• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Peduli Sosial. Peduli sosial merupakan salah satu pendidikan karakter yang harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Peduli Sosial. Peduli sosial merupakan salah satu pendidikan karakter yang harus"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Peduli Sosial

Peduli sosial merupakan salah satu pendidikan karakter yang harus diterapkan pada proses pembelajaran. Menurut Muchlas Samani dan Hariyanto peduli sosial yaitu memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun, toleran terhadap perbedaan, tidak menyakiti orang lain, mau mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama, mau terlibat dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk lain, setia, cinta damai dalam menghadapi persoalan.Narwanti (2012 : 64-68), peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013 : 150), indikator peduli sosial untuk siswa kelas 4-6, yaitu :

a. Mengunjungi rumah yatim dan orang jompo. b. Menghormati warga sekolah.

c. Membantu teman yang memerlukan bantuan. d. Menyumbang darah untuk PMI.

Sikap peduli sosial di kelas IV SDN 1 Pelumutan masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya teman yang tidak mau meminjamkan penggaris kepada temannya yang tidak membawa penggaris.

(2)

Berdasarkan masalah tersebut sikap peduli sosial siswa SDN 1 Pelumutan perlu dibiasakan untuk menciptakan generasi bangsa yang berkarakter sehingga generasi bangsa dapat bermanfaat dan dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini untuk mengetahui sikap peduli sosial siswa kelas IV SDN 1 Pelumutan sesuai dengan indikator di atas.

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil pembelajaran yang berupa nilai kognitif. Menurut Arifin, (2013 : 12) mengungkapkan bahwa prestasi belajar berbeda halnya dengan hasil belajar. Prestasi belajar lebih mengarah pada hasil yang didapat mengenai aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar lebih mengarah pada pembentukan watak dari siswa.

Prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Pelumutan perlu di tingkatkan karena dengan adanya prestasi belajar yang baik akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik. Prestasi belajar dapat dilihat dari hasil pengetahuan yang telah didapat oleh siswa, dalam hal ini siswa membutuhkan proses untuk mendapat prestasi yang baik. Dengan kata lain, prestasi belajar tidak akan lepas dari belajar dan faktor-faktor lain yang menunjang prestasi belajar.

(3)

a. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang diperoleh setelah adanya proses belajar, memiliki beberapa fungsi, menurut Arifin (2013 : 12) kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tersendiri pada manusia, semakin terasa penting untuk dipermasalahkan. Dalam hal ini, memiliki fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan dan sebaliknya. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan) peserta didik.

Prestasi belajar dapat digunakan sebagai acuan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Menurut Cronbach (dalam bukunya Arifin, 2013 : 13) bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi prestasi belajar adalah :

(4)

1) Sebagai tolak ukur untuk dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kualitas peserta didik.

2) Sebagai reward atau pengahargaan kepada peserta didik yang telah berusaha untuk mendapatkan hasil yang optimal. 3) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam

menyampaikan materi ajar.

4) Untuk mengetahui daya serap siswa terhadap pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru.

b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Keberhasilan prestasi belajar yang diperoleh oleh seseorang setelah mengikuti proses belajar tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung dan menunjang. Mulyasa, (2014 : 190-195) prestasi belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Meningkatkan prestasi, perlu mendalami faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal.

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri (internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta usaha yang dilakukannya.

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis, berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengga fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera.

b) Faktor Psikologis

(1)Intelegensi, yaitu salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat inteligensi, dan hasil belajar yang

(5)

dicapai tidak akan melebihi tingkat inteligensinya. Semakin tinggi tingkat inteligensi, maka makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dicapai, begitu pula sebaliknya. Meskipun demikian, taraf prestasi belajar tidak dapat dikaitkan dengan inteligensi yang kurang, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. (2)Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (3)Sikap adalah gejala internal yang berdimensi

afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. (4)Waktu (time) dan kesempatan (engagement)

Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan siswa. Siswa yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa)

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Faktor-faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya keadaan rumah, ruang belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya,

Hal ini untuk mencapai prestasi belajar memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di kelas IV SDN 1

(6)

Pelumutan salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu kurangnya minat atau keinginan untuk belajar secara konvensional. Siswa cenderung cepat bosan dan sulit terkontrol sehingga waktu pembelajaran menjadi kurang efektif.

3. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan salah satu pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa ataupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan strategi pembelajaran aktif di SDN 1 Pelumutan masih kurang, penggunaannya hanya pada waktu tertentu seperti ketika akan dinilai. Prinsip pembelajaran aktif berawal dari kredo John Locke (1960-an) dengan prinsip tabula rasa yang menyatakan bahwa knowledge comes from experience, pengetahuan berpangkal dari pengalaman. Menurut Zuckerman (2007) (dalam bukunya Warsono dan Haryanto) meyakini bahwa belajar akan diperoleh melalui pengalaman (learning from experience), melalui pembelajaran aktif (active learning), dan dengan cara melakukan interaksi dengan bahan ajar maupun dengan orang lain (interacting with learning materials and with people). Menurut pendapat Bobbie DePorter dan Mike Hernacki dalam naskah yang terkenal berjudul Quantum Learning bahwa belajar dapat terjadi dengan cara : 10 % dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan

(7)

didengar, 70% dari yang dikatakan, 90% dari yang dikatakan dan dilakukan.

Berdasarkan pendapat tersebut, peran guru dalam pembelajaran aktif yakni sebagai fasilitator, sedangkan siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SDN 1 Pelumutan belum aktif karena penggunaan strategi pembelajaran yang belum sesuai dengan materi dan karakteristik siswa sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai.

Strategi pembelajaran yang akan diterapkan di SDN 1 Pelumutan yaitu Action Learning. Melvin L. Silberman (2014:202), belajar sekaligus bertindak memberi siswa kesempatan untuk mengalami penerapan topik dan isi materi yang dipelajari atau didiskusikan di kelas dalam situasi kehidupan sesungguhnya. Sebuah proyek luar-kelas menghadapkan pada cara penemuan dan memungkinkan untuk belajar menjadi kreatif dalam bertukar pendapat tentang penemuan dengan sesama siswa. Keunggulan dari kegiatan ini adalah dapat digunakan pada semua mata pelajaran.

Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan yaitu :

1) Perkenalkan topik kepada siswa dengan menyediakan sejumlah informasi pendukung melalui pengajaran berbasis-ceramah singkat dan diskusi kelas.

2) Jelaskan bahwa guru akan memberi mereka kesempatan untuk mengalami kejadian seputar topik pelajaran untuk pertama kali dengan melakukan “kunjungan lapangan” menuju situasi sesungguhnya.

3) Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok beranggotakan empat hingga lima orang dan perintahkan mereka untuk menyusun sebuah daftar pertanyaan dan/atau hal-hal khusus yang harus mereka cari selama “kunjungan lapangan.”

(8)

4) Perintahkan sub-sub kelompok untuk menempelkan butir-butir pertanyaan mereka dan berbagi pendapat tentangnya dengan siswa lain.Para siswa akan mendiskusikan butir-butir pertanyaan dan menyusun daftar umum untuk digunakan oleh setiap siswa.

5) Para siswa akan mendiskusikan butir-butir pertanyaan dan menyusun daftar umum untuk digunakan oleh setiap siswa. 6) Beri siswa tenggang waktu dan arahkan mereka untuk

mengunjungi lokasi atau beberapa lokasi dan menggunakan daftar pertanyaan mereka untuk mewawancarai atau mengamati.

7) Pertanyaan-pertanyaan harus spesifik dan memungkinkan untuk dilakukan perbandingan dengan temuan sesama siswa melalui simulasi wawancara.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disederhanakan bahwa Action Learning ini merupakan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada saat penelitian di kelas IV SDN 1 Pelumutan dengan langkah ceramah singkat, menyaksikan video, diskusi kelas, kunjungan lapangan, mengamati, dan simulasi wawancara. Proses tersebut diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa, siswa tidak cepat bosan, melatih siswa untuk tanggung jawab , komunikatif, jujur, kerja keras, peduli sosial.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pelajaran IPS di SDN 1 Pelumutan merupakan pelajaran yang kurang disukai siswa karena penggunaan strategi pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menyebabkan siswa cepat bosan. Susanto (2014 : 7), pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik.

(9)

a. Karakteristik Mata Pelajaran IPS di SD

Susanto (2014 : 21-22) mengemukakan karakteristik mata pelajaran IPS di SD antara lain:

1) Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

2) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner.

4) Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan (Depdiknas, 2006 : 5). 5) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS

menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secra keseluruhan.

Karakteristik pembelajaran IPS di SD memuat gabungan dari beberapa disiplin ilmu yang disatukan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan di dalamnya termuat berbagai peristiwa, masalah sosial dan interaksinya dalam kehidupan masyarakat.

b. Dimensi Pembelajaran IPS

Program pendidikan IPS yang komprehensif menurut Sapriya (dalam bukunya Susanto, 2014 : 25-29) adalah program pendidikan yang mencakup empat dimensi, yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan

(10)

(skill), dimensi nilai dan sikap (value and attitude), dan dimensi tindakan (action).

1) Dimensi pengetahuan (Knowledge)

Tujuan pengembangan pengetahuan ini adalah untuk membantu siswa dalam belajar untuk memahami lebih banyak tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial serta lingkungan sekitarnya.

Dimensi yang menyangkut pengetahuan sosial mencakup:

a) Fakta, adalah data yan spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Di dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupan. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa, objek, dan hal-hal yang bersifat konkret.

b) Konsep, merupakan kata-kata atau frasa yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep dasar yang reevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Banyaknya konsep yang terkait dengan lebih dari satu disiplin, isu-isu sosial, dan tema-tema yang berasal dari banyak dimensi ilmu sosial. Konsep-konsep tersebut tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah.

c) Generalisasi, merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

(11)

2) Dimensi keterampilan (Skill)

Keterampilan dalam pendidikan IPS terwujud dalam bentuk kecakapan mengolah dan menerapkan informasi yang penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis.

3) Dimensi Nilai dan Sikap (Value and Attitude)

Nilai dan sikap merupakan seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir dan bertindak. Pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mengemabangkan partisipasi siswa secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai seperti demokratis, toleran terhadap perbedaan pendapat, menghargai bukti yang ada, kerja sama dan menghormati pribadi orang lain.

4) Dimensi Tindakan (Action)

Tindakan sosial ini merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan sosial dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif, dengan jalan berlatih secara konkret dan praktik, belajar dari yang

(12)

diketahui dan dipikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas yang dilakukan dan cara menerapkan, dengan demikian siswa akan belajar menjadi warga Negara yang efektif di masyarakat.

Tujuan pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran Action Learning di kelas IV SDN 1 Pelumutan yaitu siswa sejak dini dilatih dan dibentuk melalui sebuah pembiasaan-pembiasaan membuang sampah pada tempat sampah dan kerja bakti sehingga dapat meningkatkan sikap peduli sosialnya terhadap kebersihan di lingkungan sekolah.

c. Tujuan Pendidikan IPS di Sekolah

Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah mempunyai beberapa tujuan, diantaranya; menurut Chappin & Messick (dalam bukunya Susanto, 2014 : 147), tujuan pendidikan IPS di sekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen, yaitu

1) Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. 2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan

untuk mencari dan mengolah atau memproses informasi.

3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.

(13)

Tujuan utama pembelajaran IPS menurut Susanto (2014 : 145) ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat. Pada dasarnya, tujuan pembelajaran IPS di sekolah yaitu untuk mengembangkan kemampuan peserta siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan siap untuk diterjunkan di masyarakat dengan segala konsekuensinya.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Pelumutan dengan materi Mengenal Permasalahan Sosial di Daerahnya. Hal tersebut seperti terlihat SK dan KD yang disajikan pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten atau kota dan provinsi.

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas maka dapat diketahui materi yang akan dijadikan bahan dalam penelitian yaitu materi mengenal permasalahan sosial. Masalah sosial merupakan ketidaksesuaian antara norma-norma dengan realita. Masalah sosial menuntut suatu penyelesaian. Jika tidak diselesaikan, masyarakat akan resah, takut dan merasa tidak nyaman.

(14)

5. Media Pembelajaran

Media atau alat peraga yang akan digunakan oleh peneliti pada materi mengenal permasalahan sosial ialah media video. Video adalah salah satu media pembelajaran yang sangat menarik. Di SDN 1 Pelumutan sendiri belum pernah menggunakan media video. Hal ini terkendala karena belum adanya LCD proyektor dan alat pendukung lainnya. Penggunaan media video dengan LCD proyektor diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan siswa kelas IV SDN 1 Pelumutan terhadap pelajaran IPS materi mengenal permasalahan sosial. Menurut pendapat Arief S, dkk (2010 : 74), video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin popular di masyarakat. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti cerita), dapat bersifat edukatif maupun instruksional.

Video dibuat dengan memfoto objek yang akan dipelajari kemudian dijadikan video dengan aplikasi movie maker. Video yang sudah sesuai dengan materi ditayangkan, kemudian siswa mengamati dan memperhatikan video yang sedang ditayangkan, bersamaan dengan itu guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan isi dari video tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti mengacu pada beberapa penelitian yang relevan untuk mendukung dan menguatkan asumsi dari penelitian yang akan dilakukan yaitu: David Kristian Setiaji (2012) hasil dari penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Action Learning Bagi Siswa Kelas

(15)

IV SD Negeri 2 Pajerukan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Semester II Tahun Ajaran 2011/2012” yaitu menunjukkan hasil bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS melalui Action Learning, siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Peningkatan hasil belajar IPS melalui Action Learning bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Pajerukan di tunjukkan oleh persentase ketuntasan yakni prasiklus ketuntasan sebesar 45% meningkat pada siklus I 65%, siklus II 100% ini berarti ada kenaikan persentase untuk ketuntasan belajar siswa yang merupakan hasil belajar. Disamping itu, kenaikan hasil belajar juga ditunjukan oleh skor rata-rata. Sedangkan rata-rata nilai kelas prasiklus 82,3, siklus I 90,02, siklus II 95,87.

Linaksita Anindyawati (2012) hasil dari penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Media Video Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas IV SDN Babatan I/456 Surabaya“. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam penelitian mengalami peningkatan sebesar 13,3% yaitu dari 72,76% pada siklus I menjadi 86,60% pada siklus II. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 9,38%, yaitu dari 71,59% pada siklus I menjadi 80,97% pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 14%, yaitu dari 57,14% dengan rata – rata nilai 67,64 pada siklus I menjadi 96,42% dengan rata – rata nilai 81,64 pada siklus II. Angket respon siswa mengalami peningkatan sebanyak 20,7% yaitu dari 69% pada siklus I menjadi 89,7% pada siklus II.

(16)

Berdasarkan penelitian di atas, dalam penelitian tersebut mengungkap hasil belajar siswa dengan penerapan strategi active learning, namun dalam penelitian ini mengungkap tentang prestasi belajar siswa dan penerapan strategi active learning didukung dengan media video pada siswa kelas IV SDN 1 Pelumutan Kecamatan Kemangkon.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di kelas IV SDN 1 Pelumutan Kecamatan Kemangkon, kondisi awal menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator keanekaragaman kecakapan profesionalisme guru yang belum terpenuhi, salah satunya ialah terdapat pada kompetensi psikomotorik. Keterampilan mengajar mencakup keterampilan ekspresi verbal dan non verbal tertentu yang direfleksikan guru ketika mengelola proses belajar mengajar. Keterampilan ekspresi nonverbal yang harus dikuasai guru antara lain: mendemontsrasikan materi pelajaran, memperagakan proses terjadinya sesuatu dengan alat peraga, mengoperasikan media pembelajaran, menulis dan memuat gambar di papan tulis.

Guru mengemukakan bahwa hal tersebut berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah, dibuktikan dengan hasil UTS yang masih berada di bawah KKM. Selain prestasi belajar yang masih rendah, sikap atau karakter peduli sosial siswa kelas IV di SDN 1 Pelumutan dapat dikatakan masih rendah.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap peduli sosial. Salah satunya dengan menerapkan

(17)

strategi pembelajaran aktif yakni Action Learning berbantuan media video. Hal ini ditunjukkan dalam skema kerangka berpikir penelitian pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Kondisi awal: Refleksi awal dan

identifikasi masalah Belum tercapainya beberapa indikator dalam pengelolaan kelas. Rendahnya sikap peduli sosial dan prestasi belajar Tindakan Menggunakan strategi Action Learning dengan media video Siklus 1 1. Refleksi awal 2. Perencanaan (planning) 3. Tindakan (acting) 4. Pengamatan (observation) 5. Refleksi (reflection) Kondisi akhir 1. Ketuntasan belajar mapel IPS ≥70 di atas KKM. 2. Siswa peduli sosial Melalui strategi Action Learning menggunakan media Video dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap peduli

sosial. Siklus 2 1. Perencanaan (planning) 2. Tindakan (acting) 3. Pengamatan (observation) 4. Refleksi (reflection)

(18)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penerapan strategi Action Learning dan media Video dapat meningkatkan sikap peduli sosial siswa kelas IV SDN 1 Pelumutan.

2. Penerapan strategi Action Learning dan media Video dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Pelumutan.

Gambar

Gambar 2.1.  Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penjualan secara kredit atau pemberian piutang oleh perusahaan dimaksudkan untuk meningkatkan volume penjualan yang juga tentunya meningkatkan laba bagi

rakyat di negeri itu membaca karya-karya terbitan luar negeri. Winston Churchill amat mencela sensor ketat yang dilakukan oleh Uni Soviet tersebut, dan menuduh

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Ekonomi terhadap Likuiditas Bank Syariah di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Pada daya pemompaan yang sama, penambahan twisted tape insert dengan twist ratio 4, 6, dan 8, nilai faktor gesekan rata-rata pipa dalam dari penukar kalor pipa konsentrik

adat dan aparat desa pun datang kemudian secara bersama-sama menuju kearah salah satu titik tertentu dibagian persawahan. Kepala desa dan para tokoh adat saling

Ada tiga ciri yang utama dari strategi ini, yaitu sebagai berikut: Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah ini merupakan rangakaian aktivitas pembelajaran, artinya

Pajak kini adalah utang pajak atau pajak yang diharapkan dapat dikembalikan atas penghasilan atau rugi kena pajak selama tahun berjalan, dengan menggunakan tarif pajak yang