• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara citra merek dan loyalitas merek produk minuman energi Extra Joss pada konsumen - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara citra merek dan loyalitas merek produk minuman energi Extra Joss pada konsumen - USD Repository"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

i S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Laksmi Ardhya Sari NIM: 039114105

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

Tuhan Jesus dan Bapa disurga

Bapak dan Ibuku tercinta

,

T

and

a bakti dan cintaku

Kakak -kakakku tersayang

,

Jalinan kasih yang tak kan pernah putus

Teman- teman Psi USD & Fa UGM

Yang mewarnai kehidupanku selama menempuh studi baik suka & duka

Teman-teman yang telah membantu dan memberiku semangat

,

Terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian

(6)
(7)

vii

Studi pada konsumen Extra Joss

Sanata Dharma University Yogyakarta

Laksmi Ardhya Sari

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara citra merek dan loyalitas merek produk minuman energi Extra joss pada konsumen. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan yang positif antara citra merek dan loyalitas merek produk minuman energi Extra joss pada konsumen.

Loyalitas merek berfungsi sebagai variabel tergantung dan citra merek sebagai variabel bebas. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 58 orang terdiri dari pria, pernah mengkonsumsi Extra Joss, dan sudah bekerja. Subjek diperoleh dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala loyalitas merek dan skala citra merek. Jumlah aitem untuk skala loyalitas merek berjumlah 34 sedangkan untuk skala citra merek berjumlah 32. Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi sebagai pengukur validitas skala. Koefisien reliabilitas dari skala loyalitas merek 0.935, untuk skala citra merek 0.905. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kedua alat ukur ini tinggi karena angka koefisien reliabilitasnya mendekati 1.

Hasil uji asumsi menyatakan bahwa sebaran data yang ada normal dan mempunyai korelasi linear. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara citra merek dengan loyalitas merek produk minuman . Hal itu ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0.313 dan probabilitas sebesar 0.008 (p < 0,01).

(8)

viii

Study in Consumer Extra Joss

Sanata Dharma University Yogyakarta

Laksmi Ardhya Sari

ABSTRACT

This research aims to know the about the correlation between brand image and brand loyality of extra joss product at consumer. Research hypothesis was that there is a positif corellation between brand image and brand loyalityof extra joss product at consumer.

Brand loyality as dependent variable and brand image as independent variable. The whole research subject were 58 male, ever consumtion Extra Joss, and as a worker The subjects were determined by using purposive random sampling technique. Data gained in this research applies between brand image scale and brand loyality scale. Aitem for brand loyality scale were 34 mean while brand image scale for were 32.The value of reliability coefficient (α) for brand loyality scale was 0.935 and for brand image scale was 0.905. This value indicate that both measuring instrument has a high reliability because of the value of reliability coefficient (α) almost 1.

The result of assumption test was a normal curve with linear corelation. Data analysis technique used to assess hypothesis in this research that processed by is the correlation technique Product Moment from Pearson. The result of data analysis showed that there is a significant positive correlation toward between brand image and brand loyalityof extra joss product at consumer. It is indicated by the value of correlation which is 0,313 with probability which is 0,008 (p < 0,01).

(9)
(10)

x

terbaik yang selalu memberikan rahmat, berkat, kekuatan, perlindungan, pembelajaran, pembentukan karakter dan membuka-bukakan jalan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik pada waktu yang terindah yang penulis alami.

Pada kesempatan yang teristimewa ini, penulis dengan kerendahan hati hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terimakasih Bu Silvi semua bantuan yang telah Ibu berikan pada saya.

3. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas kesabaran bapak dan semua kebaikan Bapak yang sangat luar biasa serta saran kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. P.Henrietta PDADS SPsi, MA, selaku dosen penguji. Terima kasih untuk saran dan masukan serta waktu yang membuat kelulusan ini lebih bermakna. 5. P.Eddy Suhartanto, SPsi, M.Si, selaku dosen penguji. Terima kasih untuk

(11)

xi

Dharma. Terima kasih Pak, Bu buat semangat yang luar biasa membagikan ilmu dalam berbagai kesempatan.

Penulis

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……… iii

HALAMAN MOTTO... ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………….... vi

ABSTRAK INDONESIA…..………. vii

ABSTRACK INGGRIS...………... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………..…... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 7

C. Tujuan Penelitian ……….……... 7

D. Manfaat Penelitian ………..……….……... 7

BAB II. DASAR TEORI ………... 8

A. Loyalitas Merek ………..……… 8

(13)

xiii

5. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Merek 20

B. Citra Merek………... 24

1. Pengertian Citra...…….………... 24

2. Pengertian Citra Merek……… 24

3. Fungsi Citra Merek...………... 29

4. Aspek –aspek Citra Merek... 30

C. Dinamika Hubungan Citra Merek dengan Loyalitas merek. 33 D. Hipotesis……….. 35

BAB III. METODE PENELITIAN ………... 36

A. Jenis Penelitian ………... 36

B. Identifikasi Variabel Penelitian ………... 36

C. Definisi Operasional... ………. 36

D. Subjek Penelitian ………..………. 38

E. Alat Pengambilan Data ………... . 39

F. Pertanggung-jawaban Mutu Alat Ukur ………... ... 43

1. Validitas Alat Ukur ……… . 43

2. Seleksi Aitem ………... 44

3. Uji Reliabilitas Alat Ukur……….... 49

G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data... 50

(14)

xiv

C. Hasil penelitian………... 52

1. Deskripsi Data penelitian……….... 52

2. Uji Asumsi………... 54

a.Uji Normalitas... 54

b. Uji Liniearitas... 55

D. Uji Hipotesis ……….... 55

E. Pembahasan... 57

BAB V. PENUTUP ………... 60

A. Kesimpulan ……….. 60

B. Saran ……….... 60

DAFTAR PUSTAKA ………... 61

LAMPIRAN ………. 65

(15)

xv

Sebelum Uji Coba……… 40

Tabel 2. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Loyalitas Merek Sebelum Uji Coba…... 41

Tabel 3. Butir yang Sahih dan Gugur pada Skala Citra Merek... 46

Tabel 4. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Citra Merek………... 47

Tabel 5. Butir yang Sahih dan Gugur pada Skala Loyalitas Merek... 48

Tabel 6. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Loyalitas Merek Setelah Uji Coba …... 48

Tabel 7. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik... 52

Tabel. 8. Formula norma kategorisasi ……….……... 53

Tabel 9. Kategorisasi Citra Merek ………. 54

Tabel 10. Kategorisasi Loyalitas Merek………... 54

(16)

xvi

Lampiran 1. Skala Citra Merek Sebelum Uji Coba... 65

Lampiran 2. Skala Citra Merek Sesudah Uji Coba……... 69

.Lampiran 3. Skala Loyalitas Merek Sebelum Uji Coba……... 71

Lampiran 4. Skala Loyalitas Merek.………... 74

Lampiran 5. Analisis Butir Skala Citra Merek …..………... 76

Lampiran 6. Realibilitas Skala Citra Merek Setelah Seleksi Aitem... 78

Lampiran 7. Analisis Butir Skala Loyalitas Merek ……….... 79

Lampiran 8. Reliabilitas Skala Loyalitas Merek Seleksi Aitem... 81

Lampiran 9 .Uji Normalitas. ………... 82

Lampiran 10. Uji Linearitas. ……….... 83

Lampiran 11. Deskripsi statistik ……….. 84

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang

atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen

terhadap merek sering diistilahkan sebagai loyalitas merek karena konsumen

akan selalu mengaitkan dirinya pada merek tertentu supaya mempermudah

mencari produk yang pernah dibelinya. Loyalitas merek dapat diartikan

sebagai ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini

mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seseorang

pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek

tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut

lainnya (Durianto dkk, 2001).

Kesetiaan konsumen atau pelanggan terhadap merek suatu produk sangat

menentukan kelangsungan hidup perusahaan atau produsen. Adanya loyalitas

merek menunjukkan bahwa konsumen selalu menjadi pelanggan, yang

memiliki kekuatan dan sikap positif atas merek produk tersebut. Seorang

konsumen bersikap loyal, yaitu ketika mereka mengadakan pembelian ulang

terhadap suatu produk dari merek yang sama dan merasa yakin dengan apa

yang mereka beli. Dengan melakukan hal tersebut, konsumen mengurangi

kemungkinan untuk mencari produk lain (Usunier, 2000).

(18)

Setiap perusahaan mendambakan loyalitas konsumen yang tinggi dan

dengan sekuat tenaga berusaha untuk mempertahankannya (Peter dan Olson,

1996). Engel dkk. (1994) mengatakan bahwa upaya mempertahankan

konsumen harus mendapat prioritas yang lebih besar dibandingkan upaya

mendapatkan konsumen baru. Diduga bahwa biaya rata-rata perusahaan dalam

menarik konsumen baru, enam kali lebih tinggi daripada mempertahankan

konsumen yang loyal (Peter dan Olson, 1996). Menjaga loyalitas menjadi

tantangan berat dari perusahaan pada saat sekarang ini. Tidak mudah memang

membangun dan mempertahankan loyalitas konsumen terhadap sebuah

produk (www. Bisnis Indonesia.co.id). Philip Kotler, tokoh pemasaran

modern, mengatakan, rata-rata perusahaan akan kehilangan setengah

pelanggannya dalam waktu kurang dari 5 tahun. Di lain pihak,

perusahaan-perusahaan dengan tingkat kesetiaan terhadap merek yang tinggi akan

kehilangan kurang dari 20% pelanggannya dalam 5 tahun. Hal ini menjadi

faktor penting untuk diteliti karena berhubungan dengan survivalitas

perusahaan (www.swa.co.id).

Loyalitas dapat dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor dari dalam

maupun dari luar konsumen. Menurut Sheet, Mital dan Newman (1999)

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas antara lain adalah kepuasan

terhadap kinerja merek, sejarah kebiasaan membeli konsumen, identifikasi

sosial dan emosional, promosi, keterlibatan konsumen pada produk, keinginan

mencari keragaman dan sensitivitas harga. Selain itu, menurut Kotler dan

(19)

mempengaruhi kualitas yang dipersepsikan terhadap loyalitas konsumen.

Indrasmiyati (2006) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara citra

merek dan loyalitas merek.

Citra atau image merek suatu produk yang ditawarkan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap suatu merek.

Citra sangat penting dalam kaitannya dengan loyalitas karena citra dapat

mempengaruhi persepsi konsumen tentang barang yang ditawarkan (Zethalm

dan Bitner, 1996). Loudon dan Bitta (1993) mengatakan seringkali konsumen

membeli suatu produk atau jasa bukan dari fasilitas yang diberikan, tetapi

lebih kepada citra merek itu sendiri. Citra merek mewakili persepsi

keseluruhan dari suatu merek dan terbentuk dari informasi mengenai merek

tersebut dan dari pengalaman sebelumnya. Citra sebuah merek menjadi

penting karena memiliki kaitan yang erat dengan sikap konsumennya.

Citra merek yang tepat akan menolong membangkitkan kesetiaan

konsumen terhadap merek tersebut dan kesediaan untuk membeli produk

tersebut dibandingkan dengan pilihan merek dari produk lain (Inderawati

dalam Indrasmiyati, 2006). Jadi perilaku konsumen untuk menggunakan

produk dari suatu merek ditentukan juga oleh citra dari merek itu sendiri.

Penilaian konsumen terhadap citra dari suatu merek produk atau jasa baik

(positif), akan disertai pula keinginan untuk melakukan pembelian atau

penggunaaan ulang dari produk atau jasa tersebut. Pada akhirnya akan

(20)

Penilaian positif konsumen terhadap citra suatu merek seharusnya akan

menimbulkan suatu sikap loyal dari konsumennya. Karena merek inilah yang

bisa dibilang menciptakan pasar. Extra Joss hadir ketika belum ada produk

minuman energi berbentuk sachet. Extra Joss memiliki citra merek yang

bagus, hal ini terbukti dari berbagai penghargaan yang diterima oleh Extra

Joss. Extra Joss mendapat perhargaan lewat Indonesia Best Brand Award

(IBBA), suatu organisasi penilaian merek di Indonesia sebagai Brand paling

popular untuk kategori minuman energi. Extra Joss lima kali berturut-turut

menduduki peringkat tertinggi sehingga berhak mendapatkan Golden Best

Brand Award. Selain itu, kuatnya citra merek Extra Joss juga bisa dilihat dari

ketertarikan Coca-Cola untuk melakukan co-branding dengan Extra Joss.

Loyalitas merek terhadap suatu produk sangat menentukan kelangsungan

hidup perusahaan atau produsen. Perilaku konsumen dalam melakukan

pembelian akan dipengaruhi oleh citra merek. Keseluruhan citra yang melekat

pada suatu merek akan dipertimbangkan oleh konsumen dalam menentukan

merek produk yang akan mereka beli. Penilaian positif konsumen terhadap

citra dari suatu merek produk, seharusnya akan disertai pula keinginan untuk

melakukan pembelian atau penggunaaan ulang dari produk atau jasa tersebut

yang pada akhirnya menimbulkan suatu sikap loyal dari konsumennya

(assael,1992).

Dari teori Kotler dan Keller (2006) dan Indrasmiyati (2006) menyatakan

bahwa citra merek sangat penting dalam kaitannya dengan loyalitas karena

(21)

ditawarkan. Penilaian konsumen terhadap citra dari suatu merek produk atau

jasa baik (positif), akan disertai pula keinginan untuk melakukan pembelian

atau penggunaaan ulang dari produk. Namun, hal ini terkadang berbeda

dengan kenyataan atau fakta yang ada dilapangan. Citra merek yang bagus

belum tentu diimbangi dengan tingkat loyalitas konsumen yang tinggi.

Saat ini telah banyak penelitian-penelitian dan pendapat para ahli yang

mengkaji mengenai loyalitas konsumen. Sebagian besar penelitian dan

pendapat ahli berdasarkan pada pendekatan perilaku yaitu perilaku pembelian

ulang dan pola-pola pembelian. Dharmamesta dkk (1999) menyatakan bahwa

definisi dan pengukuran loyalitas yang sangat memuaskan adalah yang

dikemukakan oleh Dick dan Basu (1994) yang menciptakan model terintegrasi

dengan menggabungkan pendekatan kesikapan dan keprilakuan. Hal yang

sama juga dikemukakan oleh Julendar et al (1997) (dan Jacoby (dalam Engel

dan Blackwell, 1990) mengatakan bahwa loyalitas merek pada dasarnya terdiri

dari dua hal yaitu perilaku loyal dan sikap loyal. Penggabungan dua

pendekatan tersebut juga memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasikan

antesenden-antesenden loyalitas yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kontribusi utama Dick dan Basu, jika

dibandingkan dengan konseptualisasi Mowen dan Minor, Oliver, terletak pada

penggunaan terminologi sikap (Dharmmesta, 1999). Sikap adalah merupakan

tingkat evaluasi konsumen terhadap suatu merek yang mendominasi merek

lainnya. Ukuran sikap menjadi prediktor patronase pengulangan yang lebih

(22)

oleh Laroche, Hui dan Zhou (Dharmamesta 1999) yang mengemukakan

bahwa seseorang selalu melakukan perbandingan antara merek yang satu

dengan merek yang lain pada saat ia mengevaluasi merek tertentu atau pada

saat ia membentuk sikapnya terhadap merek.

Benar bahwa penelitian tentang loyalitas sudah sangat banyak, sebagian

besar yang ada menggunakan pendekatan perilaku. Dalam penelitian ini

peneliti tertarik untuk mengukur dengan pendekatan sikap dan perilaku.

Pemahaman loyalitas dalam penelitian ini dengan pendekatan kesikapan

menekankan pada komitmen psikologis terhadap merek dan pendekatan

perilaku menekankan pada perilaku pembelian ulang. Riset loyalitas

menekankan pada sikap dipandang penting dan bermanfaat karena sikaplah

yang akan mendorong perilaku tertentu (Lau dan lee dalam Dharmmesta,

1999), akan tetapi menurut (O Malley dalam Dharmmesta, 1999) menyatakan

bahwa ukuran kesikapan adalah prediktor yang lemah atas perilaku. Jadi

penggunaan satu pendekatan saja dalam memahami loyalitas mengandung

kelemahan-kelemahan. Sehingga perlu dua pendekatan untuk memahami

loyalitas merek, yaitu pendekatan sikap dan perilaku.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa tertarik untuk melihat hubungan

citra positif konsumen terhadap suatu merek akan berhubungan dengan

(23)

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang permasalahan tersebut tersebut, penelitian

ini dimaksudkan untuk menguji : “ Apakah ada hubungan antara citra merek

dan loyalitas merek produk minuman energi Extra joss pada konsumen?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara citra

merek dan loyalitas merek produk minuman energi Extra joss pada konsumen

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan

sumbangan bagi ilmu psikologi industri, utamanya yang berkaitan tentang

citra merek dengan loyalitas konsumen.

2. Manfaat Praktis

Dalam penanaman loyalitas merek, perusahaan perlu

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Loyalitas Merek 1. Pengertian Merek

Merek menurut American Marketing Association didefinisikan sebagai nama, istilah, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut yang

ditujukan untuk mengidentifikasi barang dan jasa milik satu produsen dan

untuk membedakan dengan barang dan jasa milik satu produsen dan

pesaingnya. Dalam kamus bahasa Indonesia merek diartikan berupa nama,

istilah, simbol/lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi

atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan

diferensiasi terhadap produk pesaing (Tjiptono, 1997). Merek adalah

segala sesuatu yang terlintas dalam benak konsumen ketika dia mendengar

nama perusahaan. Selain itu merekjuga merupakan sesuatu yang berkaitan

dengan promise, acceptance, trust, dan hope (Soehadi, 2005).

Merek merupakan suatu nilai yang melekat dibenak konsumen

yang merupakan hasil usaha komunikasi pemasaran. Merek merupakan

gambaran mental konsumen yang terutama sekali untuk mempertahankan

produk (Hanna & Wozniak, 1999). Aaker (dalam Soehadi, 2005)

menyatakan bahwa merek adalah asset yang sangat berharga bagi

perusahaan. Merek yang kuat dapat meningkatkan produktivitas

pemasaran dan kemampuan perusahaan untuk meraih kesempatan tumbuh.

(25)

Sebuah merek merupakan pemberian tanda yang unik oleh perusahaan.

Pearson (1996) menyatakan bahwa merek adalah kombinasi dari beberapa

features (apakah produk ini), keuntungan konsumen (apa keuntungan dan keinginan yang ingin dipenuhi oleh produk tersebut), dan nilai (seperti apa

asosiasi konsumen dengan produk tersebut). Menurut Temporal dan Lee

(2001), merek memberikan suatu pilihan yang pasti kepada konsumen,

yakni suatu pengalaman terhadap merek akan menimbulkan pilihan pada

merek yang sama. Merek juga mampu mengurangi kebingungan pada

konsumen, karena pada saat merek dimunculkan, maka konsumen akan

cenderung memilih merek yang telah dikenal karena sudah mengetahui

kualitas dan layanan yang akan didapatkan dari merek tersebut. Merek

yang kuat adalah merek yang memiliki kualitas yang baik. Ketika

konsumen memilih suatu merek tertentu, maka konsumen akan

menyimpan di dalam ingatan bahwa merek tersebut mampu memberikan

apa yang konsumen harapkan dari merek tersebut. Mereka juga mampu

memberikan komponen emosional kepada konsumen. Hal ini

menyebabkan mengapa beberapa merek lebih dikenal dan disukai dari

merek yang lain. Merek yang kuat dibentuk dari kepercayaan. Artinya

bahwa konsumen tahu bahwa apa yang mereka beli akan sesuai dengan

harapan mereka.

Ada lima tingkatan pengertian merek menurut Kotler (2003),

yaitu:

(26)

b. Manfaat, konsumen tidak hanya membeli atribut yang terkandung

dalam merek, tetapi juga membeli manfaat. Atribut dikembangkan

menjadi manfaat fungsional atau emosional

c. Nilai, merek juga menyatakan nilai produsen

d. Budaya, merek juga mewakili tertentu

e. Pemakai, merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut

Merekdigunakan untuk beberapa tujuan, yaitu :

a. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan

produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. Ini akan

memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja maupun

saat melakukan pembelian ulang.

b. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk

c. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan

kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen

d. Untuk mengendalikan pasar

(Tjiptono, 1997)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa merek

merupakan nama, istilah, simbol, desain, atribut, manfaat dan nilai yang

melekat dibenak konsumen atau tanda tertentu yang memberikan identitas

dan diferensiasi suatu produk dengan produk lain yang sejenis. Merek

sering digunakan oleh produsen sebagai identitas, alat promosi, untuk

(27)

digunakan sebagai bahan pertimbangan ketika akan membeli suatu

produk. Dengan adanya pengalaman terhadap merek maka akan

memudahkan konsumen untuk mencari dan menentukan pilihannya ketika

akan membeli suatu produk. Konsumen akan memilih produk dengan

merekyang telah dikenalnya karena biasanya dapat menjamin produknya

dan memberikan kualitas yang baik serta sesuai dengan harapan

konsumen.

2. Pengertian loyalitas merek

Dalam dunia pemasaran istilah loyalitas sering dibicarakan, akan

tetapi untuk memperoleh pelanggan yang loyal tidaklah mudah. Pemasar

seringkali tertipu oleh perilaku konsumen yang kelihatannya loyal, tetapi

sebenarnya tidak loyal. Loyalitas konsumen terhadap merek sering

diistilahkan sebagai loyalitas merek karena konsumen akan selalu

mengaitkan dirinya pada merek tertentu supaya mempermudah mencari

produk yang pernah dibelinya. Merek dianggap menjadi obyek loyal

karena dianggap sebagai identitas produk yang mudah dikenali. Loyalitas

merek dapat diartikan sebagai ukuran keterkaitan pelanggan kepada

sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin

tidaknya seseorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama

jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut

harga ataupun atribut lainnya (Durianto dkk, 2001). Keberadaan loyalitas

ditunjukkkan ketika konsumen menolak pengaruh untuk berpindah

(28)

Loyalitas adalah suatu komitmen yang terbentuk secara mendalam

untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai

secara konsisten dimasa yang akan datang. Sehingga menyebabkan

pembelian yang berulang terhadap merek yang sama, meskipun pengaruh

situasional dan upaya marketing dapat saja merubah perilaku tersebut

(Oliver, 1999). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kotler dan Keller

(2006) loyalitas merupakan kedalaman komitmen untuk melakukan

pembelian kembali atau berlangganan terhadap produk atau jasa dimasa

mendatang meskipun terdapat pengaruh situasional dan usaha pemasaran

yang kuat yang menyebabkan perilaku berpindah merek. Engel dkk (1990)

menambahkan bahwa kebiasaan yang dipertahankan tanpa komitmen yang

kuat akan rentan terhadap perubahan. (Pritchard et al dalam

Dharmamesta, 1999) menyatakan bahwa komitmen merupakan penghantar

terjadinya loyalitas.

Loyalitas pada umumnya menunjuk pada pola-pola pembelian

berulang dengan suatu komitmen pada merek, dan komitmen ini akan

bertahan lama (Holloway dan Hancock, dalam Dharmamesta, 1999 ).

Loyalitas adalah suatu pembelian berulang berdasarkan keputusan yang

benar-benar disadari. Konsep ini menunjukkan pada pola-pola pembelian

selama periode waktu tertentu. Pola-pola pembelian berulang dalam

loyalitas tersebut dapat dicapai berdasarkan sikap yang positif terhadap

sesuatu (Solomon, 1992). Loyalitas konsumen merupakan kebiasaan

(29)

disadari dengan pertimbangan-pertimbangan, baik secara emosional

mapun rasional sehingga sulit untuk berubah (Hadipranata, 1997).

Dari berbagai definisi oleh berbagai ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa loyalitas merek adalah sebagai suatu komitmen yang terbentuk

secara mendalam untuk melakukan pembelian ulang terhadap merek yang

sama secara konsisten. Pembelian ulang dapat dicapai berdasarkan sikap

yang positif terhadap sesuatu. Pembelian ulang secara konsisten muncul

sebagai suatu kebiasaan yang disadari dengan

pertimbangan-pertimbangan, baik secara emosional maupun rasional sehingga pelanggan

sulit beralih ke merek produk lain.

3. Pembentukan loyalitas Merek

Menurut Dick dan Basu (dalam Dharmmesta, 1999) loyalitas

meliputi tiga tahap, yaitu kognitif, afeksi, konatif. Tinjauan ini

memperkirakan bahwa konsumen menjadi loyal lebih dahulu pada aspek

kognitifnya, aspek afeksi, aspek konatif dan pada akhirnya pada tindakan.

Loyalitas pada tahap pertama adalah loyalitas kognitif menggunakan basis

informasi yang secara memaksa menunjuk pada suatu merek dibanding

dengan merek lainnya. Loyalitas pada tahap kedua adalah loyalitas afeksi

ini jauh lebih sulit dirubah, karena loyalitasnya sudah masuk ke dalam

benak konsumen sebagai afeknya. Afek memiliki sifat yang tidak mudah

berubah karena sudah terpadu dengan kognisi dan evaluasi konsumen

secara keseluruhan tentang suatu merek (Oskamp, 1991). Munculnya

(30)

kepuasaan masih tetap belum menjamin adanya loyalitas. Menurut

penelitian, kepuasaan konsumen berkorelasi tinggi dengan niat membeli

ulang diwaktu mendatang. Niat yang diutarakan atau pembelian ulang

belum dapat menunjukkan loyalitas, meskipun dapat dianggap sebagai

tanda awal munculnya loyalitas. Loyalitas pada tahap ketiga adalah

loyalitas konatif, loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang

mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian

(Dharmamesta, 1999).

Loyalitas diawali dengan proses pemilihan yang didasarkan pada

alasan objektif kemudian menimbulkan ikatan emosional dengan

konsumennya. Konsumen yang loyal secara aktif akan mempunyai

keterlibatan yang tinggi dengan pilihannya tersebut (Solomon, 1992).

Loyalitas konsumen banyak dipengaruhi oleh pembelajaran yang

dilakukan oleh konsumen. Karena konsumen menggunakan pengetahuan

yang telah mereka pelajari, baik dengan cara mengalami langsung ataupun

tidak langsung, di dalam seluruh proses dalam kegiatan pembelian.

Melalui pembelajaran ini, konsumen menyimpan informasi dalam jumlah

yang besar untuk jangka waktu yang cukup lama, yang mana akan

konsumen gunakan ketika mengambil keputusan mengenai barang atau

jasa atau merek yang akan dibeli (Well &Prensky, 1996). Loyalitas

identik dengan perilaku membeli berulang meski pun tidak semua perilaku

membeli berulang adalah loyalitas (Peter dan Olson, 1996). Misal

(31)

harganya murah dan konsumen mungkin pada akhirnya tidak mengulangi

pembelian ketika harga naik. Hal ini membuktikan bahwa pembelian

berulang tidak dapat menunjukkan suatu loyalitas, ini diistilahkan dengan

loyalitas palsu karena tidak menunjukkan komitmen. Day (dalam assael

,1992) mengemukakan bahwa disamping adanya pembelian secara

berulang-ulang, konsumen dikatakan benar-benar loyal jika konsumen

tersebut mempunyai sikap yang baik dalam hal ini pada produk tersebut.

Jadi pembentukan loyalitas merek meliputi beberapa tahap yaitu aspek

kognitif, aspek afeksi, aspek konatif dan pada akhirnya pada tindakan

4. Pengukuran Loyalitas

Seorang konsumen dapat bersikap loyal, yaitu ketika mereka

mengadakan pembelian ulang terhadap suatu produk dari merek yang

sama. Konsumen yang loyal merasa yakin dengan apa yang dibeli. Dengan

melakukan hal tersebut, konsumen mengurangi kemungkinan untuk

mencari produk lain (Usunier, 2000). Menurut Schifman dan Kanuk

(dalam Handoyo, 2004) konsumen dianggap loyal jika konsumen tersebut

melakukan tiga kali pembelian secara berturut-turut pada merek yang

sama. Pelanggan setia adalah mereka yang sangat puas sehingga

mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang

mereka kenal (Siat, 1997).

Para ilmuwan behavioral meyakini bahwa loyalitas merek timbul

karena percobaan mula-mula yang diperkuat oleh rasa puas dan kemudian

(32)

behavioral dalam mendefinisikan loyalitas merek berarti menggunakan

berbagai ukuran perilaku (Lau dan Lee, 1999; dalam Dharmmesta, 1999).

Ukuran-ukuran ini meliputi runtutan pembelian, proporsi pembelian, dan

probabilitas pembelian. Pengertian loyalitas yang didasarkan pada

pendekatan behavioural ini masih belum memadai untuk menjelaskan

bagaimana dan mengapa loyalitas merek dikembangkan dan atau

dimodifikasi, karena pendekatan ini hanya dapat mendeteksi loyalitas

perilaku. Pemahaman loyalitas dengan pendekatan kesikapan menekankan

pada komitmen psikologis terhadap merek. Dalam pendekatan kesikapan,

ukuran yang dipakai meliputi komitmen dan niat (Dharmmesta, 1999).

Riset loyalitas menekankan pada sikap pandang lebih penting dan

bermanfaat karena sikaplah yang akan mendorong perilaku tertentu (Lau

dan lee dalam Dharmmesta, 1999), akan tetapi menurut (O Malley dalam

Dharmmesta, 1999) menyatakan bahwa ukuran kesikapan adalah prediktor

yang lemah atas perilaku. Jadi penggunaan satu pendekatan saja dalam

memahami loyalitas mengandung kelemahan-kelemahan. Sehingga perlu

dua pendekatan untuk memahami loyalitas merek.

Menurut Griffin (2003), loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan

perilaku membeli secara nonrandom atau bukan acak (produknya selalu

sama), dan pelanggan yang loyal memiliki ciri-ciri :

(33)

Menunjukkan kondisi dari durasi waktu tertentu atau frekuensi

tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembeli terjadi tidak

kurang dari dua kali

b. Membeli antar lini produk dan jasa

Pelanggan tidak hanya membeli satu produk saja, tetapi juga

produk lainnya dari merek yang sama

c. Mereferensikan kepada orang lain

Pelanggan yang loyal tidak akan segan segan mereferensikan

produk yang ia gunakan kepada orang lain

d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing

Jones dan Sasser (dalam indrasmiyati, 2006) menguraikan

beberapa hal yang dapat dijadikan aspek loyalitas, yaitu:

a. Intensi atau niat membeli kembali

b. Perilaku membeli ulang (Perilaku-perilaku primer atau primary

behavior)

c. Menyebarkan informasi positif (Perilaku-perilaku sekunder atau

secondary behavior)

Aspek –aspek loyalitas merek menurut Timm (2001), yaitu:

a. Komitmen

b. Intensi

c. Keinginan konsumen untuk merekomendasikan

(34)

Jadi untuk memahami pengukuran loyalitas merek perlu dua pendekatan

yaitu pendekatan perilaku dan sikap. Berdasarkan teori-teori yang ada

dalam membuat alat ukur, peneliti menggunakan gabungan aspek –aspek

loyalitas merek menurut Timm (2001) dan Jones dan Sasser (dalam

indrasmiyati, 2006), yaitu:

a. Komitmen

Komitmen adalah faktor yang sangat penting dalam pembentukan

loyalitas merek. Konsumen selalu melakukan pembelian ulang

secara konsisten terhadap merek yang sama.

b. Intensi

Aspek ini mencakup perhatian akan perkembangan merek tertentu

dipasaran. Oleh sebab itu, konsumen akan cenderung membeli

merek yang sama pada pembelian berikutnya jika kebutuhan akan

produk yang serupa muncul. Konsumen mempunyai keinginan

untuk melakukan pembelian ulangan meskipun belum diwujudkan

dalam perilaku yang nyata. Dengan menanyakan apakah konsumen

berniat membeli kembali suatu produk, akan didapat data yang

cukup konsisten dan akurat.

c. Menyebarkan informasi positif

Aktivitas-aktivitas seperti menyebarkan informasi positif terhadap

produk atau perusahaan, memberikan pujian, mau

merekomendasikan pada pihak ketiga dan membawa konsumen

(35)

menggunakan merek tertentu, baik atau buruk sebuah merek akan

dikomunikasikan dengan kelompoknya. Konsumen yang loyal

pada merek tertentu akan cenderung untuk mempengaruhi orang

lain untuk memilih merek yang sama.

d. Resistensi

Konsumen yang loyal akan cenderung mengabaikan informasi dan

kurang memberikan perhatian tentang merek lain. Mereka tetap

mempunyai minat untuk membeli merek yang disukainya

meskipun banyak merek lain yang ditawarkan dipasaran. Mereka

cenderung tidak sensitive terhadap perubahan harga merek yang

disukainya.

e. Perilaku membeli ulang

Termasuk dalam kategori ini adalah perilaku membeli ulang yang

benar-benar telah dilakukan konsumen. Meliputi perilaku

pembelian ulang terhadap merek yang sama secara konsisten

meliputi frekuensi, jumlah transaksi, lama atau durasi perilaku

membeli ulang telah terjadi dan kelanggengan hubungan.

Walaupun aspek ini cukup penting, namun sebenarnya hanya dapat

memberi gambaran sekilas saja dan kadang-kadang dapat

(36)

5. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas

Jacoby dalam Engel dkk (1990) menyatakan bahwa konsumen yang

loyal ditunjukkan dengan pembelian berulang yang didasari oleh

faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor kognitif

Konsumen melibatkan kognisi dalam pembelian. Proses

pengambilan keputusan tertentu. Dilakukan dengan

mempertimbangkan harga, tempat, waktu dan sebagainya.

Konsumen dalam hal ini memerlukan pengetahuan sebagai bahan

pertimbangan, sehingga konsumen perlu pula mengaktifkan

ingatannya.

b. Faktor afeksi

Konsumen dalam memilih produk tertentu dan di mana akan

membeli produk tersebut berdasarkan perasaan suka atau tidak

suka terhadap produk dan tempat pembelian produk tersebut.

c. Faktor evaluative

Konsumen melakukan terhadap pilihannya yaitu berupa penilaian

baik atau buruk, sesuai dengan keinginan atau tidak.

d. Faktor kecenderungan

Konsumen dalam hal ini telah mempunyai kebiasaan untuk

(37)

Menurut Sheet, Mital dan Newman (1999) Loyalitas merek dapat di

pengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu meliputi:

a. Kinerja merek yang sesuai dan hasil yang dirasakan konsumen

Konsumen yang memiliki pengalaman yang positif terhadap

kinerja suatu produk, cenderung akan melakukan pembelian ulang

pada produk yang sama. Faktor penting yang menentukan kinerja

merek tersebut adalah kualitas produknya.

b. Identifikasi sosial dan emosional pada merek tersebut

Merek-merek akan merefleksikan konsep diri seseorang secara

sosial sehingga dapat memperoleh gambaran sosial tertentu. Selain

itu, ada hubungan antara emosi dengan merek. Konsumen yang

terus menerus menikmati produk secara psikologis akan

mengidentifikasi merek sebagai bagian dari diri mereka. Hal ini

cenderung membuat konsumen tidak mau berpindah kemerek lain

jika merek tersebut tidak ada.

c. Sejarah dan kebiasaan

Loyalitas dapat terbangun dari kebiasaan dan sejarah yang panjang

terhadap penggunaan suatu produk. Konsumen belajar beberapa

(38)

Selain ketiga faktor tersebut, Sheet, Mital dan Newman (1999) juga

menyatakan bahwa Loyalitas merek dapat di pengaruhi oleh dua faktor

penting, meliputi:

a. Faktor dari pasar

1) Kesamaan/keseimbangan Merek

Menunjukan apakah semakin sama kategori produknya dengan

fakta-fakta tentang merek ketika dicocokan oleh konsumen.

Apabila persepsi konsumen kurang baik tentang kesamaan merek

tersebut, konsumen mungkin akan mengevaluasi dalam lingkup

kinerja atau kegunaan produk tersebut atau mengaitkannya dengan

identitas sosial dan emosional.

a. Aktivitas Promosi yang Kompetitif.

Aktivitas promosi yang kompetitif di pasar dapat mempengaruhi

perilaku loyal seseorang. Misalnya dengan adanya

informasi-informasi mengenai merek yang dipromosikan secara berkualitas

maupun strategi pemberian harga khusus merek-merek pesaing

bisa saja memotivasi konsumen untuk beralih merek.

b. Faktor dari konsumen

1)Mencari keragaman

Beberapa konsumen mungkin suka mencari variasi dalam

pengalaman mereka. Semakin sering konsumen mencari variasi,

(39)

2)Persepsi atau Keterlibatan

Keterlibatan didefinisikan sebagai persepsi seseorang yang

berhubungan dengan objek, didasarkan pada sesuatu yang

melekat pada diri seseorang seperti kebutuhan, nilai dan

ketertarikan. Konsumen yang melihat bahwa produk memiliki

konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat dengan

produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut.

3)Sensitivitas Harga

Para konsumen memiliki perbedaan sensitivitas harga dalam diri

mereka. Tentu saja, tidak semua konsumen sensitif terhadap

harga. Dengan demikian, konsumen akan berbeda-beda dalam

perilaku loyalitas merek dan respon mereka terhadap

aktivitas-aktivitas promosi pesaing.

Menurut Kotler dan Keller (2006) citra atau image merek dipercaya

menjadi faktor penting yang mempengaruhi kualitas yang dipersepsikan

terhadap loyalitas konsumen. Hal ini didukung oleh peryataan yang

dikemukakan Heung dkk yang menemukan bahwa citra merupakan faktor

penting dan menempati rating skor tinggi diantara faktor penyebab

(40)

B. Citra Merek 1. Pengertian citra

Secara umum citra adalah terjemahan dari kata inggris image yang

dapat diartikan sebagai suatu gambaran atau angan-angan. Citra di sini

adalah persepsi lengkap dari objek yang dibentuk dengan pemrosesan

informasi dari aneka sumber sepanjang waktu. Seringkali suatu unggulan

pembeda diperoleh begitu saja dari citra suatu organisasi, produk, atau

jasa. Citra dapat terbentuk dari pengalaman para pelanggan dan pengakuan

mereka atas status organisasi tersebut atau dari keandalan dan mutu

konsisten yang diberikan oleh organisasi tersebut. Konsumen membentuk

citra melalui sintesis dari semua sinyal atau asosiasi yang dihasilkan merek

(Morse, 1998). Temporal (2002) menyatakan bahwa citra dapat didasarkan

kepada kenyataan atau fiksi tergantung bagaimana konsumen

mempersepsi. Citra yang positif dari suatu produk akan menimbulkan

sikap yang positif pula dari konsumen yaitu konsumen akan tertarik untuk

memilih produk tersebut (Wells &Prensky, 1996).

Menurut Baker (1991) citra adalah kesan yang melekat di benak

individu dalam hubungan dengan suatu obyek. Psikologi Gestalt

mengarahkan bahwa pembentukan citra merupakan proses alami

pembentukan presepsi lengkap dari suatu objek. Myers dkk (dalam

Indrasmiyati, 2006) menyamakan konsep citra ini dengan konsep dari

Gestalt tentang figure dan ground. Jika citra suatu produk atau perusahaan

(41)

itu. Namun jika citranya positif atau negatif akan menjadi figure yang

menentukan citra merek dari produk atau perusahaan tersebut.

Jadi citra adalah berisi persepsi, gambaran, maupun kesan-kesan

dari objek yang terbentuk hasil sintesis dari semua sinyal atau asosiasi,

pemprosesan informasi dan pengalaman terhadap merek suatu produk dari

aneka sumber sepanjang waktu.

2. Pengertian Citra merek

Citra merek merupakan kesan yang diterima konsumen dari

berbagai sumber pengalaman pribadi dan dari orang lain tentang merek,

dari kemasannya, namanya, jenis toko yang menjualnya, tipe orang yang

memakainya, apa yang dikatakan dalam iklan, sifat dan format iklannya,

dan tipe media iklan yang digunakan (Burskirk dan Buskirk, 1979). Citra

ini akan positif jika konsumen akan memberikan kesan yang

menyenangkan ketika nama merek itu disebut. Citra ini sangat

berhubungan dengan sikap yaitu kepercayaan akan pemilihan terhadap

merek (Lancaster dkk, dalam Kotler 1994). Citra merek merupakan

keseluruhan kesan, presepsi, perasaan, pikiran dan harapan konsumen

dalam membantu informasi untuk membedakan merek yang satu dengan

yang lain. Citra merek yang bersifat baik atau bersifat buruk yang

mencakup beberapa aspek yang akan berpengaruh pada pengambilan

keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen (Indrasmiyati,

(42)

menyatakan bahwa citra merek adalah kumpulan persepsi lengkap dari

suatu individu terhadap suatu produk secara khusus yang mana akan

mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan.

Citra merek didefinisikan oleh Keller (2006), sebagai presepsi atau

kesan tentang suatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi

yang menghubungkan pelanggan dengan merek dalam ingatannya. Aaker

(1991) menyatakan bahwa citra merek adalah sekumpulan asosiasi yang

memiliki arti bagi konsumen. Davies (1999) mengutarakan bahwa citra

merek memiliki dua komponen yaitu asosiasi merek dan persona merek.

Asosiasi merek membantu memahami manfaat merek yang diterima

konsumen dan persona merek adalah diskripsi dari merek dalam konteks

karakteristik manusia. Hal ini membantu dan memahami kekuatan dan

kelemahan merek. Hawkins et. Al (2001) menyatakan bahwa citra merek

cenderung kepada skematik memori tentang merek yang berisi interpretasi

pasar target terhadap atribut produk, manfaat, situasi penggunaan,

pengguna dan karakteristik perusahaan. Pendapat ini senada dengan yang

dikemukakan Peter dan Olson (1996), citra merek terdiri dari pengetahuan

dan kepercayaan (kognitif) terhadap atribut merek, kosekuensi

penggunaan merek, dan situasi mengkonsumsi, seperti evaluasi dari

perasaan dan emosi (respon afeksi) yang berasosiasi dengan merek.

Temporal dan Lee (2001) mendefinisikan citra merek sebagai

totalitas persepsi konsumen tentang sebuah merek, atau bagaimana

(43)

identitas merek. Identitas merek disini merupakan total proporsi yang

dibuat oleh perusahaan, yaitu janji yang dibuat oleh perusahaan terkait

dengan merek. Mowen (1987) mengatakan bahwa konsumen akan

melakukan evaluasi tentang informasi apa yang telah diberikan perusahaan

dan yang konsumen peroleh. Green (2000) mengatakan bahwa citra merek

adalah penjumlahan dari seluruh sifat baik yang tampak (tangible) ataupun

yang tidak tampak (intangible) seperti ide, kepercayaan, nilai, minat, dan

fitur yang membuatnya unik. Citra yang melekat pada produk dapat

mempengaruhi keyakinan konsumen terhadap merek. Zethaml dkk (1998)

konsumen yang memiliki citra positif terhadap merek akan cenderung

untuk menggunakan atau mengulang pembelian lagi dikemudian hari.

Citra merek akan menciptakan perasaan yang dekat atas produk tertentu.

Selain itu pemberian merek akan menciptkan keterikatan, mengukuhkan

preferensi habitat dan loyalitas (Engel dkk, 1990). Davies (1999)

mengatakan bahwa citra merek dapat diperkuat melalui

mengkomunikasikan merek tersebut, seperti packaging atau kemasan,

iklan, promosi, pelayanan terhadap konsumen, pemberitahuan dari mulut

kemulut, dan aspek-aspek lainnya.

Pada pembentukan citra merek maka akan berkaitan dengan

presepsi. Schiffman dan Kanuf (1997) menyebutkan studi tentang presepsi

secara umum berhubungan dengan proses kognitif yang melibatkan

pemahaman, pengalaman masa lampau dan penilaian. Penilaian

(44)

yang diterima oleh indra. Stimulus dalam presepsi adalah informasi seperti

kepuasaan yang dirasakan konsumen. Informasi tersebut dalam jangka

panjang akan disimpan dalam bentuk citra yang akan mengarahkan fakta

dan konsep yang diingat oleh konsumen (semantic memori) (Assael, 1992). Dimensi citra merek antara lain produk itu sendiri (logo dan

fasilitas), kemasan dari merek tersebut (Inderawati dalam Indrasmiyati

2006). Menurut Indrasmiyati (2006) Citra merek adalah sekelompok kesan

terhadap sifat-sifat atau atribut yang terdapat pada sebuah merek, dalam

hal ini meliputi dimensi lain produk itu sendiri (logo, fasilitas, kemasan

dan nama merek tersebut.

Jadi pengertian dari citra merek suatu produk adalah berisi

persepsi, pandangan, maupun kesan-kesan yang didapat konsumen

tentang produk tersebut. Suatu merek yang memiliki citra yang baik di mata konsumen maka akan menciptakan keterikatan, mengukuhkan

preferensi habitat dan loyalitas dari konsumen untuk melakukan pembelian

terhadap produk. Pembelian tersebut dibandingkan dengan pilihan merek

dari produk lain. Sebaliknya jika suatu poduk mempunyai citrayang buruk

di mata konsumen, maka konsumen tidak akan membeli atau

(45)

3. Fungsi citra merek

Fungsi citra merek menurut Philip Kotler (2003), yaitu:

a. Memantapkan karakter produk dan usulan nilai.

b. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak

dikacaukan dengan karakter pesaing.

c. Memberikan kekuatan emosional.

Keuntungan citra merek menurut Aaker (1996) yaitu:

a. Kesan yang terdapat pada suatu merek dapat membantu

mengikhitisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal oleh konsumen.

b. Suatu citra merek dapat memberikan landasan yang sangat penting

bagi usaha pembedaan. Citra merek dapat memainkan peran yang

sangat penting dalam membedakan satu merek dari merek yang lain.

c. Pada umumnya citra merek sangat membantu para konsumen untuk

mengambil keputusan dalam membeli produk tersebut atau tidak.

d. Citra merek dapat merangsang perasaaan positif yang pada gilirannya

akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.

e. Citra merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasaan

merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek

dan sebuah produk.

Menurut Kotler dan Keller (2006) citra atau image merek dipercaya

(46)

konsumen. Citra merek yang tepat akan menolong membangkitkan

kesetiaan konsumen terhadap merek tersebut dan kesediaan untuk

membeli produk tersebut dibandingkan dengan pilihan merek dari produk

lain (Inderawati, 2002).

4. Aspek-aspek citra merek

Menurut Indrasmiyati (2006) aspek-aspek citra merek meliputi :

a. Citra terhadap produk itu sendiri meliputi logo dan fasilitas.

b. Citra terhadap kemasan.

c. Citra terhadap nama dari merek itu sendiri.

Menurut Kertajaya (2003) aspek-aspek citra merek meliputi :

a. Citra terhadap produk itu sendiri.

b. Citra terhadap kemasan.

c. Citra terhadap nama dari merek itu sendiri.

Menurut Astuti (2003) aspek-aspek citra merek meliputi :

a. Citra terhadap terhadap produk.

b. Citra terhadap manfaat.

c. Citra terhadap fasilitas.

d. Citra profil orang yang menggunakannya.

Aspek-aspek citra merek menurut Kertajaya ( 2003), hal ini sama dengan

aspek citra merek menurut Indrasmiyati (2006). Aspek-aspek citra merek

(47)

(2003) dan Indramiyati (2006) serta aspek citra merek menurut astuti (2003),

yaitu:

a. Citra terhadap Produk itu sendiri.

Citra terhadap produk meliputi logo dan fasilitas. Suatu produk memiliki

suatu citra dalam pikiran calon pembeli sebagai hasil dari disain logo

atau kualitas dari fitur. Logo merupakan hal kecil yang dapat

menimbulkan efek yang besar bagi perkembangan citra merek yang baik

di masa depan dari produk itu (Anderson, 2007). Citra dari fasilitas-fasilitas yang mendukungnya, yaitu citra semua fasilitas fisik yang ada dan mendukung eksistensi produk, misal kemudahan dalam

mendapatkan produk tersebut. Menurut Green (2000) citra merek adalah

penjumlahan dari seluruh sifat baik yang tampak (tangible) ataupun yang

tidak tampak (intangible). Logo atau fitur merupakan salah satu atribut

yang terdapat dalam sifat intangible, sedangkan fasilitas merupakan

salah satu atribut yang terdapat dalam tangible.

b. Citra kemasan dari produk itu sendiri

Definisi pengemasan menurut Kotler (2003) adalah semua kegiatan

merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus suatu produk.

Kemasan merupkan salah satu syarat dalam memperjelas citra merek di

mata konsumen, karena dapat mempertahankan ingatan konsumen akan

produk. Kemasan dapat mengekspresikan kualitas dan citra merek yang

ingin ditampilkan oleh perusahaan. Desain produk atau kemasan

(48)

c. Citra nama dari merek itu sendiri

Nama memiliki arti yang penting dalam mengasosiasikan produk. Nama

dari merek adalah bagian dari sebuah merek yang dapat diucapkan,

termasuk huruf-huruf dan bilangan-bilangan. Nama merek yang

memiliki arti akan lebih mudah diingat. Kanunga (Anastasi, 1993)

menemukan bahwa ketepatan nama pabrik sangat mempengaruhi ingatan

terhadap produk. Nama merek yang memiliki arti akan lebih mudah

diingat, dari banyaknya nama merek, orang mungkin akan cenderung

membeli produk sesuai nama merek yang diingatnya.

d. Citra terhadap manfaat

Berkaitan dengan manfaat yang diperoleh individu dalam penggunaan

produk dari suatu merek. Suatu merek lebih dari sekadar atribut.

Pelanggan tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Atribut

diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau

emosional (Kotler, 2003).

e. Citra profil orang yang menggunakannya

Citra dari konsumen yang membeli atau mengkonsumsi produk.

Menurut Wells dan Prensky (1996) sebagian konsumen memandang

bahwa suatu merek produk dipilih karena memiliki kepribadian yang

(49)

C. Dinamika hubungan antara citra merek dan loyalitas merek

Salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun loyalitas

konsumen adalah faktor citra merek. Heung dkk menemukan bahwa citra

merupakan faktor penting dan menempati rating skor tinggi diantara faktor

penyebab loyalitas pelanggan (Heung dalam Kandampully, 1998). Citra

sangat penting dalam kaitannya dengan loyalitas konsumen. Citra dapat

mempengaruhi persepsi konsumen tentang barang yang ditawarkan

(Zethalm dan Bitner, 1996). Sebagai akibatnya, citra mempengaruhi

perilaku beli konsumen terhadap suatu produk. Loudon dan Bitta (1993)

mengatakan seringkali konsumen membeli suatu produk atau jasa bukan

dari fasilitas yang diberikan, tetapi lebih kepada citra merek itu sendiri.

(Assael, 1992) mengemukakan konsumen cenderung membentuk

suatu citra terhadap suatu merek, produk ataupun perusahaan. Adapun

citra merek merupakan presepsi pelanggan terhadap sebuah merek yang

dicerminkan pada serangkaian asosiasi yang dikaitkan oleh pelanggan

yang bersangkutan dengan nama merek tertentu dalam memorinya. Citra

merek mewakili persepsi keseluruhan dari suatu merek dan terbentuk dari

informasi mengenai merek tersebut dan dari pengalaman sebelumnya.

Citra merek dapat mempengaruhi keyakinaan dan preferensi konsumen

terhadap suatu produk jika pengalaman terdahulu dari diri konsumen itu

scndiri maupun orang lain dalam mengkonsumsi produk tersebut cukup

memuaskan. Para pakar pemasaran banyak yang menyakini bahwa citra

(50)

suatu produk yang mempunyai citra yang kuat umumnya dianggap

menyiratkan kualitas. Citra sebuah merek menjadi penting karena

memiliki kaitan yang erat dengan sikap konsumennya. Citra merek yang

tepat akan menolong membangkitkan kesetiaan konsumen terhadap merek

tersebut dan kesediaan untuk membeli produk tersebut dibandingkan

dengan pilihan merek dari produk lain.

Konsumen akan membandingkan antara citra yang diinformasikan

oleh perusahaan dengan citra merek yang dimiliki oleh konsumen.

Selanjutnya konsumen akan melakukan penilaian terhadap citra merek

awal dengan pengalaman selama menggunakan produk. Adanya citra

merek yang positif akan menciptakan perasaan yang dekat dengan atas

produk. Selain itu pemberian merek akan menciptakan keteringatan,

mengukuhkan akan loyalitas terhadap merek yang telah dipilih konsumen.

Citra positif yang menempel erat pada suatu merek produk akan

menumbuhkan rasa kepercayaan dan rasa puas pada diri konsumen.

Sehingga akan membuat konsumen tidak ragu untuk menggunakannya

kembali dan akan membawa konsumen pada tingkat loyalitas merek

begitu juga sebaliknya, jika citra dipandang negatif oleh konsumen maka

konsumen akan cenderung tidak puas akibatnya kemungkinannya kecil

konsumen untuk menggunakan lagi produk yang pernah dipakainya

sehingga loyalitas terhadap merek sulit dicapai. Jadi perilaku konsumen

untuk menggunakan produk dari suatu merek ditentukan juga oleh citra

(51)

dari konsumennya (assael,1992). Citra merek yang diterima konsumen

satu dengan yang lain akan disesuaikan dengan pengalaman yang mereka

terima, sehingga satu orang dengan orang lainnya akan memiliki penilaian

tentang citra merek yang berbeda-beda.

Skema hubungan citra merek dengan loyalitas merek

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka diasumsikan ada hubungan yang

positif antara citra merek dan loyalitas merek minuman energi Extra joss

pada konsumen. Semakin tinggi skor citra merek maka loyalitas konsumen

akan semakin tinggi.

Konsumen

Produk minuman energi Extra Joss

1. Citra terhadap produk 2. Citra terhadap kemasan 3. Citra terhadap nama

produk

4. Citra terhadap manfaat produk

5. Citra terhadap profil konsumen

Citra merek

negatif

Citra merek positif

(52)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitan kuantitatif dengan

menggunakan teknik kolerasional (correlational resarch) yaitu tipe penelitian dengan karakteristik berupa hubungan korelasional antara dua

variabel atau lebih. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki ada tidaknya

hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pada penelitian

ini akan dicari apakah ada hubungan positif antara citra merek dengan

loyalitas merek produk minuman energy Extra joss pada konsumen

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu meliputi

1. Variabel bebas : Citra merek

2. Variabel tergantung : Loyalitas merek

C. Definisi Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Citra Merek

Citra merek adalah persepsi, gambaran, maupun kesan-kesan yang

didapat konsumen tentang sifat-sifat atau atribut yang terdapat pada

sebuah merek. Adapun aspek-aspek citra merek yang dipakai dalam

penelitian ini yaitu citra merek ini terhadap suatu produk memiliki empat

aspek antara lain citra terhadap produk itu sendiri, citra terhadap

(53)

kemasan, citra terhadap nama merek, citra terhadap manfaat, citra

terhadap profil orang yang menggunakannya.

Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya citra merek

dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek

berdasarkan skor skala citra merek dengan metode summated rating atau teknik skala Likert. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala

citra merek pada konsumen, maka semakin tinggi pula citra merek pada

konsumen tersebut. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah skor total

dalam skala citra merek pada konsumen, maka semakin rendah pula citra

merek pada konsumen tersebut.

2. Loyalitas Merek

Loyalitas merek adalah sikap positif konsumen terhadap sebuah

merek yang diwujudkan dengan suatu komitmen yang terbentuk secara

mendalam untuk melakukan pembelian ulang terhadap merek yang

sama secara konsisten. Adapun aspek-aspek loyalitas merek yang

dipakai dalam penelitian ini yaitu aspek komitmen, aspek niat, aspek

menyebarkan informasi positif, aspek resistensi, aspek perilaku

membeli ulang.

Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya loyalitas merek

terhadap suatu produk dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total

yang diperoleh subjek berdasarkan skor skala loyalitas merek dengan

(54)

semakin tinggi pula loyalitas merek pada konsumen tersebut. Demikian

juga sebaliknya, semakin rendah skor total dalam skala loyalitas merek

pada konsumen, maka semakin rendah pula loyalitas merek pada

konsumen tersebut.

D. Subjek Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah purposive random sampling. Dalam teknik pengambilan sampel ini yang dijadikan anggota sampel adalah orang-orang yang kebetulan dijumpai di tempat

tersebut yang mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang

berhubungan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Hadi, 2000).

Jumlah subjek untuk uji coba aitem adalah 52 orang.

Kharakteristik subjek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Subjek berjenis kelamin laki-laki

Konsumen yang banyak mengkonsumsi minuman energi adalah

konsumen yang berjenis kelamin laki-laki

2. Sudah bekerja

Konsumen yang banyak mengkonsumsi minuman energi adalah

konsumen yang sudah bekerja. Hal ini karena pekerja lebih

membutuhkan banyak energi untuk aktivitasnya

(55)

E. Alat Pengambilan Data

1. Instrumen Penelitian dalam penelitian ini, yaitu

a. Skala citra merek

Aspek-aspek citra merek berdasarkan gabungan teori citra merek

menurut Kertajaya (2003) dan Indrasmiyati (2006) serta aspek citra

merek menurut astuti (2003). Citra terhadap produk meliputi logo dan

fasilitas. Logo dapat menimbulkan efek yang besar bagi

perkembangan citra merek. Fasilitas meliputi fasilitas fisik yang ada

dan mendukung eksistensi produk, misal kemudahan dalam

mendapatkan produk. Citra terhadap kemasan merupakan salah satu

syarat dalam memperjelas citra merek dan dapat mengekspresikan

kualitas dan citra merek yang ingin ditampilkan oleh perusahaan.

Citra terhadap nama merek memiliki arti yang penting dalam

mengasosiasikan produk. Nama merek yang memiliki arti akan lebih

mudah diingat. Citra terhadap manfaat berkaitan dengan manfaat yang

diperoleh individu dalam penggunaan produk dari suatu merek. Citra

terhadap profil orang yang menggunakannya, hal ini berkaitan dengan

citra dari konsumen yang membeli atau mengkonsumsi produk.

(56)

Blueprint Skala Citra Merek adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala citra merek Sebelum Uji Coba 1 Citra terhadap produk itu

sendiri

1,6,11,16 5, 9, 36, 21 8 20

2 Citra kemasan dari produk itu sendiri

5 Citra terhadap profil orang yang menggunakannya

23, 26, 28, 31

32,33, 35, 38 8 20

JUMLAH KESELURUHAN 40 100

b. Skala loyalitas merek

aspek-aspek loyalitas berdasarkan gabungan teori aspek –aspek

loyalitas merek menurut Timm (2001) dan (Jones dan Sasser dalam

indrasmiyati, 2006), yaitu aspek komitmen, aspek niat, aspek

menyebarkan informasi positif, aspek resistensi, aspek perilaku

membeli ulang. Skala loyalitas merek dengan metode skala Likert.

(57)

Tabel 2. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala loyalitas merek Sebelum Uji Coba

NO Aspek yang hendak

3 Menyebarkan informasi positif

a. Skala Citra Merek dan Skala Loyalitas Merek

Responden merespon instrumen yang dibuat peneliti dengan

cara memilih salah satu dari jawaban, yaitu SS untuk Sangat Setuju, S

untuk Setuju, TS untuk Tidak Setuju dan STS untuk Sangat Tidak

Setuju. Pada skala aslinya menggunakan 5 butir jawaban skala Likert.

Penulis memodifikasi dengan menghilangkan jawaban di tengah

(jawaban ragu). Peneliti menghilangkan kategori jawaban

ragu-ragu yang memiliki nilai skala di tengah berdasarkan pendapat Hadi

(1991) sebagai berikut :

1) Kategori jawaban ragu-ragu (undecided) mempunyai arti ganda, dapat diartikan belum dapat memutuskan atau memberi

jawaban, bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju

(58)

memiliki arti ganda (multi-intepretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

2) Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawaban, ke

arah setuju atau ke arah tidak setuju.

3) Maksud kategorisasi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) terutama untuk

melihat kecenderungan pendapat responden, apakah ke arah

setuju atau ke arah tidak setuju. Jika tersedia kategori jawaban

di tengah, hal itu akan menghilangkan banyak data penelitian

sehingga mengurangi banyak informasi menghilangkan

banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya

informasi yang dapat diperoleh dari subjek (Hadi, 1991).

3. Cara Penskoran

Cara Penskoran Skala Citra merek dan Loyalitas Merek

1) Item-item favorable, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu:

a). Sangat setuju (SS) : skor 4

b) Setuju (S) : skor 3

c) Tidak Setuju (TS) : skor 2

d) Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

2) Item-item unfavorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor

(59)

a) Sangat setuju (SS) : skor 1

b)Setuju (S) : skor 2

c) Tidak setuju (ST) : skor 3

d)Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4

F. Pertanggung-jawaban Mutu Alat Ukur

Setiap usaha pengukuran senantiasa diarahkan untuk mencapai

tingkat obyektifitas hasil yang tinggi. Salah satu upaya penting untuk

menempuh hal itu adalah melalui pemilihan atau penyusunan alat ukur

yang memiliki daya diskriminasi item, derajat validitas dan reliabilitas

yang adekuat. Problem daya diskriminasi item, validitas dan reliabilitas

alat ukur ini semakin serius bilamana pengukuran tersebut dikenakan

kepada gejala-gejala atau perilaku manusia yang sedemikian kompleks

(Hadi, 2002). Perincian metode pengujian daya diskriminasi item, validitas

dan reliabilitas alat ukur tersebut akan dipaparkan di bawah ini :

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang artinya sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang

tinggi apabila alat tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2004). Skala citra

merek dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur citra merekdari

(60)

dikatakan valid apabila dapat mengukur loyalitas merek seseorang

terhadap produk minuman energi Extra Joss

Dalam penelitian ini akan dipakai validitas isi sebagai pengukur

validitas skala. Validitas ini berfungsi untuk mengetahui sejauhmana

aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang

hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang

hendak diukur, sehingga tidak saja menunjukkan bahwa tes tersebut

harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi

yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur (Azwar, 2004).

Validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan jalan

mengkonsultasikan item-item skala dengan orang dianggap ahli yaitu

dosen pembimbing sebagai profesional judgement. Hal ini untuk memastikan bahwabahwa item tersebut sudah mencakup keseluruhan

kawasan isi dan obyek yang hendak diukur sehingga tidak keluar dari

indikator-indikator yang telah ditentukan

2. Seleksi Aitem

Seleksi item dilakukan untuk menemukan sejumlah item yang

berkualitas dan patut digunakan. Parameter yang akan digunakan

dalam seleksi item adalah daya diskriminasi item, yang menunjukkan

sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok

individu yang memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2003).

Indeks daya diskriminasi item merupakan indikator keselarasan

(61)

keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi item total.

Komputasi dalam pengujian daya diskriminasi item akan

menghasilkan koefisien korelai item total (rix). Kriteria pemilihan item

berdasarkan korelasi item total akan menggunakan batasan rix ≥ 0,30

Apabila telah mencapai koefisien korelasi item minimal 0,30 maka

daya pembedanya dianggap memuaskan dan item dapat digunakan.

a. Seleksi aitem skala citra merek

Pada penelitian ini korelasi item total akan menggunakan batasan rix≥

0,25. Hasil analisis skala loyalitas merek berkisar antara 0,08 sampai

5,97. Butir item diseleksi dengan cara menggugurkan butir-butir yang

memiliki koefisien korelasi antar item yang rendah dengan

memperhatikan penyebaran butir pada tiap aspek. Hasil seleksi item

yaitu dari 40 buah item terdapat 8 buah item yang tidak layak

digunakan sebagai pertanyaan penelitian, serta terdapat 32 item yang

dianggap layak untuk digunakan dalam pertanyaan penelitian Tabel

(62)

Tabel 3. Butir yang Sahih dan Gugur pada Skala citra merek

Aspek

No Butir Pernyataan

Total Sebelum Uji Coba Gugur Setelah Uji Coba

Gambar

Tabel 1. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala citra
Tabel 2. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala
Tabel 3. Butir yang  Sahih dan Gugur pada Skala citra merek
Tabel 4. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Citra Merek
+6

Referensi

Dokumen terkait

Results of observation on the composition of insect community based on species biodiversity of wheat plants showed that the majority insects found in the location

Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kadar kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor serum dengan skor pruritus pada 90 pasien yang menjalani hemodialisis

• Dengan semakin meningkatnya standar hidup masyarakat terutama di negara-negara maju di dunia barat, masalah Public Health yang klasik dan kuno, seperti penyakit wabah

Pembentukan eksiton pada sel surya organik (PSC) terjadi dimana ketika sinar yang dipancarkan (foton) ke bahan organik sehingga energi foton diserap oleh bahan

Pada Gambar 12 terlihat bahwa hewan percobaan yang diberi perlakuan minuman sinbiotik dengan starter 5% memiliki jumlah limfosit yang paling rendah, jumlah neutrofil

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe

[r]

Pada penderita DM pemeriksaan dapat dilakukan pada mereka yang memiliki risiko untuk terkena DM seperti usia lebih dari 45 tahun, Berat Badan Relatif (BBR) &gt;120%, dengan