• Tidak ada hasil yang ditemukan

kelompok 4 POKJA P2TB2.4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "kelompok 4 POKJA P2TB2.4"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Struktur Kelompok :

1. Ketua : dr. Abdul Fatah,

MPPM (KABID P2P dari

Aceh)

2. Sekretaris : dr Thea dari

(LSM Papua)

(2)

Anggota Diskusi Kelompok IV :

Bappeda dari 18 Provinsi yang hadir pada pertemuan Monev yang berasal dari provinsi:

1. Kepulauan Riau 10. Kalimantan Timur 2. Riau 11. Kalimantan Selatan

3. Sumatera Selatan 12. Sulawesi Utara 4. Bangka Belitung 13. Gorontalo

5. Lampung 14. Sulawesi Tengah

6. DKI Jakarta 15. Sulawesi Tenggara 7. Yogyakarta 16. NTB

8. Jawa Timur 17. NTT

(3)

b. KABID/KASIE, PPO dan Wasor

1. Aceh

2. Papua

3. DIY

4. Kalsel

5. Kaltim

(4)

4

PENANGGULANGAN

PENYAKIT TUBERKULOSIS

(P2TB)

POKJA 4: BIDANG PENDANAAN

Disampaikan Pada:

Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis

(5)

POINTER

1)Identifikasi sumber pembiayaan dan kegiatan dalam penanggulangan TB tahun 2018 – 2020 (APBN, APBD, JKN, Swasta, Masyarakat);

2)Identifikasi kesinambungan pembiayan dari kegiatan bersumber patner internasional;

3)Tantangan, masalah dan solusi dalam mendapatkan sumber pembiayaan (fund chanelling) ;

4)Identifikasi peran stakeholders dalam pembiayaan TB ;

5)Langkah-langkah Bappeda dalam tindak lanjut

(6)

Identifikasi sumber pembiayaan dan kegiatan dalam penanggulangan TB tahun 2018 – 2020 (APBN, APBD, JKN, Swasta, Masyarakat);

PERMASALAHAN:

1) Kegiatan tidak bisa diselesaikan oleh satu sektor, perlu identifikasi pada akar masalah dan belum ada panduan pelaksanaan multisektoral dan pedoman keberhasilan serta indikator yang dapat digunakan. –money follow program ( SPM- RPJMD- RKPD & Renstra SOPD)

2) Kemampuan DINKES dalam mengidentifikasi sumber dana masih belum optimal;

3) Data dasar belum evidence-based/ terkait Baseline Program dan Kegiatan Prioritas;

4) Program TB dan Indikator kinerja Outcome tidak terakomodir dalam RPJMD

(7)

1. Kemenkes mengusulkan kepada mendagri untuk memasukkan klausul tentang indikator kinerja desa, kab/kota, dan provinsi (terkait SPM - TB) dalam proses perencanaan dan penganggaran pada Revisi permendagri 54/2010

2. Menganggarkan insentif bagi pengelola TB di Puskesmas dalam dana kapitasi JKN (berdasarkan perhitungan remunerasi kapitasi)

3. Perlu membahas indikator-indikator program TB / SOP penatalaksanaan program P2TB sebagai acuan kerja sampai faskes

(8)

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (II)

Identifikasi kesinambungan pembiayan dari kegiatan bersumber patner internasional;

PERMASALAHAN

1. Dinkes tidak meletakkan program kegiatan strategis dalam perencanaan daerah;

(9)

RENCANA TINDAK LANJUT

(10)

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (III)

Tantangan, masalah dan solusi dalam mendapatkan sumber pembiayaan (fund chanelling)

PERMASALAHAN

1. SIK Dinkes tidak berjalan;

2. Belum ada peraturan dari kemendagri untuk program yg diajukan menkes dan mendes.

3. UU Desa tidak diikuti perubahan permendagri pada tahap perencanaan pendanaan penggunaan desa;

4. Beberapa daerah belum ada pergub pemanfaatan dana CSR. Perlu ilustrasi scope of work dalam penggunaan CSR;

(11)

RENCANA TINDAK LANJUT

1. Perlu ada brainstorming terhadap petugas pustu,

UKBM agar issue ini dibawa pada saat Musrembang. 2. BPMD dapat menyediakan menu-menusebagai

guidance desa dalam penggunaan dana desa terkait SDM Pengelola P2TB;

3. Melakukan kegiatan-kegiatan lintas sektor: bedah rumah dll;

4. BAPPEDA dan Dinkes, BPMD (provinsi,kab/kota, Desa) perlu bekerja parallel dan menguatkan

(12)

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (IV)

Identifikasi peran stakeholders dalam pembiayaan TB ;

PERMASALAHAN:

1. Belum ada juknis: perlunya pedoman indikator kebrhasilan program TB di perencanaan daerah;

2. Kurang koordinasi antara Kemenkes dan Kemendes.

3. Belum cukup advokasi dalam langkah-langkah penggunaan dana kesehatan dalam dana desa.

(13)

1. Perlunya pedoman pelaksanaan untuk Germas untuk setiap stakeholders.

2. Sebagai tindaklanjut atas Inpres 1/2017, diusulkan agar masing-masing KL dan non-KL membuat pedoman pelaksanaan dan indikator keberhasilan Germas di bawah koordinasi BAPPENAS

3. Perlu melibatkan BAPPEDA dalam perencanaan-pelaksanaan dalam menentukan Lokus

(14)

Langkah-langkah Bappeda dalam tindak lanjut

penyusunan dan pengawalan RAD: PERMASALAHAN:

1. Belum tersosialisasinya RAN P2TB ke seluruh Provinsi dan kab/kota.

2. Belum Terbentuknya Tim Terintegrasi antara SOPD Teknis dan Tim Koordinasi oleh Bappeda; 3. Belum Tersosialisasinya SPM Bidang Kesehatan

sehingga fungsi kawal perencanaan dan anggaran kurang optimal;

4. Belum tersusun Indikator Program Prioritas Tbdalam RPJMD

5. Belum ada peta potensi kewilayahan terhadap masalah P2TB

(15)

RENCANA TINDAK LANJUT

1. BAPPEDA perlu memastikan harmonisasi dan sinkronisasi hulu hilir mulai dari perencanaan

sampai dengan evaluasi terkait dengan RAD P2TB; 2. Perlu ada Reviu terhadap RPJMD Prov dan Kab/Kota

serta Renstra SOPD ttg P2TB terkait pasca UU 23 2014dan SPM Bidang Kesehatan;

(16)

T E R I M A K A

S I H

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dalam simulasi ini adalah kurva fungsi distribusi radial dan Mean Square Displacement sebagai fungsi dari waktu yang dapat dipakai untuk melihat keadaan

Pada omentum, dijumpai kelompokan sel-sel ganas dengan inti yang besar, tepi tidak rata, kromatin kasar, eosinofilik dan sitoplasma yang sedikit, basofilik diantara sel-sel

Intensitas kerja primer (IKP) yang paling besar terjadi pada tahap 3 (pelayaran dan pengawasan di laut) yang menunjukkan level aktivitas paling tinggi dengan indek IKP

Identifikasi Masalah pada penelitian ini yaitu melakukan analisis pengaruh pada Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) terhadap Perencanaan Sumber Daya Manusia di Dinas

Melalui perhitungan korelasi antara data hasil interpolasi dengan data pengukuran langsung, maka didapatkan bahwa metoda interpolasi spline memiliki tingkat presisi

Berdasarkan observasi dan wawancara di atas dapat penulis ambil pemahaman bahwa di antara aktivitas latihan dalam proses pembelajaran bidang studi Quran Hadis di MAN

komunitas global dalam bidang ilmu pengetahuan, (4) peningkatan budaya ilmiah masyarakat Indonesia, dan (5) pelaksanaan dukungan manajemen. 2) Indikator jumlah industri

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata,