• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pendidikan Pemakai

Pada zaman modern yang berkembang ini ilmu pengetahuan juga ikut berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan kebutuhan akan perpustakaan perguruan tinggi pun semakin dirasakan. Secara tidak langsung koleksi dan layanan yang ada di perpustakaan semakin bertambah, sehinga menyulitkan mahasisiwa dalam pencarian informasi yang dibutuhkan dan memanfaatkan layanan yang ada secara maksimal.

Perpustakaan yang bertanggung jawab dalam hal ini harus bertindak secara aktif untuk meningkatkan jasa informasinya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan pendidikan pemakai. Istilah lain dari pendidikan pemakai yang memiliki arti dan makna yang sama, yaitu: bimbingan pemakai, pendidikan pengguna atau User Education.

2.1.1 Pengertian Pendidikan Pemakai

Pendidikan pemakai merupakan kegiatan memperkenalkan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan. Kegiatan pendidikan pemakai banyak dilakukan di perpustakaan perguruan tinggi dibandingkan dengan perpustakaan lainnya, mungkin karena mahasiswa sudah terbiasa dengan peranan dosen sebagai guru, mereka pun terbiasa pada peranan pustakawan sebagai guru dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan untuk kepentingan mahasiswa (Sulistyo-Basuki, 1991: 451).

Sutarno (2006: 95) menjelaskan bahwa pendidikan pemakai adalah “suatu kegiatan yang bermaksud memberi panduan, penjelasan tentang pengunaan perpustakaan kepada sekelompok pengguna baru perpustakaan”.

Sehubungan dengan penjelasan di atas Rahayuningsih (2007: 123) menjelaskan bahwa:

Bimbingan pengguna adalah kegiatan yang dirancang untuk mendidik penguna agar mengetahui sumber-sumber informasi perpustakaan yang terdiri dari koleksi, fasilitas, dan jasa perpustakaan, mendidik pengguna dalam memanfaatkan sumber-sumber informasi secara tepat dan cepat,

(2)

serta mendidik pengguna perpustakaan untuk menjadi pengguna yang tertib dan bertanggung jawab.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan pemakai merupakan kegiatan yang dilakukan perpustakaan untuk memperkenalkan perpustakaan kepada pengguna baik fasilitas, jasa, koleksi dan jasa perpustakaan. Selain itu membimbing pengguna untuk memanfaatkan semua layanan dan fasilitas yang ada secara maksimal.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Pemakai

Dalam menjalankan pendidikan pemakai di perpustakaan tentunya perpustakaan mempunyai target yang ingin dicapai. Untuk itu perpustakaan perlu mengidentifikasi sarana yang ingin dicapai berdasarkan target tersebut.

Menurut Sulistyo-Basuki (2004: 392) tujuan pendidikan pemakai adalah sebagai berikut:

Mengembangkan keterampilan pemakai yang dipergunakannya untuk menggunakan perpustakaan atau pusat dokumentasi, mengembangkan keterampilan tersebut untuk mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri (pemakai), mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, menilai ketepatan, kekuatan dan kelemahan masing masing sumber informasi dan yang paling penting mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan dan menerapkan informasi.

Sedangkan menurut Rahayuningsih (2007: 95) “Tujuan pendidikan pemakai adalah memperkenalkan kepada pengguna bahwa perpustakaan adalah suatu sistem yang terdiri dari tempat, koleksi, sumber daya manusia, pelayanan dan pengguna”. Pendapat lain juga dijelaskan oleh Darmono (2001: 32), yaitu menjelaskan “bahwa pemanfaatan perpustakaan berkenaan erat dengan adanya proses bimbingan pemanfaatan perpustakaan. Bimbingan pemanfaatan perpustakaan merupakan salah satu bentuk layanan perpustakaan yang sering dilakukan oleh berbagai jenis perpustakaan terutama perpustakaan perguruan tinggi”.

(3)

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan pendidikan pemakai adalah memberikan keterampilan dan kemampuan pengguna bagaimana cara mencari informasi yang tepat sesuai dengan informasi yang dibutuhkan melalui layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan. Dengan adanya pendidikan pemakai pengguna dapat secara mandiri mencari informasi yang mereka butuhkan.

2.1.3 Fungsi Pendidikan Pemakai

Pendidikan pemakai memiliki fungsi yang sangat penting bagi pengguna untuk itu pendidikan pemakai penting dilakukan di perpustakaan. Sutarno (2006: 95) menjelaskan bahwa fungsi pendidikan pemakai bagi perpustakaan maupun pengguna perpustakaan, yaitu:

1. Pemakai perpustakaan dapat mengenal dan memahami serta menggunakan sistem yang diberlakukan di perpustakaan tersebut. 2. Pemakai perpustakaan dapat menggunakan sarana temu informasi

yang tersedia seperti kode/nomor klasifikasi kartu katalog dan petunjuk yang lain.

3. Pemakai perpustakaan dapat dengan cepat dan tepat menemukan apa yang diperlukan, tanpa banyak membuang waktu, tidak menemui kesulitan atau hambatan.

4. Perpustakaan dapat memperluas jangkauan pemakaian koleksi oleh pengunjung dan anggota perpustakaan.

5. Perpustakaan dapat mengembangkan citra perpustakaan sebagai bagian dari lembaga pendidikan.

Pendapat lain juga diungkapkan Clarke (1999: 4) bahwa pendidikan pemakai berfungsi sebagai:

1. Pengguna yang telah mendapatkan pendidikan pemakai dapat memanfaatkan sepenuhnya layanan dan fasilitas yang ada diperpustakaan.

2. Dalam pencarian informasi pengguna akan lebih cepat mencarinya secara mandiri kecuali untuk permintaan yang spesifik.

3. Dengan adanya alat penelusur yang tepat pengguna akan dapat mencari literatur mereka sendiri. Hal ini akan memudahkan bagi pustakawan.

(4)

Dari pendapat Clarke dan Sutarno jelas bahwa pendidikan pemakai sangat penting dilakukan kepada pengguna di perpustakaan. Pendidikan pemakai berfungsi untuk memudahkan pengguna mencari informasi dengat cepat dan tepat dengan menggunakan alat penelusur yang ada secara mandiri dan memanfaatkan layanan perpustakaan secara maksimal.

2.1.4 Metode Pendidikan Pemakai

Di dalam Buku perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004: 95) menjelaskan beberapa metode pendidikan pemakai yaitu: (1) Orientasi perpustakaan dan (2) Tutorial pemanfaatan perpustakaan dan sumber-sumber informasi.

Defenisi tentang orientasi perpustakaan dan tutorial pemanfaatan perpustakaan dijelaskan sebagai berikut:

1. Orientasi perpustakaan ialah pendidikan pengguna untuk memperkenalkan perpustakaan secara umum kepada civitas akademik. 2. Tutorial perpustakaan adalah mendidik pengguna agar dapat

menggunakan perpustakaan serta sumber-sumber informasi yang tersedia di perpustakaan dan di tempat lain, termasuk keterampilan dalam memabfaatkan berbagai media informasi sesuai dengan perkembangan teknologi (Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, 2004: 95-97)

Dalam memberikan pendidikan pemakai terdapat jenjang atau tingkatan dalam proses pendidikan pemakai di perpustakaan. Rice (1981: 3) menjelaskan tingkatan tersebut sebagai berikut:

1. Orientasi Perpustakaan

Materi yang diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakan secra umum, biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa yang memasuki suatu lembaga pendidikan bersangkutan, materinya antara lain:

a) Mengenalkan gedung perpustakaan

b) Mengenalkan katalog dan alat penelusur lainnya

c) Mengenalkan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan dasar

(5)

Tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

a) Mengenalkan fasilitas perpustakaan, yaitu gedung itu sendiri.

b) Mengenal bagian bagian layanan dan staf dari tiap bagian secara cepat c) Mengenal layanan-layanan khusus seperti penelusuran melalui

komputer, layanan sirkulasi, layanan referensi, dll.

d) Mengenal kebijakan kebijakan perpustakaan seperti prosedur menjadi anggota, jam layanan perpustakaan, dll

e) Mengenal pengorganisasian koleksi dengan tujuan untuk mengurangi kebingungan pemakai dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan f) Termotivasi untuk datang kembali dan menggunakan sumber-sumber

yang ada di perpustakaan

g) Terjalinnya komunikasi yang akrab antara pemakai dengan pustakawan 2. Pengajaran Perpustakaan

Materi yang diajarkan merupakan penjelasan lebih dalam lagi mengenai bahan bahan perpustakaan secara spesifik, materinya antara lain:

a) Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujuan, dan alat-alat bibliografi

b) Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan masing-masing jurusan

c) Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya.

Tujuan yang ingin dicapai:

a) Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan bahan artikel

b) Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subyek khusus melalui katalog.

c) Dapat menggunkaan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara cepat.

d) Dapat menggunakan alat rujukan khusus seperti Ensiklopedia Britanica dan Who’s Who.

(6)

f) Mengetahui sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan lain dan dapat melakukan permintaan peminjaman.

g) Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti pada Pusat Informasi Sumber Pendidikan dan dapat menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi.

3. Pengajaran Bibliografi

Materi yang diajarkan lebih condong sebagai langkah persiapan mengadaan atau sebagai dasar penelitian dalam rangka menyusun karya akhir. Pada level ketiga ini bisa ditawarkan melalui kuliah formal sebagai bagian dari perkuliahan, baik ada nilai kreditnya atau tidak. Materi yang ingin dicapai antara lain:

a) Informasi dan pengorganisasiannya.

b) Tajuk subyek, “Vocabulary Control” dalam penelitian dan definisi suatu topik penelitian.

c) Macam-macam sumber untuk penelitian.

d) Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya penelitian. e) Teknik-teknik membuat catatan dalam penelitian.

f) Gaya, catatan kaki, rujukan dan sumber bahan bacaan.

g) Strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, dan pemakaian yang tepat layanan koleksi yang diberikan perpustakaan.

h) Membuat/menulis karya ilmiah. 2.1.5 Pelaksanaan Pendidikan Pemakai

Waktu dan lokasi pelaksaan pendidikan pemakai yang diadakan oleh perpustakaan perlu memperhatikan saat yang tepat. Hal ini dikarenakan setiap pengguna perpustakaan memiliki kesibukan dan waktu luang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pendidikan pemakai sebaiknya dilaksanakan pada waktu yang tidak terlalu lama dan lokasinya dapat terjangkau oleh pengguna.

Darmono (2001: 168) menjelaskan bahwa:

Bimbingan perpustakaan biasanya dilakukan oleh pustakawan atau petugas perpustakaan. Waktu yang diberikan sangat bervariasi, tergantung dari jenis perpustakaanya. Untuk perpustakaan besar dengan koleksi dan jenis

(7)

layanan yang sangat banyak maka waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama bila dibandingkan dengan perpustakaan yang relatif kecil.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui lama atau tidaknya pelaksanaan pendidikan pemakai tergantung besar kecil gedung perpustakaan dan berapa banyak layanan perpustakaan yang dimiliki oleh perpustakaan. Pada perpustakaan perguruan tinggi sebaiknya pendidikan pemakai dilaksanakan pada saat setelah penerimaan mahasiswa baru.

Penentuan lokasi pendidikan pemakai harus ditentukan sebaik mungkin. Sebaik mungkin pilih ruangan yang membuat pengguna merasa nyaman berada di ruangan tersebut selama berlangsungnya pendidikan pemakai. Pada umumnya lokasi pelaksanaan pendidikan pemakai berada pada salah satu ruangan yang ada di perpustakaan. Hal ini berkaitan dengan lokasi dari perpustakaan itu sendiri.

Soedibyo (1987: 108-109) memberikan batasan pengaturan lokasi perpustakaan sebagai berikut:

1. Perpustakaan itu terletak dalam arus lalu lintas manusia, tetapi tidak dijadikan lalu lintas manusia.

2. Perpustakaan itu terletak di suatu tempat yang tanahnya memungkinkan dilakukannya perluasan pada masa yang akan datang, sesuai dengan perkembangan perpustakaan serta instansi penaungnya. 3. Perpustakaan itu mudah dicapai oleh pemakai, sehingga mereka tidak

membuang-buang waktu secara sia-sia.

4. Perpustakaan itu mempunyai hubungan yang fungsional dengan gedung-gedung lainnya dalam keseluruhan kompleks itu.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui lokasi perpustakaan sangat mempengaruhi lokasi pelaksanaan pendidikan pemakai karena pendidikan pemakai dilaksanakan di perpustakaan. Oleh sebab itu lokasi perpustakaan hendaknya berada di tempat yang dapat terjangkau oleh pengguna. Jika lokasi dan waktu dapat ditentukan dengan tepat maka pendidikan pemakai dapat dilaksanakan dengan lancar.

2.1.6 Peranan Pustakawan dalam Pendidikan Pemakai

Pustakawan merupakan orang yang sangat berperan dalam menjalankan pendidikan pemakai di perpustakaan. Hal ini disebabkan karena pustakawan yang bertugas dan mengetahui benar segala hal yang berhubungan dengan perpustakaan

(8)

baik itu fasilitas, koleksi, layanan dan bagaimana cara memanfaat perpustakaan dengan baik. Oleh karena itu pustakawan harus benar-benar profesional dalam mengajarkan pendidikan pemakai kepada pengguna.

Kegiatan kerja profesional pustakawan yang harus dilakukan pada layanan pendidikan pemakai menurut Soedibyo (1987: 121) adalah:

1. Membuat perencanaan penyampaian bahan, teknik dan sasaran usaha bimbingan pemakai.

2. Menetapkan tingkat dan sistem penyapaian bimbingan yang sesuai. 3. Menetapkan dan mengatur waktu pemberian bimbingan dan

pendidikan kepada pengguna.

4. Melaksanakan usaha pendidikan baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Aziz (2008: 19) menjelaskan bahwa cara terbaik dalam mengajarkan keahlian perpustakaan untuk mahasiswa adalah membuat teknik riset yang merupakan bagian integral dan tugas-tugas di kelas. Hal-hal yang membantu implementasi adalah:

1. Pelajaran yang menjelaskan tentang katalog, Online Searching Tecniques, dan alat rujukan lainnya.

2. Video Tur Interaktif mengenai pusat media dan layanannya. 3. Tugas-tugas untuk pengguna kemampuan perpustakaan.

Dengan demikian, pustakawan yang menjalankan peranannya sebagai orang yang memberikan pendidikan pemakai kepada pengguna akan memberikan kontribusi besar dan penentu keberhasilan proses pendidikan pemakai. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kemampuan pengguna dalam memanfaatkan layanan yang ada di perpustakaan dengan maksimal.

2.2 Etika Pustakawan

Etika dalam bahasa asing berarti Ethic(s) bahasa Inggris atau Ethica dalam bahasa Latin, Etique dalam bahasa Prancis, Ethikos dalam bahasa Greek, yang artinya kebiasaan kebiasaan terutama yang berkaitan dengan tingkah laku. Menurut Hermawan (2006: 75) etika merupakan standar tingkah laku atau prilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia yang sesuai dengan ketentuan moral pada umumnya.

(9)

Ridjin (2004) menyatakan bahwa ethos mempunyai banyak arti, tetapi yang utama adalah berarti kebiasaan, akhlak atau watak. Ia menyatakan pula etika mempunyai tiga macam, yaitu: etika dalam bentuk kebiasaan atau watak, etika dalam bentuk jamak, berarti adat istiadat, yaitu norma-norma yang dianut oleh orang tertentu mengenai perbuatan baik buruk dan etika adalah studi tentang perinsip-prinsip prilaku yang baik dan yang buruk.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan segala bentuk tingkah laku manusia yan baik sesuai dengan ketentuan moral pada umumnya. Etika berkaitan dengan moral, yaitu mengenai baik dan buruk prilaku yang dilaksanakan baik kelompok maupun individu itu sendiri.

Menurut Suwarno (2009:62) pustakawan merupakan seorang tenaga kerja bidang perpustakaan yang telah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan, baik melalui pelatihan, kursus, seminar, maupun dengan kegiatan formal. UU No 43Tahun 2007 juga menjelasakan bahwa “Pustakawan merupakan seorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”.

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang menghimpun para pustakawan dalam kode etikanya menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumen dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan. Pustakawan adalah seorang yang berkarya secara profesional dibidang perpustakaan dan informasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan yakni pustakawan adalah sesorang yang bekerja di bidang perpustakaan yang telah memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan baik memalui pendidikan maupun pelatihan kepustakawanan yang bertugas melayanai pengguna perpustakaan dan mengolah perpustakaan. Pustakawan merupakan orang yang profesional bekerja di bidang perpustakaan dan informasi.

(10)

Dari pengertian etika dan pustakawan dapat diartikan bahwa etika pustakawan merupakan seorang yang memiliki watak dan moral yang baik sesuai dengan ketentuan moral pada umumnya yang bekerja di perpustakaan yang memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan dan bertanggung jawab dalam pengolahan dan pelayanan perpustakaan.

2.3 Kode Etik Pustakawan

2.3.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan

Kode etik merupakan aturan wajib bagi seorang pustakawan dalam menjalankan kegiatannya. Disisi lain kode etik merupakan jaminan bagi pengguna dalam menggunakan jasa pustakawan. Tujuan kode etik pustakawan, yaitu untuk: a) Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa

dan negara; Sebagai makhluk ilahi, serta waga negara yang baik, dengan dituntun oleh kode etik, pustakawan dapat memberikan pengabdiannya sebagai hamba, dan berbakti kepada sesama, terutama untuk bangsa dan negara.

b) Menjaga martabat pustakawan. Adalah tugas anggota untuk selalu menjaga martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.

c) Meningkatkan mutu profesi pustakawan; Untuk dapat memberikan layanan kepustakawanan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.

d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; Mendapatkan informasi adalah merupakan hak setiap orang, maka pustakawan sebagai pekerja informasi harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna (Hermawan, 2006: 99).

Kode Etik Pustakawan Indonesia tahun 2006 pasal 2 dalam Suwarno (2010: 253) juga menjelaskan tujuan dari kode etik adalah sebagai berikut:

1. Membina dan membentuk karakter pustakawan;

2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial;

(11)

4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra pustakawan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari etika pustakawan adalah untuk membina dan membentuk karakter pustakawan untuk dapat memberikan layanan yang berkualitas kepada pengguna dan untuk mencegah terjadinya perselisihan antara sesama pustakawan dan antara pustakawan dengan pengguna perpustakaan.

2.3.2 Fungsi Kode Etik Pustakawan

Kode etik memiliki fungsi yang dapat dijadikan pedoman bagi pustakawan dalam menjalankan profesinya. Menurut Fankel dalam Hermawan (2006: 101) mengemukakan fungsi kode etik pustakawan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pedoman bagi kelompok profesional ketika menentukan masalah dalam praktik;

2. Sebagai sumber evaluasi bagi masyarakat dan menjadikan mereka mengetahui apa yang dapat diharapkan dari organisasi profesi tersebut;

3. Memberikan kebanggaan pada dan memperkuat identitas profesi; 4. Memperbaiki reputasi profesi dan kepercayaan masyarakat; 5. Melindungi pengaruh profesi;

6. Menghentikan tindakan yang tidak etis dengan menyediakan sanksi atau dengan melaporkan tindakan yang tidak etis tersebut;

7. Menyediakan sistem untuk mendukung profesi terhadap permintaan yang tidak logis dari orang luar;

8. Merupakan forum keputusan dalam debat antar anggota atau antara anggota dengan orang luar.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Karter (2001: 27) mengemukakan bahwa terdapat beberapa fungsi kode etik atau pentingnya kode etik, yaitu:

a) Dengan adanya kode etik, kepercayaan suatu masyarakat akan sebuah proesi dapat diperkuat karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin.

b) Kode etik sebagai sarana kontrol sosial. Kode etik memberikan semacam kriteria bagi para calon anggota kelompok profesi dan membantu mempertahankan pandangan para anggota lama terhadap prinsip profesional yang telah digariskan.

(12)

c) Kode etik penting untuk mencegah pengawasan atau campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat.

d) Kode etik penting untuk penegmbangan patokan kehendak yang lebih tinggi. Dari kedua pendapat diatas dapat dijelaskan fungsi kode etik pustakawan adalah memberikan kepercayaan kepada masyarakat akan profesi pustakawan dan sebagai kontrol bagi pustakawan dalam melakukan tindakan. Fungsi lainnya, yaitu sebagai pedoman bagi kelompok profesional ketika menentukan masalah dalam praktik.

2.3.3 Manfaat Kode Etik Pustakawan

Kode etik memiliki manfaat bagi pustakawan dalam menjalankan tugas memberikan layanan kepada pengguna. Menurut Hermawan (2006: 102) Manfaat kode etik pustakawan bagi pengguna adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat;

2. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan;

3. Memberikan perlindungan hak dan akses terhadap informasi; 4. Menjamin hak ases pemakai tehadap informasi yang diperlukannya; 5. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi

yang diberikan;

6. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (Information overload);

7. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.

Kanter (2001: 28) juga menjelaskan manfaat dari kode etik pustakawan adalah sebagai berikut:

a) Kode etik menjadi tempat perlindungan bagi anggotanya manakala berhadapan dengan pesaingnya yang tidak sehat dan tidak jujur dalam mengembangkan profesi yang sesuai dengan cita-cita dan rasa keadilan masyarakat.

b) Kode etik menjamin rasa solidaritas dan kolegialitas antara anggota untuk saling menghormati.

c) Ode etik mengokohkan ikatan persaudaraan di antara para anggota, terutama bila menghadapi campur tangan dari pihak lain.

(13)

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa manfaat kode etik pustakawan adalah untuk pedoman bagi pustakawan dalam menjalankan tugas melayani pengguna untuk meningkatkan kualitas layanan. Kode etik juga bermanfaat sebagai tempat berlindung bagi pustakawan apabila mengalami perselisihan antara sesama pustakawan.

2.3.4 Kode Etik Dalam Prilaku Pustakawan Pelayanan Kepada Pengguna

Tugas utama dari pustakawan adalah memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Hermawan (2006: 130) menjelaskan bahwa untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna harus mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut:

Prilaku pustakawan kepada pengguna sebagai berikut: a) Mengenal Masyarakat Pengguna

b) Luwes dalam Melayani

c) Mengetahui Kemauan pengguna d) Mempromosikan Produk Layanan e) Melayani Sampai Tuntas

f) Tidak Memaksakan Kehendak g) Melayani Dengan Wajah Cerah h) Mau Mendengar Keluhan i) Tidak Berprasangka Negatif j) Mengucapkan Terima Kasih

Prilaku Pribadi Pustakawan adalah sebagai berikut: a) Wajar

b) Jujur

c) Berpakaian Sopan d) Tampil Tenang e) Murah Senyum f) Bertutur Kata Baik g) Pandai Bergaul h) Tidak Materialistis i) Tidak Dendam

(14)

2.4 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan

Perpustakaan dapat dikatakan berhasil dalam menjalankan tugasnya salah satunya dengan banyaknya pengguna datang ke perpustakaan. Disamping banyaknya pengguna datang ke perpustakaan pengguna juga dapat memanfaatkan semua layanan yang ada di perpustakaan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah pengguna dapat memanfaatkan semua layanan yang ada di perpustakaan.

Perpustakaan yang bertugas untuk memberikan layanan informasi harus memikirkan hal tersebut sebelum membangun gedung perpustakaan. Hal yang harus dilakukan oleh perpustakaan adalah memperkenalkan layanan yang ada di perpustakaan untuk meningkatkan pemanfaatan layanan perpustakaan di perpustakaan tersebut, disamping itu juga kelengkapan dan jumlah koleksi. Pengenalan perpustakaan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk program pendidikan pemakai.

Sehubungan dengan itu Sutarno (2006: 112) mengemukakan bahwa pembinaan masyarakat pemakai perpustakaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berkut:

1. Mengadakan bimbingan pemakai perpustakaan yaitu menuntun, mengarahkan, memberi penjelasan tentang cara-cara menggunakan kartu katalog, menelusur sumber informasi dan menggunakan pedoman perpustakaan yang lain.

2. Memberitahukan pendidikan pemakai, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh petugas layanan mengenai seluk beluk perpustakaan, cara menjadi anggota. Persyaratan keanggotaan, tata tertib, jenis layanan, kegunaan sistem katalogisasi dan klasifikasi, partisipasi masyarakat didalam perpustakaan. Semua ini dikerjakan dalam rangka memanfaatkan perpustakaan secara cepat dan tepat tanpa mengalami kesulitan.

3. Melakukan sosialisasi, publikasi dan promosi perpustakaan yakni dengan cara:

a) Membuat papan nama dan papan petunjuk perpustakaan b) Mengadakan kegiatan yang melibatkan anggota perpustakaan c) Membuat sarana publikasi melalui media cetak dan elektronik d) Mengadakan pameran perpustakaan

e) Mengadakan pertemuan atau forum ilmiah

f) Mengundang para tokoh, pakar, figure public ke perpustakaan

g) Mengadakan berbagai perlombaan dengan hadiah piagam, piala dan penghargaan

(15)

Pengguna yang datang ke perpustakaan memiliki tujuan dan maksud tertentu seperti membaca buku atau meminjam buku saja belum tentu penguna tersebut memanfaatkan perpustakaan. Soedibyo (1987: 71) menjelaskan tujuan pemanfaatan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Keperluan tugas sekolah;

2. Tugas studi yang dilakukan di fakultasnya; 3. Tugas reseach dan

4. Recreation readings.

Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (Fitria, 2008: 24-25) menjelaskan bahwa pada perpustakaan perguruan tinggi pelayanan dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu:

1. Kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pelayanan teknis, yang terdiri atas kegiatan kerja pengadaan, investarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan pemeliharaan koleksi.

2. Kelompok kegiatan kerja pelayanan pemakai, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan, pelayanan informasi dalam program pelayanan pemakai, yang terdiri atas kegiatan kerja sirkulasi koleksi, pelayanan referens, pendidikan pemakai, dan penyebarluasan informasi.

3. Kelompok kegiatan kerja pelayanan administrasi, yaitu kegiatan-kegiatan kerja yang dilaksanakan untuk mendukung secara administratif kelancaran seluruh klompok kegiatan kerja di perpustakaan perguruan tinggi, kelompok kegiatan meliputi kegiatan-kegiatan administrasi ketatausahaan, administrasi kerumahtanggaan, dan administrasi kepegawaian.

4. Kelompok kegiatan kerja pengelolaan, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk menyelaraskan semua kelompok kegiatan kerja sehingga berjalan harmonis dan terpadu.

(16)

2.5 Jenis Jenis Layanan Perpustakaan

Dalam memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan menyediakan berbagai jenis layanan. Adapun jenis-jenis layanan yang di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan adalah seperti layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan reserve atau layanan buku tandon, layanan khusus, layanan informasi dan layanan pendidikan pemakai.

Menurut Yuventia (2013) menjelaskan jenis-jenis layanan yang ada di perpustakaan antara lain sebagai beriku:

a) Layanan sirulasi atau layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. b) Layanan referensi adalah layanan yang bahan pustakanya berupa koleksi

koleksi referensi, yaitu koleksi bahan rujukan.

c) Layanan reserve atau layanan buku tandon. Layanan ini merupakan kumpulan buku atau bahan pustaka kopi ke satu. Koleksi ini tidak boleh dipinjam, dibawa pulangdan hanya boleh dibaca di tempat.

d) Layanan Khusus, merupakan layanan dengan koleksi bahan pustaka yang khusus seperti: karya ilmiah, skripsi dan lain-lain untuk perpustakaan perguruan tinggi.

e) Layanan informasi adalah pemberian layanan informasi tentang apa saja tidak terlepas dengan bentuk bahan pustaka.

Menurut Rahayuningsih (2007: 87) jenis-jenis layanan pengguna dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Layanan locker 2. Layanan sirkulasi 3. Layanan referensi

4. Layanan penelusuran informasi 5. Layanan informasi koleksi terbaru 6. Layanan koleksi, terbagi atas:

a. Layanan koleksi umum/sirkulasi, b. Layanan koleksi cadangan, c. Layanan terbitaan berkala, d. Layanan koleksi digital, e. Layanan koleksi referensi, f. Layanan koleksi khusus, g. Layanan koleksi tugas akhir. 7. Layanan ruang baca

(17)

9. Layanan workstation dan multimedia

10. Layanan lain-lain, termasuk pengawasan keluar masuknya koleksi penataan koleksi, layanan informasi perpustakaan, pendidikan pengguna, sosialisasi peraturan.

Layanan yang ada di perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Pemanfaatan layanan dapat dilakukan semaksimal mungkin untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Untuk itu pendidikan pemakai merupakai salah satu cara untuk memperkenalkan berbagai layanan yang ada di perpustakaan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dirancang untuk mendiskripsikan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tempat pengolahan sampah pada Badan Usaha Milik Desa di Desa Blulukan Kecamatan

Muhaemin., et al., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT.. Kedua, pewarisan budaya. Ketiga, interaksi antara potensi

Prosedur (Procedures) memiliki struktur yang sama dengan struktur program, yaitu terdiri dari nama prosedur, pengumuman-pengumuman atau deklarasi (kecuali pengumuman uses),

Peta risiko terdiri dari sumbu vertikal dan sumbu horizontal. Sumbu vertikal pada peta risiko merupakan skala ukur untuk probabilitas. Skala tersebut terbagi menjadi 2

Pada penelitian ini peneliti berupaya untuk menghasilkan bahan ajar yang mampu mendorong peserta didik dalam memahami materi pendekatan geografi sebagai salah satu

Status peserta yang besangkutan berubah menjadi 1 Endang Erdiana 1967052619940310 Jakarta II V "BARU" karena yang bersangkutan belum pernah. 01 mengikuti ujian pada

Bagaimana agar perangkat lunak sistem pendukung keputusan pemilihan pupuk pada tanaman kopi menggunakan metode TOPSIS berjalan dengan

Dalam segala kerendahan hati, saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan rahmatNya yang berlimpah, saya dapat menyelesaikan skripsi ini