• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BENTUK AKAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI MANEGERI 2 PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BENTUK AKAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI MANEGERI 2 PALEMBANG"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TIME TOKEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PADA POKOK BAHASAN BENTUK AKAR UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS X DI MANEGERI 2 PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

MAFTUKHAH PRIHASTINI NIM 10221021

Program Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Hal : Persetujuan Pembimbing Kepada Yth.

Lamp : - Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan

UIN Raden Fatah Palembang

Assalamu’alaykum Wr. Wb.

Setelah melalui proses bimbingan, arahan, dan koreksian, baik dari segi isi maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudari :

Nama : Maftukhah Prihastini NIM : 10221021

Program : S1 Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Bentuk Akar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di MA Negeri 2 Palembang

Maka, kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaykum Wr. Wb.

Palembang, Januari 2015 Pembimbing I Pembimbing II

(3)

Skripsi Berjudul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TIME TOKEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PADA POKOK BAHASAN BENTUK AKAR UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS X DI MANEGERI 2 PALEMBANG

yang ditulis oleh saudara MAFTUKHAH PRIHASTINI, NIM. 10221021 telah dimunaqasyahkan dan dipertahankan

di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 27 Januari 2015

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Palembang, 27 Januari 2015 Universitas Islam Negeri Raden Fatah

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Sekretaris

Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si Gusmelia Testiana, M.Kom NIP. 19720812 200501 2 005 NIP. 19750801 200912 2 001 PengujiUtama : Amilda, MA ( ) NIP. 19770715 200604 2 003

Anggota Penguji : M. Win Afgani, M.Pd ( ) NIP. 19821210 200912 1 002

Mengesahkan

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

Bapak (Pamuji) dan Ibu (Suntini) tercinta, terima kasih atas segenap ketulusan cinta dan kasih sayangnya selama ini serta do’a, perjuangan, pengorbanan, dan motivasi yang tak pernah henti.

Adik-Adikku (Jiwo Nugroho dan Muhammad Ramadhan) tersayang yang selalu mewarnai perjuanganku menggapai mimpi.

Kedua dosen pembimbingku,Ibu Dra. Rohmalina Wahab, M. Pd.I dan Ibu Agustiani Dumeva Putri, M. Si, terima kasih atas kesabaran dan motivasi serta waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan memberikan banyak saran dalam penyusunan skripsi ini.

Dosen-Dosen Prodi Pendidikan Matematika yang dengan tulus

memberikan ilmu dan perhatiannya untuk mendidik kami. Ma’af untuk

semua tingkah laku yang menyakiti kalian.

Sahabat-sahabat terbaikku (Tika Damayanti, Ovilianti, Veni Oktasari, Herla, dll) yang tak pernah meninggalkanku dalam suka dan duka, yang

selalu memberikan semangat, dukungan dan do’a. Bersama kalian aku belajar memaknai hidup

Saudara-Saudariku di Rayon I/II Burai, kalian adalah motivator hebat dalam perjuangan ini.

Teman-teman se-angkatan dan almamaterku

MOTTO

“Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan

sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian

akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”.

(Q.S. An-Najm/53: 39-41)

Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tetapi bergeraklah!

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maftukhah Prihastini

Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjung Batu, 13 April 1992 Program Studi : Pendidikan Matematika

NIM : 10221021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan. 2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapat gelar akademik, baik di UIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.

Palembang, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRACT

This research was motivationbecause the using of models oflearning was less varied inMANegeri2Palembangso thatmost of the students learning outcomesin mathematicsdid not reach theminimum completeness criteriathathas been established, especiallyin radical. After theobservation, there were thedominanceof studentswithhighcategoryinexpressionwhenlearning takes placeso thatmost of theother studentswere notmotivationto be activein the learning process. Therefore, the researchers took thetitle"The Application of Cooperative Learning ModelofTimeToken Types in Mathematics Learningonthe Subject of RadicaltoImproveStudent Learning OutcomesClass Xin MANegeri2Palembang" in order to determinethe application ofcooperative learning model of timetoken type, knowinglivelinessstudent learningafter application ofcooperative learning model of timetoken type, andtoknow theimprovement ofstudent learning outcomesusingcooperative learning model of timetoken type inmathematicslearningon the subject of radical. This research wasa field researchwithtrueexperimental designtechniqueskind ofpretest-posttest control group design. Byusingthe method of observationandtest, researcherscollecting datawithquantitativedata analysis techniques. Based on the analysis ofthe data knownthatthe application ofcooperative learning model of timetoken type canimprove student learning outcomes. It was evidence bythe percentage of completenessstudentlearning outcomesobtained by students inthe controlandexperimentalclasswas68.18% and88.09%. Itmeantthatthe application ofthis modelcanimprove student learning outcomesasbased onthe results oft-test analysisofthe datais known thatthe index gain tcount >ttable, at the5% significance level is 2.636 > 1.6632.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi karena kurang bervariasinya penggunaan model pembelajaran di MA Negeri 2 Palembang sehingga hasil belajar pada mata pelajaran matematika sebagian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, khususnya pada materi bentuk akar. Setelah dilakukan observasi, diketahui juga bahwa penyebab rendahnya hasil belajar karena adanya dominasi siswa dengan kemampuan tinggi dalam menyampaikan pendapat ketika pembelajaran berlangsung sehingga sebagian besar siswa lainnya tidak termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Bentuk Akar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di MA Negeri 2 Palembang” dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token, mengetahui keaktifan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar. Jenis penelitian ini adalah field research denganteknik true experimental design jenis pretest-posttest control group design. Dengan menggunakan metode observasi dan tes, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik analisis data kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa pada kelas kontrol dan eksperimen adalah 68,18% dan 88,09%. Hal ini juga berarti bahwa penerapan model inidapat meningkatkan hasil belajar siswakarena berdasarkan hasil analisis uji-t dari data indeks gain diketahui bahwa thitung> ttabel, pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,636 >1,6632.

(8)

KATA PENGANTAR ميح رلا نمحرلا الله مسب

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang.” Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan ajaran, tuntutan dan tauladan yang sempurna kepada umatnya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Aflatun Muchtar, M.A selaku Rektor UIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Rohmalina Wahab, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Agustiani Dumeva Putri, M. Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

(9)

6. Bapak Drs. Amri M, Ibu Masnah, S.Pd, dan Ibu Sri Pujiningsih, S.Pd selaku guru matematika di MA Negeri 2 Palembang yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Kedua orang tua (Pamuji dan Suntini) yang selalu memberikan semangat, mendoakan dan berkorban baik material maupun moral demi keberhasilanku.

8. Kedua saudara yang kusayangi (Jiwo Nugroho dan Muhammad Ramadhan) yang selalu memberikan motivasi dan mengharapkan keberhasilanku.

9. Teman-teman seperjuanganku (Angkatan 2010) terkhusus Matematika 2010, kalian adalah inspirasi terindah dalam hidupku.

10. Teman-teman seperjuangan KKN-63 dan PPLK II, semoga tetap semangat dan semoga perjuangan kita dalam menimba ilmu dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Akhirnya kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dapat bermanfaat dan menjadi amal shaleh di sisi-Nya. Aamiin.

Palembang, Januari 2015 Penulis

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, banyak perintah yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya kepada manusia untuk senantiasa menuntut ilmu, berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat, maupun mendengar. Salah satu hadits yang berisi tentang kewajiban menuntut ilmu adalah:

ِدْحَّللا ىَلِا ِدْيَمْلا َنِم َمْلِعْلاا ٌُْبُلْطُا

Artinya: “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat.” (HR. Muslim)

َلَّيَس اًمْلِع ِوْيِف ُسِمَتْلَي اًقْي ِرَط َكَلَس ْنَمملسم هاًر ـ ِتَّنَجْلا ىَلِا اًقْي ِرَط ِوِب ُالله

Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Hadits-hadits ini menggambarkan bahwa Islam mewajibkan pemeluknya untuk menjadi manusia yang berilmu dan berpengetahuan sehingga dapat bermanfaat dan berguna dalam hal-hal yang berkaitan dengan dunia dan akhirat. Selain itu agar umat muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu dan zaman, salah satunya adalah tuntutan globalisasi.

(11)

yang muncul seiring dengan berjalannya perkembangan yang ada, membuat masyarakat harus dengan cerdas dapat menyeleksi dan mempelajari informasi-informasi yang telah disediakan oleh informan dunia supaya tidak menjerumuskan diri dalam perkembangan yang semakin tidak teratur. Masyarakat yang cerdas dapat dibentuk oleh suatu lingkungan yang menyediakan tempat bagi masyarakat itu sendiri untuk memperbarui informasi dan mengembangkan potensi diri yang ada dengan membimbingnya sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Proses pembimbingan yang dilakukan inilah disebut sebagai proses pembelajaran bidang pendidikan. Pendidikan merupakan bagian sentral dalam memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut karena dapat membentuk kepribadian dan kualitas masyarakat yang diperlukan sesuai dengan zaman. Pendidikan ini menyediakan ilmu pengetahuan yang menuntut manusia untuk selalu berpikir dan berusaha dalam menguasai dan mengembangkan pemikiran. Dalam suatu hadits dinyatakan:

ْنَم ًَ ِمْلِعْلاِمْلِعَلاِب

ِمْلِعْلاِب ِوْيَلَعَف اَيْنُّدلاَدا َرَا ْنَم ًَ َرَا ْنَمِب ِوْيَلَعَف َة َر ِخَلااَدا ِوْيَلَعَف اَمُىَدا َرَا

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu,

dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat)

maka dengan ilmu.” (HR. Turmudzi)

(12)

untuk terus menggali pengetahuannya sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

Secara luas, pendidikan adalah hidup. Segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu juga didefinisikan sebagai pendidikan (Mudyahardjo, 2010:3).Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas berdasarkan kepribadian yang baik dan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, hal ini dapat terjadi jika semua komponen pendidikan dapat terlaksana dengan maksimal. Adapun yang menjadi bagian dari pendidikan yang dapat meningkatkan mutu dari pendidikan itu sendiri adalah lembaga sekolah, pendidik (guru), peserta didik, dan evaluasi.

(13)

dan tenaga kependidikan, sistem kurikulum, cara pendidik dalam menyampaikan pembelajaran, dan sarana prasarana yang tersedia di sekolah tersebut.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Guza, 2008:3).

Artinya di dalam proses belajar mengajar harus terjadi proses interaksi dan kerja sama antara pendidik dengan peserta didik sehingga proses pembelajaran pun dapat berlangsung dengan maksimal. Proses interaksi tersebut dapat terjadi jika pendidik mampu memberikan pembaharuan informasi kepada peserta didik dengan cara yang sesuai sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar, karena pada hakikatnya teaching’s teach the students for learn, mengajar adalah mengajarkan peserta didik untuk belajar.

Adapun komponen yang dibutuhkan dalam proses belajar-mengajar adalah; tujuan instruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi (Usman, 2010:5).

(14)

dengan baik. Tetapi tidak hanya pendidik yang diandalkan dalam proses belajar mengajar ini, peserta didik pun juga harus ikut berpartisipasi di dalamnya yaitu dengan memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang tinggi ketika mengikuti pelajaran. Dalam pemilihan dan pembuatan struktur metode pembelajaran ini, ditentukan oleh adanya model pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran (Sani, 2013: 89)

Dalam proses pembelajaran matematika, model yang digunakan mempunyai jenis yang bervariasi dan semua model mempunyai karakteristik tersendiri. Oleh sebab itu, seorang pendidik harus mengetahui dengan jelas kelebihan dan kelemahan dari suatu model yang yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pengetahuan matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang pesat perkembangannya. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan matematika yang baik, siswa dimungkinkan memperoleh berbagai macam bekal dalam menghadapi tantangan di era globalisasi saat ini. Kemampuan berpikir kritis, logis, cermat, sistematis, kreatif dan inovatif merupakan beberapa kemampuan yang dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan matematika yang baik (Heruman, 2003: 3).

(15)

Sabtu, 12 Oktober 2013, diketahui bahwaproses pembelajaran matematika yang dilakukan pada semua tingkatan kelas masih berpusat pada guru. Ketika guru menjelaskan, siswa hanya mendengarkan. Siswa menjadi lebih pasif karena tidak diberikan umpan balik dalam menggali konsep pembelajaran. Siswa terkesan hanya menerima pengetahuan tanpa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari.Selain itu, dominasi siswa dalam menyampaikan pendapat maupun mengajukan pertanyaan, menjadi kendala dalam menghidupkan semangat siswa untuk turut serta aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi pengaruh dari masalah yang ada. Banyak siswa yang tidak memahami bagaimana cara penyelesaian soal yang diberikan karena tidak memahami konsep dengan baik.

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosialnya berupa keterampilan dalam berbicara, baik itu dalam kelompok maupun di depan kelas. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup dengan hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar.

(16)

untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.Model pembelajaran kooperatif ini tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan pada proses berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil, sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta didik akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa peneliti terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama peserta didik dalam meningkatkan prestasi.

(17)

mengatakan apa-apa,time token dapat membantu mendistribusikan partisipasi lebih merata.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok

Bahasan Bentuk Akar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di

MANegeri 2 Palembang”.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keaktifan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar kelas X di MANegeri 2 Palembang?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di MANegeri 2 Palembang?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

(18)

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di kelas X setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar di MANegeri 2 Palembang.

D.Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti, untuk mengetahui hasil belajar matematika pada pokok bahasan bentuk akar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token pada siswa kelas X MANegeri 2 Palembang;

b. Bagi guru, penelitian ini sebagai salah satu cara untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif tipe time token ini mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di MANegeri 2 Palembang serta sebagai referensi model pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar matematika;

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Di dalam pembelajaran, al-Qur’an telah mengatur pola interaksi belajar mengajar yang harus dilakukan guru dalam penyampaian pembelajaran di dalam kelas.Sebagaimana yang digambarkan dalam firman Allah SWT. yang juga berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW. di zamannya yaitu

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S An-Nahl, 16: 125)

Ayat ini menjelaskan bahwa pemilihan model pembelajaran menjadi peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Model pembelajaran dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang menjadi sasaran dalam pencapaian pendidikan yang ditempuh.Guru dituntut untuk memiliki dua modal dasar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yaitu mendesign pembelajaran dan mengkomunikasikan pembelajaran terhadap siswa. Guru juga harus mampu memilih dan menyeleksi model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan dengan tujuan memaksimalkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung.

1. PengertianModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

(20)

para siswa bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Jadi, hakikat sosial dan menggunakan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif saat ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Slavin yang dikutip oleh Sanjaya (2012:242), hal ini dikarenakan;

Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

(21)

Time Token merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model pembelajaran yang setiap siswa diberi kupon bicara, dalam arti bicara yang sesuai dengan materi yang dibahas. Setelah berbicara, baik berpendapat atau presentasi di depan kelas maka siswa tersebut menyerahkan kuponnya. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi.

Time token berasal dari kata ”time” yaitu waktu dan “token” yaitu tanda. Menurut Arends yang dikutip oleh Aziz (2009), time token adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan berpartisipasi agar menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Menurut Darmawati, dkk (2011), Time Token dapat membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa dan dalam proses pembelajarannya selain siswa berdiskusi sesamanya, siswa juga mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelompok. Sedangkan menurut Aqib (2013:33) model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Dalam penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif time token ini

ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Pendidik menyiapkan beberapa

komponen yang dibutuhkan diantaranya: token atau simbol praktis dan atraktif

untuk memicu tumbuhnya motivasi belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol

penghargaan seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang, atau uang

(22)

menunjukan perilaku yang diharapkan mereka dapat menukarkan token itu dengan

sesuatu yang berharga. Dengan demikian setelah satu rentang waktu tertentu guru

harus menyediakan barang penukar token yang berharga untuk siswa. Yang paling

mudah seperti permen, alat tulis atau benda berharga lain yang dapat sekolah

biayai.Menurut Suprijono, tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu

siswa berbagi aktif serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat di

antara anggota kelompok (Darmawati, dkk., 2011: 2).

Jadi secara garis besar, model pembelajaran kooperatif tipe time token ini

adalah salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa berinteraksi dalam

sebuah kelompok, namun dengan tidak menyampingkan tugas individu untuk

memahami pembelajaran yang sedang berlangsung. Atau dengan kata lain, model

ini menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran tanpa ada yang

mendominasi di dalam kelas, sehingga semua siswa diberi kesempatan untuk

mengembangkan dan mengevaluasi pemahaman yang diperoleh dari proses

interaksinya. Model time token ini membebaskan semua siswa untuk berpendapat,

bertanya, maupun menanggapi materi yang sedang dipelajari dengan waktu dan

kartu bicara yang terbatas yaitu ± 30 detik setiap kartunya dan menggunakan

sebuah simbol sebagai proses memotivasi siswa ketika mereka menjawab atau

menanggapi sebuah masalah dengan benar, sehingga nantinya simbol tersebut

(23)

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Adapun langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token menurut Suprijono (2013: 133) adalah sebagai berikut:

1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (Cooperative Learning/ CL); 2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik. Tiap

siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu dan keadaan;

3. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap berbicara satu kupon;

4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Sedangkan siswa yang masih memegang kupon harus sampai kuponnya habis, dan seterusnya.

Sedangkan menurut Indah (2013), langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif tipe time token adalah:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD;

2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal; 3. Guru memberi tugas kepada siswa;

4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa;

5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua siswa berbicara.

6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa.

Langkah-langkah pembelajaran ini menjadi dasar peneliti untuk

melaksanakan penelitian dengan menyimpulkan langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe time token diatas dengan rinician:

1. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi dengan membagi

siswa dalam suatu kelompok heterogen berdasarkan nilai pretest yang akan

(24)

2. Guru membagikan 2 “kartu bicara“ dengan waktu 30 detik pada masing-masing siswa;

3. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa sebagai bahan diskusi kelompok; 4. Guru mengkondisikan untuk melaksanakan diskusi kelas. Guru meminta siswa

menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi

komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah

bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh

berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua

kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua siswa berbicara.

5. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time

Token

Noviani (2013: 50) menyatakan beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe time token ini. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe time token adalah:

a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya b. Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali c. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran

d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya

f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik

(25)

h. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui

i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif tipe time token ini adalah:

a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak

c. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu per satu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya

d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Kekurangan-kekurangan ini dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut:

a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memilih materi yang menuntut siswa untuk memahami konsep. Oleh karena itu, peneliti memilih materi bentuk akar. b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak. Hal ini

(26)

c. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mempersiapkan instrumen pembelajaran beberapa hari sebelum materi dibahas dan selama proses pembelajaran, dibatasi dengan waktu beberapa detik bagi siswa untuk berpartisipasi, baik itu bertanya, menjawab, maupun menanggapi.

d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat ditanggulangi dengan diskusi kelompok. Permasalahan yang muncul dan tidak dapat dipecahkan oleh kelompok maka perwakilan kelompok yang belum menggunakan kartu bicaranya dapat bertanya pada guru.

4. Cara Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran diatas, cara pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe time tokendalam penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 siswa;

b. Guru membagikan 2 “kartu bicara“ pada masing-masing siswa pada setiap pertemuannya;

c. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing kelompok;

(27)

e. Setelah selesai, siswa melakukan diskusi kelas dengan cara; Guru menunjuk kelompok yang akan menyelesaikan soal dalam LKS di depan kelas. Perwakilan kelompok yang telah selesai menyelesaikan soal dengan waktu 30 detik, diberi kesempatan untuk menunjuk kelompok yang belum maju. Begitu seterusnya hingga semua pertanyaan di jawab dengan benar dan tepat.

f. Selama proses diskusi kelas, guru berperan sebagai fasilitator dengan menambahkan penjelasan materi dari siswa yang telah menyelesaikan soal-soal kepada siswa lainnya.

g. Pada saat diskusi kelas berlangsung, siswa yang ingin bertanya, menjawab, dan menanggapi jawaban harus menggunakan “kartu bicara”nya.

B.Model Pembelajaran Konvensional

1. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional

Salah satu model pembelajaran yang sejak dahulu hingga sekarang sering dipakai oleh sebagian besar pendidik adalah model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran yang sering disebut sebagai model pembelajaran tradisional atau juga metode ceramah ini menjadi awal mula terjadinya proses pembelajaran. Sejak zaman Rasulullah SAW. Model pembelajaraninitelahdigunakan, sebagaimanafirman Allah SWT.,

(28)

Dalamayatini, Allah mengungkapkanprinsip komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila memperhatikan; pertama, bila dalam pembelajaran pembicara menyesuaikan dengan sifat khalayak. Artinya penyampaian pembelajaran disesuaikan dengan “bahasa”

masyarakat yang akan menerima pembelajaran. Dan yang kedua agar komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diterima peserta didik manakala komunikator menyentuh otak atau akal juga hatinya sekaligus. Bahkan pada zaman Rasulullah SAW. tidak jarang di sela khotbahnya,Nabi berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan yang hadir untuk bertanya sehingga terjadilah dialog. Khutbah Nabi pendek tetapi padat penuh makna sehingga menyentuh dalam setiap sanubari pendengarnya. Dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran berkaitan erat dengan cara mengajarkannya. Model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari dan karakteristik siswa sehingga dapat memberikan kesan bagi siswa dalam menerima ilmu pengetahuan.

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa “konvensional adalah tradisional”, selanjutnya tradisional diartikan sebagai “sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada

(29)

antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Menurut Mansyur dalam Harsono, dkk. (2009) , metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap siswa di kelasnya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model konvensional adalah suatu model pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan cara tradisional yang telah lama dilakukan oleh guru, yaitu dalam penyampaian pelajaran guru masih mengandalkan ceramah. Dalam model konvensional, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada peserta didik. Sementara peserta didik mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan pengajar sehingga pada pembelajaran ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal ini mengakibatkan peserta bersifat pasif, karena peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, akibatnya peserta didik mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada guru. Bahan pembelajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya, karena yang menjadi tulang punggung kegiatan instruksional di sini adalah guru.

(30)

instruksional. Kegiatan instruksional ini berlangsung dengan menggunakan guru sebagai satu-satunya sumber belajar sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pelajaran ini tidak menggunakan bahan ajar yang lengkap, namun berupa garis besar isi dan jadwal yang disampaikan diawali pembelajaran, beberapa transparansi dan formulir isian untuk dipergunakan sebagai latihan selama proses pembelajaran. Peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut dengan cara mendengar ceramah dari pengajar, mencatat, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar.

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional menurut Subaryana (2005: 10) yaitu sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan; Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

b. Menyajikan informasi; Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah.

c. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.

(31)

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional

Pada pembelajaran konvensional tanggung jawab pengajar dalam mengajar peserta didiknya cukup besar, serta peranan pengajar dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Menurut Subaryana (2005:9) bahwa pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan efisien tetapi hasilnya belum memuaskan. Adapun kelebihan pada model pembelajaran konvensional ini adalah sebagai berikut :

a. Efisien;

b. Tidak mahal, karena hanya menggunakan sedikit media atau bahan ajar; c. Mudah disesuaikan dengan keadaan peserta didik

Sedangkan kekurangan model pembelajaran konvensional ini adalah: a. Kurang memperhatikan bakat dan minat peserta didik;

b. Berpusat pada guru;

c. Sulit digunakan dalam kelompok yang heterogen.

d. Gaya mengajar yang sering berubah-ubah atau perbedaan gaya mengajar dari pengajar yang satu dengan yang lain dapat membuat kegiatan instruksional tidak konsisten.

Sedangkan kelebihan model konvensional menurut (Purwoto, 2003:67) adalah sebagai berikut:

a. Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk mendengarkan;

(32)

c. Pengajar dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting, sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin;

d. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik;

e. Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pengajaran dengan model ini.

Kelemahan yang terdapat pada model pembelajaran konvensional ini menurut (Purwoto, 2003:67) adalah:

a. Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

b. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

c. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan. d. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar menghafal

yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika adalah salah satu pembelajaran yang dibutuhkan pada setiap

kegiatan dalam kehidupan, mulai dari menghitung banyaknya benda, harga barang

dalam jual beli, hingga pada hal yang sulit seperti menentukan arah kiblat dalam

(33)

segala hal yang berhubungan dengan matematika, Allah telah mengatur dan

memberi arti penting matematika dalam segala proses kehidupan manusia.

Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut

ukuran.”(Q.S Al-Qamar, 54:49)

Artinya: “Supaya Dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.”(Q.S Al-Jin, 72: 28)

Ayat-ayat Al-Qur’an ini menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan secara matematis. Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya, atau ada persamaannya. Pada masa mutakhir ini, pemodelan-pemodelan matematika yang dilakukan manusia sebenarnya bukan membuat sesuatu yang baru. Pada hakikatnya, mereka hanya mencari persamaan-persamaan atau rumus-rumus yang berlaku pada suatu fenomena.

Menurut R. Soedjadi (1999:11) definisi matematika dapat dipandang dari

berbagai sudut pandang, yaitu:

1. Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik; 2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi;

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan;

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah; 5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik;

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Johnson dan Myklebust yang dikutip oleh Amilda dan Astuti

(2012:99), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan

fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Selanjutnya, Paling

(34)

terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan

informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menghitung,

dan yang paling penting adalah memikirkan, melihat dalam diri manusia itu

sendiri, serta menggunakan hubungan-hubungan.Fungsi pembelajaran matematika

adalah sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan. Peserta didik diberi

pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau

menyampaikan suatu informasi dalam model-model matematika yang merupakan

penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal uraian lainnya. Belajar matematika

bagi peserta didik juga merupakan pembentuk pola pikir dalam pemahaman suatu

pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan antarapengertian-pengertian.

Dari fungsi-fungsi tersebut, guru berperan sebagai motivator dan pembimbing

peserta didik dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah salah satu ilmu penting yang mempelajari tentang konsep-konsep dan

struktur-struktur yang abstrak serta hubungan diantara hal-hal tersebut.

2. Kajian Materi Matematika

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah subbab bentuk

akaryang merupakan materi yang dipelajari di kelas X tingkat SMA/MAdi

(35)

a. Keterbatasan waktu dalam penelitian jika menggunakan materi yang terlalu

luas;

b. Karakteristik materi yang sesuai dengan model pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian yaitu menuntut siswa untuk aktif berbicara, baik

itu bertanya, menyampaikan pendapat, maupun menjawab pertanyaan. Hal

ini diperlihatkan dalam indikator berikut:

1) Mengetahui contoh dan bukan contoh bentuk akar

2) Mengubah bentuk akar dengan bilangan berpangkat pecahan, atau sebaliknya

3) Menyelesaikan operasi aljabar pada bentuk akar 4) Merasionalkan bentuk akar

Adapun penjelasan mengenai materi bentuk akar ini adalah sebagai berikut:

a. Definisi Bentuk Akar

Pengakaran (penarikan akar) suatu bilangan merupakan inversi dari pemangkatan suatu bilangan (Sinaga, dkk.,2013:26). Akar dilambangkan

(36)

Bilangan rasional berbeda dengan bilangan irrasional. Bilangan

rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑎

𝑏, dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat, bilangan

pecahan murni, dan bilangan pecahan desimal. Sedangkan, bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan. Bilangan irrasional merupakan bilangan yang mengandung pecahan desimal tak

berhingga dan tak berpola. Contoh bilangan irrasional, misalnya√2= 1,414213562373..., e = 2,718..., 𝜋= 3,141592653… dan sebagainya.

DEFINISI

Misalkan a bilangan real dan n bilangan bulat positif. 𝑛√𝑎disebut bentuk akar jika dan hanya jika hasil 𝑛√𝑎adalah bilangan irrasional (Sinaga, dkk.,2013:27)

Bilangan irrasional yang menggunakan tanda akar (√) dinamakan bentuk akar. Tetapi tidak semua bilangan yang berada dalam tanda akar

merupakan bilangan irrasional. Contoh: √25bukan bentuk akar, karena nilai

√25adalah 5 dan bukan bilangan irrasional.

b. Hubungan Bentuk Akar dengan Pangkat Pecahan

Perlu diketahui bahwa bilangan berpangkat memiliki hubungan dengan bentuk akar. Berdasarkan Sifat, jika a adalah bilangan real dan a > 0, 𝑝

𝑛 dan 𝑚

𝑛 adalah bilangan pecahan n ≠ 0, maka 𝑎 𝑝

𝑛 𝑎𝑚𝑛 = (𝑎)𝑝

+𝑚

𝑛 .

(37)

q ≠ 0, q ≥ 2. 𝑎𝑝𝑞 = c, sehingga c = 𝑞√𝑎𝑝 atau 𝑎𝑝𝑞 = 𝑞√𝑎𝑝”(Sinaga,

dkk.,2013:28).

c. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar

1) Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar

Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar dapat dilakukan apabila bentuk akarnya senama. Bentuk akar senama adalah bentuk akar yang mempunyai eksponen dan basis sama. Untuk setiap p, q, dan r adalah bilangan real dan r ≥ 0 berlaku sifat-sifat berikut:

𝑝 √𝑟𝑛

+ 𝑞 √𝑟𝑛 = 𝑝+𝑞 √𝑟𝑛

𝑝 √𝑟𝑛 − 𝑞 √𝑟𝑛 = 𝑝 − 𝑞 √𝑟𝑛

2) Operasi Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar

Pada pangkat pecahan telah dinyatakan bahwa 𝑎 𝑝

𝑞 = 𝑞√𝑎𝑝. Sifat perkalian dan pembagian bentuk akar adalah sebagai berikut:

 𝑛√𝑎𝑛 = 𝑎

𝑎 √𝑏𝑛 𝑥𝑐 √𝑑𝑛 = 𝑎𝑥𝑐 𝑛 𝑏𝑥𝑑

𝑎 √𝑏𝑛

𝑐 √𝑑𝑛

=

𝑎 𝑐

𝑏 𝑑

𝑛

d. Merasionalkan Bentuk Akar

Kita tahu bahwa bentuk-bentuk akar seperti √2, √5, √3 + √7,

√2− √6, dan seterusnya merupakan bilangan irrasional. Jika bentuk akar

(38)

Penyebut irrasional dapat diubah menjadi bilangan rasional. Cara merasionalkan penyebut suatu pecahan bergantung pada bentuk pecahan itu sendiri. Akan tetapi, prinsip dasarnya sama, yaitu mengalikan dengan bentuk akar sekawannya. Proses ini dinamakan merasionalkan penyebut.

1) Merasionalkan Bentuk 𝑝 √𝑞

Bentuk 𝑝

√𝑞dirasionalkan dengan cara mengalikannya

dengan√𝑞

√𝑞namun menyebabkan penyebut menjadi bilangan rasional yaitu seperti berikut:

𝑝

Sebelum merasionalkan bentuk-bentuk akar di atas, perlu dipahami bentuk-bentuk campuran bilangan rasional dan bilangan irrasional.

a) Jika bilangan rasional dijumlahkan dengan bilangan irrasional maka

hasilnya bilangan irrasional. Contoh 2 +√7= 2 + 2,645751.... = 4, 645751... (bilangan irrasional).

b) Jika bilangan irrasional dijumlahkan dengan bilangan irrasional maka

hasilnya bilangan irrasional atau rasional, contoh √5 + √7= 2,236068.... + 2,645575... = 4,881643... (bilangan irrasional)

c) Jika bilangan rasional dikalikan dengan bilangan irrasional, maka

(39)

d) Jika bilangan irrasional dikalikan dengan bilangan irrasional, maka hasilnya dapat bilangan rasional atau bilangan irrasional.

Contoh:

√5 𝑥√125 = √5× 5√5= 25 (25 adalah bilangan rasional)

√3 𝑥√5 = √15 (√15 adalah bilangan irasional)

e) 𝑛√𝑎disebut bentuk akar apabila hasil akar a adalah bilangan irrasional.

D.Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan di bidang pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar siswa, tes atau tugas yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh dari penilaian hasil belajar siswa baik individual maupun kelompok di dalam kelasnya, akan menggambarkan kemajuan yang telah dicapainya selama periode tertentu.

Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran telah diatur dalam firman Allah SWT. surah Al-Baqarah (2: 269) yaitu:

Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”(QS Al-Baqarah: 269)

(40)

pembelajaran, guru bertugas menyampaikan informasi (da’i) dan melatih siswa secara sungguh-sungguh agar terampil serta memiliki skill yang memadai.

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2005:22), hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui pengalaman belajarnya. Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak semudah yang dibayangkan tetapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan minat dalam belajar serta program pengajaran yang baik. Sedangkan Menurut Nawawi (Susanto, 2013:5) bahwa hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

(41)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut para ahli terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Sobur (2011: 244), secara garis besar faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak atau individu dibagi dalam dua bagian, yaitu: a. Faktor endogen atau disebut juga faktor internal, yaitu semua faktor yang

berada dalam diri individu meliputi faktor fisik dan psikis. Faktor fisik terdiri dari faktor kesehatan, sedangkan faktor psikis terdiri dari intelegensi atau kemampuan, perhatian dan minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kepribadian.

b. Faktor eksogen atau disebut juga faktor eksternal, yaitu semua faktor yang berada di luar diri individu meliputi faktor keluarga, sekolah, dan faktor lingkungan lain.

Sedangkan menurut Purwanto (2010: 107), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap individu dapat dilihat pada skema berikut:

Luar

Faktor

Dalam

Lingkungan

Instrumental 1.2. Kurikulum Guru

(42)

Faktor-faktor tersebut bukan berarti menjadi kendala untuk individu meningkatkan hasil yang diperolehnya setelah proses pembelajaran berlangsung. Usaha adalah cara yang wajib dilakukan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q. S Ar-Ra’d,(13: 11).

Artinya: “….. Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib atau keadaan suatu kaumsehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…... “(QS Ar-Ra’d: 11)

Jelas dinyatakan dalam ayat ini bahwa untuk memperoleh sesuatu perlu adanya usaha. Faktor-faktor penyebab kegagalan tidak menjadikan alasan untuk individu menyerah pada keadaan. Terutama dalam bidang pendidikan. Hasil yang diperoleh dapat maksimal jika individu mampu berusaha secara sungguh-sungguh dalam menggapai tujuan pendidikannya, yaitu mendapatkan, memahami, dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya setelah pembelajaran dilangsungkan.

3. Klasifikasi Hasil Belajar

(43)

pembelajaran selanjutnya. Adapun hadist Rasulullah SAW. yang berhubungan dengan tujuan adanya klasifikasi adalah sebagai berikut:

ا ْوُرِّفَنُت َلَ َو ا ْوُرِّشَب َو ا ْوُرِّسَعُت َلََو ا ْوُرِّسَي

Artinya:Mudahkanlah dan janganlah kamu mempersulit. Gembirakanlah dan janganlah kamu membuat mereka lari. (H.R. Bukhari, Kitab al-’Ilm, No. 67)

Haditsdi atas menjelaskan secara tersirat bahwa Rasulullah SAW. memerintahkan kepada kita untuk mempermudah segala urusan dalam menyelenggarakan suatu kegiatan pembelajaran dengan cara yang baik. Proses mengelompokkan ini menjadi dasar awal seorang guru mampu mengetahui apa yang diperoleh siswanya setelah proses pembelajaran berlangsung.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2005:22).

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu

a. Pengetahuan; kemampuan mengingat bahan yang dipelajari.

b. Pemahaman; kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan.

c. Penerapan atau Aplikasi; kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

d. Analisis; kemampuan menguraikan, mengidentifikasi, dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antar bagian guna membangun suatu keseluruhan.

e. Sintesis; kemampuan menyimpulkan, mempersatukan, bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan sebagainya.

(44)

Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari aspek:

a. Penerimaan; kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu perangsang.

b. Jawaban atau Reaksi; keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.

c. Penilaian; kepekatanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.

d. Organisasi; mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antarnilai, dan membangun sistem nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai.

e. Internalisasi; proses afeksi individu sehingga memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama (Hanafiah dan Suhanah, 2012:21).

Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak dengan aspek:

a. Gerakan Reflex; keterampilan pada gerakan yang tidak sadar. b. Keterampilan Gerakan Dasar

c. Kemampuan Perseptual; termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

d. Keharmonisan atau Ketepatan

e. Gerakan Keterampilan Kompleks; mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks.

f. Gerakan Ekspresif dan Interpretatif (Sudjana, 2005: 31).

4. Indikator Hasil Belajar

(45)

pengetahuannya sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q. S Al-Mujadilah: 11,

Artinya: “…… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…..” (QS. Al-Mujadalah:11)

Ayat ini telah menjelaskan bahwa Allah SWT. menghargai dan selalu memotivasi manusia untuk senantiasa menuntut ilmu. Hal ini bertujuan agar manusiamemperoleh kebaikan dan kesuksesan dalam melaksanakan segala sesuatu, terutama dalam kaitannya dengan iman atau kepercayaan dan kehidupan.

(46)

Berdasakan beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar lebih tepat diukur melalui tiga ranah yang disampaikan oleh Benjamin S. Bloom. Dari pendapat tersebut,berikut adalah indikator dari hasil belajar baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dikutip penulis dalam buku Uno (2013: 67):

Tabel 1

Indikator Hasil Belajar

Domain Kategori Jenis Perilaku

Kemampuan

Internal Kata Kerja Operasional

(47)
(48)

Membuat sketsa,

Gerakan Terbimbing Meniru contoh

(49)

Berpegang pada pola Membangun,

Dari penjelasan beberapa indikator hasil belajar mengenai ranah afektif dan kognitif, yang diterapkan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar pada kategoripenerimaan, partisipasi, dan penilaian untuk ranah afektif dan pengetahuan, pemahaman serta aplikasi untuk ranah kognitif.

E.Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam skripsi yang ditulis Indah Noviani (2013) dengan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian eksperimen yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Time Token Arends dalam Pembelajaran Berbicara pada Siswa

(50)

ttabel untuk taraf signifikan 5% sebesar 1,997 sehingga hipotesis diterima. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa 25% siswa dikategorikan sangat baik, 50% baik, dan 25% dikategorikan cukup dalam kemampuan berbicara setelah digunakan model pembelajaran time token.

Dalam skripsi Novia Yeni Fatmawati (2011) yang berjudul Keefektifan Strategi Time Token Arends terhadap Kemampuan Menyimak Laporan

Perjalanan pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunung Kidul diketahui bahwa hasil pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain the randomized pretest-posttest group design didapat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diterapkan strategi time token arends dengan kelompok yang tidak diterapkan strategi time token arends. Hal ini terlihat dari persentase kenaikan nilai siswa dari pretest ke posttest sebesar 95,83% sedangkan pada kelompok kontrol hanya mengalami kenaikan sebesar 41,67%.

Sedangkan skripsi yang ditulis oleh Nurulita Mutiara (2010) juga dengan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian eksperimen yang berjudul Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Time Token terhadap Hasil Belajar

Peserta Didik Kelas VIII pada Materi Pokok Bahan Kimia di Rumah Tangga di

(51)

Dari ketiga penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token ini dapat mempengaruhi berbagai variabel dalam pembelajaran di setiap mata pelajaran. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token ini dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di MANegeri 2 Palembang.Berikut disajikan tabel perbedaan dan persamaan antara penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian terdahulu yang relevan.

Tabel 2

(52)

F. Hipotesis

Berdasarkan anggapan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini peneliti mengajukan beberapa hipotesis berikut:

Ho :Tidak terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas X di MANegeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah field research (penelitian lapangan) dengan kategori penelitian kuantitatif dan metode penelitian eksperimen, yaitu jenis penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk pretest-posttest control group design dalamtrue experimental design.

B.Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara random dan analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan(Sugiyono,2013: 14).

Seperti dijelaskan sebelumnya, bentuk penelitian ini berdasarkan metodenya adalah penelitian eksperimen dengan jenis pretest-posttest control group design dalam true experimental design, dimana terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

R O1 X O2

R O3 O4

Keterangan:

(54)

X = Perlakuan

O1 = Nilai pretes kelas kontrol O2 = Nilai posttes kelas kontrol O3 = Nilai pretes kelas eksperimen O4 = Nilai posttes kelas eksperimen

C.Variabel Penelitian

Secara teoritis menurut Hatch dan Farhady, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang

dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Sugiyono, 2013: 60). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini terdapat variabel penelitian pokok, yaitu dapat dilihat pada sketsa sebagai berikut:

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

D.Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token adalah suatu tipe

pembelajaran dengan struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali. Secara umum adapun

Model pembelajaran Time Token

(55)

langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Time Token menurut Suprijono (2013: 133) adalah sebagai berikut:

a. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (Cooperative Learning/ CL) b. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik. Tiap

siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu dan keadaan.

c. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap berbicara satu kupon.

d. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus sampai kuponnya habis, dan seterusnya.

2. Hasil belajar adalah suatu ukuran berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada ranah kognitif dengan aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, dan penerapan dan pada ranah afektif dengan aspek penerimaan, partisipasi, dan penilaian.

E.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi ialah keseluruhan dari objek penelitian yang menjadi sumber sampel. Menurut Noor (2014: 147) populasi dalam penelitian digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian.

(56)

Tabel 3

Rincian Jumlah Siswa Kelas X.IPA di MA Negeri 2 Palembang

Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

X.IPA1 14 28 42

X.IPA2 14 29 43

X.IPA3 18 26 44

X.IPA4 17 25 42

Jumlah 63 108 171

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 118). Karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu dalam suatu penelitian, sebagian besar peneliti menggunakan sampel yang diambil dari suatu populasi yang harus bersifat representatif (mewakili populasi). Pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi sehingga pemahaman tentang sifat atau kerakteristik sampel tersebut dapat digeneralisasikan pada elemen populasi (Noor, 2014: 149).

Gambar

Tabel 1 Indikator Hasil Belajar
Grafik Menggunakan...... Mendemonstrasikan, Mendramatisir,
Tabel 2 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 5 Intrepretasi Derajat Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses tersebut dapat dicapai dengan menciptaan kondisi pembelajaran yang tepat sehingga berdampak ketercapaian tingkat kedewasaan secara fisik, sosial, spikologi

Monumen tersebut menempel pada tanah seluas 1 m 2.. Bulan hampir me nye rupai bola dengan diameter 3.476 km. Kubah sebuah gedung berbentuk setengah bola. Kubah tersebut

1) Menarik minat. Bila murid telah berminat terhadap kegiatan belajar-mengajar maka hampir dipastikan proses belajar-mengajar akan berjalan dengan baik dan hasil

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2014, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga memiliki sumber pertumbuhan

Oleh karena itu diperlukan suatu informasi pemesanan tanah makam di Pemakaman Lendang Guar yang dapat membantu petugas makam dalam pengelolaan pemakaman sehingga dapat

Bentuk non- test:  Rubrik partisipasi  Rubrik report Bentuk test: Kemampuan mahasiswa dalam mempresentasikan pengelolaan obat dan BMHP dalam bentuk pengenalan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Berdasarkan hasil penelitian, penjelasan dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan peneliti mengenai Analisis Peraturan Daerah Kota