanjutnya siswa menjalankan tugasnya untuk menyelesaiakan masalah yang telah diberikan oleh guru.

(25)

25

Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak berfikir, untuk merespons, dan

saling membantu siswa. Serta teknik ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas

Langkah-langkah Think Pair Share menurut Arends (2008: 15 - 16) adalah sebagai berikut.

a. Langkah 1: berfikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan materi yang sedang diajarkan, selanjutnya siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri mencari jawaban dari masalah yang disajikan.

b. Langkah 2: berpasangan ( pairing)

(26)

26 c. Langkah 3: berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan atau bisa juga dengan presentasi di depan kelas.

6. Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 224 – 225) pembelajaran konvensional aktif terdapat tiga tahapan berupa ceramah dan bertanya, resitasi, serta praktik, dan latihan.

a. Ceramah dan bertanya

Metode ceramah dan bertanya merupakan strategi di mana guru memberi presentasi lisan dan siswa minta menanggapi atau mencatat penjelasan guru. Bertanya digunakan apabila melakukan

b. Resitasi

(27)

27 c. Praktik dan latihan

Praktik dan latihan dilakukan untuk membantu siswa memiliki pemahaman yang lebih baik dan mudah mengingat kembali informasi yang sudah disampaikan sebelumnya.

Menurut Arent (2008: 262), pembelajaran ceramah dapat digunakan disemua bidang studi dn di semua tingkatan kelas. Dalam pembelajaran ceramah terdapat 4 fase utama, yaitu:

a. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa

b. Guru memberi kerangka belajar berkaitan dengan materi sebelumnya yang telah dimiliki siswa

c. Guru mempresentasikan materi dengan memperhatikan urutan logis dan maknanya bagi siswa

d. Guru memberikan pertanyaan-pertantaan sehingga membangkitkan respon siswa

(28)

28 a. Kegiatan pendahuluan

Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi mengenai materi sebelumnya yang telah siswa ketahui untuk membangun pengetahuan pada materi yang akan diajarkan. Guru membangkitkan motivasi siswa. Peran siswa pada tahap ini adalah mendengarkan penjelasan guru.

b. Kegiatan inti pembelajaran

Pada tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran, guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, Tanya jawan mengenai materi yang baru saja disampaikan, siswa diberikan latihan soal untuk dikerjakan dan siswa mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas dengan cara menuliskannya dipapan tulis. Peran siswa pada tahap ini adalah menyimak informasi yang diberikan guru dan bertanya jika ada yang belum jelas.

c. Kegiatan penutup

Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari ini dan memberikan kuis untuk mengetahui pemaham siswa pada materi yang baru saja diajarkan.

(29)

29 masih dominan dalam proses pembelajaran dan cenderung memberikan pelayanan yang sama untuk semua siswa.

B. Penelitian yang Relevan

1. Dewi Cepsi Wahyuningsih dan Himmawati Puji Lestari

Dewi Cepsi Wahyuningsih dan Himmawati Puji Lestari (2013) dalam Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi VI Volume II Tahun 2013 yang berjudul “Perbedaan Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Teams Games Tournament (TGT) dan Teknik Think Pairs

Share (TPS) Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Terhadap Prestasi

dan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati” menyimpulakan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik TPS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika materi keliling dan luas lingkaran kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

2. Kinanti Rejeki

(30)

30 lebih dari yang artinya Ho ditolak. sehingga dapat disimpulkan bahwa Ditinjau dari prestasi belajar matematika kelas VIII pada materi pokok persamaan garis lurus, diketahui bahwa pada penelitian ini metode pembelejaran yang paling efektif digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS), diikuti metode pemebelajaran kooperatif teknik Student Teams Achievement Divisions (STAD). Sedangkan metode pembelajaran ekspositori belum efektif digunakan pada materi persamaan garis lurus karena nilai signifikansi hanya 0,002 yang berarti Ho ditolak karena .

3. Aji Prana Pramudiantoro dan Ani Widayati, M.Pd

Aji Prana Pramudiantoro dan Ani Widayati, M.Pd dalam jurnal kajian pendidikan akuntansi indonesia Edisi Volume III No 1yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Akuntansi Siswa” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan motivasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banguntapan tahun ajaran 2012/2013 yang dibuktikan dengan adanya peningkatan presentase skor motivasi belajar akuntansi.

C. Kerangka Pikir

Think pair share merupakan teknik belajar berpasangan yang memberikan

(31)

31 memberi siswa lebih banyak berfikir, untuk merespons, dan saling membantu siswa lain. Serta teknik ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas

Berdasarkan teori yang relavan yang telah diuraikan sebelumnya serta beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti mengasumsikan bahwa pembelajaran dengan model kooperarif teknik think

pair share (TPS) dapat diterapkan jika ditinjau dari prestasi dan motivasi

belajar matematika siswa.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Kelompok yang dimaksud terdiri atas dua orang atau berpasangan. Siswa diminta untuk memikirkan dan mengerjakan apa yang telah disajikan dalam LKS, selanjutnya siswa berdikusi dengan pasangannya dan yang terakhir siswa membagikan atau mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian tentang efektifitas model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar.

D. Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(32)

32 2. Model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share efektif ditinjau

dari motivasi belajar matematika siswa

3. Model pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa

4. Model pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa

5. Model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa

(33)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

Eksperimen. Penelitian Quasi Eksperimen merupakan pengembangan dari true

exprerimental design, yang sulit dilaksanakan. Penelitian Quasi Eksperimen

mempunyai kelompok kontrol, tetapi kelompok kontrol tersebut tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi pelaksanaan penelitian ini. Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan prestasi dan motivasi belajar matematika siswa antara kelompok eksperimen yang menerapkan pembelajaran kooperatif teknik think pair share Think Pair Share (TPS) dan kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

(34)

34 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Salam pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 6 kelas.

2. Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas dari 6 kelas pada VIII di SMP Negeri 1 Salam pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang dipilih secara acak berdasarkan kelas (Simple Random Sampling). Dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diajarkan dengan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang akan diajarakan dengan pembelajaran konvensional. Sampel diambil secara acak dengan mengundi 6 kelas di SMP Negeri 1 Salam yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F. setelah dilakukan teknik undian diperoleh kelas VIII A dan VIII B, selanjtnya kelas VIII A dan VIII B diundi lagi untuk menentukan kelas Eksperimen dan kelas kontrol yaitu VIII A sebagai kelas kontrol dan VIII B sebagai kelas eksperimen.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (faktor perlakuan)

(35)

35 teknik think pair share yang diberi simbol XE dan perlakuan untuk kelas kontrol yaitu dengan pembelajaran konvensional dengan simbol XK.

2. Variabel terikat (respon yang diamati)

Variabel terikat yang diamati dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika yang disimbolkan dengan T dan motivasi belajar matematika yang disimbolkan dengan M.

3. Variabel kontrol (respon yang dikontrol)

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, materi yang diajarkan,mata pelajaran dan jumlah waktu perlakuan. Pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan jumlah jam pelajaran yang sama, angket motivasi yang sama, soal tes yang sama, guru yang sama, dan materi yang sama yaitu bangun ruang sisi datar.

E. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest control

group design. Alasan pemilihan desain ini adalah karena penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik

Think Pair Share dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi dan

(36)
[image:36.595.126.521.147.223.2]

36 Skema desain penelitian

Tabel 1: Skema desain penelitian

Kelompok Angket Pretest Perlakuan angket Posttest

E M1 T1 XE M1 T2

K XK

(modifikasi dari Sugiyono, 2012:112) Keterangan:

E : kelompok kelas eksperimen

K : kelompok kelas kontrol

T1 : pemberian Pretest kelas eksperimen maupun kelas kontrol

T2 : pemberian Posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol

M1 : pemberian angket motivasi kelas eksperimen maupun kelas kontrol

XE : perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik

Think Pair Share

XK : perlakuan pembelajaran dengan model konvensional

F. Definisi Operasional Variabel

(37)

37 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah :

a. Pembelajaran kooperatif teknik Thinks Pair Share

Pembelajaran kooperatif teknik think pair share yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang dilakukan secara berpasangan.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share adalah sebagai berikut. Tetapi sebelumnya siswa dibagikan LKS untuk membantu jalannya pembelajaran

1) berfikir (thinking)

Guru membagikan LKS keppada siswa, selanjutnya siswa membaca petunjuk pengerjaan dan menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan dan mengerjakan pertanyaan-pertanyaan di dalam LKS secara mandiri.

2) berpasangan ( pairing)

(38)

38 3) berbagi (sharing)

siswa membagikan hasil diskusinya dengan pasangan yang lain dengan cara presentasi di depan kelas.

b. Model Pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menerapkan berbagai model pembelajaran yang berpusat pada guru yaitu ceramah dan bertanya, serta praktik dan latihan. Dalam penelitian ini guru menjelaskan terlebih dahulu materinya lalu siswa mengerjakan latihan soal yang telah disediakan.

Langkah-langkah pembelajaran konvensional yaitu:

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran

2) Guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya

3) Guru memberikan beberapa permasalahan yang harus diselesaikan secara individu

4) Siswa menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru 5) Perwakilan siswa maju untuk presentasi

6) Menyimpulkan materi yang dipelajari 7) Guru melakukan penilaian.

2. Variabel terikat

(39)

39 a. Prestasi belajar matematika siswa

Prestasi belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan pengetahuan atau pencapaian kompetensi dasar yang dikembangkan melalui mata pelajaran matematika dan ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru melalui tes tertulis . prestasi belajar dikatakan berhasil jika siswa dapat mencapai KKM. prestasi belajar matematika siswa dikhususkan prestasi belajar pada materi Bangun ruang sisi datar.

b. Motivasi belajar matematika siswa

Motivasi belajar matematika merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan serta memberikan arah untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam belajar matematika. Motivasi belajar siswa pada penelitian ini dikhusukan pada motivasi belajar matematika siswa.

G. Data Penelitian

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data hasil Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

2. Data skor awal motivasi belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

3. Data hasil Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

(40)

40 H. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa(LKS),. Materi yang diajarkan adalah bangun ruang sisi datar.

1. rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Penelitian ini menggunakan 2 RPP, yaitu RPP untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS dan RPP untuk kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 104 dan lampiran 2.2 halaman 142.

2. lembar kerja siswa(LKS)

LKS merupakan salah satu alat bantu pembelajaran berupa lembaran kertas yang berisi informasi maupun pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS ini dikerjakan oleh siswa pada kelas eksperimen. LKS yang digunakan dalam penelitian ini merupakan LKS yang didesain oleh peneliti dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan validator. Selengkapnya LKS dapat dilihat pada lampiran 2.3 halaman 223.

I. Instrumen Penelitian 1. Instrumen tes

(41)

41 ada 2 tahap tes yang diberikan yaitu pretest dan posttest. Pretest adalah tes awal yang diberikan untuk mengukur prestasi awal siswa sebelum perlakuan. Sedangkan posttest adalah tes akhir yang bertujuan untuk mengetahui prestasi akhir siswa setelah perlakuan. Selengkapnya untuk kisi-kisi pretest, soal

pretest, terdapat pada lampiran 2.5 halaman 342 dan untuk kisi-kisi posttest,

soal posttest, terdapat pada lampiran 2.6 halaman 355.

2. Instrumen non tes

Instrumen non tes dalam penelitian ini adalah angket motivasi dan lembar observasi.

a. Angket Motivasi

(42)

42 motivasi dan lembar angket motivasi terdapat pada lampiran 2.4 halaman 338.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

think pair share benar-benar dilakukan. Lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran dalam penelitian ini ada dua, yaitu: lembar observasi keterlaksanaan untuk kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS yang dapat dilihat pada lampiran 2.7 halaman 368 dan lembar observasi keterlaksanaan pada kelas konvensional yang menggunakan model pembelajaran konvensional yang dapat dilihat pada lampiran 2.9 halaman 395.

J. Analisis Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan instrumen tes yang valid maka instrumen tes perlu diuji validitasnya yang diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid.

1. Validasi isi

(43)

43 Validitas isi instrumen tes dapat diketahui dari kesesuaian instrumen tes tersebut dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dan untuk angket motivasi dapat diketahui dari kesesuaian instrumen yang telah dikembangkan dengan kisi-kisinya. Setelah instrumen dikonstruksi, instrumen dikonsultasikan dengan Bapak Sugiyono, M.Pd dan Ibu Dwi Lestari, M.Sc sebagai dosen validator. Validasi ini bertujuan untuk memperoleh validasi isi. Kemudian peneliti melakukan revisi berdasarkan masukan validator. Dari validasi diperoleh bahwa instrumen ini valid dengan beberapa revisi. Hasil keterangan validasi dari dosen ahli selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 424.

K. Teknik Pengumpulan Data

(44)

44 Tes pretest dan posttest berisi tentang materi-materi bangun ruang sisi datar. Data tes diperoleh dari penskoran pada lembar jawab siswa dengan jumlah maksimal 100 dan minimal 0.

Angket yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Penskoran untuk setiap butir angket berdasarkan pilihan dan sifat butir sebagai berikut.

Untuk pernyataan positif

1. Selalu : 4

2. Sering : 3

3. Kadang-kadang : 2 4. Tidak pernah : 1

Untuk pernyataan pnegatif

1. Selalu : 1

2. Sering : 2

3. Kadang-kadang : 3 4. Tidak pernah : 4

Perolehan skor maksimal dari angket motivasi adalah 100 poin dan skor minimal 25 poin.

L. Teknik Analisis Data

(45)

45 observasi keterlaksanaan pembelajaran, hasil tes pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil tes posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, skor awal motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol, skor akhir motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data hasil observasi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran matematika di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi. Data hasil observasi akan dianalisis dengan ketentuan skor 1 untuk pilihan “ya” dan skor 0 untuk pilihan

jawaban “tidak”. Cara menghitung persentase skornya adalah sebagai berikut.

Untuk mendeskripsikan data prestasi dan angket motivasi digunakan teknik statistik yang meliputi rata-rata, ragam/variasi dan simpangan bakunya digunakan rumus sebagai berikut.

1. Rata-rata (mean)

Untuk menghitung rata-rata rumus yang digunakan adalah: ̅ ∑

(Ronald E. Walpole, 1995 :24)

2. Ragam/Variansi

(46)

46

(Ronald E. Walpole, 1995 :35)

3. Simpangan baku

Untuk menghitung simpangan baku, digunakan rumus

√ ∑

Setelah data dideskripsikan, kemudian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta uji normalitas dan uji homogenitas untuk skor awal motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Analis

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas

(47)

47 dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji kolmogorov smirnov dengan bantuan software

SPSS. Taraf signifikan yang digunakan adalah sebesar 5%. Perumusan

hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data prestest adalah sebagai berikut.

H0 : Data skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribuasi normal.

H1 : Data skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal

dari populasi yang tidak berdistribuasi normal.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data skor awal motivasi belajar adalah sebagai berikut.

H0 : Data skor awal motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas

kontrol berasal dari populasi yang berdistribuasi normal.

H1 : Data skor awal motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas

kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribuasi normal.

Kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah H0 ditolak jika p > α.

b. Uji Homogenitas

(48)

48 kontrol memiliki variansi yang sama atau tidak. Untuk uji homogenitas dilakukan menggunakan uji F-dengan bantuan software SPSS 16.

Keterangan:

: varians kelas eksperimen

: varians kelas kontrol

Kriteria keputusan pengujian homogenitas adalah H0 ditolak jika

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas adalah sebagai berikut:

a) H0 : data motivasi awal kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol homogen .

H1 : data motivasi awal kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol tidak homogen.

b) H0 : data pretest kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol homogen.

(49)

49 2. Uji Hipotesis

Analisis keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik TPS terhadap prestasi motivasi belajar matematika.

Keefektifan model pembelajaran ditentukan berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar matematika di SMP Negeri 1 Salam untuk prestasi belajar yaitu siswa dikatan tuntas belajar apabila mencapai 75 untuk skala 100. Sehingga model pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata siswa mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 75.

Data motivasi belajar matematika diperoleh dengan menggunakan instrument nontes yang berbentuk checklist dengan skala likert. Kriteria keefektifan model pembelajaran terhadap motivasi belajar matematika ditetapkan jika rata-rata skor motivasi akhir siswa lebih besar dari rata-rata skor motivasi awal.

a. Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang pertama

Rumusan masalah pertama adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Kriteria efektif pada pada pengujian hipotesis pertama jika model pebelajaran kooperatif teknik think pair

share efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa jika rata-rata

skor posttest siswa minimal mencapai KKM yaitu 75. Pengujian hipotesis untuk rumusan masalah yang pertama adalah dengan menggunakan uji one

(50)

50 1) Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : ≤ 74,99 (pembelajaran kooperatif teknik TPS tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa)

H1 : > 74,99 (pembelajaran kooperatif teknik TPS efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa)

2) Taraf signifikan α = 5% 3) Statistik uji :

̅ √

( Walpole,1995:305)

Keterangan:

: nilai KKM = 75 : simpangan baku : banyaknya siswa. ̅ : rata-rata .

4) Kriteria keputusan : H0 ditolak jika

b. Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang kedua

(51)

51 untuk rumusan masalah yang kedua adalah dengan menggunakan uji

independent sample t-test.

1) Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : (pembelajaran kooperatif teknik TPS tidak efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa)

H1 : (pembelajaran kooperatif teknik TPS efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa)

2) Taraf signifikan α = 0,05 3) Statistik uji :

̅ ̅

dengan √

4) Kriteria keputusan : H0 ditolak jika

c. Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga

(52)

52 1) Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : ≤ 74,99 (pembelajaran konvensional tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar belajar matematika siswa)

H1 : > 74,99 (pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa)

2) Taraf signifikan α = 5% 3) Statistik uji :

̅ √

( Walpole,1995:305)

Keterangan

: nilai yang dihipotesiskan : simpangan baku

: banyaknya siswa.

̅ : rata-rata .

4) Kriteria keputusan : H0 ditolak jika = 1,699

a. Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang keempat

Rumusan masalah keempat adalah apakah pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa. Kriteria efektif pada pada pengujian hipotesis keempat jika model pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa jika rata-rata skor akhir motivasi siswa lebih dari skor rata-rata motivasi awal. Pengujian hipotesis untuk rumusan masalah yang keempat adalah dengan menggunakan uji

(53)

53 1) Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : (pembelajaran konvensional tidak efektif

ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa)

H1 : (pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa)

2) Taraf signifikan α = 0,05 3) Statistik uji :

̅ ̅

dengan √

4) Kriteria keputusan : H0 ditolak jika

Analisis perbedaan keefktifan pembelajaran kooperatif teknik TPS di tinjau dari prestasi dan motivasi belajar matematika siswa

Setelah data hasil tes dianalisis dengan melakukan uji prasyarat analisis dilanjutkan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan terlebih dahulu uji rata-rata hasil pretest dan motivasi awal dari kedua kelas untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidaknya diantara keduanya.

Hipotesis yang digunakan untuk uji rata – rata prestasi belajar adalah

H0 : tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(54)

54 Hipotesis yang digunakan untuk uji rata – rata motivasi belajar matematika

adalah

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata skor awal motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor awal motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:

̅ ̅

( Walpole,1995:305)

Keterangan:

̅ : rata-rata skor kelas eksperimen

̅ : rata-rata skor kelas kontrol

: variansi kelas eksperimen

(55)

55 : simpangan baku gabungan

: banyaknya siswa kelas eksperimen

: banyaknya siswa kelas kontrol

Kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah H0 diterima jika , dengan taraf signifikansi .

Langkah selanjutnya data yang diperoleh dari posttest prestasi dan motivasi akhir belajar matematika akan diuji beda rata-rata jika asumsi normalitas dan homogenitas telah dipenuhi sebagaimana diuraikan sebelumnya. Jika asumsi-asumsi yang menjadi prasyarat terpenuhi, maka analisis data dilakukan dengan menerapkan analisis uji selanjutnya. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari posttest dan hasil angket motivasi akhir. Pada penelitian ini kelompok yang dibandingkan adalah kelomok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS dan model pembelajaran konvensional.

Hipotesis yang digunakan untuk uji rata – rata prestasi belajar adalah

H0 : tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest prestasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(56)

56 Hipotesis yang digunakan untuk uji rata – rata skor akhir motivasi belajar adalah

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata skor akhir motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor akhir motivasi belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:

̅ ̅

( Walpole,1995:305)

Keterangan:

̅ : rata-rata skor kelas eksperimen

̅ : rata-rata skor kelas kontrol

: variansi skor kelas eksperimen

(57)

57 : simpangan baku gabungan

: banyaknya siswa kelas eksperimen

: banyaknya siswa kelas kontrol

Kriteria keputusan pengujian hipotesis adalah H0 diterima jika , dengan taraf signifikansi .

uji beda rata-rata di atas digunakan untuk menentukan keberlanjutan uji hipotesis rumusan masalah kelima dan keenam.

b. Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang kelima

Rumusan masalah kelima adalah model pembelajaran kooperatif teknik think pair share lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Kriteria efektif pada pengujian hipotesis kelima yaitu jika rata-rata skor

posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor posttest

kelas kontrol Pengujian hipotesis untuk rumusan masalah yang kelima adalah dengan menggunakan uji independent sample t-test.

1) Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

(58)

58 H1 : (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik TPS lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional)

2) Taraf signifikan α = 0,05 3) Statistik uji :

̅ ̅

dengan √

Keterangan:

̅ : rata-rata skor pretest kelas eksperimen

̅ : rata-rata skor pretest kelas kontrol

: variansi pretest kelas eksperimen

: variansi pretest kelas kontrol

: simpangan baku gabungan

: banyaknya siswa kelas eksperimen

: banyaknya siswa kelas kontrol

4) Kriteria keputusan : H0 ditolak jika

c. Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang keenam

(59)

59 siswa. Kriteria efektif pada pengujian hipotesis keenam yaitu jika rata-rata skor akhir motivasi siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor akhir motivasi kelas kontrol Pengujian hipotesis untuk rumusan masalah yang keenam adalah dengan menggunakan uji independent sample t-test.

1) Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik TPS tidak lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional atau keduanya memiliki efektivitas yang sama)

H1 : (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik TPS lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional)

2) Taraf signifikan α = 0,05 3) Statistik uji :

̅ ̅

dengan √

( Walpole,1995:305)

Keterangan:

̅ : rata-rata skor pretest kelas eksperimen

̅ : rata-rata skor pretest kelas kontrol

(60)

60 : variansi pretest kelas kontrol

: simpangan baku gabungan

: banyaknya siswa kelas eksperimen

(61)

97 DAFTAR PUSTAKA

Aji Prana Pramudiantoro dan Ani Widayati, M.Pd. Penerapan Model Pembelajaran

Think Pair Share untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi Siswa.

Volume III No 1.

Anita lie. (2007). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Arends Richard. (2008). Learning To Teach : Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Benny A Pribadi. (2009). Model Desaian Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat Daryanto dkk. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gaya Media

Dewi Cepsi Wahyuningsih dan Himmawati Puji Lestari. (2013). Perbedaan Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Teams Games

Tournament (TGT) dan Teknik Think Pairs Share (TPS) Dengan Pendekatan

Penemuan Terbimbing Terhadap Prestasi dan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi VI Volume II.

Endang Mulyatiningsih. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. Yogyakarta: UNY Press.

Erman Suherman dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica.

Hamzah. B. Uno. (2013). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan & Moedjiono. (2012). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Antar Siswa. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses dari http://badanbahasakemdikbud.go.id/kbbi/ pada tanggal 01 Juni 2014, Jam 19.20 WIB.

(62)

98 Kinanti Rejeki. (2010). Keefektifan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik

Think-Pair-Share (TPS) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Ditinjau dari prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Pada Materi Pokok Persamaan Garis lurus. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Made Wena. (2011). Stategi Pembelajran Inovatif kontemporer: suatu tujuan

konseptual Operasional. Jakarta: Bumu Aksara.

Miftahul Huda. (2012). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad Thobroni & Arif Mustofa. (2013). Belajar & Pembelajaran:

Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Muhibbin Syah. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.

Muhibbin Syah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Nana Sudjana. (2004). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Agesindo

Oemar Hamalik. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Popham, W.J. (1995). Classrooms assessment: What teachers need to know. Needham Heights, Mass: Allyn and Bacon.

Purwa Atmaja Prawira. (2013). Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. (2003). Belajar dan faktor – faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

(63)

99 Walpole, Ronald E. (1995). Pengantar Statistika (ed.ke-3). Jakarta: Gramedia

Gambar

Tabel 1: Skema desain penelitian

Referensi

Dokumen terkait

4.2 Distribusi data kemandirian peserta didik kelas kontrol ………59.. 4.3 Distribusi data prestasi belajar kelas eksperimen

Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan model TPS

Perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terjadi pada selisih ( gain ) peningkatan nilai pretest dan posttest yang menunjukkan bahwa model

Kesimpulan dari penulis atas penelitian yang dilakukan sesuai dengan data hasil uji coba adalah nilai rata-rata kelas eksperimen 84,53 sedangkan untuk rata-rata kelas kontrol

Keadaan ini berlaku untuk kedua kelas baik eksperimen maupun kelas kontrol, tetapi terlihat perbedaan bahwa rata-rata nilai hasil belajar pada kelas eksperimen dengan

Berdasarkan hasil analisis data deskriptif diperoleh rata-rata nilai kedua kelompok tersebut, yaitu kelas kontrol ( pretest ) sebesar 51,61 dan posttest sebesar 66,56

Adapun perumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Ho :tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dari penerapan model

Berikut desain penelitian Tipee one group pretest-posttest : E : O1 X O2 Keterangan : E : Kelas Eksperimen O1: Hasil pretest Solusi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think