• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502707470BAB V KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDEANG CIPTAKARYA 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502707470BAB V KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDEANG CIPTAKARYA 1"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-1

BAB V

KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan.

untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIM pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

(2)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-2

5.1Potensi Pendanaan APBD

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

2. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

3. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten /kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaanumum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

(3)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-3 memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

5. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

6. Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

7. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut: a. Bidang Infrastruktur Air Minum

(4)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-4 percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

8. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2M bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

(5)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-5 (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendaptan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bersumber dari:

1. Pajak Daerah; 2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain Pedapatan yang Sah

5.1.1 Dana Perimbangan

(6)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-6 Perimbangan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus selama periode 2010 - 2015 adalah sebesar Rp.160.893.860.000,- sedangkan realisasinya mencapai sebesar Rp. 135.296.117.000,- atau tercapai sebesar 84,09 persen.

5.1.2 PAD

Pendapatan Asli Daerah terdiri atas: (a) Pajak Daerah, (b) Retribusi Daerah, (c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan (d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, dari hasil akumulasi target tahunan sebesar Rp 314.841.617.600,- realisasinya tercapai sebesar Rp 303.991.780.959,- atau 96,55 persen, Realisasi Pajak Daerah selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, dimana dari total target Pajak Daerah sebesar Rp 130.209.442.522,-, terealisasi sebesar Rp 127.916.221.423,- atau tercapai 98,24persen.

Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kota kepada kepentingan orang pribadi atau badan, baik yang bersifat pelayanan jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu. Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, target Retribusi Daerah secara akumulasi sebesar Rp. 106.913.814.509,- dan realisasinya belum mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan, yaitu sebesar Rp. 93.048.518.036,- atau 87,03 persen.

Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan diperoleh dari Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah. Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, target Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan secara akumulasi sebesar Rp. 18.975.995.491,- realisasinya mencapai target yang ditetapkan, yaitu sebesar Rp. 18.733.089.292.,- atau 101,30 persen.

Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan; (h) Pendapatan Denda Pajak; (i) Pendapatan Denda Retribusi; (j) Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan; (k) Pendapatan dari Pengembalian; (l) Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum; (m) Pendapatan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan; (n) Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan; dan (o) Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, target Penerimaan dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebesar Rp. 58.798.224.074,- sedangkan realisasinya melebihi target yang ditetapkan, mencapai Rp. 64.238.093.208,- atau mengalami pencapaian sebesar 109,25 persen.

(7)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-7 a. Realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami

Pertumbuhan rata-rata sebesar 11,99%;

b. Kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pusat tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang diserahkan ke Pemerintah daerah pada tahun 2011 dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diserahkan ke Pemerintah Daerah pada tahun 2014; serta

c. Upaya serius dari pemerintah Kota Bukittinggi dalam menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Pada penerimaan PAD yang menjadi unggulan dan memiliki kontribusi besar dalam menyokong penerimaan PAD adalah Pajak Daerah sebesar 42,90 % yang meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Air Tanah dan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan. Retribusi Daerah sebesar 30,21% yang meliputi Retribusi Jasa Umum (Ret.Pelayanan Kesehatan, Retribusi Persampahan, Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, dan Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Jasa Usaha

(Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Rumah Potong Hewan, dan Retribusi Rekreasi dan Olah Raga, Perizinan Tertentu (Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Gangguan, dan Retribusi Izin Trayek, dan penerimaan lain PAD yang sah sebesar 20,53%, serta hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar 6,36%.

(8)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-8 5.1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri atas: (a) Pendapatan Hibah, (b)

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, (c) Bantuan Keuangan dari

Provinsi/Kabupaten/Kota/Lainnya, (d) Dana Transfer Pusat, (e) Dana Insentif Daerah (DID), dan (f) Lain-lain Penerimaan. Target Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah secara akumulasi melampaui target. Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, ditargetkan sebesar Rp. 340.842.743.990,-dengan realisasi sebesar Rp. 350.679.484.529,- atau sebesar 102,89 persen. Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, lain-lain Pendapatan Daerah yang sah yang bersumber dari Pendapatan Hibah tidak ditargetkan jumlah pendapatannya, namun pada tahun 2011 Kota Bukittinggi mendapatkan Hibah sebesar Rp.26.136.000,-. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang bersumber dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus ditargetkan sebesar Rp. 186.794.979.000,- sedangkan realisasinya sebesar Rp. 174.468.414.000,-atau mencapai sebesar 93,40 persen, yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya secara akumulasi, targetnya sebesar Rp. 77.118.320.818,- sedangkan realisasinya mencapai Rp. 82.394.890.640,- atau tercapai

sebesar 106,84 persen, yang bersumber dari Bantuan Keuangan dari

Provinsi/Kabupaten/Kota/Lainnya secara akumulasi targetnya sebesar Rp. 7.141.518.600,-sedangkan realisasinya mencapai Rp. 7.729.979.440,- atau tercapai sebesar 108,21 persen, yang bersumber dari lain-lain Penerimaan secara akumulasi targetnya sebesar Rp. 69.766.723.000,- sedangkan realisasinya mencapai Rp. 86.062.064449,- atau sebesar 123,36 persen.

(9)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-9 5.1.4 Perkembangan Belanja Daerah

Pengelolaan belanja daerah dilaksanakan berlandaskan pada anggaran Kinerja (Performance budget) yaitu belanja daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti belanja daerah harus berorientasi pada kepentingan publik. Oleh karena itu arah pengelolaan belanja daerah harus digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik terutama masyarakat miskin dan kurang beruntung poor), pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dan perluasan lapangan kerja (pro-job).

Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, dari akumulasi target Belanja Daerah sebesar Rp3.343.124.025.465,- terealisasi sebesar Rp. 2.834.893.644.355,- atau 84,80 persen, Belanja daerah terbagi ke dalam dua kelompok belanja yaitu: (a) Belanja Tidak Langsung (BTL) dan (b) Belanja Langsung (BL).

1) Belanja Tidak Langsung ( BTL )

Belanja Tidak Langsung terdiri atas: (a) Belanja Pegawai, (b) Belanja Bunga, (c) Belanja Subsidi, (d) Belanja Hibah, (e) Belanja Bantuan Sosial, dan (f) Belanja Tidak Terduga. Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015 terealisasi sebesar Rp. 1.739.746.049.355,-atau 91.64persen dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp. 1.898.433.383.308,-

(10)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-10 2. Belanja Langsung (BL)

Belanja Langsung terdiri dari: (a) Belanja Pegawai, (b) Belanja Barang dan Jasa, serta (c) Belanja Modal. Selama periode Tahun Anggaran 2010-2015, rata-rata realisasi Belanja Langsung secara akumulatif tidak mencapai target, yaitu terealisasi sebesar Rp. 1.095.147.595.000,- dari target yang telah ditentukan sebesar Rp. 1.444.690.642.156,- atau 75,81 persen.

Target Belanja Pegawai pada Belanja Langsung selama periode Tahun Anggaran 2010-2015 sebesar Rp. 277.560.660.266,- dengan realisasi sebesar Rp. 236.484.907.837,- atau 85,20 persen, Target Belanja Barang dan Jasa pada Belanja Langsung selama periode Tahun Anggaran 2010-2015 sebesar Rp. 656.615.740.294,- sedangkan realisasinya sebesar Rp. 487.791.423.754,- atau 74,29 persen, Belanja Modal pada Belanja Langsung, selama periode Tahun Anggaran 2010-2015 terealisasi Rp. 370.871.263.409,- atau 72,65 persen dari target sebesar Rp. 510.514.241.596,-. Struktur belanja Pemerintah Kota Bukittinggi menunjukkan bahwa Belanja Langsung (39,03%) lebih kecil dari pada Belanja Tidak Langsung (60,97%).

(11)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-11 Tabel 5.1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

PENDAPATAN DAERAH 2015 2014 2013 2012 2011

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

Pajak Daerah 27.930.760.751 97,3 27.182.218.901 89,0 24.182.218.901 83,2 20.118.492.642 82,9 16.668.500.00

0 100,0

Retribusi Daerah 20.308.528.431 95,2 19.344.590.049 89,9 19.721.184.411 89,9 17.729.641.811 76,2 13.505.536.37

5 77,06 Peng. Kekayaan Daerah yang dipisahkan 3.733.946.797 86,6 3.234.547.000 100,0 3.234.547.000 100 3.234.547.000 65,4 2.115.000.000 100

Lain-lain PAD 0 0 0 0,0 0 0 0 0,0 0 94,12

DANA PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil 15.729.065.000 80,4 12.660.559.874 144,3 18.267.296.499 100 18.267.296.499 82,9 15.150.000.00

0 140,6 Dana Alokasi Umum 408.640.651.000 98,9 404.285.567.000 91,1 368.311.195.000 88,6 326.224.306.000 83,7 273.043.100.0

00 100

Dana Alokasi Khusus 35.845.680.000 92,4 33.148.850.000 89,9 29.814.060.000 69,0 20.557.270.000 113,4 23.320.700.00

0 75

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

Pend. Hibah 0

Dana Darurat 16.849.992.000 72,3 12.191.866.000 97,1 11.834.224.569 100 11.834.224.569 26,2 3.100.000.000 0

DBH Pajak Dari Pemda Lainnya 0 0 0 0,0 0 0 0 0 0 87,43

Dana Penyesuaian & Otsus 0 0 0 0,0 0 0 0 65.879.073.00

0 100,9 Bantuan Keuangan Provinsi/Pemda Lainnya 16.849.992.000 72,3 12.191.866.000 97,1 11.834.224.569 100 11.834.224.569 26,2 3.100.000.000 100

(12)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-12 5.1.5 Komponen Pengeluaran Belanja

Pengeluaran atau belanja Pemerintah Kota Bukittinggi dalam lima tahun terakhir secara rata-rata mengalami peningkatan yang relatif besar dari belanja operasi yang merupakan belanja tidak langsung, yaitu sebesar 7,5% - 8%, dan merupakan porsi terbesar dari APBD Kota Bukittinggi yang mencapai 80,17%. Belanja ini merupakan belanja pegawai yang masih lebih dari 50%, yakni 59,32%, demikian pula halnya dengan belanja barang untuk kepentingan aparatur sebesar 13,48%. Walaupun demikian dalam belanja ini juga terdapat belanja untuk kepentingan public dalam bentuk belanja hibah 4,84% dan belanja bantuan social sebesar 2,5%. Belanja hibah cenderung berkurang begitupun dengan belanja bantuan social.

(13)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-13 Tabel 5.2

Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

No Realisasi Anggaran

Tahun Rata-rata

Pertumbuhan

2011 2012 2013 2014 2015

A Pendapatan (a.1+a.2+a.3) 359.040.410.325 426.090.778.521 483.573.626.380 520.141.198.824 605.606.641.063 0,88 %

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 430.70661.3.25 49.187.681.453 55.346.850.312 57.854.355.950 62.661.939.729 0,69 %

a.1.1 Pajak Daerah 16.668.500.000 20.118.492.642 24.182.218.901 27.182.218.901 27.930.760.751 0,88 %

a.1.2 Retribusi Daerah 135.055.36375 17.729.641.811 19.721.184.411 19.344.590.049 20.308.528.431 0,91 %

a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan

2.115.000.000 3.234.547.000 3.234.547.000 3.234.547.000 3.733.946.797 0,88 %

a.1.4 Lain-lain pendapatan yang sah 10.787.573.950 8.105.000.000 8.208.900.000 8.093.000.000 10.688.703.750 1,02 %

a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 311.513.800.000 365.068.872.499 416.392.551.499 450.094.976.874 460.215.636.334 0,91 %

a.2.1 Dana bagi hasil 15.150.000.000 18.267.296.499 18.267296.499 12.660.559.874 15.729.065.000 1,02 %

a.2.2 Dana alokasi umum 273.043.100.000 326.224.306.000 368.311.195.000 404.285.567.000 408.640.651.000 0,91 %

a.2.3 Dana alokasi khusus 23.320.700.000 20.557.270.000 29.814.060.000 33.148.850.000 35.845.680.000 0,91 %

a.3 Lain-lain pendapatan yang sah 4.450.000.000 11.834.224.569 11.834.224.569 12.191.866.000 82.729.065.000 0,62 %

a.3.1 Hibah 1.350.000.000 - - - -

a.3.2 Dana darurat - - - - -

a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kota

3.100.000.000 11.834.224.569 11.834.224.569 12.191.866.000 16.849.992.000 0,74 %

a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus

- - - 65.879.073.000 -

a.3.5 Bantuan keuangan dari

provinsi/pemerintah daerah lainnya

- - - - -

B Belanja (b1+b2) 431.251.410.325 485.374.045.521 514.495.796.380 576.032.792.258 658.706.641.063 0,90 %

b.1 Belanja Tidak Langsung 232.428.073.166 274.615.355.857 276.196.448.208 307.742.269.352 379.352.850.660 0,89 % b.1.1 Belanja pegawai 209.763.720.226 254.235.232.857 261.767.753.910 279.752.563.454 359.512.622.742 0,88 %

b.1.2 Bunga 60.000.000 - - - - -

b.1.3 Subsidi - - - -

b.1.4 Hibah 5.021.088.000 - - 21.646.843.000 16.498.597.820 -

b.1.5 Bantuan social 14.183.264.940 2.323.918.702 5.051.640.000 4.224.036.000 1.323.811.430 2,74 %

b.1.6 Belanja bagi hasil - - - - -

(14)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-14

b.1.8 Belanja tidak terduga 2.500.000.000 1.500.000.000 3.727.233.000 1.617.305.600 1.400.000.000 1,38 %

b.2 Belanja Langsung 198.823.337.159 210.758.689.664 238.299.348.172 268.290.522.906 279.353.790.403 0,92 %

b.2.1 Belanja pegawai 36.928.399.150 46.124.633.210 47.547.425.720 52.271.004.270 53.151.376.350 0,92 %

b.2.2 Belanja Barang dan Jasa 74.676.918.441 86.675.139.847 100.673024.802 117.671.549.586 132.388.842.179 0,87 %

b.2.3 Belanja Modal 87.218.019.568 77.958.916.607 90.078.897.650 98.347.969.050 93.813.571.874 0,99 %

C Pembiayaan 72.211.000.000 59.283.267.000 514.495.796.380 55.891.593.434 53.100.000.000 2,90 %

Surplus/Defisit Anggaran 72.211.000.000 59.283.267.000 514.495.796.380 55.891.593.434 53.100.000.000 2,90 %

Keterangan : DPKAD Kota Bukittinggi, Tahun 2016

Tabel 5.3

Matrik Potensi Pendanaan APBD Kota Bukittinggi

SEKTOR

REALISASI PROYEKSI

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11

Pengembangan Kawasan

Permukiman 832.194.327 844.867.337 862.109.528 879.703.600 897.297.672 915.243.625 933.548.498 952.219.468 971.263.857 990.689.134 Penataan Bangunan dan

Lingkungan 7.170.804.326 7.280.004.392 7.428.575.910 7.580.179.500 7.864.923.000 8.022.221.460 8.182.665.889 8.346.319.207 8.513.245.591 8.683.510.503

Pengembangan SPAM 1.518.453.000 1.593.978.000 1.638.575.900 1.661.342.000 1.695.832.000 1.729.748.640 1.764.343.613 1.799.630.485 1.835.623.095 1.872.335.557

Pengembangan PLP 6.808.204.200 2.54.429.500 4.175.487.500 4.963.008.200 5.594.495.825 5.706.385.742 5.820.513.456 5.936.923.725 6.055.662.200 6.176.775.444

Total Belanja APBD

Bidang Cipta Karya 16.329.655.853 9.718.849.729 14.104.748.838 15.084.233.300 16.052.548.497 16.373.599.467 16.701.071.456 17.035.092.885 17.375.794.743 17.723.310.638

Total Belanja APBD 359.040.410.325 426.090.778.521 483.573.626.380 520.141.198.824 605.606.641.063 654.055.172.348 706.379.586.136 762.889.953.027 823.921.149.269 889.834.841.210 Keterangan : Hasil Analisis, Tahun 2016

(15)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-15 Grafik 5.1

Perkembangan Proporsi pendapatan dan elanja dalam APBD

(16)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-16 5.2. Potensi Pendanaan APBN

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut :

Tabel 5.4

Tabel APBN Cipta Karya di Kota Bukittinggi dalam 5 Tahun Terakhir

SEKTOR daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

(17)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-17 saluran air bersih PDAM di kawasan-kawasan wisata seperti kawasan jam gadang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini :

Tabel 5.5

Perkembangan Realisasi DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Bukittinggi dalam 5 Tahun Terakhir

SEKTOR

Pengembangan SPAM 774.400.000 764.489.000 764.489.000 772.133.890 779.855.229 Pengembangan PLP 719.500.000 833.788.000 1.000.000.000 1.783.132.400 1.818.795.048

Total APBN 1.493.900.000 1.598.277.000 1.764.489.000 2.555.266.290 2.598.650.277

Keterangan : Bag. Pembangunan SETDA Kota Bukittinggi

5.3. Alternatif Sumber Pendanaan

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

(18)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-18 Tabel 5.6

Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Kegiatan Tahun

*) dapat dipilih bentuk KPS berupa BOT/Konsesi/lainnya

Keterangan : Sampai Saat ini Belum ada Kerja sama antara PEMDA dan Swasta menyangkut Cipta Karya

5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Sumber-sumber pembiayaan infrastruktur di Kota Bukittinggi berasal dari APBD Kota Bukittinggi, Pemerintah Pusat melalui APBN, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk sektor air minum, air limbah dan sampah lebih membahas komponen yang lebih dominan dalam membiayai adalah Pemerintah Pusat melalui APBN, DAK, sedangkan pada pengembangan lingkungan permukiman maupun pembangunan drainase lingkungan cenderung ke pemerintah daerah.

Bantuan Luar Negeri maupun dana Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kota Bukittinggi sifatnya stimulan dan pelengkap, namun pembangunan bidang infrastruktur harus didasarkan kepada kekuatan pendanaan Kota Bukittinggi. Pelaksanaan pendanaan pembangunan dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat, karena pemerintah dan masyarakat Kota Bukittinggi merupakan Community Based Development.

Implementasi segi pembiayaan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Infrastruktur Kota Bukittinggi Tahun 2017-2021 akan didanai oleh APBD Kota Bukittinggi, serta didukung oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, perusahaan daerah dan partisipasi masyarakat serta pihak investor atau swasta.

(19)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-19 Peran serta pemberdayaan masyarakat turut diterapkan dalam pembangunan di Kota Bukittinggi untuk mewujudkan kepedulian dan rasa memiliki terhadap setiap kegiatan pembangunan dirasakan karena masyarakat sebagai pelaku pembangunan.

Rekapitulasi Usulan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Infrastruktur Kota Bukittinggi Tahun 2017-2021 meliputi:

1. Kegiatan Pengembangan Permukiman: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman

2. Kegiatan Penataan Bangunan Dan Lingkungan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan 3. Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman: Pengaturan, Pembinaan,

Pengawasan dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (air limbah, drainase) serta Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Persampahan 4. Pengembangan Air Minum,

Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kota Bukittinggi adalah pada upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), permasalahan yang muncul adalah:

1. Secara teknis penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) belum didasarkan pada potensi pendapatan yang ada;

2. Beberapa target PAD utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi karena terkait dengan permasalahan yang melingkupinya dan memerlukan langkah-langkah pemecahan masalah secara komprehensif;

3. Perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan memperhatikan keseimbangan dengan potensi yang ada dan inovasi berupa insentif dan disinsentif;

4. Dalam hal pelayanan perlu ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah.

(20)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-20 dalam hal penetapan target kinerja keluaran (output) dan hasil (output) tidak jelas indikator capaian kinerjanya.

6. Pada tahap pelaksanaan, umumnya terkendala pada ketersediaan waktu pelaksanaan khususnya pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan pada APBD Perubahan.

7. Belum optimal dan belum terdatanya hasil-hasil pembiayaan dari sumber swadaya masyarakat.

8. Belum banyaknya model-model kemitraan yang dijalin dengan pihak swasta beserta besaran nilai-nilai proyek yang dilaksanakan.

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

Rencana tindak penguatan pendapatan adalah serangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan analisis sumber-sumber pendapatan daerah sebagai salah satu sumber pendanaan infrastruktur di Kota Bukittinggi. Kegiatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal merupakan faktor yang berpengaruh dan berada di dalam kendali manajemen. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berpengaruh, namun berada di luar kendali manajemen. Dimana faktor eksternal bersifat unccertainty.

Tujuan dan pengembangan Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan daerah adalah meningkatnya pendapatan, khususnya pendapatan Kota Bukittinggi, dalam upaya mencukupi kebutuhan pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur di Kabupaten Jepara termasuk dalam mendanai operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang ada.

Peningkatan Pendapatan Pemerintah Kota Bukittinggi dilakukan antara lain melalui optimalisasi sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dan retribusi dan pajak, termasuk di dalamnya peningkatan fungsi dan peran kelembagaan yang terkait.

5.4.1 Strategi Peningkatan Kemampuan Pendanaan

(21)

Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 V-21

1. Bahwa peranan sektor Pajak Daerah dan BUMD dalam memberikan sumbangan ke PAD,

tampaknya akan semakin penting. Oleh karena itu perlu terus melakukan ekstensifikasi melalui

perluasan basis pajak tanpa harus menambah beban kepada masyarakat, melakukan intensifikasi

melalui perbaikan kedalam dan senantiasa meningkatkan kesadaran wajib pajak dan retribusi

dalam memenuhi kewajibannya.

2. Prioritas pembangunan daerah harus benar-benar fokus pada sektor-sektor yang mampu menarik

investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dalam upaya meningkatkan daya beli

masyarakat, menekan ketimpangan pendapatan masyarakat (menekan angka kemiskinan), dan

tetap memperhatikan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

5.4.2 Strategi Peningkatan Kapasitas Pembiayaan

Sumber-sumber pembiayaan pembangunan di Kota Bukittinggi didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kota Bukittinggi melalui APBD, selain itu swadaya masyarakat dan swasta turut mendukung peningkatan perekonomian dan pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan terutama program/ kegiatan strategis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan bantuan teknis (Bantek) serta bimbingan teknis (Bintek). Diharapkan dengan dukungan ini, pembangunan di Kota Bukittinggi menjadi terpacu dan mampu meningkatkan masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.

Untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan untuk Bidang Infrastruktur, Pemerintah Kota Bukittinggi mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup anggaran defisit. Alternatif sumber pembiayaan antara lain dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun sebelumnya, penerimaan dana cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan pembiayaan lain-lain.

Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.

(22)

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Grafik 5.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi

33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung

tujuh Belanja Tidak langsung, realisasi Belanja Bantuan Keuangan kepada.. KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA | 5-16. Pemerintahan Desa mencapai

investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun. terakhir yang bersumber dari perusahaan daerah

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya III - 2 ditetapkan pusat kegiatan wilayah (PKW) di Provinsi Bali, meliputi

33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber

Bagian ini merupakan kajian tentang proyeksi dan rencana investasi pembangunan bidang cipta karya untuk 5 tahun kedepan, baik proyeksi yang bersumber dari APBD Kabupaten

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang