• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian pemahaman dan ketaatan penggunaan obat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2010-Januari 2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kajian pemahaman dan ketaatan penggunaan obat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2010-Januari 2011 - USD Repository"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI DISLIPIDEMIA DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE DESEMBER 2010 - JANUARI 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Novreny NIM : 068114167

FAKUTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI DISLIPIDEMIA DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE DESEMBER 2010 - JANUARI 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Novreny NIM : 068114167

FAKUTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini bagi:

Papa JESSUS untuk semua yang terjadi didalam hidup ku,

terimah kasih BAPA

PAPA dan MAMA tercinta, terimah kasih untuk semua cinta,

pengorbanan, kasih sayang, air mata, dan semua kerja keras papa dan

mama. KALIAN selalu memberi ku yang terbaik

RERE SAYANG PAPA dan MAMA love u …….

Kakak-kakak Ku (Acheng, Ochi, ines) tersayang, terimah kasih untuk

semua yang terbaik selalu kalian berikan pada ku, rere sayang kalian.

Ade Ku (Ilha) makasih ya sudah jadi ade yang baik dan pengertian.

Almamater ku SANATA DHARMA terima kasih untuk pembelajaran

dan kehangatan yang saya rasakan (my 2

nd

Familly)

Sahabat-Sahabat ku

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini bagi:

Papa JESSUS untuk semua yang terjadi didalam hidup ku,

terimah kasih BAPA

PAPA dan MAMA tercinta, terimah kasih untuk semua cinta,

pengorbanan, kasih sayang, air mata, dan semua kerja keras papa dan

mama. KALIAN selalu memberi ku yang terbaik

RERE SAYANG PAPA dan MAMA love u …….

Kakak-kakak Ku (Acheng, Ochi, ines) tersayang, terimah kasih untuk

semua yang terbaik selalu kalian berikan pada ku, rere sayang kalian.

Ade Ku (Ilha) makasih ya sudah jadi ade yang baik dan pengertian.

Almamater ku SANATA DHARMA terima kasih untuk pembelajaran

dan kehangatan yang saya rasakan (my 2

nd

Familly)

Sahabat-Sahabat ku

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini bagi:

Papa JESSUS untuk semua yang terjadi didalam hidup ku,

terimah kasih BAPA

PAPA dan MAMA tercinta, terimah kasih untuk semua cinta,

pengorbanan, kasih sayang, air mata, dan semua kerja keras papa dan

mama. KALIAN selalu memberi ku yang terbaik

RERE SAYANG PAPA dan MAMA love u …….

Kakak-kakak Ku (Acheng, Ochi, ines) tersayang, terimah kasih untuk

semua yang terbaik selalu kalian berikan pada ku, rere sayang kalian.

Ade Ku (Ilha) makasih ya sudah jadi ade yang baik dan pengertian.

Almamater ku SANATA DHARMA terima kasih untuk pembelajaran

dan kehangatan yang saya rasakan (my 2

nd

Familly)

(5)
(6)
(7)

vii

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kajian Pemahaman dan Ketaatan Penggunaan Obat Pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Dislipidemia”.

Keberhasilan penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan dan perhatian

orang-orang yang ada di sekitar penulis yang telah memberikan saran, kritik, dan

dukungan kepada penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing serta penguji

yang selalu memberikan saran, arahan, kritikan, semangat serta motivasi demi

kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini.

3. Maria Wisnu Donowati,M.Si.,Apt., atas kesediaan dalam menguji,

memberikan saran, arahan, dan kritikan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., SpPK., atas kesediaan dalam menguji, memberikan

saran, arahan, dan kritikan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Pak Parji, Pak Danar, Pak Markus, Bu Sisca, Mbak Anna, serta staff Rumah

Sakit Panti Rapih yang dengan setia dan ramah telah memberikan bantuan

(8)

viii

Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas kesediaan untuk turut

berpartisipasi dalam penelitian ini.

7. Tuem, atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian serta dukungannya selama ini.

8. Sahabat-sahabatku yang TERBAIK, Venny Handayani, Adhistia Rizky

Dewanti, Dewi Permatasari, Devina Angreani, Nana, Vivi, Ranny, Mayan,

Ana, Nenci, Grace Felicita, Lita Septiana, Dewi Susanti, Dita, Maria Lisa

Nova, Natalia Andromeda, Maria Wulan, Octa dan Rita atas keceriaan,

dukungan, dan kebersamaannya selama ini.

9. Nita, sahabat seperjuangan dalam menghadapi penulisan skripsi, semangat nit

kita pasti bisa.

10. Semua teman-teman KOST PUTRI MURIA, atas persahabatan, kekompakan,

dan kebersamaannya selama ini.

11. Semua anggota online Shop ku “DHA-VIN SHOP” untuk pengertiannya

dikala penulis sedang sibuk menulis skripsi.

12. Seluruh angkatan 2006-2007, atas persahabatan, keceriaan, kekompakan dan

kebersamaannya selama masa perkuliahan.

13. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

(9)
(10)

x

3.Patofisiologi ...14

4.Klasifikasi ...15

D. Diabetes Melitus Tipe 2 ...16

1.Definisi ...16

F. Diabetes Mellitus Komplikasi Dislipidemia ...30

1. Dislipidemia pada diabetes...30

2) Golongan resin penukar anion...35

3) Golongan asam nikotinat...36

4) Golongan asam fibrat ...36

5) Golongan ezetimib ...37

G. Keterangan Empiris ...42

BAB III. METODE PENELITIAN...43

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...43

(11)

xi

D. Subjek Penelitian ...45

E. Bahan dan Materi Penelitian...45

F. Instrumen Penelitian ...46

G. Tata cara penelitian...47

1.Tahap persiapan ...47

2.Tahap pengambilan data ...48

3.Tahap pengolahan dan analisis data ...49

4. Interpretasi hasil analisis...49

I.Kesulitan Penelitian...50

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...51

A. Karakteristik Pasien...51

1.Perhatian terhadap rincian obat yang diberikan...60

2.Cara pemakaian obat...61

9.Perhatian dan peringatan obat ...66

10.Jadwal kontrol atau konsultasi ke dokter ...67

11.Jadwal pemeriksaan laboratorium ...68

C. Ketaatan ...69

(12)

xii

3.Kesulitan dalam penggunaan obat...74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...75

A. Kesimpulan...75

B. Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA ...77

LAMPIRAN ...81

(13)

xiii

Tabel I.Klasifikasi DM ...17

Tabel II.Klasifikasi Hiperlipoprotein ...23

Tabel III.Klasifikasi nilai kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida ...28

Tabel IV.Daftar obat penurun kadar lemak...33

Tabel V.Lipoprotein fenotip dan rekomendasi obat...38

Tabel VI.Penerimaan informasi pengobatan dengan benar ...59

Tabel VII.Perhatian terhadap rincian obat yag diberikan ...60

Tabel VIII.Cara pemakaian obat ...61

Tabel IX.Lama pengunaan obat ...61

Tabel X.Waktu pengunaan obat ...62

Tabel XI.Indikasi obat...63

Tabel XII.Efek samping obat ...63

Tabel XIII.Interaksi obat ...64

Tabel XIV.Kontraindikasi obat ...65

Tabel XV.Perhatian dan peringatan obat ...66

Tabel XVI.Jadwal kontrol atau konsultasi ke dokter ...67

Tabel XVII.Jadwal pemeriksaan laboratorium ...68

Tabel XVIII.Ketaatan pasien...70

Tabel XIX.Hasilfollow upmelalui telepon ...71

(14)

xiv

Gambar 1. Tahap pemrosesan informasi...8

Gambar 2. Dimensi ketaatan pasien ...11

Gambar 3. Patofisilogi DM Tipe 2...17

Gambar 4. Transport dan metabolisme lipid...26

Gambar 5. Mekanisme aksi dari obat golongan statin ...35

Gambar 6. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin ...52

Gambar 7. Karakteristik pasien berdasarkan umur ...53

Gambar 8. Karakteristik pasien berdasarkan jadwal kontrol ...54

Gambar 9. Karakteristik pasien berdasarkan pendidikan ...55

Gambar 10. Karakteristik pasien berdasarkan pekerjaan ...56

Gambar 11.Sumber infomasi mengenai pengobatan obat...57

(15)

xv

Lampiran 1. Persetujuan Penelitian dan Pengambilan Data ...81

Lampiran 2 Kuesioner...82

Lampiran 3.Uji validitas dan reliabilitas ...86

Lampiran 4.Karakteristik pasien ...92

Lampiran 5.Hasil kuesioner pemahaman pengunaan obat...93

Lampiran 6.Hasil kuesioner pengunaan obat ...94

Lampiran 7.Hasilfollow upmelalui telepon ...96

Lampiran 8.Perhitungan jumlah sisa obat ...99

(16)

xvi

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kondisi yang ditimbulkan ketika sel β pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau ketika jaringan tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan produk insulin (World Health Organization/WHO, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, pemahaman dan ketaatan pasien pasien DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dalam mengkonsumsi obat menggunakan metode kuesioner, pengecekan penebusan obat kembali dan perhitungan jumlah sisa obat periode Desember 2010-Januari 2011.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan survei deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan secara cross sectional dan data diolah menggunakan statistik deskriptif.

Karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia ini adalah pasien wanita (56%), tingkat pendidikan SMA sebanyak (36%), pasien berumur 30-65 tahun (84%), melakukan kontrol sebulan sekali (92%), rata-rata pasien berprofesi lain (ibu rumah tangga) sebanyak (56%), dan penghasilan rata-rata Rp 1.000.000 ≤ x < 2.000.000 sebanyak (52%). Hasil penelitian menunjukkan pemahaman pasien DM Tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan RSPR Yogyakarta dalam penggunaan obat tinggi (> 50%) namun tidak untuk pemahaman pasien terhadap kontraindikasi (44,5%) dan 88% pasien taat dalam mengkonsumsi obat.

(17)

xvii

Diabetes mellitus is a condition that happened when the β cell of pancreas can’t provides insulin inadequately or when the insulin can’t be effectively used by the tissues of the body (World Health Organization/WHO, 2010). The three aims of this study are firstly to know the characteristics, secondly to know the knowledgement, and thirdly to know the adherence in consuming medicine of type 2 Diabetes Mellitus outpatient. These aims were reached by questionnaire, checking prescription refiling and pill count method from Desember to Januari 2011 period.

This study is a non experimental descriptive research withcross sectional method design while data were examined by descriptive statistic with counted percentage technique.

Characteristics of type 2 DM with dislipidemia complication outpatients are women (56%), 30-65 years old (84%), routine control once a month 92%), senior high school graduated (36%), housewifes (56%), and income per month Rp 1.000.000 ≤ x <2.000.000 (52%). The result of this study shown that type 2 DM with dislipidemia complication outpatients have a high knowledgement in medicine utilization (> 50%), but poor knowledgement in contraindication (44,5%) and 88% patiens were adhered to medication.

(18)

1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kondisi yang ditimbulkan ketika sel

β pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau ketika

jaringan tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan produk insulin (World Health Organization/WHO, 2010). Prevalensi DM di Indonesia diperkirakan mencapai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia pada tahun 2007 diperoleh

bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun

di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Sedangkan di daerah

pedesaan DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Suharyanto, 2009).

World Health Organization (WHO) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM pada tahun

2003 dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa pada tahun 2025

(Suharyanto, 2009).

Di Indonesia, WHO memprediksi kenaikkan penderita diabetes dari 8,4

juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Sementara itu, data

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara ke-4 terbesar untuk prevalensi penyakit DM (Suharyanto,

(19)

Survei terbaru dari American Diabetes Association (ADA, 2007)

terhadap pasien diabetes menunjukkan bahwa 60% individu dengan diabetes tidak

mempercayai bahwa mereka mempunyai risiko mengalami dislipidemia. Hanya

8% individu dengan diabetes memahami bahwa penurunan kadar kolesterol

merupakan salah satu cara penting untuk menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular.

Pada tahun 2007 The Centers for Disease Control and Prevention

melaporkan 70-97% individu dengan diabetes mengalami dislipidemia. Laporan

dari dua pusat kesehatan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hanya 35,5%

dari pasien yang berkunjung ke klinik diabetes memiliki kadar LDL kolesterol

dibawah 100 mg/dl.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit kronis

seperti DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia namun semua upaya tersebut

hanya dapat mengendalikan, meminimalkan dan mencegah keparahan. Penyakit

kronis membutuhkan pengobatan yang kompleks dalam jangka waktu lebih lama,

oleh sebab itu ketaatan pasien memiliki pengaruh yang besar dalam keberhasilan

terapi (Smet, 1994).

Ketaatan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan

pengobatan yang sangat didukung oleh pemahaman yang baik dari pasien sendiri

terkait informasi pengobatan berupa indikasi, cara dan waktu penggunaan obat,

lama penggunaan obat, efek samping, kontraindikasi, peringatan dan konsultasi

(20)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman

dan ketaatan penggunaan obat pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi

dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Periode Desember

2010 - Januari 2011 yang berlokasi di Jalan Cik Di Tiro No. 30 Yogyakarta.

Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) ditunjuk sebagai tempat penelitian dikarenakan

letak Rumah Sakit Panti Rapih yang strategis (terletak di tengah kota

Yogyakarta), mudah dijangkau pasien maupun peneliti, memiliki fasilitas

lengkap, memiliki paguyuban penyandang DM.

Pemilihan pasien rawat jalan sebagai subjek dalam penelitian ini

didasarkan alasan karena kelalaian atau ketidaktaatan pasien dalam

mengkonsumsi obat sering terjadi pada pasien rawat jalan. Hal ini dikarenakan

pasien sendirilah yang akan bertanggung jawab terhadap penggunaan obat tanpa

ada pengawasan dari petugas kesehatan secara langsung (Sugiyono, 2009).

1. Perumusan masalah

a. Bagaimana karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia

di Instalasi rawat jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

Desember 2010-Januari 2011?

b. Bagaimana pemahaman akan pengobatan pasien DM tipe 2 dengan

komplikasi dislipidemia di Instalasi rawat jalan Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Desember 2010-Januari 2011?

c. Bagaimana ketaatan pengunaan obat pasien DM tipe 2 dengan komplikasi

(21)

Periode Desember 2010-Januari 2011dalam mengkonsumsi obat yang

telah diresepkan?

2. Keaslian penelitian

Terdapat beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan mengenai

pemahaman dan ketaatan pengunaan obat. Namun “Kajian Pemahaman dan

Ketaatan Penggunaan Obat Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Desember 2010-Januari 2011 ” belum pernah dilakukan sebelumnya.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pemahaman, ketaatan,

dan penggunaan obat yang telah dilakukan sebelumnya, sebagai berikut :

a. Studi tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan Informasi pada

Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan

pada Masyarakat Desa Maguwoharjo (Wisely, 2008).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisely (2008) terletak

pada subjek uji, periode, metode pengambilan data dan lokasi penelitian.

Wisely (2008) lebih membahas mengenai obat tradisional, namun pada

penelitian ini kajian pemahaman membahas pemahaman penggunaan obat

DM dengan komplikasi dislipidemia.

b. Pengaruh Jumlah Pemberian Obat Terhadap Ketaatan Pasien Rawat Jalan

Penderita Hipertensi Di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati

Kabupaten Bantul Yogyakarta (Dewi, 2010).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) terletak

(22)

ketaatan pengunaan obat terhadap jumlah pemberian obat, dilakukan

dengan menggunakan metode perhitungan jumlah sisa obat sebagai

indikator ketaatan, sedangkan pada penelitian ini tidak hanya

menggunakan indikator ketaatan berupa perhitungan jumlah sisa obat,

tetapi juga mengunakan pengecekan penebusan obat, dan jadwal kontrol

kembali. Selain itu penelitian ini juga memiliki perbedaan pada subjek uji,

periode dan lokasi penelitian.

c. Kajian Pemahaman dan Ketaatan Pengunaan Obat pada pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Gagal Ginjal kronis (Handayani

2010).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010)

terletak pada subjek uji penelitian, periode penelitian, dan komplikasi

penyakit. Penelitian Handayani, (2010) mengkaji pemahaman dan ketaatan

pengunaan obat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi

gagal ginjal kronis sedangkan pada penelitian ini mengkaji pemahaman

dan ketaatan pengunaan obat pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan

Komplikasi Dislipidemia.

d. Kajian Pemahaman dan Ketaatan Pengunaan Obat pada pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 dengan Hipertensi (Dewanti, 2010).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewanti (2010) terletak

pada subjek uji penelitian, periode penelitian, dan komplikasi penyakit.

Penelitian Dewanti (2010) mengkaji pemahaman dan ketaatan pengunaan

(23)

pada penelitian ini mengkaji pemahaman dan ketaatan pengunaan obat

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan, terkait dengan studi pemahaman dan ketaatan penggunaan obat

pasien DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber wacana

bagi tenaga medis terutama Apoteker dalam melaksanakan tugas

kefarmasian berupa terapi ataupun edukasi khususnya pada pasien DM

tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Desember 2010-Januari 2011 atau di rumah sakit

lainnya.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui tingkat pemahaman dan ketaatan penggunaan obat pada

pasien DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan

(24)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien DM tipe 2 dengan komplikasi

dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Desember 2010-Januari 2011.

b. Mengetahui pemahaman pasien DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia

di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

Desember 2010-Januari 2011.

c. Mengetahui ketaatan penggunaan obat pasien DM tipe 2 dengan

komplikasi dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih

(25)

8

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pemahaman 1. Definisi

Pemahaman pasien adalah kemampuan pasien dalam menerima suatu

stimulus atau informasi terkait penyakit yang diderita dan obat yang

dikonsumsi secara baik. Menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer,

pemahaman merupakam proses, pembuatan atau cara memahami dan

memahamkan sebagai efek timbal balik. Informasi yang di terima pasien

tersebut meliputi efek terapi obat, efek samping obat, cara pengunaan obat,

dan jadwal kontrol kembali (Santoso,Suryawati dan Danu, 2003).

2. Tahap pemrosesan informasi

Gambar 1. Tahap Pemrosesan Informasi (Santoso dkk., 2003)

Stimulus Pemaparan

Perhatian

Pemahaman

Penerimaan

Retensi

(26)

Tahapan proses penerimaan informasi dimulai dengan adanya

stimulus pada tahap pemaparan yang diterima melalui panca indera berupa

informasi dimana informasi tersebut akan diseleksi. Selanjutnya adalah tahap

perhatian, dimana dengan adanya informasi yang diterima tersebut seseorang

akan mulai mengalokasikan perhatiannya untuk memproses informasi yang

baru saja di terimanya. Selanjutnya informasi yang diterima ini akan mulai di

evaluasi terlebih dahulu untuk tahu bagaimana seharusnya seseorang tersebut

mengambil keputusan untuk merespon informasi yang diterima. Hal ini

merupakan tahap pemahaman. Tahap berikutnya adalah tahap penerimaan di

mana seseorang akan mulai mengambil sikap apa yang harus diambil dalam

menanggapi rangsangan stimulus tersebut. Setelah tahap penerimaan diakhiri

dengan tahap retensi di mana pada tahapan ini seseorang sudah mengetahui

informasi yang diperoleh akan disimpan menjadi ingatan jangka panjang

(Budijanto,1995).

Pemahaman yang baik mengenai informasi pengobatan

diasumsikan dapat meningkatkan ketaatan pasien dalam menjalankan proses

terapi. Pemahaman dalam penelitian ini meliputi indikasi obat, cara

penggunaan, waktu konsumsi, efek dari obat yang diberikan, efek samping

obat, waktu konsultasi mendatang, serta peringatan diasumsikan dapat

meningkatkan ketaatan pasien dalam menjalankan pengobatan (Santoso dkk.,

(27)

B. Ketaatan 1. Definisi

Ketaatan mengarah pada suatu konsep pendekatan medis di mana

diharapkan pasien melaksanakan permintaan dokter dan mentaati segala

petunjuk yang diberikan selama proses terapi (Rantucci, 1997).

Ketaatan ini tidak hanya berkaitan dengan jenis obat yang harus

dikonsumsi pasien namun terkait juga dengan perlakuan khusus seperti harus

istirahat atau melakukan diet, berapa lama obat harus dikonsumsi, bagaimana

cara penggunaan obat, kapan waktu penggunaan obat yang tepat, kapan

konsumsi obat harus dihentikan dan kapan pasien harus kembali melakukan

kontrol ke dokter (Rantucci, 1997).

Makna kata ketaatan pasien mengandung asumsi bahwa diagnosis

yang ditegakkan dokter terhadap kondisi penyakit pasien telah tepat, terapi

yang diberikan sesuai dan efektif, lebih banyak memberikan keuntungan bagi

kesehatan pasien daripada membahayakan, serta aturan penggunaan obat

mudah dimengerti serta obat mudah diperoleh (misalnya: petunjuk penggunaan

obat sederhana, pemberian dosis memberikan rasa nyaman, harga dan efek

samping yang mungkin ditimbulkan obat masih dapat ditoleransi) (Rantucci,

(28)

2. Faktor dimensi ketaatan

Gambar 2. Dimensi Ketaatan Pasien (WHO, 2003)

Ketaatan pasien di sini merupakan fenomena, dimana faktor dimensi yang

mempengaruhi ketaatan yang di maksud meliputi:

a. Dimensi sosial dan ekonomi meliputi : keterbatasan biaya, status sosial

ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan rendah, kurangnya perhatian dari

keluarga terdekat dan lingkungan sekitar, kesibukan kerja, terbatasnya akses

pelayanan akan kesehatan, biaya pengobatan mahal, budaya dan usia.

b. Dimensi sistem pelayanan kesehatan meliputi : bagaimana cara para pelayan

kesehatan berkomunikasi kepada pasien, hubungan baik antara tenaga

kesehatan dengan pasien, sikap yang kurang ramah dari para pelayan

kesehatan, waktu tunggu yang lama, sistem pelayanan yang tidak terarah,

informasi yang diterima oleh pasien kurang jelas mengenai penyakit yang

(29)

c. Dimensi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan pasien meliputi : depresi,

gangguan psikis, keterbelakangan mental, kondisi penyakit kronis.

d. Dimensi yang berkaitan dengan terapi meliputi : jumlah obat yang diperoleh,

lama pengobatan, aturan pengobatan, perubahan frekuensi pengobatan dan

munculnya efek samping.

e. Dimensi yang berkaitan dengan pasien meliputi : pengetahuan pasien tentang

penyakitnya, kerelaan pasien dalam menghadapi penyakitnya, harapan pasien

untuk sembuh, motivasi, keinginan untuk terus mengikuti semua aturan

pengobatan (Astri, 2006).

Banyak faktor yang bisa menyebabkan ketidaktaatan pasien terhadap

pengobatan yang sedang dijalaninya antara lain : penyakit kronis yang diderita

seringkali menurunkan harapan kesembuhan pasien, ketidaktaatan pada

pengobatan, lama pengobatan, pemakaian obat yang tidak teratur, efek

samping obat yang sering kali membuat pasien takut untuk mengkonsumsi

obat, jauhnya tempat pengobatan, rasa obat yang pahit, harga obat yang mahal

(Siregar dan Kumolosari, 2005).

Ketidaktaatan dari pasien pada pengobatan akan berakibat fatal

karena akan membuat kesembuhan tidak dapat dicapai, bila penderita

dislipidemia tidak taat mengunakan obat maka kadar kolesterol pasien makin

meningkat. Sangat dibutuhkan peranan keluarga atau kerabat dekat pasien

untuk mengontrol, memantau dan memastikan obat harus diminum sesuai

dengan dosis yang ditetapkan oleh dokter. Selain itu, perhatian dari keluarga

(30)

antara lain pemberian motivasi, membantu pasien jika mengalami kesulitan

seperti membuka tutup botol obat yang keras. Pasien sebaiknya selalu

diingatkan jadwal minum obat dan membawa obat ke mana pun pasien

berpergian sehingga dapat mengurangi ketidaktaatan dari pasien (Siregar dan

Kumolosari, 2005).

C. Diabetes Mellitus 1. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kondisi yang ditimbulkan ketika

sel β pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau

ketika jaringan tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan produk insulin

(WHO, 2010).

2. Gejala

Gejala yang khas terjadi pada pasien DM antara lain poliuria (sering

buang air kecil), polidipsia (peningkatan rasa haus), polifagia (terus menerus

merasa lapar), dan penurunan berat badan, hiperglikemia (peningkatan kadar

glukosa dalam darah), dan polidipsi (peningkatan rasa haus) (Steil, 1997).

Pasien DM juga dapat mengalami penurunan kadar gula dalam darah

(hipoglikemia) sebagai akibat dari penggunaan obat DM atau insulin yang

berlebihan, puasa, dan peningkatan aktivitas. Hipoglikemia ditandai dengan

pusing, hilang konsentrasi, tremor (Beers, Fletcher, Bchir, Jones, Porter,

(31)

3. Patofisiologi

Dalam tubuh manisia terdapat tiga proses metabolisme yaitu karbohidrat,

protein, dan lemak. Karbohidrat akan dimetabolisme menjadi glukosa yang

tersimpan dalam beberapa jaringan tubuh seperti jaringan adiposa, otot, dan hati

untuk kemudian digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh. Proses metabolisme

dan pengubahan glukosa menjadi energi dalam tubuh secara normal diregulasi

oleh insulin yang dihasilkan oleh sel β pankreas (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke,

Wells and Posey, 2008).

Fungsi insulin di dalam tubuh adalah mengubah glukosa menjadi glikogen

sebagai sumber energi dalam jaringan otot dan hati, menstimulasi sintesis protein

pada jaringan adiposa dan hati dengan adanya asam amino, memicu peningkatan

absorbsi glukosa ke jaringan, kadar glikogen di hati, sintesis asam lemak bebas

sehingga menurunkan pemecahan glukosa untuk menjadi laktat, gliserol, dan

asam amino glukogenik (glukoneogonesis) pada jaringan adiposa dan hati,

menurunkan pemecahan glikogen (glikogenolisis) (DiPiroet al., 2008).

Diabetes Mellitus disebabkan oleh defisiensi atau resistensi insulin

terhadap reseptornya sehingga glukosa tidak dapat ditransportasikan ke beberapa

jaringan tubuh. Defisiensi insulin dapat disebabkan karena kerusakan sel β

pankreas yang dapat disebabkan karena penurunan fungsi β pankreas. Resistensi

insulin terhadap beberapa jaringan dapat disebabkan karena abnormalitas genetik,

pola hidup yang tidak sehat, penumpukan lemak viseral dan gangguan jalur sinyal

(32)

Gangguan sekresi insulin menyebabkan disregulasi glukosa sehingga

dapat terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang

merupakan karakteristik utama pada DM (Japan Medical Association, 2009). Gangguan sekresi insulin juga dapat menyebabkan kondisi kelebihan insulin

dalam tubuh (hiperinsulinemia). Hiperinsulinemia mengakibatkan penurunan

kadar glukosa dalam darah yang berdampak terhadap penurunan produksi energi,

dalam hal ini tubuh akan melakukan homeostasis melalui hormon glukagon yang

dihasilkan oleh sel α pankreas. Glukagon memiliki fungsi yang berkebalikan

dengan insulin, yaitu mengubah glikogen yang terbentuk menjadi glukosa oleh

hati (glukosa hepatik) sehingga walaupun dalam keadaan puasa glukosa (fasting hyperglycemia), keberadaan glukosa dalam darah tetap terpenuhi (Lin dan Sun, 2010).

4. Klasifikasi

Tabel I. Klasifikasi Diabetes Mellitus (ADA, 2007)

Tipe DM Penyebab DM

Tipe 1 Diabetes yang disebabkan oleh adanya destruksi sel β pankreas yang secara absolut menyebabkan defisiensi insulin.

Tipe 2 Diabetes yang disebabkan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang progresif dan adanya resistensi insulin

Tipe lain Diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti kelainan genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik pada aktivitas insulin, penyakit eksokrin pankreas (cystic fibrosis), dan akibat dari penggunaan obat atau bahan kimia lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi setelah transplantasi organ).

Tipe gestasional

(33)

D. Diabetes Mellitus Tipe 2 1. Definisi

DM Tipe 2 merupakan tipe DM yang terjadi bukan disebabkan

oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan

metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang

mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistensi

sel terhadap insulin terutama pada hati yang menjadi kurang peka terhadap

insulin serta menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun

meningkatkan sekresi gula darah oleh hati (Japan Medical Association, 2009).

2. Etiologi

Penyebab dari DM Tipe 2 adalah adanya serangkaian faktor risiko

yang secara kombinasi dapat mengganggu sekresi dan resistensi insulin. Di

mana faktor tersebut meliputi penggunaan obat tertentu, pola hidup tidak

sehat, kehamilan, riwayat keluarga, etnis atau ras. Gangguan sistem endokrin

dan mediator inflamasi (TNF α, adipokin, interleukin 6) (Surampudi,

Kalarickal dan Fonseca, 2009).

3. Gejala Klinis

Gejala yang ditemukan biasanya antara lain peningkatan nafsu

makan, mulut kering, kelelahan, penglihatan kabur, haus yang berlebihan,

sakit kepala parah, pusing tiba-tiba, dan mulai kehilangan berat badan (Beers

(34)

4. Patofisiologi

Gambar 3. Patofisiologi DM Tipe 2 (Surampudi,Kalarickal, dan Fonseca 2009).

Pada DM Tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu

resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas. Resistensi unsulin adalah

keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya

seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan resisten terhadap efek

insulin, menyebabkan sel β pankreas mensekresi insulin dalam kuantitas yang

lebih besar untuk mempertahankan homeostatis glukosa darah, sehingga

terjadi hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan keadaan

euglikemia. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM Tipe 2, kadar

(35)

hiperinsulinemia, disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas

dalam darah (Surampudi,Kalarickal, dan Fonseca 2009).

Pada DM Tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu

resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas. Resistensi unsulin adalah

keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya

seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan resisten terhadap efek

insulin, menyebabkan sel β pankreas mensekresi insulin dalam kuantitas yang

lebih besar untuk mempertahankan homeostatis glukosa darah, sehingga

terjadi hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan keadaan

euglikemia. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM Tipe 2, kadar

glukosa darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan

hiperinsulinemia, disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas

dalam darah (Surampudi.,dkk 2009).

Keadaan glukotoksisitas dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin

relatif walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia mengakibatkan

sel β pankreas mengalami disfungsi dan terjadilah ganguan metabolisme

glukosa berupa glukosa puasa terganggu, gangguan toleransi glukosa dan

akhirnya DM Tipe 2 (Surampudi., 2009). Beberapa komplikasi DM tipe 2 antara lain :

a. komplikasi makrovaskular, melibatkan pembuluh darah besar yang

menyebabkan gangguan kardiovaskular. Kondisi hiperglikemia dalam hal ini

dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lemak bebas yang menyumbat

(36)

serangan jantung dan stroke (The Merck Manual of Medical Information, 2010).

b. komplikasi mikrovaskular melibatkan sejumlah pembuluh darah kecil seperti

retina (diabetic retinopathy), saraf perifer (diabetic neuropathy), dan ginjal (diabetic nepropathy) (Kumar, Abbas, Fausto dan Mitchell, 2010).

E. Dislipidemia 1. Definisi

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai

oleh (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi

lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total LDL, trigliserida, serta

penurunan kadar kolesterol HDL(Dzau, 1991).

2. Tanda dan Gejala

Sebagian besar pasien tidak mengalami gejala untuk beberapa tahun

pertama. Pasien dengan sindrom metabolik akan mengalami tiga atau lebih

gejala yang menyertai, antara lain: obesitas pada perut, atherogenic dyslipidemia, peningkatan tekanan darah, resistensi insulin dengan atau tanpa intoleransi glukosa, keadaan prothrombotic, atau keadaan proinflammatory

(DiPiroet al., 2008).

Gejala yang dirasakan biasanya tanpa nyeri dada sampai nyeri dada

(37)

kesukaran bicara dan gerak, nyeri abdomen, bahkan kematian mendadak, tanpa

nyeri abdomen sampai nyeri abdomen kuat, pankreatitis, polineuropati

periferal, tekanan darah tinggi, BMI >30 kg/m² atau lingkar pinggang pria > 40

inchi (100 cm) dan wanita 35 inchi (87,5 cm) (DiPiroet al., 2008).

3. Etiologi

Etiologi dari dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Jenis Kelamin

Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal

tersebut disebabkan karena pada wanita produktif terdapat efek

perlindungan dari hormon reproduksi. Pria lebih banyak menderita

aterosklerosis dikarenakan hormon seks pria (testosteron) mempercepat

timbulnya aterosklerosis sedangkan hormon seks wanita (estrogen)

mempunyai efek perlindungan terhadap aterosklerosis. Akan tetapi pada

wanita menopause mempunyai risiko lebih besar terhadap terjadinya

aterosklerosis dibandingkan wanita premenopouse.

b. Usia

Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin

menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga

bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan

menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol

(38)

dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan meningkat kekerapannya

pada usia 30 tahun.

c. Genetik

Faktor genetik merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya

dislipidemia. Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen untuk

sifat-sifat tertentu diturunkan secara berpasangan yaitu kita memerlukan satu

gen dari ibu dan satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi

dapat diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor kelainan

genetik.

d. Kegemukan atau Obesitas

Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah

komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersamaan. Kegemukan

disebabkan oleh ketidakseimbangan antara energi yang masuk bersama

makanan, dengan energi yang dipakai. Kelebihan energi ini ditimbun

dalam sel lemak yang membesar. Pada orang yang kegemukan

menunjukkan output VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi. Trigliserida berlebihan dalam sirkulasi juga

mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan HDL mengalami

lipolisis, akan menjadismall denseLDL dan HDL, abnormalitas ini secara tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.

e. Olahraga

Olahraga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total,

(39)

kolesterol HDL meningkat secara bermakna. Lemak ditimbun dalam di

dalam sel lemak sebagai trigliserida. Olahraga memecahkan timbunan

trigliserida dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam aliran

darah.

f. Merokok

Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

trigliserida, dan menekan kolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok,

rokok akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung

dalam asap rokok akan merangsang hormon adrenalin, sehingga akan

mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol

HDL dalam darah.

g. Makanan

Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan

aterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan

kadar kolesterol total dan LDL sehingga mempunyai risiko terjadinya

dislipidemia (Bachri, 2004).

4. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi Fredrickson-Levy-Lees, terdapat 5 jenis hiperlipoproteinemia yang masing-masing memiliki gambaran lemak darah

(40)

Tabel II. Klasifikasi hiperlipoprotein Fredrickson-levy-lees (Talbert, 2008)

Tipe Lipoprotein Elevation

I Chylomicrons

IIa LDL

IIb LDL+VLDL

III IDL(LDL1)

IV VLDL

V VLDL + Chylomicrons

a. Hiperlipoproteinemia tipe I

Disebut juga hiperkilomikronemia familial, merupakan penyakit keturunan

yang jarang terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Di mana tubuh

penderita tidak mampu membuang kilomikron dari dalam darah.

Anak-anak dan dewasa muda dengan kelainan ini mengalami serangan berulang

dari nyeri perut. Hati dan limpa membesar, pada kulitnya terdapat

pertumbuhan lemak berwarna kuning-pink (xantoma eruptif). Pemeriksaan darah menunjukkan kadar trigliserida yang sangat tinggi. Penyakit ini

tidak menyebabkan terjadi aterosklerosis tetapi bisa menyebabkan

pankreatitis, yang bisa berakibat fatal.

b. Hiperlipoproteinemia tipe IIa

Disebut juga hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu penyakit

keturunan yang mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kematian dini,

biasanya karena serangan jantung. Kadar kolesterol LDL nya tinggi.

(41)

merokok, dan obesitas, serta mengurangi kadar kolesterol darah dengan

mengkonsumsi obat-obatan.

c. Hiperlipoproteinemia tipe IIb

Disebut juga combined hyperlipidemia karena tingginya kadar kolesterol dan trigliserida. Pada penyakit ini, kadar VLDL juga meningkat disamping

peningkatan kadar LDL disertai penurunan kadar HDL. Tanda-tanda klinis

dari penyakit ini umumnya asimptomatis, baru terlihat ketika

gangguan-gangguan pada vaskuler muncul. Penyakit ini memiliki hubungan dengan

awal kemunculan CHD.

d. Hiperlipoproteinemia tipe III

Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan

tingginya kadar kolesterol dan trigliserida. Pada penyakit ini, lipoprotein

yang mengalami peningkatan adalah IDL. Penderita juga memiliki risiko

terjadinya penyakit pada arteri koronaria. Jika penderitanya mengalami

obesitas, maka pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal. Pada usia

pertengahan, aterosklerosis seringkali menyumbat arteri dan mengurangi

aliran darah ke tungkai. Penderita seringkali mengalami diabetes ringan

dan peningkatan kadar asam urat dalam darah.

e. Hiperlipoproteinemia tipe IV

Merupakan penyakit umum yang sering menyerang beberapa anggota

keluarga dan menyebabkan tingginya kadar trigliserida. Lipoprotein yang

(42)

meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis. Penderita seringkali

mengalami kelebihan berat badan dan diabetes ringan.

f. Hiperlipoproteinemia tipe V

Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, di mana tubuh tidak

mampu memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida

sebagaimana mestinya. Lipoprotein yang mengalami peningkatan adalah

kadar VLDL dan kilomikron. Jika diturunkan, biasanya penyakit ini

muncul pada masa dewasa awal. Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan

lemak (xantoma) di kulit, pembesaran hati dan limpa serta nyeri perut. Biasanya terjadi diabetes ringan dan peningkatan asam urat. Banyak

penderita yang mengalami kelebihan berat badan. Komplikasi utamanya

adalah pankreatitis, yang seringkali terjadi setelah penderita makan lemak

dan bisa berakibat fatal (Balai Informasi Teknologi LIPI, 2009).

5. Patofisiologi

Kolesterol dan trigliserida, sebagai komponen utama lipid adalah

substrat essensial untuk pembentukan membran sel dan sintesis hormon dan

memyediakan sumber untuk asam lemak bebas. Lipid, bagian tidak tembus

air, tidak ada dalam bentuk bebas di plasma tetapi di sirkulasikan sebagai

lipoprotein. Hiperlipoproteinemia didekskripsikan sebagai kenaikan

konsentrasi dari makromolekul lipoprotein yang membawa lipid ke dalam

(43)

Gambar 4. Transport dan Metabolisme Lipid(DiPiroet al., 2008).

Ketika terjadi pemasokan lemak eksogen (dari makanan) akan

diabsorbsi di usus halus. Kemudian akan di bentuk oleh sel epitel intestinal

menjadi kilomikron, yang selanjutnya akan meninggalkan sel epitel intestinal

menuju hepar. Lipid yang terbawa >80 % adalah trigliserida. Setelah mengikat

lemak makanan, kilomikron akan masuk ke sirkulasi untuk di pecah menjadi

energi dan resintesis. Sisanya akan di ubah menjadi kolesterol. Saat orang

dengan metabolisme cepat dan normal hanya sedikit pemasukan lemaknya,

maka kolesterol disintesis dan digunakan pada organ ekstrahepatik, sebaliknya

(44)

Adanya kolesterol yang berlebih akan diikat oleh asam empedu untuk dibuang

melalui fekal (feses)(DiPiroet al., 2008).

Selain pemasukan dari lemak eksogen, tubuh juga memiliki suatu

sistem untuk menghasilkan lemak endogen yaitu trigliserida pada jaringan

adipose. Trigliserida endogen akan di angkut oleh VLDL (Very Low Density

Lipoprotein) dari hepar ke jaringan. VLDL oleh lipoprotein lipase akan di

ubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) yang merupakan

bentukan sementara yang nantinya oleh hepatic lipase akan dihidrolisis

sehingga akan akan kehilangan sebagian trigliserida dan berubah menjadi

LDL (Low Density Lipoprotein) LDL ini dimetabolisme di hepar dan jaringan

perifer(DiPiroet al., 2008).

Low Density Lipoprotein ini berfungsi mengangkut kolesterol dari

hepar ke jaringan, dan memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor di membran

sel. Oleh karena itu sering disebut sebagai lemak jahat. Adanya LDL yang

berlebih merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis. Awalnya adalah

partikel LDL yang ada dalam sirklulasi terjebak di dalam intima. LDL ini

mengalami oksidasi atau perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh

reseptor scavenger khusus pada makrofag dan gel-gel yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas pembentukan reseptor-reseptor ini, dan

ester-ester kolester-esterol kemudian berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel

busa. Set gel busa membentuk bercak perlemakan yang bisa menyebabkan

(45)

proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis yang lanjut (DiPiro et al.,

2008).

6. Pemeriksaan Pasien

Tabel III. Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida pada Kondisi Dislipidemia (DiPiroet al.,2008).

Kolesterol total (mg/dl))

< 200 Nilai yang diharapkan

200-239 Dibatas tinggi/cukup tinggi

Deteksi dini dan evaluasiFasting Lipoprotein Profile (FLP) meliputi

kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida harus diukur

pada usia 20 tahun hingga usia lanjut setidak-tidaknya setiap 5 tahun sekali.

Keadaan tidak puasa, hanya kolesterol total dan HDL yang dapat diukur

karena biasanya LDL merupakan nilai yang dapat dihitung jika kolesterol total

200/dl, atau lebih, atau jika LDL kurang dari 40 mh/dl, diikuti profil fasting

(46)

7. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam

menegakkan diagnosa. Parameter yang diperiksa antara lain : tingginya kadar

total kolesterol, LDL, trigliserida, apoliprotein B, C-reaktif protein, rendahnya

kadar HDL. Jika nilai trigliserida diketahui maka kemudian dapat konsentrasi

VLDL dan LDL.Very Low Density Lipoprotein(VLDL) = trigliserida/5, LDL (Low Density Lipoprotein) = kolesterol total − (VLDL + HDL), maka kolesterol total = LDL + VLDL+HDL (DiPiroet al.,2008).

(DiPiroet al.,2008). Nilai LDL, HDL, dan kolesterol total dalam plasma dapat digunakan

sebagai dasar untuk mendiagnosis apakah seseorang mengalami penyakit

seperti coronary arteriography, angioplasty, coronary artery, myocardial infarction,angina pectoris,peripheral vascular disease, ataucerebrovascular diseasesebelum umur 55 tahun.

Skrining juga dilakukan jika orang tuanya memiliki kolesterol ≥ 240

mg/dl, riwayat penyakit yang lain seperti pengunaan obat kortikosteroid,

juvenilediabetes mellitus,hypothyroidismatau penyakit renal, endokrine, atau hepar yang diketahui mempengaruhi level kolesterol (DiPiroet al.,2008).

Kadar kolesterol LDL -C =

(47)

F. Diabetes Mellitus Komplikasi Dislipidemia 1. Dislipidemia pada Diabetes

Dislipidemia pada diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar

trigliserida dan menurunnya kadar HDL kolesterol. Kadar LDL kolesterol

tidak banyak berbeda dengan yang ditemukan pada individu non diabetes,

namun lebih didominasi oleh bentuk yang lebih kecil dan padat (Small Dense LDL). Partikel-partikel LDL kecil padat ini secara intrinsik lebih bersifat aterogenik daripada partikel-partikel LDL yang lebih besar (Buoyant LDL) partikel , karena ukurannya yang lebih kecil, kandungan didalam plasma lebih

besar jumlahnya, sehingga lebih meningkatkan risiko aterogenik. Trias dari

abnormalitas profil lipid ini dikenal dengan istilah dislipidemia diabetik

(Alwi, 2011).

Patofisiologi dislipidemia pada DM perlu diketahui perubahan

komposisi lipoprotein yanga dapat meningkatkan sifat aterogenisitasnya.

Pengamatan the Multiple Risk Factor Intervention Trial mendapatkan bahwa mortalitas akibat penyakit kardiovaskular diantara pasien diabetes mencapai

empat kali lebih tinggi daripada individu non DM dengan kadar kolesterol

serum yang sama (Alwi, 2011).

Pasien-pasien diabetes dengan kadar kolesterol serum terendah,

mempunyai angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok

individu non DM yang mempunyai kadar kolesterol tertinggi. Meningkatnya

sifat aterogenisitas ini disebabkan karena adanya pengaruh proses glikosilasi,

(48)

LDL akan meningkatkan waktu paruhnya, sehingga bentuknya menjadi lebih

kecil dan padat serta lebih bersifat aterogenik. Bentuk ini lebih mudah

mengalami oksidasi serta lebih mudah diambil oleh makrofag untuk

membentuk sel-sel busa(foam cells)(Alwi, 2011).

Glikosilasi HDL akan memperpendek waktu paruhnya dan

membentuk lebih banyak varian HDL3 yang kurang bersifat protektif

dibandingkan varian HDL2. Kemampuan HDL untuk mengangkut kolesterol

dari jaringan perifer kembali ke hati mengalami penurunan bila HDL banyak

mengandung trigliserida. Perbaikan kendali glukosa darah melalui perubahan

gaya hidup atau dengan terapi insulin dan OHO dapat menurunkan kadar

trigliseridaa, meningkatkan kadar HDL, mengurangi glikosilasi lipoprotein

dan menurunkan kandungan trigliseridaa didalam lipoprotein (Alwi, 2011).

2. PENATALAKSANAAN TERAPI a. Tujuan

Menurunkan kadar LDL -C, kolesterol total, trigliserida.

b. Sasaran

Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), kolesterol total, trigliserida.

c. Outcome

Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL serta mengurangi risiko

(49)

3. STRATEGI

a. Non Farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologis merupakan perubahan gaya

hidup yang meliputi terapi nutrisi medis, latihan jasmani, serta beberapa

upaya lain seperti menghentikan merokok, menurunkan berat badan bagi

yang obesitas, dan mengurangi asupan alkohol.

Terapi nutrisi medis pada dasarnya adalah pembatasan jumlah

kalori dan jumlah lemak. Pasien dengan kadar kolesterol total atau

kolesterol LDL tinggi dianjurkan mengurangi asupan lemak jenuh dan

meningkatkan asupan lemak tidak jenuh tungggal atau ganda. Pada psien

dengan kadar trigliserida tinggi dianjurkan mengurangi asupan

karbohidrat, alkohol dan lemak., dengan membiasakan latihan jasmani

dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL, menurunkan trigliserid dan

LDL serta menurunkan berat badan (Grundy, 2005)

Suplemen minyak ikan memiliki efek yang cukup besar dalam

mengurangi trigliserida dan VLDL, tetapi tidak berpengaruh pada

kolesterol total dan LDL. Aksi lain minyak ikan untuk efek protektif.

Efek ini termasuk perubahan kuantitatif dan kualitatif dalam sintesis zat

prostanoid, perubahan fungsi kekebalan tubuh dan seluler, dan potensi

(50)

b. Farmakologi

Tabel IV. Daftar obat penurun kadar lemak (DiPiroet al.,2008).

Obat Mekanisme Efek pada

Pada tabel IV dapat dilihat daftar obat penurun kadar lemak, obat

penurun kadar lemak secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam

(51)

kliren VLDL, agen yang meningkatkan katabolisme LDL, agen yang

menurunkan absorbsi kolesterol, agen yang meningkatkan HDL, atau

beberapa kombinasi dari karakteristik tersebut (DiPiroet al.,2008)

1) Golongan Statin

Obat-obat golongan ini merupakan agen yang paling efisien untuk

mengurangi kadar kolesterol dalam plasma. Golongan statin bekerja pada

hepatosit dan menghambat HMG CoA reduktase, enzim yang mengubah

HMG CoA menjadi asam mevalonat, prekursor dari kolesterol. Statin

tidak sekedar berkompetisi dengan substrat normal pada sisi aktif dari

enzim. Statin mengubah konformasi dari enzim ketika berikatan pada sisi

aktifnya. Hal ini juga mencegah HMG CoA reduktase berikatan dengan

enzim tersebut. Perubahan konformasi pada sisi aktif membuat obat

golongan ini sangat efektif dan spesifik. Ikatan antara statin dan HMG

CoA reduktase bersifat reversibel (DiPiroet al.,2008).

Penghambatan HMG-KoA reduktase menyebabkan pengurangan

kolesterol intraselular, menginduksi aktivasi dari protease yang memecah

Sterol Regulatory Element Binding Protein (SREBPs) dari retikulum endoplasma. SREBPs akan ditranslokasikan pada inti sel, di mana mereka

meningkatkan ekspresi gen untuk reseptor LDL. Pengurangan kolesterol

dalam hepatosit menyebabkan peningkatan reseptor LDL hati, yang

menentukan reduksi LDL disirkulasi dan prekursornya (DiPiro et al.,

(52)

Gambar 5. Mekanisme Aksi dari Obat Golongan Statin (DiPiroet al.,2008). Obat-obat yang termasuk golongan statin adalah Atorvastatin,

Fluvastatin, Lovastatin, lovastatin, Pravastatin, Simvastatin, Rosuvastatin,

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2008).

2) Golongan resin penukar anion

Golongan obat ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu

dan mencegah reabsorpsinya, dengan demikian akan terjadi peningkatan

konversi kolesterol menjadi asam empedu di dalam hati, hasilnya akan

meningkatkan aktivitas resptor LDL dalam sel hati sehingga meningkatkan

pemecahan kolesterol LDL dari plasma. Obat golongan ini menggangu

absorpsi vitamin larut lemak, suplemen vitamin A, D, dan K serta asam

folat mungkin diperlukan bila pengobatan berlangsung lama (DiPiroet al.,

2008).

Efek samping dari golongan resin penukar anion berupa

(53)

samping yang terjadi umumnya adalah konstipasi, diare, mual, muntah,

dan rasa tidak enak dalam saluran cerna.

Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah Kolestipol

Hidroklorida (Colestid (Upjohn-USA) dan Kolestiramin (Falterol) (DiPiro

et al.,2008).

3) Golongan Asam Nikotinat

Asam nikotinat dianjurkan untuk digunakan bersama dengan

statin apabila penggunaan statin tunggal tidak cukup untuk mengendalikan

dislipidemia (kolesterol meningkat, trigliseridemia, dan kolesterol HDL

rendah). Asam nikotinat juga dapat digunakan sebagai pengobatan tunggal

apabila pasien tidak dapat mentoleransi statin. Pada dosis 1,5-3 gram per

hari asam nikotinat dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida

dengan menghambat sintesisnya. Terapi dengan asam nikotinat harus

dimulai secara bertahap dalam peningkatan dosis untuk mengurangi

insiden dan beratnya efek samping yang mungkin terjadi. Obat-obat yang

termasuk golongan ini adalah Asam Nikotinat (generik) dan Niaspan

(DiPiroet al.,2008).

4) Golongan Asam Fibrat

Golongan obat ini bekerja terutama untuk menurunkan kadar

trigliserid serum. Meskipun fibrat dapat menurunkan resiko kejadian

penyakit jantung koroner pada pasien dengan HDL rendah atau yang kadar

(54)

dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama pada pasien dimana

kadar trigliserida serum lebih besar dari 10 mmol/L (DiPiroet al.,2008). Fibrat dapat menyebabkan sindrom menyerupai miositis,

terutama apabila fungsi ginjal pasien terganggu. Kombinasi fibrat dengan

statin meningkatkan resiko efek pada otot (terutama rabdomiolisis),

gemfibrozil dan statin tidak boleh digunakan secara bersamaan.

Obat-obat yang termasuk golongan fibrat adalah Bezafibrat,

Fenofibrat dan Gemfibrozil (DiPiroet al.,2008).

5) Golongan Ezetimib

Ezetimib menghambat absorpsi kolesterol dari membran fili pada

saluran cerna(Brush Border).Obat ini dapat digunakan baik dengan terapi tunggal atau digunakan dengan statin. Dosisnya 10 mg per hari diberikan

dengan atau tanpa makanan. Ketika digunakan tunggal, obat ini

menurunkan lebih kurang 18% kolesterol LDL. Ketika ditambahkan statin,

ezetimib menurunkan LDL dengan penambahan sekitar 12-20%. Obat

yang termasuk golongan ini adalah Ezetrol, dan produk obat kombinasi

dengan statin adalah Vytorin (DiPiroet al.,2008)

Pengobatan hiperlipoproteinemia tipe I diarahkan untuk

mengurangi kilomikron yang berasal dari lemak makanan, dan

selanjutnya untuk penurunan trigliserida plasma. Jumlah asupan lemak

harian seharusnya tidak lebih dari 10-25 g/hari, atau sekitar 15% dari total

kalori. Tipe hiperlipoproteinemia V juga mensyaratkan pembatasan

(55)

diindikasikan jika respon terhadap diet saja tidak mencukupi. Asam lemak

Omega-3 dapat berguna untuk pasien dengan defisiensi LPL. Pada pasien

dengan defisiensi apolipoprotein C-II, infus plasma dapat menormalkan

tingkat trigliserida plasma (DiPiroet al.,2008).

Tabel V. Lipoprotein Fenotip dan Rekomendasi Obat (DiPiroet al.,2008).

Hiperkolesterolemia primer (hiperkolesterolemia familial,

kombinasi hiperlipidemia familial, hyperlipoproteinemia tipe IIa) dapat

diobati dengan resin asam empedu (BARs) atau sequestrants (colestipol,

cholestyramine, dan colesevelam), HMG-CoA reduktase inhibitor (Statin),

niacin, atau ezetimibe. Dari pilihan tersebut, statin merupakan pilihan

pertama karena statin paling poten untuk menurunkan LDL. Statin

mengganggu perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat (DiPiro et al.,2008).

(56)

menyebabkan penurunan LDL yang lebih besar; dan sintesis kolesterol

intraselular dihambat. Kombinasi terapi statin dengan ezetimibe juga

rasional karena ezetimibe menghambat penyerapan kolesterol di usus

(DiPiroet al.,2008).

Sebagai terapi tunggal, penghambat HMG-CoA reduktase

merupakan obat yang poten menurunkan kolesterol total dan LDL. Aksi

utama BAR adalah mengikat asam empedu di usus lumen, bersamaan

dengan gangguan sirkulasi enterohepatik dari asam empedu dan

meningkatkan ekskresi steroid asam di tinja. Aksi ini dapat mengurangi

asam empedu dan merangsang sintesis asam empedu dari kolesterol di

hati. Penurunan kolesterol dalam hati akan menyebabkan meningkatnya

jumlah reseptor LDL sehingga katabolisme LDL meningkat. BAR juga

mengurangi CETP, yang berkorelasi dengan konsentrasi kolesterol total

dan LDL, dengan mengganggu kadar kolesterol hati mikrosoma, namun,

efek ini tidak begitu besar seperti pada statins. BAR pada umumnya tidak

efektif pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot karena

pasien ini secara genetik tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan

sintesis reseptor LDL. Peningkatan biosintesis kolesterol hati dapat

disertai dengan meningkatnya produksi VLDL hati, akibatnya BAR dapat

memperburuk hipertrigliseridemia pada pasien dengan kombinasi

hiperlipidemia (DiPiroet al.,2008).

Niasin (asam nikotinat) dapat digunakan untuk pengobatan utama

(57)

terapi tunggal dalam hiperkolesterolemia. Niacin mengurangi sintesis

VLDL di hati, yang kemudian akan menyebabkan berkurangnya sintesis

LDL. Mekanisme kompleks dari niacin dan BAR dalam peningkatan

katabolisme dan penurunan sintesis LDL dapat menjelaskan dampak aditif

dari kombinasi kedua obat tersebut pada pasien dengan hiperlipidemia.

Niacin juga dapat meningkatkan HDL dengan menurunkan

katabolismenya. Niacin digunakan sebagai terapi utama untuk pengobatan

hyperlipemia kombinasi atau sebagai terapi lini kedua dalam kombinasi

terapi untuk hiperkolesterolemia. Niasin juga dianggap sebagai terapi lini

pertama atau alternatif untuk pengobatan hipertrigliseridemia dan diabetes

dislipidemia. Niacin merupakan kontraindikasi pada pasien dengan

penyakit hati yang aktif (DiPiroet al.,2008).

Hyperlipoproteinemia kombinasi (tipe IIb) dapat diobati dengan

statin, niacin, atau gemfibrozil untuk menurunkan LDL tanpa

meningkatkan VLDL dan trigliserida. Niacin adalah obat yang paling

efektif dan dapat dikombinasikan dengan BAR. Pengobatan tunggal

dengan BAR untuk gangguan hyperlipoproteinemia kombinasi (tipe IIb)

dapat meningkatkan VLDL dan trigliserida, dan penggunaan BAR sebagai

terapi tunggal untuk pengobatan kombinasi hyperlipoproteinemia harus

dihindari (DiPiroet al.,2008).

Terapi tunggal menggunakan asam fibrat (gemfibrozil,

fenofibrate) efektif dalam mengurangi VLDL, tapi kenaikan LDL

(58)

mengurangi sintesis VLDL dan, pada tingkat lebih rendah dapat

mengurangi apolipoprotein B. Ezetimibe juga dapat digunakan dalam

terapi kombinasi untuk penyakit tipe IIb. Gemfibrozil dan fenofibrate

dapat meningkatkan pembentukan batu empedu. Turunan asam fibrat

mungkin mempotensiasi efek antikoagulan oral, bila kombinasi ini

digunakan (DiPiroet al.,2008).

Tipe hyperlipoproteinemia III dapat diobati dengan turunan asam

fibrat atau niacin. Gemfibrozil meningkatkan aktivitas LPL dan

mengurangi sintesis atau sekresi VLDL dari hati ke plasma. Sebagai terapi

alternatif yang potensial untuk hypercholesterolemia heterozigot familial

adalah dengan cara diet tinggi omega-3 asam lemak tak jenuh ganda (dari

minyak ikan), dan sebagian asam eicosapentaenoic dapat mengurangi

kolesterol, trigliserida, LDL, dan (VLDL) dan dapat meningkatkan HDL

(DiPiroet al.,2008).

Potensi komplikasi suplemen minyak ikan seperti

trombositopenia dan gangguan pendarahan, telah diketahui, khususnya

dengan dosis tinggi (asam eicosapentaenoic15-30 g/hari). Secara khusus, pasien dengan hiperkolesterolemia familial sering membutuhkan terapi

kombinasi (dua atau tiga obat) dan dikelola dengan terapi bedah (bypass

ileum parsial), plasmapheresis (LDL apheresis), dan transplantasi hati

(59)

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini memberikan gambaran tentang karakteristik, pasien

DM tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta, tingkat pemahaman pasien dan ketaatan

(60)

43

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang Karakteristik pasien DM Tipe 2 dengan komplikasi

dislipidemia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

periode Desember 2010 - Januari 2011 ini termasuk dalam jenis penelitian non

eksperimental secara deskriptif evaluatif, dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian non eksperimental adalah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap subjek dalam keadaan yang apa adanya tanpa adanya

manipulasi atau intervensi peneliti dan subjek uji tidak diberikan perlakuan

(Pratiknya, 2001).

Dalam penelitian survei deskriptif, penelitian diarahkan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan atau menguraikan suatu keadaan di dalam

suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2002).

B. Definisi Operasional

1. Pasien yang dimaksud pada penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa DM

Tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia di Instalasi rawat Jalan RSPR yang

datang berobat atau kontrol pada bulan Desember 2010 - Januari 2011.

2. Karakteristik meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, jadwal

(61)

3. Pemahaman yang diukur dalam penelitian ini meliputi perhatian terhadap

rincian obat yang diberikan, cara pemakaian obat, lama penggunaan obat,

waktu penggunaan obat, indikasi, efek samping, perhatian dan peringatan,

kontraindikasi, interaksi, jadwal konsultasi dokter, dan jadwal pemeriksaan

laboratorium.

4. Batasan pemahaman pasien dikatagorikan tinggi apabila nilai persentase

pemahaman yang akan di peroleh lebih besar dari 50% (>50%). Pemahaman

dikatakan rendah apabila nilai persentase pemahaman yang akan di peroleh

kurang dari sama dengan 50% (≤ 50%).

5. Golongan obat dalam penelitian ini meliputi obat yang di pakai oleh pasien

DM tipe 2 komplikasi dislipidemia dalam bentuk sediaan tunggal (kapsul dan

tablet).

6. Pasien yang taat adalah pasien DM Tipe 2 dengan komplikasi dislipidemia

yang telah mengikuti aturan konsumsi obat dengan meminum obatnya

sebanyak ≥ 80% dari keseluruhan jumlah obat yang diterima saat awal kontrol

dan melakukan penebusan obat kembali ketika obat yang diresepkan telah

habis. Pasien yang tidak taat adalah pasien yang masih memiliki sisa obat

sebanyak > 20% dari keseluruhan jumlah obat yang mereka terima pada saat

awal kontrol.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang rekam medis RSPR Yogyakarta pada bulan

Referensi

Dokumen terkait

Seleksi massa (dalam pemuliaan tanaman) atau seleksi individu (dalam pemuliaan hewan) adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang

[r]

68/MPP/Kep/2/2003 Penjualan local produk tissue yang dilakukan antar pulau tidak termasuk dalam kelompok produk yang wajib PKAPT. Tidak

Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan

Sejalan dengan hal di atas, Arikunto (1993) menyatakan bahwa “tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga

Individu dengan kepribadian yang sehat yang bisa mengontrol penggunaan akun yang mempunyai tanggungjawab sosial, mempunyai kreativitas dalam melakukan presentasi

Salah satu fokus yang telah diberi perhatian oleh KPPM adalah semua JPN, PPD dan sekolah perlu memastikan guru berada dalam bilik darjah (guru mata pelajaran atau guru

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara tanpa Sektor pertanian tahun 2008-2011 Ketimpangan Pendapatan (Indeks Williamson) Keterkaitan Sektor pertanian dengan Sektor-