• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V - DOCRPIJM 1483068369BAB V PENDANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V - DOCRPIJM 1483068369BAB V PENDANAAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR V | 1 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan

dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah

Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal

nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Daerah

INFRSTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

(2)

LAPORAN AKHIR V| 2 Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung

sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan

digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan

Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi

Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan

Kementerian Keuangan. DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang

ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK

dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,

terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan

minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib

pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai

dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai

dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah

Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga

Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat

melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui

pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi

persyaratan: total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan

APBD tahun sebelumnya; memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk

(3)

LAPORAN AKHIR V| 3 yang ditetapkan calon pemberi pinjaman; tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian

pinjaman yang bersumber dari pemerintah; pinjaman jangka menengah dan jangka panjang

wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres

56/2010)

Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan

infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan

usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan

prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011) Struktur

APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana

Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur

Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya,

Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum

kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di

perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis

alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan

memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang

mempertimbangkan:

(4)

LAPORAN AKHIR V| 4  Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,

persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan

derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria

teknis:

 kerawanan sanitasi;

 cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Sendiri. Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,

Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan

usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang

infrastruktur ke-PUan yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah

dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana

kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM bidang Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di

tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan

Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya

yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman

dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana

(5)

LAPORAN AKHIR V| 5 dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta

(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan

prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh

karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan

memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

5.1 POTENSI PENDANAAN APBD KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman

di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang

Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah

dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru,

operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

Pada Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sektor yang menjadi fokus investasi antara lain;

pengembangan air minum, PLP, Permukiman dan Penataan Bangunan Ligkungan yang memiliki

alokasi pada setiap sektorya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Alokasi APBD Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Tengah

SEKTOR

Pengembangan Air Minum 3.296.250 1.150.000 750.000 750.000 - Pengembangan PPLP 14.420.000 17.445.000 9.010.000 550.000 - Pengembangan

Permukiman

10.073.054 10.073.054 10.073.054 9.973.054 9.611.250

Penataan Bangunan Dan Lingkungan

(6)

LAPORAN AKHIR V| 6  Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk

menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk

menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit

oriented). Dan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah

merupakan satu-satunya perusahaan daerah.

Berdasarkan laporan Evaluasi Kinerja Perusahaan Air Minum (PDAM ) Kabupaten Hulu Sungai

Tengah tahun 2015, kondisi keuangan PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah terlihat pada Neraca

yang telah disusun untuk periode operasional yang berakhir 31 Desember 2014 sampai dengan

tahun 2015 yang telah diaudit oleh BPKP, realisasi pengeluaran modal pada tahun 2015 sebesar

Rp. 47.892.459.354,00 yang berasal dari dana PDAM maupun Pemerintah Kabupaten Hulu

Sungai Tengah. Realisasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran

pemeliharaan aset yang sebesar Rp. 1.303.244.246.00. adapun neraca PDAM Kabupaten Hulu

Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2

Neraca PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah per 31 Desember 2014-2015

URAIAN 2014

- Kas dan Bank 9.694.781.086 26.438.464.905

- Investasi Jangka Pendek 31.043.000.000 -

- Piutang Usaha (NET) 1.565.844.225 2.653.542.295

- Penyisihan Piutang Usaha (370.435.523) 630.928.736

- Piutang Non Usaha (NET)

-63.799.985 36.620.185

- Persediaan 331.563.544 492.100.215

Jumlah Aset Lancar 42.328.553.317 28.989.798.864

Aset Tetap

- Nilai Perolehan 58.173.109.025 106.065.568.379

- Akumulasi Penyusutan 34.537.353.870 43.177.693.086

Nila Buku Aset Tetap 23.635.755.155 62.887.875.293

Jumlah Aset Lain-lain (Aset Dalam Penyelesaian) 33.258.544.835 667.500.000

Jumlah Aset Tidak Lancar 56.894.299.990 63.555.375.293

(7)

LAPORAN AKHIR V| 7

- Biaya Yang Masih Harus Dibayar 147.588.239 167.010.152

- Utang pajak 9.881.007 5.342.903

- Kewajiban Jangka Pendek Lainnya 73,304.366 10.558.706

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 230.773.612 182.911.761

- Kewajiban Jangka Panjang

- Hutang Sewa Pembiayaan 52.496.160 24.299.904

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 54.496.160 24.299.904

Jumlah Kewajiban 283.269.772 207.211.665

Ekuitas

- Penyertaan Pemerintah 109.046.813.040 109.046.813.040

- Penyertaan Pemerintah yang Belum ditetapkan

Statusnya 12.375.502.485 12.375.502.485

- Saldo Laba (Rugi) 29.084.353.033 22.482.731.990

Jumlah Ekuitas 92.337.962.492 98.939.583.535

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 92.545.174.157 99.222.853.307

Sumber data : PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Tabel 5.3

Pembiayaan Sektor SPAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Tahun Pembangunan SPAM APBN APBD

2009 Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa

Distribusi Desa Hawang Kecamatan

Limpasu

Distribusi Desa Batu Panggung Kecamatan

Haruyan

268.290.000 29.810.000

Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa

Distribusi Desa Tanjung Kecamatan

Hantakan

(8)

LAPORAN AKHIR V| 8

Tahun Pembangunan SPAM APBN APBD

Pembangunan Sumur Dalam dan Jaringan

Pipa Distribusi Desa Rantau Bujur

2011 Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi

Bulau Dalam – IKK Kambat

2.295.786.000 -

Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi

Simpang 10 – Pandawan – Simpang Pajukungan

2.537.156.000 -

Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi

Gambah – Shulaha – Aluan – Simpang Kahakan

4.584.433.000 -

Pembangunan Sumur Dalam dan Jaringan

Pipa Distribusi Desa Haur Gading

Kecamatan Batang Alai Utara

559.074.600 62.119.400

2012 Pembangunan Sumur Dalam dan Jaringan

Pipa Distribusi Desa Panggang Marak Kec.

Labuan Amas Selatan

520.806.364 52.080.636

Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa

Distribusi Desa Kindingan Kec. Hantakan

117.494.545 11.749.455

2013 Pembangunan SR (Sambungan Rumah)

Desa Wawai

390.080.700 43.342.300

Pembangunan PMA dan jaringan Pipa

Distribusi Desa Wake Kec.Hantakan

(9)

LAPORAN AKHIR V| 9

Tahun Pembangunan SPAM APBN APBD

2014 Optimalisasi SPAM IKK untuk MBR Desa

Andang, Haruyan Seberang, Mangunang

Kecamatan Haruyan dan Desa Sei. Jaranih

Kecamatan Labuan Amas Selatan

849.190.000 591.681.000

Pembangunan Jaringan SR (Sambungan

Rumah) Kp. Wawai Pematang Desa Wawai

Gardu

227.277.273 22.727.727

Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa

Distribusi Kp. Sungai Sulung Desa Batu

Panggung Kecamatan Haruyan

- 150.670.000

Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa

Distribusi Kp.Pantai Uang Desa Hinas

Kanan Kec.Hantakan

- 119.676.000

Pembangunan/Rehabilitasi Jembatan Pipa

Desa Alat Kecamatan Hantakan

- 68.232.000

2015 Optimalisasi SPAM di Desa Anduhum dan

Desa Labuhan Kec. Batang Alai Selatan

926.911.545 92.691.155

Optimalisasi SPAM di Desa Sei. Jaranih -

Desa Mangunang Kec. Labuan Amas

Selatan

261.452.727 26.145.273

Pembangunan Jaringan Air Bersih

Penangkap Mata Air (PMA) dan

Jaringannya di Desa Pambakulan Kec.

Batang Alai Timur

(10)

LAPORAN AKHIR V| 10 TABEL 5.4

Proyeksi Perkembangan APBD Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Tahun 2016-2020

Komponen APBD

Realisasi (Rp. 000) Persentase

Pertumbuh

an

Proyeksi (Rp. 000)

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pendapatan Asli 32.646.846 39.015.243 48.921.288 84.411.165 83.037.443 28,95% 107.474.475 131.513.815 162.627.676 200.700.925 247.781.637

Dana Perimbangan 468.241.265 560.159.404 623.522.725 651.991.303 797.349.116 2,15% 811.366.929 828.509.935 845.954.324 863.767.288 881.955.306

DAU 322.360.842 393.267.166 453.312.619 485.521.139 486.103.207 11,12% 540.093.158 594.147.834 654.206.193 720.275.433 793.023.161

DBH 109.901.623 135.424.708 121.999.286 118.434.274 149.488.335 9,15% 160.325.071 174.003.254 188.672.998 204.594.295 221.857.875

DAK 35.978.800 31.467.530 48.210.820 48.035.890 161.757.574 69,30% 195.046.446 307.144.445 442.311.631 655.162.732 961.684.692

- DAK Air Minum 688.000 724.600 956.740 1.094.040 1.758.300 28,11% 2.065.835 2.560.093 3.140.799 3.860.441 4.743.320

- DAK SAnitasi 559.900 955.650 971.770 1.465.400 2.326.510 45,48% 2.992.974 4.051.071 5.412.275 7.254.702 9.716.205

Lain Lain Pendapatan

yang Sah

115.334.106 13.956.3613 140.379.765 150.191.917 224.631.805 19,54% 253.979.306 297.872.360 347.499.917 405.704.176 473.605.659

(11)

LAPORAN AKHIR V | 11 5.2 POTENSI PENDANAAN APBN BIDANG CIPTA KARYA

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda,

Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan

kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta

Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan

peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada

suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat tren alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya

dan realisasinya di daerah tersebut. Beberapa sektor yang menjadi fokus investasi antara

lain; pengembangan air minum, PLP, Permukiman dan Penataan Bangunan Ligkungan.

Tabel 5.5

Alokasi APBN Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Tengah (dalam Ribu Rupiah)

Pengembangan SPAM 100.000 21.250.000 24.500.000 10.000.000 10.000.000

Pengembangan PLP 400.000 19.350.000 31.800.000 21.000.000 25.000.000

Pengembangan Kawasan

Permukiman 19.444.000 17.795.500 50.087.000 15.000.000 10.000.000

Penataan Bangunan

&Lingkungan

- 15.675.000 32.200.000 - -

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk

mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui

penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah

tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai

prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah

pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses

pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di

kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman

nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air

limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

(12)

LAPORAN AKHIR V| 12 masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum,

Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir

sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.6

Alokasi DAK Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Tengah (dalam Juta Rupiah)

DAK Sanitasi 3.813.000 - 3.000.000 3.000.000 3.000.000

5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

Alternatif sumber pendanaan berisikan alternatif pembiayaan pembangunan infrstruktur

Bidang Cipta Karya, diluar APBN dan APBD. Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan

pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam

pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta

(KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau Corporate Social Responsibility

(CSR) untuk kegiatan non- cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah

Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Data investasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang bersumber

dari swasta tidak tersedia. Oleh karena itu, pada anak sub bab ini tidak diuraikan

perkembangan investasi pembangunan bidang cipta karya bersumber dari swasta.

5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk

memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam

(13)

LAPORAN AKHIR V| 13 pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Adapun strategi peningkatan investasi

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang hasrus dirumuskan, antara lain :

1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi, meliputi :

a.

Peningkatan koordinasi dan negosiasi alokasi dana pusat terhadap anggaran daerah.

b.

Peningkatan anggaran untuk program-program prioritas pada kawasan strategis kota.

c.

Penyelerasan program pembangunan pusat dengan pragram di daerah.

d.

Penganggaran yang berimbang pada sektor-sektor infrastruktur kota, yaitu pengembangan penyediaan air minum, pengembangan permukiman, perbaikan

bangunan dan lingkungan, serta peningkatan lingkungan permukiman.

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran, meliputi :

a.

Terus mengoptimalkan kapasitas fiskal yang dimiliki dengan memperkuat penerimaan daerah. Intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan melalui pajak dan retribusi serta

mengurangi kebocoran yang ada sehingga mendorong peningkatan penerimaan

daerah.

b.

Menggunakan pola public private partnership (PPP) dengan inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Banjarmasin. Dalam hal ini, pemerintah daerah Kota

Banjarmasin harus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dalam penerapan pola

PPP ini. PPP diperlukan untuk menarik dan mengundang investor dalam

berinvestasi melalui pola kemitraan. Untuk itu, kepastian hukum menjadi kata kunci

menjalankan mekanisme PPP ini agar investor merasa yakin dan tertarik untuk terlibat.

3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, meliputi :

a.

Penambahan sambungan pelanggan.

b.

Penyesuaian tarif berkala.

c.

Meningkatkan efisiensi penagihan.

d.

Pengendalian biaya/efisiensi biaya.

e.

Penetapan investasi dari pertimbangan biaya, pendapatan dan sumber dana.

f.

Strukturisasi hutang pinjaman.

g.

Pengelolaan pinjaman perbankan.

h.

Pembenahan laporan keuangan dan teknik.

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

(14)

LAPORAN AKHIR V| 14

a.

Menyebarluaskan informasi kebijakan pemerintah melalui media cetak dan elektronik.

b.

Menyelenggarakan pertemuan secara berkala dengan insan pers.

c.

Membuka forum komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.

d.

Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

e.

Memberikan sarana dan prasarana penunjang lapangan usaha baru.

f.

Meningkatkan kualitas SDM agar mampu membuka lapangan usaha untuk masyarakat lainnya.

g.

Mengelola tempat-tempat strategis perekonomian daerah.

h.

Mengusahakan sistem kemitraan antara pengusaha kecil, menengah, dan besar.

i.

Memberikan kemudahan regulasi untuk pengusaha kecil-menengah mendapatkan permodalan.

j.

Memfasilitasi akses permodalan ke lembaga keuangan atau pemberi bantuan atau pinjaman.

k.

Mengembangkan lembaga ekonomi masyarakat di tingkat kelurahan.

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur

permukiman yang sudah ada, meliputi:

a. Mempertahankan atau bahkan meningkatkan penganggaran daerah untuk operasi,

pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman.

b. Melibatkan pihak swasta dengan program-program kemitraan dalam pengadaan, operasi,

pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman.

c. Menyusun regulasi yang mempermudah investasi, baik dari pemerintah pusat

maupun swasta.

6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

a.

Peningkatan infrastruktur transportasi modern, yaitu infrastruktur transportasi yang berbasis moda transportasi masal. Dimana, transportasi tersebut memiliki daya

angkut besar, nyaman dalam penggunaan, dan terpadu secara sistem lalu lintas

dengan moda transportasi lainnya.

b.

Peningkatan infrastruktur pengendali banjir dengan melakukan normalisasi sungaisungai yang melintasi Kota Banjarmasin. Rehabilitasi terhadap sistem drainase kota juga mutlak

(15)

LAPORAN AKHIR V| 15

c.

Peningkatan infrastruktur permukiman dengan program-program peningkatan kualitas lingkungan. Hal ini dikarenakan Kota Banjarmasin masih memiliki banyak daerah

kumuh yang tidak layak huni dengan sanitasi buruk yang membuatnya kurang memberikan

kenyamanan.

d.

Peningkatan infrastruktur teknologi informatika dengan menerapkan e-government dalam pengelolaan pemerintah dan pelayanan publik. Penerapan e-government akan mendorong

peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3 Pembiayaan Sektor SPAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah
TABEL 5.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

‒ Dalam pembangunan bidang infrastruktur permukiman, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk mengembangkan sistem permukiman. secara nasional, lintas provinsi, atau untuk

5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan

 Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur

Dana APBD Provinsi , meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan..

dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur. permukiman dengan

Dana APBD Kabupaten/Kota , meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman