• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN COOPERATIF LEARNING TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII a SMP NEGERI 1 PASANGKAYU | Afandi | EDU CIVIC 6184 20464 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN COOPERATIF LEARNING TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII a SMP NEGERI 1 PASANGKAYU | Afandi | EDU CIVIC 6184 20464 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN COOPERATIF LEARNING TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL PADA PEMBELAJARAN PKn

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII a SMP NEGERI 1 PASANGKAYU

Afandi1 Ali Jennah2 Bonifasius Saneba3

Program Studi PPkn, Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah dengan model pembelajaran coopertif tipe STAD melalui pendekatan contextual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII a SMPN 1 Pasangkayu?.Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII a yang berjumlah 29 orang siswa.Tujuan penelitian meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII a SMP Negeri 1 Pasangkayu dengan mengunakan penerapan kooperatif learning tipe STAD melalui pendekatan contextual pada pembelajaran PKn.Jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam II siklus dengan prosedur (1)orentasi; (2) perencanaan;(3) pelaksanaan tindakan; (4) observasi;(5) refleksi. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer dan guru mata pelajaran sebagai pelaksana tindakan.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,catatan lapangan, dan hasil tindakan (evaluasi). Validasi data terdiri dari empat tahapan (1) triangulasi; (2) member chek; (3) audit trail; (4) ekspert opinion.Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I aktivitas siswa pada pertemuan pertama dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 63%,pertemuan kedua nilai rata-rata 73% dalam kategori baik,sementara observasi aktivitas guru pertemuan pertama dengan nilai rata-rata73% ,pertemuan kedua nilai rata-rata 80% dalam kategori baik. Daya serap klasikal pertemuan pertama 34,48% pertemuan kedua 58,62%. Daya serap individu pertemuan pertama 67,82% pertemuan kedua 74,48%. Siklus II observasi aktivitas siswa dengan nilai rata-rata 92%,observasi aktivitas guru dengan nilai rata-rata 94%. dan daya serap klasikal 86,20%. Daya serap individu 81.65%. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan coopertif learning tipe STAD dengan pendekatan contextual meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII a SMPN 1 Pasangkayu.

Kata kunci:Model Pembelajarancooperatif tipe STAD;Hasil belajar siswa

1

Penulis adalah Mahasiswa FKIP Universitas Tadulako Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS, Semester Akhir yang bernama Afandi, Stambuk A 321 09 001

2

Pembimbing I

3

(2)

I PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu sistem yang dibutuhkan oleh manusia untuk

membentuk kepribadian dan perkembangan intelaktualnya terutama halnya bagi

seorang anak. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tatalaku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam

perkembangannya pendidikan disesuiakan dengan hakikat pendidikan itu sendiri

dan perkembangan peserta didik. Berbagai permasalahan dan tantangan masih

dihadapi penyelenggaran pendidikan, khususnya jenjang sekolah mene ngah

pertama ( SMP ) rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh sejumlah faktor,

diantaranya ketidakmampuan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.

Tinggi rendahnya mutu pendidikan dalam skala kecil misalnya sekolah,dapat dilihat dari hasil belajar siswanya ,hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam ( inten ) maupun faktor dari luar ( ekskternal ),yang termasuk internal adalah faktor psikologis, misalnya kecerdasan, motivasi,berprestasi,dan kemampuan kognitif. Sedangkan yang ditermasuk ekternal adalah faktor lingkungan dan intrumental,misalnya guru,kurikulum dan model pembelajaran( Djamaah,2000:455)4

Hasil belajar siswa yang sangat rendah di sebabkan oleh faktor tidak adanya

motivasi dalam diri siswa, lingkungan belajar yang tidak kondusif, serta

penyampaian model pembelajaran masih tradisional, diperoleh informasi dari guru

bidang study PKn SMP Negeri 1 PASANGKAYU bahwa pada waktu guru

melaksanakan proses pembelajaran ada masalah-masalah yang dilakukan oleh

siswa yaitu siswa fasif dan tidak ada respon terhadap pembelajaran sedang

berlangsung, selain permasalahan diatas ada permasalahan yang lain yaitu

lingkungan pembelajaran yang tidak kondusif dimana dalam pemaparan ibu

Zainab S.Pd selaku guru bidang study PKn mengatakan bahwa dalam kelas VIII a

itu mempunyai siswa 29 orang.

4

(3)

Ada pun masalah yang menjadi tolak ukur berhasilnya pembelajaran yaitu

permasalahan penyajian materi atau pengunaan metode pembelajaran yang

gunakan guru dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan wawancara

dengan guru bidang study PKn di SMPN 1 PASANGKAYU masih mengunakan

metode pembelajaran ceramah sehingga siswa bosan dan jenuh dalam mengikuti

pembelajaran di dalam kelas seperti data yang diperoleh dari guru bidang study

PKn hasil belajar PKn untuk kelas VIII a SMP N 1 PASANGKAYU memiliki

hasil yang rendah dibandingkan dengan kelas yang lain ditandai dengan nilai

siswa yang diperoleh berkisaran 50–60 %.

Sedangkan saat ini dikembangkan sistem Standar Ketuntasan Belajar Minimum ( SKBM ). Ketuntasan belajar pada setiap indikator, telah ditetapkan dalam kompetensi dasar berkisar ( 0 – 100 ). Dalam petunjuk penilaian pembelajaran PKn berbasis kompetensi, bahwa kriteria idealnya ketuntansan masing-masing indikator sebesar 75% point (Depdiknas,2006 : 39)5

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII a SMP Negeri 1 Pasangkayu

dengan mengunakan penerapan cooperatif learning tipe STAD melalui

pendekatancontextualpada pembelajaran PKn.

Melihat permasalahan yang akan diteliti maka dapat dirumuskan sebuah

hipotesis yaitu “Jika menerapkan pembelajaran cooperatif tipe STAD dengan

pendekatan contextual maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII a

di SMP Negeri 1 Pasangkayu.

Pendekatan masalah mengunakan model pembelajaran coopertif learning tipe

STAD dengan pendekatan contektual yanng mana meliputi (penyajian

kelas,belajar kelompok,kuis,skor perkembangan dan penhargaan kelompok).

II METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

action research), rancangan penelitian ini bersiklus, tiap siklus terdiri dari

beberapa fase, yaitu: (0) Orentasi (1)Perencanaan tindakan.(2) Pelaksanaan

5

(4)

tindakan.(3) Observasi, dan (4) Refleksi. Menurut desain penelitian Model

Kemmis dan Mc. Taggart dalam Suaib,dahlia(2012:3)6

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Pasangkayu, siswa yang dijadikan

subyek penelitian adalah siswa kelas VIII a dengan jumlah siswa 29 orang.

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jadwal mata

pelajaran PKn di kelas VIII a SMP Negari 1 Pasangkayu. Di dalam peneltian ini

melibatkan guru PKn yang bernama ibu Zainab sebagai pelaksanaan tindakan.

Jenis data penelitian yang digunakan data kuantitatif diambil melalui hasil tes

tindakan sedangkan data kualitatif diambil dari data observasi guru dan

siswa,wawancara dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini dilakukan melalui tiga cara yaitu: (1) tes hasil belajar diberikan

untuk mengetahui kemampuan siswa saat sesudah pelaksanaan tindakan(2)

observasi,merupakan pengamatan langsung terhadap aktivitas guru dan siswa

secara langsung di kelas.(3) wawancara, dilakukan kepada siswa dan guru

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran dalam kelas.(4) catatan

lapangan dilakukan dengan tujuan mencatat data yang tidak terekam dalam

lember observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data

kuantitatif yang di peroleh dari hasil tes belajar siswa dan menentukan presentase

ketuntasan belajar siswa dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Teknik analisis data kuantitatif

a) Daya serap individu

KB=∑

Keterangan : Ti = Skor yang di peroleh siswa

T = Skor maksimal soal

KB = Daya serap Individu

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar individu jika presentase daya serap

individu sekurang-kurangnya 75% yang di ambil dalam dari standar

ketuntasan belajar minimum (SKBM).

6

(5)

b) Ketuntasan belajar klasikal

KB=∑

Keterangan KBK = Ketuntasan belajar klasikal

Ri = Jumlah siswa yang tuntas

Rt = Jumlah siswa seluruhnya

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika presentase daya serap klasikal

sekurang-kuranya 65% (Depdiknas.2004:24)7

c) Nilai perkembangan kelompok

NK = .

Suatu kelompok dikatakan berhasil jika dalam dalam kelompok

memperoleh nilai perkembangan sekurang-kurangnya skor 25. Slavin (1984).8

III HASIL

Pada tahap orentasi peneliti mengadakan studi awal pada hari Jum’at pada

tanggal 11 Oktober 2013. Kegiatan yang dilakukan pada studi awal ini adalah

bertemu langsung dengan kepala sekolah SMP Negari 1 Pasangkayu dengan ini

di wakili oleh wakil kepala sekolah bidang akademik yaitu ibu Selmia S.pd.

Dalam pertemuan tersebut peneliti menyampaikan maksud dan tujuan untuk

melakukan penelitian tindakan kelas ( PTK) SMP Negeri 1 Pasangkayu di kelas

VIII a dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif learning tipe STAD

dengan pendekatan contextual serta menunjukan surat penelitian dari Universitas

Tadulako. Selanjutnya ibu wakil kepala sekolah Selmia S.pd mengarahkan

peneliti menemui guru PKn kelas VIII a yaitu ibu Zainab S.Pd sebagai guru mitra

peneliti dalam pelaksanaan tindakan.

Tes awal dilakukan pada hari rabu tanggal 16 oktober 2013 dimana

pelaksanaannya menggunakan waktu mata pelajaran Pkn dengan waktu 2 x 40

menit ( 1 x pertemuan ) dari jam 09:15 sampai 11:05 wita dengan jumlah siswa

7

Depdiknas.2004.Bahan ajar diklak berjenjang berbasis kompetensi.jakarta: Depdiknas

8

(6)

yang hadir 29 orang. Tes awal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hasil

belajar siswa sebelum penerapan cooperatif tipe STAD dengan pendekatan

contextual dan hasil tes awal ini dijadikan dasar dalam pembentukan susunan

anggota kelompok. Pada siklus I peneliti mengawalinya dengan beberapa

persiapan yaitu diantaranya: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan

kemudian refleksi. Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai pada tanggal 23 Oktober

2013 yang mana dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan di kelas selama 2 siklus..

Adapun materi yang diajarkan pada siklus I yaitu konstitusi-konstitusi yang

pernah digunakan refublik indonesia.Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini

peneliti bertindak sebagai pengamat yang mengamati aktifitas siswa dan guru.

Dan pelaksana tindakan Ibu Zainab selaku guru PKn.

Pada siklus I ini diterapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe

STAD dengan pendekatan contextual Dalam proses pembelajaran berlangsung,

dilakukan observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru. Mengenai hasil

observasi aktifitas siswa menunjukkan bahwa persentase nilai rata-rata (NR)

aktifitas siswa pada pertemuan pertama 63% yang berada dalam kategori cukup

dan untuk pertemuan kedua 73% berada pada kategori baik, selanjutnya aktifitas

guru,persentase nilai rata-rata (NR) aktifitas guru pada pertemuan pertama adalah

73% dan untuk pertemuan kedua sebesar 80% berada dalam kategori baik,

adapun ketuntasan belajar klasikal siswa semaking menegalami peningkatan,pada

silklus I pertemuan pertama presentase nilai 17,24% pertemuan kedua 34,48%.

Untuk daya serap individu siswa siklus I pertemuan pertama 67,82%.pertemuan

kedua 74,48% .

Pada refleksi tindakan siklus I mengenai hasil wawancara yang dilakukan di

temukan beberapa hal diantaranya ialah belum terbiasanya siswa dalam

pembelajaran kelompok,masih mengantung tanggung jawab kelompok hanya

kepada satu orang yaitu ketua kelompok sedang anggota kelompok yang lain

terlihat diam dalam pembelajaran sehingga pada pembelajaran selajutnya guru dan

peneliti lebih memfokoskan kepada siswa-siswa yang kurang aktif dalam

pembelajaran serta memberikan pemahaman akan pentingnya kerjasama antar

(7)

Siklus II, sama halnya dengan siklus pertama yang dilakukan peneliti yaitu

antara lain: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan kemudian refleksi.

Pada siklus kedua dilaksanakan dengan 1 kali pertemuan, yaitu tanggal 6

November 2013 dengan menerapkan model pembelajarancooperatif learning tipe

STADdengan pendekatancontextual. Materi yang diajarkan pada siklus ini adalah

sikap positip terhadap pelaksanaan UUD 1945. Pada pelaksanaan tindakan ini,

peneliti bertindak sebagai pengamat siswa dan guru serta pelaksana tindakan

adalah ibu Zainab selaku guru bidang studi PKn.

Hasil observasi aktifitas siswa dan guru dilakukan sebanyak 1 kali pada saat

proses pembelajaran berlangsung, hasil observasi aktifitas siswa.Adapun hasil

observasi aktivitas siswa pada siklus II berdasarkan hasil observasi diketahui

persentase nilai rata-rata (NR) aktivitas siswa yaitu 92%.berada dalam kategori

sangat baik. Hasil observasi aktifitas guru persentase nilai rata-rata (NR) aktivitas

guru siklus II yaitu 94% berada dalam kategori sangat Adapun ketuntasan belajar

klasikal yaitu 86,20%, daya serap individu 81,65%.

Hasil refleksi dari wawancara bersama guru dan siswa pada siklus II diketahui

sudah mampu siswa beradaptasi dengan model pembelajran coopertif tipe STAD

ditandai dengan aktif semua siswa dalam pembelajaran serta dapat menyelesaikan

soal-soal.

IV PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil data penelitian dan hasil temuan peneliti maka dalam

pembahasan ini akan disajikan tentang a) pengunaan tiga tahap dalam

pembelajaran b) peningkatan hasil belajar siswa.

a. Pengunaan tiga tahap dalam pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model kooprtif tipe STAD

dengan pendekatan contextual pada penelitian ini mengunakan 3 tahap sebagai

berikut :

Tahap awal 10 % kegiatan

Kegiatan pada tahap ini dilakukan oleh guru dengan menyampaikan tujuan

(8)

Tahap inti 60% kegiatan

Kegiatan ini berupa persiapan guru menyiapkan materi yang sesuai dengan

konsep contextual yaitu materi kostitusi-kostitusi yang pernah berlaku di

indonesai, pembagian kelompok serta guru mengontrol dan membimbing siswa.

Tahap akhir 10 % kegiatan

Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan tes akhir siklus I dan siklus II serta

pemberian penghargaan kelompok dengan menghitung nilai perorangan.

Penerapan pembelajaran kooperatif bagi siswa merupakan hal yang baru

sehingga memerlukan waktu untuk beradaptasi,terlihat dalam pertemuan pertama

pada siklus I masih banyaknya siswa bigung terhadap model pembelajaran yang

sedang dilaksanakan. Serta proses pembelajaran kelompok tidak berjalan sesuai

yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi siswa pada pertemuan

pertama siklus I yang presentase nilai rata-rata siswa adalah 63 % dan hasil

observasi guru presentase nilai rata-ratanya adalah 73%, presentase nilai rata-rata

siswa pada pertemuan kedua 73 % sedangkan presentase nilai rata-rata guru ialah

80 %.’

Hal yang menarik pada siklus I pertemuan pertama dimana siswa

berkemampuan tinggi lebih aktif dalam kelompok sedangkan siswa

berkemampuan rendah sikap diam sehingga diskusi kelompok kurang aktif.

Namun pada pertemuan kedua sudah mengalami peningkatan dimana siswa yang

berkemampuan rendah sudah berani mengungkapkan pendapatnya dalam

kelompok sehingga diskusi kelompok sudah mulai hidup.

Pada pelaksanaan tindakan siklus II diskusi kelompok lebih mendekatkan

kepada siswa yang berkemampun rendah hal ini dilakukan agar komunikasi dalam

kelompok dapat berjalan dengan baik.Dalam interaksi antar kelompok pada siklus

II mengalami kemajuan hal ini ditandai dengan hasil observasi siklus II yaitu

presentase rata-rata perolehan siswa adalah 87 % dan presentase rata - rata

perolehan guru 89 %. Dengan demikian sudah mulai terbiasanya siswa menhargai

kelompok dan saling memotivasi, keadaaan lain yang terjadi adanya peningkatan

(9)

tanggapan dari kelompok lain. Serta dalam hal ini aspek- aspek yang terdapat

dalam pendekatan contextual sudah memenuhi syarat atau dalam kategori baik.

Dari pengamatan di kelas bahwa kerja sama yang diterapkan dalam

pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pendektan contextual telah

meningkatkan hasil belajar siswa yang berkemampuan rendah dan mengaktifkan

semua siswa dalam pembelajaran serta dalam pembelajaran kooperatif ini

membantu siswa merasa bertanggung jawab terhadap kelompoknya serta merasa

saling memiliki.

b. Peningkatan hasil belajar siswa

Pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pendekatan contextual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII a SMP Negeri 1 Pasangkayu. Hal ini

dapat dilihat dalam hasil tes pada siklus I dan siklus II.Dari analisi tes pada tes

awal dapat digambarkan bahwa ketuntasan klasikal siswa semaking mengalami

peningkatan dapat dilihat dalam tes awal yang dilakukan yang mempunyai

prensentase nilai ialah 17,24 %., pada silklus I pertemuan 1 dan 2 memiliki

presentase nilai 34,48 % dan 58,62 %,sedangkan untuk presentase nilai pada

siklus II ialah 86,20 %

Berdasarkan hasil analisis tes pada siklus I pertemuan pertama dapat

digambarkan bahwa siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara individual

berjumlah 10 orang siswa, sedangkan yang belum tuntas 19 orang siswa dengan

presentase secara individual 67,82 %. Pada pertemuan kedua ketuntasan belajar

secara individu yang tuntas 17 orang siswa yang belum tuntas 12 orang siswa.

Dengan presentase secara individu 74,48 %.

Berdasarkan hasil analisis tes siklus II dapat memberikan gambaran bahwa

siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara individu berjumlah 25 orang

siswa sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar secara individu 4 orang

siswa. Dalam hal ini siswa yang bisa dikatakan tuntas belajar secara individu bila

mana mereka dapatkan nilai 75.

Dari hasil wawancara dan catatan lapangan dapat diketahui hasil belajar siswa

pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan hal itu bisa dilihat dalam

(10)

setiap tes akhir tindakan,maka dapat diketahui siswa senang dan merasa nyaman

untuk mengikuti pembelajaran dengan mnegunakan model pembelajaran koopertif

tipe STAD

Pada model pembelajaran ini pula siswa diajarkan untuk berkerjasama antara

anggota kelompok, merasa saling memiliki, bertanggung jawab, persaingan serta

adanya keterlibatan semua anggota kelompok dalam menyelesaikan masalah.

V KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Penerapan model pembelajaran koopertif tipe dengan pedekatan

contextual, dilihat dalam aktivitas guru terus mengalami peningkatan dimana

pada siklus I pertemuan pertama presentase nilai rata-rata yang diperoleh 73%

pertemuan kedua 80 %, sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata yang

diperoleh 94%.Adapun aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama

presentase nilai rata-rata yang diperoleh 63%, pertemuan kedua 73 %,

sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata yang diperoleh 92%.

Pada pembelajaran tersebut siswa lebih akrab,lebih aktif dalam

belajar,merasa saling memiliki dalam satu kelompok. Serta dapat

meningkatkan presentase daya serap klasikal individu dari 74,48 % hingga

81,65 %. Siswa

b. Saran

1. Dalam penerapan pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pedekatan

contextual. Perlu pemahaman dan kesiapan dalam melaksanakannya.

2. Dalam pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pedekatan contextual

guru dapat memilih materi-materi pembelajaran yang sesuai dengan model

(11)

VI DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas.2004.Bahan ajar diklak berjenjang berbasis kompetensi.jakarta: Depdiknas

Depdiknas.2006.Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jakarta : direktorat jendral pendidikan dasar menengah

Djamaah.2000.Pengaruh model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar. Jurnal pendidikan dan kebudayaan.

Slavin 1984.Coopertif learning.Maryland john hopskins university

Referensi

Dokumen terkait

a. Tabel adalah kumpulan data yang diperlukan untuk membuat laporan, seperti daftar barang beserta harga masing-masing. Query adalah perintah untuk mengakses informasi

Dalam ilustrasi tadi dapat berarti bahwa jika tingkat kedatangan rata – rata untuk periode jam adalah, misalkan 72 kedatangan setiap jam, maka tingkat ini melambangkan interval

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan bajak singkal yang dilapisi lembaran tembaga berbeda nyata terhadap efisiensi kerja, kebutuhan bahan bakar, dan kelengketan

Fagih Naukoko Drs... Nur

Menurut aliran ini berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak seseorang adalah faktor internal, yaitu pembawaan seseorang dan disertai dengan