• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) Skripsi"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

i MAN

KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh: Marlisa Bustan NIM : 058 114 108

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

HALAMAN JUDUL

KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh: Marlisa Bustan NIM : 058 114 108

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v

“ Manusia memikir-mikir jalannya tetapi

Tuhan menentukan arah langkahnya “

(Amsal 16 : 9)

“ Percayakanlah kepada TUHAN semua rencanamu, maka kau akan berhasil

melaksanakannya “

(Amsal 16:3)

“…Di saat ku tak berdaya kuasaMu yang sembuhkan..ketika ku percaya mujizat

itu nyata..bukan karena kekuatanku namun karena rohMu yang menguatkanku…”

Persembahanku untuk

Papi Jesus, Mama, Papa, Koko

keluarga yang kucintai

Sebagai ungkapan kasih dan baktiku

(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan kasih-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakterisasi Ekstrak Air Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.).

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Yohanes Dwiatmaka M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna demi terselesaikannya skripsi ini.

2. Ibu Erna Tri Wulandari M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan yang sangat berguna demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya.

4. Drs. Antonius Tri Priantoro, MFor.,Sc. selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya.

(8)

viii

6. Seluruh staff laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Kimia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Parlan, Mas Kunto, yang telah menemani dan membantu selama penelitian.

7. Teman–teman seperjuangan praktikum dan makalah Monchu, Weli, Bembi, Jerry, Imel, Vita, Vica, Rony dan all of FKK 05 crew.

8. Keluarga yang kucintai yang menjadi semangat dan tujuan perjuanganku. 9. Para Romo, Frater, Bruder SCJ yang telah memberikan dukungan,

nasehat, dan doa dalam proses belajar penulis.

10.Mas Probo, Mas Riant yang banyak membantu dalam proses revisi.

11.Saudari-saudari dan keluargaku di Asrama Syantikara, Sr. Benedict, Kak Anna, Kak N’ciz, Acong, Etox, Bella, Putri, UBB creww (Cindy Piu, Bertha, Siska, Windy, Lisa, Clara) dan semua warga asramaku.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

Penulis menyadari atas keterbatasan dan kekurangan penulis, maka ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pembaca, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal penelitian di bidang Farmakognosi dan berguna bagi pembaca.

(9)
(10)

x INTISARI

Masyarakat banyak yang mengenal obat tradisional seperti daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai salah satu tanaman obat yang sering digunakan dalam sediaan jamu kunyit asam. Pada industri obat tradisional standarisasi bahan baku perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas kualitas dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa sebagai salah satu bahan baku penyusun jamu kunyit asam, sehingga diperoleh produk yang mempuyai standar kualitas yang seragam dan terulang.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental, berupa karakterisasi ekstrak yang mengikuti parameter standar umum ekstrak tanaman obat. Parameter yang diuji meliputi penetapan kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, dan uji kandungan kimia ekstrak. Selain itu dilakukan juga pengukuran pH dan penetapan angka asam.

Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif diperoleh organoleptik ekstrak berwarna hitam pekat, berbau khas asam, dan rasa asam; identitas ekstrak; nilai kadar air 22,5 % b/b; kadar abu 1,1 % b/b; kadar abu tidak larut asam 0,6 % b/b; pH 2,25; angka asam ekstrak 25,75 mg/g; dan uji kandungan kimia dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menunjukkan kandungan asam tartrat yang lebih besar dari asam malat dan asam sitrat.

 

(11)

xi ABSTRACT

Many people are familiar with traditional medicine such as tamarind (Tamarindus indica L.) as one of medicinal herbs that is mostly used in sour turmeric acid. In traditional medicine industry, the basic material standardization is required to maintain the quality continuity from SQE (Safety, Quality, Efficacy) side . This research aims to find out the character of the tamarind’s water extract as one of the basic materials of sour turmeric tonic, so it is able to get the product that has the same and continual quality standard.

This is a non experimental research, namely characterization the extract that refers to general standard parameter of medicinal herbs extract. The general standard parameter includes the determination of water degree, ashes degree, acid dissoluble ashes degree, extract identity, extract organoleptic, the test of the extract’s chemical contents, and also pH measurement, and acid number determining.

The results were analyzed descriptively. As results, the water degree score was 22.5 % w/w; the ashes degree was 1.1 % w/w; acid dissoluble ashes degree was 0.6 % w/w; extract identity; organoleptic extract that was one of the characteristics of the tamarind’s water extract; the score of pH was 2.25; the acid number was 25.75mg/g; and the test of chemical contents with High Performence Liquid Chromatography method resulted that the acid of tartaric was more than the acid of malic and citric.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i 

HALAMAN JUDUL ... ii 

KATA PENGANTAR ... vii 

INTISARI ... x 

ABSTRACT ... xi 

DAFTAR ISI ... xii 

DAFTAR TABEL ... xv 

DAFTAR GAMBAR ... xvi 

BAB I ... 1 

PENGANTAR ... 1 

A. Latar Belakang ... 1 

B. Perumusan Masalah ... 3 

C. Keaslian Penelitian ... 3 

D. Manfaat Penelitian ... 3 

1. Manfaat teoritis ... 3 

2. Manfaat praktis... 3 

E. Tujuan Penelitian ... 3 

BAB II ... 4 

TINJAUAN PUSTAKA ... 4 

A. Asam Jawa ... 4 

1. Keterangan botani ... 4 

2. Deskripsi ... 4 

(13)

xiii

4. Kandungan kimia ... 5 

B. Angka Asam ... 7 

C. Ekstrak ... 9 

1. Definisi ekstrak ... 9 

2. Pengelompokan ekstrak ... 9 

3. Metode ekstraksi ... 10 

4. Penguapan ... 11 

D. Standarisasi ... 12 

1. Pembakuan simplisia ... 12 

2. Pembakuan ekstrak... 13 

3. Pembakuan sediaan obat tradisional ... 15 

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 15 

F. Keterangan Empiris ... 16 

METODOLOGI PENELITIAN ... 17 

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 17 

1. Jenis Penelitian ... 17 

2. Rancangan Penelitian ... 17 

B. Definisi Operasional ... 18 

C. Alat ... 19 

D. Bahan ... 19 

E. Jalannya Penelitian ... 19 

1. Pembuatan ekstrak cair daging buah asam jawa ... 19 

(14)

xiv

3. Penetapan kadar air ... 20 

4. Penetapan kadar abu ... 20 

5. Penetapan kadar abu tidak larut asam ... 21 

6. Identitas ekstrak ... 21 

7. Organoleptik ekstrak ... 21 

8. Penetapan pH ... 21 

9. Penetapan angka asam... 22 

10. Uji kandungan kimia ekstrak ... 22 

F. Analisis Hasil ... 24 

BAB IV ... 25 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25 

A. Pembuatan Ekstrak ... 25 

B. Penetapan Kadar Air... 27 

C. Penetapan Kadar Abu ... 27 

D. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 28 

E. Identitas Ekstrak ... 29 

F. Organoleptik Ekstrak ... 30 

G. Penetapan pH... 31 

H. Penetapan Angka Asam ... 32 

I.  Uji Kandungan Kimia Ekstrak ... 33 

BAB V ... 42 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42 

(15)

xv

B. Saran ... 42 

DAFTAR PUSTAKA ... 43 

LAMPIRAN ... 45 

A. Data Pengentalan Ekstrak Cair ... 45 

B. Penetapan Kadar Air... 46 

C. Penetapan Kadar Abu ... 48 

C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 50 

D. Identitas Ekstrak ... 52 

E. Organoleptik Ekstrak ... 52 

F. Penetapan pH ... 53 

G. Penetapan Angka Asam ... 53 

H. Uji Kandungan Kimia Ekstrak ... 55 

I. Foto Bahan dan Alat Penelitian ... 58 

BIOGRAFI PENULIS ... 63 

p-tuenesulfonic acid, Tabel 1. Waktu retensi baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat ... 34 

(16)

xvi

Tabel 3. Kurva baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat ... 37  Tabel 4. Kadar dan AUC sampel ekstrak air daging buah asam jawa ... 39  Tabel 5. Kadar asam sitrat, asam tartrat. Asam malat dalam sampel ... 40  nitration

(17)

xvii

Gambar 3. Struktur asam malat (Anonim, 1995a) ... 7 

Gambar 4. Ekstrak cair (a) dan ekstrak kental (b) daging buah asam jawa ... 26 

Gambar 5. Kromatogram baku asam sitrat , asam tartrat , asam malat replikasi 1 (a), replikasi 2 (b), dan replikasi 3 (c) ... 36 

Gambar 6. Kurva hubungan antara konsentrasi asam sitrat vs AUC ... 38 

Gambar 7. Kurva hubungan antara konsentrasi asam tartrat vs AUC ... 38 

Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi asam malat vs AUC ... 39 

Gambar 9. Kromatogram asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat dalam sampel replikasi 1 (a) dan replikasi 2 (b) ... 41 

(18)

1

A. Latar Belakang

Masyarakat mengenal obat tradisional secara turun temurun dari nenek moyangnya, seperti daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai salah satu tanaman obat yang sering digunakan dalam sediaan jamu kunyit asam. Jamu kunyit asam merupakan kombinasi dari rimpang kunyit dan daging buah asam jawa (Soedibyo, 1998).

Pada industri obat tradisional standarisasi bahan baku perlu dilakukan. Standarisasi secara umum diartikan sebagai semua tindakan terukur selama proses manufaktur dan pengawasan mutu bahan baku obat tradisional untuk mendapatkan mutu yang seragam dan terulang (Sinambela, 2002). Hal ini dikarenakan mutu produk obat tradisional tergantung dari bahan awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personalia yang menangani (Anonim, 2005). Kualitas bahan baku perlu selalu diperhatikan dengan dilakukannya standarisasi bahan baku yang digunakan, sehingga kontinuitas kualitas dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy) bahan baku dapat terjamin baik.

(19)

2

(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan, yaitu : Bagaimana karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa ?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan penulis penelitian mengenai karakterisasi ekstrak air daging buah asam jawa belum pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan karakter ekstrak air daging buah asam jawa yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan obat tradisional.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat dan industri obat tradisional tentang karakter ekstrak air daging buah asam jawa, sebagai salah satu komponen penyusun jamu kunyit asam.

E. Tujuan Penelitian

(21)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam Jawa

1. Keterangan botani

Asam jawa (Tamarindus indica L.) termasuk dalam suku Ceacalpiniaceae. Nama umum biasa disebut tamarind (Inggris), tamarinier (Perancis). Sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan nama asam jawa (Arisandi, 2006).

2. Deskripsi

Asam jawa merupakan sebuah kultivar daerah tropis dan termasuk tumbuhan berbuah polong. Batang pohonnya yang cukup keras dapat tumbuh menjadi besar dan daunnya rindang. Daun asam jawa bertangkai panjang dan bersirip genap. Bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah polongnya berwarna coklat dengan rasa khas asam. Di dalam buah polong selain terdapat kulit yang membungkus daging buah, juga terdapat biji berjumlah 2 - 5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Thomas, 1989).

3. Nama daerah

(22)

Celagi. Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama Bage (Sasak), Mangga (Bima), Kanefo kiu (Timor), Tobi (Solor). Di Kalimantan dikenal dengan Asam jawa (Dayak). Di Sulawesi dikenal dengan nama asang jawi (Gorontalo), Tamalagi (Buol), Saamba lagi (Barros), Combo (Makasar). Di Maluku dikenal dengan nama Sablaki (Tanimbar), Asam jawa ka (Buru), Asam jawa (Ternate), Tabelaka (Seram) (Hutapea, 1994).

4. Kandungan kimia

Daging buah asam jawa antara lain mengandung asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam-asam ini sebagian besar terikat oleh kalium antara lain kalium bitartrat; sterol/terpen, saponin, pektin, selulosa; gula; vitamin A, B dan C (Anonim, 1995b).

(23)

6

tersebut mudah dikenal berdasarkan rasanya dalam larutan dan berdasarkan pH rendah dalam ekstrak air tumbuhan tersebut. Asam sitrat mempunyai pH dalam rentang 3,8 - 4,2 Secara umum dapat dideteksi berdasarkan pengaruhnya pada indikator asam-basa seperti hijau bromokresol atau biru bromotimol (Harborne, 1987).

Beberapa contoh asam organik :

a. Asam Sitrat. Asam sitat (C6H8O7) dengan BM 192,12, berbentuk

anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,6% dan tidak lebih dari 100,5 % C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian asam sitrat hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Sangat mudah larut dalam dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter. Mempunyai nilai pH antara 3,8 – 4,2.

Gambar 1. Struktur asam sitrat (Anonim, 1995a)

b. Asam Tartrat. Asam Tartrat (C4H6O6) dengan BM 150,09, pemerian

(24)

C

COOH

Gambar 2. Struktur asam tartrat (Anonim, 1995a)

c. Asam Malat. Asam malat (C4H6O5) dengan BM 134,09 mengandung

tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C4H6O5. Nilai pH asam

malat adalah 2,2.

Gambar 3. Struktur asam malat (Anonim, 1995a)

B. Angka Asam

Angka asam adalah nilai yang menggambarkan konsentrasi dari senyawa asam di dalam campuran. Angka asam perlu diuji karena pada pembuatan jamu kunyit asam, sifat kurkumin yang stabil dalam pH asam, dapat dibuat secara alami dengan penambahan daging buah asam jawa. Kandungan asam dalam ekstrak asam jawa dapat ditentukan dengan penetapan angka asam. Angka asam yang ditetapkan secara titrimetri ini berarti banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam bebas di dalam satu gram substansi yang dianalisa contohnya di dalam ekstrak (Sudarmadji, 1984).

(25)

8

Dengan perhitungan sbb :

Angka asam =

m N

V × × 56 ,1

V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi (ml). N = normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol.

m = berat sampel ekstrak (g).

(26)

C. Ekstrak

1. Definisi ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi standar baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin yang terkena panas (Anonim, 2000). Ekstrak berasal dari simplisia, simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, akar kelembak, dan ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang lunak mudah ditembus oleh cairan penyari dan tidak perlu diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras perlu diserbuk sampai halus sebelum dilakukan penyarian (Anonim, 1986).

2. Pengelompokan ekstrak

Menurut Voigt (1994), berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dikelompokkan menjadi :

a. Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki konsistensi cair dan mudah dituang.

(27)

10

c. Ekstrak kental (extractum spissum). Memiliki konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

d. Ekstrak kering (extractum siccum). Memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

3. Metode ekstraksi

Secara umum proses ekstraksi dapat dipisahkan menjadi pembuatan serbuk atau penyiapan bahan, pembasahan, penyarian (ekstraksi), penguapan dan pemekatan. Pada proses penyarian (ekstraksi) secara umum dapat dibedakan menjadi maserasi, infundasi, perkolasi, destilasi uap dan sering terdapat modifikasi.

a. Maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau bahan dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

(28)

c. Perkolasi. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsipnya adalah serbuk simplisia ditempatkan pada bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

d. Penyarian berkesinambungan. Proses ini dengan cara penggabungan antara proses peyarian yang dilanjutkan dengan prosespenguapan.

(Anonim,1986)

4. Penguapan

Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan. Kecepatan terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui lapisan batas di atas cairan yang bersangkutan, kecepatan penguapan tergantung pada kecepatan pemindahan panas. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah suhu, waktu, kelembaban, cara penguapan, dan konsentrasi (Anonim, 1986).

Ekstrak cair yang memiliki konsistensi cair dan kandungan pelarutnya yang masih tinggi dapat diubah menjadi bentuk ekstrak kental, yang konsistensinya liat dan kandungan air yang lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak cair. Pengentalan dapat dilakukan melalui penguapan dengan alat Vacuum Rotary Evaporator, melalui putaran labu dalam sebuah pemanas pada temperatur

(29)

12

berlangsung dalam waktu lebih singkat. Melalui pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangaas air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin maka kondisi optimal dapat terpenuhi sehingga proses pengentalan ekstrak dapat berlangsung cepat dan dalam temperatur yang tidak terlalu tinggi (Voigt, 1994).

D. Standarisasi

Standarisasi yaitu suatu proses pemenuhan persyaratan sebagai bahan baku agar dapat digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standarisasi bertujuan untuk menjaga kontinuitas dari produk obat tradisional yang dihasilkan, sehingga kontinuitas khasiat obat tersebut juga akan terjaga. Pada proses standarisasi dilakukan pengukuran parameter untuk mendapatkan mutu yang seragam dan terulang. Standarisasi dapat terbagi dalam tiga langkah, yakni sebagai berikut:

1. Pembakuan simplisia

(30)

didorong untuk melakukan budidaya dan mengembangkan sendiri tanaman sumber simplisia spesifikasi masing-masing industri dengan mutu standar yang relatif homogen (Anonim, 2000).

2. Pembakuan ekstrak

Selain simplisia, saat ini banyak industri obat tradisional yang menggunakan ekstrak dari simplisia secara langsung, yang dipakai sebagai bahan baku obat tradisonal yang akan digunakan dalam upaya pelayanan kesehatan. Pembakuan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional juga penting dilakukan untuk menghasilkan produk obat tradisional yang bermutu (Anonim,2000).

Pada pembakuan ekstrak sebagai bahan dasar sediaan obat tradisional dilakukan dengan berpedoman pada Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat (Anonim,2000). Penentuan parameter standar yang dapat dilakukan antara lain:

a. Parameter kadar air. Pada penentuan parameter kadar air prinsip yang dilakukan adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan atau ekstrak, penentuan parameter kadar air ini dapat dilakukan dengan cara yang tepat sesuai dengan kondisi ekstrak. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain cara titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dilakukan penetapan kadar air ini adalah untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan atau ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku sediaan obat (Anonim,2000).

(31)

14

berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Nilai maksimal atau rentang kadar abu yang diperbolehkan terkait secara langsung dengan kemurnian dan kontaminasi pada bahan atau ekstrak (Anonim,2000).

c. Parameter identitas ekstrak. Parameter identitas ekstrak ditetapkan dengan melakukan deskripsi tata nama ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku sediaan obat tersebut. Tujuan ditetapkan identitas ekstrak adalah untuk memberikan identitas objektif dari nama sampai senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak yang dapat digunakan sebagai senyawa identitas (Anonim, 2000).

d. Parameter organoleptik ekstrak. Prinsip dari uji organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa dari ekstrak tersebut. Tujuan dilakukan uji organoleptik tersebut adalah sebagai pengenalan awal yang sederhana dan seobjektif mungkin sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan ekstrak yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat tradisional (Anonim, 2000).

(32)

3. Pembakuan sediaan obat tradisional

Obat tradisional terbuat dari bahan alami. Pada formula obat tradisional yang sama dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit yang berbeda oleh satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini terjadi karena dalam satu tanaman terdapat kemungkinan berbagai kandungan kimia yang mempunyai khasiat yang berbeda, sehingga dapat dipakai untuk berbagai indikasi. Tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda, dapat menyebabkan kadar kandungan kimia yang berbeda-beda dan keamanan serta khasiat juga dapat berbeda. Untuk tercapainya keinginan memasukkan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal, maka perlu dilakukan pembakuan sediaan obat tradisional agar terjamin mutu dan keamanannya. Serta sediaan obat tradisional yang memenuhi standar yang berlaku (Anonim,2000).

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

(33)

16

Selain sebagai metode utama untuk memisahkan senyawa dalam sampel, KCKT juga digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dari senyawa yang telah dipisahkan. Dari suatu kromatogram diperoleh informasi mengenai waktu retensi suatu senyawa. Waktu retensi ini spesifik untuk tiap senyawa sehingga dapat digunakan sebagai salah satu dasar uji kualitatif (Noegrohati, 1994). Analisis kualitatif ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa tertentu dalam sampel dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dengan waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel. Respon yang berupa tinggi peak maupun luas area peak dapat dipakai untuk analisis kuantitatif. Pengukuran berdasarkan tinggi peak dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi, bila tidak terjadi pelebaran peak. Pengukuran berdasarkan luas area peak lebih disukai dari pada pengukuran berdasarkan tinggi peak karena tidak terpengaruh oleh pelebaran pita (Gritter et al., 1985).

F. Keterangan Empiris

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian noneksperimental, karena tidak diberikan perlakuan terhadap subjek uji.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: a. Pembuatan ekstrak cair

b. Pembuatan ekstrak kental c. Penetapan kadar air d. Penetapan kadar abu

e. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam f. Identitas ekstrak

g. Organoleptik ekstrak h. Penetapan pH

(35)

18

B. Definisi Operasional

1. Karakterisasi ekstrak adalah pengukuran kondisi ekstrak air daging buah asam jawa mengikuti parameter standar umum ekstrak tanaman obat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, uji kandungan kimia ekstrak. Serta dilakukan juga pengukuran pH dan penetapan angka asam.

2. Ekstrak air daging buah asam jawa adalah sari daging buah asam jawa yang diperoleh melalui proses perendaman dengan air, pengepresan, penyarian, dan selanjutnya dikentalkan pada suhu 40°C.

(36)

C. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunkel Ika Labortechnik), oven (Memmert),

timbangan analitik (Precition Balance Model AB-204, Mettler Toledo), pemijar (Carbolite), krus platina, penjepit, hot plate (Heidolph MR 2002), penangas air, vacuum (Robinair High Vacuum Pump Model 15110 seri 11026), corong

Buchner, pH meter elektrik (Oakton), pendingin balik, buret, alat-alat gelas (pyrex), filter milipore 0,45 µm (Millex), degassing ultrasonik, HPLC (KNAUER HPG-PDA).

D. Bahan

Bahan yang digunakan adalah ekstrak air daging buah asam jawa dari PT. Sido Muncul. Bahan kimia yang digunakan meliputi asam sulfat p.a (Merck), alcohol p.a (Merck), kalium hidroksida p.a (Merck), asam sitrat p.a (Merck), asam tartrat p.a (Merck), asam malat p.a (Merck). Bahan lainnya berupa indikator phenophthlein, kertas saring bebas abu, aquades dari laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

E. Jalannya Penelitian

1. Pembuatan ekstrak cair daging buah asam jawa

(37)

20

2. Pengentalan ekstrak

Ekstrak cair yang diperoleh dimasukkan dalam Vacuum Rotary

Evaporator dengan pengaturan suhu dan tekanan pada alat, kemudian hasil

ekstrak yang diperoleh dikentalkan lagi di dalam oven dengan temperatur 40°C hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi yang liat.

3. Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dengan metode gravimetri. Kurang lebih 10 gram ekstrak kental ditimbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Dikeringkan pada suhu 1050C selama 5 jam dalam oven didinginkan lalu ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 2000).

4. Penetapan kadar abu

(38)

5. Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer P (dicampur 104 g asam sulfat P dengan 896 g air) selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melaui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas dan dipijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 4500C, hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Anonim, 2000)

6. Identitas ekstrak

Dilakukan dengan study literatur meliputi deskripsi tata nama ekstrak dan senyawa identitas ekstrak.

7. Organoleptik ekstrak

Dilakukan dengan penggunaan pancaindera, dideskripsikan bentuk, warna, bau, rasa dari ekstrak.

8. Penetapan pH

(39)

22

9. Penetapan angka asam

Ditimbang kurang lebih 0,5 gram ekstrak, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambah 25 ml alkohol netral. Kemudian ditutup dengan pendingin balik, dipanaskan sampai mendidih dan digojog kuat-kuat. Setelah dingin larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi memakai indikator phenophthlein (PP). Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk menetralkan asam dalam 1 gram sampel ekstrak (Sudarmadji, 1984).

10. Uji kandungan kimia ekstrak

Uji kandungan kimia ekstrak berupa analisa kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan instrumen KCKT. Analisa kualitatif dilakukan dengan pengamatan waktu retensi dari sampel yang dibandingkan dengan waktu retensi asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat baku. Pada analisa kuantitatif dilakukan dengan perhitungan kadar asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat pada sampel. Dilakukan preparasi sbb:

a. Penyiapan fase gerak. Fase gerak yang digunakan adalah asam sulfat pekat pro analisis yang terlebih dahulu disaring dengan Filter Milipore 0,45 mm dan di degassing selama 15 menit.

(40)

c. Pengamatan waktu retensi asam sitrat, asam tartrat, asam malat. Larutan asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat diinjeksikan pada KCKT dengan sistem yang telah di optimasi sehingga diperoleh nilai waktu retensi dari masing-masing asam organik tersebut.

d. Pembuatan kurva baku Larutan baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat dibuat dengan beberapa konsentrasi yang berbeda. Kemudian dibuat kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi dan ditentukan persamaan regresi liniernya.

e. Penyiapan larutan sampel. Sampel ekstrak air daging buah asam jawa diambil kurang lebih 3 ml dan disaring dengan Filter Milipore 0,45 µm. Kemudian diencerkan 10 kali dengan aquades add pada labu ukur 10 ml dan di deggasing selama 15 menit.

f. Penetapan kadar asam sitrat, asam tartrat, asam malat dalam sampel. Sebanyak 20 µl larutan sampel diinjeksikan pada KCKT dengan sistem yang telah dioptimasi.

Larutan standar dan larutan sampel diinjeksikan pada KCKT dengan sistem KCKT yang digunakan sbb :

a. Instrumen : KNAUER HPG-PDA

b. Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml c. Fase gerak : H2SO4,005 M

(41)

24

g. Tekanan : 113/100

h. Suhu : 68ºC

i. Sampel : ekstrak air daging buah asam jawa

j. Baku : asam sitrat, asam tartrat, asam malat p.a.(Merck)

F. Analisis Hasil

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak

Ekstrak air daging buah asam jawa dibuat dengan bahan dasar daging buah asam jawa yang sudah matang dengan ciri daging buah berwarna coklat tua, yang direndam dengan air, dilakukan pengepresan lalu disaring. Proses penyarian tersebut menggunakan larutan penyari air karena kandungan utama dalam ekstrak tersebut adalah asam organik yang sifatnya dapat larut dalam air. Proses perendaman dengan air tersebut bertujuan agar air sebagai larutan penyari dapat menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat, sehingga zat terlarut dan karena perbedaan konsentrasi antara larutan zat di dalam sel dan di luar sel maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Daging buah asam jawa mengandung pektin yang mudah mengembang sehingga setelah direndam perlu dilakukan pengepresan agar mudah disaring. Penyaringan dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan zat padat berupa bagian daging buah asam jawa yang sudah dipres dengan zat cair yang diperoleh dari hasil penyarian dengan air. Hasil saringan tersebut dipekatkan dengan suhu rendah dan diperoleh ekstrak cair. Ekstrak cair tersebut merupakan bahan dasar yang diperoleh oleh peneliti. Ekstrak cair kemudian dikentalkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator dan dilanjutkan di oven dengan suhu 40°C sehingga didapat ekstrak

(43)

26

        

(a) (b)

Gambar 4. Ekstrak cair (a) dan ekstrak kental (b) daging buah asam jawa

(44)

B. Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dalam ekstrak kental dilakukan secara gravimetri yaitu dengan menimbang selisih bobot ekstrak sebelum dan sesudah pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 105°C yaitu suhu optimal untuk menguapkan air yang terkandung dalam ekstrak . Penetapan kadar air ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kandungan air yang ada dalam ekstrak kental. Dari penetapan kadar air ini diperoleh nilai batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan pada penetapan kadar air ini terkait dengan kemurnian dan kontaminasi. Kadar air yang tinggi memungkinkan kondisi ekstrak yang mudah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Karena pada proses ekstraksi digunakan larutan penyari air yang merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang, dan khamir. Dari hasil yang diperoleh kadar air ekstrak kental daging buah asam jawa adalah 22,5 % b/b. Kadar air ekstrak kental daging buah asam jawa yang diperoleh sudah memenuhi syarat dimana kadar air untuk ekstrak kental maksimal 30% (Voigt, 1994).

C. Penetapan Kadar Abu

(45)

28

pemanasan suhu tinggi. Penimbangan hingga bobot konstan dilakukan dengan penimbangan krus dan abu sampai tidak terjadi lagi perbedaan bobot setelah dipanasi lebih lanjut atau selisih penimbangan 0,2 - 0,5 mg maka pemijaran dianggap lengkap. Dari hasil penetapan kadar abu diperoleh gambaran kandungan bahan anorganik baik yang logam maupun non logam dari proses awal hingga terbentuknya ekstrak. Hal ini terkait dengan kemurnian ekstrak dan digunakan sebagai indikator kualitas bahan baku ekstrak sebagai salah satu bahan dasar jamu dilihat dari segi keamanan (safety). Kadar abu yang tinggi merupakan gambaran tingkat cemaran bahan anorganik yang tinggi dan sifatnya berbahaya, karena jika bahan anorganik tersebut terakumulasi di dalam tubuh dapat menimbulkan efek toksik. Sebagai contoh cemaran logam berat seperti Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dapat menyebabkan gangguan saraf dan ginjal, Cadmium (Cd) menyebabkan gangguan di hati, ginjal, dan darah, serta Krom (Cr) dan Arsen (As) yang dapat menyebabkan kanker. Hasil penetapan kadar abu ekstrak air daging buah asam jawa diperoleh gambaran bahwa kandungan bahan anorganik dalam ekstrak tersebut adalah 1,1 % b/b.

D. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

(46)

pasir yang menjadi pencemar. Pada penetapan kadar abu tidak larut asam ini yang diukur adalah kadar bahan anorganik non logam, karena bahan anorganik logam dapat bersifat internal ada di dalam tumbuhan berasal dari sisa klorofil, maka yang perlu ditetapkan adalah bahan anorganik non logam yang berasal dari luar ekstrak yang kemungkinan mencemari ekstrak. Hal ini terkait juga dengan kemurnian bahan ekstrak yang digunakan sebagai salah satu bahan dasar jamu. Kadar abu tidak larut asam yang tinggi menggambarkan adanya cemaran selama proses ekstraksi. Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam ekstrak air daging buah asam jawa adalah 0,6 % b/b.

E. Identitas Ekstrak

1. Deskripsi tata nama

a. Nama ekstrak :Tamarindi Pulpa Extractum b. Nama latin tumbuhan : Tamarindus indica L. c. Bagian tumbuhan yang digunakan : daging buah

d. Nama Indonesia tumbuhan : asam jawa

(47)

30

Tujuan dari penentuan identitas ekstrak adalah untuk mendapatkan identitas objektif dan spesifik dari senyawa identitas. Ekstrak dapat mengandung senyawa identitas dari tumbuhan penyusunnya yaitu senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu (Anonim,2000). Standarisasi bahan baku obat tradisional dengan menetapkan senyawa penanda (markers) atau senyawa identitas yang dapat berupa senyawa tunggal atau kelompok kelas senyawa dalam tanaman obat dan dipakai sebagai acuan kontrol kuantitatif tanpa memperhatikan apakah senyawa atau kelompok senyawa tersebut memiliki aktivitas terapi atau tidak. Secara umum suatu senyawa atau sekelompok senyawa dapat menjadi senyawa identitas bahan tumbuhan obat jika senyawa tersebut stabil, dapat diidentifikasi dan dianalisa secara kuantitatif, serta unik untuk tanaman yang bersangkutan (Sinambela, 2002). Asam jawa mempunyai kandungan kimia asam sitrat, asam tartrat, asam malat, sterol/terpen, saponin, pektin, selulosa, gula, vitamin A, B dan C. Sedangkan senyawa identitas yang unik atau khas pada ekstrak daging buah asam jawa tersebut belum ditemukan.

F. Organoleptik Ekstrak

(48)

Demikian juga dengan ektrak kental dengan bentuk kental, berwarna hitam pekat, berbau khas asam, dan rasa asam. Pada penelitian ini uji organoleptik bermanfaat sebagai petunjuk untuk mengenal apakah benar ekstrak tersebut ekstrak dari daging buah asam jawa. Setelah dilakukan uji organoleptik ini berdasarkan dari ciri-ciri yang diperoleh terbukti bahwa ekstrak tersebut merupakan ekstrak daging buah asam jawa sesuai dengan standar pemerian pada Materia Medika yaitu ekstrak dengan warna coklat kehitaman, berbau manisan buah, rasa asam kemanis-manisan (Anonim b, 1995).

G. Penetapan pH

(49)

32

menjaga stabilitas kurkumin yang merupakan senyawa aktif yang berkhasiat sebagai senyawa analgesik dalam jamu kunyit asam ini.

H. Penetapan Angka Asam

(50)

I. Uji Kandungan Kimia Ekstrak

Uji kandungan kimia ekstrak yang dilakukan berupa analisa kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan instrumen KCKT. Analisis kualitatif bertujuan sebagai gambaran awal kandungan kimia ekstrak. Ekstrak daging buah asam jawa mengandung asam organik antara lain asam sitrat, asam tartrat, asam malat (Anonim,1995b). Analisa kualitatif ini dilakukan dengan pengamatan waktu retensi dari asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat sampel yang dibandingkan dengan waktu retensi baku. Analisa kuantitatif bertujuan sebagai gambaran kandungan asam organik terbesar di dalam ekstrak, dilakukan dengan menghitung AUC (luas daerah di bawah kurva) pada kromatogram masing-masing senyawa.

Pada analisa dengan instrumen KCKT ini digunakan kolom yang diaplikasikan khusus untuk penetapan kadar asam organik, yaitu kolom MetaCarb H Plus. Optimasi metode KCKT disesuaikan dengan spesifikasi pada kolom, yaitu berdasarkan optimasi diperoleh panjang gelombang overlapping asam sitrat, asam tartrat, asam malat adalah 215 nm. Analisis yang dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum dapat memberikan perubahan serapan per satuan konsentrasi paling besar, sehingga diperoleh sensitivitas yang maksimum. Dengan optimasi kecepatan alir 0,6 ml/menit, tekanan 113/100 dan suhu 68ºC .

(51)

34

tersebut karena pada fase gerak tersebut senyawa akan terelusi dengan sempurna. Sebelum digunakan, fase gerak harus disaring dengan menggunakan millipore 0,45 µm untuk menghilangkan partikel dan senyawa pengotor yang dapat menyumbat dan merusak kolom. Setelah disaring, fase gerak di degassing untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut (Gritter et al., 1985). Adanya gelembung gas dapat menyumbat kolom dan mempengaruhi detektor, sehingga menghasilkan sinyal palsu. Analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan terlebih dahulu dengan pengamatan waktu retensi (tR) baku asam organik. Pengamatan waktu retensi

dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi senyawa baku dari asam organik yang akan dianalisis. Waktu retensi untuk masing-masing senyawa bersifat spesifik, sehingga waktu retensi dapat digunakan untuk analisis kualitatif yaitu dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa dalam sampel (Tabel 2) dengan waktu retensi senyawa baku (Tabel 1).

Tabel 1. Waktu retensi baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat Asam sitrat Asam tartrat Asam malat Kadar

1 117,500 9,240 416,666 9,887 101,666 11,342

2 235,000 9,280 833,333 9,935 203,333 11,388

3 470,000 9,198 1666,666 9,862 406,666 11,285

(52)

(a)

(53)

36

(c) Keterangan

Instrumen : KNAUER HPG-PDA

Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M

Kecepatan alir : 0,6 ml/menit

Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm

Gambar 5. Kromatogram baku asam sitrat , asam tartrat , asam malat replikasi 1 (a), replikasi 2 (b), dan replikasi 3 (c)

(54)

Tabel 2. Waktu retensi sampel ekstrak air daging buah asam jawa

Rep Asam sitrat Asam tartrat Asam malat

Kadar

Kurva baku dibuat dengan mengukur AUC (luas daerah di bawah kurva) suatu seri larutan baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat pada konsentrasi yang berbeda. Tujuan pembuatan kurva baku ini adalah untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar asam organik tersebut dalam sampel ekstrak. Persamaan regresi linier yang diperoleh merupakan hubungan antara konsentrasi asam organik vs AUC.

Tabel 3. Kurva baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat

Asam sitrat Asam tartrat Asam malat

Kadar 117,500 785.710 416,666 4.501.459 101,666 540.376 235,000 1.554.205 833,333 8.691.829 203,333 1.083.838 470,000 3.082.123 1.666,666 16.083.827 406,666 2.167.107 Persamaan kurva baku yang diperoleh :

Asam sitrat : y = 6512,81x + 21751,0 ; r = 0,999998 Asam tartrat : y = 9209,40x + 805465 ; r = 0,998985 Asam malat : y = 5332,69x – 1255,83 ; r = 0,999999

(55)

38

Keterangan

Instrumen : KNAUER HPG-PDA

Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M

Kecepatan alir : 0,6 ml/menit

Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm

Gambar 6. Kurva hubungan antara konsentrasi asam sitrat vs AUC

Keterangan

Instrumen : KNAUER HPG-PDA

Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M

Kecepatan alir : 0,6 ml/menit

Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm

(56)

Keterangan

Instrumen : KNAUER HPG-PDA

Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M

Kecepatan alir : 0,6 ml/menit

Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm

Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi asam malat vs AUC

Penetapan kadar asam organik dalam sampel dilakukan dengan menyaring sampel ekstrak air daging buah asam jawa dengan millipore 0,45 µm untuk menghilangkan partikel dan senyawa pengotor. Kemudian dilakukan pengenceran 10 kali dengan aquades lalu diinjeksikan ke KCKT dengan sistem tersebut. Pada (Tabel 4) kromatogram hasil analisis kualitatif dan kuantitatif sampel ekstrak air daging buah asam jawa, didapat peak dengan AUC.

Tabel 4. Kadar dan AUC sampel ekstrak air daging buah asam jawa Asam sitrat Asam tartrat Asam malat

Replikasi I II I II I II

Kadar (ppm)

(57)

40

Pada masing-masing peak terlihat pemisahan yang sempurna dan peak tidak menumpuk, sehingga kadar masing-masing asam organik pada sampel ekstrak air daging buah asam jawa tersebut dapat langsung ditentukan (Tabel 5).

Tabel 5. Kadar asam sitrat, asam tartrat. Asam malat dalam sampel

Sampel Perolehan (µg/ml)

Asam sitrat Asam tartrat Asam malat Ekstrak air daging

buah asam jawa

73,27 20.784,97 3.328,92

(58)

(a)

(b) Keterangan

Instrumen : KNAUER HPG-PDA

Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M

Kecepatan alir : 0,6 ml/menit

Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm

(59)

42 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu : Karakter ekstrak air daging buah asam jawa adalah organoleptis ekstrak berwarna hitam pekat, berbau khas asam, dan rasa asam; kadar air 22,5 % b/b; kadar abu 1,1 % b/b; kadar abu tidak larut asam 0,6 % b/b; pH 2,25, angka asam 25,75 mg/g dan pada uji kandungan kimia ekstrak diperoleh kandungan asam organik terbesar adalah asam tartrat selanjutnya asam malat dan asam sitrat.

B. Saran

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 2-40, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia IV, 48-53, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995b, Materia Medika, jilid VI, 288-291, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2005, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan Republik

Indonesia No. HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2008, Kunyit Asam, www.sidomuncul.com, diakses tanggal 22 Juni 2008 Arisandi, 2006, Khasiat Berbagai Tanaman Untuk Pengobatan, Eska Media,

Jakarta.

Gearien, J.E., 1969, Methods of Drugs Analysis, 5-10, Lea dan Febiger, Philadelphia.

Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Introduction to Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 4-5, 15, 93, 213, 219, ITB, Bandung.

Harborne, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung.

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, jilid III, 287-289, Depkes RI, Jakarta.

(61)

44

Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, dalam Noegrohati, S. dan Narsito, (Eds.), Risalah Prinsip dan Aplikasi Beberapa Teknik Analisis Instrumental, hal 1, 6, 16-17, 28, 31-32, Laboratorium Analisis Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.

Nugroho, A. E., 2007, Penghambatan Reaksi Anafilaksis Kutaneus Aktif oleh Kalium Gamavuton-O (K-GVT-O), Majalah Farmasi Indonesia, 18(2), 63-70, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Oktavia, 1996, Teknik Validasi Metode Analisis Kadar Ketoprofen Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 11, No. 1, 23-28, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Sinambela, 2002, Standarisasi Sediaan Obat Herba, Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXII, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Purwokerto.

Soedibyo,M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, jilid I, 60-61, Balai Pustaka, Jakarta.

Sudarmadji, S., 1984, Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian, 63-64, Liberty, Yogyakarta.

Sudarmaji, 2006, Toksikologi Logam Berat B3, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2, 129-142 Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Sudarsono, 1996, Tumbuhan Obat, 56, PPOT, UGM, Yogyakarta.

Sutrisno, 1986, Reverse Approach, 30-36, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.

Thomas, 1989, Tanaman Obat Tradisional 1, Kanisius, Yogyakarta.

(62)

LAMPIRAN

A. Data Pengentalan Ekstrak Cair

Vacum Rotary Evaporator Ekstrak Asam jawa (Tamarindus indica)

Set point (m bar) 100

Suhu (⁰ C) 40

∆p (⁰ C) 10

Volume awal (ml) 700

Tekanan 72

Waktu 1 jam 30 menit

Oven

Suhu (⁰ C) 40

Waktu 2 hari

Hasil Ekstrak Kental

(63)

46

B. Penetapan Kadar Air

Uraian Replikasi I (gram) II (gram) III (gram)

Berat cawan 48,36 54,69 51,14

Berat cawan + ekstrak kental

58,39 64,71 61,21

Berat ekstrak kental awal

10.03 10,02 10,07

Berat cawan + ekstrak kering

56,14 62,46 58,94

Berat ekstrak kering (oven 105⁰C, 5 jam sampai bobot tetap)

7,78 7,77 7,80

(64)
(65)

48

C. Penetapan Kadar Abu

Uraian Replikasi Berat krus awal 27,9375 30,6873 28,8015 29,5940 31,2000

Berat krus + ekstrak kental

30,9527 33,7084 31,9789 32,6946 34,2708

Berat ekstrak kental

3,0152 3,0211 3,1774 3,1006 3,0708

Berat krus + abu konstan

27,9713 30,7184 28,8371 29,6279 31,2282

Berat abu konstan ( 800-1000⁰F, 30 menit sampai bobot tetap )

0,0338 0,0311 0,0356 0,0339 0,0286

(66)
(67)

50

C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Uraian Replikasi

27,9375 30,6873 28,8015 29,5940 31,2000

Berat ekstrak kental

3,0152 3,0211 3,1774 3,1006 3,0708

Berat krus + abu tla konstan

27,9501 30,7058 28,8237 29,6196 31,2072

Berat abu tla konstan

0,0126 0,0185 0,0222 0,0256 0,0072

(68)
(69)

52

D. Identitas Ekstrak

Deskripsi tata nama

a. Nama ekstrak : Tamarindi pulpa extractum (ekstrak air daging buah asam jawa)

b. Nama latin tumbuhan : Tamarindus indica L. c. Bagian tumbuhan yang digunakan : daging buah

d. Nama Indonesia tumbuhan : asam jawa Senyawa identitas : asam tartrat

E. Organoleptik Ekstrak

Identifikasi Ekstrak Cair Ekstrak Kental

Warna Hitam Hitam

Bau Khas asam Khas asam

Rasa Asam Asam

(70)

F. Penetapan pH

Replikasi Nilai pH

I 2,25 II 2,25

III 2,25

G. Penetapan Angka Asam

Replikasi I II III

Berat sampel (gram) 0,5294 0,5293 0,5295

Volume titrasi (ml) 2,7 2,6 2,8

(71)
(72)

H. Uji Kandungan Kimia Ekstrak

(73)

56

(74)

C

Keterangan :

(75)

58

I. Foto Bahan dan Alat Penelitian

1. Pengentalan ekstrak

A

B

(76)

C

D

Keterangan :

A : Daging buah asam jawa

(77)

60

2. Penetapan kadar air

A

B Keterangan :

A : Oven

(78)

3. Penetapak kadar abu dan kadar abu tidak larut asam

A

B

Keterangan : A : Pemijar

(79)

62

4. Uji kandungan kimia

(80)

BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Gambar 1. Struktur asam sitrat (Anonim, 1995a)
Gambar 2. Struktur asam tartrat (Anonim, 1995a)
Gambar 4. Ekstrak cair (a) dan ekstrak kental (b) daging buah asam jawa
Tabel 1. Waktu retensi baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Makna dari puisi pertama adalah tentang perbandingan antara dua keindahan pemandangan di alam, makna dari puisi kedua adalah sebuah kutukan yang berupa neraka, makna dari

Nilai rasio harga cabe merah per harga beras pada Tabel 21 bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa penurunan harga cabe akan berpengaruh pada peningkatan tingkat diversifikasi

Dalam praktikum mahasiswa biasanya menggunkan flow meter namun gerakan massa air di laut dapat diketahui dengan tiga cara, yakni melakukan pengukuran langsung di laut,

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor publik yang terdiri dari: pendidikan, kesehatan, dan transportasi

Gillin dan Gillin, mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan- perubahan kondisi

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ili Universitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengaiihmediakan, mengelolauya dalam bentuk pangkalan data (database),

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara

Innovation Cabang Medan merupakan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan