• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 107,96

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 107,96"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

+

No. 27/05/34/Th.XVIII, 4 Mei 2016

I

NDEKS

T

ENDENSI

K

ONSUMEN

D

AERAH

I

STIMEWA

Y

OGYAKARTA

T

RIWULAN

I

T

AHUN

2016

S

EBESAR

107,96

1.

Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2016

Nilai Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta (ITK DIY) selama triwulan I-2016 tercatat sebesar 107,96. Angka ini menggambarkan persepsi konsumen atau rumah tangga terkait dengan kondisi ekonomi mereka selama triwulan berjalan yang berada pada taraf optimis (ITK>100). Secara level, optimisme konsumen selama triwulan I-2016 mengalami peningkatan atau lebih baik kondisinya dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (ITK sebesar 103,02). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong ketiga indeks penyusunnya yang berada pada taraf optimis, yakni indeks pendapatan kini, indeks pengaruh perubahan harga, dan indeks volume konsumsi barang dan jasa.

Indeks pendapatan kini yang merepresentasikan perkembangan jumlah pendapatan yang diterima oleh konsumen rumah tangga selama triwulan berjalan dibandingkan dengan jumlah

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

A. Penjelasan Umum

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi komsumen terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.

Jumlah sampel STK pada triwulan I-2016 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebanyak 364 rumah tangga, sementara secara nasional jumlah sampel sebanyak 13.643 rumah tangga. Responden STK mulai triwulan I-2015 dipilih pada strata blok sensus kategori sedang dan tinggi berdasarkan “wealth index“ dan merupakan subsampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) khususnya di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antartriwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antarwaktu. Pada saat yang sama juga dilakukan penyempurnaan kuesioner dan cara penghitungan indeksnya.

B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2016

 Nilai ITK DIY pada Triwulan I-2016 tercatat sebesar 107,96; angka ini menggambarkan kondisi ekonomi konsumen selama triwulan berjalan berada pada taraf optimis (ITK>100) dan mengalami peningkatan level optimisme dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan II-2016

 Nilai ITK DIY pada Triwulan II-2016 diperkirakan mencapai 123,60; artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik atau mengalami peningkatan dengan tingkat optimisme yang jauh lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2016.

(2)

pendapatan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 106,19. Nilai indeks ini berada dalam taraf optimis, artinya persepsi mayoritas konsumen (rumah tangga) terkait dengan pendapatan nominal yang diterima selama triwulan berjalan cenderung lebih tinggi atau lebih meningkat dibandingkan dengan pendapatan pada triwulan sebelumnya. Fenomena peningkatan pendapatan ini berkaitan dengan mulai direalisasikannya kenaikan upah minimum regional bagi pekerja/buruh serta bersamaan dengan momentum panen raya komoditas pertanian, khususnya tanaman padi selama triwulan I-2016.

Persepsi konsumen terkait dengan pengaruh perubahan harga terhadap total konsumsi rumah tangga selama Triwulan I-2016 tercatat sebesar 111,00 dan berada pada taraf optimis. Level optimisme dari indeks ini meningkat secara nyata dibandingkan dengan nilai indeks pada triwulan sebelumnya yang berada pada taraf pesimis (indeks sebesar 99,50). Dibandingkan dengan kedua indeks penyusun yang lain (indeks pendapatan kini dan indeks volume konsumsi), level optimisme indeks pengaruh perubahan harga selama triwulan I-2016 juga tercatat lebih tinggi. Persepsi optimis terkait dengan pengaruh perubahan harga terhadap total konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh kondisi harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga yang secara umum relatif stabil atau mengalami kenaikan harga yang rendah. Laju inflasi Kota Yogyakarta selama triwulan I-2016 tercatat sebesar 0,46 persen, bahkan terjadi deflasi sebesar 0,09 persen di bulan Februari 2016.

Indeks volume konsumsi barang dan jasa juga memberikan kontribusi positif terhadap level optimisme konsumen selama Triwulan I-2016 dengan nilai indeks sebesar 108,31. Level optimisme ini meningkat nyata dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (nilai indeks sebesar 104,74). Persepsi optimis konsumen terkait dengan volume konsumsi berbagai komoditas barang dan jasa kebutuhan rumah tangga didorong oleh peningkatan kuantitas/volume maupun frekuensi konsumsi dari kelompok komoditas makanan dengan indeks sebesar 115,25. Sementara, nilai indeks volume konsumsi kelompok non makanan tercatat optimis sebesar 106,33.

Selama triwulan I-2016, semua kelompok komoditas tercatat memiliki nilai indeks volume konsumsi pada taraf optimis di atas 100, kecuali kelompok hiburan/rekreasi dan kelompok akomodasi. Kedua kelompok ini memiliki nilai indeks masing-masing sebesar 94,72 dan 95,54 atau berada pada taraf pesimis. Artinya, sebagian besar konsumen rumah tangga mengalami penurunan volume/frekuensi dalam mengkonsumsi barang dan jasa pada kelompok hiburan/rekreasi dan akomodasi selama triwulan berjalan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada umumnya konsumen telah melakukan kegiatan konsumsi jasa hiburan/rekreasi dan akomodasi dalam kuantitas yang lebih banyak selama masa liburan akhir tahun dan perayaan hari raya keagamaan yang terjadi di triwulan IV 2015. Kelompok komoditas barang dan jasa kebutuhan rumah tangga yang mengalami kenaikan indeks volume konsumsi adalah kelompok bahan makanan dan minuman (117,09); kelompok transportasi (116,93); kelompok makanan/ minuman jadi, rokok, tembakau dan makan di restoran/rumah makan (113,41); kelompok komunikasi/pembelian pulsa HP (101,31); kelompok perawatan kesehatan dan kecantikan (112,54); kelompok pendidikan (108,38); dan kelompok pakaian (103,22). Peningkatan indeks volume konsumsi beberapa kelompok komoditas ini secara umum dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan dan tingkat harga umum selama triwulan I-2016 yang mengalami inflasi rendah sebesar 0,46 persen.

Nilai ITK DIY selama Triwulan I-2016 berada di peringkat keempat tertinggi secara nasional. Nilai ITK yang tertinggi tercatat di Provinsi Maluku, Bali, dan NTB dengan nilai ITK masing-masing sebesar 109,96, 108,40, dan 108,20. Nilai ITK pada level nasional dalam waktu yang sama tercatat sebesar

(3)

102,89. Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa, nilai ITK triwulan I-2016 DIY berada di peringkat yang tertinggi (Tabel 1).

Tabel 1

Indeks Tendensi Konsumen DIY menurut Variabel Pembentuknya dan Indeks Tendensi Konsumen Provinsi-provinsi di Pulau Jawa serta Nasional

Variabel Pembentuk Tw II- 2014 Tw III- 2014 Tw IV- 2014 Tw I- 2015 Tw II- 2015 Tw III- 2015 Tw IV- 2015 Tw I- 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pendapatan rumah tangga kini 113,01 117,02 101,35 87,57 112,48 106,97 104,18 106,19 Pengaruh inflasi terhadap total konsumsi 121,83 117,66 114,50 111,66 110,12 110,29 99,50 111,00 Volume/frekuensi konsumsi makanan dan

bukan makanan*) 109,13 110,95 115,75 101,72 111,99 118,39 104,74 108,31

Indeks Tendensi Konsumen DIY 114,56 115,89 108,03 97,18 111,73 110,33 103,02 107,96

Jateng 114,80 116,00 106,03 103,97 103,60 109,81 99,87 100,28 Jabar 112,95 113,72 107,09 104,43 105,67 109,69 102,38 104,03 DKI 117,79 118,75 109,93 99,71 109,71 111,88 106,64 105,20 Jatim 112,86 115,99 110,23 100,75 103,88 115,98 102,12 105,38 Banten 115,89 116,09 107,83 104,07 108,19 111,21 103,29 105,25 Nasional 110,76 112,44 107,63 100,87 105,22 109,00 102,77 102,89

*) Bukan makanan: pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, komunikasi, kesehatan, dan rekreasi.

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) DIY Triwulan II-2016

Nilai ITK DIY pada Triwulan II-2016 mendatang diperkirakan sebesar 123,60. Hal ini berarti kondisi ekonomi konsumen selama satu triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat lebih baik dengan level optimismenya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan I-2016 (107,96). Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai perkiraan ITK Triwulan II-2016 dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga selama Triwulan II-2016 yang diperkirakan meningkat dengan indeks 124,09. Peningkatan pendapatan selama satu triwulan ke depan diperkirakan bersumber dari panen raya yang masih terjadi di bulan April, pendapatan gaji ketiga belas bagi pegawai negeri sipil, dan aktivitas usaha yang meningkat bersamaan dengan momentum liburan sekolah dan bulan puasa. Peningkatan perkiraan pendapatan konsumen rumah tangga selama satu triwulan mendatang akan mendorong meningkatnya rencana konsumsi atau pembelian barang tahan lama seperti: elektronik, perhiasan, perangkat komunikasi, meubelair, peralatan rumah tangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah; maupun kegiatan rekreasi dan pesta/hajatan dengan nilai indeks sebesar 122,73.

Tabel 2

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen DIY menurut Variabel Pembentuknya dan Indeks Tendensi Konsumen Provinsi-provinsi di Pulau Jawa serta Nasional Triwulan II-2016

Variabel Pembentuk Tw II-2016

(1) (2)

Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 124,09 Rencana pembelian barang-barang tahan lama (elektronik, perhiasan, perangkat komunikasi, meubelair, peralatan rumah

tangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan pesta/hajatan 122,73

Indeks Tendensi Konsumen DIY 123,60

Jateng 107,41 Jabar 105,78 DKI 110,11 Jatim 109,03 Banten 107,01 Nasional 106,56

(4)

Secara nasional, nilai perkiraan ITK DIY selama Triwulan II-2016 mendatang berada pada peringkat pertama tertinggi di atas Provinsi Maluku dan Gorontalo. Nilai ITK Triwulan II-2016 pada level nasional diperkirakan sebesar 106,56. Sementara, perkiraan nilai ITK triwulan II-2016 provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa berkisar antara 105,78 sampai 109,03.

Gambar 1

Indeks Tendensi Konsumen Riil dan Indeks Tendensi Konsumen Perkiraan DI Yogyakarta, Triwulan II-2011 sampai Triwulan II-2016

Pola perbandingan antara ITK pada triwulan berjalan (ITK riil) dengan nilai perkiraan ITK triwulan yang dilakukan pada triwulan sebelumnya menunjukkan perbedaan yang bervariasi. Sampai dengan triwulan IV-2013 perbedaan atau selisih antara ITK riil dengan perkiraannya relatif kecil. Terkadang nilai ITK riil lebih besar dari perkiraan dan ada kalanya nilainya lebih kecil dari perkiraan. Sejak Triwulan I-2014, selisih antara ITK riil dengan ITK perkiraan terlihat cukup signifikan dan perkiraan ITK selalu lebih tinggi dari ITK riilnya. Hal ini menunjukkan nilai harapan atau ekspektasi yang lebih tinggi dari kenyataan terkait dengan kondisi ekonomi konsumen. Selama Triwulan I-2016 selisihnya mencapai 6,8 poin dengan posisi ITK perkiraan lebih tinggi dari ITK riil.

105,6 111,9 110,0 109,7 109,9 112,9 109,2 106,1 110,5 116,2 112,1 118,2 114,6 115,9 108,0 97,2 111,7 110,3 103,0 108,0 106,6 110,5 111,6 108,5 109,5 112,6 110,2 109,5 110,7 114,1 111,5 109,0 120,6 119,3 114,6 107,8 116,9 113,9 105,7 114,8 123,6 80 90 100 110 120 130

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(5)

Tabel 3

Indeks Tendensi Konsumen1)Triwulan I-2016 dan

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2016 Tingkat Nasional dan Provinsi

No. Provinsi

Triwulan I-2016 Perkiraan Triwulan II-2016

Pendapatan Ruta Kini Pengaruh Inflasi thd Tingkat Konsumsi Volume Konsumsi Barang dan Jasa

ITK Kini Pendapatan Ruta Mendatang Rencana Pembelian Barang Tahan Lama, Rekreasi dan Pesta/Hajatan ITK Mendatang2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 NAD 98,95 106,21 99,22 100,99 101,36 102,12 101,64 2 Sumatera Utara 100,64 98,54 102,91 100,55 105,23 92,78 100,71 3 Sumatera Barat 96,34 106,94 108,55 101,85 103,84 98,77 102,00 4 R i a u 91,03 101,51 100,83 95,99 100,05 106,34 102,33 5 J a m b i 100,37 100,79 100,58 100,53 100,82 98,84 100,10 6 Sumatera Selatan 91,65 100,19 103,09 96,44 101,71 98,16 100,42 7 Bengkulu 94,12 107,31 107,39 100,57 110,24 96,30 105,17 8 Lampung 101,70 101,57 101,17 101,55 105,90 95,48 102,11 9 Kep, Babel 93,29 97,40 94,70 94,71 110,65 100,54 106,98 10 Kep, R i a u 98,37 107,11 102,11 101,56 106,76 107,85 107,15 11 DKI Jakarta 106,34 107,21 99,92 105,20 110,60 109,25 110,11 12 Jawa Barat 103,36 105,80 103,40 104,03 108,62 100,81 105,78 13 Jawa Tengah 98,60 101,63 102,55 100,28 113,39 96,92 107,41 14 D.I. Yogyakarta 106,19 111,00 108,31 107,96 124,09 122,73 123,60 15 JawaTimur 107,01 103,12 104,35 105,38 110,97 105,63 109,03 16 Banten 107,00 105,48 100,79 105,25 107,65 105,90 107,01 17 B a l i 110,34 100,79 113,45 108,40 112,17 103,30 108,95 18 NTB 106,88 109,61 109,54 108,20 118,29 90,53 108,21 19 NTT 102,11 94,32 93,57 98,15 103,99 103,25 103,72 20 Kalimantan Barat 104,85 99,09 108,90 104,15 100,99 102,62 101,59 21 Kalimantan Tengah 104,37 103,21 99,62 103,04 106,67 100,88 104,57 22 Kalimantan Selatan 100,25 99,70 96,69 99,34 101,87 110,78 105,11 23 Kalimantan Timur 100,36 115,97 90,04 102,40 103,62 96,62 101,08 24 Sulawesi Utara 96,97 100,33 88,56 96,08 104,40 119,85 110,02 25 Sulawesi Tengah 106,44 109,53 107,85 107,58 111,12 104,41 108,69 26 Sulawesi Selatan 104,64 97,37 101,15 101,91 105,86 110,65 107,60 27 Sulawesi Tenggara 99,88 99,47 103,59 100,57 100,08 103,12 101,19 28 Gorontalo 95,20 107,02 107,81 101,14 117,99 98,55 110,93 29 Sulawesi Barat 104,03 107,37 107,01 105,58 111,22 101,56 107,71 30 Maluku 109,79 110,08 110,22 109,96 112,03 121,67 115,53 31 Maluku Utara 101,27 100,35 98,65 100,45 103,08 109,12 105,27 32 Papua Barat 99,32 92,79 103,93 98,53 108,06 97,04 104,06 33 Papua 97,23 103,58 101,05 99,78 101,57 99,92 100,97 Indonesia 102,43 103,83 102,80 102,89 108,72 102,78 106,56 Keterangan:

1) ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:

a. Nilai ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya.

b. Nilai ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.

c. Nilai ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. 2) Angka Perkiraan ITK Triwulan II-2015

Referensi

Dokumen terkait

diberlakukan Setelah aplikasi disetujui oleh pihak penanggung dan diberlakukan Setelah aplikasi disetujui oleh pihak penanggung dan polis asuransi segera dikirim pada saat

Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Harvest Area, Average Production, and Total Production of Wetland Paddy per Districts

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Dalam knowledge based economy ini, pengertian yang diambil adalah sebagai proses perekonomian dari suatu komunitas masyarakat berdasarkan prakarsa sendiri dengan dorongan

Parfum Laundry Mataram Beli di Surga Pewangi Laundry Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik.. BERIKUT INI JENIS

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 70 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan alternatif efektif dalam penempatan dan penggunaan jumlah alat sambung pelat baja Pryda Claw Nailplate, menggunakan

Jadi, jika hasil yang diperoleh dari validasi materi oleh ahli materi (20 item pernyataan), validasi media oleh ahli media (21 item pernyataan), dan uji coba pemakaian