• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN JEMBATAN RANGKA BAJA PADA KONTRAK BERBASIS KINERJA (STUDI KASUS JEMBATAN MUSI II DI PALEMBANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN JEMBATAN RANGKA BAJA PADA KONTRAK BERBASIS KINERJA (STUDI KASUS JEMBATAN MUSI II DI PALEMBANG)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN JEMBATAN

RANGKA BAJA PADA KONTRAK BERBASIS KINERJA

(STUDI KASUS JEMBATAN MUSI II DI PALEMBANG)

Chintya Dewi Arinda1); Ervina Ahyudanari2); dan Jasmin2)

1)Program Studi Magister Manajemen Aset Infrasruktur, ITS e-mail: chintyadewiarinda@gmail.com

2)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK

Salah satu aset jalan dan jembatan yang dimiliki oleh Kementerian Pekerjaan Umum adalah jembatan Musi II yang terletak di wilayah Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Jembatan ini merupakan jenis jembatan Rangka Baja Australia (RBA) yang memiliki panjang bentang total 534,6 m yang terbagi menjadi 10 bentang dan pekerjaan pemeliharaan menggunakan kontrak pekerjaan konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya pemeliharaan pada jembatan Musi II tersebut apabila menggunakan sistim Kontrak Berbasis Kinerja (KBK). Prediksi kondisi jembatan untuk menentukan kebutuhan biaya pemeliharaan jembatan dalam penelitian ini menggunakan simulasi Rantai Markov. Dalam penelitian ini, masa kontrak KBK dimodelkan selama 5 (tahun) dengan rincian 2 (dua) tahun pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan 3 (tiga) tahun masa jaminan pemeliharaan. Dari hasil prediksi kondisi pada indikator kinerja utama jembatan yang terdapat pada bagian lantai kendaraan, diperoleh nilai kontrak sebesar Rp. 5.735.351.441 (lima milyar tujuh ratus tiga puluh lima juta tiga ratus lima puluh satu ribu empat ratus empat puluh satu rupiah). Nilai estimasi biaya dengan sistim KBK ini 13,78% lebih kecil daripada nilai biaya untuk kontrak konvensional yang telah dilakukan selama tahun 2012 sampai dengan 2014. Dengan nilai biaya pemeliharaan, yang telah dikonversi menjadi nilai saat ini sesuai dengan BI rate, pada sistem kontrak konvensional yang telah dilakukan selama tahun 2012 sampai dengan 2014 adalah sebesar Rp. 6.525.834.136 (enam milyar lima ratus dua puluh lima juta delapan ratus tiga puluh empat ribu seratus tiga puluh enam rupiah).

Kata kunci:Jembatan Rangka Baja, Kondisi Kinerja Jembatan, Pemeliharaan Jembatan, Rantai Markov, Biaya Pemeliharaan Jembatan

PENDAHULUAN

Salah satu instansi pemerintah yang berwenang atas penyelenggaraan aset infrastruktur publik baik pusat maupun daerah adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Aset infrastruktur publik ini terdiri dari jalan, jembatan, wilayah aliran sungai, rumah susun, pengelolaan sampah, air minum, dsb. Dalam Kementerian Pekerjaan Umum terdapat beberapa Direktorat Jenderal yang berwenang akan pengelolaan dan pemeliharaan aset-aset infrastruktur yang ada. Salah satunya adalah Direktorat Jenderal Bina Marga yang berwenang akan pemeliharaan jalan dan jembatan serta pelengkapnya.Sampai saat ini Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum yang memiliki kewenangan atas jalan dan jembatan yang ada di seluruh wilayah Indonesia ini, telah melakukan studi terhadap sistem KBK sejak tahun 2000 dan menerapkannya pada pekerjaan pemeliharaan jalan dan jembatan sejak tahun 2011 (Pusat Komunikasi Publik Dirjen Bina Marga, 2012).

Salah satu aset jalan dan jembatan yang dimiliki oleh Kementerian Pekerjaan Umum adalah jembatan Musi II yang terletak di wilayah Kota Palembang, Provinsi Sumatera

(2)

Selatan. Jembatan ini merupakan jenis jembatan Rangka Baja Australia (RBA) yang memiliki panjang bentang total 534,6 m yang terbagi menjadi 10 bentang. Jembatan Musi II yang terletak di jalur lintas barat Kota Palembang berfungsi untuk menghubungkan lalu lintas darat kendaraan yang akan melintas kota Palembang, baik dari arah Lampung menuju ke Jambi maupun sebaliknya.

Saat ini, pekerjaan pemeliharaan yang terdapat pada jembatan Musi II dilakukan dengan sistem kontrak konvensional. Hal ini seringkali menyebabkan lamanya proses pelelangan pekerjaan yang dilakukan tiap tahunnya sehingga waktu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jembatan menjadi kurang efektif.

Pada penelitian ini akan dicoba untuk simulasi pekerjaan pemeliharaan pada jembatan Musi II ini apabila menggunakan sistem KBK selama 5 tahun. Untuk itu, diperlukan suatu perhitungan estimasi kebutuhan biaya pekerjaan pemeliharaan jembatan selama tahun kontrak dengan sistem KBK ini. Berdasarkan data yang ada akan dihitung besarnya estimasi biaya pekerjaan pemeliharaan jembatan Musi II dengan menggunakan simulasi dari proses Rantai Markov. Simulasi dengan proses Rantai Markov diharapkan dapat menganalisis mengenai prediksi terhadap kondisi-kondisi yang terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan data lapangan yang ada saat ini.

METODE

Penelitian ini dilakukan secara garis besar terdiri atas empat tahap, yaitu penelitian pendahuluan, penentuan indikator kinerja utama jembatan, prediksi kondisi kinerja jembatan dengan simulasi rantai markov, serta penentuan besarnya biaya pemeliharaan jembatan selama masa kontrak KBK. Tahap penelitian pendahuluan dilakukan dengan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta lokasi dan waktu penelitian.

Tahap Penentuan Indikator Kinerja Utama Jembatan

Penyusunan indikator kinerja jembatan yang akan ditetapkan dalam penelitian ini dengan berdasarkan studi terhadap histori kerusakan serta kondisi yang terjadi pada tiap elemen jembatan pada tiap tahunnya berdasarkan data histori yang diperoleh untuk selanjutnya dianalisis menggunakan Pareto Analisis. Data yang diolah dalam tahap ini adalah data kerusakan jembatan hasil survey detail jembatan Musi II selama tahun 2012-2014.

Analisis Pareto adalah metode analisis berdasarkan pada konsep bahwa 20% dari variabel dalam analisis bertanggung jawab atas 80% dari hasil. Maksud dari 20% variabel dalam penelitian ini adalah 20% dari indikator kinerja yang paling sering muncul dalam penilaian kondisi jembatan.Untuk selanjutnya, berdasarkan hasil diagram pareto yang didapatkan, maka data 20% kerusakan jembatan yang paling sering muncul selama 3 tahun terakhir akan dijadikan bahan penentuan indikator kinerja jembatan pada penelitian ini. selain itu, hasil dari pengelompokan kerusakan yang terjadi pada jembatan juga digunakan sebagai dasar penentuan indikator kinerja jembatan pada penelitian ini.

Tahap Prediksi Kondisi Kinerja Jembatan

Prediksi terhadap kondisi kinerja jembatan selama 5 tahun mendatang akan dianalisis dengan menggunakan proses rantai markov. Tujuannya dalam analisis ini adalah agar dapat diperoleh prediksi mengenai kondisi jembatan yang akan datang berdasarkan indikator kinerja yang digunakan. Sehingga, akan memudahkan dalam perhitungan estimasi kebutuhan biaya pemeliharaan jembatan nantinya.

Analisis Markov (Markov chains) sebenarnya merupakan bentuk khusus dari model probabilistik yang lebih umum dan dikenal sebagai proses stokastik (stochastic process).

(3)

Analisis Markov adalah suatu bentuk metode kuantitatif yang digunakan untuk menghitung probabilitas perubahan-perubahan yang terjadi berdasarkan probabilitas perubahan selama periode waktu tertentu. Berdasarkan teori ini, maka probabilitas suatu system yang mempunyai kondisi tertentu sesudah waktu tertentu akan tergantung pada kondisi sat ini.

Suatu sistem akan mengalami laju kerusakan jika digunakan dalam jangka waktu tertentu. Dalam proses markov, laju kerusakan dari sistem ini dilambangkan dengan sebuah matrik yaitu transition probability matrix (TPM). TPM ini merupakan probabilitas suatu sistem berubah kondisinya pada satuan waktu tertentu, dengan demikian tingkat kerusakan yang akan terjadi di masa mendatang dapat diprediksi. TPM yang digunakan dalam penelitian ini adalah TPM dikarenakan perubahan kerusakan yang terjadi dengan ilustrasi pada gambar 1 dan TPM dikarenakan pekerjaan pemeliharaan jembatan yang dilakukan dengan ilustrasi perpindahan seperti yang terdapat pada gambar 2.

Gambar 1. Diagram Perubahan Kondisi Kerusakan pada Indikator Kinerja

Dimana dari gambar 1 diperoleh peluang perubahan yang terjadi akibat kerusakan yang terjadi adalah sebagai beikut :

 Dari kondisi baik (A) menjadi tetap baik (A)

 Dari kondisi baik (A) menjadi rusak (B)

 Dari kondisi rusak (B) menjadi baik (A)

 Dari kondisi rusak (B) menjadi tetap rusak (B)

Sehingga TPM berdasarkan perubahan kondisi kerusakan adalahP = (1)

Gambar 2. Diagram Perubahan Pekerjaan Pemeliharaan pada Indikator Kinerja

Dimana dari gambar 1 diperoleh peluang perubahan yang terjadi akibat kerusakan yang terjadi adalah sebagai beikut :

 Dari diperbaiki (C) menjadi tetap diperbaiki (C)

 Dari diperbaiki (C) menjadi tidak diperbaiki (D)

 Dari tidak diperbaiki (D) menjadi diperbaiki (C)

 Dari tidak diperbaiki (D) menjadi tetap tidak diperbaiki (D)

Sehingga matrik probabilitas transisi terhadap pekerjaan peeliharaan yang dilakukan akan

dihasilkan sebagai berikut.P = (2)

Adapun tahapan dalam analisis dengan rantai markov pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kondisi aktual jembatan berdasarkan parameter yang digunakan untuk mendapatkan nilai probability vector aktualnya. Kondisi ini diperoleh berdasarkan kondisi kerusakan yang terjadi pada tiap indikator kinerja yang ditentukan sebelumnya. Kondisi ini digambarkan dalam bentuk vektor 2 kondisi dengan prosentase masing-masing kondisinya, baik dan rusak.

(4)

2. Menentukan transition probability matrix (TPM). TPM yang digunakan adalah TPM untuk perubahan kondisi dan perubahan pekerjaan pemeliharaan jembatan. Seperti yang terdapat pada persamaan 2 dan persamaan 3.

3. Menentukan kondisi kinerja jembatan pada masing-masing parameter kinerja jembatan untuk tahun-tahun berikutnya dengan proses rantai markov. Proses markov menggunakan variabel probability vector sebagai obyek yang akan dilihat perubahan kondisinya. Sedangkan variabel transition probability matrix merupakan variabel yang menentukan perubahan kondisi. Proses markov ini dilakukan pada setiap parameter kinerja yang akan diprediksi kondisinya.

Xt= X0. Pkt.Ppt (4)

4. Mengulang proses ini sampai pada tahun ke 5.

Tahap Perhitungan Estimasi Biaya Pemeliharaan Jembatan

Alat bantu yang digunakan dalam penyusunan analisis kebutuhan biaya jembatan Musi II Palembang ini adalah standart penyusunan biaya yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. Acuan ini biasa disebut dengan Analisa Harga Satuan (AHS), sedangkan untuk formatnya adalah menggunakan format tahun 2014 untuk standart harga satuan yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.

Secara umum terdapat 11 divisi untuk item perhitungan biaya kebutuhan pemeliharaan pada AHS. Komponen biaya dalam penyusunan biaya ini akan dikelompokkan menjadi 2(dua) bagian yaitu:

1. Biaya Utama. yaitu sebagai komponen biaya utama hasil dari analisis kebutuhan biaya berdasarkan hal-hal yang terkait dalam pemeliharaan terhadap indikator kinerja yang ditetapkan.

2. Biaya Penunjang. Yaitu komponen biaya lain yang tidak berkaitan langsung dengan pemeliharaan terhadap indikator kinerja jembatan yang ditetapkan, namun komponen biaya ini digunakan sebagai penunjang pekerjaan pada pekerjaan pemeliharaan jembatan agar dapat berjalan dengan baik.

Besarnya biaya pemeliharaan jembatan hasil prediksi dengan sistem KBK dalam penelitian ini akan dibandingkan dengan biaya pemeliharaan jembatan yang telah dilakukan sebelumnya dengan sistem konvensional (tahun 2012 sampai dengan 2014). Dengan demikian biaya pemeliharaan yang dilakukan akan dikonversi kedalam nilai biaya saat ini dengan menggunakan tingkat suku bunga bank. Dalam penelitian ini tingkat suku bunga bank diambil dari data tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) untuk tiap tahunnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, indikator kinerja jembatan yang akan digunakan pada penerapannya pada Kontrak Berbasis Kinerja akan dikelompokkan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu indikator yang berhubungan dengan bagian struktur jembatan dan indikator yang berhubungan dengan bagian pelengkap jembatan. Berdasarkan atas jenis kerusakan jembatan yang seringkali muncul pada hasil survey jembatan, maka hasil pengelompokannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pengelompokan Jenis Kerusakan Jembatan

Jenis Kerusakan Kode Kerusakan Kerusakan Struktur Jembatan Retak 202

Lapisan perkerasan yang bergelombang 723 Retak pada aspal karena pergerakan di expansion joint 806

(5)

Kerusakan Pelengkap Jembatan Pipa cucuran dan drainase lantai tersumbat 711 Bagian yang longgar/lepasnya ikatan 803 Komponen yang rusak atau hilang 305 Kerusakan atau hilangnya batas-batas ukuran 901 Bagian yang longgar/lepasnya ikatan 912

Berdasarkan data kerusakan jembatan Musi II Palembang selama tahun 2012-2014, maka dapat dilihat jumlah kerusakan yang terjadi serta besarnya presentase masing-masing kerusakan terhadap seluruh kerusakan yang ada seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Frekuensi Kejadian Kerusakan Jembatan

No KerusakanKode Jenis Kerusakan FrekuensiKejadian % Kumulatif%

1 202 Retak 8 22,86% 22,86%

2 723 Lapisan perkerasan yang bergelombang 6 17,14% 40,00%

3 711 Pipa cucuran dan drainase lantai tersumbat 6 17,14% 57,14%

4 803 Bagian yang longgar/lepasnya ikatan 3 8,57% 65,71%

5 806 Retak pada aspal karena pergerakan di expansion joint 3 8,57% 74,29%

6 305 Komponen yang rusak atau hilang 3 8,57% 82,86%

7 901 Kerusakan atau hilangnya batas-batas ukuran 3 8,57% 91,43%

8 912 Bagian yang hilang/tidak ada 3 8,57% 100,00%

TOTAL 35 100%

Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa kerusakan yang terjadi pada bagian struktur jembatan adalah kerusakan retak pada beton lantai kendaraan (202), lapisan perkerasan yang bergelombang (723), serta keretakan pada aspal karena pergerakan pada ekspansion join (806). Dan dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis kerusakan retak pada beton lantai kendaraan merupakan jenis kerusakan yang paling sering muncul dengan prosentase sebesar 22,86% dari total kejadian kerusakan yang ada.

Gambar 3. Grafik Pareto Kerusakan Jembatan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Grafik Pareto Kerusakan Jembatan Musi II

%

(6)

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa untuk grafik pareto, ≥ 20% kerusakan yang muncul adalah kerusakan keretakan pada beton lantai kendaraan dengan kode 202. Sehingga, indikator kinerja jembatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah retak pada beton lantai kendaraan (202), lapisan perkerasan yang bergelombang (723), serta keretakan pada aspal karena pergerakan pada ekspansion join (806).

Selanjutnya dari ketiga indikator utama jembatan yang telah ditentukan akan diprediksi mengenai kondisi kinerjanya selama 5 (lima) tahun kedepan dengan menggunakan simulasi rantai markov. Dalam analisis rantai markov ini variabel yang diperlukan adalah kondisi aktual indikator kinerja jembatan sebagai vektor probabilitas serta matrik probabilitas transisi, baik itu terhadap perubahan kondisi kerusakan jembatan maupun terhadap kegiatan pemeliharaan jembatan.

Untuk vektor probabilitas dari kondisi aktual kinerja jembatan diperoleh dari data survey jembatan terakhir yang dilakukan di bulan September 2014. Prosentase kondisi rusak diperoleh dari area rusak yang terjadi pada tiap indikstor kinerja, sedangkan prosentase baik adalah selisih dari seluruh area indikator kinerja dengan kerusakan yang terjadi. Untuk hasil selengkapnya mengenai presentase kondisi aktual tiap indikator kinerja jembatan dapat dilihat pada tabel 3. Sedangkan untuk vektor probabilitas pada tiap indikator kinerja akan disajikan pada tabel 4.

Tabel 3. Presentase Kondisi Aktual Indikator Kinerja Jembatan kode indikator

kinerja

kerusakan total area % rusak % baik

kuantitas satuan kuantitas satuan

202 5 m 4811,4 m2 0,10392 99,8961

723 3,5 m 3742,2 m2 0,09353 99,9065

806 7 m 3742,2 m2 0,18706 99,8129

Tabel 4. Vektor Probablitas Aktual Indikator Kinerja Jembatan kode indikator kinerja vektor probabilitas 202 0,999 0,001 723 0,999 0,001 806 0,998 0,002

Dalam penentuan matrik probabilitas transisi terhadap laju kerusakan (Pk), data inventory terhadap kerusakan jembatan yang digunakan adalah data survey BMS selama tahun 2012-2014. Untuk data mengenai kondisi kuantitas kerusakan pada tiap inikator kinerja jembatan ditampilkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Kuantitas Kerusakan Jembatan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 2012 2013 2014 Ku an tit as K er us ak an (m 2) Tahun

Kondisi Kerusakan Jembatan

keretakan beton

perkerasan bergelombang keretakan aspal

(7)

Dari grafik yang terdapat pada gambar 4 dapat dilihat besarnya kuantitas masing-masing kerusakan yang terjadi untuk tiap indikator kinerja yang ditetapkan. Perubahan yang terjadi pada tahun 2012 ke 2013 dapat dikatakan hampir tidak terjadi perubahan. Untuk itu dalam penyusunan matrik probabilitas transisi terhadap kerusakan indikator kinerja data ini tidak digunakan, sehinga data yang digunakan adalah perubahan kerusakan untuk tahun 2013 dan 2014.Peluang perubahan kondisi terhadap kondisi kerusakan (Pk) dapat dilihat pada tabel

5. Sedangkan peluang perubahan kondisi terhadap kegiatan pemeliharaan (Pp) yang dilakukan

dapat dilihat pada tabel 6 dengan data pemeliharaan jembatan Musi II Palembang tahun 2013-2014.

Tabel 5. Peluang Perubahan Kondisi Kerusakan pada Indikator Kinerja Jembatan kode indikator

kinerja

kondisi pada tahun

ini

kondisi pada tahun berikutnya (m2)

peluang kondisi pada tahun berikutnya

baik rusak baik rusak

202 baik 4806,4 0 1 0 rusak 0 5 0 1 723 baik 3735,7 0 1 0 rusak 3 3,5 0,462 0,538 806 baik 3735,2 0 1 0 rusak 0 7 0 1

Tabel 6. Peluang Perubahan Pekerjaan Pemeliharaan pada Indikator Kinerja Jembatan kode indikator

kinerja

pemeliharaan pada tahun

ini

pemeliharaan pada tahun berikutnya (m2)

peluang pemeliharaan pada tahun berikutnya

diperbaiki tidak diperbaiki tidak

202 diperbaiki -3,05 0 1 0 tidak 3,05 1,95 0,61 0,39 723 diperbaiki 6,5 0 1 0 tidak 0 6,5 0 1 806 diperbaiki 7 0 1 0 tidak 0 7 0 1

Hasil dari vektor probabilitas serta matrik probabilitas transisi ini kemudian dianalisis dengan proses rantai markov seperti yang ada pada persamaan (4). Hasil dari perkalian ini adalah prediksi kondisi pada tiap indikator kinerja jembatan pada tahun ke t+1 dan akan dilakukan sampai t+5. Untuk hasil prediksi kondisi pada masing-masing indikator kinerja utama jembatan dari proses rantai markov ini dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8.

Tabel 7. Hasil Prediksi Perubahan Kondisi Indikator Kinerja Jembatan dalam Prosentase

Kode Indikator

Kinerja

Tahun

ke Kondisi Aktual Tahunke t (X) Prediksi Kondisitahun ke t+1 Perubahan KondisiTiap Tahun (%) PerubahanKondisi Selama 5 Tahun (%) 202 1 0,9990 0,0010 0,9996 0,0004 0,0634 -0,0634 2 0,9996 0,0004 0,9998 0,0002 0,0247 -0,0247 3 0,9998 0,0002 0,9999 0,0001 0,0096 -0,0096 4 0,9999 0,0001 1,0000 0,0000 0,0038 -0,0038 5 1,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0015 -0,0015 0,0619 723 1 0,9991 0,0009 0,9995 0,0005 0,0432 -0,0432

(8)

2 0,9995 0,0005 0,9997 0,0003 0,0232 -0,0232 3 0,9997 0,0003 0,9999 0,0001 0,0125 -0,0125 4 0,9999 0,0001 0,9999 0,0001 0,0067 -0,0067 5 0,9999 0,0001 1,0000 0,0000 0,0036 -0,0036 0,0395 806 1 0,9981 0,0019 0,9981 0,0019 0,0000 0,0000 2 0,9981 0,0019 0,9981 0,0019 0,0000 0,0000 3 0,9981 0,0019 0,9981 0,0019 0,0000 0,0000 4 0,9981 0,0019 0,9981 0,0019 0,0000 0,0000 5 0,9981 0,0019 0,9981 0,0019 0,0000 0,0000 0,0000

Tabel 8. Hasil Prediksi Perubahan Kondisi Indikator Kinerja Jembatan dalam Satuan Sebenarnya

Kode Indikator

Kinerja

Tahun

ke Kondisi AktualTahun ke t (X) Prediksi Kondisitahun ke t+1 Kondisi TiapPerubahan Tahun Perubahan Kondisi Selama 5 Tahun 202 1 4806,400 5,000 4809,450 1,950 3,050 -3,050 2 4809,450 1,950 4810,640 0,761 1,190 -1,190 3 4810,640 0,761 4811,103 0,297 0,464 -0,464 4 4811,103 0,297 4811,284 0,116 0,181 -0,181 5 4811,284 0,116 4811,355 0,045 0,071 -0,071 2,979 723 1 3738,700 3,500 3740,315 1,885 1,615 -1,615 2 3740,315 1,885 3741,185 1,015 0,870 -0,870 3 3741,185 1,015 3741,654 0,546 0,468 -0,468 4 3741,654 0,546 3741,906 0,294 0,252 -0,252 5 3741,906 0,294 3742,042 0,158 0,136 -0,136 1,480 806 1 3735,200 7,000 3735,200 7,000 0,000 0,000 2 3735,200 7,000 3735,200 7,000 0,000 0,000 3 3735,200 7,000 3735,200 7,000 0,000 0,000 4 3735,200 7,000 3735,200 7,000 0,000 0,000 5 3735,200 7,000 3735,200 7,000 0,000 0,000 0,000

Dari tabel 7 dan tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil perubahan kondisi yang terjadi pada tiap indikator kinerja berbeda-beda. Hasil perubahan kondisi sampai tahun ke-5 untuk indikator kinerja jembatan dengan kode 202 (keretakan beton lantai kendaraan) sebesar 2,979 m2 atau sebesar 0,0619% dari keseluruhan area lantai kendaraan . Presentase kondisi baik

meningkat dari yang awalnya 99,90% menjadi 99,999% ≈ 100%.Hasil perubahan kondisi sampai tahun ke-5 untuk indikator kinerja jembatan untuk indikator kinerja dengan kode 723 (aspal bergelombang) sebesar 1,480 m2atau 0,0395% dari keseluruhan area lantai kendaraan. Presentase kondisi baik mengalami peningkatan dari yang semula 99,91% menjadi 99,996% ≈ 100%.Hasil perubahan kondisi sampai tahun ke-5 untuk indikator kinerja jembatan untuk indikator kinerja dengan kode 806 (keretakan aspal pada daerah ekspansion joint) sebesar 0%. Tidak adanya perubahan kondisi untuk indikator kinerja dengan kode 806 dikarenakan

(9)

peluang perubahan untuk penurunan kondisi dengan pekerjaan pemeliharaannya adalah sama besarnya. Dalam artian, penurunan kondisi yang terjadi selalu dapat diimbangi dengan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan.

Selanjutnya dari hasil prediksi kondisi yang ada akan dijadikan dasar untuk estimasi biaya pemeliharaan jembatan. Dalam kontrak pekerjaan pemeliharaan yang berbasis kinerja atau yang lebih dikenal dengan KBK, pihak penyedia jasa diberikan kebebsan untuk menggembangkan metode kerjanya asalkan mutu layanan dapat tercapai. Dalam NCHRP Synthesis 389, Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) model seperti ini disebut dengan kontrak kinerja dengan “Warranty Based”.Dalam penelitian ini waktu kontrak yang dilakukan adalah selama 5(lima) tahun dengan rincian 2(dua) tahun masa pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jembatan dan 3(tiga) tahun masa jaminan pemeliharaan jembatan.

Komponen biaya utama pada penelitian ini berisi mengenai komponen biaya yang berhubungan langsung terhadap pekerjaan pemeliharaan jembatan pada indikator kinerja utama. Indikator kinerja keretakan beton pada lantai kendaraan (kode 202) dengan jenis pekerjaan pemeliharaan grouting, masuk dalam kelompok biaya elemen beton jembatan. Sedangkan rincian biaya untuk kebutuhan biaya pekerjaan grouting lantai kendaraan ini sendiri adalah meliputi biaya cairan perekat (epoxy), bahan penutup (sealant), penyuntik anti gravitasi, dan lapisan furnishing untuk grouting itu sendiri. Pekerjaan grouting ini dilakukan pada tahun ke 1 dan ke 2. Hal ini dikarenakan pada analisis biaya dengan berbasis KBK ini disimulasikan bahwa pekerjaan pelaksanaan pemeliharaan dilakukan selama 5(lima) tahun dengan rincian 2(dua) tahun masa pelaksanaan pekerjaan dan 3(tiga) tahun masa jaminan pekerjaan. Selain itu prediksi kerusakan pada indikator 202 seperti yang ada pada tabel untuk tahun ke 2 sampai dengan ke 5 relatif kecil sehingga dapat digabungkan. Sedangkan untuk indikator kinerja aspal bergelombang (kode 723) dan keretakan aspal di daerah expansion joint (806) menggunakan jenis pekerjaan patching atau penambalan pada aspal jalan untuk metode penanganannya. Kuantitas dari pekerjaan untuk indikator 723 dan 806 ini relatif kecil (<10 m). Sehingga dalam penyusunan biayanya akan dimasukkan kedalam biaya rutin perkerasan jalan.

Sedangkan untuk biaya penunjang dalam penelitian ini merupakan komponen biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pemenuhan pemeliharaan terhadap indikator kinerja utama jembatan. Rincian mengenai biaya penunjang ini adalah sebagai berikut :

• Biaya umum. Meliputi biaya mobilisasi personil dan biaya pengaturan lalu lintas • Biaya pemeliharaan rutin. Meliputi biaya pemeliharaan rutin perkerasan jalan dan

biaya pemeliharaan rutin jembatan.

• Biaya elemen struktur baja. Meliputi biaya pembersihan terhadap rangka baja jembatan serta biaya pengecatan rangka jembatan. Biaya ini dibebankan sekali selama masa kontrak berjalan yaitu pada tahun pertama atau awal kontrak.

• Biaya perlengkapan jembatan. Meliputi biaya untuk marka jalan serta biaya untuk penanganan kerusakan yang muncul pada hasil survey tetapi tidak menjadi indikator kinerja utama jembatan. Biaya ini dibebankan sekali selama masa kontrak berjalan yaitu pada tahun pertama atau awal kontrak.

Sehingga, total untuk estimasi biaya kebutuhan pemeliharaan jembatan Musi II dalam penelitian ini merupakan jumlah antara biaya utama dan biaya penunjang. Total estimasi biaya kebutuhan pemeliharaan jembatan ini dapat dilihat pada tabel 9 dan tabel 10.

(10)

Tabel 9. Total Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Jembatan Tahun ke-1

Tabel 10. Total Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Jembatan Tahun ke-2

Tabel 11. Total Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Jembatan Selama 5 Tahun

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat total kebutuhan pemeliharaan jembatan Musi II Palembang selama tahun kontrak berjalan dengan sistim KBK (5 tahun) dengan perincian 2 tahun masa kontrak berjalan dan 3 tahun masa jaminan pemeliharaan yaitu sebesar Rp. 5.735.351.441,- (lima milyar tujuh ratus tiga puluh lima juta tiga ratus lima puluh satu ribu empat ratus empat puluh satu rupiah).

No.

Divisi Uraian Jumlah Harga Pekerjaan

1 Umum Rp 43.333.000 2 Jalan Pendekat 0 3 Beton Rp 1.774.946.045 4 Struktur Baja Rp 1.293.672.584 5 Struktur Kayu 0 6 Pondasi 0 7 Lapis Permukaan 0 8 Perlengkapan Jembatan Rp 60.786.137

9 Pekerjaan Lain - lain 0

10 Pekerjaan Harian 0

11 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Rp 427.500.000

(A) Jumlah Harga Pekerjaan (termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) Rp 3.600.237.766 (B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) Rp 360.023.777 (C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) Rp 3.960.261.542

No.

Divisi Uraian Jumlah Harga Pekerjaan

1 Umum Rp 43.333.000 2 Jalan Pendekat Rp -3 Beton Rp 1.108.548.605 4 Struktur Baja Rp -5 Struktur Kayu Rp -6 Pondasi Rp -7 Lapis Permukaan Rp -8 Perlengkapan Jembatan Rp 34.336.484 9 Pekerjaan Lain - lain Rp

-10 Pekerjaan Harian Rp

-11 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Rp 427.500.000

(A) Jumlah Harga Pekerjaan (termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) Rp 1.613.718.089 (B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) Rp 161.371.809 (C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) Rp 1.775.089.898

(11)

Tabel 12.Nilai Konversi Histori Biaya Pemeliharaan Jembatan Musi II

Selanjutnya nilai biaya pekerjaan pemeliharaan jembatan untuk tahun 2012 sampai dengan 2014 akan dikonversi menjadi nilai rupiah saat ini berdasarkan tingkat suku bunga yang terjadi tiap tahunnya, seperti yang terdapat pada tabel 12. Sehingga didapatkan nilai biaya pemeliharaan jembatan selama tahun 2012-2013-2014 adalah sebesar Rp. 6.525.834.136 (enam milyar lima ratus dua puluh lima juta delapan ratus tiga puluh empat ribu seratus tiga puluh enam rupiah). Nilai prediksi biaya pemeliharaan jembatan Musi II Palembang 13,78% lebih kecil daripada nilai konversi histori biaya pemeliharaan jembatan Musi II Palembang selama tahun 2012 sampai dengan 2014.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Indikator kinerja yang menjadi indikator kinerja utama dalam menentukan kinerja jembatan didapatkan 3 indikator kinerja utama pada jembatan Musi II Palembang yaitu : keretakan beton lantai kendaraan (kode 202); perkerasan aspal yang bergelombang (kode 723); keretakan aspal pada daerah expansion joint (kode 806).

2. Hasil perubahan kondisi sampai tahun ke 5 untuk indikator kinerja jembatan dengan kode 202 (keretakan beton lantai kendaraan) sebesar 2,979 m2atau sebesar 0,0619% dari keseluruhan area lantai kendaraan. Presentase kondisi baik meningkat dari yang awalnya 99,90% menjadi 99,999%. Untuk indikator kinerja dengan kode 723 (aspal bergelombang) sebesar 1,480 m2 atau 0,0395% dari keseluruhan area lantai kendaraan. Presentase kondisi baik mengalami peningkatan dari yang semula 99,91% menjadi 99,996%. Sedangkan untuk indikator kinerja dengan kode 806 (keretakan aspal pada daerah ekspansion joint) sebesar 0%.

3. Nilai total kebutuhan pemeliharaan jembatan Musi II Palembang selama 5 (lima) tahun yaitu sebesar Rp. Rp. 5.735.351.441,- (lima milyar tujuh ratus tiga puluh lima juta tiga ratus lima puluh satu ribu empat ratus empat puluh satu rupiah) dengan waktu pelaksanaan kontrak selama 2 (dua) tahun dan waktu jaminan pemeliharaan 3 (tiga) tahun.

Saran untuk penelitian selanjutnyaadalah:

1. Perlunya data kerusakan yang lengkap dan menyeluruh terhadap bagian dan elemen jembatan untuk mendapatkan komponen biaya pemeliharaan yang lebih lengkap dan mendetail.

2. Diperlukan lebih banyak data series mengenai kondisi jembatan dan riwayat pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan agar dapat dihasilkan prediksi kondisi di masa mendatang yang lebih akurat.

Tahun Biaya PekerjaanPemeliharaan Tingkat sukubunga (%) Nilai Biaya PemeliharaanSaat ini (Tahun 2015) 2012 Rp 2.400.643.751 5,77 Rp 2.907.039.334 2013 Rp 267.300.000 6,48 Rp 325.852.358 2014 Rp 3.062.608.792 7,52 Rp 3.292.942.495 6.525.834.186 Rp JUMLAH

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. 1992. Bridge Management System (BMS). Jakarta

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. 1993. Panduan Pemeriksaan Jembatan. Jakarta

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. 1993. Panduan Rencana dan Program IBMS. Jakarta.

Voce, David. 1996. Quantitive Risk Analysis. John Wiley and Son Ltd. West Sussex, England Badan Litbang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Laporan Akhir Pengembangan Model Implementasi PBC untuk Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan di Indonesia. Bandung.

Leong, KC. 2004. The Essecence of Asset Management. UNDP-TUGI Kuala Lumpur.

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. 2009. Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja. Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. 2009. Rehabilitasi Jembatan. Jakarta.

Transportation Research Board . 2009. NCHRP Synthesis 389. Washington D.C.

Gambar

Gambar 1. Diagram Perubahan Kondisi Kerusakan pada Indikator Kinerja
Tabel 1. Pengelompokan Jenis Kerusakan Jembatan
Grafik Pareto Kerusakan Jembatan Musi II
Tabel 4. Vektor Probablitas Aktual Indikator Kinerja Jembatan kode indikator kinerja vektor probabilitas 202 0,999 0,001 723 0,999 0,001 806 0,998 0,002
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan permasalahan diatas penentuan kelayakan klasifikasi modal usaha kelompok tani dalam pemberian usaha masyarakat menggunakan metode k nearest neighbors dapat

• Surat pengesahan penempatan ini perlu disertakan bersama borang permohonan menjalani latihan industri di luar negara yang akan diperakukan oleh Penolong Naib Canselor (Hubungan

Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang memiliki stratifikasi atau. tingkatan

Selanjut- nya, pengalaman usaha dari keluarga akan memberikan peng- alaman secara tidak langsung kepada seseorang untuk memiliki minat berwirausaha.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disertai mind map terhadap motivasi belajar siswa, 2) pengaruh model pembelajaran

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA.

Dari hasil penelitian diperoleh data jumlah rumah dengan ventilasi kamar penderita yang baik adalah sejumlah 9 rumah saja atau sebesar 33,3%, terdapat penularan