• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DOKUMENTER PROFIL ASPEK KELUARGA DAN KESEHATAN BERBASIS DATA KARTU PRIBADI SISWA-SISWI KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Stud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS DOKUMENTER PROFIL ASPEK KELUARGA DAN KESEHATAN BERBASIS DATA KARTU PRIBADI SISWA-SISWI KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Stud"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS DOKUMENTER PROFIL ASPEK KELUARGA DAN

KESEHATAN BERBASIS DATA KARTU PRIBADI SISWA-SISWI

KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

Franciska Sonya

031114002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

   

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Istilah tidak ada waktu, jarang se kali me rupakan alasan

y ang jujur, kare na pada dasarny a kita se muany a

me miliki waktu 24 jam y ang sama se tiap hariny a. Yang

pe rlu diting katkan ialah me mb ag i waktu de ng an le b ih

c e rmat.

(Ge org e Downing )

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

ANALISIS DOKUMENTER PROFIL ASPEK KELUARGA DAN KESEHATAN BERBASIS DATA KARTU PRIBADI SISWA-SISWI

KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

Franciska Sonya Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan Studi Dokumenter. Masalah yang diteliti adalah bagaimanakah profil aspek keluarga dan kesehatan siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil aspek keluarga dan kesehatan berbasis data kartu pribadi siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Srikandi, Utari dan Kunthi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 90 orang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah diagram pie dan persentase yaitu dengan membuat tabulasi data (pengskoringan dan penjumlahan) dalam tabel induk.

(8)

viii

ABSTRACT

A DOCUMENTARY ANALYSIS ON FAMILY ASPECT PROFILE AND HEALTH BASED ON PERSONAL INFORMATION CARD OF SEVENTH

GRADE STUDENTS IN STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2010/2011

Franciska Sonya Sanata Dharma University

2011

This study is a descriptive study using documentary studies. The problem formulation of the study is how the family aspect profile and the health of the seventh grade students in Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta academic year 2010/2011 is. The purpose of this study is to obtain information on the family aspect profile and health of the students based on the personal information card of the seventh grade students in Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta academic year 2010/2011.

The subjects of this study were the seventh grade students in class Srikandi, Utari and Kunthi of Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta academic year 2010/2011, consisting of 90 students. The technique of data analysis in this study is using a pie chart and percentage, i.e. by creating data tabulation (scoring and summation) in the parent table.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Peneliti menghaturkan puji syukur pada Yesus Kristus yang telah menyertai peneliti dengan kasih dan cinta-Nya dalam penulisan skripsi ini, peneliti mendapatkan kekuatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

Kelancaran dan keberhasilan dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi kekuatan dan teladan utama untuk terus dan terus berkarya untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si., sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, sumbangan ide, kritik, saran, dorongan dan segala kesabarannya selama memberikan bimbingan kepada peneliti dalam proses penulisan skripsi ini dari awal sampai selesai.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak memberikan bekal, bantuan kepada peneliti selama menjalani studi.

(10)

x

6. Dra. S. Listyawati S.N., sebagai Kepala SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Guru-guru pembimbing SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang sudah setia mendampingi, memberikan informasi tentang data anak didik kepada peneliti.

8. Orangtuaku tercinta yang penuh pengorbanan membiayai dan mendoakan sampai skripsi ini selesai.

9. Adik-adikku terkasih Dio dan Teddy yang selalu memberi semangat, dukungan dan doa sampai skripsi ini sampai selesai.

10.Teman- temanku kost Swa dan kost Kutilang: Ima kecil, Ima gede, Dprot, Lida, Ike, Mblondot, Novi, Joe, Paijo, dan Dempul atas doa, dukungan, dan semangat sampai skripsi ini sampai selesai.

11.Kekasihku Ignatius Ganda Kurniawan, atas dukungan, doa, semangat yang selalu setia dan sabar menunggu skripsi ini sampai selesai.

12.Teman-teman Bimbingan Konseling angkatan 2003 atas semangat dan doa sampai skripsi ini sampai selesai.

13.Saudaraku dan semua pihak tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK……….. vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E.Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 8

A.Keluarga... 8

1. Pengertian Keluarga ... 8

2. Indikator-Indikator dalam Aspek Keluarga ... 9

a. Peranan Keluarga ... 10

b. Pola/Tipe Keluarga ... 10

c. Fungsi Keluarga ... 13

d. Gaya Pengasuhan ... 15

e. Pengaruh Ukuran Keluarga pada Hubungan Keluarga ... 18

(12)

xii

g. Status Sosial Keluarga ... 25

h. Pekerjaan Orang tua ... 26

i. Fasilitas Tempat Tinggal ... 27

j. Suasana keluarga ... 28

B.Kesehatan ... 28

1. Pengertian Kesehatan ... 28

2. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ... 31

3. Pengertian Sakit ... 32

C.Aspek Keluarga dan Kesehatan Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta... 35

D.Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Aspek Keluarga dan Kesehatan Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A.Jenis Penelitian ... 39

B.Subjek Penelitian ... 39

C.Alat Pengumpul Data ... 39

1. Data Aspek Keluarga Siswa-Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ... 40

2. Data Aspek Kesehatan Siswa-Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ... 41

D.Teknik Analisis Data dan Analisis Data ... 43

1. Teknik Pengumpulan Data ... 43

2. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A.Hasil Penelitian ... 45

1. Aspek Keluarga ... 45

2. Aspek Kesehatan ... 60

B.Pembahasan ... 63

BAB V PENUTUP ... 73

A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(13)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM 1. Diagram Diagram Orang tua Pergi Lama dalam

Aspek Keluarga ... 46

DIAGRAM 2. Diagram Kesesuaian Keluarga Orang Tua dan Anak ... 47

DIAGRAM 3. Diagram Perasaan di Tempat Tinggal Saat Ini ... 48

DIAGRAM 4 Diagram Kepala Keluarga di Tempat Tinggal ... 48

DIAGRAM 5. Diagram Keadaan Ekonomi Keluarga Siswa ... 49

DIAGRAM 6. Diagram Urutan Kelahiran Anak Kandung dalam Keluarga ... 50

DIAGRAM 7. Diagram Urutan Kelahiran Anak (Angkat) dalam Keluarga ... 50

DIAGRAM 8. Diagram Urutan Kelahiran Anak (Tiri) dalam Keluarga ... 51

DIAGRAM 9. Diagram Jumlah Saudara Kandung Laki-Laki ... 52

DIAGRAM 10. Diagram Jumlah Saudara Kandung Perempuan ... 52

DIAGRAM 11. Diagram Jumlah Anak yang Dimiliki Orang Tua ... 53

DIAGRAM 12. Diagram Jumlah Tanggungan Orang Tua54 DIAGRAM 13. Diagram Keadaan Orang Tua (Ayah) ... 55

DIAGRAM 14. Diagram Keadaan Orang Tua (Ibu) ... 55

DIAGRAM 15. Diagram Saudara yang Turut Tinggal di Rumah ... 56

DIAGRAM 16. Diagram Fasilitas Penerangan di Tempat Tinggal ... 57

DIAGRAM 17. Diagram Fasilitas Air di Tempat Tinggal ... 57

DIAGRAM 18. Diagram Fasilitas Ruang Tamu di Tempat Tinggal ... 58

DIAGRAM 19. Diagram Fasilitas Bacaan di Tempat Tinggal ... 59

DIAGRAM 20. Diagram Fasilitas Ruang Belajar di Tempat Tinggal ... 59

DIAGRAM 21. Diagram Fasilitas Meja Belajardi Tempat Tinggal ... 60

DIAGRAM 22. Diagram Kesehatan ... 61

DIAGRAM 23. Diagram Riwayat Sakit Keras ... 61

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Format Kartu Pribadi ... 76 LAMPIRAN 2. Tabel Aspek Keluarga Siswa Siswi Kelas VII Srikandi SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 78 LAMPIRAN 3. Tabel Aspek Kesehatan Siswa Siswi Kelas VII Srikandi SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 82 LAMPIRAN 4. Tabel Aspek Keluarga Siswa Siswi Kelas VII Utari SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 84 LAMPIRAN 5. Tabel Aspek Kesehatan Siswa Siswi Kelas VII Utari SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 91 LAMPIRAN 6. Tabel Aspek Keluarga Siswa Siswi Kelas VII Kunthi SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 93 LAMPIRAN 7. Tabel Aspek Kesehatan Siswa Siswi Kelas VII Kunthi SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 98 LAMPIRAN 8. Tabel dan Diagram Aspek Keluarga Siswa Siswi Kelas VII

SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 100 LAMPIRAN 9. Tabel dan Diagram Aspek Kesehatan Siswa Siswi Kelas VII

SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 121 LAMPIRAN 10. Surat Ijin Penelitian dari Program Studi Bimbingan dan

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sangat menekankan program kunjungan rumah(home visit). Kunjungan rumah bertujuan untuk lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, selain melalui data yang telah diperoleh melalui angket atau wawancara informasi. Kunjungan rumah dilaksanakan oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) bersama wali kelas. Program ini dilakukan jika ada siswa yang tidak masuk sekolah selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu tanpa surat ijin atau surat keterangan. Program kunjungan rumah(home visit) juga dilakukan jika anak sering melanggar peraturan tata tertib yang ada di sekolah. Ada beberapa kemungkinan penyebab yang hendak didalami oleh pihak sekolah melalui home visit ini, seperti keadaan ekonomi keluarga yang berakibat pada tidak adanya sarana belajar di rumah. Ataukah karena motivasi belajar siswa yang menurun sehingga membuat siswa enggan berangkat ke sekolah.

(16)

sebagai berikut: identifikasi, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, riwayat kesehatan, intelegensi, bakat khusus, hasil belajar dari berbagai bidang studi, kepribadian, penilaian terhadap kepribadian, minat dan hobi, kegiatan di luar sekolah, rencana masa depan. Tidak semua data dimasukkan dalam kartu pribadi ini, tetapi hanya data penting dan relevan untuk disimpan selama jangka waktu yang agak lama. Yang mengisi data siswa pada kartu pribadi adalah siswa-siswa itu sendiri yang dibantu oleh guru BK(Bimbingan dan Konseling).

Kunjungan rumah (home visit) menjadi program unggulan di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta karena sekolah sangat menaruh perhatian pada perkembangan siswa-siswanya selam terdaftar di sekolah. Home visit bertujuan untuk membicarakan kasus siswa yang memerlukan kerja sama antara guru BK(Bimbingan dan Konseling) dengan orang tua.

Dari jiwa yang sehat, akan mengalir badan yang sehat, dan pikiran yang sehat sehingga aktivitas siswa untuk belajar di rumah atau di sekolah tidak akan ada hambatan atau masalah. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan menyentuh semua aspek kehidupan manusia antara lain fisik, mental, sosial dan ekonomi.

(17)

akan tampak dalam prestasi belajar yang kurang memuaskan. Meskipun tidak semua siswa menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri, tetapi kasus seperti ini tidak boleh dianggap enteng. Guru BK harus peka terhadap gejala-gejala yang merupakan suatu indikasi mengenai kesukaran dalam penyesuaian diri dan mengenai kesehatan mental siswanya. Gejala-gejala itu, antara lain: suka berbohong dan kerap membolos. Apakah membolos karena siswa tersebut benar-benar sakit ataukah ada masalah lain. Disini, peran guru BK sangatlah penting dalam membantu perkembangan siswa-siswanya khususnya dalam kesehatan pribadi siswa itu sendiri. Tidak hanya guru BK di sekolah saja yang memperhatikan perkembangan diri dan kesehatan siswa tetapi keluarga juga berperan penting dalam mendukung kesehatan, perkembangan diri siswa terlebih dalam prestasi belajar di sekolah.

(18)

dihadapkan pada rangkaian perubahan kejasmanian pada dirinya. Akibatnya pelayanan bimbingan terhadap para siswa di sekolah menengah pertama bercorak pula, dalam arti tugas guru BK(Bimbingan dan Konseling) dalam memberikan pelayanan bimbingan antara siswa yang satu dengan yang siswa yang lain berbeda.

(19)

karena itu kerjasama keluarga dan guru BK di sekolah dapat membantu masalah yang sedang dialami siswa.

Profil kesehatan siswa juga diteliti oleh penulis, karena menurut guru BK dan observasi selama penulis mengambil data melalui kartu pribadi banyak siswa yang datang ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dengan alasan sakit, selain itu ada juga siswa yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Sakit yang diderita siswa-siswa tersebut karena penyakit keturunan keluarga atau karena keadaan ekonomi keluarga yang lemah sehingga anak tersebut kurang gizi atau sakit karena tidak ada biaya untuk berobat. Hal inilah perlu diteliti lebih lanjut.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan membantu guru Bimbingan dan Konseling dalam kegiatan dan program BK (Bimbingan dan Konseling) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu:

1. Bagaimanakah profil aspek keluarga berbasis data kartu pribadi siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ? 2. Bagaimanakah profil aspek kesehatan berbasis data kartu pribadi

(20)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

Untuk mengetahui profil aspek keluarga dan kesehatan berbasis data kartu pribadi siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa untuk membantu mereka sadar akan aspek kesehatan dirinya dan meningkatkan kesesuaian keluarga yang harmonis serta hubungan antar saudara kandung dan saudara kandung yang lainnya harmonis. 2. Bagi guru pembimbing sebagai bahan pertimbangan menyusun program

bimbingan belajar sesuai dengan aspek keluarga dan kesehatan siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

3. Bagi penulis sebagai bahan belajar untuk mengetahui apek keluarga dan kesehatan siswa-siswi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dan bekal kerja di kemudian hari.

E. Definisi Operasional

1. Profil

(21)

2. Keluarga

Keluarga merupakan satu kelompok individu yang terkait oleh ikatan perkawinan, secara khusus mencakup seorang ayah, ibu dan anak (Milburga, 2006:5). Yang dimaksud dengan profil aspek keluarga yang termuat dalam kartu pribadi adalah identitas orang tua, data keluarga inti, tanggungan orang tua, keadaan orang tua, fasilitas di tempat tinggal, suasana keluarga.

3. Kesehatan

(22)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.

Menurut Wikipedia (2011, dalam Depkes RI:1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Wikipedia (2011, dalam Helvie:1981) keluarga adalah seke-lompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

(23)

Menurut Sayekti (1994, dalam Milburga:2006) keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dasar dan paling kecil; Keluarga merupakan satu kelompok individu yang terkait oleh ikatan perkawinan, secara khusus mencakup seorang ayah, ibu, dan anak (Chaplin,terjemahan Kartini Kartono, 2001); family is a group of closely related genera that constitutes a subdivision of an order (Chaplin, 1985). Virginia Satier (1983, dalam Milburga, 2006:5) memandang keluarga sebagai sebuah sistem yang membentuk kesatuan.

Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa: keluarga merupakan lembaga masyarakat terkecil yang terdiri dari kelompok individu yang terkait ikatan perkawinan, yang saling berhubungan dekat sekali, mencakup seorang ayah, ibu, dan anak, serta menyusun satu sistem dari sub-subsistem serta pembagian tata tertib tertentu.

2. Indikator-Indikator dalam Aspek Keluarga

(24)

a. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut Wikipedia (2010, Sugeng:2003) berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1) Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3) Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

b. Pola/tipe Keluarga

(25)

1) Keluarga inti

Keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan anak untuk sebagian besar telah menggantikan keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah sanak saudara yang tinggal di bawah satu atap.

2) Keluarga kecil

Keluarga kecil dengan tiga anak atau kurang, lebih umum dari keluarga besar dengan enam anak atau lebih.

3) Keluarga tanpa anak

Keluarga tanpa anak berdasarkan pilihan sendiri menjadi lebih populer di antara pria dan wanita yang berpendidikan tinggi yang sering lebih berorientasi pada karir daripada keluarga.

4) Keluarga dengan orang tua yang muda

Keluarga dengan orang tua di bawah 30 tahun ketika anak terakhir lahir lebih umum daripada keluarga dengan orang tua diatas 30 tahun ketika anak terakhir lahir.

5) Keluarga dengan ibu yang bekerja

Keluarga dengan ibu yang bekerja di luar rumah dan menyerahkan tugas rumah tangga dan pengasuhan anak kepada pengasuh lebih meningkat dalam semua kelompok sosioekonomi.

6) Keluarga dengan orang tua tunggal

(26)

kematian pasangannya, perceraian atau karena kelahiran anak di luar nikah.

7) Keluarga dengan komposisi baru

Dalam keluarga yang terbentuk kembali setelah kematian atau perceraian, salah satu orang tua adalah orang tua sebenarnya dan yang lainnya merupakan orang tua tiri.

8) Keluarga orang tua asuh

Orang tua asuh dibayar, biasanya oleh pemerintah untuk memegang peran orang tua sebenarnya. Mereka tidak bertanggung jawab secara hukum untuk mengongkosi anak, demikian pula anak tidak memperoleh nama orang tua asuh.

9) Keluarga komunal

Beberapa keluarga inti bersatu dan berbagi tanggung jawab untuk pengasuhan anak dan rumah tangga.

10) Keluarga angkat

Dalam keluarga angkat sebagian atau semua anak tidak mempunyai hubungan darah dengan orang tuanya, walaupun orang tua mempunyai tanggung jawab hukum bagi mereka dan memberinya nama keluarga, seperti halnya dengan anak sendiri.

11) Keluarga antar ras

(27)

12) Keluarga antar agama

Dalam keluarga antar agama, kedua orang tua menganut agama berbeda walaupun mereka sering berasal dari kelompok ras yang sama.

c. Fungsi Keluarga

Fungsi yang dijalankan keluarga menurut google (1978, dalam WHO:2011)

1) Fungsi Biologis

a) Untuk meneruskan keturunan b) Memelihara dan membesarkan anak c) Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga 2) Fungsi Psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga d) Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi Sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak

(28)

4) Fungsi Ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi ke-butuhan keluarga

b) Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

5) Fungsi Pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Menurut Friedman (1998, dalam google:2011) fungsi yang dijalankan keluarga, yaitu:

1) Fungsi Afektif

a) Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara mental saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.

(29)

c) Rasa aman 2) Fungsi Sosialisasi Peran

a) Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan.

b) Fungsi dan peran di masyarakat.

c) Sasaran untuk kontak sosial didalam atau di luar rumah. 3) Fungsi Reproduksi

Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat.

4) Fungsi Ekonomi

a) Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga

b) Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana

5) Fungsi Perawatan Kesehatan a) Konsep sehat sakit keluarga

b) Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit: tujuan kesehatan keluarga dan keluarga mandiri.

Berdasarkan para ahli di atas ada persamaan pendapat tentang definisi fungsi yang dijalankan keluarga adalah fungsi biologis, fungsi psikologis, sosialisasi, biologis dan ekonomi.

d. Gaya Pengasuhan

(30)

dalam peran mereka sebagai orang tua. Menurut Santrock (2003:185) pandangan yang paling dikenal adalah pandangan Diana Baumrind (1971, 1990, 1991a, 1991b), yang meyakini bahwa orang tua seharusnya tidak bersifat menghukum maupun menjauhi remaja, tetapi sebaiknya membuat peraturan dan menyayangi mereka. Diana menekankan tiga jenis cara menjadi orang tua, yang berhubungan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam perilaku sosial remaja: authoritarian, autoritatif, dan permisif.

1) Pengasuhan autoritarian (authoritarian parenting)

Gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang bersifat authoritarian membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Pengasuhan ini berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap. Remaja yang orang tuanya otoriter seringkali merasa cemas akan perbandingan sosial, tidak mampu memulai suatu kegiatan, dan memiliki kemampuan komunikasi yang rendah. (Santrock, 2003:185)

2) Pengasuhan autoritatif (authoritative parenting)

(31)

dan orang tua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati remaja. Pengasuhan ini berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang komponen. Remaja yang orang tuanya bersifat autoritatif akan sadar diri dan bertanggung jawab secara sosial. (Santrock, 2003:186)

3) Gaya pengasuhan permisif tidak peduli (permissive-indifferent parenting), menurut Maccoby dan Martin (1983, dalam Santrock:186) adalah suatu pola dimana orang tua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap, terutama kurangnya pengendalian diri. Remaja yang orang tuanya permisif-tidak peduli biasanya tidak cakap secar sosial: mereka menunjukkan pengendalian yang buruk dan tidak bisa menangani kebebasan dengan baik.

4) Pengasuhan permisif-memanjakan (permissive-indulgent parenting) adalah suatu pola dimana orang tua sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka. Pengasuhan ini berkaitan dengan ketidakcakapan sosial remaja, terutama kurangnya pengendalian diri. (Santrock, 2003:186)

(32)

permisifdalam situasi tertentu, dan lebih bersifat otoriter pada situasi yang lain, namun lebih autoritatif di situasi yang lain lagi.

e. Pengaruh Ukuran Keluarga pada Hubungan Keluarga

Ukuran keluarga, bukan satu-satunya faktor yang menentukan kualitas hubungan yang berkembang di antara anggota suatu keluarga. Hubungan ini bergantung pada sejumlah faktor, yaitu: jumlah sistem interaksi dalam keluarga, susunan keluarga, sikap orang tua terhadap keluarga, jarak antara satu kelahiran dengan kelahiran lain.

Hubungan keluarga dalam berbagai ukuran keluarga menurut Hurlock (1989 : 208), antara lain:

1) Keluarga satu anak mempunyai ciri-ciri:

a) Sering lebih kecil dari yang diinginkan orang tua

b) Hubungan orang tua-anak yang erat menghasilkan kematangan perilaku anak, yang berpengaruh baik pada hubungan dengan teman sebaya.

c) Perlindungan secara berlebihan dari orang tua. d) Pendidikan anak secara demokratis atau permisif.

e) Perselisihan keluarga minimal karena tidak adanya rasa iri dan persaingan antar saudara kandung.

f) Kemauan dan kemampuan orang tua untuk memberi berbagai fasilitas dan lambang status pada anak.

(33)

h) Anak didorong untuk memegang peran yang dipilihnya sendiri.

2) Keluarga ukuran sedang mempunyai ciri-ciri:

a) Biasanya direncanakan, oleh karena itu memenuhi keinginan orang tua dalam jumlah dan perbedaan usia anak.

b) Pengawasan yang kurang demokratis dan bertambah otoriter dengan meningkatnya ukuran keluarga.

c) Orang tua menentukan peran masing-masing anak.

d) Anak-anak sering tidak diberi kesempatan mencari sahabat di luar karena diharuskan membantu di rumah.

e) Tekanan orang tua untuk prestasi biasnya terpusatkan pada anak yang lahir pertama.

f) Rasa iri hati dan persaingan yang hebat antar saudara kandung umumnya sering terjadi.

g) Kemampuan orang tua yang terbatas untuk member fasilitas dan lambang status.

h) Kecenderungan orang tua untuk membandingkan prestasi anak dengan prestasi saudaranya yang lain.

3) Keluarga kecil mempunyai ciri-ciri:

a) Biasanya direncanakan dan karenanya sesuai dengan keinginan orang tua dalam ukuran dan perbedaan usia anak. b) Orang tua mampu mencurahkan waktu dan perhatian yang

(34)

c) Umumnya menerapkan pengendalian yang demokratis terhadap perilaku anak.

d) Persaingan dan iri hati antar saudara sering terjadi.

e) Orang tua memiliki kecenderungan untuk membanding-kan prestasi satu anak dengan prestasi saudaranya.

f) Kemauan dan kemampuan orang tua untuk memberi tiap anak fasilitas dan lambang status yang sama.

g) Tekanan orang tua untuk prestasi akademis, olahraga, dan sosial yang baik.

h) Orang tua menentukan peran dan tugas tiap anak. 4) Keluarga besar mempunyai ciri-ciri:

a) Sering tidak terencana dan karenanya menimbulkan penolakan orang tua.

b) Perselisihan antar suami-isteri karena mereka harus melakukan pengorbanan pribadi dan finansial.

c) Peran tiap anak ditentukan oleh orang tua agar keluarga dapat berfungsi dengan efisien dan harmonis.

d) Pendidikan otoriter perlu untuk menghindarkan kekacauan atau anarki.

(35)

f) Persaingan dan perselisihan antar saudara sedikit karena pengendalian orang tua yang ketat tetapi diekspresikan secara tidak langsung dengan mengganggu, membentak, dan mengejek.

g) Seringkali orang tua tidak mampu memberi anak fasilitas dan lambang status yang sama dengan teman sebaya mereka. h) Sedikit tekanan orang tua untuk berprestasi kecuali pada anak

pertama.

i) Sedikit perlindungan yang berlebihan kecuali untuk anak pertama.

f. Kondisi yang Mempengaruhi Hubungan Antar Saudara Kandung Kondisi yang mempengaruhi hubungan antar saudara kandung menurut Hurlock (1989: 207-210), antara lain dikarenakan:

1) Sikap orang tua

Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap anak yang lain dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa persaingan dan permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik.

(36)

memenuhi harapan orang tua daripada anak yang lahir kemudian. Jadi orang tua sering lebih menyukai anak yang pertama. Sebaliknya, anak yang ditengah sering merasa tidak dihiraukan dibandingkan anak pertama dan anak terakhir. Mereka merasa bahwa orang tua pilih kasih dan mereka membenci saudara mereka. Sikap demikian menumbuhkan rasa iri hati dan permusuhan yang mempengaruhi hubungan antar saudara kandung secara negatif, dan kemudian juga mempengaruhi hubungan keluarga secara merugikan.

2) Urutan posisi

Dalam semua keluarga, kecuali keluarga satu anak, semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut. Jika anak menyukai peran yang diberikan padanya, semua berjalan dengan baik. Tetapi peran itu peran yang diberikan dan bukan yang dipilih sendiri, maka kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali. 3) Jenis kelamin saudara kandung

(37)

laki-laki lebih banyak berkelahi dengan kakak laki-laki daripada dengan kakak perempuannya, untuk sebagian karena orang tua tidak akan membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak perempauan.

4) Perbedaan usia

Perbedaan usia antar saudara kandung mempengaruhi cara mereka bereaksi satu terhadap yang lain dan cara orang tua memperlakukan mereka. Bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik jika anak berjenis kelamin sama maupun berlawanan, hubungan yang lebih ramah, kooperatif, dan kasih-mengasihi terjalin daripada bila usia mereka berdekatan. Jika perbedaan usia antar saudara besar, hubungan antara orang tua dan anak secara keseluruhan berbeda dari hubungan dengan perbedaan usia antar saudara yang kecil. Bila anak-anak berdekatan usia, orang tua cenderung memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Tetapi orang tua cenderung mengharapkan anak yang lebih tua menjadi model yang baik dan mereka mengecamnya bila ia gagal melakukan hal itu. Sebaliknya, anak yang lebih muda, diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan orang tua ini ikut memperburuk hubungan antar saudara kandung.

5) Jumlah saudara

(38)

yang besar. Untuk itu terdapat dua alasan. Pertama, bila hanya ada dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama daripada jika jumlahnya besar. Karena perbedaan usia juga mungkin sekali kecil, orang tua mengharapkan mereka bermain dan melakukan berbagai hal bersama-sama. Dengan perbedaan usia yang akan ada bila terdapat banyak anak, frekuensi kontak antar saudara kandung berkurang.

Kedua, bila ada banyak anak, disiplin cenderung otoriter. Bahkan bila ada antagonisme dan permusuhan, ekspresi terbuka perasaan ini dikendalikan dengan ketat. Hal ini, biasanya tidak terjadi pada keluarga sedikit anak. Pengawasan orang tua yang santai, permisif terhadap perilaku anak, memungkinkan antagonism dan permusuhan ini dinyatakan terbuka, sehingga tercipta suasana yang diwarnai perselisihan.

6) Jenis disiplin

(39)

keseluruhan disiplin demokratis menciptakan hubungan antar saudara yang lebih menyenangkan dan sehat dari disiplin otoriter. 7) Pengaruh orang luar

Terdapat tiga cara orang luar keluarga langsung mempengaruhi hubungan antar saudara: kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga, dan perban-dingan anak dengan saudaranya oleh orang luar. Jika sanak saudara atau tamu berada di rumah, untuk bertamu atau sebagai anggota tetap keluarga, sebagaimana halnya pada keluarga luas, jumlah sistem interaksi meningkat. Hal ini mungkin sekali akan menimbulkan perselisihan baru atau memperhebat perselisihan antar saudara yang sudah ada.

g. Status Sosial Keluarga

Pola kehidupan keluarga berbeda dari satu kelompok sosial dengan yang lain. Terdapat perbedaan dalam mengatur rumah tangga, hubungan suami-isteri; dalam konsep peran orang tua, anak, dan keluarga; dalam penggunaan uang dalam penyesuaian sosial;dalam pendidikan anak dan sikap terhadap disiplin dan dalam sikap terhadap kehidupan keluarga.

(40)

dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka.

h. Pekerjaan Orang tua

Pekerjaan ayah penting bagi anak yang lebih kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat langsung pada kesejahteraan si anak. Tetapi bagi anak yang lebih besar, pekerjaan ayah mempunyai arti budaya, sebab pekerjaan ayah mempengaruhi gengsi sosial anak.

Anak sekolah dasar membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan ayahnya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi secara merugikan.

Pekerjaan ayah mempengaruhi anak secara tidak langsung dalam arti bahwa pekerjaan itu mempengaruhi standar yang ditentukan ayah bagi anaknya. Dari pengalaman kerjanya, ayah mengetahui sikap, kecakapan dan kualitas apa saja yang perlu untuk keberhasilan. Kemudian ia mencoba memupuk sikap dan sifat itu pada anaknya. Jadi standar dunia pekerjaan mempengaruhi rumah dan mempengaruhi peran ayah.

(41)

mulai bekerja sebelum anak telah terbiasa selalu bersamanya, sebelum suatu hubungan tertentu terbentuk pengaruh-nya akan minimal. Tetapi jika hubungan mesra telah terbentuk, anak itu akan menderita, kecuali sorang pengganti ibu yang memuaskan tersedia, seorang pengganti yang disukai anak dan yang mendidik anak dengan cara yang tidak akan menyebabkan kebingungan atau kemarahan di pihak anak.

Perasaan anak yang lebih tua menghadapi ibu yang bekerja bergantung sebagian pada betapa seriusnya pekerjaan ibu meng-ganggu pola kehidupan keluarga, sebagian pada apa yang dilakukan ibu teman-temannya, sebagian pada stereotip yang telah dipelajari-nya mengenai seorang ibu dan banyak faktor lain. Bila ibu bekerja di luar rumah, kesempatan untuk kehidupan sosial dan rekreasi dengan keluarga biasanya terbatas, dan tiap anak harus mengerjakan lebih banyak tugas rumah dari yang lazim.

i. Fasilitas Tempat Tinggal

Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004:303) fasilitas tempat tinggal, antara lain:

1) Letak rumah dan keadaan di dalam rumah: keadaan fisik daerah di sekitar rumah, ukuran rumah, perlengkapan di dalam rumah, sumber penerangan dan sebagainya.

(42)

j. Suasana keluarga

Suasana keluarga yang mencakup kesesuaian keluarga dan perasaan anak di tempat tinggal saat ini. Suasana keluarga merupakan corak hubungan antara orang tua dan anak (akrab atau tidak). Kesesuaian (synchrony) merujuk pada interaksi yang terkoordinasi secara hati-hati antara orang tua dan anak atau remaja, yang saling menyelaraskan perilaku, yang seringkali secara tidak sadar (Santrock, 2003:175).

B. Kesehatan

1. Pengertian Kesehatan

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda matipun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, malah seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian.

(43)

cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) tahun 1975 sebagai berikut: sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. (Adam, 1978: 9)

Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui, bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental dan sosial, maka dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik(badan), mental( jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. (www.google.com)

(44)

Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

b. Kesehatan Mental

(45)

c. Kesehatan Sosial

Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. d. Kesehatan Ekonomi

Sehat jika ditinjau dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang(dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti. Misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

2. Tugas-Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Friedman, 1981). Membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :

(46)

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkem-bangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada (www.wikipedia.com)

3. Pengertian Sakit

Sakit yaitu defiasi/penyimpangan dari status sehat. Seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya,maka ia di anggap tidak sakit.

Adam (1978:10) mengatakan bahwa sakit adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, baik fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.

(47)

a. Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri

b. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit. c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja,

sekolah.

Adam (1978:10) mengatakan bahwa penyebab penyakit bermacam-macam. Dalam garis besarnya dapat kita bagi dalam 2 bagian:

1) Yang datang dari dalam

Akibatnya kadang-kadang tidak jelas langsung kelihatan. Akan tetapi berdasarkan pada faktor-faktor yang menentukan, ialah sebab yang dapat memudahkan timbulnya penyakit. Misalnya:

a) Konstitusi

Konstitusi terdiri dari kompleks sifat-sifat seseorang yang dasarnya sudah ada sejak lahir, seperti tinggi badan, bentuk badan, ukuran anggota, rambut, muka, dll.

b) Perubahan suhu badan. c) Pekerjaan

d) Usia

e) Penyakit-penyakit turunan, dll. 2) Yang datang dari luar, misalnya:

(48)

e) Karena jasad-jasad renic (microba).

f) Karena kekurangan zat-zat tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh (deficiency).

(49)

C. Aspek Kesehatan dan Keluarga Siswa-Siswi SMP Stella Duce 2

Yogyakarta

(50)

ekonomi keluarga. Dari sinilah Guru Bimbingan dan Konseling dapat mengetahui data siswa dan keluarganya secara pribadi dan membantu siswa jika mengalami kesulitan melalui data yang sudah terkumpul yang sudah disimpan dalam arsip di ruang Bimbingan dan Konseling SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

D. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Aspek Kesehatan dan

Keluarga Siswa-Siswi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

Tugas dan fungsi guru tidak saja memberikan pendidikan, pengajaran dan pelatihan saja. Akan tetapi tugas yang melekat pada dirinya juga tidak hanya sekedar di sekolah, melainkan di luar sekolah juga. Satu hal yang perlu menjadi perhatian dari guru kelas dan guru Bimbingan dan Konseling adalah tugas mendidik. Tugas ini adalah sangat berat, karena mendidik tidak saja menjadikan seorang anak yang semula berperilaku tidak terpuji, akan tetapi berubah menjadi anak yang baik.

(51)

Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah, “home visit” (kunjungan rumah) merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan masalah siswa. “Home visit” mempunyai dua tujuan, yaitu: pertama, untuk memperoleh berbagai keterangan atau data yang diperlukan dalam memahami lingkungan dan siswa. Kedua, untuk mengubah dan memecahkan permasalahan siswa yang mengalami kesulitan belajar. (www.wikipedia.com)

“Home visit” merupakan salah satu layanan pendukung dari kegiatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan guru pembimbing atau wali kelas dengan mengunjungi orang tua atau tempat tinggal siswa. Kegiatan dalam kunjungan rumah dapat berbentuk pengamatan dan wawancara, terutama tentang kondisi rumah tangga, fasilitas belajar dan hubungan antar anggota keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan siswa. Masalah siswa yang dibahas dapat berupa bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan bidang bimbingan karir.

Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik dari orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama bimbingan yang ditopang kegiatan kunjungan rumah adalah fungsi pemahaman.

(52)

diselesaikan bila ada kontak dengan orang tua atau diperkirakan masalahnya bersumber dari lingkungan keluarga. Pertimbangan diperlukannya kunjungan rumah sebagai berikut: jika permasalahan yang dihadapi siswa ada sangkut pautnya dengan masalah keluarga; keluarga sebagai salah satu sumber data yang dapat dipercaya tentang keadaan siswa. Dalam kegiatan bimbingan diperlukan kerja sama antara guru pembimbing dengan orang tua. Faktor situasi keluarga memegang peranan penting terhadap perkembangan dan kesejahteraan anak.

Peran orang tua dalam masalah ini adalah membimbing dan menuntun anaknya dengan baik, bebas dari lingkungan negatif, memberi keyakinan percaya diri yang cukup dengan memberikan fasilitas sesuai dengan kemampuan. Juga bertanggung jawab menjaga lingkungan keluarga dan masyarakat agar ideal, baik dalam bentuk pribadi santun maupun dalam ketaatan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, orang tua juga harus bersinergi dengan sekolah dengan cara turut serta memantau, mengevaluasi dan memberikan masukan positif untuk kemajuan sekolah, dengan tetap secara materiil membantu sekolah sesuai kemampuan.

(53)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi dokumenter. Dokumen kartu pribadi siswa merupakan sarana untuk mengumpulkan data atau informasi tentang riwayat kesehatan dan riwayat keluarga (http: //www.ardhana 12.Wordpress.com). Variabel penelitian ini adalah aspek kesehatan dan keluarga siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2, Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari kelas Utari, Kunthi, dan Srikandhi. Jumlah keseluruhan siswa-siswi kelas VII Utari adalah 29 orang, kelas Kunthi 30 orang, dan kelas Srikandhi 31 orang. Jumlah keseluruhan populasi adalah 90 orang.

C. Alat Pengumpul Data

(54)

1. Data Aspek Keluarga Siswa-siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2

Yogyakarta

Data keluarga siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta diambil berdasarkan dari kartu pribadi siswa. Kartu pribadi siswa berisikan penggalian data siswa dan data keluarga siswa. Kartu pribadi siswa yang berisikan data siswa dan data aspek keluarga siswa dipakai di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta berdasarkan acuan buku “Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan” karangan W.S. Winkel S.J., M.Sc., dan Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si dalam cetakan pertama Oktober 1991.

Isi kartu pribadi siswa berisi tentang data aspek keluarga siswa antara lain: identitas orang tua, data keluarga inti, tanggungan orang tua, keadaan orang tua, fasilitas tempat tinggal, dan suasana keluarga.

a. Identitas orang tua: nama lengkap orang tua atau wali, alamat dan telepon rumah, kewarganegaraan, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat dan telepon tempat kerja.

b. Data keluarga inti: siswa yang bersangkutan anak ke berapa dan sebagai anak kandung/angkat/tiri, jumlah saudara sekandung, jumlah anak orang tua.

c. Tanggungan orang tua: turut tinggal di rumah orang tua dan jumlah tanggungan orang tua.

(55)

e. Fasilitas tempat tinggal di Yogyakarta:

1) Penerangan : listrik/lampu minyak

2) Air : sumur/PAM/sumber air lain

3) Bacaan : Koran/majalah/tidak ada

4) Ruang tamu : ada/tidak ada

5) Ruang belajar : sendiri/bersama/tidak ada

6) Meja belajar : sendiri/bersama/tidak ada

f. Suasana keluarga:

1) Orang tua sering pergi lama : ayah; ya/tidak, Ibu ; ya/tidak

2) Kesesuaian keluarga : harmonis/cekcok/keluarga retak

3) Perasaan di tempat tinggal saat ini : senang/bahagia/nyaman/bosan 4) Kepala keluarga : ayah/ibu/……

5) Keluarga sakit keras : ada/tidak; yaitu…. 6) Keadaan sosial ekonomi keluarga : kuat/cukup/lemah

2. Data Aspek Kesehatan Siswa-Siswi kelas VII SMP Stella Duce 2

Yogyakarta

(56)

buku pribadi siswa tercantum juga pertanyaan mengenai aspek kesehatan siswa pada saat siswa mengisi kartu pribadi tersebut, apakah siswa pada saat itu dalam keadaan sehat atau sakit. Kemudian ada juga pertanyaan, apakah siswa pernah mengalami sakit keras atau pernah kecelakaan. Data tersebut diperlukan oleh sekolah sebagai dasar informasi jika suatu saat sekolah ingin mengetahui riwayat kesehatan siswanya.

Data kesehatan adalah data yang menggali riwayat penyakit dan terbatas pada riwayat penyakit keras. Sakit keras yang dimaksud diambil menurut catatan medis. Di sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta mempunyai fasilitas UKS ( Unit Kesehatan Sekolah). Riwayat kesehatan siswa tidak hanya dapat diperoleh melalui kartu pribadi siswa tapi juga dapat diperoleh melalui catatan kunjungan UKS. Dari catatan kunjungan tersebut, pihak sekolah dapat mengetahui seberapa seringnya siswa-siswa ke UKS dengan sakit yang sedang dideritanya.

(57)

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini adalah tahap-tahap pelaksanaan dalam pengumpulan data:

a. Bertemu dengan kepala sekolah untuk menyampaikan surat ijin dan meminta waktu kapan dapat melakukan pengambilan data.

b. Melakukan pengambilan data aspek keluarga dan aspek kesehatan siswa kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 melalui kartu pribadi yang disimpan di ruang BK (Bimbingan dan Konseling) sebagai arsip BK atas ijin dari guru BK. Pengambilan data dimulai dari tanggal 6 September 2010 – 27 September 2010 kurang lebih selama 3 minggu.

(58)

2. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini: a. Data yang sudah terkumpul dimasukkan dalam tabulasi data

(pengskoringan dan penjumlahan)dalam tabel induk dengan menggunakan excel yaitu dengan cara dijumlahkan skor-skor yang diperoleh siswa tiap masing-masing kelas.

b. Perhitungan persentase dengan menggunakan diagram Pie

(59)

45

BAB IV

HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yaitu Analisis Dokumenter Profil Aspek Keluarga dan Kesehatan Berbasis Kartu Pribadi Siswa-Siswi Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

a. Aspek Keluarga

1. Suasana Keluarga Siswa-Siswi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta di Tempat Tinggal Saat Ini

a) Orang Tua Pergi Lama

(60)

Diagram 1

Diagram Orang tua Pergi Lama dalam Aspek Keluarga

b) Kesesuaian Keluarga Orang Tua dan Anak

(61)

Diagram 2

Diagram Kesesuaian Keluarga Orang tua dan Anak

c) Perasaan Siswa di Tempat Tinggal Saat Ini

(62)

Diagram 3

Diagram Perasaan di Tempat Tinggal Saat Ini

d) Kepala Keluarga

Hasil penelitian menyatakan bahwa 82 orang (91%) ayah siswa sebagai kepala keluarga. Delapan orang (9%) menyatakan bahwa ibu siswa sebagai kepala keluarga.

Diagram 4

(63)

e) Keadaan Ekonomi Keluarga Siswa

Hasil penelitian menyatakan bahwa 4 orang (4%) keadaan ekonomi keluarga siswa kuat. Delapan puluh lima orang (94%) keadaan ekonomi keluarga siswa cukup. Satu orang (1%) keadaan ekonomi keluarga siswa lemah.

Diagram 5

Keadaan Ekonomi Keluarga Siswa

2. Komposisi Urutan Anak di Keluarga Siswa-Siswi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

a) Anak Kandung

(64)

Diagram 6

Diagram Urutan Kelahiran Anak Kandung

b) Anak angkat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 orang (50%) status dalam keluarga adalah anak angkat sebagai anak pertama. Satu orang (50%) status dalam keluarga adalah anak angkat sebagai anak keempat.

Diagram 7

(65)

c) Anak Tiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 orang (100%) status dalam keluarga adalah anak tiri sebagai anak ketiga.

Diagram 8

Diagram Urutan Anak (Tiri) dalam Keluarga

3. Jumlah Saudara Kandung Siswa-Siswi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta a) Komposisi Saudara Kandung Lelaki

(66)

Diagram 9

Diagram Jumlah Saudara Kandung Laki-Laki

b) Komposisi Saudara Kandung Perempuan

Hasil penelitian menyatakan bahwa 38 orang (79%) siswa mempunyai 1 orang saudara perempuan. Sembilan orang (9%) siswa mempunyai 2 orang saudara perempuan. Satu orang (4%) siswa mempunyai tiga saudara perempuan.

Diagram 10

(67)

4. Jumlah Anak yang Dimiliki Orang Tua dan Jumlah Tanggungan Orang tua Di Rumah

a) Jumlah Anak yang Dimiliki Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 orang (13%) menyatakan bahwa banyaknya anak yang dimiliki orangtua 1 anak. Dua puluh sembilan orang (32%) banyaknya anak yang dimiliki orang tua 2 anak. Tiga puluh empat orang (37%) banyaknya anak yang dimiliki orang tua 3 anak. Dua belas orang (13%) banyaknya anak yang dimiliki orang tua 4 anak. Tiga orang (3%) banyaknya anak yang dimiliki orang tua 5 anak. Satu orang (1%) banyaknya anak yang dimiliki orang tua 6 anak.

Diagram 11

(68)

b) Jumlah Tanggungan Orang Tua di Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 orang (13%) jumlah tanggungan orang tua di rumah 1 orang. Tiga puluh empat (43%) jumlah tanggungan orang tua di rumah 2 orang. Dua puluh tujuh (34%) jumlah tanggungan orang tua di rumah 3 orang. Tujuh orang (9%) jumlah tanggungan orang tua di rumah 4 orang. Dua orang (3%) jumlah tanggungan orang tua di rumah 5 orang.

Diagram 12

Diagram Jumlah Tanggungan Orang Tua

5. Keadaan Orang Tua

a) Keadaan Orang Tua (Ayah)

(69)

Diagram 13

Diagram Keadaan Orang Tua (Ayah)

b) Keadaan Orang Tua (Ibu)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 89 orang (99%) status ibu dalam keluarga sebagai ibu kandung. Satu orang (1%) status ibu dalam keluarga sebagai ibu angkat. Tidak ada yang memiliki ibu tiri (0%).

Diagram 14

(70)

6. Saudara yang Turut Tinggal di Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 orang (1%) paman turut tinggal bersama keluarga siswa dirumah. Lima orang (5%) bibi turut tinggal bersama keluarga siswa di rumah. Dua orang (2%) kakek turut tinggal bersama keluarga siswa di rumah. Enam orang (7%) nenek turut tinggal bersama keluarga siswa di rumah. Tujuh delapan orang (85 %) tidak ada saudara yang turut tinggal bersama keluarga siswa di rumah.

Diagram 15

Diagram Saudara yang Turut Tinggal di Rumah

7. Tempat Tinggal di Yogyakarta dan Fasilitasnya a) Penerangan

(71)

Diagram 16

Diagram Fasilitas Penerangan di Tempat Tinggal

b) Air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58 orang (64%) memiliki fasilitas air sumur di tempat tinggal siswa. Tiga puluh satu orang (34%) memiliki fasilitas air PAM di tempat tinggal siswa. Dua orang (2%) memiliki fasilitas sumber air lain di tempat tinggal siswa.

Diagram 17

(72)

c) Ruang Tamu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84 orang (93%) memiliki ruang tamu di tempat tinggalnya. Enam orang (7%) tidak memiliki ruang tamu ditempat tinggalnya.

Diagram 18

Diagram Fasilitas Ruang Tamu di Tempat Tinggal

d) Bacaan

(73)

Diagram 19

Diagram Fasilitas Bacaan di Tempat Tinggal

e) Ruang Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43 orang (41%) orang tua menyediakan fasilitas ruang belajar untuk siswa belajar sendiri dirumah. Tiga puluh tujuh orang (36%) orang tua menyediakan fasilitas ruang belajar bersama saudara yang lain untuk belajar di rumah. Dua puluh empat orang (23%) siswa tidak memiliki ruang belajar di rumah.

Diagram 20

(74)

f) Meja Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51 orang (57%) siswa memiliki fasilitas meja belajar sendiri di rumah. Dua puluh delapan orang (31%) siswa memiliki fasilitas meja belajar bersama dengan saudara yang lain di rumah. Sebelas orang (12%) siswa tidak memiliki fasilitas meja belajar di rumah.

Diagram 21

Diagram Fasilitas Meja Belajar di Tempat Tinggal

b. Aspek Kesehatan

1. Siswa pada Saat Mengisi Kartu Pribadi

(75)

Diagram 22 Diagram Kesehatan

2. Riwayat Sakit Keras Siswa

Hasil penelitian tentang sakit keras yang pernah dialami siswa menunjukkan bahwa ada 3 orang (3%) siswa pernah menderita penyakit asma. Dua orang (2%) pernah menderita penyakit paru-paru. Dua orang (2%) pernah menderita penyakit amandel. Tujuh orang pernah menderita penyakit tipus. Sepuluh orang (8%) pernah menderita penyakit demam berdarah. Dan enam puluh tujuh orang (74%) tidak pernah menderita penyakit keras.

Diagram 23

(76)

3. Riwayat Kecelakaan Siswa

Hasil penelitian tentang kecelakaan, bahwa 12 orang (13%) pernah mengalami kecelakaan motor. Dua orang (2%) pernah mengalami kecelakaan mobil. Tiga orang (3%) pernah jatuh dari pohon. Tujuh puluh empat orang (81%) tidak pernah mengalami kecelakaan baik motor, mobil maupun jatuh dari pohon.

Diagram 24

(77)

B. Pembahasan

Peran guru kelas dan guru Bimbingan dan Konseling di sekolah dalam mendukung belajar siswa, dan membantu mengatasi masalah yang siswa alami sangat membantu siswa menjadi pribadi yang baik, sehat dan berprestasi khususnya dalam program kunjungan rumah atau “home visit”. Kunjungan rumah yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling berdasarkan data-data yang ada di kartu pribadi. Dari data pribadi, guru Bimbingan dan Konseling dapat menghasilkan suatu deskripsi tentang kepribadian siswa dalam berbagai aspeknya (Winkel, 1991: 268). Dari beberapa aspek terdapat indikator-indikatornya dan menunjukkan bahwa ada perbedaan persentase antara indikator yang satu dengan yang lain, yaitu

Dari data kesesuaian keluarga siswa yang sebagian besar berasal dari keluarga harmonis terungkap 30 orang (17%) siswa menyatakan bahwa ayah mereka sering pergi dalam waktu yang lama. Berkaitan dengan peran dan tanggung jawab ayah sebagai kepala keluarga membuat ayah sering pergi lama untuk bekerja guna menghidupi keluarga. Sedangkan ibu lebih banyak berada di rumah, karena sudah menjadi tanggung jawab ibu mengurus rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak di dalam keluarga serta memperhatikan kesehatan keluarga dan pendidikan anak-anaknya. Jadi, lebih banyak siswa yang menyatakan ayah sering pergi dalam waktu yang lama dibandingkan ibu.

(78)
(79)

yang mengatur kebutuhan anak, mendidik anak, menjaga kebutuhan gizi dan kesehatan keluarga.

(80)

Melihat kesesuaian keluarga harmonis dan status ayah sebagai ayah kandung, maka 82 orang (91%) siswa menyatakan peran ayah sebagai kepala keluarga adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Meskipun 8 orang (9%) ibu sebagai kepala keluarga karena ada yang ayahnya sudah meninggal, ada juga yang orang tuanya sudah bercerai, ada yang ayah bekerja jauh dari tempat tinggal saat ini. Sehingga ibu yang menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga sekaligus mencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Hal ini sejalan dengan peran ayah dan peran ibu dalam teori Sugeng (2003, Wikipedia:2010). Jadi lebih banyak siswa yang menyatakan bahwa ayah sebagai kepala keluarga dibandingkan ibu.

(81)

dengan teori Hurlock (1989) yang menyatakan bahwa jumlah sistem interaksi atau ukuran keluarga dan pekerjaan orangtua mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga.

(82)

siswa mempunyai 1 saudara perempuan.Dengan diungkapkan sebagian besar siswa mempunyai 1 saudara laki-laki dan 1 saudara perempuan berarti sesuai dengan teori Hurlock (1989:208) kondisi yang mempengaruhi hubungan antar saudara kandung yaitu jenis kelamin saudara kandung.

(83)

giat mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan keluarga. Peran ibu sebagai ibu rumah tangga mengatur keperluan untuk suami, anak-anaknya serta saudara yang tinggal dalam satu atap. Bahkan ibu juga membantu ayah mencari nafkah tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Kehadiran orang di luar rumah mempengaruhi hubungan antar saudara kandung. Tetapi karena melihat kesesuaian keluarga sebagian besar siswa harmonis berarti hubungan keluarga dengan saudara yang ikut tinggal di rumah saling mendukung dan membantu.

(84)
(85)

Delapan puluh sembilan orang (99%) dinyatakan sehat. Satu orang (1%) sedang dalam keadaan sakit. Jadi, sebagian besar siswa dalam keadaan kondisi sehat pada saat mengisi kartu pribadi. Karena mengisi kartu pribadi dilakukan saat awal masuk sekolah tahun ajaran baru dan siswa selesai berlibur bersama keluarga.

(86)

satu pendukung agar anak cepat segera ditangani, diperiksa oleh tenaga medis atau dokter dan diobati agar segera sebuh dan penyakit yang sedang dialaminya tidak berkepanjangan. Sehingga pendidikan di sekolahnya tidak terganggu karena masalah kesehatan siswa.

(87)

73

BAB V

PENUTUP

Di bab ini peneliti memberikan kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian ini :

(88)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai studi deskriptif tentang profil keluarga dan kesehatan siswa SMP Stella Duce 2 yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Guru Pembimbing

Guru pembimbing diharapkan lebih peka terhadap aspek keluarga dan kesehatan siswa. terhadap keluarga dan kesehatan siswa. Hal ini dilakukan dengan memberikan bimbingan, informasi, dan pendampingan yang lebih kepada siswa untuk membantu mereka mengembangkan dan mengarahkan akan sadarnya gerakan kebersihan lingkungan untuk mencegah wabah penyakit demam berdarah, makan-makanan yang sehat dan bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna, informasi mengenai syarat-syarat mengemudikan kendaraan bermotor dan tata tertib berlalu lintas karena tingkat berpikir siswa masih integral atau belum baik.

2. Siswa

(89)

75

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Sjamsunir. 1978.

Hygiene Perseorangan.

Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Hurlock, E.B. 1989.

Perkembangan Anak, jilid II

. Jakarta: Erlangga.

Kartono, K. 2000.

Hygiene Mental cetakan VII.

Bandung: CV. Mandar Maju.

Milburga, Larasati. 2006.

Bimbingan dan Konseling Keluarga

. Yogyakarta: Diktat.

Santrock, John W. 2003.

Adolesence: Perkembangan Remaja Edisi 6.

Jakarta:

Erlangga.

Santrock, John W. 2002.

Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi

5, jilid 1.

Jakarta:Erlangga.

Santrock, John W. 2002.

Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi

5, jilid 2.

Jakarta:Erlangga.

Suparjo. 1947.

Konsep Sehat Sakit.

Jakarta

Supranto, J. 1989.

Statistik Teori dan Aplikasi, jilid 1

. Jakarta Erlangga.

Usman, Husaini. 1995.

Pengantar Statistika

. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Winkel, W.S. & Sri Hastuti, M.M. 2004.

Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan Edisi Revisi

. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Website

(90)
(91)

LAMPIRAN 1

(92)

Kartu Pribadi

A. Identitas Siswa

1. Nama lengkap : ………..

2. Nama panggilan : ……….. 3. Keadaan kesehatan : saat ini …..

pernah sakit keras ……… pernah kecelakaan ……… B. Data keluarga dan tempat tinggal

Keterangan Ayah kandung

Ibu kandung Wali 1. nama lengkap

2. alamat rumah 3. kewarganegaraan 4. umur

5. agama

6. pendidikan terakhir 7. pekerjaan

8. alamat tempat kerja

9. Siswa yang bersangkutan anak ke : …. sebagai anak kandung/angkat/tiri 10. Saudara sekandung : lelaki … orang; perempuan …. orang 11. Jumlah anak orang tua : ….. orang

Jumlah tanggungan orang tua : ….. orang

12. Keadaan orang tua : ayah kandung/angkat/tiri/wali ibu kandung/angkat/tiri/wali 13. Turut tinggal di rumah orang tua : ……

14. Tempat tinggal di Yogyakarta, memiliki/ menyediakan fasilitas a. penerangan : listrik/lampu minyak

b. air : sumur/PAM/sumber air lain c. bacaan : koran/majalah/tidak ada d. ruang tamu : ada/tidak

e. ruang belajar: sendiri/bersama/tidak ada f. meja belajar : sendiri/bersama/tidak ada 15. Suasana keluarga (kesan umum)

a. orang tua sering pergi lama : ayah;ya/tidak, ibu; ya/tidak b. kesesuaian keluarga :

harmonis/perceraian/cekcok/keluarga retak

c. perasaan di tempat tinggal saat ini : ……. d. kepala keluarga : ayah/ibu

(93)

LAMPIRAN 2

TABEL ASPEK KELUARGA

SISWA-SISWI KELAS VII SRIKANDI SMP

STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

(94)
(95)
(96)
(97)

LAMPIRAN 3

TABEL ASPEK KESEHATAN

SISWA-SISWI KELAS VII SRIKANDI SMP

STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

(98)
(99)

LAMPIRAN 4

TABEL ASPEK KELUARGA

SISWA-SISWI KELAS VII UTARI SMP

STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

(100)
(101)
(102)
(103)

Gambar

gambar grafik berupa lingkaran. Luas limgkaran merupakan komponen
tabel induk
TABEL ASPEK KELUARGA SISWA-
TABEL ASPEK KESEHATAN SISWA-
+7

Referensi

Dokumen terkait

akurasi tendangan long pass adalah metode yang lebih baik dan dapat. digunakan oleh para pelatih sepakbola sebagai salah satu materi

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,

Maka hasil output dari pengolahan data sebagai

Gambar 5.1 Diagram Batang Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Gunungsitoli Tahun

PENGADAAN BARANG/JASA TAHAP II KEGIATAN APBD IGBUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN ANGGARAN 2012. PADA DlItlAS PEIIIDIDIKAN

penyertaan modal ke dalam modal saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pindad yang statusnya sebagai Perusahaan Perseroan (Persero) ditetapkan berdasarkan Peraturan

14 Rizka Putri Adriani SMAN 34 JKT JAKARTA SELATAN. 15 Mujahidin Yusuf SMAN 47 JKT

Secara keseluruhan, proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa Arab dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) bahasa Arab terbukti secara efektif dapat meningkatkan minat