i
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS PERSONALITY) PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Panji Prasasti Jalapuspa Krishnamurti
NIM : 04 9114 067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
K arya sederhana ini kupersembahkan untuk
mereka semua yang telah membimbing, mendukung, dan membantuku
v Sri Yésus ingkang lembah manah, tuwin andhap-asor:
midhangetna panyuwun kawula. Saking raos kepéngin dipun aosi,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos kepéngin dipun alem,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos kepéngin dipun urmati,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos kepéngin mélik kalenggahan,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos kepéngin dipun suwuni rembag,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos kepéngin dados pangajeng,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih dipun anggep rèmèh,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih dipun asoraken,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih boten kapétang,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih manggih kuceming asma,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih dipun sepèlékaken,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih dipun poyoki,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih dipun awon-awon,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Saking raos ajrih dipun dakwa ingkang boten saé,
nyuwun luwar, dhuh Sri Yésus. Mugi tiyang sanès dipun aosi nglangkungi kawula,
dhuh Sri Yésus, nyuwun sih sageda kepéngin ingkang semanten wau. Mugi tiyang sanès dipun paringi gangsar lan kawula dhawah kantun,
dhuh Sri Yésus, nyuwun sih sageda kepéngin ingkang semanten wau. Mugi tiyang sanès saya dipun aosi, lan kawula boten kapétang,
dhuh Sri Yésus, nyuwun sih sageda kepéngin ingkang semanten wau. Mugi tiyang sanès angsal pakurmatan lan kawula dipun rèmèhaken,
dhuh Sri Yésus, nyuwun sih sageda kepéngin ingkang semanten wau. Mugi tiyang sanès ngungguli kawula ing samukawis,
vii
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT KEPRIBADIAN TAHAN BANTING
(HARDINESS PERSONALITY) PADA MAHASISWA FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Panji Prasasti Jalapuspa Krishnamurti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tingkat ketahan-bantingan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Selain itu, peneliti juga menguji tingkat kepribadian tahan banting mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggalnya. Untuk menguji validitas skala kepribadian tahan banting peneliti melakukan analisis validitas isi dengan reliabilitas skala sebesar 0.886. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 memiliki rata-rata skor sebesar 88,30 dan berada dalam kategori tingkat ketahan-bantingan tinggi. Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat ketahan-bantingan mahasiswa angkatan 2010 berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggalnya.
viii
HARDINESS PERSONALITY LEVEL
OF THE STUDENTS OF FACULTY OF PSYCHOLOGY OF SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA:
A DESCRIPTIVE STUDY
Panji Prasasti Jalapuspa Krishnamurti
ABSTRACT
This research is aimed to know the hardiness level of the students of Faculty of Psychology of Sanata Dharma University. Researcher also examines about hardiness level in genders and residences. To examine validity of hardiness scales researcher used contents validity with its reliability 0.886. the result shows that 2010’s students of Faculty of Psychology of Sanata Dharma University had subjection mean 88.30 in hardy category. Advance analysis result shows that no differences of level of hardiness in 2010’s students gender and residence.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Pengasih karena berkat
limpahan rahmat dan kasih-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Studi Deskriptif Tingkat Kepribadian Tahan Banting (Hardiness Personality)
Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai tak lepas dari
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Tri Tunggal Mahakudus: Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang selalu menolong
penulis dengan tangan-Nya yang ajaib.
2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi.
3. Ibu Titik Kristiyani S.Psi, M.Psi. selaku Ketua Program Studi Fakultas
Psikologi.
4. “Mbak” Etta selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Ibu Aquilina Tanti Arini, S. Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi,
xi
6. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M. Si. yang memberikan banyak
masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih indah.
7. Ibu Dr. Tjipto Susana, M. Si. yang mengajari penulis cara membuat skripsi
yang baik melalui pertanyaan-pertanyaan dan saran yang membangun.
8. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah membantu dan memberi
dukungan kepada penulis selama kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi dengan baik.
9. Staf Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Pak Gie’, dan
secara khusus Mbak Nanik yang bersedia menunggu penulis sampai selesai
menyusun skripsi ini.
10.Papa dan mama yang selalu memberi semangat walaupun sempat ragu dengan
kemampuan anaknya sendiri.
11.Mas Bayu, Mbak Ajeng, Arif, dan dedek kecil; terima kasih atas dukungannya
selama ini.
12.Mbak Nike, Mas Suryo, dan Jeng Nilam; terima kasih buat kebersamaannya di
pondok hijau bantul.
13.Agustinus Isnu Haryoto, belahan jiwa yang selalu mendukung, menyemangati,
dan membantu setiap saat setiap waktu, terima kasih buat smuanya semoga
proses kita selama ini membawa buah-buah yang indah di masa depan.
14.Teman-teman Angkatan 2004 yang berada di ujung tanduk pada tanggal 29
Juli 2011. Terima kasih atas dukungan kalian melewati masa-masa kritis
xii
15.Teman-teman panitia Live In Fakultas Psikologi tahun 2011, terima kasih atas bantuannya dalam mengumpulkan data. Tanpa kalian skripsi ini tak akan
mungkin selesai.
16.Pakdhe Wahyu 2009, makasih buat bantuannya.
17.Teman-teman angkatan 2010, terima kasih banyak telah membantu penulis
dengan menjadi partisipan dalam penelitian ini. Semoga pengalaman live in
membuat kalian menjadi insan yang lebih peka dengan lingkungan sekitar.
18.Pengurus Dewan Paroki Gereja Santo Yakobus Klodran, Bantul yang
memberi dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik.
19.Teman-teman PBB Amerika – Indonesia, terima kasih boleh belajar banyak
dari kalian semua dan juga untuk semangat yang kalian berikan kepada
penulis.
20.Anjing-anjing yang selalu setia menemani penulis saat menyusun skripsi ini
dan memberi penghiburan kala penat datang menerpa.
21.Seluruh teman-teman angkatan 2004. Selalu sukses dan tetap semangat.
22.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang berperan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Segala
kritik dan saran yang membangun berkaitan dengan skripsi ini akan penulis terima
dengan senang hati.
Yogyakarta, September 2011
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 8
C. TUJUAN PENELITIAN ... 8
xiv
1. Manfaat Teoretis ... 9
2. Manfaat Praktis ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. KEPRIBADIAN TAHAN BANTING ... 10
1. Pengertian Kepribadian Tahan Banting ... 10
2. Aspek-aspek Kepribadian Tahan Banting ... 11
a. Control (Kontrol) ... 11
b. Commitment (Komitmen) ... 12
c. Challenge (Tantangan) ... 12
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tahan Banting ... 15
B. PENELITIAN-PENELITIAN TENTANG KEPRIBADIAN TAHAN BANTING ... 16
C. MAHASISWA ... 17
1. Pengertian Mahasiswa ... 17
2. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ... 17
3. Tahap Perkembangan yang Dialami Mahasiswa ... 17
xv
1. Gambaran Singkat Beban yang Dialami Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma ... 20
2. Stres yang Dialami Remaja dalam Tahap Perkembangannya ... 21
3. Kaitan antara Pentingnya Kepribadian Tahan Banting dengan Beban Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ... 22
4. Pertanyaan Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. JENIS PENELITIAN ...26
B. VARIABEL PENELITIAN ... 26
C. DEFINISI OPERASIONAL ... 27
D. SUBJEK PENELITIAN ... 27
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ... 28
F. PERSIAPAN PENELITIAN ... 31
1. Uji Coba Alat Ukur ... 31
2. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 31
a. Seleksi aitem ... 31
b. Reliabilitas Skala Kepribadian Tahan Banting ... 34
xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 38
B. HASIL PENELITIAN ... 39
1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39
2. Uji Normalitas ... 41
3. Deskripsi Data Penelitian ... 41
4. Kategorisasi Tingkat Ketahan-bantingan Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ... 44
5. Data Demografi dan Kategorisasi Ketahan-Bantingan ... 44
C. PEMBAHASAN ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. KESIMPULAN ... 54
B. SARAN ...54
1. Bagi Pihak Fakultas ... 54
2. Bagi Peneliti yang Berminat dengan Topik Serupa ... 55
DAFTAR PUSTAKA ...57
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema pentingnya kepribadian tahan banting dalam
menghadapi aneka beban yang dialami mahasiswa fakultas psikologi universitas sanata dharma ... 24
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Kepribadian Tahan Banting Sebelum
Uji Coba ... 30
Tabel 2. Skala Kepribadian Tahan Banting dengan Aitem-aitem yang Dinyatakan Gugur ... 33
Tabel 3. Persebaran Aitem Skala Kepribadian Tahan Banting untuk Penelitian ... 33
Tabel 4. Pengkategorian Skor ... 37
Tabel 5. Data Persebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
Tabel 6. Data Persebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal ... 40
Tabel 7. Deskripsi Statistik Data Penelitian ... 42
Tabel 8. Kategorisasi Subjek Penelitian ... 44
Tabel 9. Pengkategorian Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Angket Penelitian Sebelum Uji Coba ... 60
Tabulasi Hasil Skoring Uji Coba Skala Kepribadian Tahan Banting ... 67
Hasil Penghitungan SPSS Data Uji Coba Skala Kepribadian Tahan Banting ... 72
Angket Penelitian Setelah Uji Coba ... 78
Tabulasi Hasil Skoring Data Penelitian ... 85
Tabel Penghitungan SPSS Uji Normalitas Data Penelitian ... 97
Grafik Q-Q Plot Data Penelitian ... 97
Tabel Penghitungan SPSS Frekuensi Data Penelitian ... 98
Tabel Penghitungan SPSS Frekuensi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 100
Tabel Penghitungan SPSS Frekuensi Data Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal ... 100
Tabel Hasil Uji t Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 101
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi merupakan kegiatan
belajar-mengajar yang paling pasif karena proses pembelajarannya sangat
‘dosen-centered’. Mahasiswa hanya duduk mendengarkan ceramah dosen tanpa terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Rekdale, 2008). Penjelasan tersebut sangat
bertentangan dengan pengalaman yang dirasakan oleh peneliti selama menjadi
mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
menjalani masa kuliah, peneliti merasa bahwa justru mahasiswalah yang harus
lebih berperan aktif dengan mencari berbagai bahan tambahan sebagai referensi
yang dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan
dosen. Menurut peneliti, mahasiswa tidak bisa hanya mengandalkan materi yang
disampaikan dosen di dalam kelas. Oleh karena itu, salah satu tugas dosen
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam Buku Pedoman
Akademis Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun 2004 adalah
mencantumkan sumber bacaan mata kuliah pada silabus perkuliahan yang disusun
dosen. Ada dua macam sumber bacaan, yaitu: sumber bacaan wajib dan sumber
bacaan anjuran. Sumber bacaan wajib merupakan bahan pengajaran yang wajib
diujikan kepada mahasiswa sedangkan sumber bacaan anjuran tidak diujikan
secara langsung (Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2004).
Menurut Buku Pedoman Akademis Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma tahun 2004, dosen perlu menyebutkan metode-metode evaluasi
yang akan dipergunakan seperti ujian dan tugas. Dalam memberikan penilaian
terhadap tugas, dosen dianjurkan untuk menguraikan tentang frekuensi dan
kriteria yang dituntut (Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2004).
Tugas dan ujian yang diberikan dosen akan dinilai sehingga perlu ditunjukkan
bobot pada setiap butir penilaian yang akan menentukan nilai final (Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2004). Dengan demikian peran tugas-tugas
kuliah menjadi penting karena dapat membantu meningkatkan nilai yang
diperoleh mahasiswa. Akan tetapi, menurut pengalaman dan pengamatan peneliti
selama mengikuti kuliah, sering kali beberapa tugas diberikan dalam waktu yang
hampir bersamaan oleh beberapa dosen. Tugas-tugas yang menumpuk ini
terkadang membuat mahasiswa merasa terbebani.
Setelah berbincang-bincang dengan beberapa mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma mengenai aktivitas perkuliahan pada
beberapa kesempatan yang berbeda, peneliti menyimpulkan bahwa ada tiga
macam sumber stres (stressor) dalam bidang akademis pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang dianggap sebagai beban perkuliahan.
Pada mahasiswa semester awal, stressor yang dirasakan berkaitan erat dengan berubahnya cara belajar antara masa SMA dengan masa kuliah. Perubahan ini
menuntut mahasiswa untuk segera menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan
agar ia dapat beperan secara optimal sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa
proses penyesuaian diri ini membuat mahasiswa yang baru masuk dan mulai
belajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengalami
beban yang cukup berat terlebih lagi karena para mahasiswa baru belum terbiasa
dengan iklim perkuliahan. Bobot tugas dan ujian juga berbeda dengan masa SMA,
hal ini semakin membebani mahasiswa yang baru mulai beradaptasi dengan
suasana perkuliahan. Mahasiswa tersebut mengatakan bahwa beban kuliah pada
semester IV yang ia lalui tidaklah seberat beban kuliah pada semester-semester
sebelumnya. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena ia sudah bisa
beradaptasi dengan aktivitas perkuliahan.
Stressor yang kedua dialami oleh mahasiswa semester menengah. Para mahasiswa semester menengah mengeluhkan tentang beban dan bobot tugas
yang mulai meningkat. Mereka berpendapat bahwa tugas pada semester VI terasa
berat karena hampir semua mata kuliah memiliki tugas akhir yang bobotnya
tinggi. Hal ini terjadi karena mahasiswa semester VI mulai dituntut untuk mampu
terjun dan praktek langsung ke lokasi-lokasi tertentu sesuai tugas yang diberikan
dosen pengampu mata kuliah.
Stressor terakhir dialami oleh mahasiswa semester akhir yang diwakili oleh mahasiswa semester VIII. Semester VIII adalah saat bagi mahasiswa untuk
mulai menyusun skripsi. Selain mengerjakan skripsi yang menjadi syarat
kelulusan dan memperoleh gelar sarjana, ada mahasiswa memanfaatkan semester
ini untuk mengulang mata kuliah yang nilainya kurang memuaskan atau
mengambil mata kuliah baru yang beberapa di antaranya adalah mata kuliah
baik tugas-tugas dan ujian termasuk juga menyusun skripsi sehingga mereka
merasa semester VIII merupakan semester terberat.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai beban dan tuntutan
akademis yang dialami oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma, maka dapat diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma memiliki beban dan tuntutan akademis yang berbeda-beda. Beban
kuliah membuat mahasiswa mengalami stres, kesimpulan ini didapatkan peneliti
dari komentar-komentar mahasiswa saat berbincang-bincang dengan peneliti yang
oleh peneliti digunakan sebagai bahan dalam penyusunan penelitian ini. Seorang
mahasiswa semester VI berkomentar tentang beratnya beban kuliahnya, katanya:
“Tugasnya berat Mbak, mana aplikasi semua, gimana ndak pusing coba…”
Mahasiswa lain memberikan komentar dengan berkata: “Tugasnya tu banyak
mbak, bikin stres…” Ada pula yang berkomentar demikian: “Sekarang aja udah
kaya gini Mbak, gimana besok kalo skripsi, pasti tambah stres…” Cohen, Kessier,
dan Gordon (1995) dalam bukunya “Measuring stress: a guide for health and social scientist” mendefinisikan stres sebagai suatu proses yang dialami individu saat tuntutan atau beban dari lingkungan melebihi kemampuan yang dimiliki dan
menimbulkan dampak pada perubahan biologis dan psikologis sehingga orang
tersebut menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka stres yang dialami mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dapat terjadi karena adanya kesenjangan antara beban
keluarga, universitas, maupun masyarakat luas dengan kemampuan yang dimiliki
masing-masing mahasiswa.
Menurut laporan beberapa mahasiswa terkait beban dan tuntutan
perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, ada indikasi bahwa
mahasiswa merasa beban dan tuntutan yang harus dihadapinya banyak. Menurut
survey yang dilakukan oleh American College Health Association-National College Health Assessment pada musim gugur tahun 2008 terhadap mahasiswa dari beberapa universitas di Amerika, diketahui bahwa dalam 12 bulan terakhir,
sebanyak 45,2% responden mengalami kesulitan dalam menghadapi
masalah-masalah akademis. Dari survey tersebut juga diketahui adanya beberapa hal yang mempengaruhi prestasi akademis mahasiswa di Amerika, antara lain: stres,
depresi, kecemasan. Sebanyak 27,2% mahasiswa menganggap stres yang dialami
merupakan penyebab menurunnya performansi dan prestasi akademis, 11,2%
responden menyatakan bahwa menurunnya prestasi akademis mereka disebabkan
oleh depresi yang dialami dan 18,2% merasa bahwa kecemasan yang dialami
berpengaruh pada prestasi akademis mereka (American College Health Association-National College Health Assessment [ACHA-NCHA], 2009). Pada laporan hasil survey ACHA-NCHA juga diperoleh data mengenai terkait tingkatan stres yang dialami mahasiswa. Dalam 12 bulan terakhir, sebanyak 1,6% responden
mengaku tidak pernah merasa stres, 8,5% tingkat stresnya berada di bawah
rata-rata, 39,5% pada tingkat rata-rata-rata, 41,1% di atas rata-rata-rata, dan 9,3% mengalami
Sebuah wawancara informal dilakukan peneliti terhadap salah satu
mahasiswa yang harus mengundurkan diri dari kampus karena masa studinya
telah habis. Ketika peneliti bertanya tentang penyebab mahasiswa yang
bersangkutan selalu melepas mata kuliah yang diambil sehingga akhirnya ia
kehabisan waktu dan harus mengundurkan diri dari kampus, mahasiswa tersebut
menjawab bahwa sudah lama ia merasa tidak sanggup lagi meneruskan kuliahnya
ditambah ia sering mengalami gangguan kesehatan. Akan tetapi, jika keluar dari
kampus ia takut terhadap orangtua karena saat menentukan perguruan tinggi dan
fakultas, ia menentang kehendak orangtua dan menuruti keinginannya sendiri
sehingga ia merasa harus bertanggung jawab terhadap pilihannya. Adanya rasa
tidak mampu dengan tuntutan perkuliahan yang tinggi dan ketakutan terhadap
orangtua itulah yang membuat mahasiswa tersebut mengalami stres dan pada
akhirnya harus membuat pilihan keluar dengan suka rela atau dikeluarkan (GC,
wawancara, 25 Juli, 2011).
Individu akan lebih tahan saat menghadapi situasi yang menimbulkan
stres ketika ia mampu mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan serta
keterampilan yang dimiliki untuk menghadapi situasi tersebut. Salah satu
keterampilan untuk menghadapi dan mengurangi stres yang sudah dilatihkan oleh
beberapa kesatuan militer di Amerika berkaitan dengan hardiness personality
(Maddi, 2007). Maddi (2007) menyatakan bahwa pengukuran dan pelatihan
mengenai hardiness personality yang pada bahasan selanjutnya akan disebut kepribadian tahan banting dalam dunia kemiliteran masih relevan karena dunia
sehingga dapat menyebabkan stres terhadap para anggotanya. Maddi juga
menambahkan bahwa dengan adanya pelatihan untuk meningkatkan kepribadian
tahan banting tidak hanya berpengaruh pada menurunnya tingkat stres anggota
militer tetapi juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan performansi,
jiwa kepemimpinan, dan kesehatan anggota militer (Maddi, 2007).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat bentuk
ketahan-bantingan dalam berbagai seting. Salah satu di antaranya adalah sebuah penelitian
dengan seting akademis yang dilakukan di Jepang oleh Kosaka (1996). Penelitian
tersebut bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian tahan banting
dengan respon stres psikologis dalam seting akademis. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kepribadian tahan banting memiliki hubungan
negatif dengan respon stres psikologis yang artinya bahwa jika individu memiliki
tingkat kepribadian tahan banting yang tinggi atau sering dikatakan orang yang
tahan banting maka dampak dari stressor rendah. Begitu pula sebaliknya, jika individu memiliki tingkat kepribadian tahan banting yang rendah maka dampak
dari stressor akan semakin kuat (Kosaka, 1996). Penelitian lain dilakukan oleh Khosabha dan Maddi (seperti yang dikutip dalam Maddi, 2007) mengenai
efektivitas pelatihan kepribadian tahan banting yang hasilnya menunjukkan bahwa
pelatihan kepribadian tahan banting membuat individu lebih tahan dalam
menghadapi situasi yang menekan, memiliki performansi, jiwa kepemimpinan,
dan kesehatan yang lebih baik.
Adanya laporan beberapa mahasiswa yang mengindikasikan bahwa
Dharma tinggi menimbulkan kemungkinan mahasiswa mengalami stres.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya terkait situasi stres yang dialami
individu, maka dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan
ketahanan individu saat menghadapi stres adalah kepribadian tahan banting. Oleh
karena itu, sangatlah penting untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat
kepribadian tahan banting pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Gambaran tersebut dapat digunakan sebagai masukan dalam penyusunan
program pendampingan sehingga mahasiswa mampu menghadapi beban dengan
lebih positif. Menurut Khosabha dan Maddi (seperti yang dikutip dalam Maddi,
2007) kepribadian tahan banting adalah salah satu tipe kepribadian yang dapat
dipelajari.
B.RUMUSAN MASALAH
Seberapa tingkat ketahan-bantingan mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma?
C.TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
tentang kepribadian tahan banting pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
D.MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam rangka
pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi kesehatan serta berguna
untuk memperkenalkan tipe kepribadian tahan banting kepada masyarakat
umum sebagai tipe kepribadian yang dapat membantu individu dalam
mengelola stres yang dialami.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana
untuk mulai memahami potensi diri yang dimiliki khususnya kepribadian
tahan banting agar mampu bertahan dalam menjalani masa kuliah dengan
baik tanpa merasa terbebani oleh tuntutan-tuntutan perkuliahan.
b. Bagi pihak Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
penelitian ini dapat memetakan potensi diri mahasiswa khususnya
mengenai kepribadian tahan banting sehingga bermanfaat sebagai bahan
masukan dalam penyusunan pendampingan psikologis di samping
bimbingan akademis sehingga mahasiswa semakin tangguh dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.KEPRIBADIAN TAHAN BANTING
1. Pengertian Kepribadian Tahan Banting
Konsep kepribadian tahan banting merupakan pengembangan dari
psikologi eksistensial yang membahas tentang pencarian manusia akan
kebenaran. Pencarian ini dilakukan dalam rangka memaknai kehidupan yang
tercermin dalam refleksi diri, pengambilan keputusan, dan tindakan yang
dilakukan individu (Gilboe & Cohen, 2000). Kepribadian tahan banting
merupakan salah satu tipe kepribadian yang dapat digunakan untuk melihat
reaksi seseorang ketika mengalami masalah yang sangat berat. Seorang yang
tahan banting adalah orang-orang yang mampu memanajemen stres yang
dirasakannya sehingga ia mampu mengatasi masalah dengan tindakan positif
dan bukannya melarikan diri dari masalah. Konsep kepribadian tahan banting
pertama kali dikemukakan oleh Kobasa. Konseptualisasinya mengenai
kepribadian tahan bantingadalah sebagai tipe kepribadian yang penting sekali
dalam perlawanan terhadap stres.
Kepribadian tahan banting merupakan salah satu dimensi kepribadian
yang berkembang pada awal kehidupan dan cukup stabil sepanjang waktu
walaupun dimungkinkan untuk berubah dengan adanya pelatihan dalam situasi
dan kondisi tertentu. Orang yang tahan banting memiliki makna hidup dan
komitmen kerja yang tinggi, memiliki kontrol diri yang besar, terbuka terhadap
perubahan dan tantangan dalam kehidupan (Bartone, 2006). Maddi memiliki
pandangan sendiri tentang definisi kepribadian tahan banting. Maddi (seperti
yang dikutip dalam Bartone, 2006 h. S137) menggunakan istilah identitas ideal
(ideal identity) untuk mengambarkan orang yang menjalani kehidupan secara proaktif, menjunjung tinggi makna dan tujuan hidup, dan yakin pada
kemampuan dirinya untuk mempengaruhi hal-hal yang dialami. Kobasa,
Maddi, dan Kahn (seperti yang dikutip dalam Judkins & Furlow, 2003 h. 2)
kepribadian tahan banting melindungi seseorang dari stres dengan dua cara,
yaitu: mengubah persepsi individu terhadap stres dan mengerahkan strategi
coping yang efektif.
2. Aspek-aspek Kepribadian Tahan Banting
Konsep kepribadian tahan banting yang dikembangkan oleh Kobasa
memiliki tiga aspek, yaitu commitment, challenge, dan control . Berdasarkan konsep tersebut, beberapa tokoh menginterpretasikan aspek-aspek dalam
definisi yang sedikit berbeda satu dengan yang lain. Menurut Judkins dan
Furlow (2003), definisi ketiga aspek kepribadian tahan banting adalah sebagai
berikut :
a. Control (Kontrol)
Kontrol adalah kecenderungan seseorang untuk merasa bahwa dirinya
mampu mengontrol situasi dan tindakan, serta konsekuensinya yang
merupakan hasil dari respon individual. Kontrol dapat mempertinggi daya
tahan terhadap stres ketika seseorang dapat memahami bahwa meningkatnya
b. Commitment (Komitmen)
Komitmen adalah kesetiaan kepada suatu tujuan yang hendak dicapai,
baik dalam aktivitas-aktivitas yang dilakukan maupun dalam relasi-relasi
yang dibangun. Seseorang yang berkomitmen tidak mudah menyerah pada
tekanan, selain itu relasi-relasi yang dibangun lebih merupakan perilaku
proaktif daripada perilaku pasif atau perilaku menghindar.
c. Challenge (Tantangan)
Tantangan adalah kepercayaan bahwa perubahan adalah hal yang
wajar bila dibandingkan dengan kestabilan. Selain itu, stressor tidak dianggap sebagai ancaman tetapi menjadi tantangan untuk dapat
berkembang. Kobasa, dkk. (seperti yang dikutip dalam Judkins & Furlow,
2003, h. 2) menyatakan bahwa tantangan akan membuat seseorang mencoba
untuk mengubah dirinya; dengan demikian dia dapat tumbuh bila
dibandingkan dengan orang yang hanya menjaga dan melestarikan yang
sudah ada.
Menurut Gilboe dan Cohen (2000) kepribadian tahan banting
merupakan konstelasi dari tiga karakteristik kepribadian. Karakteristik yang
pertama adalah kontrol. Kontrol mengacu pada kepercayaan individu bahwa ia
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau mengatur peristiwa-peristiwa
dalam hidupnya, lawan dari kontrol adalah rasa tidak berdaya (powerlessness). Karakteristik yang kedua adalah komitmen. Komitmen mengacu pada
keterikatan individu secara aktif terhadap kehidupan sehari-hari yang ia lalui
komitmen adalah keterasingan (alienation) yang berkaitan erat dengan relasi interpersonal. Karakteristik yang terakhir adalah tantangan. Pada aspek
tantangan, individu memandang bahwa perubahan merupakan hal yang wajar
dalam kehidupan. Tantangan memberi kesempatan kepada individu untuk
tumbuh dan berkembang. Lawan dari tantangan adalah ancaman (threat).
Sarafino (2007) menuliskan pengertian dari aspek-aspek kepribadian
tahan banting sebagai berikut:
Hardiness includes three characteristics: (1) Control refers to people’s belief that they can influence events in their lives – that is, a sense of personal control. (2) Commitment is people’s sense of purpose or involvemet in their lives. For instance, people with a strong sense of commitment tend to look forward to starting each day’s projects and enjoy getting close to people. (3) Challenge refers to tendency to view changes as incentives or opportunities for growth rather than treats to security (hal. 98).
Menurut Bartone (2006) seseorang yang tahan banting akan
memandang segala sesuatu yang dihadapi merupakan pengalaman yang
menarik dan berharga, dapat mengontrol segala sesuatu saat berada dalam
keadaan terdesak, dan memandang tantangan sebagai kesempatan untuk belajar
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepribadian tahan banting adalah salah satu dimensi kepribadian yang
berkembang pada awal kehidupan dan cukup stabil sepanjang waktu walaupun
dimungkinkan untuk berubah dengan adanya pelatihan. Orang yang tahan banting
dapat memaknai hidup secara positif dan komitmen kerja yang tinggi, memiliki
kontrol diri yang besar, terbuka terhadap perubahan dan tantangan dalam
kehidupan. Kesimpulan dari beberapa definisi aspek-aspek kepribadian tahan
banting adalah sebagai berikut:
Kontrol
Kontrol adalah keyakinan individu bahwa ia dapat mengatur dan
mempengaruhi situasi atau tindakan pada peristiwa-peristiwa hidup yang
dialaminya. Lawan dari kontrol adalah rasa tidak berdaya (powerlessness).
Komitmen
Komitmen merupakan kesetiaan dan keterikatan individu secara aktif
pada tujuan hidup yang hendak dicapai. Bentuk keterikatan ini nampak pada
aktivitas-aktivitas yang dilakukan maupun dalam relasi interpersonal yang
dibangun. Lawan dari komitmen dalam relasi interpersonal adalah keterasingan
Tantangan
Tantangan adalah suatu keyakinan bahwa perubahan merupakan hal
yang wajar dalam kehidupan. Tantangan perubahan menjadi kesempatan bagi
individu untuk tumbuh dan berkembang. Lawan dari tantangan adalah ancaman
(threat).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tahan Banting
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tahan banting menurut
Maddi (2007) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kobasa dan
Maddi pada tahun 1975 hingga 1987 terhadap karyawan perusahaan
telekomunikasi milik pemerintah “Illinois Bell Telephone” antara lain adalah: a. Adanya syarat mutlak untuk melihat ketahan-bantingan seseorang yang
berupa kondisi awal atau pengalaman hidup yang sangat menekan dan
menimbulkan stres.
b. Dukungan atau baik dari orangtua, guru, maupun dari orang-orang
terdekat (significant others).
c. Adanya kemauan untuk tumbuh dan berkembang.
Dari penelitian yang dilakukan Bartone dan Priest (tanpa tahun) diketahui
bahwa selain ketiga faktor di atas, ada satu faktor lain yang juga
mempengaruhi tingkat kepribadian tahan banting individu yaitu jenis
kelaminnya. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kadet (calon
anggota militer) berjenis kelamin wanita memiliki tingkat kepribadian tahan
B.PENELITIAN-PENELITIAN TENTANG KEPRIBADIAN TAHAN
BANTING
Berbagai penelitian dilakukan untuk melihat dampak apa saja yang
dapat ditimbulkan dengan adanya kepribadian tahan banting dalam diri seseorang.
Bartone (2006) menyatakan bahwa kepribadian tahan banting sangat berperan
dalam mengelola stres yang dialami seseorang. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan terhadap tentara yang melakukan operasi militer, Bartone (seperti
dikutip dalam Bartone, 2006) mengemukakan bahwa orang yang tahan banting
memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan orang yang kurang tahan
banting atau memiliki tingkat ketahan-bantingan yang rendah.
Penelitian lain dilakukan Bartone dan rekan-rekannya untuk
mempredikasi kesuksesan calon tentara pada divisi-divisi khusus. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepribadian tahan banting merupakan
karakteristik individual yang sangat penting berkaitan dengan toleransi terhadap
stres dan tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas pada pekerjaan yang
memiliki tuntutan tinggi (Bartone, Roland, Picano, & Williams, 2008). Kosaka
(1996) melakukan penelitian dalam seting akademis terhadap mahasiswa di
Jepang yang hasilnya menunjukkan bahwa kepribadian tahan banting memiliki
hubungan negatif dengan respon stres psikologis yang artinya bahwa jika individu
memiliki tingkat kepribadian tahan banting yang tinggi atau sering dikatakan
menghadapi situasi stres antara lain: kecemasan, rasa tidak nyaman, marah,
kehilangan rasa percaya diri, menarik diri, dan sebagainya (Kosaka, 1996).
C.MAHASISWA
1. Pengertian Mahasiswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) mahasiswa
dapat diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999
tentang Pendidikan Tinggi didefinisikan sebagai peserta didik yang terdaftar
dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Syarat utama seseorang bisa
menjadi mahasiswa adalah mempunyai Surat Tanda Tamat Belajar Pendidikan
Menengah atau SMA dan mempunyai kemampuan yang disyaratkan oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan (PP No. 60, 1999).
2. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Berdasarkan definisi tentang mahasiswa di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Tahap Perkembangan yang Dialami Mahasiswa
Jika ditinjau dari faktor usia, mahasiswa secara umum berada dalam
rentang usia antara 18 hingga 24 tahun. Pada rentang usia tersebut individu
memasuki masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Arnett
peralihan ini disebut dengan masa beranjak dewasa (emerging adulthood) yang rentang usianya adalah antara 18 hingga 25 tahun dan ditandai dengan
pencarian karir yang ingin ditekuni serta gaya hidup yang akan dianut. Akan
tetapi masa peralihan ini tidak dialami oleh remaja di negara-negara
berkembang seperti Indonesia (Santrock, 2006/2007) sehingga pada penelitian
ini mahasiswa akan digolongkan ke dalam tahap perkembangan remaja akhir
(late adolescence). Pada akhir masa remaja, individu akan lebih memfokuskan diri pada minat karir, pacaran, dan eksploitasi identitas dalam rangka pencarian
jati diri (Santrock, 2006/2007).
Masa remaja akhir menurut Jean Piaget (seperti yang dikutip dalam
Santrock, 2006/2007) termasuk dalam tahap perkembangan kognitif keempat
yaitu tahap operasional formal (formal operational stage) yang dimulai pada usia 11 tahun hingga dewasa. Tahap operasional formal ditandai dengan
perkembangan pola pikir yang lebih abstrak dan lebih logis. Remaja mulai
memiliki gambaran-gambaran ideal tentang diri dan keluarganya. Dalam
memecahkan masalah, remaja dapat bekerja dengan lebih sistematis han
mampu mengembangkan hipotesis dalam upaya mencari tahu penyebab
terjadinya suatu peristiwa.
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson (seperti yang dikutip
dalam Santrock, 2006/2007), remaja berada pada tahap identitas versus
kebingungan identitas. Pada tahap ini, individu dihadapkan pada tantangan
untuk menemukan jati diri, menentukan tujuan hidup, dan menjalankan
hubungan dengan lawan jenis. Remaja yang dapat menjalankan perannya
dengan baik dan positif akan mencapai identitas yang positif pula. Akan tetapi,
jika peran yang harus dijalankan selalu diatur oleh orangtua dan ternyata
hasilnya tidak seperti yang diharapkan maka remaja akan mengalami
kebingungan identitas (Santrock, 2006/2007).
Havighurst (seperti yang dikutip dalam Papalia, 2008) memaparkan
tentang tugas-tugas perkembangan pada masa remaja. Ada delapan tugas
perkembangan pada masa remaja, yaitu:
a. Menerima kondisi fisik dan menggunakannya dengan baik untuk sesuatu
yang bermakna.
b. Memperluas hubungan antar-pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
c. Memperoleh peranan sosial baik sebagai pria maupun wanita.
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya.
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri.
f. Memilih dan mempersiapkan pekerjaan.
g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.
D.PENTINGNYA KEPRIBADIAN TAHAN BANTING PADA
MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA
DHARMA
1. Gambaran Singkat Beban yang Dialami Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Masa kuliah adalah masa yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami stres, hal ini nampak pada komentar-komentar mahasiswa
mengenai semakin meningkatnya beban dan tuntutan perkuliahan seperti yang
tertulis dalam bab sebelumnya. Berdasarkan perbincangan singkat dengan
beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma seperti
yang dijelaskan pada bab sebelumnya, muncul tiga macam stressor yang menjadi beban dan tuntutan perkuliahan mahasiswa, pada mahasiswa semester
awal, beban kuliah yang dirasakan berkaitan erat dengan tuntutan beradaptasi
karena adanya perubahan cara belajar antara masa SMA dengan masa kuliah.
Mahasiswa semester menengah lebih mengeluhkan tentang beban dan bobot
tugas yang mulai meningkat karena hampir semua dosen yang mengampu mata
kuliah di semester tersebut memberi tugas yang bersifat aplikatif yang
bobotnya tinggi. Stressor terakhir dialami oleh mahasiswa semester akhir yang diwakili oleh mahasiswa yang mulai menyusun skripsi. Selain mengerjakan
skripsi, ada mahasiswa memanfaatkan semester ini untuk mengulang mata
kuliah yang nilainya kurang memuaskan atau mengambil mata kuliah baru
yang beberapa di antaranya adalah mata kuliah pilihan. Pembatasan masa studi
dalam memanajemen waktu agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan
target kelulusan sehingga tidak terancam dikeluarkan dari kampus. Adanya
beban dan tuntutan akademis tersebut tentu saja membuat mahasiswa akan
merasa terbebani sehingga terancam mengalami stres.
2. Stres yang Dialami Remaja dalam Tahap Perkembangannya
Ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan remaja mengalami
stres. Selain stres karena beban akademis, remaja juga dapat mengalami stres
karena adanya perbedaan antara bentuk tubuh secara riil dengan gambaran diri
yang diharapkan. Adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang
dialami dapat mempengaruhi konsep diri yang dibangun oleh remaja. Konsep
diri yang rendah membuat remaja juga memiliki harga diri yang rendah, hal ini
dapat menimbulkan stres terutama saat remaja tersebut harus berinteraksi
dengan orang lain. Rasa minder karena tidak seperti teman-teman yang lain
dapat memicu stres pada remaja (Santrock, 2006/2007).
Masa remaja juga identik dengan masa pubertas. Adanya faktor
hormonal tersebut mengakibatkan remaja mengalami emosi yang mudah dan
cepat berubah mengikuti suasana hati. Perubahan hormonal ini diimbangi
dengan meningkatnya kemampuan kognitif dan kesadaran remaja sehingga
remaja mampu menghadapi stres dan fluktuasi emosi dengan lebih efektif
3. Kaitan antara Pentingnya Kepribadian Tahan Banting dengan Beban
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Beban dan tuntutan akademis yang tinggi terhadap mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma menimbulkan kemungkinan
mahasiswa mengalami stres. Situasi stres dapat berdampak negatif ketika
individu tidak dapat mengatasi stres dengan baik. Dampak negatif dalam
bidang akademis menurut kasus yang dipaparkan pada bab sebelumnya adalah
kegagalan. Kegagalan membuat individu yang bersangkutan harus memilih
untuk mundur dari perkuliahan atau dikeluarkan karena masa studi telah
berakhir.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kegagalan
dalam bidang akademis pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma adalah dengan mengetahui tingkat ketahan-bantingan mahasiswa. Jika
hal tersebut dapat diketahui maka pihak fakultas dapat mempertimbangkan
perlu atau tidaknya pelatihan atau pendampingan untuk mahasiswa agar
mereka lebih tahan dalam menghadapi beban dan tuntutan perkuliahan yang
semakin tinggi sehingga mahasiswa dapat mencapai hasil terbaik tanpa
mengalami stres. Hal ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa kepribadian tahan banting berkaitan erat dengan
performansi individu saat mengalami situasi stres (Bartone, 1989; Giatras,
2000; Kobasa, 1982; Keane, Ducette, & Adler, 1985, seperti yang dikutip
dalam Maddi, 2007). Performansi dalam bidang akademis diwakili oleh
tahan banting juga mempengaruhi prestasi akademis (Lifton, Seay, & Bushko,
2000; Maddi, 2002, seperti yang dikutip dalam Maddi, 2007).
Kepribadian tahan banting merupakan salah satu kepribadian yang
lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal dibandingkan faktor internal. Walaupun
sudah dimiliki sejak lahir namun masing-masing individu memiliki tingkat
ketahan-bantingan yang berbeda. Dari hasil penelitian terkait pelatihan
kepribadian tahan banting yang dilakukan oleh Khosabha dan Maddi (seperti
yang dikutip dalam Maddi, 2007) diketahui bahwa individu dapat
meningkatkan kepribadian tahan banting yang sudah dimilikinya. Secara
umum, pelatihan tersebut dilakukan agar individu lebih tahan banting, dapat
mencapai performansi maksimal, meningkatkan jiwa kepemimpinan, dan
berada pada kesehatan yang lebih baik terutama saat menghadapi situasi stres
(Maddi, 2007). Jika dikaitkan dalam dunia pendidikan khususnya pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma maka dengan
mengetahui tingkat ketahan-bantingannya, mahasiswa dapat berupaya
mencapai prestasi yang baik, memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih baik,
dan tetap sehat walaupun mengalami situasi yang dapat menimbulkan stres.
Dinamika mengenai pentingnya kepribadian tahan banting pada mahasiswa
agar dapat bertahan dalam menghadapi stres akibat banyaknya beban dan
TINGKAT STRES RINGAN - MODERAT
-Mencapai prestasi yang memuaskan
- Prestasi kurang / tidak memuaskan
- Tidak memiliki jiwa kepemimpinan
- Penyesuaian diri dengan dunia perkuliahan - Tugas-tugas aplikatif
- Skripsi - Sisip program
- Pembatasan masa studi
BEBAN NON AKADEMIS
- Tuntutan keluarga - Tuntutan masyarakat luas
S
T
R
E
S
KEPRIBADIAN TAHAN BANTING - Kontrol
- Komitmen - Tantangan
TIDAK TAHAN BANTING
Keterangan :
Garis : menunjukkan jenis atau tingkatan
Garis : menunjukkan faktor yang mempengaruhi stres yang dialami
mahasiswa
Garis : menunjukkan variabel moderator (variabel yang turut
mempengaruhi tinggi – rendahnya tingkat stres mahasiswa)
Gambar 1. Skema pentingnya kepribadian tahan banting dalam menghadapi aneka beban yang dialami mahasiswa fakultas psikologi universitas sanata dharma
4. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan dinamika mengenai pentingnya kepribadian tahan
banting pada mahasiswa agar dapat bertahan dalam menghadapi stres akibat
banyaknya beban dan tuntutan yang harus dihadapi dan hasil penelitian tentang
faktor yang mempengaruhi tingkat kepribadian tahan banting, maka pada
penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Pertanyaan Mayor :
Bagaimana tingkat kepribadian tahan banting pada Mahasiswa
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
b. Pertanyaan Minor:
i. Bagaimana tingkat kepribadian tahan banting pada Mahasiswa
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan
jenis kelaminnya?
ii. Bagaimana tingkat kepribadian tahan banting pada Mahasiswa
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ilmiah dilakukan dalam rangka memecahkan suatu masalah.
Penelitian akan menghasilkan informasi yang berguna dalam usaha memecahkan
masalah yang lebih besar. Akan tetapi, informasi tersebut dapat diperoleh jika
metode yang digunakan jelas. Berikut ini akan diuraikan mengenai penelitian
yang dilakukan yang termasuk penjelasan mengenai jenis penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode
pengumpulan data, uji reliabilitas dan validitas, dan pelaksanaan penelitian.
A.JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif dilakukan dengan tujuan
mengetahui kondisi riil individu terkait variabel yang diukur. Subana (seperti
dikutip dalam Wulandari, 2009) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif
menjelaskan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi atau
fenomena yang terjadi dan dialami individu saat ini.
B.VARIABEL PENELITIAN
Pada penelitian deskriptif kuantitatif hanya ada satu variabel yang
diukur. Variabel utama yang diukur dalam penelitian ini adalah kepribadian
tahan banting.
C.DEFINISI OPERASIONAL
Kepribadian tahan banting adalah salah satu tipe kepribadian yang
digambarkan Maddi (2007) sebagai identitas ideal (ideal identity) yang menggambarkan orang yang menjalani kehidupan secara proaktif, menjunjung
tinggi makna dan tujuan hidup, dan yakin pada kemampuan sendiri untuk
mempengaruhi hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Kepribadian tahan
banting memiliki tiga aspek, yaitu kontrol, komitmen, dan tantangan.
Kepribadian tahan banting dalam penelitian ini diungkap dengan skala
kepribadian tahan banting yang merupakan skala adaptasi dari skala Personal Views Survey III-R (PVS III-R) yang disusun oleh Maddi tahun 1997 (Enagonio, 2006). Tinggi atau rendahnya tingkat kepribadian tahan banting
subjek akan dilihat dari skor total yang didapatkannya. Semakin tinggi skor
yang diperoleh mengindikasikan bahwa subjek memiliki tingkat ketahan
bantingan yang tinggi dan demikian pula sebaliknya, semakin rendah perolehan
skor subjek maka tingkat ketahan-bantingannya juga rendah.
D.SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta semester awal. Sesuai dengan
pemaparan sebelumnya, mahasiswa semester awal adalah mahasiswa yang
belum lama belajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Pada
penelitian ini peneliti mengambil sampel mahasiswa yang berada pada tahun
merupakan salah satu masa terberat yang harus dilalui mahasiswa. Pada
semester awal, mahasiswa dituntut untuk mampu beradaptasi dengan pola
belajar di bangku kuliah yang berbeda dengan pola belajar saat masih SMA.
Jika mahasiswa gagal beradaptasi maka ada kemungkinan mahasiswa akan
mengalami kesulitan dalam belajar di bangku kuliah. Di samping itu, pemilihan
subjek ini juga berkaitan erat dengan kelanjutan dari tujuan penelitian, setelah
mengetahui tingkat ketahan-bantingan mahasiswa semester awal maka hasil
penelitian ini dapat digunakan untuk bahan masukan dalam penyusunan
program pembimbingan untuk mahasiswa mengingat beban kuliah yang akan
semakin tinggi pada tahun-tahun berikutnya.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yaitu salah satu teknik pengambilan sampel yang memiliki kesamaan ciri-ciri atau sifat dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya atau
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Hadi, 2000).
E.METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penyebaran kuesioner yang berisi data demografi singkat dan skala kepribadian
tahan banting. Data demografi yang diminta adalah angkatan, kelas (bersifat
pilihan, boleh diisi - boleh tidak), dan lokasi tinggal (sendiri atau bersama
keluarga). Skala kepribadian tahan banting merupakan adaptasi dari skala
Metode yang digunakan untuk penskalaan pada penelitian ini adalah
metode rating yang dijumlahkan atau yang lebih dikenal dengan penskalaan
model Likert yang penilaiannya didasarkan pada jawaban yang dipilih subjek.
Ada lima pilihan jawaban yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Sangat
Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, Sangat Setuju. Rentang penilaian
didasarkan pada jenis aitem. Ada dua jenis aitem pada skala ini, aitem
favourable dan aitem unfavourable. Aitem favourable rentang penilaian bergerak dari 1 hingga 5, jawaban Sangat Tidak Setuju bernilai 1, Tidak
Setuju bernilai 2, Netral bernilai 3, Setuju bernilai 4, Sangat Setuju bernilai 5.
Penilaian pada aitem unfavourable berlaku sebaliknya Tidak Setuju bernilai 5, Tidak Setuju bernilai 4, Netral bernilai 3, Setuju bernilai 2, Sangat Setuju
bernilai 1 sehingga rentang skor bergerak dari 5 hingga 1.
Langkah selanjutnya adalah penyusunan blue print sebagai gambaran mengenai isi skala dan sebagai batasan agar tetap berada dalam lingkup
pengukuran yang benar (Azwar, 1999). Persebaran aitem dan proporsi
masing-masing aspek kepribadian tahan banting sebelum uji coba akan ditampilkan
Tabel 1
Blue Print Skala Kepribadian Tahan Banting Sebelum Uji Coba
Aspek Indikator
Nomor Aitem
Jumlah Proporsi
favourable unfavourable
Kontrol
keyakinan untuk melakukan
sesuatu sesuai kemampuan dan harapan
keyakinan untuk dapat
mempengaruhi orang lain
kemampuan untuk mencegah
hal-hal yang tidak diharapkan
1
keyakinan akan kemampuan
yang dimiliki untuk mencapai tujuan
mengerjakan sesuatu di luar bidang atau kemampuannya
keyakinan individu bahwa ia
memiliki kemampuan untuk
melakukan aktivitas yang
F. PERSIAPAN PENELITIAN
1. Uji Coba Alat Ukur
Sebelum melakukan pengukuran yang sesungguhnya, peneliti
melakukan uji coba terhadap alat ukur yang akan digunakan. Uji coba alat ukur
ini bertujuan untuk melihat besar reliabilitas alat ukur penelitian dan
aitem-aitem yang benar-benar dapat membedakan sikap dan kemampuan subjek
penelitian terhadap variabel yang ingin diteliti. Untuk mengetahui validitas
skala dalam uji coba ini dilakukan analisis validitas isi dengan bantuan dosen
pembimbing sebagai professional judgement. Pada analisis ini dosen pembimbing memeriksa tiap-tiap aitem dan mengoreksi ketika ada aitem yang
kurang sesuai dengan aspek yang hendak diukur.
Penyebaran kuesioner untuk uji coba ini dilakukan pada Hari Senin, 1
Agustus 2011 dengan mendatangi dan menitipkan kepada teman yang memiliki
teman kost Mahasiswa Psikologi dan kepada salah seorang panitia Live In
Fakultas Psikologi 2011 untuk disebarkan kepada teman-teman panitia lainnya.
Kuesioner ini dikumpulkan kembali dua hari kemudian yaitu pada Hari Rabu,
3 Agustus 2011.
2. Hasil Uji Coba Alat Ukur a. Seleksi aitem
Dari 50 kuesioner yang disebar, ada 33 kuesioner yang kembali dalam
keadaan terisi. Akan tetapi dari 33 kuesioner tersebut ada 1 yang dinyatakan
gugur karena ada aitem yang kosong sehingga untuk seleksi aitem dalam uji
Futcher (1973) jumlah sampel yang diperlukan pada populasi kecil adalah
sekitar 30 orang. Syarat tersebut ditetapkan agar data dapat diolah secara
statistik dan hasilnya akan membentuk distribusi normal. Apabila jumlah
tersebut tidak terpenuhi maka distribusi kemungkinan besar menglami
skewed. Berdasarkan penjelasan tersebut maka syarat minimal sampel dapat terpenuhi sehingga data dapat dianalisis secara statistik.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0for windows evaluation version. Data yang diperoleh diseleksi masing-masing aitem dengan cara mengukur korelasi antara aitem dengan skor total (rix) yang
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian fungsi aitem dalam mengungkap
perbedaan individu. Hasil komputasi menunjukkan bahwa indeks
diskriminasi aitem mempunyai rentang antara - 0,528 sampai 0,615. Batasan
indeks daya diskriminasi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
konvensi mengenai indeks daya diskriminasi adalah sebesar 0,3 (Azwar,
1999). Melalui proses seleksi diketahui bahwa dari 30 aitem yang terdapat
pada skala awal, ada 6 aitem yang dinyatakan gugur karena nilainya lebih
kecil dari 0,3 sehingga sisa aitem yang sahih ada 24 aitem.
Berdasarkan seleksi aitem tersebut maka persebaran butir aitem
Tabel 2
Skala Kepribadian Tahan Banting dengan Aitem-aitem yang Dinyatakan Gugur
ASPEK
Setelah dilakukan pengguguran aitem, maka persebaran dan penomoran
aitem pada Skala Kepribadian Tahan Banting yang disusun peneliti berubah
seperti yang dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Persebaran Aitem Skala Kepribadian Tahan Banting untuk Penelitian
ASPEK
Nomor Aitem
Jumlah Proporsi
Favourable unfavourable
Kontrol Nomor Urut
b.Reliabilitas Skala Kepribadian Tahan Banting
Reliabilitas Skala Kepribadian Tahan Banting dihitung dengan
menggunakan SPSS 15.0 for windows evaluation version dengan hasil reliabilitas alpha cronbach ( ) saat uji coba sebesar 0,814. Koefisien reliabilitas sebesar 0,814 berarti variasi yang tampak pada skor skala
tersebut mampu mencerminkan 81,4% dari variasi yang terjadi pada skor
murni kelompok subjek yang tampak. Maka dapat diketahui bahwa 18,6%
dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh kesalahan pengukuran.
Reliabilitas Skala Kepribadian Tahan Banting dihitung kembali setelah
dilakukan pengguguran terhadap aitem yang nilai diskriminasi aitemnya di
bawah 0,3. Pada penghitungan yang kedua, nilai reliabilitas Skala
Kepribadian Tahan Banting berubah menjadi 0,886. Hasil komputasi
penghitungan reliabilitas alat ukur secara lengkap dapat dilihat pada bagian
lampiran. Koefisien reliabilitas memiliki rentang dari 0,00 hingga 1,00.
Koefisien reliabilitas akan menentukan tinggi-rendahnya reliabilitas alat
ukur. Semakin mendekati 0,00 maka reliabilitasnya rendah, demikian pula
sebaliknya jika koefisien reliabilitas mendekati 1,00 maka dapat dikatakan
G.METODE ANALISIS DATA
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif maka data penelitian
yang berupa angka akan dikualitatifkan sehingga dapat dideskripsikan maksud
dari hasil yang diperoleh. Pada statistik deskriptif akan dijelaskan mengenai
berbagai macam karakteristik data seperti mean, median, modus, variasi kelompok, dan standar deviasi. Mean adalah rata-rata perolehan skor yang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh oleh seluruh
subjek penelitian dibagi jumlah subjek yang berpartisipasi dalam penelitian.
Median adalah teknik untuk menjelaskan nilai tengah dari seluruh skor perolehan setelah diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah dan sebaliknya.
Modus adalah skor yang paling sering muncul dalam suatu pengukuran. Tingkat variasi diketahui dengan cara melihat rentang skor perolehan dan
standar deviasi atau simpangan baku dari skor perolehan.
Penentuan kategori ketahan-bantingan individu didasarkan pada
kategori jenjang dengan tujuan menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan
atribut yang diukur (Azwar, 1999). Penentuan kategorisasi jenjang adalah
berdasarkan standar deviasi dan mean teoretik sebagai berikut:
χ minimum teoretik : skor paling rendah yang diperoleh subjek pada
tiap-tiap aitem (pada skala ini skor terendah adalah 1)
χ maksimum teoretik : skor paling tinggi yang diperoleh subjek pada
range : jarak atau rentang sebaran antara skor maksimum dan skor minimum
standar deviasi ( ) : luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam 6 satuan
deviasi standar
mean ( ) : mean teoritis yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum
Bila dilakukan penghitungan maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
χ minimum = 24 x 1 = 24
χ maksimum = 24 x 5 = 120
range = 120 – 24 = 96
standar deviasi ( ) = = 16
mean ( ) = = 72
Individu akan digolongkan ke dalam tiga kategori tahan banting,
tinggi, sedang, dan rendah. Oleh karena itu, akan ditetapkan luas interval yang
mencakup masing-masing kategori sebagai berikut:
< −1,0 kategori rendah µ−1,0 σ ≤ χ < + 1,0 kategori sedang
Dengan SD ( ) = 16 dan mean ( ) = 72, maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
< 72−( 1,0 16) kategori rendah 72−( 1,0 16) ≤ χ < 72 + ( 1,0 16) kategori sedang
72 + ( 1,0 16) ≤ χ kategori tinggi sehingga kategorinya adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Pengkategorian Skor
SKOR KATEGORI
< 56 Rendah
56 ≤ < 88 Sedang
88 ≤ Tinggi
Analisis data dilakukan dengan memasukkan skor masing-masing subjek pada
kategori di atas dan dihitung dalam persentasenya. Analisis juga dilakukan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan dijelaskan mengenai proses pelaksanaan
penelitian, hasil penelitian, dan pembahasannya. Peneliti akan berusaha
memaparkan deskripsi data yang didapatkan dari penelitian melalui kuesioner
termasuk pengkategorian ketahan-bantingan individu, keterkaitannya dengan data
demografi, dan pembahasan hasil yang diperoleh.
A.PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap yang pertama adalah
penyebaran kuesioner dan tahap kedua adalah pengumpulan kuesioner. Tahap
pertama dilaksanakan pada Hari Jumat tanggal 5 Agustus 2011. Penyebaran
kuesioner dilakukan di lokasi Live In Fakultas Psikologi 2011 di Pedukuhan Serut, Wedi, Klaten. Pada awalnya penyebaran kuesioner dilakukan dengan datang ke
rumah-rumah yang ditempati mahasiswa. Setelah mendapat beberapa mahasiswa
yang bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini, peneliti mengubah metode
yang digunakan karena kurang efektif. Dengan mendatangi subjek dari rumah ke
rumah peneliti merasa banyak waktu yang tersita karena setelah lebih dari dua jam
berjalan peneliti baru mendapat sekitar 12 orang subjek yang mau menjadi
partisipan dalam penelitian dan bersedia mengisi kuesioner yang dibagikan. Di
samping itu, dengan datang ke rumah-rumah dan menunggu subjek mengisi
kuesioner, peneliti merasa asas kesuka-relaan dalam pengisian kuesioner menjadi