• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSP TOPIK I: Pengaruh Akal Dalam Kecerdasan Emosional Perempuan. Dialog panelis; Ai Fatimah Nur Fuad, MA dan Chaerana Ida Muthiah, MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PSP TOPIK I: Pengaruh Akal Dalam Kecerdasan Emosional Perempuan. Dialog panelis; Ai Fatimah Nur Fuad, MA dan Chaerana Ida Muthiah, MA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PSP TOPIK I:

Pengaruh Akal Dalam Kecerdasan Emosional Perempuan

Dialog panelis; Ai Fatimah Nur Fuad, MA dan Chaerana Ida Muthiah, MA

I. Peran perempuan sebagai pemegang amanah Insaniyah

Wacana mengenai perempuan merupakan wacana yang terus berkembang seiring dengan berjalannya kehidupan manusia. Kompleksitas persoalan perempuan yang selalu muncul, menggugah banyak orang untuk terus memikirkan cara agar perempuan terlepas dari berbagai bentuk ketidakadilan. Sebagian orang memberikan solusi dengan berbagai pendekatan kultural dan sebagian lagi dengan menawarkan perubahan melalui jalur struktural. Berbagai tawaran itu adalah upaya-upaya untuk memberdayakan dan menggali potensi perempuan. Upaya-upaya ini perlu terus dilakukan baik dengan cara mengembangkan wacana-wacana yang terkait dengan pemberdayaan potensi perempuan ataupun dengan gerakan atau advokasi langsung ditengah masyarakat.

Salahsatu yang penting dibahas terkait dengan pemberdayaan potensi perempuan adalah sejauhmana wacana tentang perempuan dalam meraih kesempurnaan dirinya menuju kehidupan yang lebih bermakna dibahas oleh para sufi (Ibn Arabi)?; Lalu, sejauhmanakah wacana tersebut diimplementasikan kedalam gerakan perempuan ditengah masyarakat kita? Memotret dinamika wacana dan juga gerakan terkait dengan kesempurnaan perempuan dan upaya-upaya untuk meraihnya sangat penting karena ditengah kehidupan modern dewasa ini, ada sebagian orang yang merasa teralienasi dan tersingkir dari kehidupannya sendiri. Oleh karenanya, penting bagi perempuan untuk dapat mengenali Tuhannya (ma‟rifatu Allah) dan memahami dirinya (ma‟rifatu an-nafs). Dengan menegenali Tuhan dan dirinya sendiri, maka perempuan diharapkan menemukan upaya untuk tidak terjebak dalam situasi seperti ini.

Konsep Insan Kamil dan perempuan

Manusia adalah makhluk yang sempurna, yang diciptakan Tuhan dalam sebaik-baiknya penciptaan. Dalam Al-Qur‟an surat At-Tin ayat 4-6, Allah berfirman yang artinya:

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik kejadian. Kemudian

kami kembalikan ia ke derajat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman

dan beramal saleh”. Kesempurnaan manusia ada karena dalam diri manusia, Tuhan ingin

menunjukkan dan mengenalkan kesempurnaan-Nya. Menurut Ibn Araby, Tuhan sengaja ingin melihat diri-Nya pada ciptaan-Nya. Maka, Tuhan sendirilah yang menginginkan kemunculan-Nya. Ibn Araby memperkuat dan menyandarkan pendapatnya pada sebuah Hadits Qudsi yang artinya: ”Aku adalah pusaka yang terpendam yang belum dikenal. Aku

(2)

menginginkan agar aku dapat dikenal, maka kuciptakan makhluk. Akupun memperkenalkan

diri-Ku kepada mereka, sehingga mereka mengenal-Ku”.1

Hadits Qudsi ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu adalah madzhar al-Ilahy, manifestasi atau cerminan Tuhan. Karena itulah Manusia menjadi ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Melalui sifat jalaliyah (Keagungan/aspek maskulin) dan jamaliyah-Nya (Keindahan/aspek feminin), Tuhan ingin menunjukkan citra-Nya.

Sifat-sifat jamal Tuhan seperti ar-Rahman, ar-Rahim, al-Latif dan lain-lain, serta sifat-sifat

jalal Tuhan seperti al-Kabir, al-„aziz dan lain-lain haruslah menjadi acuan perilaku manusia.

Kesempurnaan keagungan dan keindahan Tuhan harus digapai oleh manusia baik laki-laki dan perempuan. Perempuan seperti halnya laki-laki sama-sama memiliki potensi menuju kesempurnaan Tuhan. Perempuan bisa meraih kesucian untuk menuju kesempurnaan seperti halnya laki-laki bisa meraihnya. Menurut Ibn Araby dalam kitab futuhat makkiyahnya, insan

kamil diperuntukkan bagi laki-laki dan perempuan.2

Ia menegaskan “perempuan tidak terhijab dari kesempurnaan”.

Namun demikian, sempurna disini bukanlah dalam artian “lengkap”. Ini yang pernah diingatkan oleh Muthahari. Ia mengatakan bahwa „kamil‟ tidak berati „tamam‟ (lengkap). Tingkatan „kamil‟ berada diatas kata „ tamam‟, karena tidak setiap yang sudah lengkap berarti telah sempurna. Orang yang sedang dalam proses meningkatkan kesempurnaanya, akan mengalami peningkatan bertahap sampai kemudian sampai pada tahap kesempurnaan yang mendekati Yang Maha sempurna. Kesempurnaan yang hakiki adalah yang dimiliki oleh-Nya. Maka, bisa dikatakan bahwa potensi kesempurnaan seorang insan bisa mengalami turun (berkurang) dan naik (bertambah). Kesempurnaan berkurang bila manusia makin jauh dari cerminan sifat dan asma Tuhan, sebaliknya bertambah bila makin mendekati sifat dan Asma-Nya.

Lalu, bagaimanakah agar potensi yang ada dalam diri kita terus bertambah dan berkualitas? Salahsatunya adalah dengan meningkatkan spiritualitas kita. Spiritualitas adalah paham yang meyakini bahwa dibalik alam semesta ini terdapat kuasa rohani yang mengatur segalanya. Perwujudan spiritualitas adalah agama, karena dengan agamalah segala yang terlihat ataupun yang tidak terlihat akan terungkap.3 Kesadaran akan keberadaan Tuhan dengan memegang teguh nilai-nilai agama akan meningkatkan spiritualitas perempuan. Selanjutnya adalah dengan mengekplorasi sifat jamal (keindahan) Tuhan dalam diri perempuan. Peran pengayoman seperti merawat, menyayangi, mengasihi, melindungi dan lain sebagainya adalah sifat yang seringkali dilekatkan pada diri perempuan. Maka, seharusnyalah sifat-sifat ini digali dan dikembangkan oleh perempuan untuk kemudian menjadi potensi yang menyebarkan kebaikan-kebaikan.

1

Hadits Qudsi ini dikutip dari buku Yunasril Ali, “Manusia Citra Ilahi; Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn Arabi oleh Al-Jili”, Paramadina, Jakarta, 1997, halaman 62

2 Souad Hakiem, Persepsi Dua Sisi Ibn Arabi mengenai Perempuan; sebagai manusia dan azas Kosmik,

www.ibnarabisociety.org

(3)

Semua karakter keindahan Ini merupakan potensi yang sangat besar dalam diri perempuan. Jangan sampai ada perempuan abai terhadap keberadaan potensi ini. Hal ini penting karena kalau semuanya tergali dengan baik, sifat-sifat ini akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan kualitas keluarga, masyarakat dan lalu pada tahap selanjutnya berpengaruh terhadap Negara.

II. KECERDASAN AKAL PEREMPUAN DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI

Robert Frager seorang psikolog barat yang mengeksplorasi kekayaan tradisi spiritual sufisme sebagai jalan pengembangan pribadi berkata; ada tiga konsep dasar dalam psikologi sufi yaitu; hati, diri dan jiwa. Lebih jauh Frager mengatakan; hati jasmaniah terletak dititik pusat batang tubuh sedangkan hati bathiniyah terletak diantara diri yang rendah dan jiwa. Hati jasmaniyah mengatur fisik dengan mengirimkan darah segar dan oksigen kepada tiap sel serta organ didalam tubuh dan menerima darah kotor melalui pembulu darah, sedangkan hati bathiniyah mengatur psikis dengan memelihara jiwa dengan memancarkan kearifan dan cahaya serta menyucikan kepribadian dari sifat sifat buruk. Hati mempunyai satu wajah dan dua sisi yakni menghadap kearah dunia spiritual dan disisi lain mengarah kedunia diri yang rendah.

Salah satu istilah yang cukup populer dalam psikologi sufi adalah diri yang diartikan dengan nafs atau ”ego” dan diterjemahkan juga sebagai Jiwa. Nafs adalah hasil interaksi roh dan jasad yang bukan susunan psikologis yang bersifat tetap. Dan tidak ada yang keliru pada roh dan jasad. Namun prsoses yang dihasilkan keduanya bisa terjadi penyimpangan. Ketika roh keluar dari dunia immateri maka pada saat itu nafs mulai terbentuk yang mengakibatkan roh terpenjara dan mulai menyerap aspek aspeknya. Artinya karena roh berakar dalam jasad maka ia mencakup hal hal yang bersifat material dan spiritual.

Jiwa dalam pengertian keseluruhan adalah ruh nafsani. Jiwa terletak pada otak dan terkait dengan sistem saraf. Ia mampu merespon dunia disekelilingnya secara lebih efektif. Selain itu jiwa pribadi merupakan tempat ego positif yang mengatur kepekaan terhadap diri sendiri. 4 Dari penjelasan diatas, maka perlu kita kembali menelaah tentang awal mula manusia. Manusia itu apa? Karena istilah kesempurnaan sangat terikat pada kerinduan Allah untuk menampakkan diriNya dalam citranya. Ada suatu ikatan yang kuat antara manusia dan Tuhan. Secara psikolog ruhani “sesungguhnya Hawa itu berasal dari tulang rusuk Adam”, kerinduan Adam yang ingin bersatu dengan rusuk Hawa”. Manusia itu sebenarnya apa? Ketika saya melihat pola kebaikan, kerinduan itu menjelma kebaikan, jika kerinduan itu sebagai keburukan maka akan menjelma keburukan.

Perempuan mempunyai emosi yang susah untuk terkendali. Padahal sebenarnya emosional itu sama saja ketika meluap. Emosional dalam kaitannya dengan jiwa, sangat sulit untuk di klasifikasikan. Belum lagi dalam Al quran, disampaikan bahwa perempuan itu harus tabah, ridho

(4)

dan kuat. Saya mengajak untuk mengobrak abrik diri. Untuk itu saya mengawali bahwa bermulanya manusia “mengada” secara kodrat/fitriah karena keberakalannya. Secara filosofis (Ibn Sina, seorang filsuf Yunani banyak mengkaji asal muasal manusia) ada ungkapan bahwa manusia itu ”alhewanu natiq - hewan yang bisa berbicara”. Manusia secara fisik memiliki potensi seperti hewan, tetapi manusia mampu mengaktifkan keber‟akal”annya. Jadi akallah yang memanusiakan kita. Keberakalan inilah yang diberikan gambarannya dalam diri manusia.

Hadist Rasulullah tentang gerak akal bahwa manusia secara kodrat sangat ditentukan oleh akalnya. Akal melahirkan pertimbangan yaitu pertimbangan pengetahuan, dari pengetahuan lahirlah petunjuk yang benar, dari petunjuk yang benar melahirkan kehati-hatian, kehati-hatian melahirkan pengendalian diri, pengendalian diri menimbulkan ketakutan, ketakutan menimbulkan amal baik, amal baik menimbulkan kebencian pada kejahatan, dan dari kebencian pada kejahatan akan ada kepatuhan pada nasehat yang baik. 5

Akal yang dimaksud disini adalah ruh. Dalam diri manusia ada ruh hewani dan ruh malakuti

(bu‟dul bahimi wa bu‟dul malakuut). Ada beberapa penyampaian tentang ruh: jadi dalam diri

manusia ada ruh yang mengisi dirinya, ada yang mengantarnya untuk memahami tentang pengetahuan, menangkap apa yang ada diluar dan dari dalam dirinya. Ada yang menyebutnya dengan akal, hati dan kalbu.

Annasafi seorang filsuf hikmah, membagi ruh menjadi lima tingkat sesuai dengan sifat-sifat yang terwujud pada masing-masing tingkat.

Dalam kaitan dengan kenyataan bahwa ia dapat meningkat atau berkurang atau berubah

dari satu keadaan ke keadaan lain maka ia disebut ”qalb”. Dalam kaitan dengan kenyataan

bahwa ia hidup dan memberikan kehidupan pada badan ia dinamakan ”ruh”. Dalam kaitan

dengan kenyataan bahwa ia mengenal dirinya sendiri dan memberikan sifat untuk mengetahui

yang lain, ia dinamakan ”akal”. Dalam kaitan dengan kenyataan bahwa ia benar-benar

sederhana dan tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian, ia dinamakan ”ruh perintah”. Dalam

kaitan dengan kenyataan bahwa ia berasal dari dunia yang lebih tinggi dan dari jenis yang

sama dengan para malaikat, ia dinamakan ”ruh malakuti”. Dalam kaitan dengan kenyataan

bahwa ia terpisah, mandiri, suci, dan disucikan, ia dinamakan ”ruh suci”.6

Peran masing-masing untuk menuju kesempurnaan adalah mungkin. Pada tingkat yang lebih rendah, sifat-sifat tanaman dan hewan ditunjukkan, sementara pada tingkat yang lebih tinggi, sifat-sifat ilahi menjadi semakin jelas. Jika kita lebih menutrisi fisik, maka fisik akan handal. Maksudnya adalah jika manusia menutrisi intelektual need nya, maka ia akan handal dalam inteleleknya. Manusia sekali lagi sangat tergantung pada keberakalannya, untuk memahaminya tentulah dengan ilmu. Manusia sangat susah menunjukkan gendernya apabila tidak menunjukkan form/tampilannya. Al Quran tidak membahas gender tapi ruh manusia. Sejauh mana perempuan

5

Lihat Sachiko Murata, The Tao of Islam (Mizan, 1997), khususnya bagian IV; Psikologi Ruhani

(5)

mampu untuk itu, Ibn Arabi mengatakan bahwa ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu. Ilmunya ini hanya bisa disamai dengan Rahiim Allah (kasih Allah).

Rahim ini diletakkan pada diri perempuan, sesuatu tampakan yang lemah, lembut, dan halus tapi sesungguhnya ia adalah kekuatan yang luar biasa. Pengandaiannya dalam Al Quran seperti sarang laba-laba. Sesuatu yang lemah diatas kelemahan tapi bisa membuat sarang yang sangat kuat. Kepintaran ini simbol kesedihan sekaligus kebahagiaan, kepedihan sekaligus cinta. Ketika disakiti oleh orang yang dicintainya, hanya karena kecintaan yang membuatnya bertahan. Ini adalah kekuatan yang luar biasa. Apakah ini juga dimiliki oleh laki-laki? Apa yang membuat perempuan lebih mendekati dari ini, karena bentuk fisikalnya ini sangat menunjang psikologinya. Psikologi yang terasah dapat menunjukkan ketercerahan bathin, tentunya dengan keberakalan perempuan. Perempuan juga penting untuk mempunyai pengetahuan tentang fisiologinya, dan perlu menempatkan inner beauty pada tempatnya. Menempatkannya dengan akhlak. Akhlak disini bukan aturan tapi kemampuannya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kemampuan melihat diri dalam bathin. Kebiasaan mengasah akhlak fisik lalu mengasah akhlak bathin.

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya pengeluaran untuk listrik menunjukan bahwa sebaiknya pemerintah tidak menaikan tarif listrik, karena listrik merupakan pengeluaran non pangan terbesar yang

Retrieve Energy, adalah pemanfaatan limbah untuk digunakan sebagai bahan bakar atau dalam arti yang luas adalah penghematan energi dalam proses produksi.. Secara garis besar,

Skripsi dengan judul PENGARUH RASIO KESEHATAN BANK TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2012-2016 disusun oleh Yurli Haryanti NPM

ANALISIS KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR PADA BATAKO DENGAN BAHAN TAMBAH LIMBAH

Karenanya, negara harus berperan aktif secara bersama-sama dengan segenap masyarakat untuk mewujudkan dan memberikam perlindungan yang memadai kepada anak- anak dari berbagai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, pemahaman dan ketaatan pasien pasien DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah

Sebagai mitra, masing-masing gapoktan dan ponpes telah mendapatkan tugas yang sama untuk menanam 2 galur/ populasi jagung manis, melakukan pemeliharaan sesuai

Ketut Tunas, Msi selaku pembimbing statistik, yang telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti Program Pendidikan Spesialis